SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Komplikasi Persalinan dan Nifas
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
LIA ARTIKA SARI
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 3
OBSTETRI
Modul
KEGIATAN BELAJAR 3
Mengidentifikasi Komplikasi Nifas
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
	 Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan MODUL DUA dari EMPAT MODUL dalam Mata Kuliah
Obstetri yang berjudul Komplikasi Persalinan dan Nifas.
	 Modul Obstetri ini disusun dalam rangka membantu proses
pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan sistem
pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan
latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk
ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan.
	 Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada
segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya
modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
a.	 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
b.	Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
c.	 Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
d.	 Australian Government Overseas Aid Program (AusAID)
e.	 Tim editor modul
	 Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat
kami harapkan.
	 Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan
kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang
menggunakan system jarak jauh.
								Jakarta, Juli 2013
Gambar : Pengecekan cabang bayi
Pendahuluan
Rekan-rekan mahasiswa Selamat berjumpa kembali dalam mata kuliah Obstetri. Selamat
Anda telah berhasil menyelesaikan satu modul. Sekarang Anda akan mempelajari
adalah modul yang kedua. Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan Anda dapat:
(1) menjelaskan komplikasi-komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada saat persalinan,
(2) menjelaskan cara penatalaksanaan jika terjadi komplikasi dalam persalinan, (3)
menjelaskan komplikasi-komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada saat nifas, dan (4)
menjelaskan cara penatalaksanaan jika terjadi komplikasi pada saat nifas.
Kompetensi-kompetensi tersebut sangat dibutuhkan bagi anda sebagai seorang bidan,
terutama ketika menghadapi pasien yang mengalami komplikasi pada saat persalinan
dan nifas. Dengan menguasai kompetensi ini, anda akan dapat memberikan informasi
yang benar kepada pasien, dapat menganalisis suatu keadaan fisiologis dapat berubah
menjadi suatu hal yang patologis sedini mungkin, sehingga sebagai bidan anda dapat
memberikan penanganan yang tepat sesegera mungkin kepada pasien.
Modul ini dikemas dalam tiga kegiatan belajar (KB). Untuk mempelajari modul ini
sedikitnya dibutuhkan waktu 180 menit. Tiga kegiatan belajar tersebut disusun dengan
urutan sebagai berikut:
•	 KegiatanBelajar1:Mengidentifikasikomplikasipersalinandanpenatalaksanaannya
•	 Kegiatan Belajar 2: Mengidentifikasi komplikasi nifas dan penatalaksanaannya
•	 Kegiatan Belajar 3: Mengidentifikasi komplikasi nifas dan penatalaksanaannya
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
4
Petunjuk Belajar
Modul ini disusun sedemikian rupa agar anda dapat mempelajarinya secara mandiri,
kami yakin anda akan berhasil jika anda mau mempelajarinya secara serius dan benar.
Oleh karena itu lakukan langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1.	 Baca baik-baik dan pahami tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dalam
mempelajari modul ini.
2.	 Pelajari materi secara berurutan mulai dari kegiatan belajar (KB)1 dan seterusnya,
karena materi yang dibahas dalam kegiatan sebelumnya berkaitan erat dengan
materi yang akan dibahas pada kegiatan berikutnya.
3.	 Anda harus punya keyakinan yang kuat untuk belajar dan memprak-tikkan materi
yang tertuang dalam modul ini.
4.	 Pelajari baik-baik dan pahami uraian materi yang ada pada setiap KB. Jika ada
materi yang harus dipraktikkan, maka Anda diminta untuk mempraktikkannya.
5.	 Disamping mempelajari modul ini, Anda dianjurkan untuk mempelajari buku-buku
lain, koran, majalah yang membahas tentang komplikasi persalinan nifas
6.	 Untuk lebih memudahkan lagi memahami modul ini, amati beberapa pasien yang
komplikasi persalinan nifas
7.	 Setelah selesai mempelajari satu KB, Anda diminta untuk mengerjakan tugas
maupun soal-soal yang ada di dalamnya. Anda dinyatakan berhasil kalau sedikitnya
80% jawaban Anda benar. Selanjutnya Anda dipersilahkan untuk mempelajari KB
berikutnya.
8.	 Kunci jawaban untuk setiap KB ada di bagian akhir modul ini. Silahkan cocokkan
jawaban Anda dengan kunci jawaban tersebut. Jika anda belum berhasil silahkan
pelajari sekali lagi bagian-bagian yang belum anda kuasai. Ingat! Jangan melihat
kunci jawaban sebelum anda selesai mengerjakan tugas
9.	 Bila anda mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman-temanmu, jika masih
juga mengalami kesulitan, silahkan hubungi dosen/fasilitator dari Mata Kuliah ini.
10.	Setelah semua KB dipelajari, dan semua tugas sudah anda kerjakan dengan benar,
tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda telah menguasai seluruh materi
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Bila jawabannya “Ya”, maka hubungi dosen
Pembina anda untuk meminta tes akhir modul (TAM). Anda dinyatakan berhasil
bila sedikitnya jawaban Anda 80% benar. Dengan demikian Anda diperbolehkan
untuk mempalajari modul berikutnya.
Selamat belajar, jangan lupa memohon pertolongan kepada Tuhan yang Maha kuasa
Allah SWT agar Anda dimudahkan dalam mempelajari modul ini, sehingga dapat berhasil
dengan baik.
Daftar Istilah
ISTILAH KETERANGAN
Cephalopelvic
disproportion
Ketidaksesuaian antara kepala bayi dengan panggul ibu
Distosia kesulitan dalam jalannya persalinan
Hypertonic
memiliki tekanan osmotik lebih tinggi dari yang
seharusnya
Hypotonic
memiliki tekanan osmotik lebih rendah dari yang
seharusnya
Makrosomia bayi besar, bila berat badan bayi melebihi dari 4000 gram
Port d’entry
tempat masuknya bibit penyakit
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
6
Kegiatan
Belajar 3
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 Anda diharapkan bisa mengidentifikasi
komplikasi-komplikasi pada masa nifas.
Secara khusus anda diharapkan dapat menjelaskan
•	 Gangguan jalan lahir,
•	 Gangguan traktus urinaria, dan
•	 Kelainan pada uterus.
Untuk mencapai tujuan tersebut pokok-pokok materi yang harus anda pelajari meliputi
•	 Gangguan jalan lahir,
•	 Gangguan traktus urinaria, dan
•	 Kelainan pada uterus.
MENGIDENTIFIKASI KOMPLIKASI NIFAS
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
Uraian
Materi
A. Gangguan Jalan Lahir
Pernahkah anda mendengar atau menyaksikan orang yang mengalami robekan jalan
lahir ketika sedang melahirkan, jika ya sekarang ceritakan pengalaman anda, (terutama
yang menjadi penyebab gangguan tersebut) dalam kotak berikut:
Penyakit dan kelainan yang mempengaruhi kehamilan
Bagaimana, apakah sudah menuliskannya, jika sudah sekarang lanjutkan mempelajari
uraian berikut ini.
Apakah sudah selesai anda menuliskannya, jika sudah sekarang cocokkan pengalaman
anda dengan uraian berikut ini.
1. Perlukaan Vulva
Perlukaan vulva sering dijumpai pada waktu persalinan. Jika diperiksa dengan cermat,
akan sering terlihat robekan. Robekan kecil pada labium minus, vestibulum atau
bagian belakang vulva. Jika robekan atau lecet hanya kecil dan tidak menimbulkan
perdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Tetapi jika luka robekan
terjadi pada pembuluh darah, lebih-lebih jika robekan terjadi pada pembuluh darah di
daerah klitoris, perlu dilakukan penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan.
Lokasi robekan yang paling sering ditemui pada vulva yaitu robekan-robekan kecil
pada labium minus, vestibulum atau bagian belakang vulva. Luka-luka robekan dijahit
dengan catgut secara terputus-putus ataupun secara jelujur. Jika luka robekan terdapat
disekitar orifisium uretra atau diduga mengenai vesika urinaria, sebaiknya sebelum
dilakukan penjahitan, dipasang dulu kateter tetap.
2. Perlukaan Vagina
Perlukaan vagina sering terjadi sewaktu :
a.	 Melahirkan janin dengan cunam.
b.	 Ekstraksi bokong
c.	 Ekstraksi vakum
d.	 Reposisi presentasi kepala janin, umpamanya pada letak oksipto posterior.
e.	 Sebagai akibat lepasnya tulang simfisis pubis (simfisiolisis) bentuk robekan vagina
bisa memanjang atau melintang.
Tuliskan apa yang anda ketahui
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
7
8
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bisa berupa
a.	 Perdarahan pada umumnya pada luka robek yang kecil dan superfisial terjadi
perdarahan yang banyak, akan tetapi jika robekan lebar dan dalam, lebih-lebih jika
mengenai pembuluh darah dapat menimbulkan perdarahan yang hebat.
b.	 Jika robekan tidak ditangani dengan semestinya dapat terjadi infeksi.
Penanganan
a.	 Pada luka robek yang kecil dan superfisial, tidak diperlukan penanganan, sedangkan
untuk luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara terputus-
putus atau jelujur.
b.	Untuk robekan pada vagina bisanya sering diiringi dengan robekan pada vulva
maupun perinium. Jika robekan mengenai puncak vagina, robekan ini dapat melebar
ke arah rongga panggul, sehingga kavum douglas menjadi terbuka. Keadaan ini
disebut kolporelasis.
3. Robekan Serviks
Robekan serviks dapat terjadi pada :
a.	 Partus presipatatus
b.	 Trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam perforator, vakum ekstraktor)
c.	 Melahirkan kepala janin pada letak sungsang paksa padahal pembukaan serviks
uteri dalam lengkap.
d.	 Partus lama, di mana telah terjadi serviks oedema, sehingga jaringan serviks adalah
menjadi rapuh dan mudah robek.
e.	 Robekan serviks dapat terjadi pada satu tempat atau lebih. Setiap selesai melakukan
persalinan operatif pervaginam, letak sungsang, partus presipitatus, plasenta
manual, harus dilakukan pemeriksaan keadaan jalan lahir dengan spekulum vagina.
Komplikasi
Komplikasi yang segera terjadi adalah perdarahan. kadang-kadang perdarahan ini
sangat banyak sehingga dapat menimbulkan syok bahkan kematian. Pada keadaan
ini di mana serviks ini tidak ditangani dengan baik, dalam jangka panjang dapat terjadi
inkompetensi serviks (cervik incopetence) ataupun infestilitas sekunder.
Teknik menjahit robekan serviks
a.	Pertama-tama robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan klem, sehingga
perdarahan menjadi berkurang atau berhenti.
b.	 Kemudian serviks ditarik sedikit, sehingga lebih jelas kelihatan dari luar.
c.	 Jahitan dimulai dari ujung robekan dengan cara jahitan terputus-putus atau jahitan
angka delapan (figure of eight suture).
d.	 Jika pinggir robekan bergerigi, sebaiknya sebelum dijahit, pinggir tersebut diratakan
dengan jalan menggunting pinggir yang bergerigi tersebut.
e.	 Pada robekan yang dalam, jahitan harus dilakukan lapis dalam lapis. Ini dilakukan
untuk menghindarkan terjadinya hematomi dalam rongga di bawah jahitan.
4. Hematoma Vulva
a.	Terjadinya robekan vulva disebabkan oleh karena robeknya pembuluh darah
terutama vena yang terikat di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput lendir
vagina.
b.	 Hal ini dapat terjadi pada kala pengeluaran, atau setelah penjahitan luka robekan
yang sembrono atau pecahnya vasises yang terdapat di dinding vagina dan vulva.
Sering terjadi bahwa penjahitan luka episiotomi yang tidak sempurna atau robekan
pada dinding vagina yang tidak dikenali merupakan sebab terjadinya hematoma.
Tersebut apakah ada sumber perdarahan. Jika ada, dilakukan penghentian
perdarahan. Perdarahan tersebut dengan mengikat pembuluh darah vena atau
arteri yang terputus. Kemudian rongga tersebut diisi dengan kasa steril sampai
padat dengan meninggalkan ujung kasa tersebut di luar. Kemudian luka sayatan
dijahit dengan jahitan terputus-putus atau jahitan jelujur. Dalam beberapa hal
setelah sumber perdarahan ditutup, dapat pula dipakai drain.
c.	 Tampon dapat dibiarkan selama 24 jam. Kemudian penderita diberi koagulansia,
antibiotika sebagai tindakan profilaksis terdapat infeksi dan raboransia.
5. Robekan Dinding Vagina.
Perlukaan dinding vagina sering terjadi sewaktu :
a. Melahirkan janin dengan cunam.
b. Ekstraksi bokong
c. Ekstraksi vakum
d. Reposisi presentasi kepala janin, pada letak oksipto posterior.
Komplikasi
a.	 Perdarahan pada umumnya pada luka robek yang kecil dan superfisial terjadi
perdarahan yang banyak, akan tetapi jika robekan lebar dan dalam, lebih-lebih jika
mengenai pembuluh darah dapat menimbulkan perdarahan yang hebat.
b.	 Jika robekan tidak ditangani dengan semestinya dapat terjadi infeksi bahkan dapat
timbul septikami.
Penanganan
a.	 Pada luka robek yang kecil dan superfisal, tidak diperlukan penangan khusus pada
luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara terputus-putus
atau jelujur.
b.	 Biasanya robekan pada vagina sering diiringi dengan robekan pada vulva maupun
perineum. Jika robekan mengenai puncak vagina, robekan ini dapat melebar ke arah
rongga panggul, sehingga kavum douglas menjadi terbuka. Keadaan ini disebut
kolporelasis.
6. Kolporeksis
Kolporeksis adalah suatu keadaan dimana terjadi robekan pada vagina bagian atas,
sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina. Robekan ini
dapat memanjang dan melintang.
Etiologi
a.	 Pada partus dengan disproporsi sefalopelvik. Apabila segmen bahwa rahim tidak
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
9
10
terfiksis antara kepala janin dan tulang panggul, maka tarikan regangan ini melewati
kekuatan jaringan, akan terjadi robekan pada vagina bagian atas.
b.	Trauma sewaktu mengeluarkan plasenta secara manual. Dalam hal ini tangan
dalam tidak masuk ke kavum uteri, tetapi menembus forniks posterios, sehingga
kavum douglas menjadi tembus/terbuka.
c.	 Pada waktu melakukan koitus yang disertai dengan kekerasan.
Gejala
Gejala-gejaladarikolporeksisinilebihkurangsamadengangejalarupturauterisehingga
tindakan pertolongannya tidak berbeda dengan tindakan pertolongan ruptura uteri.
7. Fistula Vesikavaginal
Etiologi
Fistula ini dapat terjadi karena :
a.	 Trauma sewaktu menggunakan alat-alat (Perforaktoe, kait dekapitasi, cunam).
b.	 Persalinan lama (obstructed labor). Dalam hal ini dinding vagina dan dasar vesika
urinaria terletak ke dalam waktu yang lama antara kepala dan tulang panggul,
sehingga menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan. Beberapa hari setelah
melahirkan, jaringan nekrosis ini terlepas, sehingga terjadi fistula antara visika
urinaria dengan vagina.
Penanganan
a.	 Fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh trauma pada keadaan ini segera setelah
terjadi fistula, kelihatan air kencing menetes kedalam vagina. Jika hal ini ditemukan,
harus segera dilakukan penjahitan luka yang terjadi. Sebelum penjahitan, terlebih
dahulu dipasang katetes tetap dalam visika urinaria, kemudian baru luka dijahit
lapis demi lapis sesuai dengan bentuk anatomi visika urinria, yaitu mula-mula
dijahit selaput lendir, kemudian otot-otot dinding vesika urineria lalu dinding depan
vagina. Jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus atau jahitan angka delapan
(figure of eight suture). Kateter tetap dibiarkan di tempat selama beberapa waktu.
b.	Fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh karena lepasnya jaringan nekrosis.
Dalam hal ini gejala besar kencing tidak segera dapat dilihat. Gejala-gejala baru
kelihatan setelah 3 – 10 hari pasca persalinan. Kadang-kadang pada fistula yang
kecil, dengan menggunakan kateter tetap (untuk drainase fisika urineria) selama
bebeapa minggu, fistula yang kecil tersebut dapat menutup sendiri. Pada fistula
yang agak besar, penutupan fistula baru dapat dilakukan setelah 3 – 6 bulan pasca
persalinan.
I. Gangguan Traktus Urinaria
Infeksi traktus urinarius sering terjadi pada masa kehamilan dan nifas dan merupakan
komplikasi medik paling sering dalam kehamilan. Peningkatan kejadian ini disebabkan
oleh faktor hormonal (peningkatan kadar progesteron) dan faktor mekanis yang
menyebabkan stasis urine. Infeksi traktus urinarius dapat bersifat simptomatik atau
asimptomatik (misal: sistitis, pielonefritis)
A. Bakteriuria Asimptomatik
Ditemukan bakteri sebanyak > 100.000 per ml air seni dari sediaan air seni “mid stream.
Angka kejadian Bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama seperti wanita usia
reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2 – 10%.
Jenis bakteri yang ditemukan :
1. Eschericia Coli (60%)
2. Proteus mirabilis
3. Klebsiella pneumoniae
4. Streptoccus grup B
Bila Bakteriuria Asimptomatik tidak diterapi dengan baik maka 20% ibu hamil akan
menderita sistitis akut atau pielonefritis akut pada kehamilan lanjut.
Terapi yang dapat diberikan: Ampisilin 3 x 500 mg selama 7 – 10 hari . Setelah terapi,
lakukan pemeriksaan ulangan dengan biakan urine oleh karena kejadian ini seringkali
berulang (25%).
B. Sistitis Akuta
Terjadi pada 1 – 2% pada saat kehamilan
Gejala:
- Disuria
- Sering berkemih
- Sering tidak dapat menahan miksi
- Hematuria
Gejala sistemik:
- Demam
- Nyeri pinggang
- Urinalisis : Bakteriuria, Piuria, Hematuria
Terapi: Antibitotika spektrum luas atau berdasarkan hasil tes kepekaaan
C. Pielonefritis Akuta
Terjadi pada 2% kehamilan terutama pada trimester III
Gejala :
1. Mual dan muntah
2. Nyeri pinggang
3. Demam tinggi dan menggigil
4. Keluhan sistitis
5. Bisa terjadi septisemia dan syok septic
6. Akibat demam tinggi dapat memicu kontraksi uterus
Terapi :
-	 Infus RL dan D5 – rehidrasi
-	 Antibiotika parenteral : cefazoline, sebagian besar (80% ) pasien akan bebas panas
dalam waktu 48 jam setelah terapi antibitoka parenteral, lanjutkan terapi antibiotika
per oral selama 10 hari.
-	 Observasi persalinan preterm
-	 Lakukan serial biakan urine oleh karena kejadian ini dapat berulang pada 10 – 25%
pasien
-	 Lakukan pemeriksaan IVP – intravenous pyelogram 6 minggu pasca persalinan
D. Streptococcus Grup B
GBS (grup beta streptococcus) adalah flora normal manusia dengan reservoir utama
di traktus digestivus. GBS dapat masuk kedalam Traktus Urinarius melalui kontaminasi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
11
12
feces atau kontak seksual. Vaginal carriage rates 15 – 40%
Dampak terhadap kehamilan:
Penularan dari ibu ke anak dapat terjadi secara vertikal saat persalinan dengan faktor
resiko penularan:
• Persalinan preterm
• Ketuban Pecah Dini
• BBLR
• Ketuban pecah 12 – 18 jam sebelum persalinan
• Febris intrapartum
III. Kelainan Pada Uterus
A. Sub Involusi
Sesudah partus berakhir uterus yang beratnya 1000 gram mengecil sampai menjadi
40-60 gram dalam 6 minggu. Proses ini dinamakan involusi uterus, didahului oleh
kontraksi-kontraksi uterus yang kuat, yang menyebabkan berkurangnya peredaran
darah dalam alat tersebut. Kontraksi ini dalam masa nifas berlangsung terus, biarpun
tidak sekuat seperti pada permulaan. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya
pengaruh estrogen dan progesterone, menyebabkan autolysis yang menyebabkan
sel-sel otot pada dinding uterus menjadi lebih kecil dan pendek.
Pada subinvolusi proses mengecilnya uterus terganggu. Faktor-faktor yang
menyebabkan itu antara lain ketinggalan sisa-sisa plasenta dalam uterus, endometritis,
adanya mioma uteri, dan sebagainya. Pada peristiwa ini lokea bertambah banyak dan
tidak jarang terdapat pula perdarahan. Pemeriksaan bimanual ditemukan uterus lebih
besar dan lebih lembek daripada seharusnya, mengingat lamanya masa nifas.
Terapi subinvolusio adalah pemberian ergometrin per oral atau dengan suntikan
intramuskuler. Pada subinvolusi karena tertinggalnya sisa-sisa plasenta perlu dilakukan
kuretase.
B. Perdarahan Nifas Sekunder
Perdarahan nifas sekunder bila terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan.
Perdarahan ini bisa timbul pada minggu kedua nifas. Perdarahan sekunder ini
ditemukan kurang dari 1% dari semua persalinan, dan disebabkan oleh subinvolusi,
kelainan congenital uterus, inversio uteri, mioma uteri submukosum. Terapi dapat
dimulaidenganpemberian0,5mgergometrinsecaraintramuskuler,yangdapatdiulang
dalam 4 jam atau kurang. Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan tentang
penyebabnya. Apabila tidak ditemukan inversio uteri atau mioma submukosum yang
memerlukan penanganan khusus, kuretase dapat menghentikan perdarahan. Pada
tindakan kuretase ini perlu dijaga agar tidak terjadi perforasi.
C. Erosi Serviks post partum
Erosi serviks adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah
portio. Pada kasus erosi servik permukaan epitel squamos mukosa hilang sebagian
atau seluruhnya. Servik akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat
menjadi tanda awal dari kanker serviks.
Erosi serviks dapat dibagi menjadi tiga:
a.	 Erosi ringan: meliputi < 1/3 total area serviks
b.	 Erosi sedang: meliputi 1/3-2/3 total area serviks
c.	 Erosi berat: meliputi > 2/3 total area serviks
D. Prolapsus uteri
Pengertian Prolaps Uteri
Adalah turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya ke dalam liang atau rongga
kemaluan
Etiologi Prolaps Uteri
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolaps antara lain:
1. Faktor bawaan
Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga mereka khususnya
ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami masalah yang sama. Bagaimana
penyakit ini diturunkan tidak diketahui, mungkin bawaan menentukan kelemahan
otot dan ligamen pada peranakan. Kekenduran atau kelemahan otot ini juga dapat
dipengaruhi oleh pola makan dan kesehatan yang agak rendah dibandingkan dengan
mereka yang sehat dan makanannya seimbang dan tercukupi dari segi semua zat
seperti protein dan vitamin.
2. Exercise
Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan melonggarkan otot dalam
badan khususnya ligamen dan otot yang memegang kemaluan dan rahim. Ini satu
hal yang tidak dapat dihindari tetapi dapat dipulihkan walaupun tidak seratus persen
jika seorang wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise untuk menguatkan
otot-otot disekitar kemaluan dan lantai punggung. Kegiatan exercise waktu hamil
dan setelah persalinan sangat penting untuk mencegah prolaps. Oleh karena itu tidak
melakukan exercise ini merupakan salah satu yang menyebabkan kekenduran atau
prolaps uteri.
3. Menopause
Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural yaitu ketika
berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan oleh karena penyakit seperti
pengangkatanovari dapat menyebabkanhormon atau seterusnya dapat menyebabkan
kelemahan otot dan ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka
panjang dapat menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang parah sering terjadi
pada wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat kekurangan hormon karena
menopause.
4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak )
Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan otot-
otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar panggul mengalami kelemahan,
bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa mengalami penurunan.
5. Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan tekanan
di perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-bulan, adanya
tumor di rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air besar
berkepanjangan.
Klasifikasi Prolaps Uteri
Prolaps uteri diklasifikasikan menjadi :
a.	 Prolaps uteri tingkat I : dimana servik uteri turun mendekati prosesus spinosum
b.	 Prolaps uteri tingkat II : dimana servik terdapat diantara prosesus spinosum dan
introitus vagina
c.	 Prolaps uteri tingkat III : servik keluar dari introitus vagina
d.	 Prolaps uteri tingkat IV : seluruh uterus keluar dari vagina (prosidensia uteri)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
13
14
Gejala Prolaps Uteri
Gejala sangat individu. Keluhan yang sering terjadi antara lain, perasaan ada benda
mengganjal atau menonjol di depan vagina sehingga sangat mengganggu ketika
berjalan atau bekerja. Kadang timbul luka pada rahim yang menonjol tersebut
dikarenakan gesekan celana dalam atau benda yang diduduki dan dari luka tersebut
bisa menimbulkan infeksi. Gejala lainnya, sering timbul keputihan karena luka tersebut
atau karena sumbatan pembuluh darah di daerah mulut rahim, serta ada keluhan
rasa sakit dan pegal pada pinggang. Keluhan sakit ini akan hilang bila wanita tersebut
berbaring.
Patologi Prolaps Uteri
Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat beberapa tingkat, dari yang
paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya
persalinan pervaginam yang susah, dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligamen-
ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvik dan otot-otot fasia dasar panggul. Juga
dalamkeadaantekananintraabdominalyangmeningkatdankronikakanmemudahkan
penurunan uterus, terutamaa apabila tonus otot mengurang seperti pada penderita
dalam menopause.
Serviks uteri terletak di luar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut, dan
lambat laun menimbulkan ulkus, yang dinamakan ulkus dekubitus.
Diagnosa Prolaps Uteri
Pemeriksaan vagina harus dilakukan dengan speculum Sim atau dengan memakai
speculum Graves standard dan membuang bilah anterior. Sementara menekan
dinding vagina posterior, pasien diminta untuk mengejan. Ini akan menunjukkan
penurunan dinding vagina anterior sesuai dengan kistokel dan pergeseran uretra.
Dengan demikian juga, penarikan kembali dinding vagina anterior selama mengejan
menunjukkan suatu enterokel dan rektokel. Pemeriksaan rectum sering berguna
untuk menunjukkan rektokel dan untuk membedakannya dengan suatu enterokel.
Tingkat prolaps rahim yang kecil hanya dapat dikenali dengan merasakan penurunan
servik saat pasien mengejan. Kadang-kadang prolaps rahim perlu diuji dengan menarik
servik dengan suatu tenakulum. Kalau ada keraguan adanya prolaps pasien diminta
untuk berdiri atau berjalan beberapa saat sebelum pemeriksaan.
Komplikasi Prolaps Uteri
Komplikasi yang dapat menyertai prolaps uteri adalah:
• Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri
• Dekubitus
• Hipertropi servik uteri dan elangasio kolli
• Gangguan miksi dan stress incontinence
• Infeksi jalan kencing
• Kemandulan
• Kesulitan pada waktu partus
• Hemoroid.
Penanganan Prolaps Uteri
Pengobatan ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan
pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih ingin mendapat anak lagi,
atau penderita menolak untuk dioperasi atau kondisinya tidak mengizinkan untuk
dioperasi:
a. Latihan-latihan otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada pasca
persalinan yangbelum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot dasar panggul
dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan.
Caranya adalah, penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul
seperti biasanya setelah hajat atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah
sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini bisa
menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini
terdiri dari obturator yang dimasukkan ke dalam vagina, dan yang dengan satu pipa
dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian, kontraksi otot-otot dasar
panggul dapat diukur.
b. Stimulasi otot dengan alat listrik
Kontraksi otot-otot panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodanya
dapat dipasang dalam pesarium yang dimasukkan ke dalam vagina.
c. Pengobatan dengan pesarium
Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan
uterus di tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul
prolaps lagi. Prinsip pemakaian pesarium adalah alat tersebut mengadakan tekanan
pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut beserta uterus
tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah.
Pengobatan operatif
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari beberapa
faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih mendapat anak atau untuk
mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan.
Gambar Penanganan Prolaps Uteri
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
15
16
Rangkuman
Pada masa nifas, jalan lahir sering mengalami gangguan, gangguan yang sering dijumpai
adalah perlukaan vulva, perlukaan vagina, robekan serviks, hematoma vulva, robekan
dinding vagina, kolporeksis, fistula vesikavaginal. Perlukaan vulva sering dijumpai pada
waktu persalinan. Jika diperiksa dengan cermat, akan sering terlihat robekan. Robekan
kecil pada labium minus, vestibulum atau bagian belakang vulva. Jika robekan atau lecet
hanya kecil dan tidak menimbulkan perdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan
apa-apa. Tetapi jika luka robekan terjadi pada pembuluh darah, lebih-lebih jika robekan
terjadi pada pembuluh darah di daerah klitoris, perlu dilakukan penghentian perdarahan
dan penjahitan luka robekan.
Perlukaan vagina sering terjadi sewaktu: melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi
bokong, ekstraksi vakum, reposisi presentasi kepala janin, umpamanya pada letak
oksipto posterior. Sebagai akibat lepasnya tulang simfisis pubis (simfisiolisis) bentuk
robekan vagina bisa memanjang atau melintang. Robekan serviks dapat terjadi pada:
partus presipatatus, trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam perforator,
vakum ekstraktor), melahirkan kepala janin pada letak sungsang paksa padahal
pembukaan serviks uteri dalam lengkap dan partus lama. Kolporeksis adalah suatu
keadaan dimana menjadi robekan pada vagina bagian atas, sehingga sebagian serviks
uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina. Robekan ini dapat memanjang dan
melintang.
Infeksi traktus urinarius sering terjadi pada masa kehamilan dan nifas dan merupakan
komplikasi medik paling sering dalam kehamilan. Peningkatan kejadian ini disebabkan
oleh faktor hormonal (peningkatan kadar progesteron) dan faktor mekanis yang
menyebabkan stasis urine.
kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan
hormonal pada penderitayang juga di pengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya, diabetes
akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Frekuensi penyakit ini 0,3-0,7 %.
Tiga faktor utama dalam persalianan, yaitu faktor jalan lahir ( passage ), faktor anak dan
faktor tenaga. Selain itu, dalam persalinan dapat di tambahkan faktor fsikis ( kejiwaan
) wanita menghadapi kehamilan, persalinan,dan nifas. Karena itulah seorang wanita
memerlukan kematangan fisik, emosionil, dan psikoseksual serta psikososial sebelum
kawin dan menjadi hamil. Perasaan cemas, takut, dan nyeri akan membuat wanita tidak
tenang menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas.
Efek infeksi virus terhadap kehamilan bergantung pada apakah virus dapat melewati
barierplasenta.Diantaravirusyangdijumpaidalamtubuhjaninada3yangmenyebabkan
pengaruh teratogenik: rubella, sitomegalovirus dan herpesvirus hominis.
Evaluasi
Formatif
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi yang baru saja Anda
pelajari, sekarang jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih salah
satu alternatif jawaban yang paling Anda anggap benar.
1.	 Seorang ibu postpartum mengalami robekan atau lecet hanya kecil pada vulva
dan tidak menimbulkan perdarahan banyak, tindakan pada yang seharusnya
dilakukan oleh seorang bidan......
a.	 Tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa
b.	 Melakukan penjahitan luka robekan tingkat I
c.	 Melakukan penjahitan luka robekan tingkat II
d.	 Luka-luka robekan dijahit dengan catgut secara terputus-putus
e.	 Luka-luka robekan dijahit dengan catgut secara jelujur.
2.	 Disuria,seringberkemih,seringtidakdapatmenahanmiksi,hematuriamerupakan
gejala dari…..
a.	 Klebsiella pneumonia
b.	 Pielonefritis Akuta
c.	 Sistitis Akuta
d.	 Radang panggul
e.	Piuria
3.	 Seorang ibu postpartum hari ke 6 datang dengan keluhan lokea bertambah
banyak dan tidak jarang terdapat pula perdarahan. Pada pemeriksaan
ditemukan uterus lebih besar dan lebih lembek daripada seharusnya,
keadaan ini menandakan ibu sedang mengalami……
a.	 Infeksi postpartum
b.	Autolisis
c.	 Sub involusi
d.	 Erosi serviks
e.	Servisitis
4.	 Suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio
disebut…..
a.	Autolisis
b.	 Sub involusi
c.	Servisitis
d.	 Erosi serviks
e.	 Portioitis
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
17
185.	 Turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya ke dalam liang atau rongga
kemaluan, disebut…..
a.	 Prolapsus uteri
b.	Kolporeksis
c.	 Hematoma Vulva
d.	 Erosi serviks
e.	Autolisis
6.	 Seorang wanita datang dengan keluhan terasa ada yang keluar dari alat kemaluan.
Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata seluruh uterus keluar dari vagina,
keadaan ibu tersebut menandakan ibu dalam prolaps uteri tingkat……
a.	 Tingkat I
b.	 Tingkat II
c.	 Tingkat III
d.	 Tingkat IV
e.	 Tingkat V
7.	 Seorang ibu sehabis melahirkan mengalami lecet pada labia minor, dan tidak
mengeluarkan banyak darah, maka tindakan yang sebaiknya Anda lakukan
adalah…..
a.	 Melakukan penjahitan dengan tehnik jelujur
b.	 Melakukan penjahitan secara terputus-putus
c.	 Melakukan pemasangan kateter sebelum melakukan penjahitan
d.	 Melakukan penjahitan secara jelujur dan pada lokasi tertentu secara terputus-
putus
e.	 Tidak perlu melakukan penjahitan
8.	 Seorang ibu yang mengalami robekan pada servik. Pada keadaan jika serviks ini
tidak ditangani dengan baik, dalam jangka panjang dapat terjadi......
a.	 Infertilitas primer
b.	 Inkompetensi serviks
c.	 Robekan uterus
d.	 Retensio plasenta
e.	 Solusio plasenta
9.	 Penjahitan luka episiotomi yang tidak sempurna atau robekan pada dinding
vagina yang tidak dikenali dapat menyebabkan terjadinya.....
a.	 Robekan vagina
b.	 Robekan vulva
c.	Hematoma
d.	 Robekan serviks
e.	 Robekan perineum
10.	 Seorang ibu melahirkan mengalami robekan pada vagina bagian atas, sehingga
sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina, keadaan pada
ibu tersebut diatas disebut.....
a.	Kolporeksis
b.	 Prolaps uteri
c.	 Prolaps serviks
d.	 Hematoma vagina
e.	 Ruptur vagina
TUGAS
MANDIRI
Setelah mempelajari materi Kegiatan Belajar 3 saya ajak Anda untuk berlatih,
menghubungkan konsep teori yang telah Anda pelajari tersebut dengan situasi
nyata di lapangan.
Lakukanlah tugas berikut dengan sebaik-baiknya:
TUGAS:
Seorang ibu berusia 45 tahun yang telah memiliki 6 orang anak datang ke klinik
Anda dengan keluhan terasa ada seperti daging yang keluar dari kemaluannya,
ibu tersebut merasa gelisah dengan keadaan dirinya sekarang dan ingin menge-
tahui apa penyebab terjadinya hal tersebut. Menurut Anda ibu tersebut sedang
mengalami apa dan berikan nasehat tentang faktor-faktor penyebab hal tersebut
untuk mengurangi kecemasan pada ibu.
Jawaban:
Tuliskan apa yang anda ketahui
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
19
Kunci Jawaban Tes Formatif
Kegiatan Belajar 3
1. A
2. C
3. C
4. D
5. A
6. D
7. E
8. B
9. C
10. A
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Contoh teknologi kebidanan tepat guna dalam pelayanan kesehatan ibu
Contoh teknologi kebidanan tepat guna dalam pelayanan kesehatan ibu Contoh teknologi kebidanan tepat guna dalam pelayanan kesehatan ibu
Contoh teknologi kebidanan tepat guna dalam pelayanan kesehatan ibu
sri wahyuni
 
Pemeriksaan penunjang nifas
Pemeriksaan penunjang nifasPemeriksaan penunjang nifas
Pemeriksaan penunjang nifas
NilaHayati3
 
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS (OBSTIPASI)
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS (OBSTIPASI)ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS (OBSTIPASI)
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS (OBSTIPASI)
Rofiqoh Damayanti
 
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kiaProgram kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
zrago
 
Manajemen kala I
Manajemen kala IManajemen kala I
Manajemen kala I
cahyatoshi
 
Ppt neontus tentang obstipasi
Ppt neontus tentang obstipasiPpt neontus tentang obstipasi
Ppt neontus tentang obstipasi
sri wahyuni
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
owik15
 

What's hot (20)

KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang KebidananKB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
 
ETIKA DAN KODE ETIK KEBIDANAN
ETIKA DAN KODE ETIK KEBIDANANETIKA DAN KODE ETIK KEBIDANAN
ETIKA DAN KODE ETIK KEBIDANAN
 
Contoh teknologi kebidanan tepat guna dalam pelayanan kesehatan ibu
Contoh teknologi kebidanan tepat guna dalam pelayanan kesehatan ibu Contoh teknologi kebidanan tepat guna dalam pelayanan kesehatan ibu
Contoh teknologi kebidanan tepat guna dalam pelayanan kesehatan ibu
 
KB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia InternaKB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia Interna
 
Pemeriksaan penunjang nifas
Pemeriksaan penunjang nifasPemeriksaan penunjang nifas
Pemeriksaan penunjang nifas
 
KB 1 Radang Genitalia Eksterna
KB 1 Radang Genitalia EksternaKB 1 Radang Genitalia Eksterna
KB 1 Radang Genitalia Eksterna
 
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS (OBSTIPASI)
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS (OBSTIPASI)ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS (OBSTIPASI)
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS (OBSTIPASI)
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kiaProgram kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
 
Manajemen kala I
Manajemen kala IManajemen kala I
Manajemen kala I
 
KB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif KebidananKB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
 
Memakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APDMemakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APD
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
 
MENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPAT
MENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPATMENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPAT
MENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPAT
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
 
Ppt neontus tentang obstipasi
Ppt neontus tentang obstipasiPpt neontus tentang obstipasi
Ppt neontus tentang obstipasi
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
 

Viewers also liked

Kelainan pada masa nifas&laktasi copy AKBID PARAMATA RAHA
Kelainan pada masa nifas&laktasi   copy AKBID PARAMATA RAHA Kelainan pada masa nifas&laktasi   copy AKBID PARAMATA RAHA
Kelainan pada masa nifas&laktasi copy AKBID PARAMATA RAHA
Operator Warnet Vast Raha
 
Perawatan hiv komprehensif(8 12-2010)
Perawatan hiv komprehensif(8 12-2010)Perawatan hiv komprehensif(8 12-2010)
Perawatan hiv komprehensif(8 12-2010)
octo zulkarnain
 

Viewers also liked (20)

Kelainan pada masa nifas&laktasi copy AKBID PARAMATA RAHA
Kelainan pada masa nifas&laktasi   copy AKBID PARAMATA RAHA Kelainan pada masa nifas&laktasi   copy AKBID PARAMATA RAHA
Kelainan pada masa nifas&laktasi copy AKBID PARAMATA RAHA
 
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
 
PEMBANGUNAN BANDAR MAPAN
PEMBANGUNAN BANDAR MAPANPEMBANGUNAN BANDAR MAPAN
PEMBANGUNAN BANDAR MAPAN
 
Perils of perception 2015
Perils of perception 2015Perils of perception 2015
Perils of perception 2015
 
Tarea seminario 2
Tarea seminario 2Tarea seminario 2
Tarea seminario 2
 
Portfolio presentation
Portfolio presentationPortfolio presentation
Portfolio presentation
 
Búsqueda de información en la Base de Datos: PubMed
Búsqueda de información en la Base de Datos: PubMedBúsqueda de información en la Base de Datos: PubMed
Búsqueda de información en la Base de Datos: PubMed
 
Tarea seminario ii
Tarea seminario iiTarea seminario ii
Tarea seminario ii
 
Global Warming
Global WarmingGlobal Warming
Global Warming
 
Kanceri i gjirit- Njohurit, sjelljet dhe qendrimet e grave dhe vajzave Shqipt...
Kanceri i gjirit- Njohurit, sjelljet dhe qendrimet e grave dhe vajzave Shqipt...Kanceri i gjirit- Njohurit, sjelljet dhe qendrimet e grave dhe vajzave Shqipt...
Kanceri i gjirit- Njohurit, sjelljet dhe qendrimet e grave dhe vajzave Shqipt...
 
Perawatan hiv komprehensif(8 12-2010)
Perawatan hiv komprehensif(8 12-2010)Perawatan hiv komprehensif(8 12-2010)
Perawatan hiv komprehensif(8 12-2010)
 
Workshop palliative care in hospitals - an overview - 13 januari 2014
Workshop   palliative care in hospitals - an overview - 13 januari 2014Workshop   palliative care in hospitals - an overview - 13 januari 2014
Workshop palliative care in hospitals - an overview - 13 januari 2014
 
Workshop - Palliative Care in Hospital - 13 januari 2014
Workshop - Palliative Care in Hospital - 13 januari 2014Workshop - Palliative Care in Hospital - 13 januari 2014
Workshop - Palliative Care in Hospital - 13 januari 2014
 
Biologji kanceri forme e rebelimit qelizor
Biologji kanceri forme e rebelimit qelizorBiologji kanceri forme e rebelimit qelizor
Biologji kanceri forme e rebelimit qelizor
 
Semundjet kanceri
Semundjet kanceriSemundjet kanceri
Semundjet kanceri
 
Importance of HIV testing and linkage to care
Importance of HIV testing and linkage to careImportance of HIV testing and linkage to care
Importance of HIV testing and linkage to care
 
Palliative Care
Palliative CarePalliative Care
Palliative Care
 
Paliative Care and Pahrmacist
Paliative Care and PahrmacistPaliative Care and Pahrmacist
Paliative Care and Pahrmacist
 
Kanceri nje forme e rebelimit qelizor
Kanceri  nje forme  e rebelimit qelizor Kanceri  nje forme  e rebelimit qelizor
Kanceri nje forme e rebelimit qelizor
 
NJE USHQYERJE E MIRE PER NJE TRUP E MENDJE TE SHENDOSHE
NJE USHQYERJE E MIRE PER NJE TRUP E MENDJE TE SHENDOSHE NJE USHQYERJE E MIRE PER NJE TRUP E MENDJE TE SHENDOSHE
NJE USHQYERJE E MIRE PER NJE TRUP E MENDJE TE SHENDOSHE
 

Similar to KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas

Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
pjj_kemenkes
 

Similar to KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas (20)

KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
 
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
 
Modul 5 kb 2
Modul 5   kb 2Modul 5   kb 2
Modul 5 kb 2
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi SyokKB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan MenstruasiKB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
 
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif KebidananKB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
 
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb2 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
KB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup KebidananKB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup Kebidanan
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
 
KB 1 Asuhan Kebidanan KB pantang berkala dan kondom
KB 1 Asuhan Kebidanan KB pantang berkala dan kondomKB 1 Asuhan Kebidanan KB pantang berkala dan kondom
KB 1 Asuhan Kebidanan KB pantang berkala dan kondom
 
Modul 6 kb 4
Modul 6    kb 4Modul 6    kb 4
Modul 6 kb 4
 

More from pjj_kemenkes

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 

Recently uploaded

BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 

Recently uploaded (20)

sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 

KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas

  • 1. Komplikasi Persalinan dan Nifas Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 LIA ARTIKA SARI Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 3 OBSTETRI Modul KEGIATAN BELAJAR 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan MODUL DUA dari EMPAT MODUL dalam Mata Kuliah Obstetri yang berjudul Komplikasi Persalinan dan Nifas. Modul Obstetri ini disusun dalam rangka membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan sistem pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan. Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : a. Menteri Kesehatan Republik Indonesia b. Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia c. Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia d. Australian Government Overseas Aid Program (AusAID) e. Tim editor modul Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan. Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan system jarak jauh. Jakarta, Juli 2013 Gambar : Pengecekan cabang bayi Pendahuluan Rekan-rekan mahasiswa Selamat berjumpa kembali dalam mata kuliah Obstetri. Selamat Anda telah berhasil menyelesaikan satu modul. Sekarang Anda akan mempelajari adalah modul yang kedua. Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan Anda dapat: (1) menjelaskan komplikasi-komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada saat persalinan, (2) menjelaskan cara penatalaksanaan jika terjadi komplikasi dalam persalinan, (3) menjelaskan komplikasi-komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada saat nifas, dan (4) menjelaskan cara penatalaksanaan jika terjadi komplikasi pada saat nifas. Kompetensi-kompetensi tersebut sangat dibutuhkan bagi anda sebagai seorang bidan, terutama ketika menghadapi pasien yang mengalami komplikasi pada saat persalinan dan nifas. Dengan menguasai kompetensi ini, anda akan dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, dapat menganalisis suatu keadaan fisiologis dapat berubah menjadi suatu hal yang patologis sedini mungkin, sehingga sebagai bidan anda dapat memberikan penanganan yang tepat sesegera mungkin kepada pasien. Modul ini dikemas dalam tiga kegiatan belajar (KB). Untuk mempelajari modul ini sedikitnya dibutuhkan waktu 180 menit. Tiga kegiatan belajar tersebut disusun dengan urutan sebagai berikut: • KegiatanBelajar1:Mengidentifikasikomplikasipersalinandanpenatalaksanaannya • Kegiatan Belajar 2: Mengidentifikasi komplikasi nifas dan penatalaksanaannya • Kegiatan Belajar 3: Mengidentifikasi komplikasi nifas dan penatalaksanaannya
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 3 4 Petunjuk Belajar Modul ini disusun sedemikian rupa agar anda dapat mempelajarinya secara mandiri, kami yakin anda akan berhasil jika anda mau mempelajarinya secara serius dan benar. Oleh karena itu lakukan langkah-langkah belajar sebagai berikut: 1. Baca baik-baik dan pahami tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dalam mempelajari modul ini. 2. Pelajari materi secara berurutan mulai dari kegiatan belajar (KB)1 dan seterusnya, karena materi yang dibahas dalam kegiatan sebelumnya berkaitan erat dengan materi yang akan dibahas pada kegiatan berikutnya. 3. Anda harus punya keyakinan yang kuat untuk belajar dan memprak-tikkan materi yang tertuang dalam modul ini. 4. Pelajari baik-baik dan pahami uraian materi yang ada pada setiap KB. Jika ada materi yang harus dipraktikkan, maka Anda diminta untuk mempraktikkannya. 5. Disamping mempelajari modul ini, Anda dianjurkan untuk mempelajari buku-buku lain, koran, majalah yang membahas tentang komplikasi persalinan nifas 6. Untuk lebih memudahkan lagi memahami modul ini, amati beberapa pasien yang komplikasi persalinan nifas 7. Setelah selesai mempelajari satu KB, Anda diminta untuk mengerjakan tugas maupun soal-soal yang ada di dalamnya. Anda dinyatakan berhasil kalau sedikitnya 80% jawaban Anda benar. Selanjutnya Anda dipersilahkan untuk mempelajari KB berikutnya. 8. Kunci jawaban untuk setiap KB ada di bagian akhir modul ini. Silahkan cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tersebut. Jika anda belum berhasil silahkan pelajari sekali lagi bagian-bagian yang belum anda kuasai. Ingat! Jangan melihat kunci jawaban sebelum anda selesai mengerjakan tugas 9. Bila anda mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman-temanmu, jika masih juga mengalami kesulitan, silahkan hubungi dosen/fasilitator dari Mata Kuliah ini. 10. Setelah semua KB dipelajari, dan semua tugas sudah anda kerjakan dengan benar, tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda telah menguasai seluruh materi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Bila jawabannya “Ya”, maka hubungi dosen Pembina anda untuk meminta tes akhir modul (TAM). Anda dinyatakan berhasil bila sedikitnya jawaban Anda 80% benar. Dengan demikian Anda diperbolehkan untuk mempalajari modul berikutnya. Selamat belajar, jangan lupa memohon pertolongan kepada Tuhan yang Maha kuasa Allah SWT agar Anda dimudahkan dalam mempelajari modul ini, sehingga dapat berhasil dengan baik. Daftar Istilah ISTILAH KETERANGAN Cephalopelvic disproportion Ketidaksesuaian antara kepala bayi dengan panggul ibu Distosia kesulitan dalam jalannya persalinan Hypertonic memiliki tekanan osmotik lebih tinggi dari yang seharusnya Hypotonic memiliki tekanan osmotik lebih rendah dari yang seharusnya Makrosomia bayi besar, bila berat badan bayi melebihi dari 4000 gram Port d’entry tempat masuknya bibit penyakit
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 5 6 Kegiatan Belajar 3 Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 Anda diharapkan bisa mengidentifikasi komplikasi-komplikasi pada masa nifas. Secara khusus anda diharapkan dapat menjelaskan • Gangguan jalan lahir, • Gangguan traktus urinaria, dan • Kelainan pada uterus. Untuk mencapai tujuan tersebut pokok-pokok materi yang harus anda pelajari meliputi • Gangguan jalan lahir, • Gangguan traktus urinaria, dan • Kelainan pada uterus. MENGIDENTIFIKASI KOMPLIKASI NIFAS Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi Uraian Materi A. Gangguan Jalan Lahir Pernahkah anda mendengar atau menyaksikan orang yang mengalami robekan jalan lahir ketika sedang melahirkan, jika ya sekarang ceritakan pengalaman anda, (terutama yang menjadi penyebab gangguan tersebut) dalam kotak berikut: Penyakit dan kelainan yang mempengaruhi kehamilan Bagaimana, apakah sudah menuliskannya, jika sudah sekarang lanjutkan mempelajari uraian berikut ini. Apakah sudah selesai anda menuliskannya, jika sudah sekarang cocokkan pengalaman anda dengan uraian berikut ini. 1. Perlukaan Vulva Perlukaan vulva sering dijumpai pada waktu persalinan. Jika diperiksa dengan cermat, akan sering terlihat robekan. Robekan kecil pada labium minus, vestibulum atau bagian belakang vulva. Jika robekan atau lecet hanya kecil dan tidak menimbulkan perdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Tetapi jika luka robekan terjadi pada pembuluh darah, lebih-lebih jika robekan terjadi pada pembuluh darah di daerah klitoris, perlu dilakukan penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan. Lokasi robekan yang paling sering ditemui pada vulva yaitu robekan-robekan kecil pada labium minus, vestibulum atau bagian belakang vulva. Luka-luka robekan dijahit dengan catgut secara terputus-putus ataupun secara jelujur. Jika luka robekan terdapat disekitar orifisium uretra atau diduga mengenai vesika urinaria, sebaiknya sebelum dilakukan penjahitan, dipasang dulu kateter tetap. 2. Perlukaan Vagina Perlukaan vagina sering terjadi sewaktu : a. Melahirkan janin dengan cunam. b. Ekstraksi bokong c. Ekstraksi vakum d. Reposisi presentasi kepala janin, umpamanya pada letak oksipto posterior. e. Sebagai akibat lepasnya tulang simfisis pubis (simfisiolisis) bentuk robekan vagina bisa memanjang atau melintang. Tuliskan apa yang anda ketahui
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 7 8 Komplikasi Komplikasi yang terjadi bisa berupa a. Perdarahan pada umumnya pada luka robek yang kecil dan superfisial terjadi perdarahan yang banyak, akan tetapi jika robekan lebar dan dalam, lebih-lebih jika mengenai pembuluh darah dapat menimbulkan perdarahan yang hebat. b. Jika robekan tidak ditangani dengan semestinya dapat terjadi infeksi. Penanganan a. Pada luka robek yang kecil dan superfisial, tidak diperlukan penanganan, sedangkan untuk luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara terputus- putus atau jelujur. b. Untuk robekan pada vagina bisanya sering diiringi dengan robekan pada vulva maupun perinium. Jika robekan mengenai puncak vagina, robekan ini dapat melebar ke arah rongga panggul, sehingga kavum douglas menjadi terbuka. Keadaan ini disebut kolporelasis. 3. Robekan Serviks Robekan serviks dapat terjadi pada : a. Partus presipatatus b. Trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam perforator, vakum ekstraktor) c. Melahirkan kepala janin pada letak sungsang paksa padahal pembukaan serviks uteri dalam lengkap. d. Partus lama, di mana telah terjadi serviks oedema, sehingga jaringan serviks adalah menjadi rapuh dan mudah robek. e. Robekan serviks dapat terjadi pada satu tempat atau lebih. Setiap selesai melakukan persalinan operatif pervaginam, letak sungsang, partus presipitatus, plasenta manual, harus dilakukan pemeriksaan keadaan jalan lahir dengan spekulum vagina. Komplikasi Komplikasi yang segera terjadi adalah perdarahan. kadang-kadang perdarahan ini sangat banyak sehingga dapat menimbulkan syok bahkan kematian. Pada keadaan ini di mana serviks ini tidak ditangani dengan baik, dalam jangka panjang dapat terjadi inkompetensi serviks (cervik incopetence) ataupun infestilitas sekunder. Teknik menjahit robekan serviks a. Pertama-tama robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan klem, sehingga perdarahan menjadi berkurang atau berhenti. b. Kemudian serviks ditarik sedikit, sehingga lebih jelas kelihatan dari luar. c. Jahitan dimulai dari ujung robekan dengan cara jahitan terputus-putus atau jahitan angka delapan (figure of eight suture). d. Jika pinggir robekan bergerigi, sebaiknya sebelum dijahit, pinggir tersebut diratakan dengan jalan menggunting pinggir yang bergerigi tersebut. e. Pada robekan yang dalam, jahitan harus dilakukan lapis dalam lapis. Ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya hematomi dalam rongga di bawah jahitan. 4. Hematoma Vulva a. Terjadinya robekan vulva disebabkan oleh karena robeknya pembuluh darah terutama vena yang terikat di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput lendir vagina. b. Hal ini dapat terjadi pada kala pengeluaran, atau setelah penjahitan luka robekan yang sembrono atau pecahnya vasises yang terdapat di dinding vagina dan vulva. Sering terjadi bahwa penjahitan luka episiotomi yang tidak sempurna atau robekan pada dinding vagina yang tidak dikenali merupakan sebab terjadinya hematoma. Tersebut apakah ada sumber perdarahan. Jika ada, dilakukan penghentian perdarahan. Perdarahan tersebut dengan mengikat pembuluh darah vena atau arteri yang terputus. Kemudian rongga tersebut diisi dengan kasa steril sampai padat dengan meninggalkan ujung kasa tersebut di luar. Kemudian luka sayatan dijahit dengan jahitan terputus-putus atau jahitan jelujur. Dalam beberapa hal setelah sumber perdarahan ditutup, dapat pula dipakai drain. c. Tampon dapat dibiarkan selama 24 jam. Kemudian penderita diberi koagulansia, antibiotika sebagai tindakan profilaksis terdapat infeksi dan raboransia. 5. Robekan Dinding Vagina. Perlukaan dinding vagina sering terjadi sewaktu : a. Melahirkan janin dengan cunam. b. Ekstraksi bokong c. Ekstraksi vakum d. Reposisi presentasi kepala janin, pada letak oksipto posterior. Komplikasi a. Perdarahan pada umumnya pada luka robek yang kecil dan superfisial terjadi perdarahan yang banyak, akan tetapi jika robekan lebar dan dalam, lebih-lebih jika mengenai pembuluh darah dapat menimbulkan perdarahan yang hebat. b. Jika robekan tidak ditangani dengan semestinya dapat terjadi infeksi bahkan dapat timbul septikami. Penanganan a. Pada luka robek yang kecil dan superfisal, tidak diperlukan penangan khusus pada luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara terputus-putus atau jelujur. b. Biasanya robekan pada vagina sering diiringi dengan robekan pada vulva maupun perineum. Jika robekan mengenai puncak vagina, robekan ini dapat melebar ke arah rongga panggul, sehingga kavum douglas menjadi terbuka. Keadaan ini disebut kolporelasis. 6. Kolporeksis Kolporeksis adalah suatu keadaan dimana terjadi robekan pada vagina bagian atas, sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina. Robekan ini dapat memanjang dan melintang. Etiologi a. Pada partus dengan disproporsi sefalopelvik. Apabila segmen bahwa rahim tidak
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 9 10 terfiksis antara kepala janin dan tulang panggul, maka tarikan regangan ini melewati kekuatan jaringan, akan terjadi robekan pada vagina bagian atas. b. Trauma sewaktu mengeluarkan plasenta secara manual. Dalam hal ini tangan dalam tidak masuk ke kavum uteri, tetapi menembus forniks posterios, sehingga kavum douglas menjadi tembus/terbuka. c. Pada waktu melakukan koitus yang disertai dengan kekerasan. Gejala Gejala-gejaladarikolporeksisinilebihkurangsamadengangejalarupturauterisehingga tindakan pertolongannya tidak berbeda dengan tindakan pertolongan ruptura uteri. 7. Fistula Vesikavaginal Etiologi Fistula ini dapat terjadi karena : a. Trauma sewaktu menggunakan alat-alat (Perforaktoe, kait dekapitasi, cunam). b. Persalinan lama (obstructed labor). Dalam hal ini dinding vagina dan dasar vesika urinaria terletak ke dalam waktu yang lama antara kepala dan tulang panggul, sehingga menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan. Beberapa hari setelah melahirkan, jaringan nekrosis ini terlepas, sehingga terjadi fistula antara visika urinaria dengan vagina. Penanganan a. Fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh trauma pada keadaan ini segera setelah terjadi fistula, kelihatan air kencing menetes kedalam vagina. Jika hal ini ditemukan, harus segera dilakukan penjahitan luka yang terjadi. Sebelum penjahitan, terlebih dahulu dipasang katetes tetap dalam visika urinaria, kemudian baru luka dijahit lapis demi lapis sesuai dengan bentuk anatomi visika urinria, yaitu mula-mula dijahit selaput lendir, kemudian otot-otot dinding vesika urineria lalu dinding depan vagina. Jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus atau jahitan angka delapan (figure of eight suture). Kateter tetap dibiarkan di tempat selama beberapa waktu. b. Fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh karena lepasnya jaringan nekrosis. Dalam hal ini gejala besar kencing tidak segera dapat dilihat. Gejala-gejala baru kelihatan setelah 3 – 10 hari pasca persalinan. Kadang-kadang pada fistula yang kecil, dengan menggunakan kateter tetap (untuk drainase fisika urineria) selama bebeapa minggu, fistula yang kecil tersebut dapat menutup sendiri. Pada fistula yang agak besar, penutupan fistula baru dapat dilakukan setelah 3 – 6 bulan pasca persalinan. I. Gangguan Traktus Urinaria Infeksi traktus urinarius sering terjadi pada masa kehamilan dan nifas dan merupakan komplikasi medik paling sering dalam kehamilan. Peningkatan kejadian ini disebabkan oleh faktor hormonal (peningkatan kadar progesteron) dan faktor mekanis yang menyebabkan stasis urine. Infeksi traktus urinarius dapat bersifat simptomatik atau asimptomatik (misal: sistitis, pielonefritis) A. Bakteriuria Asimptomatik Ditemukan bakteri sebanyak > 100.000 per ml air seni dari sediaan air seni “mid stream. Angka kejadian Bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama seperti wanita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2 – 10%. Jenis bakteri yang ditemukan : 1. Eschericia Coli (60%) 2. Proteus mirabilis 3. Klebsiella pneumoniae 4. Streptoccus grup B Bila Bakteriuria Asimptomatik tidak diterapi dengan baik maka 20% ibu hamil akan menderita sistitis akut atau pielonefritis akut pada kehamilan lanjut. Terapi yang dapat diberikan: Ampisilin 3 x 500 mg selama 7 – 10 hari . Setelah terapi, lakukan pemeriksaan ulangan dengan biakan urine oleh karena kejadian ini seringkali berulang (25%). B. Sistitis Akuta Terjadi pada 1 – 2% pada saat kehamilan Gejala: - Disuria - Sering berkemih - Sering tidak dapat menahan miksi - Hematuria Gejala sistemik: - Demam - Nyeri pinggang - Urinalisis : Bakteriuria, Piuria, Hematuria Terapi: Antibitotika spektrum luas atau berdasarkan hasil tes kepekaaan C. Pielonefritis Akuta Terjadi pada 2% kehamilan terutama pada trimester III Gejala : 1. Mual dan muntah 2. Nyeri pinggang 3. Demam tinggi dan menggigil 4. Keluhan sistitis 5. Bisa terjadi septisemia dan syok septic 6. Akibat demam tinggi dapat memicu kontraksi uterus Terapi : - Infus RL dan D5 – rehidrasi - Antibiotika parenteral : cefazoline, sebagian besar (80% ) pasien akan bebas panas dalam waktu 48 jam setelah terapi antibitoka parenteral, lanjutkan terapi antibiotika per oral selama 10 hari. - Observasi persalinan preterm - Lakukan serial biakan urine oleh karena kejadian ini dapat berulang pada 10 – 25% pasien - Lakukan pemeriksaan IVP – intravenous pyelogram 6 minggu pasca persalinan D. Streptococcus Grup B GBS (grup beta streptococcus) adalah flora normal manusia dengan reservoir utama di traktus digestivus. GBS dapat masuk kedalam Traktus Urinarius melalui kontaminasi
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 11 12 feces atau kontak seksual. Vaginal carriage rates 15 – 40% Dampak terhadap kehamilan: Penularan dari ibu ke anak dapat terjadi secara vertikal saat persalinan dengan faktor resiko penularan: • Persalinan preterm • Ketuban Pecah Dini • BBLR • Ketuban pecah 12 – 18 jam sebelum persalinan • Febris intrapartum III. Kelainan Pada Uterus A. Sub Involusi Sesudah partus berakhir uterus yang beratnya 1000 gram mengecil sampai menjadi 40-60 gram dalam 6 minggu. Proses ini dinamakan involusi uterus, didahului oleh kontraksi-kontraksi uterus yang kuat, yang menyebabkan berkurangnya peredaran darah dalam alat tersebut. Kontraksi ini dalam masa nifas berlangsung terus, biarpun tidak sekuat seperti pada permulaan. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya pengaruh estrogen dan progesterone, menyebabkan autolysis yang menyebabkan sel-sel otot pada dinding uterus menjadi lebih kecil dan pendek. Pada subinvolusi proses mengecilnya uterus terganggu. Faktor-faktor yang menyebabkan itu antara lain ketinggalan sisa-sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri, dan sebagainya. Pada peristiwa ini lokea bertambah banyak dan tidak jarang terdapat pula perdarahan. Pemeriksaan bimanual ditemukan uterus lebih besar dan lebih lembek daripada seharusnya, mengingat lamanya masa nifas. Terapi subinvolusio adalah pemberian ergometrin per oral atau dengan suntikan intramuskuler. Pada subinvolusi karena tertinggalnya sisa-sisa plasenta perlu dilakukan kuretase. B. Perdarahan Nifas Sekunder Perdarahan nifas sekunder bila terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan. Perdarahan ini bisa timbul pada minggu kedua nifas. Perdarahan sekunder ini ditemukan kurang dari 1% dari semua persalinan, dan disebabkan oleh subinvolusi, kelainan congenital uterus, inversio uteri, mioma uteri submukosum. Terapi dapat dimulaidenganpemberian0,5mgergometrinsecaraintramuskuler,yangdapatdiulang dalam 4 jam atau kurang. Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan tentang penyebabnya. Apabila tidak ditemukan inversio uteri atau mioma submukosum yang memerlukan penanganan khusus, kuretase dapat menghentikan perdarahan. Pada tindakan kuretase ini perlu dijaga agar tidak terjadi perforasi. C. Erosi Serviks post partum Erosi serviks adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio. Pada kasus erosi servik permukaan epitel squamos mukosa hilang sebagian atau seluruhnya. Servik akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks. Erosi serviks dapat dibagi menjadi tiga: a. Erosi ringan: meliputi < 1/3 total area serviks b. Erosi sedang: meliputi 1/3-2/3 total area serviks c. Erosi berat: meliputi > 2/3 total area serviks D. Prolapsus uteri Pengertian Prolaps Uteri Adalah turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya ke dalam liang atau rongga kemaluan Etiologi Prolaps Uteri Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolaps antara lain: 1. Faktor bawaan Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga mereka khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami masalah yang sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak diketahui, mungkin bawaan menentukan kelemahan otot dan ligamen pada peranakan. Kekenduran atau kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh pola makan dan kesehatan yang agak rendah dibandingkan dengan mereka yang sehat dan makanannya seimbang dan tercukupi dari segi semua zat seperti protein dan vitamin. 2. Exercise Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan melonggarkan otot dalam badan khususnya ligamen dan otot yang memegang kemaluan dan rahim. Ini satu hal yang tidak dapat dihindari tetapi dapat dipulihkan walaupun tidak seratus persen jika seorang wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise untuk menguatkan otot-otot disekitar kemaluan dan lantai punggung. Kegiatan exercise waktu hamil dan setelah persalinan sangat penting untuk mencegah prolaps. Oleh karena itu tidak melakukan exercise ini merupakan salah satu yang menyebabkan kekenduran atau prolaps uteri. 3. Menopause Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural yaitu ketika berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan oleh karena penyakit seperti pengangkatanovari dapat menyebabkanhormon atau seterusnya dapat menyebabkan kelemahan otot dan ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka panjang dapat menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang parah sering terjadi pada wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat kekurangan hormon karena menopause. 4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak ) Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan otot- otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar panggul mengalami kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa mengalami penurunan. 5. Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan tekanan di perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-bulan, adanya tumor di rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air besar berkepanjangan. Klasifikasi Prolaps Uteri Prolaps uteri diklasifikasikan menjadi : a. Prolaps uteri tingkat I : dimana servik uteri turun mendekati prosesus spinosum b. Prolaps uteri tingkat II : dimana servik terdapat diantara prosesus spinosum dan introitus vagina c. Prolaps uteri tingkat III : servik keluar dari introitus vagina d. Prolaps uteri tingkat IV : seluruh uterus keluar dari vagina (prosidensia uteri)
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 13 14 Gejala Prolaps Uteri Gejala sangat individu. Keluhan yang sering terjadi antara lain, perasaan ada benda mengganjal atau menonjol di depan vagina sehingga sangat mengganggu ketika berjalan atau bekerja. Kadang timbul luka pada rahim yang menonjol tersebut dikarenakan gesekan celana dalam atau benda yang diduduki dan dari luka tersebut bisa menimbulkan infeksi. Gejala lainnya, sering timbul keputihan karena luka tersebut atau karena sumbatan pembuluh darah di daerah mulut rahim, serta ada keluhan rasa sakit dan pegal pada pinggang. Keluhan sakit ini akan hilang bila wanita tersebut berbaring. Patologi Prolaps Uteri Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat beberapa tingkat, dari yang paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan pervaginam yang susah, dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligamen- ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvik dan otot-otot fasia dasar panggul. Juga dalamkeadaantekananintraabdominalyangmeningkatdankronikakanmemudahkan penurunan uterus, terutamaa apabila tonus otot mengurang seperti pada penderita dalam menopause. Serviks uteri terletak di luar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut, dan lambat laun menimbulkan ulkus, yang dinamakan ulkus dekubitus. Diagnosa Prolaps Uteri Pemeriksaan vagina harus dilakukan dengan speculum Sim atau dengan memakai speculum Graves standard dan membuang bilah anterior. Sementara menekan dinding vagina posterior, pasien diminta untuk mengejan. Ini akan menunjukkan penurunan dinding vagina anterior sesuai dengan kistokel dan pergeseran uretra. Dengan demikian juga, penarikan kembali dinding vagina anterior selama mengejan menunjukkan suatu enterokel dan rektokel. Pemeriksaan rectum sering berguna untuk menunjukkan rektokel dan untuk membedakannya dengan suatu enterokel. Tingkat prolaps rahim yang kecil hanya dapat dikenali dengan merasakan penurunan servik saat pasien mengejan. Kadang-kadang prolaps rahim perlu diuji dengan menarik servik dengan suatu tenakulum. Kalau ada keraguan adanya prolaps pasien diminta untuk berdiri atau berjalan beberapa saat sebelum pemeriksaan. Komplikasi Prolaps Uteri Komplikasi yang dapat menyertai prolaps uteri adalah: • Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri • Dekubitus • Hipertropi servik uteri dan elangasio kolli • Gangguan miksi dan stress incontinence • Infeksi jalan kencing • Kemandulan • Kesulitan pada waktu partus • Hemoroid. Penanganan Prolaps Uteri Pengobatan ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi atau kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi: a. Latihan-latihan otot dasar panggul Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada pasca persalinan yangbelum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan. Caranya adalah, penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah hajat atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri dari obturator yang dimasukkan ke dalam vagina, dan yang dengan satu pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur. b. Stimulasi otot dengan alat listrik Kontraksi otot-otot panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodanya dapat dipasang dalam pesarium yang dimasukkan ke dalam vagina. c. Pengobatan dengan pesarium Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Prinsip pemakaian pesarium adalah alat tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Pengobatan operatif Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan. Gambar Penanganan Prolaps Uteri
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 15 16 Rangkuman Pada masa nifas, jalan lahir sering mengalami gangguan, gangguan yang sering dijumpai adalah perlukaan vulva, perlukaan vagina, robekan serviks, hematoma vulva, robekan dinding vagina, kolporeksis, fistula vesikavaginal. Perlukaan vulva sering dijumpai pada waktu persalinan. Jika diperiksa dengan cermat, akan sering terlihat robekan. Robekan kecil pada labium minus, vestibulum atau bagian belakang vulva. Jika robekan atau lecet hanya kecil dan tidak menimbulkan perdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Tetapi jika luka robekan terjadi pada pembuluh darah, lebih-lebih jika robekan terjadi pada pembuluh darah di daerah klitoris, perlu dilakukan penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan. Perlukaan vagina sering terjadi sewaktu: melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi bokong, ekstraksi vakum, reposisi presentasi kepala janin, umpamanya pada letak oksipto posterior. Sebagai akibat lepasnya tulang simfisis pubis (simfisiolisis) bentuk robekan vagina bisa memanjang atau melintang. Robekan serviks dapat terjadi pada: partus presipatatus, trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam perforator, vakum ekstraktor), melahirkan kepala janin pada letak sungsang paksa padahal pembukaan serviks uteri dalam lengkap dan partus lama. Kolporeksis adalah suatu keadaan dimana menjadi robekan pada vagina bagian atas, sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina. Robekan ini dapat memanjang dan melintang. Infeksi traktus urinarius sering terjadi pada masa kehamilan dan nifas dan merupakan komplikasi medik paling sering dalam kehamilan. Peningkatan kejadian ini disebabkan oleh faktor hormonal (peningkatan kadar progesteron) dan faktor mekanis yang menyebabkan stasis urine. kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderitayang juga di pengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya, diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Frekuensi penyakit ini 0,3-0,7 %. Tiga faktor utama dalam persalianan, yaitu faktor jalan lahir ( passage ), faktor anak dan faktor tenaga. Selain itu, dalam persalinan dapat di tambahkan faktor fsikis ( kejiwaan ) wanita menghadapi kehamilan, persalinan,dan nifas. Karena itulah seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosionil, dan psikoseksual serta psikososial sebelum kawin dan menjadi hamil. Perasaan cemas, takut, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Efek infeksi virus terhadap kehamilan bergantung pada apakah virus dapat melewati barierplasenta.Diantaravirusyangdijumpaidalamtubuhjaninada3yangmenyebabkan pengaruh teratogenik: rubella, sitomegalovirus dan herpesvirus hominis. Evaluasi Formatif Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi yang baru saja Anda pelajari, sekarang jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang paling Anda anggap benar. 1. Seorang ibu postpartum mengalami robekan atau lecet hanya kecil pada vulva dan tidak menimbulkan perdarahan banyak, tindakan pada yang seharusnya dilakukan oleh seorang bidan...... a. Tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa b. Melakukan penjahitan luka robekan tingkat I c. Melakukan penjahitan luka robekan tingkat II d. Luka-luka robekan dijahit dengan catgut secara terputus-putus e. Luka-luka robekan dijahit dengan catgut secara jelujur. 2. Disuria,seringberkemih,seringtidakdapatmenahanmiksi,hematuriamerupakan gejala dari….. a. Klebsiella pneumonia b. Pielonefritis Akuta c. Sistitis Akuta d. Radang panggul e. Piuria 3. Seorang ibu postpartum hari ke 6 datang dengan keluhan lokea bertambah banyak dan tidak jarang terdapat pula perdarahan. Pada pemeriksaan ditemukan uterus lebih besar dan lebih lembek daripada seharusnya, keadaan ini menandakan ibu sedang mengalami…… a. Infeksi postpartum b. Autolisis c. Sub involusi d. Erosi serviks e. Servisitis 4. Suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio disebut….. a. Autolisis b. Sub involusi c. Servisitis d. Erosi serviks e. Portioitis
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 17 185. Turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya ke dalam liang atau rongga kemaluan, disebut….. a. Prolapsus uteri b. Kolporeksis c. Hematoma Vulva d. Erosi serviks e. Autolisis 6. Seorang wanita datang dengan keluhan terasa ada yang keluar dari alat kemaluan. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata seluruh uterus keluar dari vagina, keadaan ibu tersebut menandakan ibu dalam prolaps uteri tingkat…… a. Tingkat I b. Tingkat II c. Tingkat III d. Tingkat IV e. Tingkat V 7. Seorang ibu sehabis melahirkan mengalami lecet pada labia minor, dan tidak mengeluarkan banyak darah, maka tindakan yang sebaiknya Anda lakukan adalah….. a. Melakukan penjahitan dengan tehnik jelujur b. Melakukan penjahitan secara terputus-putus c. Melakukan pemasangan kateter sebelum melakukan penjahitan d. Melakukan penjahitan secara jelujur dan pada lokasi tertentu secara terputus- putus e. Tidak perlu melakukan penjahitan 8. Seorang ibu yang mengalami robekan pada servik. Pada keadaan jika serviks ini tidak ditangani dengan baik, dalam jangka panjang dapat terjadi...... a. Infertilitas primer b. Inkompetensi serviks c. Robekan uterus d. Retensio plasenta e. Solusio plasenta 9. Penjahitan luka episiotomi yang tidak sempurna atau robekan pada dinding vagina yang tidak dikenali dapat menyebabkan terjadinya..... a. Robekan vagina b. Robekan vulva c. Hematoma d. Robekan serviks e. Robekan perineum 10. Seorang ibu melahirkan mengalami robekan pada vagina bagian atas, sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina, keadaan pada ibu tersebut diatas disebut..... a. Kolporeksis b. Prolaps uteri c. Prolaps serviks d. Hematoma vagina e. Ruptur vagina TUGAS MANDIRI Setelah mempelajari materi Kegiatan Belajar 3 saya ajak Anda untuk berlatih, menghubungkan konsep teori yang telah Anda pelajari tersebut dengan situasi nyata di lapangan. Lakukanlah tugas berikut dengan sebaik-baiknya: TUGAS: Seorang ibu berusia 45 tahun yang telah memiliki 6 orang anak datang ke klinik Anda dengan keluhan terasa ada seperti daging yang keluar dari kemaluannya, ibu tersebut merasa gelisah dengan keadaan dirinya sekarang dan ingin menge- tahui apa penyebab terjadinya hal tersebut. Menurut Anda ibu tersebut sedang mengalami apa dan berikan nasehat tentang faktor-faktor penyebab hal tersebut untuk mengurangi kecemasan pada ibu. Jawaban: Tuliskan apa yang anda ketahui
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 19 Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 3 1. A 2. C 3. C 4. D 5. A 6. D 7. E 8. B 9. C 10. A Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS) 2015