1. KELOMPOK 2 : MALIN KUNDANG
KELAS : X-10
PEMERAN :
a. Hoirotus sebagai Narator
b. Andre Kurniawan sebagai Malin Kundang
c. Kafita Amaliya sebagai Ibu Malin
d. Firda Maria U. sebagai teman Malin
e. M. Rofi’un N. sebagai Saudagar kaya
f. Adin Eka R. sebagai Istri Malin
g. Khusnul Khitom sebagai Bajak Laut 1
h. Narendrasasi sebagai Bajak Laut 2
i. Prinanda P. sebagai anak buah kapal saudagar kaya dan prt
Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat,
Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka kepada
ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang,
Sumatra Barat konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.
Asal mulanya, di sebuah desa terdapat seorang anak yang cerdas tetapi sedikit nakal.
Suatu hari ia mengejar ayamnya. Saat ia mengejar si ayam, ia tersandung batu dan lengan
kanannya terluka. Luka itu menjadi berbekas di lengannya dan tak bisa hilang.
Malin : “(mengejar ayam) hee… ayam…. Mau kemana kamu? Sini!! Kembalikan
iwak pindangku!! (terjatuh…) uwaaaaa……. Sakiiit (meringis)”
Di rumah, Malin berbincang-bincang dengan Ibunya tentang masalah yang serius.
Ibu Malin : “(panik) aduh Nak…. Tanganmu kenapa? Astaghfirullah….”
Malin : “Ini tak apa, Bu. Hanya luka yang berbekas. Selain itu, ada hal penting yang
ingin Malin bicarakan.”
Ibu Malin : “Apa itu, Nak?”
Malin : “Malin ingin merantau ke pulau seberang. Malin ingin membantu Ibu untuk
mencari nafkah.”
Ibu Malin : “Ya Allah… Jangan Nak! (menepuk pundak Malin). Ibu tak terima apabila
engkau tidak kunjung kembali pulang seperti Ayahanda-mu itu.”
Malin : “TIDAK, Bu. Tidak Bisa….. Malin harus merantau untuk membahagiakan
Ibu seorang. Restukanlah anakmu yang comel dan handsome ini.”
Ibu Malin : “Ya sudahlah Nak. Terserah apa katamu, tapi cepatlah kembali Nak. Restu
ibu menyertaimu”
Malin : “Terima kasih Ibu. Ibu cantik deh…. Malin akan menjaga amanah yang Ibu
berikan”
Keesokan harinya, Malin diantar temannya ke dermaga untuk berkenalan dengan
Saudagar Kaya yang hendak melaut.
2. Teman Malin : “Assalamualaikum…..Malin….. oh…. Malin”
Malin : “Waalaikumsalam”
Teman Malin : “Ayo Malin kita berangkat sekarang. Kamu sudah ditunggu Saudagar Kaya
itu”
Malin : “Ibu…. (salim tangan Ibunya) Tolong… Doakan anakmu ini agar selamat
sampai tujuan.”
Ibu Malin : “Tentu Nak, Tentu. Ibu akan selalu mendoakanmu dimanapun dan kapanpun
kamu berada (menangis)”
Malin : “Assalamualaikum. Aku sayang Ibu”
Ibu Malin : “Waalaikumsalam.”
Dan sesampainya di dermaga, teman Malin memperkenalkannya kepada Saudagar Kaya
Raya nan Cetar Membahana Badai Ulala.
Teman Malin : “Malin, Aku perkenalkan dengan Saudagar yang berlabuh hari ini.”
Malin : “Selamat pagi, Pak. Perkenalkan, nama saya Malin Kundang. Hari ini saya
ingin menjadi awak kapal Anda. Mohon bantuannya.”
Saudagar Kaya: “Ok.. I know…I Know…. Tentu saja saya mengajarimu tentang pelayaran.
Saya tidak suka dengan anak buah yang hanya berbekal otot bukan otaknya”
Malin : “Ayyayay Capten, (hormat).”
Kemudian, seluruh awak kapal siap unutuk berlayar. Tak lupa Malin menitipkan pesan
pada Temannya.
Malin : “Oii….. Jaga Ibunda ya…. Malin akan segera pulang setelah sukses nanti
(melambaikan tangannya)”
Teman Malin : “Aku akan menjaganya, Malin. Jaga dirimu juga ya!! Hati-Hati”
Salah satu anak buah Saudagar mengajari Malin bagaimana cara berlayar yang baik dan
benar. Malin dilatih cara menangani badai dan ancaman di laut. Karena cerdas, Malin cepat
tanggap.
Di tengah pelayaran, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang diserang Bajak Laut
yang entah keluar dari mana. Semua barang para pedagang yang ada di kapal Saudagar
ludes diembat Bajak Laut tersebut. Sebelum itu ada pertarungan sengit antara bajak laut dan
awak kapal. Dengan cerdiknya, Malin hanya berpura-pura mati setelah bertarung dengan
salah satu Bajak Laut.
Bajak Laut 1 : “HAHAHAHA…. Serahkan barang berharga kalian!!” (siap menikam
Saudagar)
Bajak Laut 2 : “HUOHOHO….. Cepat!! Pilih Harta atau Nyawa!!”
Malin : “Ada apa ini? Siapa kalian?”
Bajak Laut 2 : “Ehm…. Sepertinya kalian tidak tau siapa kami.”
Bajak Laut 1&2: “Kami berdua adalah…. BAJAK LAUT” (soundtrack terdengar)
Awak Kapal : “APAAA?? Bajak Laut??” (shocknya pegang pipi)
3. Saudagar Kaya: “Cepat selamatkan diri kalian!! Tak usah memperdulikan aku!!”
Bajak Laut 1 : “DIAM kamu!! Jangan berisik!!”
Anak Buah : “Ayo semua…. Kita pertahankan kapal ini. Jangan sampai para Bajak Laut
itu mengambil alih. Apa lagi, jika kita mati ditangan mereka, maka …. Habis
sudah masa depan kita!! Teman-teman, (menghempaskan pedang) hidup dan
mati kita ada ditangan kalian masing-masing!! Hanya Allah yang
menentukan!!! ALLAHU AKBAR!! ALLAHU AKBAR!! SERAAANG!!
Plot :
a. Malin berpura-pura meninggal ditangan bajak laut
b. Salah satu anak buah meninggal ditangan bajak laut
c. Saudagar meninggal setelah anak buah terbunuh
d. Bajak laut mengambil alih kapal dan berlayar di sebuah pulau
Bajak Laut tidak menyadari bahwa Malin berpura-pura meninggal. Awak kapal yang
telah dibantai dibuang ke samudra. Malin yang masih hidup segera bersembunyi sebelum
ketahuan. Mereka berlabuh di sebuah pulau tak berpenghuni.
Malin berlayar saat bajak laut lengah, yakni ketika bajak laut sedang menurunkan harta
benda di sebuah pulau.
Malin : “Hey Bajak Laut. Aku akan membawa kapal ini. Sampai jumpa!! (wink)”
Bajak Laut 2 : “JANGAAN….. Itu transportasi satu-satunya….”
Bajak Laut 1 : “Hey kamu, cepat kejar dia!! Jangan sampai lolos lagi!!” (gaya CJR)
Bajak Laut 2 : “Duh aku enggak tahu gimana cara untuk mengejarnya” (gaya CJR)
Bajak Laut 1 : “AYO cepat!! Kok kita malah nanyi?.” (mengejar).
Malin meninggalkan kedua Bajak Laut itu yang tidak bisa mengejarnya.
Bajak Laut 1 : “Sial, kita ditipu bocah tengik itu”
Bajak Laut 2 : “Kalau harta kita habis, kita mau makan apa? Makan kerikil? Makan pasir?
OMG”
Bajak Laut 1 : “Tapi, setidaknya kan aku nggak makan hati, melihat dirimu bersama orang
lain”
Bajak Laut 2 : “EA… Apaan sih…. Sempet aja nggombal…. Trus gimana ini?”
Bajak Laut 1 : “Emang udah nasib kita kaless…. Nyantai aja!”
Bajak Laut 2 : “Nyantai gimana HAH? Apanya yang NYANTAI (nggebukin Bajak Laut 1)”
Bajak Laut 1 : “Aduhh…. Aduhh.. woles woi… woles. Daripada kita galau, mending
nyanyi aja yuk!!”
~Musik. Bang Jali on the way~
Setelah bertahun-tahun, Malin berhasil menjadi orang sukses berkat usaha dan kerja
kerasnya. Ia memiliki kapal pribadi dan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang.
4. Suatu hari yang cerah, Malin bertemu seorang gadis cantik di sebuah dermaga tempat ia
berlayar. Mereka saling jatuh hati pada pandangan pertama.
(Malin dan Istri Malin saling memandang)
Malin : “Manis sekali gadis itu (menghampiri) Bolehkah seorang pemuda seperti
diriku ini mengenal gadis semanis kamu?”
Istri Malin : “Boleh”
Malin : “Namaku Malin Kundang. Aku telah berlayar keseluruh penjuru dunia, tetapi
aku hanya jatuh cinta… jatuh cinta kepada seorang gadis yang ada
dihadapanku sekarang ini. Ya, Aku jatuh cinta pada pandangan pertama.”
Istri Malin : “Oh benarkah dikau menyukaiku, Kakanda?”
Malin : “Tentu saja Adinda, dikau tercinta sangat menarik hatiku ini… Aku ingin
memilikimu…Dimanakah tempat kediamanmu, wahai purnamaku?”
Istri Malin : “Disana… tepatnya di ujung dermaga”
Malin : “Baiklah… hari ini juga aku akan menemui orang tuamu dan meminangmu
dengan bismillah”
Istri Malin : “(tersipu malu) apa Kakanda serius?”
Malin : “Ciyus Adinda, ayo kita berangkat sekarang.”
Malin Kundang pergi melamar seorang anak gadis Saudagar yang Kaya Raya. Setelah
sampai di depan rumah calon istrinya, Malin bersiap dengan gagahnya untuk bertemu
dengan calon mertuanya.
Malin : “Permisi, Assalamualaikum.”
PRT : “Waalaikumsalam. Oh, nona muda dan siapakah gerangan ini?”
Malin : “Saya Malin Kundang, Saudagar dari pulau seberang. Saya ingin bertemu
dengan si tuan rumah”
PRT : “Baiklah, Silahkan masuk.”
Malin : “(diruang tamu) Permisi Tuan”
Saudagar : “Ada apa pemuda? Ada kepentingan apa kamu datang kemari?”
Malin : “Sebelumnya, saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Malin Kundang,
Saudagar dari pulau seberang”
Saudagar : “Loh, Kebon Sikep, toh?”
Malin : “Ya… RT 06 RW 02.”
Saudagar : “Owalah… Gendangan, Sidoarjo? Lalu ada apa kau kemari?”
Malin : “Saya ingin meminang anak Anda. Bersediakah Anda, jika….. saya
persunting. (wajah nakal)”
Saudagar : (Tersipu malu)
PRT & Istri M.: “JANGAN BILANG KALIAN MAHO!!”
Saudagar : “(tersadar) Oh…. Maksudmu mempersunting anak gadisku satu-satunya?”
Malin : “Eh, iya Tuan…. Maaf, saya salah ngomong (hehe)”
Saudagar : “Bagaimana dengan orangtuamu?”
Malin : “(gugup) Me..Mereka telah meninggal setelah saya pergi merantau. Jadi,
saya tinggal sendiri dan berusaha keras hingga saat ini”
Saudagar : “Bagaimana, Nak? Apakah kamu juga menyukai dia?”
5. Istri Malin : (tersenyum dan mengangguk-angguk)
Saudagar : “Baiklah, bulan depan kalian akan menjadi suami istri. Persiapkanlah
diri kalian.”
Malin : “Terima kasih, Tuan. Terima kasih. Saya mohon diri. Apabila ada salah kata
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya . Wabilahitaufiq wal hidayah.
Wassalamualaikum Wr. Wb” (keluar dari rumah).
Saudagar : “Waalaikumsalam. Hemm…. Dia benar-benar anak yang baik”
Setelah satu bulan, mereka telah resmi menjadi suami istri dan berlayar ke sebuah pulau
dimana pulau itu adalah kampung asal Malin. Malin tidak menyadarinya.
Ketika Malin hendak pergi berlayar meninggalkan pulau itu, tiba-tiba seorang gadis
bersama seorang wanita tua mencegat Malin menaiki kapalnya.
Teman malin : “Oh…. Benarkah engkau itu Malin?”
Ibu Malin : “Malin? MALIN anakku? Benarkah itu kau, Nak?
Istri Malin : “Benarkah apa yang dikatakan mereka, Suamiku?”
Malin : “Si..Siapa kalian… Aku tidak kenal… Bau busuk, wajah kusut….
mau kalian apa HAH?”
Ibu Malin : “(terisak) tidak Nak… Ini Ibunda, Nak, Ibunda…. Tak mungkin engkau
melupakan wajah Ibundamu yang cantik ini. Apalagi ada bekas luka ditangan
kananmu (memegang tangan malin).”
Malin : “BUKAN…. (menghempis tangan ibunya) Orang tuaku sudah meninggal
sejak aku merantau ke pulau seberang. Kau tidak bisa membuktikan apa-apa
padaku!!” (menyilangkan tangan)
Ibu Malin : (menangis)
Teman Malin : “JAHAT kamu Malin… tega-teganya kamu melupakan kami. Tak sadarkah
apa yang kamu perbuat! Dasar Anak Durhaka (membentak-bentak)”
Malin : “(menghentakkan kaki)Apa hak mu membentakku seperti itu HAH??
Pergilah kalian, kalian sudah membuatku MUAK!!” (meninggalkan Ibu dan
Teman Malin).
Setelah Malin memasuki kapal bersama Istrinya, Ibu Malin yang tadinya Menangis
menjadi murka di dermaga. Lalu, Ibunya mengutuk Malin.
Ibu Malin : “Ya ALLAH!! Kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah
BATU berserta seisi kapalnya!!” (serentak dengan suara petir menggelegar)
Tiba-tiba langit menjadi mendung di tengah laut, badai pun datang. Kapal Malin mulai
terombang-ambing dicombak-cambik lautan yang ganas. Awak kapal Malin tak sanggup
menghadapinya.
6. Istri Malin : “Apa benar tadi itu Ibundamu, Wahai Kakanda?”
Malin : “Aku mengakuinya, itu Ibundaku. Sungguh bodohnya aku. Ya Tuhan,
Ampuni aku!!” (frustasi)
Istri Malin : “Sebenarnya aku tidak keberatan jikalau itu mertuaku, wahai Kakanda.
Apalah daya, nasi telah menjadi bubur. (menangis) aku… aku ra popo”
Seketika, semua isi kapal berubah menjadi batu. Akhirnya, mereka mendapatkan akhir
yang menyedihkan. Jadi, untuk kalian semua, jangan ada yang mendurhakai orang tua
kalian, ya. Inilah akibat dari perbuatan si Malin Kundang. Murka Allah adalah Murka
Orangtua kalian.