UU Kehutanan telah ditafsirkan secara keliru oleh pemerintah semenjak tahun 1999. Hal ini dapat dilihat dari aturan pelaksana undang undang didesain untuk kepentingan kelompok tertentu yang merampas hak asal usul yang dimiliki oleh masyarakat. Aturan pelaksana berupa peraturan pemerintah dan peraturan mentri berusaha mengaburkan beberapa substansi penting yang diatur dalam undang undang. Kekeliruan dalam penafsiran ini telah diluruskan oleh beberapa putusan mahkamah konstitusi diantaranya PUU 45 dan PUU 35.Kekacauan logika yang sangat fundamental terdapat dalam Status dan Fungsi kawasan hutan, aturan pelaksana secara sistimatis berusaha mengaburkan Status kawasan hutan menjadi fungsi kawasan hutan. Padahal konflik tenurial yang terjadi justru merupakan dampak dari ketidakpastian Status Kawasan Hutan. Sehingga banyak masyarakat dikriminalisasi dengan tuduhan menguasai kawasan hutan secara tidak syah, sementara itu kawasan hutan yang dipersoalkan belum mempunyai kepastian hukum.
1. Kepastian Hukum
Kawasan Hutan dan
Politik Penguasaan
Ruang
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (PUU 45)
Raflis
http://raflis.wordpress.com/
Wakil Sekjen Forum Tata Ruang Sumatera
Disampaikan Pada: Seminar dan Lokakarya “ Menuju Kawasan Hutan
yang berkepastian hukum dan berkeadilan di Hotel Pangeran
Pekanbaru pada tanggal 28-29 Mei 2013 yang dilaksanakan oleh
Transparency International Indonesia
2. Outline
• Logika Kepastian Hukum Kawasan Hutan
• Praktek Pengukuhan Kawasan Hutan
• Kepastian Hukum Kawasan Hutan dan Tata Ruang
• Politik Penguasaan Ruang
• Perampasan lahan (Land Grabbing)
• Pembuatan kebijakan yang salah (Constitutional
Corruption)
• Kesimpulan
4. Bab Status dan Fungsi Kawasan Hutan
1. Status: Pasal 5 ayat (1) Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: a. hutan
negara, b. hutan hak c. Hutan Adat (PUU 35 2012)
2. Fungsi : Pasal 6 ayat (1) Hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu: a. fungsi
konservasi, b. fungsi lindung, dan c. fungsi produksi.
3. Hutan dengan Tujuan Khusus: Pasal 8 ayat (1) Pemerintah dapat
menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus.
4. Hutan Kota: Pasal 9 ayat (1) Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro,
estetika, dan resapan air, di setiap kota ditetapkan kawasan tertentu
sebagai hutan kota.
• Keempat Kawasan ini berdiri sendiri, Secara spasial
merupakan 4 peta tematik yang berbeda dalam satu
wilayah yang sama dan dapat tumpang tindih (overlap) satu
sama lain.
5. Status Kawasan Hutan
Status Kawasan Hutan
Hutan Negara Hutan Hak
Pasal 5 ayat 1 point a
Pasal 5 ayat 1 point b
Hutan Adat Hutan Desa
hutan negara yang
diserahkan
pengelolaannya
kepada masyarakat
hukum adat
Hutan Kemasyarakatan
Hutan negara yang
dikelola oleh desa dan
dimanfaatkan untuk
kesejahteraan desa
Hutan negara yang
pemanfaatan utamanya
ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat
Hutan hak yang berada
pada tanah yang
dibebani hak milik
Hutan Rakyat
Secara Umum Status Kawasan Hutan mengatur
tentang hak penguasaan dan hak pengelolaan
Kawasan Hutan
6. Status Kawasan Hutan
(Pasca PUU 35)
Status Kawasan Hutan
Hutan Negara Hutan Hak
Pasal 5 ayat 1 point a Pasal 5 ayat 1 point b
Hutan Adat
Hutan Desa
hutan negara yang
diserahkan
pengelolaannya
kepada masyarakat
hukum adat
Hutan Kemasyarakatan
Hutan negara yang
dikelola oleh desa dan
dimanfaatkan untuk
kesejahteraan desa
Hutan negara yang
pemanfaatan utamanya
ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat
Hutan hak yang berada
pada tanah yang
dibebani hak milik
Hutan Rakyat
Secara Umum Status Kawasan Hutan mengatur
tentang hak penguasaan dan hak pengelolaan
Kawasan Hutan
Hutan Adat
7. Fungsi Kawasan Hutan
Fungsi Kawasan Hutan
Konservasi Lindung Produksi
suaka alam
pelestarian alam
taman buru Melalui proses
verifikasi ilmiah
Secara Umum Fungsi Kawasan Hutan mengatur tentang Cara
pengelolaan kawasan hutan
Skoring
8. Hirarki Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Status
Fungsi
Hutan Negara
Hutan Hak Hutan Rakyat
Hutan Adat
Hutan Kemasyarakatan
Hutan Desa
Hutan Negara Bebas ????
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Suaka Alam
Pelestarian Alam
Taman Buru
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Konversi
Taman Nasional
Taman Wisata Alam
Suaka Margasatwa
Cagar Alam
Taman Buru
Penguasaan
Pengelolaan
Hutan Adat
9. Analisis Spasial dan Overlay
Kawasan Hutan
• Analisis spasial adalah suatu teknik
atau proses melibatkan sejumlah
hitungan & evaluasi logika (matematis),
dilakukan untuk mencari atau
menemukan hubungan (relationships)
atau pola di antara unsur geografis.
• Overlay adalah analisis spasial esensial
yang mengombinasikan dua
layer/tematik yang menjadi
masukannya
Status
Kawasan Hutan
Fungsi
Kawasan Hutan
Overlay
Status dan Fungsi
Kawasan Hutan
Merupakan Penggabungan
secara tumpang susun
(Overlay) antara peta
tematik status kawasan
hutan dan peta tematik
fungsi Kawasan Hutan
10. Status dan Fungsi Kawasan Hutan
(Menggabungkan Aspek Penguasaan dan Aspek Pengelolaan)
Status Kawasan Hutan
Fungsi Kawasan Hutan
Overlay
Status dan Fungsi
Kawasan Hutan
1. Hutan Negara
2. Hutan Hak
3. Hutan Adat
1. Hutan Konservasi
2. Hutan Lindung
3. Hutan Produksi
1. Hutan Negara Hutan Konservasi
2. Hutan Negara Hutan Lindung
3. Hutan Negara Hutan Produksi
4. Hutan Hak Hutan Konservasi
5. Hutan Hak Hutan Lindung
6. Hutan Hak Hutan Produksi
7. Hutan Adat Hutan Konservasi
8. Hutan Adat Hutan Lindung
9. Hutan Adat Hutan Produksi
Sub Kategori Kawasan
1. Status 5 sub kategori
2. Fungsi 9 sub kategori
Status dan Fungsi
berjumlah 45 sub kategori
11. Status dan fungsi kawasan hutan
(Dengan Fungsi Kawasan Hutan menggunakan logika TGHK dan Penunjukan)
Fungsi
1. Hutan Konservasi
2. Hutan Lindung
3. Hutan Produksi Terbatas (HPT)
4. Hutan Produksi Tetap (HP)
5. Hutan Produksi Konversi (HPK)
6. Area Pemanfaatan Lain (APL)
Status
1. Hutan Adat
2. Hutan Desa
3. Hutan Kemasyarakatan
4. Hutan Negara Bebas
5. Hutan Rakyat
Status dan Fungsi
1. Hutan Adat Hutan Konservasi
2. Hutan Adat Hutan Lindung
3. Hutan Adat Hutan Produksi
Terbatas
4. Hutan Adat Hutan Produksi Tetap
5. Hutan Adat Hutan Produksi
Konversi
6. Hutan Desa Hutan Konservasi
7. Hutan Desa Hutan Lindung
8. Hutan Desa Hutan Produksi
Terbatas
9. Hutan Desa Hutan Produksi Tetap
10. Hutan Desa Hutan Produksi
Konversi
11. Hutan Kemasyarakatan Hutan
Konservasi
12. Hutan Kemasyarakatan Hutan
Lindung
13. Hutan Kemasyarakatan Hutan
Produksi Terbatas
14. Hutan Kemasyarakatan Hutan
Produksi Tetap
15. Hutan Kemasyarakatan Hutan
Produksi Konversi
16. Hutan Negara Bebas Hutan
Konservasi
17. Hutan Negara Bebas Hutan
Lindung
18. Hutan Negara Bebas Hutan
Produksi Terbatas
19. Hutan Negara Bebas Hutan
Produksi Tetap
20. Hutan Negara Bebas Hutan
Produksi Konversi
21. Hutan Rakyat Hutan Konservasi
22. Hutan Rakyat Hutan Lindung
23. Hutan Rakyat Hutan Produksi
Terbatas
24. Hutan Rakyat Hutan Produksi
Tetap
25. Hutan Rakyat Hutan Produksi
Konversi
Overlay
Catatan: Area Pemanfaatan Lain tidak dimasukkan
karena bukan merupakan Kawasan Hutan
12. Kepastian Hukum Kawasan Hutan
• Pasal 1 point C: Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
• Pasal 4 ayat (2): Penguasaan hutan oleh Negara …….. memberi wewenang kepada Pemerintah
untuk: b. menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai
bukan kawasan hutan.
• Pasal 6 ayat (2): Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut: a. hutan
konservasi, b. hutan lindung, dan c. hutan produksi.
• Pasal 14 ayat (2) Kegiatan pengukuhan kawasan hutan …….. dilakukan untuk memberikan kepastian
hukum atas kawasan hutan.
• Pasal 15 ayat (1) Pengukuhan kawasan hutan …….dilakukan melalui proses sebagai berikut: a.
penunjukan kawasan hutan, b. penataan batas kawasan hutan, c. pemetaan kawasan hutan, dan d.
penetapan kawasan hutan.
• Pasal 15 ayat (2) Pengukuhan kawasan hutan ……..dilakukan dengan memperhatikan rencana tata
ruang wilayah.
• Dari pasal pasal diatas dapat dilihat bahwa baik status
maupun fungsi harus melalui proses PENETAPAN , yang
tahap akhir dari proses pengukuhan sehingga kawasan
hutan mempunyai kepastian hukum.
14. Praktek Pengukuhan Kawasan Hutan
• Pengukuhan Kawasan hutan hanya dilakukan terhadap Fungsi
kawasan hutan, tetapi tidak dilaksanakan terhadap status kawasan
hutan
• Terhadap fungsi kawasan hutan hanya 12 % yang sudah
ditetapkan, sedangkan terhadap status kawasan hutan belum
pernah dilakukan penunjukan apalagi penetapan.
• Di provinsi Riau belum dilakukan penunjukan baik terhadap status
maupun fungsi berdasarkan UU 41/1999, Legalitas kawasan hutan
masih menggunakan kepmen 173 tahun 1986.
• Perubahan fungsi kawasan hutan sedang dilakukan dengan
membentuk tim terpadu penyusunan RTRWP. (Pemutihan
Pelanggaran?)
PenetapanPemetaan
Penataan
Batas
Penunjukan Perubahan
20. Kepastian Hukum Kawasan Hutan dan
Tata Ruang
• Kepastian hukum kawasan hutan merupakan input
data dalam penyusunan Rencana Tata Ruang.
• Jika Input salah maka output juga akan salah
Data Kawasan Hutan
Data Lainnya
Penyusunan
Rencana Tata
Ruang
RTRWN
RTR Pulau
RTRWP
RTRWK
Input Proses Output
21. Politik Penguasaan Ruang
• Ada upaya untuk menciptakan ketidakpastian terhadap
status dan fungsi kawasan hutan
• Ada 4 peta yang mengatur fungsi kawasan hutan (RTRWN,
RTRWP, RTRWK, TGHK). Keempat peta tersebut berbeda
satu sama lain dan saling melemahkan
• Izin diberikan pada kawasan yang belum mempunyai
kepastian hukum dan sebagian diantaranya tidak sesuai
dengan RTRWN, RTRWP, RTRWK dan TGHK
• Manipulasi hak menguasai negara untuk dimanfaatkan
untuk kepentingan tertentu dengan mengorbankan rakyat,
atas nama undang undang.
• Praktek penguasaan ruang identik dengan perampasan
lahan rakyat untuk kepentingan penguasa dan pemodal.
22. Perampasan lahan
(Land Grabbing)
• Tidak dilaksanakannya pengukuhan berdasarkan
Status Kawasan Hutan sesungguhnya merupakan
praktek perampasan lahan atas nama negara.
• Izin pemanfaatan kawasan hutan diberikan pada
kawasan yang belum mempunyai kepastian
hukum (HTI, Kebun dan tambang)
• Usaha mempertahankan lahan oleh masyarakat
yang sudah dikuasai secara turun temurun oleh
masyarakat menempatkan masyarakat dalam
posisi illegal
23. Akar masalah: Constitutional Corruption
• Pembuatan aturan (UU, PP, Permen) maupun kebijakan tekhnis operasional
didesain untuk menguntungkan kelompok tertentu (merampas hak hak rakyat
atas lahan)
• Beberapa Contoh:
– Upaya menghilangkan hak hak masyarakat. Tidak ada upaya untuk mengidentifikasi hak hak
masyarakat atas lahan (Status kawasan hutan), yang diatur selalu fungsi kawasan hutan. Lihat
PP dan Permen tentang pengukuhan kawasan hutan.
– Praktek monopoli penguasaan lahan. Memberikan hampir semua hak pengelolaan kawasan
hutan pada pihak ketiga. (Demokrasi ekonomi?)
– Pemutihan pelanggaran dengan membuat aturan baru (Upaya untuk melindungi praktek
korupsi perizinan).
– Manipulasi aturan pelaksana undang undang untuk kepentingan tertentu (PP dan Permen
yang kontradiktif dengan UU)
– Membuat aturan pelaksana yang kontradiktif dengan aturan lain sehingga tidak bisa
diimplementasikan.
– Tidak membuat sebagian aturan pelaksana UU yang berusaha menertibkan pelanggaran/
perbaikan tata kelola
24. Kesimpulan
• Terjadi kekacauan logika kawasan hutan antara aturan dan
implementasi
• Dilakukan perubahan fungsi kawasan hutan sebelum penetapan
kawasan hutan (revisi RTRWP). Sebetulnya cukup dengan
penunjukan kembali.
• Penyusunan RTRWN/P/K harus dihentikan (input salah
menghasilkan output yang salah). Merupakan alasan yang tepat untuk
melakukan moratorium perizinan.
• Politik penguasaan ruang lebih berpihak pada kepentingan modal
(monopoli dan azas keadilan)
• Ketidakpastian hukum kawasan hutan berimplikasi pada praktek
LAND GRABBING atas dasar hak menguasai negara.
• Lemahnya aturan perundangan yang diciptakan menjadikan negara
tidak berdaya untuk mengatur tata kelola yang berpihak pada
kepentingan rakyat.
25. Penguasaan Hutan (UU 41/1999)
Hutan
Negara
Pemerintah
Rakyat
Menguasai
Wewenang
Untuk Mengurus
Mengurus
Memanfaatkan
mengatur dan mengurus
segala sesuatu yang berkaitan
dengan hutan
menetapkan status wilayah
tertentu sebagai kawasan hutan
hubungan-hubungan hukum
antara orang dengan hutan
Mengakui hak masyarakat hukum adat
Kemakmuran Rakyat
1 2 3
26. Perencanaan (UU 41/1999)
inventarisasi
pengukuhan
penatagunaan
pembentukan wilayah pengelolaan
penyusunan rencana
Neraca Sumberdaya Hutan
Sistim Informasi Kehutanan
penunjukan
penataan batas
pemetaan
penetapan
Memperhatikan rencana tata ruang
Kepastian
Hukum
Hubungan
Hukum
Penetapan Fungsi dan Penggunaan
Unit Pengelolaan
Mempertahankan 30% Kawasan Hutan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
TGHK
27. Hubungan Legalitas Kawasan Hutan dengan Tata Ruang
Rencana Tata Ruang
Nasional
Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi
Rencana Tata Ruang
Wilayah Kab/Kota
Penunjukan Kawasan Hutan
Penataan Batas Kawasan Hutan
Pemetaan Kawasan Hutan
Penetapan Kawasan Hutan
Rencana Tata Ruang Wilayah
Pulau
Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Nasional
Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Provinsi
Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/ Kota
Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten/kota
TGHK
Memperhatikan Rencana Tata Ruang
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
28. Fungsi Kawasan Hutan dalam Tata Ruang
Rencana Tata Ruang
Nasional
Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi
Rencana Tata Ruang
Wilayah Kab/Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah
Pulau
Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Nasional
Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Provinsi
Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/ Kota
Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten/kota
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Konversi
Kriteria
PP 26 2007
29. Pengurusan Hutan (UU 41/1999)
Pemerintah
hubungan-hubungan hukum
antara orang dengan hutan
mengatur dan mengurus
segala sesuatu yang berkaitan
dengan hutan
menetapkan status wilayah
tertentu sebagai kawasan hutan
Hutan Negara Hutan Hak Rakyat
Fungsi Pokok Hutan
Konservasi Lindung Produksi
Terbatas Tetap Konversi
Bukan Hutan/ APL
Pengukuhan
Pengukuhan
Pelepasan/ Tukar menukar
Hutan Tetap
Perencanaan
Pengelolaan
Litbang, Diklat, Penyuluhan
Pengawasan
30. Pengelolaan (UU 41 1999)
tata hutan dan
penyusunan rencana
pengelolaan hutan
pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan
hutan
rehabilitasi dan
reklamasi hutan
perlindungan hutan dan
konservasi alam
pembagian kawasan hutan dalam
blok-blok
ekosistem tipe
fungsi
rencana pemanfaatan
Untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi
kesejahteraan seluruh masyarakat secara
berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya.
Izin Pemanfaatan
Hutan
Izin Penggunaan diluar
kehutanan
Pembatasan Izin
Hutan Adat
Hutan Hak
Hutan Negara
Selain Hutan Adat
Disesuaikan
Tidak dibutuhkan
izin dari
pemerintah