SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan terutama makanan khusus rumah sakit harus
optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi
penyakit pasien, penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang proses perawatan,
juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang (cross infections) atau infeksi
nosokomial (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang diantaranya dapat
melalui makanan. Selain timbulnya infeksi nosokomial, penyelenggaraan
makanan di rumah sakit yang tidak memenuhi standar kesehatan (tidak higienis)
juga dapat menyebabkan keracunan makanan (Puspita, 2010).
Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis seiring
dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan teknologi,
maka diperlukan suatu sistem dalam mengawasi pangan sejak diproduksi,
diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta dihidangkan
kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas kimiawi terhadap
bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan dari mulai saat
pra-panen, pascapanen/pengolahan sampai saat produk pangan didistribusikan
dan dikonsumsi (Seto, 2001).
Keamanan pangan pada dasarnya adalah hygienie sanitasi makanan, nilai
gizi dan safety. Salah satu langkah pengawasan mutu adalah dengan
menerapkan sistim HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau analisa
bahaya dan pengendalian titik kritis. HACCP adalah suatu sistem yang memiliki
landasan ilmiah dan yang secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi
bahaya terentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan
pangan (Susilo, 2006).
Hidangan sup terang bulan untuk kelas I, II, dan III di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo diperlukan tindakan HACCP karena menggunakan bahan
baku sayuran dan telur ayam yang rentan terhadap bahaya biologi, fisika, dan
2
kimia. Selain itu, bahaya juga dapat timbul pada saat proses penerimaan bahan
aku, kontaminasi dengan bahan makanan lain dan kebersihan alat yang
digunakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun mencoba melakukan
penelitian mengenai penerapan HACCP pada sup terang bulan di dapur
Instalasi Gizi RSUP Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan HACCP pada
pengolahan produk sup terang bulan di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto? “
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan HACCP pada pengolahan sup terang bulan di
Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan analisis potensi bahaya
b. Menentukan titik-titik pengendalian kritis atau Critical Control Point
(CCP)
c. Menentukan batas kritis
d. Menentukan suatu sistem untuk mengawasi pengendalian CCP
e. Menentukan tindakan-tindakan perbaikan
f. Menentukan prosedur pengecekan ulang
g. Menentukan dokumentasi/pemeliharaan catatan
3
D. Manfaat
1. Bagi Instansi
Bagi institusi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, khususnya
pada isntalasi gizi dapat digunakan sebagai dasar acuan pengolahan untuk
menerapkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dalam
proses pengolahan makanan sehingga dapat meningkatkan mutu (quality
control).
2. Bagi Peneliti
Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah
khususnya tentang HACCP di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keamanan Pangan
Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis seiring
dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan teknologi,
maka diperlukan suatu sistem dalam mengawasi pangan sejak diproduksi,
diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta dihidangkan
kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas kimiawi terhadap
bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan dari mulai saat
pra-panen, pascapanen/pengolahan sampai saat produk pangan didistribusikan
dan dikonsumsi (Seto, 2001). Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia. Pangan yang aman serta bermutu dan bergizi tinggi
penting perannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat (Cahyadi, 2008).
Keamanan pangan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat atau
bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan
apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan
atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja kedalam bahan makanan
atau makanan jadi (Moehyi, 1992).
Mutu pangan menurut PP Nomor 28 tahun 2004 adalah nilai yang
ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar
perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman. Keamanan pangan
merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya
perhatian terhadap hal ini telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa
penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat
tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya
penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan (food additive) yang
berbahaya (Syah, 2005).
5
Keamanan pangan pada dasarnya adalah hygienie sanitasi makanan, nilai
gizi dan safety. Salah satu langkah pengawasan mutu adalah dengan
menerapkan sistim HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau analisa
bahaya dan pengendalian titik kritis. HACCP adalah suatu sistem yang memiliki
landasan ilmiah dan yang secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi
bahaya terentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan
pangan (Susilo, 2006). Secara umum HACCP digunakan untuk menetapkan
suatu bingkai atau sistem untuk menjalankan bagaimana implementasi prosedur
HACCP di setiap sektor yang dapat di gunakan untuk mengembangkan jaminan
setiap rrantai penyediaan mula dari prosedur
B. HACCP
1. Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah suatu bahan biologi, kimia atau fisik yang
dapat menyebakan sakit atau cedera jika tidak dikendalikan (Rauf, 2013).
Bahaya tersebut dapat berasal dari bahan mentah, kemasan, proses dan
penanganan yang berlangsung dalam rantai makanan ataupun lingkungan.
Potensi bahaya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu bahaya fisik, bahaya
biologi, dan bahaya kimia. Potensi bahaya dari setiap bahan, baik bahan
tambahan sekecil apapun harus dilakukan analisis potensi bahaya. Berikut
tabel pengelompokan potensi bahaya:
Tabel 1. Pengelompokan Potensi Bahaya
Jenis Bahaya Contoh
Biologi Bakteri, virus, kapang, protozoa, dan serangga
Kimia Toksin alami (sianida), alergen, pestisida,
mikotoksin
Fisik Kerikil, logam, kaca, rambut
Sumber: Rauf, 2013
Analisis potensi bahaya adalah proses pengumpulan informasi dan
evaluasi potensi bahaya pada bahan pangan untuk dijadikan bahan
pertimbangan apakah potensi bahaya tersebut signifikan dan harus
dikendalikan pada perencanaan HACCP. Salah satu tahap analisis bahaya
adalah penentuan kelompok bahaya dari bahan baku, produk antara, dan
6
produk akhir yang dibagi menjadi 6 kelompok bahaya, yaitu bahaya A, B, C,
D, E, dan F. Berikut tabel pengelompokan bahaya:
Tabel 2. Pengelompokan Bahaya
Kelompok
Bahaya
Keterangan
A Makanan non-steril untuk golongan berisiko tinggi
seperti bayi, balita, pasien, lansia, ibu hamil, ibu
menyusui.
B Makanan yang tersusun atas bahan yang sensitif
terhadap potensi bahaya biologi, kimia atau fisik.
C Dalam pengolahan tidak terdapat tahap yang dapat
menghilangkan atau mengurangi bahaya biologi,
kimia, atau fisik hingga batas yang dapat diterima.
D Makanan kemungkinan mengalami pencemaran
kembali setelah pengolahan dan sebelum
pengemasan penyajian.
E Makanan kemungkinan mengalami pencemaran
kembali atau penanganan yang kurang tepat selama
distribusi hingga diterima konsumen.
F Makanan yang tidak mengalami prses pemanasan
setelag pengemasan hingga disantap oleh konsumen
untuk menghilangkan bahaya biologi.
Tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi,
menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya
kimia dan fisik.
Sumber: Rauf, 2013
Setiap produk diidentifikasikan terhadap kemungkinan mengandung
bahaya A sampai F, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori risiko.
Kategori risiko terbagi menjadi tujuh, yaitu kategori 0 sampai IV.
Pengelompokkan kategori risiko dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Kategori risiko dari bahan baku dan produk
Kategori Risiko Keterangan
0 Tidak mengandung bahaya A-F
I Mengandung 1 bahaya B-F
II Mengandung 2 bahaya B-F
III Mengandung 3 bahaya B-F
IV Mengandung 4 bahaya B-F
V Mengandung 5 bahaya B-F
VI Mengandung bahaya A, dengan atau tanpa bahaya B-
F
7
2. Titik Kendali Kritis
Titik kendali kritis atau CCP (critical control point) didefinisikan sebagai
tahapan atau prosedur dalam pengolahan pangan dimana pengendalian
dapat dilakukan sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi potensi
bahaya hingga mencapai level yang dapat diterima (Rauf, 2013).
Ketrampilan yang esensial diperlukan untuk identifikasi CCP adalah
pengetahuan yang lengkap tentang produk, proses, hazard yang
teridentifikasi dan pengendaliannya. Setiap bahaya yang teridentifikasi pada
bahan baku membutuhkan suatu proses yang dapat mengurangi atau
menghilangkan bahaya tersebut sampai batas aman. Penentuan apakah
suatu tahap/proses adalah CCP atau bukan dengan cara menjawab
pertanyaan pada pohon keputusan CCP.
CCP terkait dengan kemanan pangan. Pada beberapa produk pangan,
formulasi makanan mempengaruhi tingkat keamanan nya, oleh karena itu
CCP pada produk semacam ini diperlukan untuk mengontrol beberapa
parameter seperti pH, aktivitas air (aw), dan adanya bahan tambahan
makanan (Sudarmadji, 2005).
8
Gambar 1. Pohon Keputusan CCP
Apakah terdapat tindakan pencegahan untuk
bahaya yang teridentifikasi?
YA TIDAK
Apakah pengendalian pada
tahap ini diperlukan untuk
kemanan pangan?
TIDAK
Bukan CCP STOP*
YA
Tahap modifikasi,
proses dan produk
Apakah pada tahap ini dapat
menghilangkan atau mengurangi potensi
bahaya sampai pada batas yang dapat
diterima?
TIDAK
YA
Apakah kontaminasi oleh bahaya yang
diidentifikasi dapat terjadi sampai melebihi
batas yang dikehendaki atau dapatkah
terjadi peningkatan sampai melebihi batas?
YA TIDAK
Apakah tahapan berikutnya, sebelum
makanan dikonsumsi, dapat digunakan
untuk menghilangkan atau menurunkan
munculnya bahaya sampai dengan batas
yang diterima?
YA
TIDAK
Bukan CCP STOP*
CCP
9
3. Batas Kritis
Menurut Sudarmadji (2005) batas kritis adalah nilai yang memisahkan
antara nilai yang dapat diterim dengan nilai yang tidak dapat diterima pada
setiap CCP. Titik pengendalian kritis (CCP) dapat merupakan bahan
mentah/baku, sebuah lokasi, suatu tahap pengolahan, praktek atau
prosedur kerja, namun harus spesifik, misalnya:
a. Tidak adanya pencemar tertentu dalam bahan mentah/baku.
b. Standar higienis dalam ruangan pemasakan /dapur
c. Pemisahan fasilitas yang digunakan untuk produk mentah dan yang
untuk produk jadi/masak.
Suatu batas kritis digunakan untuk memisahkan antara kondisi-kondisi
operasional yang aman dan tidak aman pada suatu CCP. Setiap
pengendalian akan mempunyai satu atau lebih batas kritis yang sesuai.
Kriteria yang sering digunakan adalah suhu, waktu, kelembaban, pH, water
activity (aw), keasaman, bahan pengawet, konsentrasi garam, viskositas,
adanya zat klorin, dan parameter indera (sensory) seperti penampilan dan
tekstur.
Tahap/proses yang dimasukkan ke dalam batas kritis adalah hanya
tahapan yang teridentifikasi sebagai CCP. Potensi bahaya yang ditampilkan
adalah bukan potensi bahaya yang secara utuh ada pada bahan baku,
namun hanya potensi bahaya yang dapat dikendalikan oleh suatu CCP
(Rusdin, 2013). Penentuan indikator batas kritis bisa diperoleh dari
beberapa sumber, yaitu:
a. Publikasi ilmiah: artikel, jurnal dan buku
b. Pedoman peraturan: pedoman lokal maupun international, Codex
Alimentarius, FDA, SNI, dan standart lainnya.
c. Tenaga ahli: asosiasi profesi, ahli proses thermal, ahli
pangan/mikrobiologi, perusahaan pembuat alat pengolahan pangan
d. Studi penelitian: pengalaman dalam lingkungan industri, dan analisis
laboratorium.
10
4. Monitoring
Monitoring merupakan serangkaian pengamata atau pengukuran yang
telah direncanakan untuk memastikan bawa suatu CCP beroperasi di
bawah kendali dan untuk menyediakan catatan yang akurat untuk
digunakan dikemudian hari (Rauf, 2013). Dalam monitoring perlu juga
dicantumkan frekuensi pemantauan yang ditentukan berdasarkan pertimbangan
praktis. Lima macam pemantauan yang penting dilaksanakan antara lain:
pengamatan, evaluasi, sensorik, pengukuran sifat fisik, pengujian kimia, pengujian
mikrobiologi (Sudarmadji, 2005).
Pelaksanaan monitoring didasarkan pada 4 panduan, yaitu:
a. Apa yang dimonitor: biasanya batas kritis dari suatu CCP, seperti suhu,
waktu, pH, kadar air dan aktivias air.
b. Bagaimana: umunya dilakukan pengukuran fisik dan kimia (untuk batas
kritis kuantitatif) atau pengamatan (untuk batas kritis kualitatif).
c. Frekuensi: bisa secara kontinyu atau waktu-waktu tertentu.
d. Siapa: orang yang terlatih untuk melakukan aktivitas monitoring.
5. Tindakan Koreksi
Tindakan koreksi adalah kegiatan yang dilakukan bila berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan telah terjadi penyimpangan dalam CCP
pada batas kritis tertentu atau nilai target tertentu atau ketika hasil
pemantauan menunjukkan kecenderungan kurangnya pengendalian
(Sudarmadji, 2005). Tindakan perbaikan harus segera diambil pada saat
batas kritis terlampaui. Tindakan tersebut terencana, sehingga prosedur
perbaikan telah ditetapkan sebelumnya dan terdokumentasi pada rencana
HACCP. Prosedur perbaikan yang akan dilakukan telah dipastikan bahwa
tidak ada dampak bagi keamanan produk (Rauf, 2013).
data tentang pemantauan harus diperiksa secara sistematis untuk
menentukan titik dimana pengendalian harus ditingkatkan atau apakah
modifikasi lain diperlukan. Dalam hal ini, sistem dapat beradaptasi terhadap
perubahan kondisi dengan cara penyesuaian yang berkesinambungan
(Sudarmadji, 2005).
11
6. Verifikasi
Verifikasi adalah aktivitas selain monitoring yang menentukan validitas
dari rencana HACCP dan menerangkan apakah sistem berjalan sesuai
dengan yang direncanakan. Kegiatan verifikasi akan memberikan suatu
kepercayaan bahwa rencana HACCP telah terlaksana dengan baik dalam
mengendalikan potensi bahaya, karena didasarkan pada prinsip-prinsip
ilmiah. Aktivitas verifikasi yang dilakukan antara lain kalibrasi peralatan dan
pengujian mikrobiologi (Rauf, 2013).
7. Pemeliharaan Catatan
Catatan harian sejak penerimaan bahan baku, proses pengolahan
hingga menjadi produk, selalu tersimpan dengan baik. Hal ini untuk
mengantisipasi jika suatu saat ada pengaduan dari konsumen, pihak
produsen akan lebih mudah dan dalam waktu singkat dapat mendeteksi
kapan dan pad tahap apa terjadinya penyimpangan. Makin cepat sumber
penyimpangan terdetesi, semakin cepat proses evaluasi, tindakan
perbaikan dan verifikasi dilakukan (Rauf, 2013).
C. Bahan Pembuat Sup Terang Bulan
1. Wortel
Wortel segar adalah umbi (akar tunggang) darti tanaman wortel
(Daucuta carota) dalam keadaan utuh, segar, dan bersih. Tekstur umbi
wortel tidak mengayu aabila dibagian tengah penampang melitang bagian
umbi yang terbesar tidak tampak mengayu dan atau tidak tampak
pertumbuhan tangkai bunga. Wortel segar digolongkan dalam 2 jenis mutu.
Syarat mutu ditentukan dari karakteristik ang mencakup kesamaan sifat
varietas, kekerasan, warna, kerataan permukaan, tekstur, persentase
jumlah maksimum wortel yang busuk, diameter, panjang tungkai dan
kotoran.
Warna oranye tua pada wortel menandakan kandungan beta karoten
yang tinggi. Semakin jingga warna wortel, makin tinggi kadar beta
12
karotennya. Kadar beta-karoten yang terkandung pada wortel lebih banyak
dibanding kangkung, caisim, dan bayam.
2. Telur
Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara
lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan
lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa
yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi
dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk
bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan.
Hampir semua orang membutuhkan telur (Mietha, 2008).
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap
gizinya. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11% kulit
telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi terdiri dari
protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral
di dalam 50 gram telur (Sudaryani, 2003).
Kerabang telur merupakan lapisan luar telur yang melindungi telur dari
penurunan kualitas, baik disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan
fisik, maupun penguapan. Kualitas kerabang telur ditentukan oleh tebal dan
struktur kulitnya (Yamamoto, dkk., 2007).
Lama dan suhu dalam penyimpanan telur memengaruhi kualitas fisik
telur. SNI01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa penyimpanan telur
konsumsi pada suhu ruang dengan kelembaban 80--90%, maksimum
kualitas telur selama 14 hari setelah ditelurkan, atau pada suhu antara 40
C
dan 70
C dengan kelembaban antara 60% dan 70%, maksimum selama 30
hari setelah ditelurkan.
13
Tabel 4. Syarat Mutu Telur (SNI 39-26-2008)
No Faktor mutu Tingkatan mutu
Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3
1 Kondisi kerabang
a. Bentuk
b. Kehalusan
c. Ketebalan
d. Keutuhan
e. Kebersihan
Normal
Halus
Tebal
Utuh
Bersih
Normal
Halus
Sedang
Utuh
Sedikit
noda kotor
Abnormal
Sedikit kasar
Tipis
Utuh
Banyak noda
dan sedikit kotor
2 Kondisi kantung udara (dilihat dengan peneropongan)
a. Kedalaman
kantong udara
b. Kebebasan
bergerak
< 0,5 cm
Tetap ditempat
0,5 cm –
0,9 cm
Bebas
bergerak
>0,9 cm
Bebas bergerak
dan dapat
terbentuk
gelembung
udara
3 Kondisi putih telur
a. Kebersihan
b. Kekentalan
c. indeks
Bebas bercak
darah, atau
benda asing
lainya
Kental
0.134-0.175
Bebas
bercak
darah, atau
benda asing
Sedikit
encer
0.092-0.133
Ada sedikit
bercak darah,
tidak ada benda
asing lainnya
Encer, kuning
telur belum
tercampur
dengan putih
telur
0.050-0.091
4 Kondisi kuning telur
a. bentuk
b. posisi
c. penampakan
d. kebersihan
e. indeks
Bulat
Ditengah
Tidak jelas
Bersih
0.458-0521
Agak pipih
Sedikit
bergeser
Ditengah
Agak jelas
bersih
0.394-0.457
Pipih
Agak dipinggir
Jelas ada sedikit
Bercak darah
0.330-393
5 Bau Khas Khas Khas
Persyaratan mutu mikrobiologis
No Jenis cemaran mikroba Satuan Mutu mikrobiologis (batas
14
maksimum cemaran
mikroba/BMCM)
1 Total plate count (TPC) cfu/g 1x105
2 Coliform cfg/g 1x102
3 Eschericia coli MPN/g 5x101
4 Salmonella sp Per 25g Negatif
Sumber : BSN, 2008
3. Jamur Putih
jamur ini masih lazim dikategorikan sebagi jamur kuping. Tubuh buahnya
berwarna putih dengan teksturmirip gel. Ukurannya relatif lebih kecil
dibandingkan dengan jamur kuping lain.
4. Seledri
Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat
yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Tumbuhan ini digunakan
daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Daunnya
mengandung polifenol, saponin, dan flavonoida (Cahyono,2003).
5. Bawang Putih (SNI 01-3160-1992)
Bawang putih merupakan umbi dari tanaman bawang putih (Allium
sativum L) yang terdiri dari siung-siung bernas, kompak dan masih
terbungkus oleh kulit luar, bersih dan tidak berjamur.Bawang mentah penuh
dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat kimia yang disebut alliin
yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur. Bawang putih
digunakan sebagai bumbu yang digunakan hampir di setiap makanan dan
masakan Indonesia. Sebelum dipakai sebagai bumbu, bawang putih
dihancurkan dengan ditekan dengan sisi pisau (dikeprek) sebelum dirajang
halus dan ditumis di penggorengan dengan sedikit minyak goreng. Bawang
putih bisa juga dihaluskan dengan berbagai jenis bahan bumbu yang lain.
Bawang putih mempunyai resiko terkena bahaya fisik yaitu tanah dan
busuk. Bahaya biologi adalah adanya bakteri bacillus cereus dan serangga.
Bahaya kimia dari bawang putih adalah adanya residu pestisida. Bahaya
biologi dan kimia ini dapat dicegah dengan pencucian sampai bersih
dengan air yang bersih dan mengalir. Persyaratan mutu bawang putih
15
mencakup kesamaan sifat varietas, tingkat kematangan, kekompakan dan
keberuasan siung, kekeringan dan persentase kerusakan .
6. Air
Persyaratan mutu antara lain tidak berbau, zat yang terlarut maks.
500mg/l, zat organik 1,0 mg/l, klorida maks. 250 mg/l, sulfat maks. 200 mg/l,
dan amonium maks. 0,15 mg/l.
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia.
Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme
yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002).
7. Garam
Garam beryodium yang dianjurkan untuk di konsumsi manusia adalah
yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu berdasarkan SNI
No 01 3556.2.2000 tahun 1994 dalam SNI kadar yodium dalam garam
ditentukan sebesar 30 – 80 ppm dalam bentuk KIO3 hal ini dikaitkan
dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6 – 10 gr
(Palupi,2004).
16
Tabel 5. Syarat Mutu Garam Beryodium
No. Parameter Satuan Persyaratan
Kualitas
1. Kadar air (H2O) % b/b Maks 7
2. Kadar NaCl (Natrium Klorida)
dihitung dari jumlah klorida
% adbk Min 94,7
3. Iodium dihitung sebagai
Kalium Iodat (KIO3)
mg/kg Min 30
4. Cemaran logam
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Raksa (Hg)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 10
Maks 10
Maks 0,1
5. Arsen (As) mg/kg Maks 0,1
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran
penerapan HACCP pada sup terang bulan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. margono Soekarjo
Purwokerto
2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian hari Kamis-Jumat, 6-7 November 2014 dari
pukul 08.00 – 12.00 WIB
C. Tim Pelaksana
1. Nunung Wahyuni, SST.
2. Ratna Arditya T.A
D. Teknik Pengambilan Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara dan
pengamatan langsung proses pembuatan sup terang bulan, meliputi:
a. Data penerimaan bahan makanan
b. Data persiapan bahan makanan
c. Data bumbu
d. Data hasil pengolahan
e. Data hasil distribusi
f. Data higienie dan sanitasi alat dan tenaga pengolah serta tenaga
distribusi
18
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara mancatat buku yang telah ada,
meliputi:
a. Data siklus menu
b. Data standar resep
c. Data standar porsi
d. Data cara pengolahan
E. Bahan dan Alat
1. Bahan Utama dan Bumbu
a. Bahan:
1) Wortel
2) Jamur putih
3) Telur
4) Seledri
5) Kaldu daging sapi
b. Bumbu:
1) Bawang putih
2) Merica
3) Gula
4) Garam
2. Alat
a. Kompor gas
b. Wajan
c. Baskom
d. Pisau
e. Telenan
f. Pengaduk
g. Countainer
h. Penyaring
19
i. Plato
j. Trolli
F. Analisis Data
Analisis ddata yang digunakan adalah analisis deskriptif, untuk mengetahui
penerapan HACCP pada pembuatan sup terang bulan di Instalasi Gizi RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Produk
Sup terang bulan merupakan salah satu menu sayuran yang disajikan untuk
makan siang pada menu ke 4 dalam siklus menu 10 hari di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Bahan utamanya adalah wortel, jamur putih,
telur, kaldu sapi, dan seledri sedangkan bumbunya adalah bawang putih,
merica, air, dan garam. Sup terang bulan merupakan makanan saring dengan
konsistensi sedikit kental, didominasi oleh warna orange dan memiliki aroma
khas dan rasa gurih. Menu ini ditujukan untuk pasien di ruang perawatan kelas I,
II, dan III untuk menu makanan saring disajikan menggunakan palto bulat
tertutup dari stainlestell.
Tabel 6. Analisis Diskripsi Produk
Nama Produk Sup Terang Bulan
Diskripsi Produk Sup terang bulan merupakan salah satu menu sayuran
yang disajikan untuk makan siang pada menu ke 4
dalam siklus menu 10 hari di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto. Bahan utamanya adalah wortel,
jamur putih, telur, kaldu sapi, dan seledri sedangkan
bumbunya adalah bawang putih, merica, air, dan
garam. Sup terang bulan merupakan makanan saring
dengan konsistensi sedikit kental, didominasi oleh
warna orange dan memiliki aroma khas dan rasa gurih.
Menu ini ditujukan untuk pasien di ruang perawatan
kelas I, II, dan III untuk menu makanan saring disajikan
menggunakan palto bulat tertutup dari stainlestell.
Metode pengolahan Perebusan
Komposisi Bahan utama pembuatan sup terang bulan adalah
wortel, jamur putih, telur, kaldu sapi, dan seledri
sedangkan bumbunya adalah bawang putih, merica, air,
dan garam.
Tujuan penggunaan
(konsumen)
Sebagai sayur pada menu ke 4 dari siklus 10 hari untuk
pasien yang mendapatkan makanan saring pada kelas
perawatan I,II, dan III.
Metode distribusi Sup terang bulan yang telah matang kemudian
dilakukan pemorsian dan disajikan dalam plato bulat
tertutup stainlesstell dan langsung didistribusikan oleh
pramusaji menggunakan trolley.
21
B. Analisis Potensi Bahaya
1. Identifikasi potensi bahaya dan cara pengendalian pada bahan makanan
Tabel 7. Identifikasi potensi bahaya dan cara pencegahan
No.
Bahan
Makanan
Kelompok
Bahaya
Jenis Bahaya Cara Pengendalian
1 Wortel
Biologi
Bacillus cereus
Busuk
 Penyortiran bahan sesuai
dengan spesifikasi yang
telah ditentukan
 Pencucian hingga bersih
dengan air mengalir
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 10 menit
Fisik Tanah
Kimia Residu pestisida
2
Jamur putih
(kering)
Biologi B.cereus  Penyortiran bahan sesuai
dengan spesifikasi
 Pencucian hingga bersih
dengan air mengalir
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 10 menit
Fisik Debu
Kimia Formalin
3 Telur
Biologi
Salmonella
Streptococci
S.aureus
 Penerimaan bahan
sesuai dengan spesifikasi
 Pencucian hingga bersih
dengan air mengalir
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 10 menit
Fisik Kotoran ayam
4 Seledri
Biologi
B. cereus
Ulat
 Penyortirab bahan sesuai
dengan spesifikasi
 Pencucian hingga bersih
dengan air mengalir
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 10 menit
Fisik Debu
Kimia Pestisida
5 Bawang putih
Biologi B. cereus  Penyortiran bahan sesuai
dengan spesifikasi
 Pencucian hingga bersih
dengan air mengalir
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 10 menit
Fisik
Tanah
Busuk
Kimia Pestisida
6 Merica
Biologi
B. cereus
Aspergillus
 Penyortiran bahan sesuai
dengan spesifikasi
 Pencucian dengan air
mengalir hingga bersih
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 10 menit
Fisik
Debu
Pasir
Kimia Aflatoksin
7 Air Biologi E coli
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 10 menit
8 Daging sapi
Biologi Salmonella, E.coli  Penyortiran bahan sesuai
dengan spesifikasi
 Pencucian hingga bersih
dengan air mengalir
Fisik Kotoran, lemak
Kimia Formalin
22
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 15 menit
9 Garam Biologi Halobacterium  Penyortiran bahan sesuai
dengan spesifikasi
 Perebusan dengan suhu
72oC selama 15 menit
Fisik Batu
23
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Sup Terang Bulan
Wortel Telur
Pemotongan 2
Pencucian 4
Perendaman
80o
C, 15 menit
Jamur putih
Pemarutan
Pencucian 3
Pengupasan
Kaldu sapi
Perebusan 1
100o
C, 30 menit
Pencucian 2
Daging sapi
Penyortiran 1
Pencucian 5
Penghalusan 2
Perebusan 2
100o
C, 30 menit
Sup Terang
Bulan
Pemorsian
Pendistribusian
Bawang putih
Penyimpanan 1
29o
C
Pencucian 1
Merica
Penghalusan 1
Penyimpanan 2
29o
C
Air matang
Penghalusan 3
Garam Seledri
Pencucian 6
Pemotongan 3
Penyimpanan 4
7o
C
Penyaringan
Penyortiran 2 Penyortiran 3 Penyortiran 4 Penyortiran 5 Penyortiran 6 Penyortiran 7 Penyortiran 8
Pemotongan 1
24
2. Analisis kelompok bahaya dan risiko bahaya pada bahan makanan
Tabel 8. Analisis kelompok bahaya dan risiko bahaya pada bahan
makanan
BAHAN
Mentah/Ingridien/Bahan
Tambahan
Kelompok bahaya
Kategori
RisikoA B C D E F
Wortel + + - VI
Jamur putih + + - VI
Telur + + - VI
Seledri + + - VI
Kaldu sapi + + - VI
Bawang putih + + - VI
Merica + + - VI
Air + + - VI
Garam + + - VI
Daging sapi + + - VI
Sup terang bulan + + - + + + VI
C. Titik kendali Kritis
Setiap bahaya yang teridentifikasi pada bahan baku membutuhkan suatu
proses yang dapat mengurangi/menghilangkan bahaya tersebut sampai batas
aman. Tahap yang dapat mengendalikan bahaya tersebut disebut CCP. satu
jenis bahaya dapat dihilangkan dengan satu/lebih tahapan CCP. Berikut pohon
keputusan CCP pada pembuatan sup terang bulan:
1. Bawang Putih
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada bawang putih?
Ya (B,K,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (penyortiran 1, pencucian 1, perebusan 2)
P.2.a Apakah pada tahap penyortiran 1 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (penyortiran 1 = CCP)
25
P.2.b Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (perebusan 2 = CCP)
P.2.c Apakah pada tahap pencucian 1 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (pencucian 1 = CCP)
2. Merica
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada merica?
Ya (B,K,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (penyortiran 2, perebusan 2)
P.1.c Apakah pada tahap penyortiran 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (penyortiran 2 = CCP)
P.2.d Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (perebusan 2 = CCP)
P.2.a Apakah pada tahap penghalusan 1 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Tidak (penghalusan 1 = Bukan CCP)
P.2.b Apakah pada tahap penyimpanan 2 dapat
mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat
diterima?
Tidak (penyimpanan 2 = Bukan CCP)
3. Daging sapi
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada daging sapi?
Ya (B,K,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (penyortiran 3, pencucian 2, perebusan 2)
26
P.2.a Apakah pada tahap penyortiran 3 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (penyortiran 3 = CCP)
P.2.b Apakah pada tahap pencucian 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (pencucian 2 = CCP)
P.2.c Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (perebusan 2 = CCP)
p.2.d Apakah pada tahap pemotongan 1 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Tidak (pemotongan 1 = bukan CCP)
4. Wortel
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada wortel?
Ya (B,K,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (penyortiran 4, pencucian 3, perebusan 2)
P.2.a Apakah pada tahap penyortiran 4 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (penyortiran 4 = CCP)
P.2.b Apakah pada tahap pencucian 3 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (pencucian 3 = CCP)
P.2.c Apakah pengupasan dapat mengurangi/menghilangkan bahaya
sampai batas yang dapat diterima?
Tidak (pengupasan = Bukan CCP)
P.2.d Apakah pada tahap pemarutan dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Tidak (Pemarutan = Bukan CCP)
27
p.2.e Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (perebusan 2 = CCP)
5. Jamur putih
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada jamur putih?
Ya (B,K,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (penyortiran 5, pencucian 4, perebusan 2)
P.2.a Apakah pada tahap pencucian 4 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (pencucian 4 = CCP)
P.2.b Apakah pada tahap pemotongan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Tidak (Pemotongan 2 = Bukan CCP)
P.2.c Apakah perendaman dapat mengurangi/menghilangkan bahaya
sampai batas yang dapat diterima?
Tidak (perendaman = Bukan CCP)
P.2.d Apakah pada tahap penyortiran 5 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (penyortiran 5 = CCP)
P.2.e apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangu/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (perebusan 2 = CCP)
6. Telur
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada telur?
Ya (B,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (penyortiran 6, pencucian 5, perebusan 2)
28
P.2.a Apakah pada tahap pencucian 5 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (pencucian 5 = CCP)
P.2.b Apakah pada tahap penyortiran 6 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (penyortiran 6 = CCP)
P.2.c Apakah pada tahap penyaringan dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (Penyaringan = Bukan CCP)
P.2.d Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (perebusan 2 = CCP)
7. Garam
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada garam?
Ya (B,K,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (penyortiran 7, perebusan 2)
P.2.a Apakah pada tahap penyortiran 7 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (penyortiran 7 = CCP)
P.2.b Apakah pada tahap penghalusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Tidak (penghalusan 3 = CCP)
P.2.c Apakah tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya
sampai batas yang dapat diterima?
Ya (perebusan 2 = CCP)
8. Seledri
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada seledri?
Ya (B,K,F)
29
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (penyortiran 8, pencucian 6, perebusan 2)
P.2.a Apakah pada tahap pencucian 6 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (pencucian 6 = CCP)
P.2.b Apakah pada tahap penyortiran 8 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (penyortiran 8 = CCP)
P.2.c Apakah pada tahap pemotongan 3 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Tidak (Pemotongan 3 = Bukan CCP)
P.2.d Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (Perebusan 2 = CCP)
9. Air
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada air?
Ya (B,K,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi?
Ya (perebusan 2)
P.2.a Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan
bahaya sampai batas yang dapat diterima?
Ya (perebusan 2 = CCP)
10. Penghalusan 2 (Air, bawang putih, merica)
Apakah penghalusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai
batas yang dapat diterima?
Tidak (Penghalusan 2 = Bukan CCP)
30
11. Penyimpanan 4 (air, bawang putih dan merica pada suhu 7o
C)
Apakah penyimpanan 4 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai
batas yang dapat diterima?
Tidak (Penyimpanan 4 = Bukan CCP)
12. Perebusan 2 (100o
C selama 30 menit)
Apakah perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai
batas yang dapat diterima?
Ya (Perebusan 2 = CCP)
13. Pemorsian
Apakah pemorsian dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas
yang dapat diterima?
Tidak (Pemorsian = Bukan CCP)
14. Pendistribusian
Apakah pendistribusian dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai
batas yang dapat diterima?
Tidak (Pendistribusian = Bukan CCP)
Tabel 9. Penetapan CCP dan CP Pada Pengolahan Sup Terang Bulan
Proses CCP CP
Penyortiran 1 (bawang putih) √
Penyortiran 2 (merica) √
Penyortiran 3 (daging sapi) √
Penyortiran 4 (wortel) √
Penyortiran 5 (jamur putih) √
Penyortiran 6 (telur) √
Penyortiran 7 (garam) √
Penyortiran 8 (seledri) √
Penyimpanan 1 (bawang putih, 29oC) - -
31
Pencucian 1 (Bawang putih) √
Penghalusan 1 (merica) -
Penyimpanan 2 ( merica) -
Pencucian 2 (daging sapi) √
Perebusan 2 (daging sapi, 100oC
selama 30 menit)
- -
Pemotongan 1 (daging sapi) - -
Pengupasan (wortel) - -
Pencucian 3 (wortel) √ -
Pemarutan (wortel) - -
Perendaman (jamur putih, 80oC selama
15 menit)
- √
Pencucian 4 (jamur putih) √ -
Pemotongan 2 (jamur putih) - -
Pencucian 5 (telur) √ -
Penyaringan (telur) - √
Pencucian 6 (seledri) √ -
Pemotongan 3 (seledri) - -
Penghalusan 2 (bawang putih, merica,
air)
- -
Penyimpanan 4 (bawang putih, merica,
dan air yang telah menjadi bumbu putih
halus)
- √
Perebusan 2 (100oC selama 30 menit) √ -
Pemorsian - √
Pendistribusian - √
32
Gambar 3. CCP dan CP Pembuatan Sup Terang Bulan
CP
CCP
Wortel Telur
Pemotongan 2
Pencucian 4
Perendaman
80o
C, 15 menit
Jamur putih
Pemarutan
Pencucian 3
Pengupasan
Kaldu sapi
Perebusan 1
100o
C, 60 menit
Pencucian 2
Daging sapi
Penyortiran 1
Pencucian 5
Penghalusan 2
Perebusan 2
100o
C, 30 menit
Sup Terang
Bulan
Pemorsian
Pendistribusian
Bawang putih
Penyimpanan 1
29o
C
Pencucian 1
Merica
Penghalusan 1
Penyimpanan 2
29o
C
Air matang
Penghalusan 3
Garam Seledri
Pencucian 6
Pemotongan 3
Penyimpanan 4
7o
C
Penyaringan
Penyortiran 2 Penyortiran 3 Penyortiran 4 Penyortiran 5 Penyortiran 6 Penyortiran 7 Penyortiran 8
Pemotongan 1
33
D. Batas Kritis
Tabel 10. Penetapan Batas Kritis Pada Pembuatan Sup terang Bulan
Komponen HACCP Parameter Kritis Batas kritis
Penyortiran 1
(bawang putih)
Standar spesifikasi
bahan yang telah
ditetapkan
 Bawang putih: Bersih, segar, tidak
busuk, terkupas
Penyortiran 2
(merica)
Standar spesifikasi
bahan yang telah
ditetapkan
 Merica: utuh, bersih
Penyortiran 3
(daging sapi)
Standar spesifikasi
bahan yang telah
ditetapkan
 Daging sapi: Segar, bersih, tidak
berurat, tidak berlemak
Penyortiran 4
(wortel)
Standar spesifikasi
bahan yang telah
ditetapkan
 Wortel : Bersih, segar, muda
Penyortiran 5
(jamur putih)
Standar spesifikasi
bahan yang telah
ditetapkan
 Jamur putih: Bersih, putih, utuh
Penyortiran 6
(telur)
Standar spesifikasi
bahan yang telah
ditetapkan
 Telur: Utuh, bersih, tidak
busuk/baru
Penyortiran 7
(garam)
Standar spesifikasi
bahan yang telah
ditetapkan
 Garam: Branded GM
Penyortiran 8
(seledri)
Standar spesifikasi
bahan yang telah
ditetapkan
 Seledri: Bersih, segar, muda, tidak
berulat
Pencucian 1
(bawang putih)
Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih
Pencucian 2
(daging sapi)
Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih
Pencucian 3
(wortel)
Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih
Pencucian 4
(jamur putih)
Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih
Pencucian 5
(telur)
Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih
Pencucian 6
(seledri)
Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih
Perebusan 2
Suhu dan waktu
perebusan
Suhu 72oC, 15 menit
34
E. Monitoring
Tabel 11. Monitoring Pada Pembuatan Sup Terang Bulan
Kegiatan Pemantauan Cara Pemantauan Hasil Pemantauan
Penyortiran 1
(bawang putih)
Pemantauan/ pengamatan Penyortiran bawang putih
sudah Sesuai dengan
standar spesifikasi bahan
yang telah ditetapkan
Penyortiran 2
(merica)
Pemantauan/ pengamatan Penyortiran merica sudah
Sesuai dengan standar
spesifikasi bahan yang
telah ditetapkan
Penyortiran 3
(daging sapi)
Pemantauan/ pengamatan Penyortiran daging sapi
sudah Sesuai dengan
standar spesifikasi bahan
yang telah ditetapkan
Penyortiran 4
(wortel)
Pemantauan/ pengamatan Penyortiran wortel sudah
Sesuai dengan standar
spesifikasi bahan yang
telah ditetapkan
Penyortiran 5
(jamur putih)
Pemantauan/ pengamatan Penyortiran jamur putih
sudah Sesuai dengan
standar spesifikasi bahan
yang telah ditetapkan
Penyortiran 6
(telur)
Pemantauan/ pengamatan Penyortiran telur sudah
Sesuai dengan standar
spesifikasi bahan yang
telah ditetapkan
Penyortiran 7
(garam)
Pemantauan/ pengamatan Penyortiran garam sudah
Sesuai dengan standar
spesifikasi bahan yang
telah ditetapkan
Penyortiran 8
(seledri)
Pemantauan/ pengamatan Penyortiran seledri sudah
Sesuai dengan standar
spesifikasi bahan yang
telah ditetapkan
Pencucian 1
(bawang putih)
Pengecekan kebersihan bahan
makanan
bahan makanan
dilakukan pencucian
terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengolahan
Pencucian 2
(daging sapi)
Pengecekan kebersihan bahan
makanan
bahan makanan
dilakukan pencucian
terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengolahan
dan dicuci dengan air
mengalir sampai bersih
Pencucian 3
(wortel)
Pengecekan kebersihan bahan
makanan
bahan makanan
dilakukan pencucian
terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengolahan
35
dan dicuci dengan air
mengalir sampai bersih
Pencucian 4
(jamur putih)
Pengecekan kebersihan bahan
makanan
bahan makanan
dilakukan pencucian
terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengolahan
dan dicuci dengan air
mengalir sampai bersih
Pencucian 5
(telur)
Pengecekan kebersihan bahan
makanan
bahan makanan
dilakukan pencucian
terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengolahan
dan dicuci dengan air
mengalir sampai bersih
Pencucian 6
(seledri)
Pengecekan kebersihan bahan
makanan
bahan makanan
dilakukan pencucian
terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengolahan
dan dicuci dengan air
mengalir sampai bersih
Perebusan 2
Pengecekan suhu perebusan Suhu dan waktu
perebusan sudah sesuai
yaitu lebih dari 72oC dan
15 menit
F. Tindakan Koreksi
Tabel 12. Tindakan Koreksi Pada Pembuatan Sup Terang Bulan
No. Kegiatan
Pemantauan
Penyimpangan Tindakan Koreksi
1 Penyortiran 1
(bawang putih)
- -
2 Penyortiran 2
(merica)
- -
3 Penyortiran 3
(daging sapi)
- -
4 Penyortiran 4
(wortel)
- -
5 Penyortiran 5
(jamur putih)
- -
6 Penyortiran 6
(telur)
- -
7 Penyortiran 7
(garam)
- -
8 Penyortiran 8
(seledri)
- -
9 Pencucian 1 - -
36
(bawang putih)
12 Pencucian 2
(daging sapi)
- -
15 Pencucian 3
(wortel)
- -
16 Pencucian 4
(jamur putih)
- -
17 Pencucian 5
(telur)
- -
19 Pencucian 6
(seledri)
- -
20 Perebusan 3 - -
G. Verifikasi
Pada pembuatan sup terang bulan tidak terdapat penyimpangan sehingga
tidak terdapat tindakan koreksi yang dilakukan. Akan tetapi untuk menjaga agar
kualitas sup terang bulan tetap baik maka perlu dilakukan verifikasi setiap 3
bulan sekali.
H. Pemeliharaan Catatan
Pencatatan dilakukan sejak penerimaan bahan baku, proses pengolahan
hingga menjadi produk dan distribusi. Catatan harian selalu tersimpan dengan
baik untuk mengantisipasi jika suatu saat ada pengaduan dari konsumen
terhadap produk. Apabila catatan tersimpan dengan baik maka produsen dapat
dengan mudah dan dalam waktu yang singkat dapat mendeteksi kapan dan
pada tahap mana terjadinya penyimpangan.
Pemeliharaan catatan dilakukan terhadap beberapa hal yaitu definisi CCP,
prosedur pengendalian, verifikasi data, dan catatan penyimpanan dari prosedur
normal. Pemeliharaan catatan dapat mempermudah pelaksanaan pengoreksian
apabila terjadi kasus penyimpangan.
1. Judul
Laporan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Sup Terang Bulan
Manajemen Sistem Perencanaan Makanan Di RSUD. Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
2. Tanggal pengamatan dan pencatatan : 6-7 November 2014
3. Identifikasi konsumen
37
Pada pengamatan ini konsumen yang dituju yaitu pasien rawat inap kelas I,
II, dan III dengan diit menu makan saring di RSUD. Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
4. Deskripsi produk
Sup terang bulan merupakan salah satu menu sayuran yang disajikan untuk
makan siang pada menu ke 4 dalam siklus menu 10 hari di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Bahan utamanya adalah wortel, jamur putih,
telur, kaldu sapi, dan seledri sedangkan bumbunya adalah bawang putih,
merica, air, dan garam. Sup terang bulan merupakan makanan saring
dengan konsistensi sedikit kental, didominasi oleh warna orange dan
memiliki aroma khas dan rasa gurih. Menu ini ditujukan untuk pasien di ruang
perawatan kelas I, II, dan III untuk menu makanan saring disajikan
menggunakan palto bulat tertutup dari stainlestell.
5. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Panci
2) Kompor
3) Blender
4) Pisau
5) Talenan
6) Sendok sayur
7) Saringan
b. Bahan
1) Wortel
2) Jamur putih
3) Telur
4) Seledri
5) Bawang putih
6) Merica
7) Kaldu daging
8) Air
38
6. Proses yang dilakukan dalam pengolahan Sup Terang Bulan
a. Proses penyortiran bahan makanan
Analisa bahan sesuai spesifikasi bahan makanan.
b. Proses penyimpanan bahan makanan
Pemantauan suhu agar bahan makanan tidak rusak.
c. Proses persiapan bahan
Pemantauan pada proses persiapan meliputi tahap pengupasan,
pencucian, pemarutan, perendaman dan pemotongan.
d. Proses pengolahan bahan makanan
Pemantauan pada proses perebusan sup
e. Proses pemorsian bahan makanan
Pemantauan dan analisa bahaya pada proses pemorsian.
f. Proses pendistribusian bahan makanan
Pemantauan dan analisa bahaya pada proses pemorsian.
7. Identifikasi bahaya dan Cara Pencegahan Pada CCP
a. Proses penyortiran
Analisa bahan makanan yang diterima, disesuaikan dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan.
b. Proses Pencucian
Analisa bahaya meliputi cara pencucian dan kebersihan tempat untuk
pencucian. Tujuan tahap pencucian yaitu untuk membersihkan bahan
makanan dari kotoran, pasir, maupun sisa kulit yang masih menempel.
Pencucian bahan makanan dilakukan dengan air mengalir sampai bahan
yang dicuci bersih.
c. Proses Perebusan
Analisa bahaya meliputi waktu perebusan, alat, kebersihan tempat dan
penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh tenaga pengolah. Tujuan
perebusan yaitu untuk memeperbaiki mutu dan membunuh
mikroorganisme yang masih ada pada bahan makanan. Dalam tahap
perebusan ini kebersihan alat dan penggunaan APD tenaga pengolah
39
harus sudah ditetapkan dengan baik. Suhu yang digunakan untuk
perebusan harus melewati suhu internal (72̊C selama 15 detik).
I. Pembahasan
1. Penyortiran
Bahan makanan mentah diperoleh dari supplier yaitu CV. Tigan Emas yang
dicek oleh tim penerimaan barang Instalasi Gizi Rumah Sakit Margono
Soekarjo (RSMS) disesuaikan dengan spesifikasi bahan makanan rumah
sakit. Proses penerimaan bahan dari Sup Terang Bulan yakni wortel, jamur
putih, seledri dan telur dan bumbu-bumbu yaitu, bawang putih, merica, dan
garam disesuaikan dengan spesifikasi. Semua bahan tersebut sudah sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh instalasi gizi RSMS. Wortel dan
seledri bersih, segar dan tidak busuk. Jamur putih bersih, utuh dan tidak apek.
Bawang putih bersih, segar, tidak busuk dan terkelupas. Merica utuh dan
bersih. Garam beryodium dan kering.
2. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan setelah proses penerimaan bahan makanan.
Proses penyimpanan bumbu halus di refrigerator khusus bumbu dengan suhu
7o
C. Suhu di refrigerator khusus bumbu sudah sesuai dengan SPO yaitu 0o
-
20o
C sehingga aman untuk digunakan sebagai tempat penyimpanan bumbu.
Apabila suhu lebih tinggi dari 20o
C maka bakteri akan berkembang biak
sehingga terjadi kontaminasi pada bumbu. Penyimpanan menjadi CP karena
penyimpanan di refrigerator dapat mengendalikan bahaya yang kemungkinan
muncul yaitu pertumbuhan bakteri dapat dihambat.
3. Persiapan
Persiapan pada pengolahan Sup Terang Bulan meliputi, sortasi,
pengupasan, perendaman, pemotongan, pencucian, dan penghalusan. Proses
persiapan yang menjadi CCP adalah pencucian bahan makanan. Pencucian
bahan makanan dijadikan CCP karena dapat mengurangi bahaya sampa
batas yang dapat dikendalikan terutama bahaya fisik berupa debu, tanah,
pasir. Untuk bahaya biologi yang dapat dikendalikan berupa ulat, sedangkan
40
bahaya kimia yang dapat diminimalkan berupa residu pestisida yang
kemungkinan dapat menempel pada bahan makanan. Perendaman pada
jamur putih kering dijadikan sebagai CP karena dapat meningkatkan mutu
jamur yaitu menjadikan jamur putih kering menjadi lebih lembek sehingga
mudah diolah. Perendaman dilakukan pada air dengan suhu 80o
C selama 15
menit. Setelah direndam jamur putih dipotong, selain jamur putih bahan
makanan lain yang dipotong adalah wortel, seledri, dan daging sapi. Pada saat
proses pemotongan, tenaga persiapan bahan sudah menggunakan APD
berupa celemek dan penutup kepala selain itu tenapa persiapan juga telah
melakukan cuci tangan sebelum melakukan persiapan akan tetapi ada
beberapa alat persiapan yang kurang bersih yaitu telenan yang digunakan
untuk memotong wortel, jamur putih, dan seledri. Alat yang tidak bersih
memungkinkan terjadinya kontaminasi dari alat ke makanan.
4. Pengolahan
Proses pengolahan pada Sup Terang Bulan adalah perebusan. Perebusan
yang menjadi CCP adalah perebusan 2 karena perebusan dapat mengurangi
atau menghilangkan bahaya biologi sampai batas yang dapat diterima. Pada
perebusan 2 suhunya adalah 100o
C dengan waktu 30 menit. Suhu tersebut
sudah melewati batas kritis yaitu 72o
C selama 15 menit sehingga dapat
menghilangkan bahaya biologi terutama mikroorganisme sampai batas yang
dapat diterima. Perebusan 1 pada daging sapi tidak dijadikan CCP karena ada
tahap selanjutnya yaitu perebsan 2 yang dapat mengurangi bahaya biologi
sampai pada batas yang dapat diterima.
5. Pemorsian
Proses pemorsian merupakan CP karena mengendalikan bahaya yang ada.
Petugas pemorsian telah menggunakan masker agar makanan tidak
terkontaminasi dengan mikrobia yang ada pada mulut petugas. Penggunaan
sarung tangan belum sepenuhnya dilakukan oleh tenaga pemorsian akan
tetapi petugas pemorsian telah menggunakan alat pada saat mengambil
makanan yang telah matang. Makanan disajikan di dalam plato tertutup yan
telah disterilkan terlebih dahulu.
41
6. Pendistribusian
Proses pendistribusian merupakan CP karena mengendalikan bahaya yang
ada. Petugas pramusaji telah menggunakan masker agar makanan tidak
terkontaminasi dengan mikrobia yang ada pada mulut saat para pramusaji
sedang berbicara. Makanan yang telah selesai pemorsian dimasukkan ke
dalam kereta makan tertutup dan didistribusikan kepada pasien. Sup terang
bulan merupakan makanan dalam bentuk caik sehingga masa simpan sup
menjadi lebih pendek hanya sekitar 2 jam oleh karena itu konsumen
diharapkan segera menghabiskan sup terang bulan setelah didistribusikan .
apabila sup terang bulan tidak segera dikonsumsi dikhawatirkan
mikroorganisme berbahaya dapat berkembang biak sehingga makanan sudah
tidak layak untuk dikonsumsi. Pada saat pendistribusian pramusaji belum
memberikan informasi kepada pasien tentang batas waktu mengkonsumsi
sup.
Dari semua uraian diatas, tingkat resiko produk sup terang bulan untuk pasien
kelas I,II dan III di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dapat dikategorikan
beresikotinggi artinya makanan dapat terus diolah tetapi perlu adanya pengawasan
makanan dengan baik, karena makanan tersebut dikonsumsi untuk pasien atau
orang sakit.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penerapan HACCP pada produk sup terang bulan di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto sudah baik dan perlu adanya peningkatan
agar produk tetap terjamin kualitasnya. Produk sup terang bulan masuk
kategori analisa resiko tinggi karena berpotensi mengandung bahaya A
yang beresiko tinggi terutama terhadap pasien.
2. Potensi bahaya pada bahan mentah produk sup terang bulan adalah
bahaya fisik, kimia, dan biologi. Bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan
cara penyortiran bahan makanan sesuai dengan spesifikasi, pencucian
bahan makanan dengan air mengalir hingga bersih, dan perebusan dengan
suhu 72o
C selama 15 menit.
3. Titik kendali Kritis pada pembuatan sup terang bulan antara lain pada
penyortiran, pencucian, dan perebusan.
4. Batas Kritis yang ditetapkan antara lain:
- Pernyortiran : sesuai dengan spesifikasi bahan yang telah
ditentukan oleh RSMS
- Pencucian : bahan makanan bebas dari kotoran
- Perebusan : suhu 72o
C selama 15 menit
5. Pemantauan CCP dapat dilakukan dengan cara pengamatan secara
langsung, pengecekan suhu dan waktu perebusan, dan pengecekan
kebersihan makanan.
6. Pada pembuatan sup terang bulan tidak terdapat penyimpangan sehingga
tidak ada tindakan koreksi.
7. Verifikasi dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk menjaga kualitas sup
terang bulan agar selalu terjaga dan aman dikonsumsi.
8. Pencatatan dilakukan sejak penerimaan bahan baku, proses pengolahan
hingga menjadi produk dan distribusi. Pemeliharaan catatan dilakukan
terhadap beberapa hal yaitu definisi CCP, prosedur pengendalian, verifikasi
43
data, dan catatan penyimpanan dari prosedur normal. Pemeliharaan
catatan dapat mempermudah pelaksanaan pengoreksian apabila terjadi
kasus penyimpangan.
B. Saran
1. Meningkatkan kualitas sup terang bulan agar keamanannya tetap terjaga.
2. Pramusaji hendaknya memberikan informasi kepada pasien tentang
batas waktu untuk mengkonsumsi makanan, atau dapat juga dengan
cara memberikan label pada plato yang digunakan untuk menyajikan
makanan
3. Meningkatkan kebersihan alat yang digunakan terutama pada proses
persiapan.
44
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia – SNI 4852-
1988.
[DEPTAN] Departemen Pertanian RI Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (DITJENAK). 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan
Hewan 2011. Jakarta (ID): CV Karya Cemerlang.
Depkes. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktorat Gizi Masyarakat
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Rahayu WP. 2011. Keamanan Pangan Peduli Kita Bersama. Bogor (ID): IPB Pr.
Rauf, Rusdin. 2013 Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudarmaji.2005. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis.FKM Unair. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Vol. 1 No. 2
Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga.
Jakarta: Penerbit Bhratara.
Syah, et al. 2005. Manfaat dan bahaya Tambahan Pangan. Himpunan Alumni
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Cahyadi, W. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara.

More Related Content

What's hot

Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananAgnescia Sera
 
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahPertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahSutyawan
 
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan GiziEmmy Kardinasari
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratFanny K. Sari
 
Penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamilPenilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamiltris nia
 
Modul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status giziModul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status gizimeiwulandari24
 
Gizi tenaga kerja
Gizi tenaga kerjaGizi tenaga kerja
Gizi tenaga kerjaLicia Dewi
 
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaManajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaSiti Sahati
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)Feny Kartika
 
Status gizi dan kecukupan gizi pekerja
Status gizi dan kecukupan gizi pekerjaStatus gizi dan kecukupan gizi pekerja
Status gizi dan kecukupan gizi pekerjaWidyalestarinurpratama
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSDwi Handayani
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Giziwinautm
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1HMRojali
 

What's hot (20)

Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makanan
 
mutu protein
mutu proteinmutu protein
mutu protein
 
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahPertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
 
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
 
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas DewasaNutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
 
Penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamilPenilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamil
 
Modul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status giziModul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status gizi
 
Gizi tenaga kerja
Gizi tenaga kerjaGizi tenaga kerja
Gizi tenaga kerja
 
Ketenagaan di instalasi gizi
Ketenagaan di instalasi giziKetenagaan di instalasi gizi
Ketenagaan di instalasi gizi
 
Menu makanan 10 hari
Menu makanan 10 hariMenu makanan 10 hari
Menu makanan 10 hari
 
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaManajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusia
 
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas AnakNutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
 
Status gizi dan kecukupan gizi pekerja
Status gizi dan kecukupan gizi pekerjaStatus gizi dan kecukupan gizi pekerja
Status gizi dan kecukupan gizi pekerja
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
 
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasabogaKmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Gizi
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1
 
Kasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensiKasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensi
 

Viewers also liked

IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...Hendra UzuMakhi
 
Bahan ajar haccp dlm industri pangan
Bahan ajar haccp dlm industri panganBahan ajar haccp dlm industri pangan
Bahan ajar haccp dlm industri panganandiani17
 
Penerapan haccp pada pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
Penerapan haccp  pada  pengalengan ikan sardin di pt. maya food industriesPenerapan haccp  pada  pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
Penerapan haccp pada pengalengan ikan sardin di pt. maya food industriesMastori Rodin
 
Profil kelapa sawit final
Profil kelapa sawit finalProfil kelapa sawit final
Profil kelapa sawit finalnawriz87
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Indra Rahmana
 
laporan pengetahuan bahan pangan telur
laporan pengetahuan bahan pangan telurlaporan pengetahuan bahan pangan telur
laporan pengetahuan bahan pangan telurYuni Qurrota
 
Hazard analysis critical control point (haccp)
Hazard analysis critical control point (haccp)Hazard analysis critical control point (haccp)
Hazard analysis critical control point (haccp)Septi Dwisidi Hapsari
 
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)Septi Dwisidi Hapsari
 
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganPengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganHappinessa Brilliant
 
Sistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiSistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiKrissna Krissna
 
Respirasi hewan dan tumbuhan
Respirasi hewan dan tumbuhanRespirasi hewan dan tumbuhan
Respirasi hewan dan tumbuhanUNIB
 
(11) PROSPEK UKM DALAM PERDAGANGAN BEBAS
(11) PROSPEK UKM DALAM PERDAGANGAN BEBAS(11) PROSPEK UKM DALAM PERDAGANGAN BEBAS
(11) PROSPEK UKM DALAM PERDAGANGAN BEBASBakhrul Ulum
 
Laporan analisis bahan pangan
Laporan analisis bahan panganLaporan analisis bahan pangan
Laporan analisis bahan panganaripoknga
 
Laporan hacc previsi
Laporan hacc previsiLaporan hacc previsi
Laporan hacc previsiKhoirul Anam
 

Viewers also liked (20)

IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
IDENTIFIKASI HAZZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMB...
 
Pmm teori haccp
Pmm teori haccpPmm teori haccp
Pmm teori haccp
 
Bahan ajar haccp dlm industri pangan
Bahan ajar haccp dlm industri panganBahan ajar haccp dlm industri pangan
Bahan ajar haccp dlm industri pangan
 
Model rencana-haccp-industri-chicken-nugget
Model rencana-haccp-industri-chicken-nuggetModel rencana-haccp-industri-chicken-nugget
Model rencana-haccp-industri-chicken-nugget
 
Penerapan haccp pada pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
Penerapan haccp  pada  pengalengan ikan sardin di pt. maya food industriesPenerapan haccp  pada  pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
Penerapan haccp pada pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
 
HACCP
HACCPHACCP
HACCP
 
Profil kelapa sawit final
Profil kelapa sawit finalProfil kelapa sawit final
Profil kelapa sawit final
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1
 
laporan pengetahuan bahan pangan telur
laporan pengetahuan bahan pangan telurlaporan pengetahuan bahan pangan telur
laporan pengetahuan bahan pangan telur
 
Hazard analysis critical control point (haccp)
Hazard analysis critical control point (haccp)Hazard analysis critical control point (haccp)
Hazard analysis critical control point (haccp)
 
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
 
Haccp1 msia
Haccp1 msiaHaccp1 msia
Haccp1 msia
 
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganPengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
 
Sistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiSistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapi
 
Respirasi hewan dan tumbuhan
Respirasi hewan dan tumbuhanRespirasi hewan dan tumbuhan
Respirasi hewan dan tumbuhan
 
(11) PROSPEK UKM DALAM PERDAGANGAN BEBAS
(11) PROSPEK UKM DALAM PERDAGANGAN BEBAS(11) PROSPEK UKM DALAM PERDAGANGAN BEBAS
(11) PROSPEK UKM DALAM PERDAGANGAN BEBAS
 
Laporan analisis bahan pangan
Laporan analisis bahan panganLaporan analisis bahan pangan
Laporan analisis bahan pangan
 
Laporan hacc previsi
Laporan hacc previsiLaporan hacc previsi
Laporan hacc previsi
 
Zat aditif makanan
Zat aditif makananZat aditif makanan
Zat aditif makanan
 
HAACP
HAACPHAACP
HAACP
 

Similar to HACCP SUP

Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Tata Naipospos
 
Materi 10 - HACCP Pangan Siap Saji.pptx
Materi 10 - HACCP Pangan Siap Saji.pptxMateri 10 - HACCP Pangan Siap Saji.pptx
Materi 10 - HACCP Pangan Siap Saji.pptxIlmiAja
 
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004Tata Naipospos
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiAul Ndink
 
Tugas makalah etprof bu widya
Tugas makalah etprof bu widyaTugas makalah etprof bu widya
Tugas makalah etprof bu widyaAila Yumeko
 
Isu terkini keamanan_pangan
Isu terkini keamanan_panganIsu terkini keamanan_pangan
Isu terkini keamanan_panganSutisna Saza
 
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxPPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxHerlindamn
 
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan.ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan.pptHygiene_and_Sanitasi_Makanan.ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan.ppthamrirendi27
 
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).pptHygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppthamrirendi27
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Tata Naipospos
 
HACCP dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.pdf
HACCP dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.pdfHACCP dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.pdf
HACCP dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.pdfadhehilda1
 
Haccp dan implementasinya dalam industri pangan
Haccp dan implementasinya dalam industri panganHaccp dan implementasinya dalam industri pangan
Haccp dan implementasinya dalam industri panganRian Indrajaya
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
BIOTEKNOLOGI regulasi Siska Okta rohana.pptx
BIOTEKNOLOGI regulasi Siska Okta rohana.pptxBIOTEKNOLOGI regulasi Siska Okta rohana.pptx
BIOTEKNOLOGI regulasi Siska Okta rohana.pptxMahesaVee
 
KAJIAN RISIKO LINGKUNGAN UNTUK PENGGUNAAN AGEN HAYATI DI BIDANG PERTANIAN
KAJIAN RISIKO LINGKUNGAN UNTUK PENGGUNAAN AGEN HAYATI DI BIDANG PERTANIANKAJIAN RISIKO LINGKUNGAN UNTUK PENGGUNAAN AGEN HAYATI DI BIDANG PERTANIAN
KAJIAN RISIKO LINGKUNGAN UNTUK PENGGUNAAN AGEN HAYATI DI BIDANG PERTANIANRepository Ipb
 

Similar to HACCP SUP (20)

Haccp baru
Haccp baruHaccp baru
Haccp baru
 
Haccp baru
Haccp baruHaccp baru
Haccp baru
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
 
Tugas rahman
Tugas rahmanTugas rahman
Tugas rahman
 
Materi 10 - HACCP Pangan Siap Saji.pptx
Materi 10 - HACCP Pangan Siap Saji.pptxMateri 10 - HACCP Pangan Siap Saji.pptx
Materi 10 - HACCP Pangan Siap Saji.pptx
 
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
 
Tugas makalah etprof bu widya
Tugas makalah etprof bu widyaTugas makalah etprof bu widya
Tugas makalah etprof bu widya
 
Keamanan pangan
Keamanan panganKeamanan pangan
Keamanan pangan
 
Isu terkini keamanan_pangan
Isu terkini keamanan_panganIsu terkini keamanan_pangan
Isu terkini keamanan_pangan
 
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxPPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
 
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan.ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan.pptHygiene_and_Sanitasi_Makanan.ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan.ppt
 
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).pptHygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
 
HACCP dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.pdf
HACCP dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.pdfHACCP dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.pdf
HACCP dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.pdf
 
Haccp dan implementasinya dalam industri pangan
Haccp dan implementasinya dalam industri panganHaccp dan implementasinya dalam industri pangan
Haccp dan implementasinya dalam industri pangan
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
BIOTEKNOLOGI regulasi Siska Okta rohana.pptx
BIOTEKNOLOGI regulasi Siska Okta rohana.pptxBIOTEKNOLOGI regulasi Siska Okta rohana.pptx
BIOTEKNOLOGI regulasi Siska Okta rohana.pptx
 
KAJIAN RISIKO LINGKUNGAN UNTUK PENGGUNAAN AGEN HAYATI DI BIDANG PERTANIAN
KAJIAN RISIKO LINGKUNGAN UNTUK PENGGUNAAN AGEN HAYATI DI BIDANG PERTANIANKAJIAN RISIKO LINGKUNGAN UNTUK PENGGUNAAN AGEN HAYATI DI BIDANG PERTANIAN
KAJIAN RISIKO LINGKUNGAN UNTUK PENGGUNAAN AGEN HAYATI DI BIDANG PERTANIAN
 
KEAMANAN PANGAN.ppt
KEAMANAN PANGAN.pptKEAMANAN PANGAN.ppt
KEAMANAN PANGAN.ppt
 

More from Ratna Arditya

More from Ratna Arditya (13)

Phbs di tempat tempat umum
Phbs di tempat tempat umumPhbs di tempat tempat umum
Phbs di tempat tempat umum
 
Leaflet bumil
Leaflet bumilLeaflet bumil
Leaflet bumil
 
BROSUR ASI
BROSUR ASIBROSUR ASI
BROSUR ASI
 
Brosur hipertensi
Brosur hipertensiBrosur hipertensi
Brosur hipertensi
 
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI GIZI-ANEMIA
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI GIZI-ANEMIANASKAH PUBLIKASI SKRIPSI GIZI-ANEMIA
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI GIZI-ANEMIA
 
SKRIPSI GIZI-ANEMIA
SKRIPSI GIZI-ANEMIASKRIPSI GIZI-ANEMIA
SKRIPSI GIZI-ANEMIA
 
Kuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyanduKuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyandu
 
Brosur diabetes
Brosur diabetesBrosur diabetes
Brosur diabetes
 
Kau
KauKau
Kau
 
AKG 2013
AKG 2013AKG 2013
AKG 2013
 
Seminar Proposal
Seminar ProposalSeminar Proposal
Seminar Proposal
 
Laporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesLaporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascites
 
STUDI KASUS MIOMA UTERI
STUDI KASUS MIOMA UTERISTUDI KASUS MIOMA UTERI
STUDI KASUS MIOMA UTERI
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Abdiera
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Kanaidi ken
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxc9fhbm7gzj
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxpolianariama40
 
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptxMateri bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptxZadaLiza
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxwulandaritirsa
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
MESYUARAT PANITIA rbt 1 tahun 2024 .pptx
MESYUARAT PANITIA rbt 1 tahun 2024 .pptxMESYUARAT PANITIA rbt 1 tahun 2024 .pptx
MESYUARAT PANITIA rbt 1 tahun 2024 .pptxKALIDASALBALAKRISHNA
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3SatriaPamungkas18
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
 
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptxMateri bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
MESYUARAT PANITIA rbt 1 tahun 2024 .pptx
MESYUARAT PANITIA rbt 1 tahun 2024 .pptxMESYUARAT PANITIA rbt 1 tahun 2024 .pptx
MESYUARAT PANITIA rbt 1 tahun 2024 .pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
 

HACCP SUP

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan terutama makanan khusus rumah sakit harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi penyakit pasien, penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang proses perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang (cross infections) atau infeksi nosokomial (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang diantaranya dapat melalui makanan. Selain timbulnya infeksi nosokomial, penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang tidak memenuhi standar kesehatan (tidak higienis) juga dapat menyebabkan keracunan makanan (Puspita, 2010). Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan teknologi, maka diperlukan suatu sistem dalam mengawasi pangan sejak diproduksi, diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta dihidangkan kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas kimiawi terhadap bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan dari mulai saat pra-panen, pascapanen/pengolahan sampai saat produk pangan didistribusikan dan dikonsumsi (Seto, 2001). Keamanan pangan pada dasarnya adalah hygienie sanitasi makanan, nilai gizi dan safety. Salah satu langkah pengawasan mutu adalah dengan menerapkan sistim HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau analisa bahaya dan pengendalian titik kritis. HACCP adalah suatu sistem yang memiliki landasan ilmiah dan yang secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi bahaya terentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan pangan (Susilo, 2006). Hidangan sup terang bulan untuk kelas I, II, dan III di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo diperlukan tindakan HACCP karena menggunakan bahan baku sayuran dan telur ayam yang rentan terhadap bahaya biologi, fisika, dan
  • 2. 2 kimia. Selain itu, bahaya juga dapat timbul pada saat proses penerimaan bahan aku, kontaminasi dengan bahan makanan lain dan kebersihan alat yang digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun mencoba melakukan penelitian mengenai penerapan HACCP pada sup terang bulan di dapur Instalasi Gizi RSUP Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan HACCP pada pengolahan produk sup terang bulan di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto? “ C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui penerapan HACCP pada pengolahan sup terang bulan di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2. Tujuan Khusus a. Menentukan analisis potensi bahaya b. Menentukan titik-titik pengendalian kritis atau Critical Control Point (CCP) c. Menentukan batas kritis d. Menentukan suatu sistem untuk mengawasi pengendalian CCP e. Menentukan tindakan-tindakan perbaikan f. Menentukan prosedur pengecekan ulang g. Menentukan dokumentasi/pemeliharaan catatan
  • 3. 3 D. Manfaat 1. Bagi Instansi Bagi institusi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, khususnya pada isntalasi gizi dapat digunakan sebagai dasar acuan pengolahan untuk menerapkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dalam proses pengolahan makanan sehingga dapat meningkatkan mutu (quality control). 2. Bagi Peneliti Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah khususnya tentang HACCP di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
  • 4. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keamanan Pangan Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan teknologi, maka diperlukan suatu sistem dalam mengawasi pangan sejak diproduksi, diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta dihidangkan kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas kimiawi terhadap bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan dari mulai saat pra-panen, pascapanen/pengolahan sampai saat produk pangan didistribusikan dan dikonsumsi (Seto, 2001). Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan yang aman serta bermutu dan bergizi tinggi penting perannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat (Cahyadi, 2008). Keamanan pangan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja kedalam bahan makanan atau makanan jadi (Moehyi, 1992). Mutu pangan menurut PP Nomor 28 tahun 2004 adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman. Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan (food additive) yang berbahaya (Syah, 2005).
  • 5. 5 Keamanan pangan pada dasarnya adalah hygienie sanitasi makanan, nilai gizi dan safety. Salah satu langkah pengawasan mutu adalah dengan menerapkan sistim HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau analisa bahaya dan pengendalian titik kritis. HACCP adalah suatu sistem yang memiliki landasan ilmiah dan yang secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi bahaya terentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan pangan (Susilo, 2006). Secara umum HACCP digunakan untuk menetapkan suatu bingkai atau sistem untuk menjalankan bagaimana implementasi prosedur HACCP di setiap sektor yang dapat di gunakan untuk mengembangkan jaminan setiap rrantai penyediaan mula dari prosedur B. HACCP 1. Potensi Bahaya Potensi bahaya adalah suatu bahan biologi, kimia atau fisik yang dapat menyebakan sakit atau cedera jika tidak dikendalikan (Rauf, 2013). Bahaya tersebut dapat berasal dari bahan mentah, kemasan, proses dan penanganan yang berlangsung dalam rantai makanan ataupun lingkungan. Potensi bahaya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu bahaya fisik, bahaya biologi, dan bahaya kimia. Potensi bahaya dari setiap bahan, baik bahan tambahan sekecil apapun harus dilakukan analisis potensi bahaya. Berikut tabel pengelompokan potensi bahaya: Tabel 1. Pengelompokan Potensi Bahaya Jenis Bahaya Contoh Biologi Bakteri, virus, kapang, protozoa, dan serangga Kimia Toksin alami (sianida), alergen, pestisida, mikotoksin Fisik Kerikil, logam, kaca, rambut Sumber: Rauf, 2013 Analisis potensi bahaya adalah proses pengumpulan informasi dan evaluasi potensi bahaya pada bahan pangan untuk dijadikan bahan pertimbangan apakah potensi bahaya tersebut signifikan dan harus dikendalikan pada perencanaan HACCP. Salah satu tahap analisis bahaya adalah penentuan kelompok bahaya dari bahan baku, produk antara, dan
  • 6. 6 produk akhir yang dibagi menjadi 6 kelompok bahaya, yaitu bahaya A, B, C, D, E, dan F. Berikut tabel pengelompokan bahaya: Tabel 2. Pengelompokan Bahaya Kelompok Bahaya Keterangan A Makanan non-steril untuk golongan berisiko tinggi seperti bayi, balita, pasien, lansia, ibu hamil, ibu menyusui. B Makanan yang tersusun atas bahan yang sensitif terhadap potensi bahaya biologi, kimia atau fisik. C Dalam pengolahan tidak terdapat tahap yang dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya biologi, kimia, atau fisik hingga batas yang dapat diterima. D Makanan kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah pengolahan dan sebelum pengemasan penyajian. E Makanan kemungkinan mengalami pencemaran kembali atau penanganan yang kurang tepat selama distribusi hingga diterima konsumen. F Makanan yang tidak mengalami prses pemanasan setelag pengemasan hingga disantap oleh konsumen untuk menghilangkan bahaya biologi. Tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya kimia dan fisik. Sumber: Rauf, 2013 Setiap produk diidentifikasikan terhadap kemungkinan mengandung bahaya A sampai F, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori risiko. Kategori risiko terbagi menjadi tujuh, yaitu kategori 0 sampai IV. Pengelompokkan kategori risiko dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Kategori risiko dari bahan baku dan produk Kategori Risiko Keterangan 0 Tidak mengandung bahaya A-F I Mengandung 1 bahaya B-F II Mengandung 2 bahaya B-F III Mengandung 3 bahaya B-F IV Mengandung 4 bahaya B-F V Mengandung 5 bahaya B-F VI Mengandung bahaya A, dengan atau tanpa bahaya B- F
  • 7. 7 2. Titik Kendali Kritis Titik kendali kritis atau CCP (critical control point) didefinisikan sebagai tahapan atau prosedur dalam pengolahan pangan dimana pengendalian dapat dilakukan sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya hingga mencapai level yang dapat diterima (Rauf, 2013). Ketrampilan yang esensial diperlukan untuk identifikasi CCP adalah pengetahuan yang lengkap tentang produk, proses, hazard yang teridentifikasi dan pengendaliannya. Setiap bahaya yang teridentifikasi pada bahan baku membutuhkan suatu proses yang dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya tersebut sampai batas aman. Penentuan apakah suatu tahap/proses adalah CCP atau bukan dengan cara menjawab pertanyaan pada pohon keputusan CCP. CCP terkait dengan kemanan pangan. Pada beberapa produk pangan, formulasi makanan mempengaruhi tingkat keamanan nya, oleh karena itu CCP pada produk semacam ini diperlukan untuk mengontrol beberapa parameter seperti pH, aktivitas air (aw), dan adanya bahan tambahan makanan (Sudarmadji, 2005).
  • 8. 8 Gambar 1. Pohon Keputusan CCP Apakah terdapat tindakan pencegahan untuk bahaya yang teridentifikasi? YA TIDAK Apakah pengendalian pada tahap ini diperlukan untuk kemanan pangan? TIDAK Bukan CCP STOP* YA Tahap modifikasi, proses dan produk Apakah pada tahap ini dapat menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya sampai pada batas yang dapat diterima? TIDAK YA Apakah kontaminasi oleh bahaya yang diidentifikasi dapat terjadi sampai melebihi batas yang dikehendaki atau dapatkah terjadi peningkatan sampai melebihi batas? YA TIDAK Apakah tahapan berikutnya, sebelum makanan dikonsumsi, dapat digunakan untuk menghilangkan atau menurunkan munculnya bahaya sampai dengan batas yang diterima? YA TIDAK Bukan CCP STOP* CCP
  • 9. 9 3. Batas Kritis Menurut Sudarmadji (2005) batas kritis adalah nilai yang memisahkan antara nilai yang dapat diterim dengan nilai yang tidak dapat diterima pada setiap CCP. Titik pengendalian kritis (CCP) dapat merupakan bahan mentah/baku, sebuah lokasi, suatu tahap pengolahan, praktek atau prosedur kerja, namun harus spesifik, misalnya: a. Tidak adanya pencemar tertentu dalam bahan mentah/baku. b. Standar higienis dalam ruangan pemasakan /dapur c. Pemisahan fasilitas yang digunakan untuk produk mentah dan yang untuk produk jadi/masak. Suatu batas kritis digunakan untuk memisahkan antara kondisi-kondisi operasional yang aman dan tidak aman pada suatu CCP. Setiap pengendalian akan mempunyai satu atau lebih batas kritis yang sesuai. Kriteria yang sering digunakan adalah suhu, waktu, kelembaban, pH, water activity (aw), keasaman, bahan pengawet, konsentrasi garam, viskositas, adanya zat klorin, dan parameter indera (sensory) seperti penampilan dan tekstur. Tahap/proses yang dimasukkan ke dalam batas kritis adalah hanya tahapan yang teridentifikasi sebagai CCP. Potensi bahaya yang ditampilkan adalah bukan potensi bahaya yang secara utuh ada pada bahan baku, namun hanya potensi bahaya yang dapat dikendalikan oleh suatu CCP (Rusdin, 2013). Penentuan indikator batas kritis bisa diperoleh dari beberapa sumber, yaitu: a. Publikasi ilmiah: artikel, jurnal dan buku b. Pedoman peraturan: pedoman lokal maupun international, Codex Alimentarius, FDA, SNI, dan standart lainnya. c. Tenaga ahli: asosiasi profesi, ahli proses thermal, ahli pangan/mikrobiologi, perusahaan pembuat alat pengolahan pangan d. Studi penelitian: pengalaman dalam lingkungan industri, dan analisis laboratorium.
  • 10. 10 4. Monitoring Monitoring merupakan serangkaian pengamata atau pengukuran yang telah direncanakan untuk memastikan bawa suatu CCP beroperasi di bawah kendali dan untuk menyediakan catatan yang akurat untuk digunakan dikemudian hari (Rauf, 2013). Dalam monitoring perlu juga dicantumkan frekuensi pemantauan yang ditentukan berdasarkan pertimbangan praktis. Lima macam pemantauan yang penting dilaksanakan antara lain: pengamatan, evaluasi, sensorik, pengukuran sifat fisik, pengujian kimia, pengujian mikrobiologi (Sudarmadji, 2005). Pelaksanaan monitoring didasarkan pada 4 panduan, yaitu: a. Apa yang dimonitor: biasanya batas kritis dari suatu CCP, seperti suhu, waktu, pH, kadar air dan aktivias air. b. Bagaimana: umunya dilakukan pengukuran fisik dan kimia (untuk batas kritis kuantitatif) atau pengamatan (untuk batas kritis kualitatif). c. Frekuensi: bisa secara kontinyu atau waktu-waktu tertentu. d. Siapa: orang yang terlatih untuk melakukan aktivitas monitoring. 5. Tindakan Koreksi Tindakan koreksi adalah kegiatan yang dilakukan bila berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan telah terjadi penyimpangan dalam CCP pada batas kritis tertentu atau nilai target tertentu atau ketika hasil pemantauan menunjukkan kecenderungan kurangnya pengendalian (Sudarmadji, 2005). Tindakan perbaikan harus segera diambil pada saat batas kritis terlampaui. Tindakan tersebut terencana, sehingga prosedur perbaikan telah ditetapkan sebelumnya dan terdokumentasi pada rencana HACCP. Prosedur perbaikan yang akan dilakukan telah dipastikan bahwa tidak ada dampak bagi keamanan produk (Rauf, 2013). data tentang pemantauan harus diperiksa secara sistematis untuk menentukan titik dimana pengendalian harus ditingkatkan atau apakah modifikasi lain diperlukan. Dalam hal ini, sistem dapat beradaptasi terhadap perubahan kondisi dengan cara penyesuaian yang berkesinambungan (Sudarmadji, 2005).
  • 11. 11 6. Verifikasi Verifikasi adalah aktivitas selain monitoring yang menentukan validitas dari rencana HACCP dan menerangkan apakah sistem berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan verifikasi akan memberikan suatu kepercayaan bahwa rencana HACCP telah terlaksana dengan baik dalam mengendalikan potensi bahaya, karena didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah. Aktivitas verifikasi yang dilakukan antara lain kalibrasi peralatan dan pengujian mikrobiologi (Rauf, 2013). 7. Pemeliharaan Catatan Catatan harian sejak penerimaan bahan baku, proses pengolahan hingga menjadi produk, selalu tersimpan dengan baik. Hal ini untuk mengantisipasi jika suatu saat ada pengaduan dari konsumen, pihak produsen akan lebih mudah dan dalam waktu singkat dapat mendeteksi kapan dan pad tahap apa terjadinya penyimpangan. Makin cepat sumber penyimpangan terdetesi, semakin cepat proses evaluasi, tindakan perbaikan dan verifikasi dilakukan (Rauf, 2013). C. Bahan Pembuat Sup Terang Bulan 1. Wortel Wortel segar adalah umbi (akar tunggang) darti tanaman wortel (Daucuta carota) dalam keadaan utuh, segar, dan bersih. Tekstur umbi wortel tidak mengayu aabila dibagian tengah penampang melitang bagian umbi yang terbesar tidak tampak mengayu dan atau tidak tampak pertumbuhan tangkai bunga. Wortel segar digolongkan dalam 2 jenis mutu. Syarat mutu ditentukan dari karakteristik ang mencakup kesamaan sifat varietas, kekerasan, warna, kerataan permukaan, tekstur, persentase jumlah maksimum wortel yang busuk, diameter, panjang tungkai dan kotoran. Warna oranye tua pada wortel menandakan kandungan beta karoten yang tinggi. Semakin jingga warna wortel, makin tinggi kadar beta
  • 12. 12 karotennya. Kadar beta-karoten yang terkandung pada wortel lebih banyak dibanding kangkung, caisim, dan bayam. 2. Telur Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang membutuhkan telur (Mietha, 2008). Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi terdiri dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral di dalam 50 gram telur (Sudaryani, 2003). Kerabang telur merupakan lapisan luar telur yang melindungi telur dari penurunan kualitas, baik disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan fisik, maupun penguapan. Kualitas kerabang telur ditentukan oleh tebal dan struktur kulitnya (Yamamoto, dkk., 2007). Lama dan suhu dalam penyimpanan telur memengaruhi kualitas fisik telur. SNI01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa penyimpanan telur konsumsi pada suhu ruang dengan kelembaban 80--90%, maksimum kualitas telur selama 14 hari setelah ditelurkan, atau pada suhu antara 40 C dan 70 C dengan kelembaban antara 60% dan 70%, maksimum selama 30 hari setelah ditelurkan.
  • 13. 13 Tabel 4. Syarat Mutu Telur (SNI 39-26-2008) No Faktor mutu Tingkatan mutu Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3 1 Kondisi kerabang a. Bentuk b. Kehalusan c. Ketebalan d. Keutuhan e. Kebersihan Normal Halus Tebal Utuh Bersih Normal Halus Sedang Utuh Sedikit noda kotor Abnormal Sedikit kasar Tipis Utuh Banyak noda dan sedikit kotor 2 Kondisi kantung udara (dilihat dengan peneropongan) a. Kedalaman kantong udara b. Kebebasan bergerak < 0,5 cm Tetap ditempat 0,5 cm – 0,9 cm Bebas bergerak >0,9 cm Bebas bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara 3 Kondisi putih telur a. Kebersihan b. Kekentalan c. indeks Bebas bercak darah, atau benda asing lainya Kental 0.134-0.175 Bebas bercak darah, atau benda asing Sedikit encer 0.092-0.133 Ada sedikit bercak darah, tidak ada benda asing lainnya Encer, kuning telur belum tercampur dengan putih telur 0.050-0.091 4 Kondisi kuning telur a. bentuk b. posisi c. penampakan d. kebersihan e. indeks Bulat Ditengah Tidak jelas Bersih 0.458-0521 Agak pipih Sedikit bergeser Ditengah Agak jelas bersih 0.394-0.457 Pipih Agak dipinggir Jelas ada sedikit Bercak darah 0.330-393 5 Bau Khas Khas Khas Persyaratan mutu mikrobiologis No Jenis cemaran mikroba Satuan Mutu mikrobiologis (batas
  • 14. 14 maksimum cemaran mikroba/BMCM) 1 Total plate count (TPC) cfu/g 1x105 2 Coliform cfg/g 1x102 3 Eschericia coli MPN/g 5x101 4 Salmonella sp Per 25g Negatif Sumber : BSN, 2008 3. Jamur Putih jamur ini masih lazim dikategorikan sebagi jamur kuping. Tubuh buahnya berwarna putih dengan teksturmirip gel. Ukurannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan jamur kuping lain. 4. Seledri Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Tumbuhan ini digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Daunnya mengandung polifenol, saponin, dan flavonoida (Cahyono,2003). 5. Bawang Putih (SNI 01-3160-1992) Bawang putih merupakan umbi dari tanaman bawang putih (Allium sativum L) yang terdiri dari siung-siung bernas, kompak dan masih terbungkus oleh kulit luar, bersih dan tidak berjamur.Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat kimia yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur. Bawang putih digunakan sebagai bumbu yang digunakan hampir di setiap makanan dan masakan Indonesia. Sebelum dipakai sebagai bumbu, bawang putih dihancurkan dengan ditekan dengan sisi pisau (dikeprek) sebelum dirajang halus dan ditumis di penggorengan dengan sedikit minyak goreng. Bawang putih bisa juga dihaluskan dengan berbagai jenis bahan bumbu yang lain. Bawang putih mempunyai resiko terkena bahaya fisik yaitu tanah dan busuk. Bahaya biologi adalah adanya bakteri bacillus cereus dan serangga. Bahaya kimia dari bawang putih adalah adanya residu pestisida. Bahaya biologi dan kimia ini dapat dicegah dengan pencucian sampai bersih dengan air yang bersih dan mengalir. Persyaratan mutu bawang putih
  • 15. 15 mencakup kesamaan sifat varietas, tingkat kematangan, kekompakan dan keberuasan siung, kekeringan dan persentase kerusakan . 6. Air Persyaratan mutu antara lain tidak berbau, zat yang terlarut maks. 500mg/l, zat organik 1,0 mg/l, klorida maks. 250 mg/l, sulfat maks. 200 mg/l, dan amonium maks. 0,15 mg/l. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). 7. Garam Garam beryodium yang dianjurkan untuk di konsumsi manusia adalah yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu berdasarkan SNI No 01 3556.2.2000 tahun 1994 dalam SNI kadar yodium dalam garam ditentukan sebesar 30 – 80 ppm dalam bentuk KIO3 hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6 – 10 gr (Palupi,2004).
  • 16. 16 Tabel 5. Syarat Mutu Garam Beryodium No. Parameter Satuan Persyaratan Kualitas 1. Kadar air (H2O) % b/b Maks 7 2. Kadar NaCl (Natrium Klorida) dihitung dari jumlah klorida % adbk Min 94,7 3. Iodium dihitung sebagai Kalium Iodat (KIO3) mg/kg Min 30 4. Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Raksa (Hg) mg/kg mg/kg mg/kg Maks 10 Maks 10 Maks 0,1 5. Arsen (As) mg/kg Maks 0,1
  • 17. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran penerapan HACCP pada sup terang bulan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. margono Soekarjo Purwokerto 2. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan penelitian hari Kamis-Jumat, 6-7 November 2014 dari pukul 08.00 – 12.00 WIB C. Tim Pelaksana 1. Nunung Wahyuni, SST. 2. Ratna Arditya T.A D. Teknik Pengambilan Data 1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara dan pengamatan langsung proses pembuatan sup terang bulan, meliputi: a. Data penerimaan bahan makanan b. Data persiapan bahan makanan c. Data bumbu d. Data hasil pengolahan e. Data hasil distribusi f. Data higienie dan sanitasi alat dan tenaga pengolah serta tenaga distribusi
  • 18. 18 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan cara mancatat buku yang telah ada, meliputi: a. Data siklus menu b. Data standar resep c. Data standar porsi d. Data cara pengolahan E. Bahan dan Alat 1. Bahan Utama dan Bumbu a. Bahan: 1) Wortel 2) Jamur putih 3) Telur 4) Seledri 5) Kaldu daging sapi b. Bumbu: 1) Bawang putih 2) Merica 3) Gula 4) Garam 2. Alat a. Kompor gas b. Wajan c. Baskom d. Pisau e. Telenan f. Pengaduk g. Countainer h. Penyaring
  • 19. 19 i. Plato j. Trolli F. Analisis Data Analisis ddata yang digunakan adalah analisis deskriptif, untuk mengetahui penerapan HACCP pada pembuatan sup terang bulan di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
  • 20. 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Produk Sup terang bulan merupakan salah satu menu sayuran yang disajikan untuk makan siang pada menu ke 4 dalam siklus menu 10 hari di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Bahan utamanya adalah wortel, jamur putih, telur, kaldu sapi, dan seledri sedangkan bumbunya adalah bawang putih, merica, air, dan garam. Sup terang bulan merupakan makanan saring dengan konsistensi sedikit kental, didominasi oleh warna orange dan memiliki aroma khas dan rasa gurih. Menu ini ditujukan untuk pasien di ruang perawatan kelas I, II, dan III untuk menu makanan saring disajikan menggunakan palto bulat tertutup dari stainlestell. Tabel 6. Analisis Diskripsi Produk Nama Produk Sup Terang Bulan Diskripsi Produk Sup terang bulan merupakan salah satu menu sayuran yang disajikan untuk makan siang pada menu ke 4 dalam siklus menu 10 hari di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Bahan utamanya adalah wortel, jamur putih, telur, kaldu sapi, dan seledri sedangkan bumbunya adalah bawang putih, merica, air, dan garam. Sup terang bulan merupakan makanan saring dengan konsistensi sedikit kental, didominasi oleh warna orange dan memiliki aroma khas dan rasa gurih. Menu ini ditujukan untuk pasien di ruang perawatan kelas I, II, dan III untuk menu makanan saring disajikan menggunakan palto bulat tertutup dari stainlestell. Metode pengolahan Perebusan Komposisi Bahan utama pembuatan sup terang bulan adalah wortel, jamur putih, telur, kaldu sapi, dan seledri sedangkan bumbunya adalah bawang putih, merica, air, dan garam. Tujuan penggunaan (konsumen) Sebagai sayur pada menu ke 4 dari siklus 10 hari untuk pasien yang mendapatkan makanan saring pada kelas perawatan I,II, dan III. Metode distribusi Sup terang bulan yang telah matang kemudian dilakukan pemorsian dan disajikan dalam plato bulat tertutup stainlesstell dan langsung didistribusikan oleh pramusaji menggunakan trolley.
  • 21. 21 B. Analisis Potensi Bahaya 1. Identifikasi potensi bahaya dan cara pengendalian pada bahan makanan Tabel 7. Identifikasi potensi bahaya dan cara pencegahan No. Bahan Makanan Kelompok Bahaya Jenis Bahaya Cara Pengendalian 1 Wortel Biologi Bacillus cereus Busuk  Penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan  Pencucian hingga bersih dengan air mengalir  Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit Fisik Tanah Kimia Residu pestisida 2 Jamur putih (kering) Biologi B.cereus  Penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi  Pencucian hingga bersih dengan air mengalir  Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit Fisik Debu Kimia Formalin 3 Telur Biologi Salmonella Streptococci S.aureus  Penerimaan bahan sesuai dengan spesifikasi  Pencucian hingga bersih dengan air mengalir  Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit Fisik Kotoran ayam 4 Seledri Biologi B. cereus Ulat  Penyortirab bahan sesuai dengan spesifikasi  Pencucian hingga bersih dengan air mengalir  Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit Fisik Debu Kimia Pestisida 5 Bawang putih Biologi B. cereus  Penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi  Pencucian hingga bersih dengan air mengalir  Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit Fisik Tanah Busuk Kimia Pestisida 6 Merica Biologi B. cereus Aspergillus  Penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi  Pencucian dengan air mengalir hingga bersih  Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit Fisik Debu Pasir Kimia Aflatoksin 7 Air Biologi E coli  Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit 8 Daging sapi Biologi Salmonella, E.coli  Penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi  Pencucian hingga bersih dengan air mengalir Fisik Kotoran, lemak Kimia Formalin
  • 22. 22  Perebusan dengan suhu 72oC selama 15 menit 9 Garam Biologi Halobacterium  Penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi  Perebusan dengan suhu 72oC selama 15 menit Fisik Batu
  • 23. 23 Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Sup Terang Bulan Wortel Telur Pemotongan 2 Pencucian 4 Perendaman 80o C, 15 menit Jamur putih Pemarutan Pencucian 3 Pengupasan Kaldu sapi Perebusan 1 100o C, 30 menit Pencucian 2 Daging sapi Penyortiran 1 Pencucian 5 Penghalusan 2 Perebusan 2 100o C, 30 menit Sup Terang Bulan Pemorsian Pendistribusian Bawang putih Penyimpanan 1 29o C Pencucian 1 Merica Penghalusan 1 Penyimpanan 2 29o C Air matang Penghalusan 3 Garam Seledri Pencucian 6 Pemotongan 3 Penyimpanan 4 7o C Penyaringan Penyortiran 2 Penyortiran 3 Penyortiran 4 Penyortiran 5 Penyortiran 6 Penyortiran 7 Penyortiran 8 Pemotongan 1
  • 24. 24 2. Analisis kelompok bahaya dan risiko bahaya pada bahan makanan Tabel 8. Analisis kelompok bahaya dan risiko bahaya pada bahan makanan BAHAN Mentah/Ingridien/Bahan Tambahan Kelompok bahaya Kategori RisikoA B C D E F Wortel + + - VI Jamur putih + + - VI Telur + + - VI Seledri + + - VI Kaldu sapi + + - VI Bawang putih + + - VI Merica + + - VI Air + + - VI Garam + + - VI Daging sapi + + - VI Sup terang bulan + + - + + + VI C. Titik kendali Kritis Setiap bahaya yang teridentifikasi pada bahan baku membutuhkan suatu proses yang dapat mengurangi/menghilangkan bahaya tersebut sampai batas aman. Tahap yang dapat mengendalikan bahaya tersebut disebut CCP. satu jenis bahaya dapat dihilangkan dengan satu/lebih tahapan CCP. Berikut pohon keputusan CCP pada pembuatan sup terang bulan: 1. Bawang Putih P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada bawang putih? Ya (B,K,F) P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (penyortiran 1, pencucian 1, perebusan 2) P.2.a Apakah pada tahap penyortiran 1 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (penyortiran 1 = CCP)
  • 25. 25 P.2.b Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (perebusan 2 = CCP) P.2.c Apakah pada tahap pencucian 1 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (pencucian 1 = CCP) 2. Merica P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada merica? Ya (B,K,F) P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (penyortiran 2, perebusan 2) P.1.c Apakah pada tahap penyortiran 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (penyortiran 2 = CCP) P.2.d Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (perebusan 2 = CCP) P.2.a Apakah pada tahap penghalusan 1 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (penghalusan 1 = Bukan CCP) P.2.b Apakah pada tahap penyimpanan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (penyimpanan 2 = Bukan CCP) 3. Daging sapi P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada daging sapi? Ya (B,K,F) P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (penyortiran 3, pencucian 2, perebusan 2)
  • 26. 26 P.2.a Apakah pada tahap penyortiran 3 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (penyortiran 3 = CCP) P.2.b Apakah pada tahap pencucian 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (pencucian 2 = CCP) P.2.c Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (perebusan 2 = CCP) p.2.d Apakah pada tahap pemotongan 1 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (pemotongan 1 = bukan CCP) 4. Wortel P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada wortel? Ya (B,K,F) P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (penyortiran 4, pencucian 3, perebusan 2) P.2.a Apakah pada tahap penyortiran 4 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (penyortiran 4 = CCP) P.2.b Apakah pada tahap pencucian 3 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (pencucian 3 = CCP) P.2.c Apakah pengupasan dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (pengupasan = Bukan CCP) P.2.d Apakah pada tahap pemarutan dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (Pemarutan = Bukan CCP)
  • 27. 27 p.2.e Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (perebusan 2 = CCP) 5. Jamur putih P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada jamur putih? Ya (B,K,F) P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (penyortiran 5, pencucian 4, perebusan 2) P.2.a Apakah pada tahap pencucian 4 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (pencucian 4 = CCP) P.2.b Apakah pada tahap pemotongan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (Pemotongan 2 = Bukan CCP) P.2.c Apakah perendaman dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (perendaman = Bukan CCP) P.2.d Apakah pada tahap penyortiran 5 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (penyortiran 5 = CCP) P.2.e apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangu/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (perebusan 2 = CCP) 6. Telur P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada telur? Ya (B,F) P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (penyortiran 6, pencucian 5, perebusan 2)
  • 28. 28 P.2.a Apakah pada tahap pencucian 5 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (pencucian 5 = CCP) P.2.b Apakah pada tahap penyortiran 6 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (penyortiran 6 = CCP) P.2.c Apakah pada tahap penyaringan dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (Penyaringan = Bukan CCP) P.2.d Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (perebusan 2 = CCP) 7. Garam P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada garam? Ya (B,K,F) P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (penyortiran 7, perebusan 2) P.2.a Apakah pada tahap penyortiran 7 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (penyortiran 7 = CCP) P.2.b Apakah pada tahap penghalusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (penghalusan 3 = CCP) P.2.c Apakah tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (perebusan 2 = CCP) 8. Seledri P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada seledri? Ya (B,K,F)
  • 29. 29 P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (penyortiran 8, pencucian 6, perebusan 2) P.2.a Apakah pada tahap pencucian 6 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (pencucian 6 = CCP) P.2.b Apakah pada tahap penyortiran 8 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (penyortiran 8 = CCP) P.2.c Apakah pada tahap pemotongan 3 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (Pemotongan 3 = Bukan CCP) P.2.d Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (Perebusan 2 = CCP) 9. Air P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada air? Ya (B,K,F) P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan/pengurangan potensi bahaya yang teridentifikasi? Ya (perebusan 2) P.2.a Apakah pada tahap perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (perebusan 2 = CCP) 10. Penghalusan 2 (Air, bawang putih, merica) Apakah penghalusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (Penghalusan 2 = Bukan CCP)
  • 30. 30 11. Penyimpanan 4 (air, bawang putih dan merica pada suhu 7o C) Apakah penyimpanan 4 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (Penyimpanan 4 = Bukan CCP) 12. Perebusan 2 (100o C selama 30 menit) Apakah perebusan 2 dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Ya (Perebusan 2 = CCP) 13. Pemorsian Apakah pemorsian dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (Pemorsian = Bukan CCP) 14. Pendistribusian Apakah pendistribusian dapat mengurangi/menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima? Tidak (Pendistribusian = Bukan CCP) Tabel 9. Penetapan CCP dan CP Pada Pengolahan Sup Terang Bulan Proses CCP CP Penyortiran 1 (bawang putih) √ Penyortiran 2 (merica) √ Penyortiran 3 (daging sapi) √ Penyortiran 4 (wortel) √ Penyortiran 5 (jamur putih) √ Penyortiran 6 (telur) √ Penyortiran 7 (garam) √ Penyortiran 8 (seledri) √ Penyimpanan 1 (bawang putih, 29oC) - -
  • 31. 31 Pencucian 1 (Bawang putih) √ Penghalusan 1 (merica) - Penyimpanan 2 ( merica) - Pencucian 2 (daging sapi) √ Perebusan 2 (daging sapi, 100oC selama 30 menit) - - Pemotongan 1 (daging sapi) - - Pengupasan (wortel) - - Pencucian 3 (wortel) √ - Pemarutan (wortel) - - Perendaman (jamur putih, 80oC selama 15 menit) - √ Pencucian 4 (jamur putih) √ - Pemotongan 2 (jamur putih) - - Pencucian 5 (telur) √ - Penyaringan (telur) - √ Pencucian 6 (seledri) √ - Pemotongan 3 (seledri) - - Penghalusan 2 (bawang putih, merica, air) - - Penyimpanan 4 (bawang putih, merica, dan air yang telah menjadi bumbu putih halus) - √ Perebusan 2 (100oC selama 30 menit) √ - Pemorsian - √ Pendistribusian - √
  • 32. 32 Gambar 3. CCP dan CP Pembuatan Sup Terang Bulan CP CCP Wortel Telur Pemotongan 2 Pencucian 4 Perendaman 80o C, 15 menit Jamur putih Pemarutan Pencucian 3 Pengupasan Kaldu sapi Perebusan 1 100o C, 60 menit Pencucian 2 Daging sapi Penyortiran 1 Pencucian 5 Penghalusan 2 Perebusan 2 100o C, 30 menit Sup Terang Bulan Pemorsian Pendistribusian Bawang putih Penyimpanan 1 29o C Pencucian 1 Merica Penghalusan 1 Penyimpanan 2 29o C Air matang Penghalusan 3 Garam Seledri Pencucian 6 Pemotongan 3 Penyimpanan 4 7o C Penyaringan Penyortiran 2 Penyortiran 3 Penyortiran 4 Penyortiran 5 Penyortiran 6 Penyortiran 7 Penyortiran 8 Pemotongan 1
  • 33. 33 D. Batas Kritis Tabel 10. Penetapan Batas Kritis Pada Pembuatan Sup terang Bulan Komponen HACCP Parameter Kritis Batas kritis Penyortiran 1 (bawang putih) Standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan  Bawang putih: Bersih, segar, tidak busuk, terkupas Penyortiran 2 (merica) Standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan  Merica: utuh, bersih Penyortiran 3 (daging sapi) Standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan  Daging sapi: Segar, bersih, tidak berurat, tidak berlemak Penyortiran 4 (wortel) Standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan  Wortel : Bersih, segar, muda Penyortiran 5 (jamur putih) Standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan  Jamur putih: Bersih, putih, utuh Penyortiran 6 (telur) Standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan  Telur: Utuh, bersih, tidak busuk/baru Penyortiran 7 (garam) Standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan  Garam: Branded GM Penyortiran 8 (seledri) Standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan  Seledri: Bersih, segar, muda, tidak berulat Pencucian 1 (bawang putih) Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih Pencucian 2 (daging sapi) Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih Pencucian 3 (wortel) Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih Pencucian 4 (jamur putih) Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih Pencucian 5 (telur) Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih Pencucian 6 (seledri) Bersih dari kotoran Bahan makanan bersih Perebusan 2 Suhu dan waktu perebusan Suhu 72oC, 15 menit
  • 34. 34 E. Monitoring Tabel 11. Monitoring Pada Pembuatan Sup Terang Bulan Kegiatan Pemantauan Cara Pemantauan Hasil Pemantauan Penyortiran 1 (bawang putih) Pemantauan/ pengamatan Penyortiran bawang putih sudah Sesuai dengan standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan Penyortiran 2 (merica) Pemantauan/ pengamatan Penyortiran merica sudah Sesuai dengan standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan Penyortiran 3 (daging sapi) Pemantauan/ pengamatan Penyortiran daging sapi sudah Sesuai dengan standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan Penyortiran 4 (wortel) Pemantauan/ pengamatan Penyortiran wortel sudah Sesuai dengan standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan Penyortiran 5 (jamur putih) Pemantauan/ pengamatan Penyortiran jamur putih sudah Sesuai dengan standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan Penyortiran 6 (telur) Pemantauan/ pengamatan Penyortiran telur sudah Sesuai dengan standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan Penyortiran 7 (garam) Pemantauan/ pengamatan Penyortiran garam sudah Sesuai dengan standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan Penyortiran 8 (seledri) Pemantauan/ pengamatan Penyortiran seledri sudah Sesuai dengan standar spesifikasi bahan yang telah ditetapkan Pencucian 1 (bawang putih) Pengecekan kebersihan bahan makanan bahan makanan dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan Pencucian 2 (daging sapi) Pengecekan kebersihan bahan makanan bahan makanan dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih Pencucian 3 (wortel) Pengecekan kebersihan bahan makanan bahan makanan dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan
  • 35. 35 dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih Pencucian 4 (jamur putih) Pengecekan kebersihan bahan makanan bahan makanan dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih Pencucian 5 (telur) Pengecekan kebersihan bahan makanan bahan makanan dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih Pencucian 6 (seledri) Pengecekan kebersihan bahan makanan bahan makanan dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih Perebusan 2 Pengecekan suhu perebusan Suhu dan waktu perebusan sudah sesuai yaitu lebih dari 72oC dan 15 menit F. Tindakan Koreksi Tabel 12. Tindakan Koreksi Pada Pembuatan Sup Terang Bulan No. Kegiatan Pemantauan Penyimpangan Tindakan Koreksi 1 Penyortiran 1 (bawang putih) - - 2 Penyortiran 2 (merica) - - 3 Penyortiran 3 (daging sapi) - - 4 Penyortiran 4 (wortel) - - 5 Penyortiran 5 (jamur putih) - - 6 Penyortiran 6 (telur) - - 7 Penyortiran 7 (garam) - - 8 Penyortiran 8 (seledri) - - 9 Pencucian 1 - -
  • 36. 36 (bawang putih) 12 Pencucian 2 (daging sapi) - - 15 Pencucian 3 (wortel) - - 16 Pencucian 4 (jamur putih) - - 17 Pencucian 5 (telur) - - 19 Pencucian 6 (seledri) - - 20 Perebusan 3 - - G. Verifikasi Pada pembuatan sup terang bulan tidak terdapat penyimpangan sehingga tidak terdapat tindakan koreksi yang dilakukan. Akan tetapi untuk menjaga agar kualitas sup terang bulan tetap baik maka perlu dilakukan verifikasi setiap 3 bulan sekali. H. Pemeliharaan Catatan Pencatatan dilakukan sejak penerimaan bahan baku, proses pengolahan hingga menjadi produk dan distribusi. Catatan harian selalu tersimpan dengan baik untuk mengantisipasi jika suatu saat ada pengaduan dari konsumen terhadap produk. Apabila catatan tersimpan dengan baik maka produsen dapat dengan mudah dan dalam waktu yang singkat dapat mendeteksi kapan dan pada tahap mana terjadinya penyimpangan. Pemeliharaan catatan dilakukan terhadap beberapa hal yaitu definisi CCP, prosedur pengendalian, verifikasi data, dan catatan penyimpanan dari prosedur normal. Pemeliharaan catatan dapat mempermudah pelaksanaan pengoreksian apabila terjadi kasus penyimpangan. 1. Judul Laporan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Sup Terang Bulan Manajemen Sistem Perencanaan Makanan Di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2. Tanggal pengamatan dan pencatatan : 6-7 November 2014 3. Identifikasi konsumen
  • 37. 37 Pada pengamatan ini konsumen yang dituju yaitu pasien rawat inap kelas I, II, dan III dengan diit menu makan saring di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 4. Deskripsi produk Sup terang bulan merupakan salah satu menu sayuran yang disajikan untuk makan siang pada menu ke 4 dalam siklus menu 10 hari di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Bahan utamanya adalah wortel, jamur putih, telur, kaldu sapi, dan seledri sedangkan bumbunya adalah bawang putih, merica, air, dan garam. Sup terang bulan merupakan makanan saring dengan konsistensi sedikit kental, didominasi oleh warna orange dan memiliki aroma khas dan rasa gurih. Menu ini ditujukan untuk pasien di ruang perawatan kelas I, II, dan III untuk menu makanan saring disajikan menggunakan palto bulat tertutup dari stainlestell. 5. Alat dan Bahan a. Alat 1) Panci 2) Kompor 3) Blender 4) Pisau 5) Talenan 6) Sendok sayur 7) Saringan b. Bahan 1) Wortel 2) Jamur putih 3) Telur 4) Seledri 5) Bawang putih 6) Merica 7) Kaldu daging 8) Air
  • 38. 38 6. Proses yang dilakukan dalam pengolahan Sup Terang Bulan a. Proses penyortiran bahan makanan Analisa bahan sesuai spesifikasi bahan makanan. b. Proses penyimpanan bahan makanan Pemantauan suhu agar bahan makanan tidak rusak. c. Proses persiapan bahan Pemantauan pada proses persiapan meliputi tahap pengupasan, pencucian, pemarutan, perendaman dan pemotongan. d. Proses pengolahan bahan makanan Pemantauan pada proses perebusan sup e. Proses pemorsian bahan makanan Pemantauan dan analisa bahaya pada proses pemorsian. f. Proses pendistribusian bahan makanan Pemantauan dan analisa bahaya pada proses pemorsian. 7. Identifikasi bahaya dan Cara Pencegahan Pada CCP a. Proses penyortiran Analisa bahan makanan yang diterima, disesuaikan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. b. Proses Pencucian Analisa bahaya meliputi cara pencucian dan kebersihan tempat untuk pencucian. Tujuan tahap pencucian yaitu untuk membersihkan bahan makanan dari kotoran, pasir, maupun sisa kulit yang masih menempel. Pencucian bahan makanan dilakukan dengan air mengalir sampai bahan yang dicuci bersih. c. Proses Perebusan Analisa bahaya meliputi waktu perebusan, alat, kebersihan tempat dan penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh tenaga pengolah. Tujuan perebusan yaitu untuk memeperbaiki mutu dan membunuh mikroorganisme yang masih ada pada bahan makanan. Dalam tahap perebusan ini kebersihan alat dan penggunaan APD tenaga pengolah
  • 39. 39 harus sudah ditetapkan dengan baik. Suhu yang digunakan untuk perebusan harus melewati suhu internal (72̊C selama 15 detik). I. Pembahasan 1. Penyortiran Bahan makanan mentah diperoleh dari supplier yaitu CV. Tigan Emas yang dicek oleh tim penerimaan barang Instalasi Gizi Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS) disesuaikan dengan spesifikasi bahan makanan rumah sakit. Proses penerimaan bahan dari Sup Terang Bulan yakni wortel, jamur putih, seledri dan telur dan bumbu-bumbu yaitu, bawang putih, merica, dan garam disesuaikan dengan spesifikasi. Semua bahan tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh instalasi gizi RSMS. Wortel dan seledri bersih, segar dan tidak busuk. Jamur putih bersih, utuh dan tidak apek. Bawang putih bersih, segar, tidak busuk dan terkelupas. Merica utuh dan bersih. Garam beryodium dan kering. 2. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan setelah proses penerimaan bahan makanan. Proses penyimpanan bumbu halus di refrigerator khusus bumbu dengan suhu 7o C. Suhu di refrigerator khusus bumbu sudah sesuai dengan SPO yaitu 0o - 20o C sehingga aman untuk digunakan sebagai tempat penyimpanan bumbu. Apabila suhu lebih tinggi dari 20o C maka bakteri akan berkembang biak sehingga terjadi kontaminasi pada bumbu. Penyimpanan menjadi CP karena penyimpanan di refrigerator dapat mengendalikan bahaya yang kemungkinan muncul yaitu pertumbuhan bakteri dapat dihambat. 3. Persiapan Persiapan pada pengolahan Sup Terang Bulan meliputi, sortasi, pengupasan, perendaman, pemotongan, pencucian, dan penghalusan. Proses persiapan yang menjadi CCP adalah pencucian bahan makanan. Pencucian bahan makanan dijadikan CCP karena dapat mengurangi bahaya sampa batas yang dapat dikendalikan terutama bahaya fisik berupa debu, tanah, pasir. Untuk bahaya biologi yang dapat dikendalikan berupa ulat, sedangkan
  • 40. 40 bahaya kimia yang dapat diminimalkan berupa residu pestisida yang kemungkinan dapat menempel pada bahan makanan. Perendaman pada jamur putih kering dijadikan sebagai CP karena dapat meningkatkan mutu jamur yaitu menjadikan jamur putih kering menjadi lebih lembek sehingga mudah diolah. Perendaman dilakukan pada air dengan suhu 80o C selama 15 menit. Setelah direndam jamur putih dipotong, selain jamur putih bahan makanan lain yang dipotong adalah wortel, seledri, dan daging sapi. Pada saat proses pemotongan, tenaga persiapan bahan sudah menggunakan APD berupa celemek dan penutup kepala selain itu tenapa persiapan juga telah melakukan cuci tangan sebelum melakukan persiapan akan tetapi ada beberapa alat persiapan yang kurang bersih yaitu telenan yang digunakan untuk memotong wortel, jamur putih, dan seledri. Alat yang tidak bersih memungkinkan terjadinya kontaminasi dari alat ke makanan. 4. Pengolahan Proses pengolahan pada Sup Terang Bulan adalah perebusan. Perebusan yang menjadi CCP adalah perebusan 2 karena perebusan dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya biologi sampai batas yang dapat diterima. Pada perebusan 2 suhunya adalah 100o C dengan waktu 30 menit. Suhu tersebut sudah melewati batas kritis yaitu 72o C selama 15 menit sehingga dapat menghilangkan bahaya biologi terutama mikroorganisme sampai batas yang dapat diterima. Perebusan 1 pada daging sapi tidak dijadikan CCP karena ada tahap selanjutnya yaitu perebsan 2 yang dapat mengurangi bahaya biologi sampai pada batas yang dapat diterima. 5. Pemorsian Proses pemorsian merupakan CP karena mengendalikan bahaya yang ada. Petugas pemorsian telah menggunakan masker agar makanan tidak terkontaminasi dengan mikrobia yang ada pada mulut petugas. Penggunaan sarung tangan belum sepenuhnya dilakukan oleh tenaga pemorsian akan tetapi petugas pemorsian telah menggunakan alat pada saat mengambil makanan yang telah matang. Makanan disajikan di dalam plato tertutup yan telah disterilkan terlebih dahulu.
  • 41. 41 6. Pendistribusian Proses pendistribusian merupakan CP karena mengendalikan bahaya yang ada. Petugas pramusaji telah menggunakan masker agar makanan tidak terkontaminasi dengan mikrobia yang ada pada mulut saat para pramusaji sedang berbicara. Makanan yang telah selesai pemorsian dimasukkan ke dalam kereta makan tertutup dan didistribusikan kepada pasien. Sup terang bulan merupakan makanan dalam bentuk caik sehingga masa simpan sup menjadi lebih pendek hanya sekitar 2 jam oleh karena itu konsumen diharapkan segera menghabiskan sup terang bulan setelah didistribusikan . apabila sup terang bulan tidak segera dikonsumsi dikhawatirkan mikroorganisme berbahaya dapat berkembang biak sehingga makanan sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Pada saat pendistribusian pramusaji belum memberikan informasi kepada pasien tentang batas waktu mengkonsumsi sup. Dari semua uraian diatas, tingkat resiko produk sup terang bulan untuk pasien kelas I,II dan III di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dapat dikategorikan beresikotinggi artinya makanan dapat terus diolah tetapi perlu adanya pengawasan makanan dengan baik, karena makanan tersebut dikonsumsi untuk pasien atau orang sakit.
  • 42. 42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Penerapan HACCP pada produk sup terang bulan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sudah baik dan perlu adanya peningkatan agar produk tetap terjamin kualitasnya. Produk sup terang bulan masuk kategori analisa resiko tinggi karena berpotensi mengandung bahaya A yang beresiko tinggi terutama terhadap pasien. 2. Potensi bahaya pada bahan mentah produk sup terang bulan adalah bahaya fisik, kimia, dan biologi. Bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan cara penyortiran bahan makanan sesuai dengan spesifikasi, pencucian bahan makanan dengan air mengalir hingga bersih, dan perebusan dengan suhu 72o C selama 15 menit. 3. Titik kendali Kritis pada pembuatan sup terang bulan antara lain pada penyortiran, pencucian, dan perebusan. 4. Batas Kritis yang ditetapkan antara lain: - Pernyortiran : sesuai dengan spesifikasi bahan yang telah ditentukan oleh RSMS - Pencucian : bahan makanan bebas dari kotoran - Perebusan : suhu 72o C selama 15 menit 5. Pemantauan CCP dapat dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung, pengecekan suhu dan waktu perebusan, dan pengecekan kebersihan makanan. 6. Pada pembuatan sup terang bulan tidak terdapat penyimpangan sehingga tidak ada tindakan koreksi. 7. Verifikasi dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk menjaga kualitas sup terang bulan agar selalu terjaga dan aman dikonsumsi. 8. Pencatatan dilakukan sejak penerimaan bahan baku, proses pengolahan hingga menjadi produk dan distribusi. Pemeliharaan catatan dilakukan terhadap beberapa hal yaitu definisi CCP, prosedur pengendalian, verifikasi
  • 43. 43 data, dan catatan penyimpanan dari prosedur normal. Pemeliharaan catatan dapat mempermudah pelaksanaan pengoreksian apabila terjadi kasus penyimpangan. B. Saran 1. Meningkatkan kualitas sup terang bulan agar keamanannya tetap terjaga. 2. Pramusaji hendaknya memberikan informasi kepada pasien tentang batas waktu untuk mengkonsumsi makanan, atau dapat juga dengan cara memberikan label pada plato yang digunakan untuk menyajikan makanan 3. Meningkatkan kebersihan alat yang digunakan terutama pada proses persiapan.
  • 44. 44 DAFTAR PUSTAKA [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia – SNI 4852- 1988. [DEPTAN] Departemen Pertanian RI Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (DITJENAK). 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta (ID): CV Karya Cemerlang. Depkes. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktorat Gizi Masyarakat Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Rahayu WP. 2011. Keamanan Pangan Peduli Kita Bersama. Bogor (ID): IPB Pr. Rauf, Rusdin. 2013 Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudarmaji.2005. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis.FKM Unair. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 1 No. 2 Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Penerbit Bhratara. Syah, et al. 2005. Manfaat dan bahaya Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. Cahyadi, W. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.