1. Working Paper Series No. 19
Juli 2007, First Draft
Pelaksanaan Desa Siaga Percontohan
di Cibatu, Purwakarta
Taufik Noor Azhar, Eunice Setiawan,
Dewi Marhaeni, Mubasysyir Hasanbasri
Katakunci:
Kemampuan desa
kebijakan desa siaga
pelatihan
partisipasi masyarakat
-Tidak Untuk Disitasi-
Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta 2007
2. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
The Implementation Of Model Alert Village at Cibatu Community
Health Center Of Purwakarta District
Taufik Noor Azhar1, Eunice Setiawan2, Dewi Marhaeni3, Mubasysyir Hasanbasri4
Abstract
Background An alert village derives from numerous community based health
activities such as Integrated Service Post, Village Childbirth Clinic, Village Drug
Post, Health Fund, Alert-Accompany–Care and so on. The focus of alert village
activities at Purwakarta District is to give attention to maternal mortality rate and
infant mortality rate decrease intervention. The implementation of alert village
policies at Purwakarta District is still in the activity of community empowerment
improvement by establishing a model alert village. This model village is located at
2 subdistricts, i.e. Darang and Subdistrict, consisting of 5 villages and Cibatu
Subdistrict, consisting of villages.
Objective The objective of the study was to identify community-based activities
of a model alert village at Purwakarta District.
Method This study used a descriptive explorative method with case study
design. Keypersons who provided information were head of health office, head of
health and pharmaceutical service unit, head of basic health service section,
coordinator of district midwives, head of health promotion section, health of
finance and program sub-unit, head of community health center, community
health center coordinating midwives, health cadres, community leaders,
community social institution and midwives in the village.
Result Activities of a model alert village at Cibatu Subdistrict had been running
although a guideline for the implementation of a model alert village was
unavailable. Such activities were supported through community organization,
integrated service post revitalization activities, training for midwives and village
facilitators and community income generating activities to accelerate the
implementation of a model alert village at Cibatu Subdistrict.
Conclusion Activities of model alert village at Cibatu Subdistrict had worked
well although some still used top down approaches. Training for village midwives
had improved skills in providing health service for mothers and children.
Facilitators of the alert village had been given knowledge on alert village
program. Some elements of the community participated in the activities of model
alert village under the coordination of head of the village. Health promotion was
carried out through socialization both at district and village level. Budget for the
activities came from the community and private sectors.
Key words: village capacity, policy on alert village, training, community
participation
1
District Health Office Purwakarta
2
Magister Health Policy and Service Management, Gadjah Mada University, Yogyakarta
3
Diztrict Health Office Bantul
4
Magister Health Policy and Service Management, Gadjah Mada University, Yogyakarta
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 2
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
3. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
Latar Belakang
Indonesia memiliki angka kematian ibu tertinggi dibandingkan
dengan negara-negara anggota Assosiation of South East Asian Nations.
Faktor resiko komplikasi kehamilan dan cara pencegahan pada ibu hamil
telah diketahui tetapi jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi.
Lima juta persalinan terjadi setiap tahun di Indonesia tetapi dua puluh ribu
diantaranya berakhir dengan kematian. Pada tahun 1988, Indonesia
melaksanakan Program Safe Motherhood yang secara aktif melibatkan
sektor-sektor pemerintah, organisasi non-pemerintah dan masyarakat,
serta badan-badan Internasional. Program ini ternyata cukup berhasil
menurunkan angka kematian ibu dari 450 per 100.000 kelahiran hidup di
tahun 1985 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 1997.
Tetapi, pemerintah memiliki target nasional menurunkan angka kematian
ibu sampai 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Penurunan
angka kematian ibu sesuai target nasional tentu belum dapat tercapai jika
pemerintah hanya mengandalkan Program Safe Motherhood saja.
Propinsi Jawa Barat memiliki angka kematian ibu dan bayi masih
lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional. Data yang diperoleh
dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2003 angka
kematian ibu sebesar 321,15 per 100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian bayi sebesar 44,36 per 1000 kelahiran hidup. Upaya-upaya
untuk mengendalikan angka kematian ibu dan bayi pun dilaksanakan
seperti usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin,
serta persalinan yang aman dan perawatan masa nifas yang baik.
Kabupaten Purwakarta melaporkan bahwa pada tahun 2005 angka
cakupan kumulatif K1 sebesar 81%, cakupan K4 baru mencapai 75%,
kunjungan neonatus mencapai 62% dan persalinan oleh tenaga
kesehatan baru mencapai 65%. Walaupun angka cakupan tersebut cukup
baik namun masih belum mencapai target Standar Pelayanan Minimal K1
sebesar 90%, K4 sebesar 85%, kunjungan neonatus 80%, dan persalinan
oleh tenaga kesehatan sebesar 80%.
Kabupaten Purwakarta memiliki 896 posyandu dengan ratio 4
sampai 5 posyandu per desa. Kader berjumlah 2.908 orang yang tersebar
di 192 desa dengan ratio kader 2 sampai 3 kader per posyandu.
Pengelolaan posyandu juga dilakukan oleh anggota masyarakat terutama
kader, yang peduli terhadap masalah kesehatan di desa. Tetapi, akses ke
sarana pelayanan kesehatan masih menjadi masalah bagi ibu-ibu hamil
atau yang akan segera melahirkan karena jumlah polindes di Kabupaten
Purwakarta hanya ada 8 unit saat ini. Selain itu, upaya kesehatan
berbasis masyarakat yang secara spesifik terfokus pada ibu dan bayi
belum ada sedangkan upaya kesehatan melalui Pos Obat Desa terdiri dari
14 unit, Saka Husada terdiri dari 6 unit, dan upaya kesehatan kerja terdiri
dari 6 unit, masih bersifat pelayanan umum. Maka, pengembangan desa
percontohan menjadi desa siaga di Kabupaten Purwakarta sebenarnya
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 3
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
4. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
adalah merupakan usaha merajut berbagai upaya kesehatan berbasis
masyarakat dan membangun kembali kegotong-royongan kesehatan yang
mulai memudar dan menurun di desa serta membangun jejaring upaya
kesehatan bersumber masyarakat di desa. Berdasarkan berbagai
permasalahan kesehatan ibu dan anak, maka penulis tertarik untuk
meneliti mengenai pelaksanaan desa siaga percontohan di Kabupaten
Purwakarta.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian studi kasus pelaksanaan kegiatan
desa siaga percontohan di Kecamatan Cibatu, Kabupaten Purwakarta.
Pengungkapan fenomena dalam kehidupan nyata dan isu penting
mengenai suatu program menjadi fokus utama. Rancangan studi kasus
dalam studi diskriptif eksploratif ini berusaha untuk mengetahui status
subyek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas
dari keseluruhan personalitas terhadap pelaksanaan kegiatan desa siaga
percontohan dan pengorganisasian kemasyarakatannya atau community
organizing dalam memperoleh bentuk kegiatan Desa Siaga yang sesuai
dengan kondisi masyarakat di Kecamatan Cibatu. Informan dalam
penelitian ini berkaitan dengan subyek penelitian yang bisa memberikan
informasi mantap terpercaya mengenai elemen yang ada. Dengan
demikian, informan yang mengetahui pelaksanaan Desa Siaga
Percontohan dengan berbagai permasalahannya di Kecamatan Cibatu
adalah sumber informasi berasal dari Dinas kesehatan, Puskesmas, Bidan
Desa, Kader Kesehatan, Tokoh Masyarakat dan Lembaga Sosial
Masyarakat. Jumlah keseluruhan informan 28 orang dengan berbagai
latar pendidikan.
Pengumpulan data primer diperoleh dengan menggunakan metode
Focus Group Discussion dan wawancara mendalam dengan seluruh
responden yaitu Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan, Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, Koordinator Bidan
Kabupaten, Kepala Seksi Promosi Kesehatan, Kepala Sub.Bag Keuangan
Dan Program, Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator Puskesmas
kemudian wawancara mendalam dilakukan dengan 5 orang kader, 5
orang tokoh masyarakat, 5 orang Lembaga Sosial Masyarakat dan 5
orang bidan di desa. Data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan
data program pemberdayaan desa siaga termasuk penganggarannya,
yang diperoleh melalui penyaduran dokumen atau laporan dinas
kesehatan. Teknik wawancara yang digunakan berbentuk wawancara
terbuka atau open interview.Oleh sebab itu alat instrumen yang
dipergunakan adalah pedoman wawancara atau interview guide. Validitas
data dalam penelitian ini dijaga dan dijamin dalam penelitian ini, dan
dilakukan teknik triangulasi. Setelah semua data terkumpul, analisis data
atau informasi disederhanakan dengan menganalisis tema yaitu dari
domain ke analisis tema.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 4
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
5. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
Penelitian ini merupakan kajian studi kasus pelaksanaan kegiatan
desa siaga percontohan. Pengungkapan fenomena kehidupan nyata dan
isu penting mengenai suatu program menjadi fokus utama. Rancangan
studi kasus dalam studi diskriptif eksploratif ini untuk mengetahui status
subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik dari
keseluruhan personalitas terhadap pelaksanaan kegiatan desa siaga
percontohan dan pengorganisasian masyarakat dalam memperoleh
bentuk kegiatan Desa Siaga sesuai dengan kondisi masyarakat. Informan
berkaitan dengan subyek penelitian yang bisa memberikan informasi
mantap terpercaya tentang pelaksanaan Desa Siaga Percontohan dengan
berbagai permasalahannya. Informan yang berjumlah 28 orang berasal
dari Dinas kesehatan, Puskesmas, Bidan Desa, Kader Kesehatan, Tokoh
Masyarakat dan Lembaga Sosial Masyarakat dan berasal dari berbagai
latar belakang pendidikan.
Hasil
Kegiatan Desa Siaga
Kegiatan desa siaga percontohan di Desa Cibatu, Desa
Cibukamanah, Desa Cilandak, Desa Karyamekar dan Desa Ciparungsari
telah dilaksanakan, antara lain adanya kegiatan revitalisasi posyandu
paripurna, pembentukan pos kesehatan desa, pelatihan, notifikasi dan
pemetaan ibu hamil resiko tinggi, penggalangan dana, kelompok donor
darah serta pengadaan ambulan desa. Untuk mempermudah pelaksanaan
desa siaga percontohan sudah dilaksanakan kegiatan advokasi di tingkat
pemerintah daerah, stakeholder yang terkait guna memberikan dukungan
kebijakan, dana, tenaga, sarana dan prasarana. Pendekatan kepada
masyarakat dilakukan untuk merubah perilaku individu dan keluarga.
Gambar 1. Pelaksanaan Desa Siaga Percontohan
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 5
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
6. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
Pada gambar 1 diatas bahwa pelaksanaan desa siaga percontohan
dapat dikatakan sebagai upaya merekonstruksi atau membangun kembali
berbagai upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat juga
merupakan revitalisasi pembangunan kesehatan masyarakat desa
sebagai pendekatan edukatif yang perlu dihidupkan kembali,
dipertahankan dan ditingkatkan, dan merupakan gerakan untuk merajut
berbagai upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat dan
membangun kembali kegotong royongan kesehatan yang ada di desa
serta membangun jejaring atau networking berbagai upaya kesehatan
yang berbasis masyarakat yang ada di desa.
Kebijakan Desa Siaga Percontohan
Kebijakan desa siaga ternyata mendapat dukungan positif dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta.
“Konsep Bupati Purwakarta membentuk Posyandu Paripurna untuk persiapan
desa siaga ini sangat baik ........tidak hanya program kesehatan saja yang
dilaksanakan... tetapi program sektor terkait yang terdiri dari.... bermacam
macam kegiatan kader dilaksanakan PAUD,UKS,UP2K,BKB,pengajian
keluarga sakinah, dan Posbindu Lansia......” (Informan 1)
“Respon dari pemerintah daerah sangat mendukung terhadap kebijakan desa
siaga ini.... terbukti dengan antusiasnya Bupati Purwakarta untuk membentuk
desa siaga di setiap kecamatan..., yaaaa.....,untuk saat ini pembentukan desa
siaga secara bertahap di setiap kecamatan minimal dalam satu kecamatan akan
dibentuk Poskesdes di desa percontohan dan dilengkapi dengan sarana dan
prasarananya...” (Informan 2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dukungan dari
pemerintah daerah berupa dana dan penyediaan fasilitas desa siaga.
Selain itu ada juga dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah Kabupaten. Salah satu kegiatan menuju desa siaga
adalah mengupayakan seluruh posyandu menjadi posyandu paripurna
dan sebagai embrio dari poskesdes. Pemerintah daerah menunjang
pelaksanaan desa siaga percontohan dengan memberikan dana langsung
untuk baju kader diberi dana sebesar Rp. 78.000 per-kader.
“Pemda merespon dengan baik terhadap kebijakan desa siaga dengan
dibetuknya pokjatap desa siaga...,alokasi dana APBD II cukup besar bagi
pelayanan maupun untuk pemberdayaan masyarakat di desa dalam menunjang
pelaksanaan desa siaga percontohan di Kecamatan Cibatu .....Contohnya dana
diberikan untuk baju kader diberi dana langsung sebesar Rp.78.000 per-kader.
Bantuan untuk pembangunan posyandu di 7 kecamatan sebesar Rp.17.500.000,-
...,kemudian, bantuan dana untuk operasional posyandu seluruh desa...”
(Informan 5)
Bantuan untuk pembangunan posyandu di 7 kecamatan terpilih
sebesar Rp.17.500.000,-. per posyandu. Bantuan dana operasional
posyandu diberikan untuk 192 desa yang meliputi 9 kelurahan dan 183
desa sebesar Rp.750.000,-. Dana yang diberikan untuk memenuhi
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 6
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
7. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
kebutuhan sarana dan prasarana posyandu masing-masing sebesar
Rp.250.000,-. Bagi usaha penguatan ekonomi kader diberi dana sebesar
Rp.250.000,-. Penambahan pendapatan ini biasanya digunakan untuk
membuka warung obat desa, membuat jamu-jamuan atau dapat
digunakan untuk modal usaha dagang kader.
Pelatihan Tenaga dan Kader Kesehatan
Bidan memperoleh pelatihan pelatihan asuhan persalinan normal,
komunikasi interpersonal personal konseling standar pelayanan
kebidanan, pelayanan obstetri neonatal emergency dasar,
pengorganisasian masyarakat, advokasi terhadap masyarakat dan
pemetaan serta notifikasi ibu hamil. Pelatihan fasilitator desa diberikan
juga pada kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lembaga sosial
masyarakat yang berada di desa. Hasil penelitian pelatihan bagi fasilitator
desa siaga percontohan belum sepenuhnya sesuai dengan sasaran desa
siaga, terutama dalam hal peningkatan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan kader kesehatan. Pelatihan yang baik menjadikan
perubahan dalam hal pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan dan
keterampilan, hal ini diakibatkan oleh interaksi antara peserta dengan
kegiatan-kegiatan dalam pelatihan. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa pelatihan di desa siaga percontohan ternyata masih tidak sesuai
dengan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan.
Kondisi tersebut terjadi karena perencanaan materi pelatihan dan
penyusunan materi pelatihan masih bersifat top down atau mengabaikan
keterlibatan puskesmas mengenal kondisi desa-desa di wilayahnya. Isi
materi pelatihan terlalu umum masih belum mampu membekali
pengetahuan dan peningkatan keterampilan secara spesifik dalam
menangani usaha kemandirian penyelenggaraan kegiatan desa siaga.
Pengorganisasian Masyarakat Desa
Kebijakan desa siaga terfokus pada akselerasi penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Dasar kajian dalam pengorganisasian masyarakat
adalah dengan mewujudkan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
mandiri. Pengorganisasian masyarakat desa menuju desa siaga
merupakan upaya sistematis menanamkan nilai-nilai hidup sehat melalui
pelaksanaan kegiatan desa siaga melalui promosi kesehatan, mengelola
dana masyarakat, mengerahkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat secara mandiri untuk mencapai tujuan.
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan desa siaga percontohan berupaya untuk
melakukan proses memandirikan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 7
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
8. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
yang sehat melalui penyuluhan kesehatan, komunikasi Informasi dan
edukasi, pemasaran sosial dan mobilisasi sosial. Kegiatan sosialisasi di
tingkar kabupaten, kecamatan sampai pedesaan dilakukan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan desa siaga. Sosialisasi tingkat
kabupaten diikuti stakeholders dan lintas sektor terkait untuk menyamakan
arah dan langkah dalam program desa siaga. Sosialisasi tingkat
kecamatan dilaksanakan pada pertemuan rutin tingkat kecamatan setiap
hari Rabu, dimana materi desa siaga selalu dijadikan menjadi
pembicaraan bagi perangkat kecamatan, lintas sektor terkait, tokoh
masyarakat dan lembaga sosial masyarakat. Hal ini juga diikuti dengan
pertemuan tingkat desa yang dilaksanakan setiap hari Kamis diikuti
seluruh perangkat desa, tokoh masyarakat, lembaga sosial masyarakat,
dan tenaga-tenaga. Hal yang dilupakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
dan desa bersangkutan adalah perhatian yang sangat kurang terhadap
peran aktif Pokja Desa Siaga mengakibatkan masyarakat juga kurang
mengerti keberadaannya. Padahal promosi kesehatan desa siaga agar
mampu menyentuh hingga ke grassroot atau akar rumput.
Pengelolaan Dana Masyarakat
Model penghimpunan dana desa siaga yang dilakukan di Desa
Cilandak berupa tabungan ibu bersalin sebesar Rp. 8. 500 per ibu hamil
dalam seminggu dan dana sosial bersalin atau Dasolin sebesar Rp. 500
per kepala keluarga. Setiap persalinan diberikan dana bantuan bersalin
sebesar Rp. 300.000,- dengan perincian Rp. 200.000,- dari Tabulin dan
berasal dari Dasolin. Selanjutnya, untuk desa Desa Cibatu, Desa
Cibukamanah, Desa Karyamekar dan Desa Ciparungsari penghimpunan
dana desa siaga dilakukan dengan jimpitan beras 1 cangkir per harinya.
Hasil jimpitan dijual setiap bulannya dan hasil penjualan diberikan bantuan
untuk persalinan sebesar Rp. 100.000,- per ibu hamil. Hasil penelitian juga
menunjukkan dalam penghimpunan dana desa siaga di Desa Cilandak
ternyata telah mampu menjalin kemitraan dengan pihak swasta, yakni PT.
Cengkareng Permai dan PT. Tunggal Perkasa sejak bulan Mei 2006
sebesar masing-masing Rp 150.000,- .
“Terobosan penghimpunan dana yang kami lakukan disamping upaya swadaya
masyarakat desa murni dan bantuan desa......, kami telah mampu menjalin
kemitraan dengan mengetuk hati pendonor rutin per bulannnya, yakni dari PT.
Cengkareng Permai dan PT. Tunggal Perkasa...... pengusaha tersebut
memberikan bantuan dana dengan perjanjian di atas kertas masing-masing
sebesar 150.000 rupiah perbulannya langsung diberikan kepada bendahara
kader...” (Informan 26)
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat desa siaga percontohan dapat dilihat dari
keikutsertaan masyarakat secara sadar sejak perencanaan sampai
evaluasi dalam pembentukan desa siaga. Berbagai kegiatan seperti
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 8
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
9. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
revitalisasi posyandu paripurna, pembentukan pos kesehatan desa,
pelatihan, notifikasi dan pemetaan ibu hamil yang resiko tinggi,
pengadaan ambulan desa, kelompok donor darah, penggalangan dana
sudah dilaksanakan secara rutin. Kegiatan posyandu paripurna
dilaksanakan sekali sebulan dan pembentukan pos kesehatan desa
menggunakan rumah tinggal bidan desa yang saat ini difungsikan sebagai
polindes dan pelayanan kesehatan dasar lainnya. Selanjutnya, ambulans
desa berasal dari mobil masyarakat yang rela untuk angkutan bersalin dan
ditetapkan melalui musyawarah desa. Kelompok donor darah dan
penggalangan dana juga dilaksanakan secara rutin. Kegiatan-kegiatan ini
membuktikan bahwa masyarakat berperan aktif dalalm desa siaga. Warga
yang aktif dalam desa siaga terdaftar dalam buku daftar pemilik angkutan
bersalin buku dasolin, buku daftar peserta dasolin, buku daftar peserta
tabulin, daftar calon donor darah serta adanya kwitansi pembayaran
sebagai bukti penerimaan biaya persalinan.
Pengadaan ambulan desa dibentuk dengan nama yaitu angkutan
bersalin melalui musyawarah desa. Donor darah dan penggalangan dana
juga sudah dilaksanakan secara rutin. Dalam kegiatan melibatkan
beberapa elemen masyarakat. Mulai dari tenaga kesehatan, tokoh
masyarakat, tokoh lembaga sosial masyarakat, anggota pemberdayaan
kesejahteraan keluarga serta ketua rukun tetangga, rukun warga ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan desa siaga percontohan. Hal ini
dibuktikan dengan kehadiran mereka dalam musyawarah desa untuk
merumuskan dan melaksanakan kegiatan di desa siaga percontohan.
Beberapa elemen masyarakat terlibat berdasarkan musyawarah dan
mufakat. Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan dokumen tertulis
yang menunjukkan pengorganisasian masyarakat dalam pelaksanaan
desa siaga percontohan. Seluruh kegiatan tersebut dikoordinasi kepala
desa yang bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan desa siaga
percontohan di desa masing-masing.
Partisipasi yang tinggi dari masyarakat desa siaga tidak lepas dari
dorongan motivasi dalam diri serta upaya pihak Dinas Kesehatan dalam
menstimulasi motivasi pola hidup sehat. Pengabdian yang tinggi dalam diri
kelompok masyarakat desa siaga percontohan bisa menjadi modal dasar
untuk mengembangkan partisipasi aktif masyarakat melalui stimulasi
Dinas Kesehatan serta komitmen Pemerintah Daerah dalam melibatkan
setiap perencanaan pelaksanaan desa siaga. Walaupun keterlibatan
dalam hal pelaksanaan desa siaga terlihat berpartisipasi aktif. Kondisi
tersebut bisa terjadi karena adanya komitmen yang tinggi dari Kepala
Desa maupun Camat Cibatu.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari kegiatan donor darah
dengan dikoordinasikan fasilitator desa siaga bersama bidan di desa siaga
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 9
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
10. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
percontohon sudah mulai dijalankan. Setiap desa siaga percontohan
sudah memiliki kesiapan kelompok donor darah yang dapat dipergunakan
untuk ibu bersalin, perawatan operasi serta berbagai bentuk pertolongan
medis yang segera memerlukan donor darah. Kegiatan yang dilakukan
adalah inventaris calon donor darah dan diikuti identifikasi golongan darah
kerjasama dengan Palang Merah Indonesia cabang Purwakarta serta
dilakukan pencatatan agar mempermudah dalam penyediaan darah bagi
yang membutuhkan. Hasil penelitian menunjukan pemberdayaan
masyarakat dalam kegiatan donor darah masing-masing : Desa Cibatu
ada 32 orang; Desa Cibukamanah 27 orang; Desa Cilandak 52 orang;
Desa Karyamekar 29 orang dan Desa Ciparungsari 35 orang. Juga diikuti
dengan pengadaan ambulan desa yang berasal dari kendaraan roda
empat dan roda 2 atau ojek. Ambulans desa ini diadakan setelah
musyawarah desa serta kesediaan secara sukarela beberapa masyarakat
yang memberikan kenderaan mereka untuk digunakan sebagai ambulan
desa. Ambulans desa ini dapat dipergunakan untuk sarana transportasi
rujukan bagi kasus-kasus kehamilan resiko tinggi yang memerlukan
pertolongan ke tingkat yang lebih tinggi seperti puskesmas dan rumah
sakit. Ambulan desa berbentuk angkutan persalinan di Desa Cibatu ada 9
buah roda empat dan 13 roda dua; Desa Cibukamanah 5 buah roda
empat dan 9 roda dua; Desa Cilandak 8 buah roda empat dan 17 roda
dua; Desa Karyamekar 6 buah roda empat dan 11 roda dua dan Desa
Ciparungsari 7 buah roda empat dan 10 roda dua. Ambulan desa ini dapat
dipergunakan untuk sarana transportasi rujukan bagi kasus-kasus
kehamilan resiko tinggi yang memerlukan pertolongan ke tingkat yang
lebih tinggi seperti puskesmas dan rumah sakit. Puskesmas Cibatu dan
Rumah Sakit Umum Daerah Purwakarta sudah dapat menjalankan
Pelayanan obsterti neonatal dasar dan pelayanan obsterti neonatal
komprehensif sejak bulan Februari 2006. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 15 orang ibu hamil resiko tinggi berasal dari 5 desa siaga
percontohan di Cibatu yang dirujuk ke sarana pelayanan. Kasus yang
paling banyak dirujuk adalah ketuban pecah dini dan placenta previa.
Pembahasan
Kegiatan Desa Siaga
Kegiatan desa siaga percontohan yang sudah dilaksanakan di
Kecamatan Cibatu meliputi revitalisasi posyandu, pos kesehatan desa,
pelatihan fasilitator desa siaga dan tenaga kesehatan, notifikasi dan
pemetaan, ambulan desa, kelompok donor darah dan penggalangan
dana. Kegiatan Desa Cilandak dalam penggalangan dana dilakukan
melalui dasolin dan tabulin, serta kemitraan. Inisiatif Desa Cilandak dalam
mengupayakan pengembangan dana mengindikasikan adanya partisipasi
yang tinggi, kegiatan desa siaga harus mencakup kegiatan; a) mencatat
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 10
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
11. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
ibu hamil di lingkungan sendiri; b) mempersiapkan tabungan untuk
bersalin dan kegawatdaruratan; c) mempersiapkan calon pendonor darah;
d) mempersiapkan transportasi; e) menemani ibu hamil pada masa
persalinan; f) menganjurkan ibu segera meneteki bayinya, dan g)
menemani istri dan bayi periksa dalam seminggu setelah melahirkan.
Kebijakan Desa Siaga Percontohan
Implementasi kebijakan desa siaga percontohan masih terus
melakukan perbaikan secara berkala. Sering kali, pelaksanaan kegiatan
diwarnai dengan keinginan dan kemauan petugas kesehatan karena surat
keputusan desa siaga tidak memberikan petunjuk pelaksanaan yang jelas
serta tuntutan memberikan contoh bagi desa-desa lain. Komitmen jajaran
pimpinan pemerintah daerah kabupaten hingga ke kepala Desa yang
diwujudkan dalam pendanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
maupun bantuan desa belum sepenuhnya didukung melalui formulasi
kebijakan secara teknis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta.
Padahal kebijakan publik harus berlandaskan formulasi permasalahan
yang muncul dalam masyarakat, analisis tipologi community organizing
desa siaga percontohan berdasarkan kerangka Model Minkler dan
Wallerstein secara umum masih berada pada kuadran community
development yang merupakan pertemuan antara kebutuhan-kebutuhan
dasar dengan concensus dalam pelaksanaan desa siaga. Dasar
kebutuhan pelaksanaan Desa Siaga adalah pedoman operasional
pelaksanaan desa siaga percontohan, aktivitas promosi kesehatan,
pelatihan tenaga kesehatan dan kader yang harus segera dilakukan tanpa
persiapan dengan konsensus dari para pelaksana desa siaga telah
berhasil melakukan perubahan dalam masyarakat.
Pelatihan Tenaga dan Kader Kesehatan
Kegiatan pelatihan desa siaga di Kecamatan Cibatu masih
menggunakan metode tradisional dengan ceramah sehingga peserta
pelatihan menjadi pendengar yang pasif. Perencanaan pelatihan bidan
dan kader kesehatan juga bersifat top down. Efektivitas pendidikan,
pelatihan dan proses-proses pembelajaran lainnya sangat tergantung
pada kebutuhan-kebutuhan pelatihan yang berbeda-beda dari para
partisipan, cara belajar variatif serta upaya mengakomodasikan secara
positif semua perbedaan tersebut. Sejalan dengan yang dikemukakan,
bahwa beberapa kegagalan pelatihan diantaranya alasan mengadakan
pelatihan tidak jelas, pelatihan ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala
bukan menanggapi kebutuhan training yang nyata, rancangan
pelaksanaan dan evaluasi pelatihan tidak ditinjaklanjuti dengan baik.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 11
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
12. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
Pengorganisasian Masyarakat Desa
Dalam kaitannya dengan pengorganisasian masyarakat, partisipasi
pasif masyarakat menjadi persoalan tersendiri bagi tokoh masyarakat,
lembaga sosial masyarakat dan kader kesehatan yang telah mampu
berperan aktif dalam penyuluhan untuk menyadarkan masyarakat
menganut nilai-nilai budaya pola hidup sehat, menunjukkan adanya
partisipasi aktif dan peranan yang cukup tinggi dalam upayanya untuk
mensukseskan pelaksanaan desa siaga. Di samping itu, juga mampu
mengembangkan usaha peningkatan pendapatan kader.
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan sangat penting untuk memberikan pemahaman
dan pengetahuan awal kepada masyarakat untuk menanamkan secara
khusus nilai-nilai budaya siap antar jaga dalam menjaga kesehatan ibu
hamil serta kesehatan masyarakat pada umumnya. Untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Purwakarta telah
dilakukan kegiatan sosialisasi mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan
sampai tingkat pedesaan. Sosialisasi tingkat kabupaten diikuti
stakeholders dan seluruh lintas sektor terkait guna menyamakan arah dan
langkah dalam program desa siaga.Kelemahan promosi kesehatan dari
aspek metode penyampaian promosi dalam menanamkan nilai-nilai
kesehatan dirasakan kurang memberikan gambaran kasus-kasus
kesehatan aktual sehingga kurang memotivasi masyarakat terhadap
kepedulian dan kepekaan masalah kesehatan aktual. Hambatan metode
penyampaian promosi kesehatan tersebut berakibat kurang mengenanya
sasaran promosi kesehatan secara massal karena hanya terkonsentrasi
pada setiap pertemuan di desa yang pesertanya para pamong desa
dengan tokoh masyarakat. Hal ini sejalan dengan perubahan paradigma
kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat berubahnya pola penyakit,
gaya hidup, kondisi kehidupan, lingkungan kehidupan dan demografi.
Promosi Kesehatan
Upaya kreatif dari tokoh masyarakat, lembaga sosial masyarakat
maupun kader kesehatan dengan dukungan Kepala Desa dalam
menghimpun dana sesuai dengan teori resource dependency, yang
merupakan upaya dalam penanggulangan ketidakmampuan organisasi
terhadap penyediaan sumber daya yang dibutuhkan. Dukungan
pengelolaandana swadaya masyarakat telah mampu memberikan
kontribusi terhadap bentuk pelaksanaan kegiatan desa siaga. Upaya
tokoh masyarakat, lembaga sosial masyarakat dan kader kesehatan, telah
memiliki kesadaran untuk menghimpun dana secara swadaya melalui
tabulin, dasolin maupun donatur dari pihak swasta di samping bantuan
dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 12
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
13. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
Partisipasi Masyarakat
Fenomena menarik muncul dalam partisipasi masyarakat terhadap
pelaksanaan desa siaga percontohan. Walaupun kelompok masyarakat
penggerak yaitu tokoh masyarakat, lembaga sosial masyarakat dan kader
kesehatan tidak dilibatkan dalam penyusunan perencanaan bukan berarti
tidak ada dukungan dalam hal pelaksanaan desa siaga. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang menyimpulkan bahwa keberhasilan
implementasi program kesehatan tidak terlepas dari peran, fungsi dan
kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan masyarakat dan segenap
lembaga sosial desa yang secara bersinergi mendukung keberadaan
program kesehatan. Model pemberdayaan telah mampu menjembatani
gap antara dukungan masyarakat dalam pelaksanaan desa siaga dengan
kebijakan Desa Siaga dari Dinas Kesehatan dan Pemerintah Daerah.
Walaupun masih terdapat kelemahan dalam hal strategi berupa
implementasi desa siaga yang dirumuskan sesuai dengan keingingan dan
kehendak pelaksana dan asumsi normatif yaitu masyarakat masih belum
mampu melaksanakan seluruh program desa siaga secara ideal. Namun
nilai dan norma asumsi edukatif dan asumsi teoritis sebab akibat telah
memberikan kontribusi yang besar dalam strategi partisipatoris model
pemberdayaan. Perbedaan kepentingan dan konflik-konflik sosial dalam
pelaksanaan desa siaga sebagai dampak proses pemberdayaan telah
mampu diredam dengan community organizing melalui social action yang
dilakukan oleh provider, lembaga sosial masyarakat, tokoh masyarakat
maupun kader kesehatan di Kecamatan Cibatu.
Pemberdayaan Masyarakat
Pilihan masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang tercermin dalam cakupan pelayanan puskesmas sebagai
indikasi pemberdayaan masyarakat desa siaga percontohan di
Kecamatan Cibatu. Selanjutnya, kegiatan donor darah di desa siaga
percontohon sudah mulai dijalankan. Setiap desa siaga percontohan
sudah memiliki kesiapan kelompok donor darah yang dapat dipergunakan
untuk ibu bersalin, perawatan operasi serta berbagai bentuk pertolongan
medis yang segera memerlukan donor darah. Kegiatan yang dilakukan
adalah inventaris calon donor darah dan diikuti identifikasi golongan darah
kerjasama dengan Palang Merah Indesia Cabang Purwakarta.
Setiap desa siaga percontohan sudah memiliki kesiapan kelompok
donor darah yang dapat dipergunakan untuk ibu bersalin, perawatan
operasi serta berbagai bentuk pertolongan medis yang segera
memerlukan donor darah. Kegiatan yang dilakukan adalah inventaris
calon donor darah dan diikuti identifikasi golongan darah kerjasama
dengan Palang Merah Indonesia Cabang Purwakarta serta dilakukan
pencatatan agar mempermudah dalam penyediaan darah bagi yang
membutuhkan. Pemberdayaan psikologis personal berarti pengembangan
pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi,
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 13
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
14. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
kreasi dan kontrol individu. Pemberdayaan psikologis personal juga bisa
diartikan membangkitkan kesadaran kritis individu terhadap struktur
masyarakat yang timpang serta kapasitas individu dalam menganalisis
lingkungan kehidupannya. Selanjutnya, pemberdayaan struktural
masyarakat dalam mengorganisasi masyarakat merupakan tindakan
kolektif dan memperkuat partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Kesimpulan
Kesimpulan
Ada empat kesimpulan utama dari penelitian ini. Pertama, Kegiatan
desa siaga percontohan Kecamatan Cibatu yang dibiayai dana stimulans
dan penggalangan dana masyarakat dapat memfasilitasi warganya yang
tidak mampu dalam membangun diri sendiri. Kedua, Kebijakan desa siaga
mampu memobilisasi pelaksanaan kegiatan di desa siaga percontohan
walaupun masih bersifat top down.Ketiga, Pelatihan bagi bidan telah
meningkatkan ketrampilan, sedangkan bagi fasilitator desa baru mampu
membekali pengetahuan tentang desa siaga.Terarkhir mengenai
Pengorganisasian, Pengorganisasian masyarakat dalam pelaksanaan
desa siaga percontohan telah mampu melibatkan beberapa elemen
masyarakat yang dikoordinasikan oleh Kepala Desa dalam merumuskan
dan melaksanakan kegiatan. Promosi Kesehatan desa percontohan telah
dilakukan di tingkat kabupaten, kecamatan hingga ke tingkat desa dalam
bentuk sosialisasi kepada lintas sektoral dan kader kesehatan, belum
sampai kelompok masyarakat akar rumput. Pengelolaan dana masyarakat
untuk kegiatan desa siaga percontohan bersumber dari swadaya
masyarakat serta kemitraan dengan swasta. Partisipasi yang tinggi
terdapat pada aktivitas fasilitator desa siaga sedangkan masyarakat masih
pasif, karena informasi pelaksanaan desa siaga tidak jelas.
Pemberdayaan masyarakat desa siaga percontohan dapat dilihat dari
keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan donor darah, pembentukan
ambulan desa serta dana yang bersumber dari masyarakat.
Saran
Pertama, untuk meningkatkan kemampuan warga dalam
membangun diri hendaknya dilakukan pembinaan yang
berkesinambungan dari pemerintah melalui penentuan model desa siaga
percontohan. Kedua, Untuk meningkatkan mobilisasi masa ke arah
partisipasi masyarakat hendaknya dibuat kebijakan mengenai petunjuk
dan pelaksanan kegiatan desa siaga yang berdasarkan bottom up
planning.Ketiga, Pelatihan bagi fasilitator desa siaga hendaknya
menggunakan metode pendidikan dan pelatihan yang mampu
meningkatkan partisipasi aktif dalam mendukung pelaksanaan kegiatan.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 14
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
15. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
Yang terakhir tentang Pengorganisasian masyarakat hendaknya lebih
menekankan pada kemampuan fasilitator desa dalam membuat
identifikasi masyarakat partisipatif yang bertujuan untuk menggerakan
kesadaran masyarakat ditingkat akar rumput. Efektivitas promosi
kesehatan di tingkat masyarakat akar rumput hendaknya dilakukan melalui
program penyuluhan diberbagai pertemuan sosial secara terstruktur dan
sistematis mengenai tanda-tanda bahaya ibu hamil, ibu bersalin, menjaga
kesehatan ibu masa nifas dan kesehatan bayi baru lahir. Untuk
meningkatkan pengumpulan dana hendaknya masing-masing desa siaga
menjalin kemitraan dengan pihak pengusaha swasta dan donatur yang
difasilitasi dan diarahkan oleh Pemerintah Desa.
Daftar Pustaka
Saifuddin A.B., Andrian G,.Wiknjosastro G.H., Waspodo D,.2002, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, JNPKKR-POGI bekerjasama dengan
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Depkes, 2003, Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
2001-2010, Departemen Kesehatan R.I, Jakarta.
Depkes, 2005, Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembengunan Milenium
Indonesia ; http:// depkes.go.id/ hal.58-62 di down load 15 Maret 2006.
Pemerintah Propinsi Jawa Barat, 2006, “Tidak ada toleransi untuk kematian Ibu dan Bayi
di Jawa Barat melalui Kabupaten/Kota Siaga”. (In press).
Depkes, 2006(a), Bahan Acuan Desa Siap Antar Jaga (Siaga), Dirjen. Binkesmas,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes,2006(b), Pedoman Pengembangan Desa Siaga, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Pemerintah Propinsi Jawa Barat, 2006, “Tidak Ada Toleransi Untuk Kematian Ibu dan
Bayi di Jawa Barat melalui Kabupaten/Kota Siaga”. (In press).
Dinkes, 2005, Profil Kesehatan Kabupaten Purwakarta 2005, Dinas Kesehatan
Kabupaten Purwakarta.
Kusnanto, H. 2000. Metode Kualitatif dalam Riset Kesehatan. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Yin,R.K., 2004, Studi Kasus (Desain dan Metode), PT.Raja Grafindo Persada Jakarta
Surachmad, W., 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah, Penerbit Tarsito, Bandung.
Moleong,L.J., 2001. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Bandung; Penerbit Remaja
Rosdakarya.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 15
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
16. Taufik Noor A, Eunice S, Dewi M, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.19 Juli 2007 1st draft
Depkes, 2006(a), Bahan Acuan Desa Siap Antar Jaga (Siaga), Dirjen. Binkesmas,
Jakarta.
Dunn W., 2000, Analisis Kebijakan, Erlangga, Jakarta.
Minkler, M., 1997, Community Organizing dan Community Building for Health, Rutgers
University press, New Brunswick, New Jersey and London
Consumer Focus Collaboration, 2000, Educational and Training For Consumer
Participation in Helath Care,: Resource Guide, Brown and Wilson Integrated Publishing
Services, Canbera.
Hardjana, M.A., 2001. Training SDM yang Efektif, Kanisius, Yogyakarta.
Morton, B.G., Green,W.H., and Gottlieb, N.H., 1995, Introduction to Health Education
ang Health Promotion. 2nd ed. Waveland Press, Inc : Prospect Height, Illinois.
Shortel S.M, Kaluzny A.D.,1997, Essentials of Health Care Management, Delmar
Publishers, International Thompson Publishing Company, United States of America.
Sulaiman L., 2005, Evaluasi Penerapan Awig-Awig Desa Tentang Kesehatan Ibu dan
Anak Sebagai Suatu Kebijakan yang berbasiskan masyarakat Studi Kasus di Desa Aik
Darek Kec. BatukLiang Kabupaten Lombok Tengah, Tesis S-2, KMPK-IKM, UGM,
Yogyakarta.
Mudiyono, Marliyanto O.A.Y, Sugiyanto, 2005, Dimensi-Dimensi Masalah Sosial dan
Pemberdayaan Masyarakat, APMD Press, Yogyakarta
Eko S., 2004, Reformasi Politik dan Pemberdayaan Masyarakat, APMD Press,
Yogyakarta.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 16
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id