SlideShare a Scribd company logo
1 of 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang berbentuk
cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sumbernya,
minyak dibagi menjadi dua macam, yaitu minyak bumi (mineral oils atau petroleum)
dan minyak dari mahluk hidup (lipida atau lipids). Adapun minyak dari mahluk hidup
terbagi lagi menjadi minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (animal oils).
Minyak hewani lebih popular disebut dengan istilah lemak (fats) karena pada
umumnya berbentuk padat pada suhu ruangan.
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan
dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan
ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai, bunga matahari, dll.
Pada proses pembuatan minyak nabati, untuk memperbaiki kualitas pada
minyak kasar dilakukan beberapa treatment yaitu : Rafinasi, Fraksinasi, dan
Interesterifikasi. Untuk menghasilkan minyak kasar tersebut dilakukan 2 cara yaitu
press dan ekstrasi. Hasil minyak kasar (crude oil) harus diolah lagi untuk
mendapatkan kualitas minyak yang lebih baik. Tujuan dari Rafinasi adalah untuk
menghilangkan kotoran dan bau yang tidak enak. Macam-macam proses Rafinasi
adalah Degumming, Netralisasi, Bleaching, Deodorisasi.
Minyak nabati merupakan bahan yang sangat dibutuhkan saat ini. Seiring
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, diperlukan peningkatan produksi agar
dapat terimbangi. Akan tetapi, tidak semua orang memahami proses pengolahan
hingga dihasilkan minyak nabati yang berkualitas.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi kepada para pembaca mengenai proses kilang minyak nabati.
2
BAB II
SUMBER DAN KONSTITUEN PENYUSUN MINYAK DAN LEMAK SERTA
KETERDAPATANNYA DALAM BAHAN BAKU
2.1 Sumber Minyak Dan Lemak
Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu :
1. Bersumber dari tanaman
a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen,
kedelai, dan bunga matahari.
b. Kulit buah tanaman tahunan: minyak zaitun dan kelapa sawit.
c. Biji-bijian dari tanaman harian: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu, cohune
dan lain sebagainya.
2. Bersumber dari hewani
a. Susu hewani peliharaan: lemak susu.
b. Daging hewan peliharaan: lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil
dari oleo stock, lemak babi dan mutton tallow.
c. Hasil laut: minyak ikan sarden serta minyak ikan paus.
Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber
mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah
dan jenis ester yang terdapat di dalamnya. Minyak dan lemak tidak berbeda dalam
bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut
minyak jika berbentuk padat pada suhu kamar.
Sifat fisiko-kimia biasanya berada dalam suatu kisaran nilai, karena
perbedaannya cukup kecil, nilai tersebut dinamakan konstanta. Konstanta fisik yang
dianggap cukup penting adalah berat jenis, indeks bias dan titik cair, sedangkan
konstanta kimia yang penting adalah bilangan iod, bilangan penyabunan, bilangan
Reichert Meisce, bilangan Polenske, bilangan asam dan residu fraksi tak tersabunkan.
3
2.2 Komposisi Minyak
Minyak / Lemak yang berasal dari nabati ( tumbuh-tumbuhan ) selain
mengandung minyak / lemak sebagai komponen utama, juga mengandung senyawa-
senyawa lain bukan minyak seperti: gum, resin, lendir, asam-sasam lemak bebas
(FFA), fosfatida, protein, dan senyawa-senyawa sterol yang disebut Fitosterol (suatu
jenis senyawa sterol yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, namun berbeda dengan
Cholesterol). Minyak Kelapa mengandung pula Vitamin E (tocopherol), sedang
minyak kelapa sawit mengandung tocopherol dan ß-carotene yang berwarna merah.
Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisiko-kimia tiap jenis minyak
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat
tumbuh dan pengolahan. Perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah:
1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung
fitosterol.
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari pada lemak
nabati.
3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meisce lebih besar serta bilangan
polenske lebih kecil dari pada minyak nabati.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung
sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek (lesithin, cephalin,
fosfatida dan glikolipid); sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam
lemak; asam lemak bebas; lilin; pigmen yang larut dalam lemak dan hidrokarbon.
Semua komponen tersebut akan mempengaruhi warna dan flavor produk, serta
berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang berasal dari biji-
bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida, yaitu lesithin dan cephalin. Dalam
minyak jagung dan kedelai, jumlah fosfatida sekitar 2 – 3 %, dan dalam proses
pemurniannya, senyawa ini dapat dipisahkan.
Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan
tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi
4
lipida. Fraksi lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax),
fosfolipida, sterol, hidrokarbon dan pigmen.
Fraksi lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persenyawaan lain
yang terdapat dalam bahan pangan dengan ekstraksi menggunakan pelarut seperti
petroleum eter, etil, ester, kloroform atau benzena. Fraksi yang larut disebut “fraksi
yang larut dalam eter” atau lemak kasar (Ketaren, 1986). Untuk membedakan
komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH. Minyak/ lemak pangan,
malam dan fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH sedangkan sterol,
hidrokarbon dan pigmen adalah fraksi yang tidak tersabunkan.
2.3 Klasifikasi Lemak Dan Minyak
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan,
yaitu:
2.3.1 Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap) :
Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal
pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang
dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga
biasanya berwujud padat.
Tabel 2.1 Contoh-Contoh Dari Asam Lemak Jenuh, Antara Lain:
Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan
rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan
rangkap tidak lazim, terutama terdapat pada minyak nabati, minyak ini disebut
poliunsaturat.
5
Tabel 2.2 Contoh-Contoh Dari Asam Lemak Tak Jenuh, Antara Lain:
2.3.2 Berdasarkan sifat mengering
Minyak tidak mengering (no-dryng oil)
Cara mengetahui minyak tersebut merupakan minyak tidak mengering adalah
dengan melihat jumlah ikatan rangkapnya. Bila minyak tersebut mempunyai
banyak ikatan rangkap (tidak jenuh), maka minyak tersebut dikatakan minyak
tidak mengering. Ikatan rangkap akan teroksidasi oleh O2 membentuk
hidroperoksida, dimana hidroperoksida akan membentuk seperti lemak (film
tipis). Minyak yang memiliki bilangan iod dibawah 100 merupakan minyak tidak
mengering.
Minyak setengah mengering (semi-drying oil), yaitu minyak yang mempunyai
daya mengering lebih lambat. Minyak setengah mengering memiliki asam lemak
jenuh yang sama banyak dengan asam lemak tidak jenuhnya. Minyak yang
memiliki bilangan iod antara 100-130 merupakan minyak setengah mengering.
Minyak mengering (drying-oil)
Minyak yang termasuk minyak mengering adalah minyak yang memiliki sedikit
ikatan rangkapnya (jenuh). Minyak yang memiliki bilangan iod diatas 130
merupakan minyak mengering.
6
Tabel 2.3 Pengklasifiksian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Sifat Mengering
Sifat Keterangan
Minyak Tidak
Mengering (non
drying oil)
- Tipe minyak zaitun, contoh: minyak zaitun, minyak buah
persik, minyak kacang tanah
- Tipe minyak rape, contoh: minyak biji rape, minyak
mustard
- Tipe minyak hewani, contoh: minyak sapi
Minyak
Setengah
Mengering
- Minyak yang mempunyai daya mengering yang lebih
lambat, contoh: minyak biji kapas, minyak bunga
matahari, minyak jagung, minyak gandum, kapok,
croton, dan urgen
Minyak
Mengering
(drying oil)
- contoh: minyak kacang kedelai, minyak biji karet,
safflower, argemone, hemp, walnut, biji poppy, biji
karet, perilla, tung, linseed, dan candle nut.
2.3.3 Berdasarkan sumbernya
Tabel 2.4. Pengklasifikasian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Sumbernya.
7
2.3.4 Berdasarkan kegunaannya
Tabel 2.5 Pengklasifikasian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Kegunaanya.
2.4 Karakteristik minyak nabati
2.4.1 Sifat fisik
1. Warna
a. Warna alamiah
b. Warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat
dalam minyak.
2. Bau
Lemak atau bahan pangan berlemak, dapat menghasilkan bau tidak enak yang
mirip dengan bau ikan yang sudah basi, yang disebabkan oleh interaksi
trimetilamineoksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh.
3. Kelarutan
Kelarutan diengaruhi oleh nilai polaritas dari masing-masing minyak nabati.
4. Titik cair
5. Titik didih
Titik didih dari asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambahnya
rantai karbon asam lemak tersebut.
6. Titik lunak
Ditentukan dengan penggunaan tabung kapiler yang diisi dengan minyak.
8
7. Sliping point
8. Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan suatu silinder kuningan
yang kecil, yang diisi dengan leak padat, kemudian disimpan dalam bak yang
tertutup dan dihubungkan dengan termometer.
9. Sort melting point
Yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak.
10. Bobot jenis
Bobot jenis ditentukan oleh temperatur kamar (25O
C)
11. Indeks bias
Adalah derajar penyimpangan yang dilewatkan pada suatu medium yang
cerah. Ini digunakan untuk pengujian kemurniaan minyak.
12. Titik asap, titik nyala, titik api.
Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap
pada pemanasan, titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari
minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur
pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus
13. Titik kekeruhan
Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau lemak dengan
pelarut lemak.
2.4.2 Sifat kimia
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan berubah menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Hal ini dapat merusak minyak karena terdapatnya sejumlah
air dalam minyak atau lemak yang mengakibatkan ketengikan.
9
Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa Minyak Atau Lemak
2. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak, hal ini akan menyebabkan bau tengik pada lemak
atau minyak.
3. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia
yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip
transesterifikasi Fiedel-Craft.
Gambar 2.2 Reaksi Esterefikasi
10
4. penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
Gambar 2.3 Reaksi Penyabunan
5. Pembuatan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
Gambar 2.4 Keton
11
2.5 Berbagai Jenis Minyak Yang Bersumber Dari Bahan Nabati,
Karakteristik, Dan Klasifikasinya
a. Minyak Wijen
Klasifikasi
Minyak wijen merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)
termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak wijen mengandung asam lemak jenuh
dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak wijen merupakan
minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia) dan mintak atsiri.
Komposisi Kimia
Tabel 2.6 Komposisi Asam Lemak Minyak Wijen
Asam lemak Humus Persen
Asam lemak jenuh
Palmitat
Stearat
Atachidat
Asam lemak tidak jenuh
Oleat
Linoleat
Linolenat
C16H32O2
C18H36O2
C20H40O2
C18H34O2
C18H32O2
C18H30O2
9,1
4,3
0,8
45,4
40,4
Sumber : Hilditch (1947)
12
Tabel 2.7 Sifat Fisika-Kimia Minyak Wijen
Karakteristik Syarat
Berat jenis pada 25 0
C
Indeks bias pada 25 0
C
Bilangan Iod
Bilangan Penyabunan
Bilangan Reichert-Meissl
Bilangan Hehnet
Campuran asam-asam lemak
Bilangan iod
Titik beku
Titik cair
0,916 – 0,921
1,4763
103 – 112
188 – 193
1,2
95,6 – 95,9
109 – 122
21 – 24 0
C
21 -31,5 0
C
Sumber : Hildicth (1947)
Standar Mutu
Minyak wijen berwarna kuning, tidak berbau dan mempunyai rasa gurih.
Minyak kasarnya bermutu tinggi dan dapat digunakan sebagai minyak salad dengan
atau tanpa proses winterisasi.
Untuk mendeteksi minyak wijen digunakan uji berikut :
1. Uji villavecchia dan fabris menggunakan larutan alkohol (furfural)
2. Uji Boudouin
Kedua uji tersebut akan positif karena adanya fraksi tidak tersabunkan dalam
minyak wijen, yaitu suatu zat (sesamin dan sesameoline) yang tidak ditemukan dalam
lemak-lemak lain. Karena adanya senyawa tersebut, maka minyak wijen dapat segera
dideteksi walaupun telah mengalami proses hidrogenasi.
13
Daya Guna
Biji wijen digunakan untuk manisan atau campuran kembang gula yang dibuat
dari gula anggur. Biji wijen merupakan makanan penting, karena mempunyai niali
gizi yang tinggi dan di Afrika digunakan sebagai pencampur dalam bubur dan sup.
Minyak wijen digunakan untuk obat-obatan yaitu dalam pembuatan obat
gosok amonia, karena sifat minyak wijen yang tidak dapat memisah sehingga baik
digunakan untuk campuran obat gosok dengan kekentalan yang baik.
Wijen juga mengandung vitamin B, dan vitamin C yang berfungsi sebagai zat
pelindung dalam tubuh manusia.
b. Minyak Jagung
Klasifikasi
Minyak jagung merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)
termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak jagung mengandung asam lemak jenuh
dan asam lemak tak jenuh. Minyak jagung merupakan minyak nabati setengah
mengering (semi drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak jagung merupakan
minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia).
Komposisi Kimia
Tabel 2.8 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Jagung
14
Tabel 2.9 Komposisi Minyak jagung
Komponen Jumlah (%)
Total gliserida 98,6
Bahan tidak tersabunkan :
Total 1,26-1,63
sitosterol 0,92-1,08
Asam lemak (persen dari total asam) :
Asam lemak jenuh 13
Palmitat 10
Stearat
Asam lemak tidak jenuh 86
linoleat
Oleat 30
Sifat Fisika Kimia
Tabel 2.10 Sifat Fisika Kimia Minyak Jagung
Tabel Sifat Fisika Kimia Minyak jagung
Karakteristik Nilai
Bilangan asam Flavor
Cold test Bilangan penyabunan
Bilangan Iodium Bilangan Hehner
Titik cair (o
F) Titik nyala (o
F)
Titik bakar (o
F) Bobot jenis pada suhu kamar
Pounds per gallon 0,004-0,100
Lembut Bersih
189-191 125-128
93-96 4-12
15
Daya Guna
Minyak jagung merupakan minyak yang memiliki komposisi asam lemak tak
jenuh yang sangat tinggi. Dalam produk farmasi, minyak jagung digunakan untuk
sediaan injeksi. Selain itu, juga digunakan sebagai suplemen makanan berkalori
tinggi. Minyak jagung kaya akan kalori, sekitar 250 kalori per ons. Minyak jagung
merupakan minyak goreng yang stabil (tahan terhdap ketengikan). Karena adanya
tokoferol yang larut dalam minyak. Dengan proses winterisasi, minyak jagung dapat
diolah menjadi minyak salad dan sebagai hasil sampingannya adalah mentega putih
(shortening). Minyak salad yang ditambah garam dan flavoring agent berupa rempah-
rempah akan menghasilkan mayonnaise.
Asam Oleat
Asam Oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak dikandung dalam
Minyak jagung. Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di
antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam Minyak jagung (55-80%), asam lemak
ini juga terkandung dalam CNO, CPKO, miyak jarak serta minyak biji anggur.
Rumus kimia: CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH.
Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Oleat adalah sebagai berikut :
a. Sifat Fisika :
- berat molekul : 280,45 (kg/mol)
- titik leleh : 16,3 0
C
- titik didih : 285 0
C
- indeks bias : 1,4565
- spesifik gravity : 0,917-0,919 (25 0
C)
- densitas : 0,8910 gr/ml
- tidak larut dalam air
- mudah terhidrogenasi
- merupakan asam lemak tak jenuh
- memiliki aroma yang khas
16
b. Sifat Kimia :
- Larut dalam pelarut organik seperti alkohol
- bersifat hidrolisis
- tidak stabil pada suhu kamar
- Asam lemak bebas 2,5-2,4 %
(Sumber : Perry’s, 1999)
Asam Linoleat
Asam linoleat (LA) adalah asam lemak tak jenuh omega-6. Secara kimiawi
asam linoleat adalah asam yang berantai karbon 18 pada rantai karbon dan 2 cis
ikatan rangkap. Ikatan rangkap pertama terdapat pada karbon ke-6 dan omega
terakhir.
Asam linoleat digunakan untuk membuat sabun, pengemulsi, dan minyak
pengering. Reduksi asam lemak menghasilkan linoleyl alkohol.
Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Linoleat adalah sebagai berikut :
a. Sifat Fisika :
- berat molekul : 280.44548(1724) g/mol
- titik leleh : -5 °C
- titik didih : 229 0
C
- tidak larut dalam air
- mudah terhidrogenasi
- merupakan asam lemak tak jenuh
- tidak berwarna
b. Sifat Kimia :
- Larut dalam pelarut organik
- bersifat hidrolisis
- tidak stabil pada suhu kamar
- Rumus Kimia Asam Linoleat : C18H32O2
(Sumber : Perry’s, 1999)
17
Asam Stearat
Asam Stearat atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah
diperoleh dari lemak hewani. Wujudnya padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia
CH3(CH2)16COOH. Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan
dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari
hidrogenasi minyak nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan
pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Reduksi
asam stearat menghasilkan stearil alkohol.
Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Stearat adalah sebagai berikut :
a. Sifat Fisika :
- berat molekul : 284.478 g/mol
- titik leleh : 69.6 °C
- titik didih : 291 0C
- densitas : 0.847 g/cm3 at 70 °C
- mudah terhidrogenasi
- merupakan asam lemak tak jenuh
b. Sifat Kimia :
- Larut dalam pelarut organik
- bersifat hidrolisis
- Rumus Kimia Asam Stearat : C18H36O2
(Sumber : Perry’s, 1999)
Gliserol
Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperature
kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan
rasa yang manis. Gliserol terdapat secara alami dalam persenyawaaan sebagai
gliserida didalam semua jenis minyak dan lemak baik dari tumbuhan maupun hewan,
dan gliserol didapatkan dari proses saponifikasi minyak pada pembuatan sabun, atau
pemisahan secara langsung dari lemak pada pemroduksian asam lemak. Sejak 1949
18
gliserol juga diproduksi secara sintetis dari propilen. Dan proses secara sintetis
tercatat kurang lebih sekitar 50% dari total gliserol di pasaran.
Sifat-sifat fisika dan kimia Gliserol adalah sebagai berikut :
a. Sifat Fisika :
- berat molekul : 92,09 kg/kmol
- titik beku : 17,9 0
C
- titik didh : 290 0
C
- spesifik gravity : 1,260
- densitas : 0.847 g/cm3 70 °C
- viskositas : 34 cP
- Fasa : Cair ( 30 0
C, 1 atm )
- sempurna dalam air
- mudah terhidrogenasi
- merupakan asam lemak tak jenuh
b. Sifat Kimia :
- Larut dalam air
- Merupakan senyawa hidroskopis
- tidak stabil pada suhu kamar
- Rumus Kimia Gliserol : C3H8O3
c. Minyak Kedelai
Klasifikasi
Minyak kedelai merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)
termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak kedelai mengandung asam lemak jenuh
dan asam lemak tak jenuh. Minyak kedelai merupakan minyak nabati mengering
(drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak kedelai merupakan minyak Nabati
(bahan makanan bagi manusia).
19
Komposisi
Tabel 2.11 Komposisi Kimia Minyak Kedelai
Asam lemak tidak jenuh (85%) terdiri dari:
asain linoleat 15 – 64%
asam oleat 11 – 60%
asam linolenat 1 – 12%
asam arachidonat 1.5%
Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari:
asam palmitat 7 - 10%
asam stcarat 2 – 5%
asam arschidat 0.2 – 1%
asam laurat 0 – 0.1%
Fosfolipida jumlahnya sangat kecil (trace)
Lecithin
Cephalin
Lipositol
Sumber : Bailey, A.E. (1950).
Sifat fisika kimia
Tabel 2.12 Sifat Fisika Kimia Minyak Kedelai
Sifat Nilai
Bilangan asam 0,3-3,000
Bilangan penyabunan 189-195
Bilangan Iod 117- 141
Bilangan Thiosianoggen 77-85
Bilangan hidroksil 4-8
Bilangan Reichert Meissl 0,2 - 0,7
20
Tabel 2.13 Standar Mutu Minyak Kedelai
Sifat Nilai
Bilangan asam maksimum 3
Bilangan penyabunan minimum 190
Bilangan Iod 129-143
Bahan yang tak tersabunkan (%) maksimum 1,2
Bahan yang menguap (5b) maksimum 0,2
Indeks bias (20°C) 1,473-1,477
Robot jenis (15,5115,5°C) 0,924-0,928
Sumber Bailey, A.E. (1950).
Nilai Gizi
Asam lemak esensial dalam minyak dapat mencegah timbulnya athero-
sclerosis atau penyumbatan pembuluh darah.
Kegunaan
Minyak kedelai yang sudah dimurnikan dapat digunakan untuk pembuatan
minyak salad, minyak goreng (cooking oil) serta untuk segala keperluan pangan.
Lebih dari 50 persen produk pangan dibuat dari minyak kedelai, terutama margarin
dan shortening. Hampir 90 persen dari produksi minyak kedelai digunakan di bidang
pangan dan dalam bentuk telah dihidrogenasi, karena minyak kedelai mengandung
lebih kurang 85 persen asam lemak tidak jenuh.
Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik lilin, sabun, varnish, lacquers,
cat, semir, insektisida dan desinfektans.
d. Minyak Kelapa Sawit
Klasifikasi
Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)
termasuk golongan kulit buah tanaman tahunan. Minyak kelapa sawit mengandung
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kelapa sawit merupakan
21
minyak nabati tidak mengering (non-drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak
kelapa sawit merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia).
Sifat Fisika-Kimia
Tabel 2.14 Nilai Sifat Fisika-kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti sawit
Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit
Bobot jenis pada suhu
kamar
Indeks bias D 40 0
C
Bilangan Iod
Bilangan Penyabunan
0,900
1,4565 – 1,4585
48 – 56
196 - 205
0,900 – 0,913
1,495 – 1,415
14 – 20
244 - 254
Sumber : Krischenbauer (1960).
Tabel 2.15 Sifat Minyak Kelapa sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan
Sifat Minyak sawit
kasar
Minyak sawit
murni
Titik cair : Awal
Akhir
Bobot jenis 15 0
C
Indeks bias D 40 0
C
Bilangan penyabunan
Bilangan iod
Bilangan Reichert
Meissl
Bilangan polenske
21 – 24
26 – 29
0,859 – 0,870
36,0 – 37,5
224 – 249
14,5 – 19,0
5,2 – 6,3
9,7 – 10,7
0,8 – 1,2
33
29,4
40,0
46 – 49
196 – 206
46 – 52
-
-
-
-
22
Standar Mutu
Tabel 2.16 Standar Mutu SPB dan Ordinary
Kandungn SPB Ordinary
Asam
lemak
bebas (%)
Kadar air
(%)
Kotoran
(%)
Besi
p.p.m
Tembaga
p.p.m
Bilangan
iod
Karotene
p.p.m
Tokoferol
p.p.m
1 – 2
0,1
0,00
2
10
0,5
53 ±
1,5
500
800
3 – 5
0,1
0,01
10
0,5
45 – 56
500 – 700
400– 600
23
e. Minyak Kemiri
Klasifikasi
Minyak kemiri merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)
termasuk golongan biji-bijian tanaman palawija. Minyak kemiri mengandung asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak kemiri
merupakan bahan non pangan dapat digunakan sebagai bahan dasar cat dan pernis,
tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet kayu.
Komposisi Kimia Biji Dan Minyak Kemiri
Setiap 100 gram daging biji kemiri mengandung 636 kalori, 19 gram protein,
63 gram lemak, 8 gram karbohidrat, 80 mgram kalsium, 200 mgram fosfor, 2 mgram
besi, 0,06 mgram vitamin B, 7 gram air.
Asam lemak yang terkandung dalam minyak terdiri dari 55 persen asam
palmitat; 6,7 persen stearat; 10,5 persen oleat; 48,5 persen linoleat, dan 28,5 persen
linolenat.
Tabel 2.17 Karakteristik Minyak Kemiri
Karakteristik Nilai
Bilangan penyabunan 188 – 202
Bilangan asam 6,3 – 8
Bilangan iod 136 – 167
Bilangan thiocyanogen 97 – 107
Bilangan hidroksil Tidak ada
Bilangan Reichert-Meissl 0,1 – 0,8
Bilangan Polenske Tidak ada
Indeks bias pada 25o
C 1,473 – 1,479
Komponen tidak tersabunkan 0,3 – 1 persen
Bobot jenis pada 15o
C 0,924 – 0,929
Sumber : Bailey, A.E. (1950).
24
Daya Guna Minyak Dan Buah Kemiri
Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun, yang
disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaan toxalbumin dapat dihilangkan dengan
cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan penambahan bumbu lainnya seperti
garam, merica dan terasi. Bila terjadi keracunan karena kemiri, dapat dinetralkan
dengan meminum air kelapa.
Daging buah kemiri digunakan sebagai bumbu dalam jumlah yang relatif
kecil. Minyak kemiri tidak dapat dicerna karena bersifat laksatif dan biasanya
digunakan sebagai bahan dasar cat atau pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau
sebagai pengawet kayu. Di Filipina minyak ini sudah lama dikenal dan digunakan
untuk melapisi bagian dasar perahu, agar tahan terhadap korosif akibat air laut.
Minyak kemiri dapat digunakan sebagai minyak rambut dan di Pulau Jawa sebagai
bahan pembatik, dan juga untuk penerangan.
Standar Mutu Dan Karakteristik Minyak Kemiri
Di Indonesia belum dilakukan penelitian standarisasi minyak kemiri, karena
jarang di olah menjadi minyak, sehingga sampai saat ini belum ada standar mutu bagi
minyak kemiri Indonesia.
f. Minyak Jarak
Klasifikasi
Minyak jarak merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk
golongan biji-bijian dari tanaman tahunan. Minyak jarak mengandung asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak jarak dapat
digunakan dalam industry cat, varnish, lacquer, pelumnas, tinta cetak, linoleum, oil
cloth, dan sebagai bahan baku dalam industry-industri plastic dan nilon. Dalam
jumlah kecil minyak jarak dan turunannya juga digunakan untuk pembuatan
kosmetik, semir, dan lilin. Biji jarak terdiri dari 75% kernel (daging biji) dan 25%
kulit dengan komposisi kimia
25
Komposisi kimia
Tabel 2.18 Komposisi Kimia Biji Jarak
Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jarak
Tabel 2.19 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jarak
26
Nilai Gizi dan Daya Guna
Minyak jarak mempunyai sifat sangat beracun di samping kandungan asam
lemak esensialnya yang sangat rendah. Hal yang demikian menyebabkan minyak
jarak ridak dapat digunakan sebagai minyak makan dan bahan pangan.
Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industry cat, varnish, lacquer,
pelumnas, tinta cetak, linoleum, oil cloth, dan sebagai bahan baku dalam industry-
industri plastic dan nilon. Dalam jumlah kecil minyak jarak dan turunannya juga
digunakan untuk pembuatan kosmetik, semir, dan lilin.
g. Minyak Kacang Tanah
Klasifikasi
Minyak kacang tanah merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)
termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak kacang tanah mengandung asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah merupakan minyak tidak
mengering (non drying oil) tipe minyak zaitun. Berdasarkan kegunaannya minyak
kacang tanah merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia
Komposisi Kimia
Tabel 2.20 Komposisi asam lemak minyak kacang tanah
27
Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kacang Tanah
Tabel 2.21 Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kacang Tanah Sebelum dan Sesudah
Dimurnikan
Tabel 2.22 Sifat Kimia Minyak Kacang Tanah
28
h. Minyak Biji Kapas
Klasifikasi
Minyak biji kapas merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)
termasuk golongan biji-bijian tanaman palawija. Minyak biji kapas mengandung
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak biji kapas merupakan minyak
nabati setengah mengering (semi drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak biji
kapas merupakan bahan pangan dan non pangan.
Komposisi Kimia
Tabel 2.23 Komposisi Asam Lemak Biji Kapas
Asam Lemak Persentase berat (%)
Asam mirsitat 1,4
Asam palmitat 23,4
Asam stearate 1,1
Asam arachidat 1,3
Asam miristoleat 0,1
Asam palmitoleat 2,0
Asam oleat 22,9
Asam linoleat 47,8
Sumber: Krischenbauer (1960)
Tabel 2.24 Komposisi Kimia Biji Kapas
Komposisi Biji (%) Kernel (%) Kulit (%) Daging
(%)
Kadar air 9,9 6,9 9,3 7,8
Minyak 19,5 29,6 0,9 7,4
Protein 19,4 30,3 3,8 44,8
Serat
kasar
22,6 4,8 46,1 9,9
Abu 4,7 6,9 2,6 5,6
29
Sifat Fisika Minyak
Hidrokarbon yang terdapat dalam minyak biji kapas adalah squalene. Minyak
biji kapas yang murni mengandung 0,004-0,12 persen squalene, sedangkan menurut
Kufmann jumlah total hidrokaarbon sekitar 0,25 persen. Pada suhu kamar minyak biji
kapas dapat larut dalam pelarut dalam pada berebagai perbandingan, tetapi tidak larut
dalam furfural dan pelarut polar seperti aseton metil asetat. Pembakaran 1 gram
minyak kapas menghasilkan 9,500 kalori, sedangkan indeks refraksinya pada suhu
200
C sebesar 1,4724.
Nilai titik asap, titik api dan titik nyala minyak biji kapas tergantung dari
jumlah kandungan asam lemak bebas. Minyak murni yang mengandung asam lemak
bebas sebesar 0,01-0,03 persen mempunyai titik asap, titik nyala dan titik api
berturut-turut: 221,1-232,20
C; 323,8-329,40
C dan 357,2-362,70
C, sedangkan pada
minyak kasar yang mengandung asam lemak bebas sekitar 1,8 persen mempunyai
nilai titik asap, titik nyala dan titik api berturut-turut: 1450
C;293,30
C dan 356,10
C.
Sifat Kimia
Minyak biji kapas mempunyai bilangan iod dan bilangan penyabunan masing-
masing 108 dan 195. Bilangan thiosianogen menurut metode ACCS, sebesar 60-72
dengan nilai rata-ratanya 65. Sedangkan bilangan asetil atau bilangan hidroksil dari
minyak murni berkisar 8-14; jumlah gugus hidroksil bebas dipengaruhi oleh jumlah
mono atau digliserida dalam minyak.
Bilangan Reichert-Meissl menunjukkan banyaknya asam lemak yang mudah
menguap dan dapat larut dalam air, sedangakan bilangan Polenske untuk asam lemak
yang dapat menguap dan tidak dapat larut dalam air. Untuk minyak biji kapas nilai
tersebut masing-masing sebesar 0,4-0,9 dan 0,2-0,7.
Nilai Gizi Dan Daya Guna
Biji kapas mengandung asam amino dalam jumlah besar yang dibutuhkan
tubuh. Asam amino histidin yang dibutuhkan anak-anak, juga ditemukan dalam biji
kapas. Dari komposisi ini terlihat bahwa protein yang terdapat dalam biji kapas
30
merupakan protein yang lengkap yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Kegunaan
minyak biji kapas antaran lain: sebagai alat penerangan, minyak pelumas, campuran
lemak babi (lard), minyak salad, bahan untuk membuat sabun, bahan untuk membuat
margarin, dan bahan untuk membuat mentega putih (shortening).
Daging biji kapas merupakan sumber protein yang baik untuk ternak perah,
domba dan sapi pedaging. Tetapi karena adanya gossypol yang bersifat racun maka
jika akan diberikan pada babi dan ayam memerlukan pengawasan tertentu. Di India,
daging biji kapas langsung diberikan pada sapi atau sebagai makanan manusia,
karena merupakan sumber protein nabati dan dapat digunakan sebagai makanan
tambahan.
i. Lemak Cokelat
Komposisi kimia
Tabel 2.25 Komposisi biji coklat afrika barat sebelum difermentasi
Bahan persentase
Kulit biji
Kecambah
Keping biji
Lemak
Air
Total abu
Nitrogen
Total N
Protein
Anomia
Amida
Theobromin
Kafein
Karbohidrat
9,63
0,77
89,60
53,05
3,65
2,63
5,78
2,28
1,50
0,028
0,188
1,71
0,085
14,31
31
Glukosa
Pati
Pektin
Serat
Selulosa
Pentosa
Gum
Tannin
Asam-asam
Asetat
Oksalat
0,30
6,10
2,25
2,09
1,92
1,27
0,38
7.54
0,304
0,014
0,29
Sumber: rohan R.A (1963)
Tabel 2.26 Komposisi kimia lemak coklat
Bahan Persentase
Gliserida jenuh
Oleopalmitin
Oleopalmitostearin
Oleodestearin
Palmitodeolin
Stearodiolein
Triolein
2,6
3,7
57,0
22,2
7,4
5,8
1,1
Sumber: rohan T.(1963).
32
Sifat Fisika dan Kimia
Tabel 2.27 Sifat fisik dan kimia coklat
karakteristik Jumlah
Bilangan asam
Bilangan penyabunan
Bilangan iod
Bilangan Reichert-meissl
Bilangan polenske
Bilangan hidroksil
Indeks bias pada suhu
Titik cair
1-4
190-198
33-44
1
0,2-0,5
2-7
1,456-1,458
32-350
C
Sumber: hilditch,T.P. (1947)
Daya guna coklat dan lemak coklat
Coklat dapat digunakan untuk pembuatan kembang gula,pencampur susu
bubuk coklat dan sebagai sumbar lemak coklat. Lemak coklat dapat dibuat sebagai
bahan dasar kembang gula coklat dan obat-obatan. Lemak coklat mengandung asam
lemak esensial yaitu asam lioneat 2% dan vitamin E(tokoferol) sebesar 3-13 mg/100
gram bahan. Selain itu lemak coklat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
kosmetik,antara lain sebagai krim pembersih, krim penyerap dan minyak rambut.
j. Minyak Kelapa
Klasifikasi
Minyak kelapa merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)
termasuk golongan biji-bijian dari tanaman tahunan. Minyak kelapa mengandung
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kelapa merupakan minyak
nabati tidak mengering (non drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak kelapa
merupakan bahan pangan.
33
Komposisi kimia
Tabel 2.28. Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa pada Berbagai Tingkat
Kematangan.
Analisis
( dalam 100 g )
Buah muda Buah setengah tua Buah tua
Kalori 68,0 kal. 180,0 kal. 359,0 kal.
Protein 1,0 g 4,0 g 3,4 g
Lemak 0,9 g 13,09 34,7 g
Karbohidrat 14,0 g 10,0 g 14,0 g
Kalsium 17,0 mg 8,0 mg 21,0 mg
Fosfor 30,0 mg 35,0 mg 21,0 mg
Besi 1,0 mg 1,3 mg 2,0 mg
Aktivitas vitamin A 0,0 Iu 10,0 Iu 0,0 Iu
Thiamin 0,0 mg 0,5 mg 0,1 mg
Sumber : Thieme, J.G. (1968).
Tabel 2.29. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa
Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)
Asam lemak jenuh :
Asam kaproat C5H11COOH 0,0 – 0,8
Asam palmitat C15H31COOH 7,5 – 10,5
Asam stearat C17H35COOH 1,0 – 3,0
Asam arachidat C19H39COOH 0,0 – 0,4
Asam lemak tidak
Jenuh :
Asam palmitoleat C15H29COOH 0,0 – 1,3
Asam oleat C17H33COOH 5,0 – 8,0
Asam linoleat C17H31COOH 1,5 – 2,5
Sumber : Thieme, J.G. (1968).
34
BAB III
PROSES PENGOLAHAN MINYAK NABATI
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung lemak atau minyak. Proses pengolahan minyak nabati
adalah mengekstrak bahan bakunya. Proses ekstraksi terbagi menjadi beberapa jenis,
yakni mechanical expresion, solvent ekstraksi, dan rendering.
Jenis-jenis ekstraksi yang digunakan dalam proses pengolahan minyak nabati.
Minyak / Lemak
Trigliserida
Ekstraksi
Mechanical Expresion Solvent ekstraksi Rendering
Wet rendering dry rendering
Sokletasi Maserasi Perkolasi
3.1 Mechanical expresion
Mechanical expresion merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini, diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan
serpih, perajangan, dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
35
Dua cara umum dalam pengepresan mekanis,yaitu:
a. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch2
(140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta
kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa
pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya bungkil
ditekan dibawah tekanan hidraulik.
Gambar.3.1 Hydraulic Press
Gambar.3.2 Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan Pengepresan
Bahan yang
mengandung minyak
perajangan penggilingan
Minyak
kasar
Ampas/bung
kil
pengepresan Pemasakan/
pemanasan
36
b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperature
240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2
. Kadar air minyak atau
lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang
dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5 persen.
Gambar.3.3 Expeller Pressing
Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan
pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi.
3.2 Solvent ekstraksi
Solvent ekstraksi merupakan jenis ekstraksi dengan menggunakan pelarut.
Solvent ekstraksi terbagi atas:
- Sokletasi menggunakan panas
- Maserasi dengan cara perendaman
- Perkolasi dengan cara melewatkan berulang-ulang
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak.. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam
37
proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline carbon
disulfide, karbon tetra klorida, benzene dan n-heksan.
Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi. Ekstraksi yang
dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut
organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif
konstan dengan menggunakan alat soklet. Adapun prinsip sokletasi ini adalah
Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut
yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya
diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan
suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang
terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.
Kondensor
Air Keluar
Air Keluar
Mantel
Pemanas
Labu
Didih
Soklet
Thimble
Gambar 3.4 alat sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel,
secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa
senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa
kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut
tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat
ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut
yang diinginkan.
38
3.3 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak dengan kadar air yang tinggi. Menurut pengerjaannya
rendering dibagi manjadi dua cara, yaitu:
a. Wet Rendering
Wet Rendering adalah proses rendering dengan penambahan air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40-60 pound
tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering
dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan
diekstraksi akan ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk,
kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai
suhu 500
C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian
dipisahkan.
Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu
populer, sedangkan dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan uap
air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.
Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan
diekstraksi dimasukkan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40-60 pound
selama 4-6 jam.
b. Dry Rendering
Dyr rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air.
Bahan tadi dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200
F-2300
F
(105-1100
C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada
dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah
mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
39
BAB IV
PEMURNIAN
Tujuan utama pada proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan
rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa
simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam
industry.
Pada umumnya minyak untuk bahan pangan dimurnikan melalui proses
sebagai berikut :
1. Pemisahan ALB dengan cara netralisasi
2. Dekolorisaasi dengan proses pemucatan
3. Deodorisasi
4. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling)
Kotoran yang terdapat dalam minyak terdiri dari 3 golongan, yaitu :
Kotoran dalam minyak
Kotoran yang terdiri dari biji atau pertikel jaringan, lender dan getah, serat-serat
yang berasal dari kulit, abu atau mineral yan terdiri dari Fe, Cu, Mg dan Ca, serta air
dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara mekanis,
yaitu dengan cara pengendapan, penyaringan dan sentrifusi.
Kotoran yang Berbentuk Suspensi Koloid dalam Minyak
Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang mengandung nitrogen
dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan menggunakan
uap panas, elektrolisa disusul dengan proses mekanik seperti pengendapan, sentrifusi
atau penyaringan dengan menggunakan adsorben.
Kotoran yang Terlarut dalam Minyak (Fat Soluble Compound)
Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol,
hidrokarbon, mono dan digliserida yang dihasilkan dari hidrolisa trigliserida, zat
warna yang terdiri dari karotenoid, klorofil.
40
Tujuan perlakuan pendahuluan adalah:
 Menghilangkan kotoran dan memperbaiki stabilitas minyak dengan mengurangi
jumlah ion logam terutama besi dan tembaga. Pada proses deodorisasi,
pertambahan jumlah asam pada minyak akibat perlakuan pendahuluan lebih kecil
dibandingkan dengan tanpa perlakuan pendahuluan.
 Proses pemisahan gum dilakukan pada minyak untuk tujuan tertentu, misalnya
biji lin yang digunakan untuk pembuatan lak (lacquer).
 Untuk memudahkan proses pemurnian selanjutnya, dan mengurangi minyak yang
hilang selama proses pemurnian, terutama pada proses netralisasi.
Salah satu proses perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan pada minyak
yang akan dimurnikan adalah proses pemisahan gum(de – gumming).
4.1 Pemisahan gum (de – gumming)
a. Pengertian Degumming
Degumming adalah suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi
jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Getah-getah (gum) dalam minyak nabati
perlu dihilangkan untuk menghindari perubahan warna dan rasa selama langkah
rafinasi berikutnya. Proses Pennwalt melibatkan pengolahan asam fosfor satu tingkat
dan pengolahan air panas satu tingkat diikuti oleh penghilangan secara terus-menerus
getah-getah terhidrat dalam super sentrifusi super degumming. Aplikasi proses
tersebut dapat digunakan untuk minyak kacang, minyak kapas, minyak sawit, minyak
jagung, dan lain-lain.
b. Tujuan dari proses degumming adalah :
1. Memisahkan dan membuang asam
2. Mencegah crude oil tertinggal selama penyimpanan dan pemindahan
3. Mencegah pengasaman oleh gum
4. Pemurnian secara fisik
5. Mengurangi kehilangan minyak pada tahap netralisasi
41
c. Proses-Proses Degumming
Ada 6 tipe proses deguming dalam industri minyak nabati. Perbedaan dari
masing-masing tipe adalah pada metoda dari prosesnya, penggunaan bahan kimia dan
kandungan dari phospatida dalam crude minyak nabati. Tipe-tipe degumming adalah:
1. Dry Degumming
Proses dry degumming melibatkan pembuangan gum melalui proses
presipitasi dalam kondisi asam. Proses ini menggunakan minyak rendah phospatida
dan cocok untuk persiapan minyak untuk physical refining.
2. Water Degumming
Water degumming adalah proses dari pembuangan gum melalui proses
presipitasi menggunakan hidrasi air murni crude oil melalui pemisahan sentrifus.
Metoda ini digunakan untuk mengesktrak gum untuk produk lecithin, minyak kedelai
dan crude oil yang mengandung phospor dengan konsentrasi 200 ppm. Dalam proses
ini air digunakan sebagai bahan utama untuk menghilangkan phospatida yang dapat
terhidrasi dari minyak nabati serta dapat dilakukan pada keadaan batch atau continous
tergantung pada tipe minyak yang akan dilakukan proses degumming atau jumlah
minyak yang akan diproses. Pada proses water degumming ini efek dari penambahan
air dan perbedaan level temperatur (pemanasan) akan sangat berpengaruh pada
kualitas pemurnian.
3. Acid Degumming
Dalam proses ini gum dipresipitasi dengan proses beberapa kondisi asam dan
dihilangkan menggunakan pemisahan dengan metoda sentrifus. Pada metoda ini gum
bisa dihidrasi pada suhu tinggi dari 40°C. Dalam proses kilang organik asam sitrat
sering digunakan dan pembuangan phospatida sisa melaui bleaching menggunakan
silika hydrogel.
4. Enzymatic Degumming
Enzymatic degumming adalah degumming khusus yang dipertinggi dengan
menggunakan beberapa enzim makanan. Tipe minyak yang digunakan pada proses ini
adalah minyak kacang kedelai dan minyak lobak. Keuntungan dari enzymatic
42
degumming tidak ada busa yang terbentuk sehingga tidak ada minyak yang hilang
yang melalui pemisahan busa.
5. EDTA-degumming
EDTA degumming proses kimia-fisika degumming. Proses ini melibatkan
pemisahan sempurna phospatida dengan bahan pengkelat yaitu ethylene diamine tetra
acetic acid (EDTA).
6. Membran degumming
Proses membran degumming biasanya digunakan dalam industri ekstraksi.
Pemisahan dengan membran merupakan pemisahan ukuran eklusi dan tekanan.
Proses ini membagi komponen-komponen yang berbeda menurut berat molekulnya
atau ukuran partikel serta bergantung pada interaksi dengan permukaan membran
dengan campuran komponen minyak. Phospatida dapat dibuang dari trigleserida di
dalam bentuk miscell menggunakan membran permeabel yang sesuai dengan proses
degumming.
Flowchart Proses Degumming
Gambar 4.1 Flowchart Proses Degumming
43
Blok diagram untuk proses diatas adalah :
Gambar 4.2 Blok Diagram Proses Degumming
Crude oil dari proses sebelumnya dialirkan ke tanki penampungan, kemudian
dialirkan dengan menggunakan pompa yang dilengkapi dengan flow meter ke
degumming reactor 1. Pada reactor 1 ini ditambahkan reagen asam seperti H3PO4,
H2SO4, H2C2O4, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mengikat gum dari
minyak. Selanjutnya, sebagian crude oil yang keluar dari reactor 1 dialirkan menuju
degumming reactor 2, dan sebagian lagi tetap tinggal di reactor 1. Pada reactor 2 ini
dialirkan air panas dengan suhu 800
C, tujuannya adalah untuk optimalisasi
pengikatan gum. Lalu, sebagian keluaran dari reactor 2, tetap tinggal di dalam
reactor, sedangkan sebagian yang lain dialirkan menuju degumming sentrifuge. Pada
degumming centrifuge ini, terjadi pemisahan antara gum dengan minyak. Sehingga
produk keluaran dari degumming sentrifuge ini adalah minyak yang bebas dari gum
dan gum itu sendiri.
4.2 Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas (ALB)
dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa
atau pereaksi lainnya sehinggga membentuk sabun (soap stock) dengan tujuan
memurnikan minyak. Pemisahan asam lemak bebas juga dapat dilakukan dengan cara
44
penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Proses Netralisasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara,yaitu :
4.2.1 Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)
Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industri, karena
lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu
penggunaan kaustik soda membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang
berupa getah dan lendir dalam minyak. Reaksi antara asam lemak bebas dengan
NaOH adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3 Reaksi Asam Lenak Dengan Naoh
Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran
seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi sabun atau emulsi yang
terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifuce.
4.2.2 Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)
Pada umumnya netralisasi minyak menggunakan natrium karbonat dilakukan
di bawah suhu 500
C, sehingga seluruh asam lemak bebas yang bereaksi dengan
natrium karbonat akan membentuk sabun dan asam karbonat, dengan reaksi sebagai
berikut :
Gambar 4.4 Reaksi Asaam Lemak Dengan Natrium Karbonat
45
Pada pemanasan asam karbonat yang terbentuk akan terurai menjadi gas CO2
dan H2O. Gas CO2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun yang
terbentuk dan mengapung partikel sabun di atas permukaan minyak. Gas tersebut
dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau dengan cara menurunkan
tekanan udara di atas permukaan minyak dengan pompa vakum.
Cara Netralisasi :
Minyak yang akan dinetralkan , dipanaskan pada suhu 35-400
C dengan
tekanan lebih rendah dari atmosfir. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium
karbonat, kemudian diaduk selama 10-15 menit dengan kecepatan pengadukan 65-75
rpm. Kemudian kecepatan pengadukan dikurangi 15-20 rpm dan tekanan vakum
diperkecil selama 20-30 menit. Dengan cara tersebut gas CO2 yang terbentuk akan
menguap dan asam lemak bebas yang tinggal dalam minyak kurang lebih sebesar
0,05 persen. Sabun yang terbentuk dapat diendapkan dengan menambahkan garam,
misalnya natrium sulfat atau natrium silikat, atau mencucinya dengan air panas.
Setelah dipisahkan dari minyak selanjutnya dilakukan proses pemucatan.
Minyak dalam sabun yang telah mengendap dapat dipisahkan dengan cara
menyaring menggunakan filter press. Asam lemak bebas yang telah membentuk
sabun (soap stock) dapat diperoleh kembali jika sabun tersebut direaksikan dengan
asam mineral.
Keuntungan netralisasi menggunakan natrium karbonat adalah sabun yang
terbentuk bersifat pekat dan dapat dipakai langsung untuk pembuatan sabun bermutu
baik. Minyak yang dihasilkan mutunya lebih baik, terutama setelah mengalami proses
deodorisasi. Di samping itu trigliserida tidak ikut tersabunkan sehingga rendemen
minyak netral yang dihasilkan lebih besar.
Kelemahannya adalah karena cara tersebut sukar dilaksanakan dalam praktek,
dan di samping itu untuk minyak semi drying oil seperti minyak kedelai, sabun yang
terbentuk sukar disaring karena adanya busa yang disebabkan oleh gas CO2.
46
4.2.3 Netralisasi minyak dalam bentuk “miscella”
Cara netralisasi ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan
menggunakan pelarut menguap (solvent extraction). Hasil ekstraksi merupakan
campuran antara pelarut dan minyak disebut miscella.
Asam lemak bebas dalam miscella dapat dinetralkan dengan menggunakan
kaustik soda atau natrium karbonat. Penambahan bahan kimia tersebut ke dalam
miscella yang mengalir dalam ketel ekstraksi, dilakukan pada suhu yang sesuai
dengan titik didih pelarut. Sabun yang terbentuk dapat dipisahkan dengan cara
menambahkan garam, sedangkan minyak netral dapat dipisahkan dari pelarut dengan
cara penguapan.
4.2.4 Netralisasi dengan etanol amin dan amonia
Etanol amin dan amonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas.
Pada proses ini asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida,
sedangkan amonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock dengan
cara penyulingan dalam ruangan vakum.
4.2.5 Pemisahan asam (de-ecidification) dengan cara penyulingan
Proses pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan
asam lemak bebas langsung dari minyak tanpa mereaksikan dengan larutan basa,
sehingga asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling
terlebih dahulu dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger). Selanjutnya
minyak tersebut dialirkan secara kontinu ke dalam alat penyulingan dengan letak
horizontal.
Pemisahan asam lemak bebas dengan cara penyulingan digunakan untuk
menetralkan minyak kasar yang mengandung kadar asam lemak bebas relatif tinggi,
sedangkan minyak kasar yang mengandung asam lemak bebas lebih kecil dari 8
persen, lebih baik dinetralkan dengan menggunakan persenyawaan basa.
47
4.2.6 Pemisahan asam dengan menggunakan pelarut organik
Perbedaan kelarutan antara asam lemak bebas dan trigliserida dalam pelarut
organik digunakan sebagai dasar pemisahan asam lemak bebas dari minyak. Pelarut
yang paling baik digunakan untuk memisahakan asam lemak bebas adalah furfural
dan propane.
Piridine merupakan pelarut minyak dan jika ditambahkan air dalam jumlah
kecil, maka trigliserida akan terpisah. Trigliserida tidak larut dalam piridine,
sedangkan asam lemak bebas tetap larut sempurna. Minyak dapat dipisahkan dari
pelarut dengan cara dekantasi, sedangkan pelarut dipisahkan dari asam lemak bebas
dengan cara penyulingan. Dengan menggunakan alkohol sebagai pelarut, maka
kelarutan trigliserida dalam alkohol akan bertambah besar dengan bertambahnya
kadar asam lemak bebas, sehingga pemisahan antara asam lemak bebas dari
trigliserida lebih sukar dilakukan.
4.2.7 Pengujian Asam Lemak Bebas
Pengukuran jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak
dapat digunakan bilangan asam. Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau
lemak.
Caranya adalah dengan jalan melarutkan sejumlah minyak atau lemak dalam
alkohol eter dan diberi indikator phenolpthalein. Kemudian dititrasi dengan larutan
KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya
bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tadi.
Bilangan asam
Dari rumus diatas, faktor 56,1 adalah bobot molekul larutan KOH. Apabila
dipergunakan NaOH untuk titrasi, maka faktor tersebut menjadi 39,9.
48
4.3 Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan
zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan
cara fisika yang menggunakan berbagai absorben, seperti tanah serap (fuller earth),
lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan
kimia. Selain warna, pemucatan juga berperan mengurangi komponen minor lainnya
seperti aroma, senyawa bersulfur dan logam-logam berat. Selain itu, pemucatan juga
dapat mengurangi produk hasil oksidasi lemak seperti peroksida, aldehida dan keton.
Pada proses pemucatan hanya sedikit komponen yang dihilangkan. Biasanya
pemucatan dilakukan setelah proses pemurnian alkali.
4.3.1 Klasifikasi Proses Pemucatan
Pemucatan Secara Fisika
Pemucatan Minyak dengan Adsorben
Ada dua bentuk adsorbsi yaitu :
a. Adsorbsi positif, yaitu penyerapan substart yang tidak diinginkan sehingga
bahan relatif tidak mengandung substart tersebut.
b. Adsorbsi negatif, yaitu proses penyerapan pelarut dari substart yang tidak
diinginkan. Dalam hal ini pelarutannya yang dipisahkan dari substart yang
tidak diinginkan cara ini jarang dilakukan karena dianggap tidak efektif.
Macam-macam Adsorben:
Adsorben yang biasa digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari bleaching
clay, arang dan arang aktif.
a. Bleaching Clay (bleaching earth)
Bleaching Clay pertama kali ditemukan pada abad ke-19 di Inggris dan Amerika.
Dalam perdagangan Bleaching Clay mempunyai nama dan komposisi kimia yang
berbeda. Sebagai contoh ialah Bleaching Clay yang berasal dari Rusia, Kanada dan
Jepang dikenal dengan nama gluchower kaolin.
49
Jumlah adsorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak
tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna
tersebut akan dihilangkan.
Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+
pada permukaan
partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat
tersebut tergantung dari perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching
clay. Adsorben yang terlalu kering menyebabkan daya kombinasinya dengan air telah
hilang, sehingga mengurangi daya penyerapan terhadap zat warna.
b. Arang (Bleaching Carbon)
Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan pada umunya diperoleh dari
hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon. Umumnya arang
mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi tersebut
dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan
kimia.
Sumber lain dari arang berasal dari bahan nabati atau hewani antara lain serbuk
gergaji, ampas tebu, tempurung, tongkol jagung, dan tulang. Pada umumnya
pengarangan dilakukan pada suhu 300-500 °C. Suhu pengarangan pada ruangan tanpa
udara dilakukan pada suhu 600-700 °C. Pada proses pengarangan akan terjadi
penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya terjadi peristiwa
eksotermis yang merupakan tahap permulaan proses pengarangan. Pengarangan
dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan arang yang bermutu baik
adalah arang yang mengandung kadar karbon tinggi.
c. Arang Aktif (Aktivated Carbon)
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap
zat warna. Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat
organik lainnya yang terdiri dari fixed carbon,abu,air, persenyawaan yang
mengandung nitrogen dan sulfur. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
50
pengaktif adalah HNO3, H3PO4, sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4)2, NaOH, Na2SO4,
SO2, ZnCl2, Na2CO3, dan uap air pada suhu tinggi.
Unsur-unsur kimia dari persenyawaan yang ditambahkan akan meresap ke
dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen
kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar. Persenyawaan
hidrokarbon yang menutupi pori-pori yang dapat dihilangkan dengan cara oksidasi
menggunakan oksidator lemah sperti CO2 yang disertai dengan air. Dengan cara
tersebut atom karbon tidak mengalami proses oksidasi.
4.3.2 Pemucatan minyak secara kimia
Cara pemucatan ini banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan
pangan (edible fat), karena pemucatan secara kimia lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan adsorben. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan
pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak yang dapat dihindarkan dan zat
warna diubah menjadi zat tidak berwarna, yang tetap tinggal dalam minyak.
Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan
trigliserida, sehingga menurunkan flavor minyak.
Pemucatan dengan bahan kimia pada umumnya dibagi atas dua macam reaksi
pemucatan, yaitu:
a. Pemucatan dengan cara oksidasi
Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan
tetapi asam lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil karena
proses oksidasi dan polimerisasi. Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
pemucat adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin dioksida.
Pemucatan dengan peroksida: konsentrasi larutan peroksida yang digunakan
biasanya 30-40 persen dan jika konsentrasi peroksida lebih tinggi, maka minyak
cendrung akan mengalami kerusakan karena proses oksidasi. Minyak yang
dipucatkan dengan peroksida tidak perlu disaring: peroksida baik digunakan untuk
memucatkan minyak kacang tanah, minyak wijen, rape oil dan minyak ikan.
51
b. Pemucatan dengan dikromat dan asam
Bahan kimia yang digunakan ialah natrium atau kalium dikromat dalam asam
mineral (an-organik). Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan oksigen.
Setelah pereaksi ditambahkan, selanjutnya diaduk. Zat warna akan
mengendap setelah pengadukan dihentikan. Pada umumnya warna ungu dalam
minyak tidak dapat hilang, sehingga cara pemucatan dikromat banyak digunakan
terhadap minyak untuk tujuan pembuatan sabun. Tangki pemucat yang terbuat dari
logam harus diberi pelapis anti karat, karena pereaksi tersebut dapat menimbulkan
karat pada logam.
c. Pemucatan dengan pemanasan
Pemanasan minyak dalam ruangan vakum pada suhu relatif tinggi,
mempunyai pengaruh pemucatan. Cara ini kurang efektif terhadap minyak yang
mengandung pigmen klorofil. Sebelum dilakukan pemanasan, sebaiknya minyak
terlebih dahulu dibebaskan dari ion logam terutama ion besi, sabun, (soap stock) dan
hasil-hasil oksidasi seperti peroksida, karena pemanasan terhadap bahan-bahan
tersebut merupakan katalisator dalam proses oksidasi.
d. Pemucatan dengan cara reduksi
Pemucatan dengan cara reduksi kurang efektif karena warna yang hilang
dapat timbul kembali jika minyak tersebut terkena udara. Bahan kimia yang dapat
mereduksi zat warna terdiri dari garam-garam natrium bisulfit atau natrium
hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite. Pemakaian zat pereduksi ini biasanya
dicampur dengan bahan kimia lain dengan perbandingan tertentu. Sebagai contoh
ialah penggunaan campuran larutan natrium bisulfit 1,0 - 1,5 % dan larutan asam
sulfat. Cara pemucatan ini umumnya dilakukan terhadap minyak yang digunakan
untuk pembuatan sabun.
52
4.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Proses Pemucatan
1. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan adsorben
Adanya kehilangan minyak dan daya pemucatannya kurang bagus jika
dibandingkan dengan proses kimia. Kelebihannya tidak ada reaksi samping antara
adsorben dan minyak, karena adsorben hanya bertindak sebagai zat penjerap.
2. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan bahan kimia
Kelemahannya adanya kemungkinan terjadinya reaksi antara bahan kimia dan
trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak. Kelebihan penggunaan bahan
kimia dapat menghindari hilangnya sebagian minyak dan zat warna dapat
dihilangkan mnjadi zat tidak berwarna.
Blok diagram Bleaching
MIXER
HE
BLEACHER FILTER
BLEACHING
EARTH
BPO
BLEACHING
EARTH
cpo
Umpan berupa CPO yang telah melewati tahap pemurnian yaitu
degumming masuk ke dalam mixer static sebanyak 20 %. Didalam mixer static
tersebut ditambah bleaching earth sebagai absorben yang berfungsi menghilangkan
impurities. Kemudian didalam mixer di aduk semapai CPO tersebut bercampur
merata dengan absorben bleaching earth yang telah ditambahkan. Pada alat mixer
tersebut suhu yang digunakan sekitar 40-60o
C. Kemudian umpan sebanyak 80 %
dimasukkan ke dalam Heat Exchanger agar suhu dari CPO tersebut meningkat
menjadi 90-130o
C. Kemudian hasil dari alat mixer dan HE dilanjutkan ke dalam alat
bleacher. Dalam alat ini suhu berkisar antara 100-130o
C untuk mendapatkan proses
bleaching yang optimum. Kemudian setelah bleacher, CPO dan absorben yang telah
53
bercampur dipisah kan melalui fliter niagra. Temperatur dijaga pada 80 – 120 o
C
untuk proses filtrasi yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran filter
dan bleaching earth terjebak dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth harus
bersih dari filter Niagara setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang
baik. Setelah dipisahkan akan terbentuk akan terbentuk BPO (bleached palm oil).
4.4 Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan
untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip
proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan
atmosfir atau keadaan vakum.
Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang akan digunakan
untuk bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor
yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi
; misalnya lemak susu, lemak babi, lemak coklat, dan minyak olive.
Cara Deodorisasi
Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang
vertikal. Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam
ketel deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250o
C pada
tekanan 1 atmosfer (gauge) dan selanjutnya pada tekanan rendah (lebih kurang 10
mmHg) sambil dialiri dengan uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa
yang dapat menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah
pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang
turun lebih rendah.
Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak
akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak
bersama-sama uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan
mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
54
Gambar 4.5 Alat Deodorisasi
Keterangan :
1. Ketel deodorisasi
2. Tedeng (sekat)
3. Katup pengeluaran udara dari
dalam minyak
4. Corong pengeluaran minyak
5. Pipa penghubung antara ruang
kosong di atas permukaan minyak
dengan ad. 3
6. Pipa uap ke kondensor
7. Corong pemasukan uap ke dalam
kondensor
8. Pipa pemasukan air dingin dari
bagian atas kondensor
9. Pipa pengeluaran air kondensasi
10. Ujung pipa kondenser yang
terendam air
11. Pipa penghubung ke pompa
vakum
Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus cepat didinginkan dengan
mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun menjadi
lebih kurang 84o
C dan selanjutnya ketel dibuka dan minyak dikeluarkan dari ketel.
Asam lemak bebas dapat menguap, peroksida akan berkurang dan jumlah
yang tertinggal lebih kurang 0,015 – 0,030 persen. Fraksi tidak tersabunkan yang
terdiri dari klorofil, vitamin E, hidrokarbon (terutama sequalene dan sterol) akan
berkurang sebanyak kira-kira 60 persen dari jumlah fraksi tidak tersabunkan.
55
Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebabkan
oleh proses oksidasi, hidrolisa, mikroba, dan ion logam seperti Cu, Mg, Zn yang
merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak. Logam tersebut dapat
membentuk persenyawaan kompleks dengan hasil oksidasi asam lemak dan berubah
menjadi radikal bebas
Dengan menambahkan metal inactivator seperti asam sitrat, asam tartarat dan
asam fosfat, maka akan terbentuk kompleks dengan ion logam, sehingga logam tidak
dapat aktif dalam proses pembentukan radikal bebas.
Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak
banyak mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara
penanganan dan kemasan yang dipakai.
Block diagram Deodorisasi
HE DEODORIZER
KOLOM
VACUUM
RBDPO
BPO
BPO dari tahap Bleaching dimasukkan ke dalam heat exchanger dengan suhu
awal 80-120 o
C menjadi 210-250o
C. Setelah itu masuk ke dalam deodorizer,
dilakukan dengan status tinggi. Setelah itu di masukkan kedalam kolom vakum pad
suhu 240-280o
C dengan tekanan dibawah 10 torr, Panas bleaching minyak terjadi
pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen karotenoid. Penggunaan steam
langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu FFA, aldehida dan keton yang
tidak diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang lebih rendah dari fatty acid
yang teruapkan naik ke kolom dan tertarik keluar oleh sistem yang vakum. Lalu
dihasilkan minyak nabti yang telah hilang rasa dan baunya.
Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak
banyak mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara
penanganan dan kemasan yang dipakai.
56
a. Pengaruh Deodorisasi Terhadap Komposisi Minyak dan Lemak
Jika minyak mengandung asam lemak bebas, maka setelah dproses deodorisasi
jumlah asam lemak bebas tersebut sekitar 0,015-0,03 persen. Pada batas nilai ini,
kecepatan hidrolisa dari minyak sama dengan kecepatan penguapan asam lemak pada
waktu dialiri uap. Bila komponen yang tidak tersabunkan dari minyak atau lemak
nabati telah terpisah sebelumnya, maka setelah proses deodorisasi kandungan dari
sterol, klorofil dan vitamin E akan berkurang dalam jumlah kecil. Pada proses
deodorisasi, hidrokarbon dan zat warna terutama karotenoid dapat terpisah dalam
jumlah besar. Peroksida dan peroksidan yang terdapat pada minyak akan turut
terpisah, sehingga menambah daya tahan minyak dan lemak terhadap proses oksidasi.
Minyak yang telah mengalami deodorisasi tidak lagi mengandung senyawa
polimer atau masih terdapat dalam jumlah yang tidak berarti. Selama proses
deodorisasi, komponen monogliserida dan digliserida yang terdapat pada minyak
akan diubah menjadi trigliserida.
b. Deodorisasi Secara Fisika Dalam Industri
Gambar 4.6 Deodorisasi Secara Fisika Dalam Industri
57
Degumming CPO sebagai umpan untuk proses bleaching menuju bleacher.
Dalam bleacher, ada 20 % slurry dan 80 % CPO yang didegumming dicampur
bersama dan proses bleaching terjadi. Proses bleaching termasuk penambahan
bleaching earth untuk menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan
(semua pigment, trace metals, produk oksidasi) dari CPO dan akan memperbaiki rasa
aslinya, bau akhir, dan kestabilan oksidasi produk. Hal ini juga membantu mengatasi
masalah proses berikutnya dengan adsorpsi trace sabun, pro-oxidant metal ion,
dekomposisi peroxide, pengurangan warna, dan adsorb impurities minor. Temperatur
dalam bleacher harus sekitar 100-130 o
C untuk mendapatkan proses bleaching
optimum untuk periode bleaching 30 menit. Steam dengan tekanan rendah
dimasukkan dalam bleacher untuk menggerakkan slurry berkonsentrasi untuk kodisi
bleaching yang lebih baik.
Slurry mengandung minyak dan bleaching earth kemudian melalui filter
Niagara agar bersih, bebas dari partikel bleaching earth. Temperatur dijaga pada 80 –
120 o
C untuk proses filtrasi yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran
filter dan bleaching earth terjebak dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth
harus bersih dari filter Niagara setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi
yang baik. Bleached palm oil (BPO) dari filter Niagara dipompa menuju tank buffer
yang sebagai storage sementara sebelum proses lebih lanjut.
Pada umumnya, dicheck pada filter kedua, perangkap filter yang digunakan
dengan filter Niagara untuk menjamin bahwa tidak ada bleaching earth lolos terjadi.
Adanya bleaching earth mencemari deodorizer, mengurangi stabilitas oksidasi dari
produk minyak dan berlaku sebagai katalis untuk aktifitas dimerizaition dan
polimerisasi. Karena itu, beberapa koreksi dapat diambil secepatnya.
BPO keluar dari filter dan melalui rangkaian sistem pengembalian panas (heat
recovery system), Schmidt plate heat exchanger dan spiral (termal minyak: 250-305
o
C) heat exchanger memanaskan BPO dari 80 – 120 o
C sampai 210 – 250 o
C. BPO
panas dari spiral heat exchanger kemudian diproses ke tahap selanjutnya dimana FFA
58
dan warna dikurangi dan lebih penting, menghilangkan bau menghasilkan produk
yang stabil dan bau yang berkurang.
Dalam kolom pre-stripping dan deodorizing, proses deacidification dan
deorization terjadi secara bersamaan. Deodorisasi pada temperature tinggi, vakum
yang tinggi, dan proses destilasi vakum. Operasi deodorizer dengan alat: 1. Dearasi
minyak, 2. Memanaskan minyak, 3. Steam strips minyak, 4. Mendinginkan minyak
sebelum meninggalkan sistem. Semua material adalah stainless steel.
Pada kolom, minyak umumnya dipanaskan kira-kira 240 – 280 o
C di bawah
vakum. Vakum kurang dari 10 torr biasanya dijaga oleh ejector dan booster. Panas
bleaching minyak terjadi pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen
karotenoid. Penggunaan steam langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu
FFA, aldehida dan keton yang tidak diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang
lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan naik ke kolom dan tertarik keluar oleh
sistem yang vakum. Uap fatty acid meninggalkan deodorizer didinginkan dan
dikumpulkan dalam kondensor fatty acid sebagai fatty acid. Fatty acid kemudian
didinginkan dalam fatty acid cooler dan dikeluarkan menuju storage tank fatty acid
dengan temperature sekitar 60 – 80 o
C sebagai destilat asam lemak kelapa sawit
(palm fatty acid distillate/ PFAD), by produk dari proses refinery.
Produk bawah (bottom product) dari pre-stripper dan deodorizer adalah
refined, bleached, deodorized palm oil (RBDPO). RBDPO panas (250-280 o
C)
dipompa melalui Schimidt Heat Exchanger untuk memindahkan panasnya ke BPO
yang masuk dengan temperature rendah. Lalu, melalui perangkap filter lainnya untuk
mendapat minyak akhir (120 – 140 o
C) untuk mencegah earth trace dari reaching
tangki produk. Setelah itu, RBDPO melalui RBDPO cooler dan plate heat exchanger
untuk memindahkan panas ke umpan CPO. RBDPO dipompa ke storage dengan
temperatur 50 – 80 o
C. (Galz-dari Refinery of Palm Oil)
59
4.5 Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan cara
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak, sehingga membuat minyak
tersebut menjadi tahan lama.
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai
karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan
menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator
Mekanisme proses Hidrogenasi :
H2
R – CH = CH – CH2 – COOHR R - CH2 – CH2 – CH2 – COOH
Asam lemak tidak jenuh Ni asam lemak jenuh
Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak
dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikatn titik cair. Juga dengan
hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan
terhadap proses oksidasi.
Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang
mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Nikel
merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada katalis
yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis
dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al
dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.
Hidrogenasi suatu lemak bersifat selektif, yaitu lemak dengan derajat ketidakjenuhan
lebih tinggi akan lebih mudah terhidrogenasi.
Pemanasan akan mempercepat jalannya reaksi hidrogenasi. Pada temperature
sekitar 400o
F (2050
C) dicapai kecepatan reaksi yang maksimum. Penambahan
tekanan dan kemurniaan gas hidrogen yang dipergunakan akan menaikkan kecepatan
60
reaksi proses hidrogenasi. Dalam proses hidrogenasi tersebut karbon monoksida dan
sulfur merupakan katalisator beracun yang sangat berbahaya.
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon
asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak
yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan. Minyak-minyak
nabati sering memiliki kandungan lemak (minyak) tak jenuh tunggal (mono-
unsaturated) dan tak jenuh majemuk (polyunsaturated) yang tinggi, olehnya itu
minyak-minyak nabati berwujud cair pada suhu kamar. Kandungan lemak dan
minyak yang tinggi ini membuat minyak-minyak nabati mudah tersebar tidak
beraturan pada bahan makanan seperti roti, dan tidak cocok digunakan untuk
pemanggangan kue (baking powder).
4.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Hidrogenasi
Proses hidrogenasi mengubah asam lemak linolenat menjadi asam linoneat,
serta asam linoleat diubah menjadi asam oleat. Sebelum asam oleat tesebut diubah
menjadi asam stearat, asam oleat cenderung akan membentuk asam isooleat, tetapi
pada kondisi hidrogenasi yang sesuai, terbentuknya asam isooleat dapat dihindarkan.
Kecepatan reaksi tergantung pada sifat alamiah substansi yang dihidrogenasi, sifat
dan konsentrasi katalis, konsentrasi hidrogen, suhu, tekanan, dan frekuensi
pengadukan.
Pada pembuatan mentega putih, kondisi dipilih sedemikian rupa sehingga
akan menghasilkan asam stearat dengan jumlah maksimum dan asam isooleat
berjumlah minimum.
4.5.2 Katalisator Yang Digunakan Pada Proses Hidrogenasi
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi
daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel
lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung
sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter alam proses hidrogenasi
minyak.
61
4.6 Interesterifikasi
Interesterifikasi merupakan salah satu proses modifikasi untuk mengubah
karakteristik fisiko kimiawi lemak dan minyak. Proses modifikasi lainnya adalah
blending, fraksinasi, dan hidrogenasi. Reaksi Interesterifikasi pada lemak dan minyak
akan menyebabkan pertukaran antara satu asam lemak dengan asam lemak yang lain
didalam molekul trigliserida atau antara trigliserida yang dapat mengubah sifat kimia
dan fisika pada lemak.
Ester asam lemak dalam bentuk trigliserida sering dilakukan reaksi
interesterifikasi antara 2 lemak yang padat dengan minyak yang cair untuk mengubah
posisi asam lemak tersebut yang teresterkan pada gugus hidroksil dari C1,2,3 gliserol,
sehingga dengan demikian kandungan padatan minyak / lemak tersebut yang terukur
secara pulsa NMR akan menurun. Hal ini dapat terjadi karena asam lemak tidak jenuh
yang tadinya berada pada posisi C2 serta diapit oleh asam lemak jenuh pada posisi
C1,3 dan berbentuk padat akan menjadi lebih cair apabila pada posisi C1 atau C3
berupa asam lemak tidak jenuh. Hal ini telah dibuktikan untuk mempertukarkan
posisi Eikosapentanoat dari posisi C1 atau C3 ke posisi C2 atau sebaliknya.
Oleh karena itu trigliserida melalui reaksi transesterifikasi dengan gliserol
diubah menjadi monogliserida dan digliserida dengan bantuan katalis seperti natrium
metoksida dan basa Lewis lainnya. Hanya saja proses ini menghasilkan campuran
yang terdiri atas 40 - 80% monogliserida, 30 - 40% digliserida, 5 - 10% trigliserida,
0,2 - 9% asam lemak bebas dan 4 - 8% gliserol. Untuk mendapatkan monogliserida
yang murni yang akan digunakan dalam bahan makan, farmasi dan kosmetik maka
harus dilakukan destilasi molekuler. Dalam hubungan untuk meningkatkan perolehan
hasil monogliserida maka dilakukan reaksi bertingkat secara transesterifikasidengan
gliserol yang kemudian diikuti dengan reaksi interesterifikasi dengan metilester asam
lemak, sehingga monogliserida yang diperoleh dapat mencapai 60 - 70%.
Interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugusan antara dua
buah ester dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis. Katalis yang
sering digunakan untuk reaksi ini adalah logam natrium atau kalium dalam bentuk
62
metoksilat atau etoksilat. Dalam reaksi ini ion logam natrium atau kalium akan
menyebabkan terbentuknya ion enolat yang selanjutnya diikuti dengan pertukaran
gugus alkil.
Interesterifikasi pada hakikatnya merupakan proses perbaikan kualitas dari
produksi minyak nabati yang mana memiliki tujuan untuk mengubah titik cair lemak
dengan menggunakan prinsip jika lemak dipanaskan dengan adanya suatu katalisator
(biasanya Natrium Ethoxida atau Natrium Methoxida) sampai temperatur 110 –
1600C, maka gugusan asam lemak dapat berubah posisi. Dengan interesterifkasi ini
,maka asam lemak jenuhnya dapat diubah menjadi asam lemak tak jenuh.
Reaksi interesterifikasi dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan reaktor
packed bed.
Gambar 4.7 Sistem Reaktor Untuk Reaksi Interesterifikasi Menggunakan Reaktor
Packed Bed
4.7 Winterisasi
Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair
tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat tidak
dapat larut dalam trigliserida cair. Winterisasi merupakan bentuk dari fraksinasi atau
pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Hal ini termasuk pemindahan
jumlah kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat dimakan dengan
filtrasi untuk mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu pendinginan. Minyak
didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6o
C selama 24 jam. Pendinginan
63
dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan selama 6-8 jam. Kemudian
minyak disaring sehingga akan menghasilkan 75-80% minyak dan produk stearine
yang akan digunukan untuk shortening pada industri.
4.7.1 Tujuan Proses Winterisasi
Proses Winterisasi ini dilakukan dengan tujuan supaya pada saat minyak
disimpan pada suhu rendah tidak mengalami pembekuan.
4.7.2 Prinsip dari Proses Winterisasi
Winterisasi merupakan pemisahan thermomechanical proses dimana komponen
trigliserida dari lemak dan minyak dikristalkan dari bentuk cairnya.
Kristalisasi terbagi dalam 2 tahap:
a. Nucleation
Berdasarkan komposisi trigliserida pada minyak yang ingin diwinterisasi
b. Crystal growth
Berdasarkan temperature kristalisasi, waktu, dan mechanichal power
input/agitation
4.7.3 Produk Winterisasi
Setelah menjalani proses winterisasi, produk yang diperoleh adalah bentuk
lemak baru yang terdiri dari triglisserida yang komposisinya lebih seragam daripada
campuran yang diperoleh dengan jalan mencampur lemak asalnya.
Proses tersebut memerlukan lemak netral anhidrat dengan kandungan perosida
minimum. Esterifikasi tidak mempengaruhi nilai nutrisi zat penyusunnya. Setelah
mengalami proses winterisasi, diharapkan produk:
1. Tahan terhadap suhu rendah dalam jangka waktu yang lama
2. Kandungan asam lemak jenuhnya berkurang
64
BAB V
KESIMPULAN
1. Klasifikasi Lemak dan Minyak
a) Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap)
Asam lemak jenuh
Asam lemak tak jenuh
b) Berdasarkan sifat mengering
Minyak tidak mengering (non-dryng oil)
Minyak setengah mengering (semi-drying oil)
Minyak mengering (drying-oil)
c) Berdasarkan sumbernya
Minyak Nabati
Minyak Hewani
d) Berdasarkan kegunaannya
Minyak mineral (minyak bumi)
Minyak nabati/hewani
Minyak atsiri (essential oil)
2. Proses ekstraksi terdiri dari mechanical expression, solvent ekstraction, dan
rendering.
3. Proses pemurnian terdiri dari proses de-gumming, netralisasi, bleaching dan
deodorisasi.
4. Proses Pengawetan adalah proses hidrogenasi,winterisasi, dan interesterifikasi
65
DAFTAR PUSTAKA
Bailey’s, Alton E.,1951.Industrial Oil and Fat Product. 4th edition. Intersince
Publisher. New York.
F.G. Winarno.1991.Kimia Pangan dan Gizi. P.T Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Galuh. 2009. Proses Pemurnian Minyak Nabati secara Fisika dalam Industri.
http://politeknik citrawidyaedukasi.wordpress.com/2010/01/18/proses-pemurnian-
minyak-nabati-secara-fisika-dalam-industri/, diakses pada 24 April 2013.
Galuh. 2009. Pure Plant Oil, pemurnian secara kimia. http://sekotheng.wordpress.com
/2009/08/10/pure-plant-oil-pemurnian-secara-kimia/, diakses pada 24 april 2013
Ketaren. 1986.Minyak dan Lemak Pangan.UI-Press. Jakarta.
Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden, “ Organic Chemistry,” Third Edition,
University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002,
Massachuset, USA.

More Related Content

What's hot

30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1Fransiska Puteri
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaRidha Faturachmi
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidratpure chems
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairIffa M.Nisa
 
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri docLaporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri docaufia w
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri Afif Randika
 
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutanContoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutanDokter Tekno
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatYasherly Amrina
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanawd_amaliah
 

What's hot (20)

Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
Distilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasiDistilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasi
 
Surfaktan
SurfaktanSurfaktan
Surfaktan
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Ekstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cairEkstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cair
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
 
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri docLaporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri
 
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutanContoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
 
Destilasi Vakum
Destilasi VakumDestilasi Vakum
Destilasi Vakum
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
 

Similar to MINYAK NABATI PROSES

Similar to MINYAK NABATI PROSES (20)

Distribusi lipid.pptx
Distribusi lipid.pptxDistribusi lipid.pptx
Distribusi lipid.pptx
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
 
Minyak kedelai
Minyak kedelaiMinyak kedelai
Minyak kedelai
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
farmakognosi LIPID
farmakognosi LIPIDfarmakognosi LIPID
farmakognosi LIPID
 
Minyak goreng
Minyak gorengMinyak goreng
Minyak goreng
 
Lemak dan minyak
Lemak dan minyakLemak dan minyak
Lemak dan minyak
 
Laporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemakLaporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemak
 
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx
 
Lemak dan-minyak
Lemak dan-minyakLemak dan-minyak
Lemak dan-minyak
 
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
 
Kim (2) LEMAK
Kim (2) LEMAKKim (2) LEMAK
Kim (2) LEMAK
 
Analisis-Lemak-Minyak1.pptx
Analisis-Lemak-Minyak1.pptxAnalisis-Lemak-Minyak1.pptx
Analisis-Lemak-Minyak1.pptx
 
LIPID.pptx
LIPID.pptxLIPID.pptx
LIPID.pptx
 
Minyak & lemak
Minyak & lemakMinyak & lemak
Minyak & lemak
 
biogas
biogasbiogas
biogas
 
Lemak final
Lemak finalLemak final
Lemak final
 

MINYAK NABATI PROSES

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang berbentuk cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sumbernya, minyak dibagi menjadi dua macam, yaitu minyak bumi (mineral oils atau petroleum) dan minyak dari mahluk hidup (lipida atau lipids). Adapun minyak dari mahluk hidup terbagi lagi menjadi minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (animal oils). Minyak hewani lebih popular disebut dengan istilah lemak (fats) karena pada umumnya berbentuk padat pada suhu ruangan. Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai, bunga matahari, dll. Pada proses pembuatan minyak nabati, untuk memperbaiki kualitas pada minyak kasar dilakukan beberapa treatment yaitu : Rafinasi, Fraksinasi, dan Interesterifikasi. Untuk menghasilkan minyak kasar tersebut dilakukan 2 cara yaitu press dan ekstrasi. Hasil minyak kasar (crude oil) harus diolah lagi untuk mendapatkan kualitas minyak yang lebih baik. Tujuan dari Rafinasi adalah untuk menghilangkan kotoran dan bau yang tidak enak. Macam-macam proses Rafinasi adalah Degumming, Netralisasi, Bleaching, Deodorisasi. Minyak nabati merupakan bahan yang sangat dibutuhkan saat ini. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, diperlukan peningkatan produksi agar dapat terimbangi. Akan tetapi, tidak semua orang memahami proses pengolahan hingga dihasilkan minyak nabati yang berkualitas. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai proses kilang minyak nabati.
  • 2. 2 BAB II SUMBER DAN KONSTITUEN PENYUSUN MINYAK DAN LEMAK SERTA KETERDAPATANNYA DALAM BAHAN BAKU 2.1 Sumber Minyak Dan Lemak Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu : 1. Bersumber dari tanaman a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen, kedelai, dan bunga matahari. b. Kulit buah tanaman tahunan: minyak zaitun dan kelapa sawit. c. Biji-bijian dari tanaman harian: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu, cohune dan lain sebagainya. 2. Bersumber dari hewani a. Susu hewani peliharaan: lemak susu. b. Daging hewan peliharaan: lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil dari oleo stock, lemak babi dan mutton tallow. c. Hasil laut: minyak ikan sarden serta minyak ikan paus. Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya. Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut minyak jika berbentuk padat pada suhu kamar. Sifat fisiko-kimia biasanya berada dalam suatu kisaran nilai, karena perbedaannya cukup kecil, nilai tersebut dinamakan konstanta. Konstanta fisik yang dianggap cukup penting adalah berat jenis, indeks bias dan titik cair, sedangkan konstanta kimia yang penting adalah bilangan iod, bilangan penyabunan, bilangan Reichert Meisce, bilangan Polenske, bilangan asam dan residu fraksi tak tersabunkan.
  • 3. 3 2.2 Komposisi Minyak Minyak / Lemak yang berasal dari nabati ( tumbuh-tumbuhan ) selain mengandung minyak / lemak sebagai komponen utama, juga mengandung senyawa- senyawa lain bukan minyak seperti: gum, resin, lendir, asam-sasam lemak bebas (FFA), fosfatida, protein, dan senyawa-senyawa sterol yang disebut Fitosterol (suatu jenis senyawa sterol yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, namun berbeda dengan Cholesterol). Minyak Kelapa mengandung pula Vitamin E (tocopherol), sedang minyak kelapa sawit mengandung tocopherol dan ß-carotene yang berwarna merah. Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisiko-kimia tiap jenis minyak berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan. Perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah: 1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol. 2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari pada lemak nabati. 3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meisce lebih besar serta bilangan polenske lebih kecil dari pada minyak nabati. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek (lesithin, cephalin, fosfatida dan glikolipid); sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak; asam lemak bebas; lilin; pigmen yang larut dalam lemak dan hidrokarbon. Semua komponen tersebut akan mempengaruhi warna dan flavor produk, serta berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang berasal dari biji- bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida, yaitu lesithin dan cephalin. Dalam minyak jagung dan kedelai, jumlah fosfatida sekitar 2 – 3 %, dan dalam proses pemurniannya, senyawa ini dapat dipisahkan. Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi
  • 4. 4 lipida. Fraksi lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax), fosfolipida, sterol, hidrokarbon dan pigmen. Fraksi lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persenyawaan lain yang terdapat dalam bahan pangan dengan ekstraksi menggunakan pelarut seperti petroleum eter, etil, ester, kloroform atau benzena. Fraksi yang larut disebut “fraksi yang larut dalam eter” atau lemak kasar (Ketaren, 1986). Untuk membedakan komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH. Minyak/ lemak pangan, malam dan fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH sedangkan sterol, hidrokarbon dan pigmen adalah fraksi yang tidak tersabunkan. 2.3 Klasifikasi Lemak Dan Minyak Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan, yaitu: 2.3.1 Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap) : Asam lemak jenuh Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Tabel 2.1 Contoh-Contoh Dari Asam Lemak Jenuh, Antara Lain: Asam lemak tak jenuh Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap tidak lazim, terutama terdapat pada minyak nabati, minyak ini disebut poliunsaturat.
  • 5. 5 Tabel 2.2 Contoh-Contoh Dari Asam Lemak Tak Jenuh, Antara Lain: 2.3.2 Berdasarkan sifat mengering Minyak tidak mengering (no-dryng oil) Cara mengetahui minyak tersebut merupakan minyak tidak mengering adalah dengan melihat jumlah ikatan rangkapnya. Bila minyak tersebut mempunyai banyak ikatan rangkap (tidak jenuh), maka minyak tersebut dikatakan minyak tidak mengering. Ikatan rangkap akan teroksidasi oleh O2 membentuk hidroperoksida, dimana hidroperoksida akan membentuk seperti lemak (film tipis). Minyak yang memiliki bilangan iod dibawah 100 merupakan minyak tidak mengering. Minyak setengah mengering (semi-drying oil), yaitu minyak yang mempunyai daya mengering lebih lambat. Minyak setengah mengering memiliki asam lemak jenuh yang sama banyak dengan asam lemak tidak jenuhnya. Minyak yang memiliki bilangan iod antara 100-130 merupakan minyak setengah mengering. Minyak mengering (drying-oil) Minyak yang termasuk minyak mengering adalah minyak yang memiliki sedikit ikatan rangkapnya (jenuh). Minyak yang memiliki bilangan iod diatas 130 merupakan minyak mengering.
  • 6. 6 Tabel 2.3 Pengklasifiksian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Sifat Mengering Sifat Keterangan Minyak Tidak Mengering (non drying oil) - Tipe minyak zaitun, contoh: minyak zaitun, minyak buah persik, minyak kacang tanah - Tipe minyak rape, contoh: minyak biji rape, minyak mustard - Tipe minyak hewani, contoh: minyak sapi Minyak Setengah Mengering - Minyak yang mempunyai daya mengering yang lebih lambat, contoh: minyak biji kapas, minyak bunga matahari, minyak jagung, minyak gandum, kapok, croton, dan urgen Minyak Mengering (drying oil) - contoh: minyak kacang kedelai, minyak biji karet, safflower, argemone, hemp, walnut, biji poppy, biji karet, perilla, tung, linseed, dan candle nut. 2.3.3 Berdasarkan sumbernya Tabel 2.4. Pengklasifikasian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Sumbernya.
  • 7. 7 2.3.4 Berdasarkan kegunaannya Tabel 2.5 Pengklasifikasian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Kegunaanya. 2.4 Karakteristik minyak nabati 2.4.1 Sifat fisik 1. Warna a. Warna alamiah b. Warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat dalam minyak. 2. Bau Lemak atau bahan pangan berlemak, dapat menghasilkan bau tidak enak yang mirip dengan bau ikan yang sudah basi, yang disebabkan oleh interaksi trimetilamineoksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh. 3. Kelarutan Kelarutan diengaruhi oleh nilai polaritas dari masing-masing minyak nabati. 4. Titik cair 5. Titik didih Titik didih dari asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambahnya rantai karbon asam lemak tersebut. 6. Titik lunak Ditentukan dengan penggunaan tabung kapiler yang diisi dengan minyak.
  • 8. 8 7. Sliping point 8. Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan suatu silinder kuningan yang kecil, yang diisi dengan leak padat, kemudian disimpan dalam bak yang tertutup dan dihubungkan dengan termometer. 9. Sort melting point Yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak. 10. Bobot jenis Bobot jenis ditentukan oleh temperatur kamar (25O C) 11. Indeks bias Adalah derajar penyimpangan yang dilewatkan pada suatu medium yang cerah. Ini digunakan untuk pengujian kemurniaan minyak. 12. Titik asap, titik nyala, titik api. Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap pada pemanasan, titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus 13. Titik kekeruhan Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau lemak dengan pelarut lemak. 2.4.2 Sifat kimia 1. Hidrolisa Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan berubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hal ini dapat merusak minyak karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak yang mengakibatkan ketengikan.
  • 9. 9 Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa Minyak Atau Lemak 2. Oksidasi Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak, hal ini akan menyebabkan bau tengik pada lemak atau minyak. 3. Esterifikasi Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft. Gambar 2.2 Reaksi Esterefikasi
  • 10. 10 4. penyabunan Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gambar 2.3 Reaksi Penyabunan 5. Pembuatan keton Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester. Gambar 2.4 Keton
  • 11. 11 2.5 Berbagai Jenis Minyak Yang Bersumber Dari Bahan Nabati, Karakteristik, Dan Klasifikasinya a. Minyak Wijen Klasifikasi Minyak wijen merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak wijen mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak wijen merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia) dan mintak atsiri. Komposisi Kimia Tabel 2.6 Komposisi Asam Lemak Minyak Wijen Asam lemak Humus Persen Asam lemak jenuh Palmitat Stearat Atachidat Asam lemak tidak jenuh Oleat Linoleat Linolenat C16H32O2 C18H36O2 C20H40O2 C18H34O2 C18H32O2 C18H30O2 9,1 4,3 0,8 45,4 40,4 Sumber : Hilditch (1947)
  • 12. 12 Tabel 2.7 Sifat Fisika-Kimia Minyak Wijen Karakteristik Syarat Berat jenis pada 25 0 C Indeks bias pada 25 0 C Bilangan Iod Bilangan Penyabunan Bilangan Reichert-Meissl Bilangan Hehnet Campuran asam-asam lemak Bilangan iod Titik beku Titik cair 0,916 – 0,921 1,4763 103 – 112 188 – 193 1,2 95,6 – 95,9 109 – 122 21 – 24 0 C 21 -31,5 0 C Sumber : Hildicth (1947) Standar Mutu Minyak wijen berwarna kuning, tidak berbau dan mempunyai rasa gurih. Minyak kasarnya bermutu tinggi dan dapat digunakan sebagai minyak salad dengan atau tanpa proses winterisasi. Untuk mendeteksi minyak wijen digunakan uji berikut : 1. Uji villavecchia dan fabris menggunakan larutan alkohol (furfural) 2. Uji Boudouin Kedua uji tersebut akan positif karena adanya fraksi tidak tersabunkan dalam minyak wijen, yaitu suatu zat (sesamin dan sesameoline) yang tidak ditemukan dalam lemak-lemak lain. Karena adanya senyawa tersebut, maka minyak wijen dapat segera dideteksi walaupun telah mengalami proses hidrogenasi.
  • 13. 13 Daya Guna Biji wijen digunakan untuk manisan atau campuran kembang gula yang dibuat dari gula anggur. Biji wijen merupakan makanan penting, karena mempunyai niali gizi yang tinggi dan di Afrika digunakan sebagai pencampur dalam bubur dan sup. Minyak wijen digunakan untuk obat-obatan yaitu dalam pembuatan obat gosok amonia, karena sifat minyak wijen yang tidak dapat memisah sehingga baik digunakan untuk campuran obat gosok dengan kekentalan yang baik. Wijen juga mengandung vitamin B, dan vitamin C yang berfungsi sebagai zat pelindung dalam tubuh manusia. b. Minyak Jagung Klasifikasi Minyak jagung merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak jagung mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak jagung merupakan minyak nabati setengah mengering (semi drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak jagung merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia). Komposisi Kimia Tabel 2.8 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Jagung
  • 14. 14 Tabel 2.9 Komposisi Minyak jagung Komponen Jumlah (%) Total gliserida 98,6 Bahan tidak tersabunkan : Total 1,26-1,63 sitosterol 0,92-1,08 Asam lemak (persen dari total asam) : Asam lemak jenuh 13 Palmitat 10 Stearat Asam lemak tidak jenuh 86 linoleat Oleat 30 Sifat Fisika Kimia Tabel 2.10 Sifat Fisika Kimia Minyak Jagung Tabel Sifat Fisika Kimia Minyak jagung Karakteristik Nilai Bilangan asam Flavor Cold test Bilangan penyabunan Bilangan Iodium Bilangan Hehner Titik cair (o F) Titik nyala (o F) Titik bakar (o F) Bobot jenis pada suhu kamar Pounds per gallon 0,004-0,100 Lembut Bersih 189-191 125-128 93-96 4-12
  • 15. 15 Daya Guna Minyak jagung merupakan minyak yang memiliki komposisi asam lemak tak jenuh yang sangat tinggi. Dalam produk farmasi, minyak jagung digunakan untuk sediaan injeksi. Selain itu, juga digunakan sebagai suplemen makanan berkalori tinggi. Minyak jagung kaya akan kalori, sekitar 250 kalori per ons. Minyak jagung merupakan minyak goreng yang stabil (tahan terhdap ketengikan). Karena adanya tokoferol yang larut dalam minyak. Dengan proses winterisasi, minyak jagung dapat diolah menjadi minyak salad dan sebagai hasil sampingannya adalah mentega putih (shortening). Minyak salad yang ditambah garam dan flavoring agent berupa rempah- rempah akan menghasilkan mayonnaise. Asam Oleat Asam Oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak dikandung dalam Minyak jagung. Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam Minyak jagung (55-80%), asam lemak ini juga terkandung dalam CNO, CPKO, miyak jarak serta minyak biji anggur. Rumus kimia: CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH. Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Oleat adalah sebagai berikut : a. Sifat Fisika : - berat molekul : 280,45 (kg/mol) - titik leleh : 16,3 0 C - titik didih : 285 0 C - indeks bias : 1,4565 - spesifik gravity : 0,917-0,919 (25 0 C) - densitas : 0,8910 gr/ml - tidak larut dalam air - mudah terhidrogenasi - merupakan asam lemak tak jenuh - memiliki aroma yang khas
  • 16. 16 b. Sifat Kimia : - Larut dalam pelarut organik seperti alkohol - bersifat hidrolisis - tidak stabil pada suhu kamar - Asam lemak bebas 2,5-2,4 % (Sumber : Perry’s, 1999) Asam Linoleat Asam linoleat (LA) adalah asam lemak tak jenuh omega-6. Secara kimiawi asam linoleat adalah asam yang berantai karbon 18 pada rantai karbon dan 2 cis ikatan rangkap. Ikatan rangkap pertama terdapat pada karbon ke-6 dan omega terakhir. Asam linoleat digunakan untuk membuat sabun, pengemulsi, dan minyak pengering. Reduksi asam lemak menghasilkan linoleyl alkohol. Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Linoleat adalah sebagai berikut : a. Sifat Fisika : - berat molekul : 280.44548(1724) g/mol - titik leleh : -5 °C - titik didih : 229 0 C - tidak larut dalam air - mudah terhidrogenasi - merupakan asam lemak tak jenuh - tidak berwarna b. Sifat Kimia : - Larut dalam pelarut organik - bersifat hidrolisis - tidak stabil pada suhu kamar - Rumus Kimia Asam Linoleat : C18H32O2 (Sumber : Perry’s, 1999)
  • 17. 17 Asam Stearat Asam Stearat atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah diperoleh dari lemak hewani. Wujudnya padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Reduksi asam stearat menghasilkan stearil alkohol. Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Stearat adalah sebagai berikut : a. Sifat Fisika : - berat molekul : 284.478 g/mol - titik leleh : 69.6 °C - titik didih : 291 0C - densitas : 0.847 g/cm3 at 70 °C - mudah terhidrogenasi - merupakan asam lemak tak jenuh b. Sifat Kimia : - Larut dalam pelarut organik - bersifat hidrolisis - Rumus Kimia Asam Stearat : C18H36O2 (Sumber : Perry’s, 1999) Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperature kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa yang manis. Gliserol terdapat secara alami dalam persenyawaaan sebagai gliserida didalam semua jenis minyak dan lemak baik dari tumbuhan maupun hewan, dan gliserol didapatkan dari proses saponifikasi minyak pada pembuatan sabun, atau pemisahan secara langsung dari lemak pada pemroduksian asam lemak. Sejak 1949
  • 18. 18 gliserol juga diproduksi secara sintetis dari propilen. Dan proses secara sintetis tercatat kurang lebih sekitar 50% dari total gliserol di pasaran. Sifat-sifat fisika dan kimia Gliserol adalah sebagai berikut : a. Sifat Fisika : - berat molekul : 92,09 kg/kmol - titik beku : 17,9 0 C - titik didh : 290 0 C - spesifik gravity : 1,260 - densitas : 0.847 g/cm3 70 °C - viskositas : 34 cP - Fasa : Cair ( 30 0 C, 1 atm ) - sempurna dalam air - mudah terhidrogenasi - merupakan asam lemak tak jenuh b. Sifat Kimia : - Larut dalam air - Merupakan senyawa hidroskopis - tidak stabil pada suhu kamar - Rumus Kimia Gliserol : C3H8O3 c. Minyak Kedelai Klasifikasi Minyak kedelai merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak kedelai mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kedelai merupakan minyak nabati mengering (drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak kedelai merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia).
  • 19. 19 Komposisi Tabel 2.11 Komposisi Kimia Minyak Kedelai Asam lemak tidak jenuh (85%) terdiri dari: asain linoleat 15 – 64% asam oleat 11 – 60% asam linolenat 1 – 12% asam arachidonat 1.5% Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari: asam palmitat 7 - 10% asam stcarat 2 – 5% asam arschidat 0.2 – 1% asam laurat 0 – 0.1% Fosfolipida jumlahnya sangat kecil (trace) Lecithin Cephalin Lipositol Sumber : Bailey, A.E. (1950). Sifat fisika kimia Tabel 2.12 Sifat Fisika Kimia Minyak Kedelai Sifat Nilai Bilangan asam 0,3-3,000 Bilangan penyabunan 189-195 Bilangan Iod 117- 141 Bilangan Thiosianoggen 77-85 Bilangan hidroksil 4-8 Bilangan Reichert Meissl 0,2 - 0,7
  • 20. 20 Tabel 2.13 Standar Mutu Minyak Kedelai Sifat Nilai Bilangan asam maksimum 3 Bilangan penyabunan minimum 190 Bilangan Iod 129-143 Bahan yang tak tersabunkan (%) maksimum 1,2 Bahan yang menguap (5b) maksimum 0,2 Indeks bias (20°C) 1,473-1,477 Robot jenis (15,5115,5°C) 0,924-0,928 Sumber Bailey, A.E. (1950). Nilai Gizi Asam lemak esensial dalam minyak dapat mencegah timbulnya athero- sclerosis atau penyumbatan pembuluh darah. Kegunaan Minyak kedelai yang sudah dimurnikan dapat digunakan untuk pembuatan minyak salad, minyak goreng (cooking oil) serta untuk segala keperluan pangan. Lebih dari 50 persen produk pangan dibuat dari minyak kedelai, terutama margarin dan shortening. Hampir 90 persen dari produksi minyak kedelai digunakan di bidang pangan dan dalam bentuk telah dihidrogenasi, karena minyak kedelai mengandung lebih kurang 85 persen asam lemak tidak jenuh. Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik lilin, sabun, varnish, lacquers, cat, semir, insektisida dan desinfektans. d. Minyak Kelapa Sawit Klasifikasi Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan kulit buah tanaman tahunan. Minyak kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kelapa sawit merupakan
  • 21. 21 minyak nabati tidak mengering (non-drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak kelapa sawit merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia). Sifat Fisika-Kimia Tabel 2.14 Nilai Sifat Fisika-kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti sawit Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias D 40 0 C Bilangan Iod Bilangan Penyabunan 0,900 1,4565 – 1,4585 48 – 56 196 - 205 0,900 – 0,913 1,495 – 1,415 14 – 20 244 - 254 Sumber : Krischenbauer (1960). Tabel 2.15 Sifat Minyak Kelapa sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni Titik cair : Awal Akhir Bobot jenis 15 0 C Indeks bias D 40 0 C Bilangan penyabunan Bilangan iod Bilangan Reichert Meissl Bilangan polenske 21 – 24 26 – 29 0,859 – 0,870 36,0 – 37,5 224 – 249 14,5 – 19,0 5,2 – 6,3 9,7 – 10,7 0,8 – 1,2 33 29,4 40,0 46 – 49 196 – 206 46 – 52 - - - -
  • 22. 22 Standar Mutu Tabel 2.16 Standar Mutu SPB dan Ordinary Kandungn SPB Ordinary Asam lemak bebas (%) Kadar air (%) Kotoran (%) Besi p.p.m Tembaga p.p.m Bilangan iod Karotene p.p.m Tokoferol p.p.m 1 – 2 0,1 0,00 2 10 0,5 53 ± 1,5 500 800 3 – 5 0,1 0,01 10 0,5 45 – 56 500 – 700 400– 600
  • 23. 23 e. Minyak Kemiri Klasifikasi Minyak kemiri merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan biji-bijian tanaman palawija. Minyak kemiri mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak kemiri merupakan bahan non pangan dapat digunakan sebagai bahan dasar cat dan pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet kayu. Komposisi Kimia Biji Dan Minyak Kemiri Setiap 100 gram daging biji kemiri mengandung 636 kalori, 19 gram protein, 63 gram lemak, 8 gram karbohidrat, 80 mgram kalsium, 200 mgram fosfor, 2 mgram besi, 0,06 mgram vitamin B, 7 gram air. Asam lemak yang terkandung dalam minyak terdiri dari 55 persen asam palmitat; 6,7 persen stearat; 10,5 persen oleat; 48,5 persen linoleat, dan 28,5 persen linolenat. Tabel 2.17 Karakteristik Minyak Kemiri Karakteristik Nilai Bilangan penyabunan 188 – 202 Bilangan asam 6,3 – 8 Bilangan iod 136 – 167 Bilangan thiocyanogen 97 – 107 Bilangan hidroksil Tidak ada Bilangan Reichert-Meissl 0,1 – 0,8 Bilangan Polenske Tidak ada Indeks bias pada 25o C 1,473 – 1,479 Komponen tidak tersabunkan 0,3 – 1 persen Bobot jenis pada 15o C 0,924 – 0,929 Sumber : Bailey, A.E. (1950).
  • 24. 24 Daya Guna Minyak Dan Buah Kemiri Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun, yang disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaan toxalbumin dapat dihilangkan dengan cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan penambahan bumbu lainnya seperti garam, merica dan terasi. Bila terjadi keracunan karena kemiri, dapat dinetralkan dengan meminum air kelapa. Daging buah kemiri digunakan sebagai bumbu dalam jumlah yang relatif kecil. Minyak kemiri tidak dapat dicerna karena bersifat laksatif dan biasanya digunakan sebagai bahan dasar cat atau pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet kayu. Di Filipina minyak ini sudah lama dikenal dan digunakan untuk melapisi bagian dasar perahu, agar tahan terhadap korosif akibat air laut. Minyak kemiri dapat digunakan sebagai minyak rambut dan di Pulau Jawa sebagai bahan pembatik, dan juga untuk penerangan. Standar Mutu Dan Karakteristik Minyak Kemiri Di Indonesia belum dilakukan penelitian standarisasi minyak kemiri, karena jarang di olah menjadi minyak, sehingga sampai saat ini belum ada standar mutu bagi minyak kemiri Indonesia. f. Minyak Jarak Klasifikasi Minyak jarak merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan biji-bijian dari tanaman tahunan. Minyak jarak mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak jarak dapat digunakan dalam industry cat, varnish, lacquer, pelumnas, tinta cetak, linoleum, oil cloth, dan sebagai bahan baku dalam industry-industri plastic dan nilon. Dalam jumlah kecil minyak jarak dan turunannya juga digunakan untuk pembuatan kosmetik, semir, dan lilin. Biji jarak terdiri dari 75% kernel (daging biji) dan 25% kulit dengan komposisi kimia
  • 25. 25 Komposisi kimia Tabel 2.18 Komposisi Kimia Biji Jarak Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jarak Tabel 2.19 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jarak
  • 26. 26 Nilai Gizi dan Daya Guna Minyak jarak mempunyai sifat sangat beracun di samping kandungan asam lemak esensialnya yang sangat rendah. Hal yang demikian menyebabkan minyak jarak ridak dapat digunakan sebagai minyak makan dan bahan pangan. Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industry cat, varnish, lacquer, pelumnas, tinta cetak, linoleum, oil cloth, dan sebagai bahan baku dalam industry- industri plastic dan nilon. Dalam jumlah kecil minyak jarak dan turunannya juga digunakan untuk pembuatan kosmetik, semir, dan lilin. g. Minyak Kacang Tanah Klasifikasi Minyak kacang tanah merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak kacang tanah mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah merupakan minyak tidak mengering (non drying oil) tipe minyak zaitun. Berdasarkan kegunaannya minyak kacang tanah merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia Komposisi Kimia Tabel 2.20 Komposisi asam lemak minyak kacang tanah
  • 27. 27 Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kacang Tanah Tabel 2.21 Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kacang Tanah Sebelum dan Sesudah Dimurnikan Tabel 2.22 Sifat Kimia Minyak Kacang Tanah
  • 28. 28 h. Minyak Biji Kapas Klasifikasi Minyak biji kapas merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan biji-bijian tanaman palawija. Minyak biji kapas mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak biji kapas merupakan minyak nabati setengah mengering (semi drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak biji kapas merupakan bahan pangan dan non pangan. Komposisi Kimia Tabel 2.23 Komposisi Asam Lemak Biji Kapas Asam Lemak Persentase berat (%) Asam mirsitat 1,4 Asam palmitat 23,4 Asam stearate 1,1 Asam arachidat 1,3 Asam miristoleat 0,1 Asam palmitoleat 2,0 Asam oleat 22,9 Asam linoleat 47,8 Sumber: Krischenbauer (1960) Tabel 2.24 Komposisi Kimia Biji Kapas Komposisi Biji (%) Kernel (%) Kulit (%) Daging (%) Kadar air 9,9 6,9 9,3 7,8 Minyak 19,5 29,6 0,9 7,4 Protein 19,4 30,3 3,8 44,8 Serat kasar 22,6 4,8 46,1 9,9 Abu 4,7 6,9 2,6 5,6
  • 29. 29 Sifat Fisika Minyak Hidrokarbon yang terdapat dalam minyak biji kapas adalah squalene. Minyak biji kapas yang murni mengandung 0,004-0,12 persen squalene, sedangkan menurut Kufmann jumlah total hidrokaarbon sekitar 0,25 persen. Pada suhu kamar minyak biji kapas dapat larut dalam pelarut dalam pada berebagai perbandingan, tetapi tidak larut dalam furfural dan pelarut polar seperti aseton metil asetat. Pembakaran 1 gram minyak kapas menghasilkan 9,500 kalori, sedangkan indeks refraksinya pada suhu 200 C sebesar 1,4724. Nilai titik asap, titik api dan titik nyala minyak biji kapas tergantung dari jumlah kandungan asam lemak bebas. Minyak murni yang mengandung asam lemak bebas sebesar 0,01-0,03 persen mempunyai titik asap, titik nyala dan titik api berturut-turut: 221,1-232,20 C; 323,8-329,40 C dan 357,2-362,70 C, sedangkan pada minyak kasar yang mengandung asam lemak bebas sekitar 1,8 persen mempunyai nilai titik asap, titik nyala dan titik api berturut-turut: 1450 C;293,30 C dan 356,10 C. Sifat Kimia Minyak biji kapas mempunyai bilangan iod dan bilangan penyabunan masing- masing 108 dan 195. Bilangan thiosianogen menurut metode ACCS, sebesar 60-72 dengan nilai rata-ratanya 65. Sedangkan bilangan asetil atau bilangan hidroksil dari minyak murni berkisar 8-14; jumlah gugus hidroksil bebas dipengaruhi oleh jumlah mono atau digliserida dalam minyak. Bilangan Reichert-Meissl menunjukkan banyaknya asam lemak yang mudah menguap dan dapat larut dalam air, sedangakan bilangan Polenske untuk asam lemak yang dapat menguap dan tidak dapat larut dalam air. Untuk minyak biji kapas nilai tersebut masing-masing sebesar 0,4-0,9 dan 0,2-0,7. Nilai Gizi Dan Daya Guna Biji kapas mengandung asam amino dalam jumlah besar yang dibutuhkan tubuh. Asam amino histidin yang dibutuhkan anak-anak, juga ditemukan dalam biji kapas. Dari komposisi ini terlihat bahwa protein yang terdapat dalam biji kapas
  • 30. 30 merupakan protein yang lengkap yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Kegunaan minyak biji kapas antaran lain: sebagai alat penerangan, minyak pelumas, campuran lemak babi (lard), minyak salad, bahan untuk membuat sabun, bahan untuk membuat margarin, dan bahan untuk membuat mentega putih (shortening). Daging biji kapas merupakan sumber protein yang baik untuk ternak perah, domba dan sapi pedaging. Tetapi karena adanya gossypol yang bersifat racun maka jika akan diberikan pada babi dan ayam memerlukan pengawasan tertentu. Di India, daging biji kapas langsung diberikan pada sapi atau sebagai makanan manusia, karena merupakan sumber protein nabati dan dapat digunakan sebagai makanan tambahan. i. Lemak Cokelat Komposisi kimia Tabel 2.25 Komposisi biji coklat afrika barat sebelum difermentasi Bahan persentase Kulit biji Kecambah Keping biji Lemak Air Total abu Nitrogen Total N Protein Anomia Amida Theobromin Kafein Karbohidrat 9,63 0,77 89,60 53,05 3,65 2,63 5,78 2,28 1,50 0,028 0,188 1,71 0,085 14,31
  • 31. 31 Glukosa Pati Pektin Serat Selulosa Pentosa Gum Tannin Asam-asam Asetat Oksalat 0,30 6,10 2,25 2,09 1,92 1,27 0,38 7.54 0,304 0,014 0,29 Sumber: rohan R.A (1963) Tabel 2.26 Komposisi kimia lemak coklat Bahan Persentase Gliserida jenuh Oleopalmitin Oleopalmitostearin Oleodestearin Palmitodeolin Stearodiolein Triolein 2,6 3,7 57,0 22,2 7,4 5,8 1,1 Sumber: rohan T.(1963).
  • 32. 32 Sifat Fisika dan Kimia Tabel 2.27 Sifat fisik dan kimia coklat karakteristik Jumlah Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod Bilangan Reichert-meissl Bilangan polenske Bilangan hidroksil Indeks bias pada suhu Titik cair 1-4 190-198 33-44 1 0,2-0,5 2-7 1,456-1,458 32-350 C Sumber: hilditch,T.P. (1947) Daya guna coklat dan lemak coklat Coklat dapat digunakan untuk pembuatan kembang gula,pencampur susu bubuk coklat dan sebagai sumbar lemak coklat. Lemak coklat dapat dibuat sebagai bahan dasar kembang gula coklat dan obat-obatan. Lemak coklat mengandung asam lemak esensial yaitu asam lioneat 2% dan vitamin E(tokoferol) sebesar 3-13 mg/100 gram bahan. Selain itu lemak coklat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik,antara lain sebagai krim pembersih, krim penyerap dan minyak rambut. j. Minyak Kelapa Klasifikasi Minyak kelapa merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk golongan biji-bijian dari tanaman tahunan. Minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kelapa merupakan minyak nabati tidak mengering (non drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak kelapa merupakan bahan pangan.
  • 33. 33 Komposisi kimia Tabel 2.28. Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa pada Berbagai Tingkat Kematangan. Analisis ( dalam 100 g ) Buah muda Buah setengah tua Buah tua Kalori 68,0 kal. 180,0 kal. 359,0 kal. Protein 1,0 g 4,0 g 3,4 g Lemak 0,9 g 13,09 34,7 g Karbohidrat 14,0 g 10,0 g 14,0 g Kalsium 17,0 mg 8,0 mg 21,0 mg Fosfor 30,0 mg 35,0 mg 21,0 mg Besi 1,0 mg 1,3 mg 2,0 mg Aktivitas vitamin A 0,0 Iu 10,0 Iu 0,0 Iu Thiamin 0,0 mg 0,5 mg 0,1 mg Sumber : Thieme, J.G. (1968). Tabel 2.29. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%) Asam lemak jenuh : Asam kaproat C5H11COOH 0,0 – 0,8 Asam palmitat C15H31COOH 7,5 – 10,5 Asam stearat C17H35COOH 1,0 – 3,0 Asam arachidat C19H39COOH 0,0 – 0,4 Asam lemak tidak Jenuh : Asam palmitoleat C15H29COOH 0,0 – 1,3 Asam oleat C17H33COOH 5,0 – 8,0 Asam linoleat C17H31COOH 1,5 – 2,5 Sumber : Thieme, J.G. (1968).
  • 34. 34 BAB III PROSES PENGOLAHAN MINYAK NABATI Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung lemak atau minyak. Proses pengolahan minyak nabati adalah mengekstrak bahan bakunya. Proses ekstraksi terbagi menjadi beberapa jenis, yakni mechanical expresion, solvent ekstraksi, dan rendering. Jenis-jenis ekstraksi yang digunakan dalam proses pengolahan minyak nabati. Minyak / Lemak Trigliserida Ekstraksi Mechanical Expresion Solvent ekstraksi Rendering Wet rendering dry rendering Sokletasi Maserasi Perkolasi 3.1 Mechanical expresion Mechanical expresion merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini, diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan, dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
  • 35. 35 Dua cara umum dalam pengepresan mekanis,yaitu: a. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing) Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik. Gambar.3.1 Hydraulic Press Gambar.3.2 Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan Pengepresan Bahan yang mengandung minyak perajangan penggilingan Minyak kasar Ampas/bung kil pengepresan Pemasakan/ pemanasan
  • 36. 36 b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing) Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperature 240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2 . Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5 persen. Gambar.3.3 Expeller Pressing Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi. 3.2 Solvent ekstraksi Solvent ekstraksi merupakan jenis ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Solvent ekstraksi terbagi atas: - Sokletasi menggunakan panas - Maserasi dengan cara perendaman - Perkolasi dengan cara melewatkan berulang-ulang Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak.. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam
  • 37. 37 proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline carbon disulfide, karbon tetra klorida, benzene dan n-heksan. Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Adapun prinsip sokletasi ini adalah Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Kondensor Air Keluar Air Keluar Mantel Pemanas Labu Didih Soklet Thimble Gambar 3.4 alat sokletasi Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
  • 38. 38 3.3 Rendering Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak dengan kadar air yang tinggi. Menurut pengerjaannya rendering dibagi manjadi dua cara, yaitu: a. Wet Rendering Wet Rendering adalah proses rendering dengan penambahan air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40-60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi akan ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 500 C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu populer, sedangkan dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40-60 pound selama 4-6 jam. b. Dry Rendering Dyr rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200 F-2300 F (105-1100 C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
  • 39. 39 BAB IV PEMURNIAN Tujuan utama pada proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industry. Pada umumnya minyak untuk bahan pangan dimurnikan melalui proses sebagai berikut : 1. Pemisahan ALB dengan cara netralisasi 2. Dekolorisaasi dengan proses pemucatan 3. Deodorisasi 4. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling) Kotoran yang terdapat dalam minyak terdiri dari 3 golongan, yaitu : Kotoran dalam minyak Kotoran yang terdiri dari biji atau pertikel jaringan, lender dan getah, serat-serat yang berasal dari kulit, abu atau mineral yan terdiri dari Fe, Cu, Mg dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara mekanis, yaitu dengan cara pengendapan, penyaringan dan sentrifusi. Kotoran yang Berbentuk Suspensi Koloid dalam Minyak Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang mengandung nitrogen dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan menggunakan uap panas, elektrolisa disusul dengan proses mekanik seperti pengendapan, sentrifusi atau penyaringan dengan menggunakan adsorben. Kotoran yang Terlarut dalam Minyak (Fat Soluble Compound) Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon, mono dan digliserida yang dihasilkan dari hidrolisa trigliserida, zat warna yang terdiri dari karotenoid, klorofil.
  • 40. 40 Tujuan perlakuan pendahuluan adalah:  Menghilangkan kotoran dan memperbaiki stabilitas minyak dengan mengurangi jumlah ion logam terutama besi dan tembaga. Pada proses deodorisasi, pertambahan jumlah asam pada minyak akibat perlakuan pendahuluan lebih kecil dibandingkan dengan tanpa perlakuan pendahuluan.  Proses pemisahan gum dilakukan pada minyak untuk tujuan tertentu, misalnya biji lin yang digunakan untuk pembuatan lak (lacquer).  Untuk memudahkan proses pemurnian selanjutnya, dan mengurangi minyak yang hilang selama proses pemurnian, terutama pada proses netralisasi. Salah satu proses perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan pada minyak yang akan dimurnikan adalah proses pemisahan gum(de – gumming). 4.1 Pemisahan gum (de – gumming) a. Pengertian Degumming Degumming adalah suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Getah-getah (gum) dalam minyak nabati perlu dihilangkan untuk menghindari perubahan warna dan rasa selama langkah rafinasi berikutnya. Proses Pennwalt melibatkan pengolahan asam fosfor satu tingkat dan pengolahan air panas satu tingkat diikuti oleh penghilangan secara terus-menerus getah-getah terhidrat dalam super sentrifusi super degumming. Aplikasi proses tersebut dapat digunakan untuk minyak kacang, minyak kapas, minyak sawit, minyak jagung, dan lain-lain. b. Tujuan dari proses degumming adalah : 1. Memisahkan dan membuang asam 2. Mencegah crude oil tertinggal selama penyimpanan dan pemindahan 3. Mencegah pengasaman oleh gum 4. Pemurnian secara fisik 5. Mengurangi kehilangan minyak pada tahap netralisasi
  • 41. 41 c. Proses-Proses Degumming Ada 6 tipe proses deguming dalam industri minyak nabati. Perbedaan dari masing-masing tipe adalah pada metoda dari prosesnya, penggunaan bahan kimia dan kandungan dari phospatida dalam crude minyak nabati. Tipe-tipe degumming adalah: 1. Dry Degumming Proses dry degumming melibatkan pembuangan gum melalui proses presipitasi dalam kondisi asam. Proses ini menggunakan minyak rendah phospatida dan cocok untuk persiapan minyak untuk physical refining. 2. Water Degumming Water degumming adalah proses dari pembuangan gum melalui proses presipitasi menggunakan hidrasi air murni crude oil melalui pemisahan sentrifus. Metoda ini digunakan untuk mengesktrak gum untuk produk lecithin, minyak kedelai dan crude oil yang mengandung phospor dengan konsentrasi 200 ppm. Dalam proses ini air digunakan sebagai bahan utama untuk menghilangkan phospatida yang dapat terhidrasi dari minyak nabati serta dapat dilakukan pada keadaan batch atau continous tergantung pada tipe minyak yang akan dilakukan proses degumming atau jumlah minyak yang akan diproses. Pada proses water degumming ini efek dari penambahan air dan perbedaan level temperatur (pemanasan) akan sangat berpengaruh pada kualitas pemurnian. 3. Acid Degumming Dalam proses ini gum dipresipitasi dengan proses beberapa kondisi asam dan dihilangkan menggunakan pemisahan dengan metoda sentrifus. Pada metoda ini gum bisa dihidrasi pada suhu tinggi dari 40°C. Dalam proses kilang organik asam sitrat sering digunakan dan pembuangan phospatida sisa melaui bleaching menggunakan silika hydrogel. 4. Enzymatic Degumming Enzymatic degumming adalah degumming khusus yang dipertinggi dengan menggunakan beberapa enzim makanan. Tipe minyak yang digunakan pada proses ini adalah minyak kacang kedelai dan minyak lobak. Keuntungan dari enzymatic
  • 42. 42 degumming tidak ada busa yang terbentuk sehingga tidak ada minyak yang hilang yang melalui pemisahan busa. 5. EDTA-degumming EDTA degumming proses kimia-fisika degumming. Proses ini melibatkan pemisahan sempurna phospatida dengan bahan pengkelat yaitu ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA). 6. Membran degumming Proses membran degumming biasanya digunakan dalam industri ekstraksi. Pemisahan dengan membran merupakan pemisahan ukuran eklusi dan tekanan. Proses ini membagi komponen-komponen yang berbeda menurut berat molekulnya atau ukuran partikel serta bergantung pada interaksi dengan permukaan membran dengan campuran komponen minyak. Phospatida dapat dibuang dari trigleserida di dalam bentuk miscell menggunakan membran permeabel yang sesuai dengan proses degumming. Flowchart Proses Degumming Gambar 4.1 Flowchart Proses Degumming
  • 43. 43 Blok diagram untuk proses diatas adalah : Gambar 4.2 Blok Diagram Proses Degumming Crude oil dari proses sebelumnya dialirkan ke tanki penampungan, kemudian dialirkan dengan menggunakan pompa yang dilengkapi dengan flow meter ke degumming reactor 1. Pada reactor 1 ini ditambahkan reagen asam seperti H3PO4, H2SO4, H2C2O4, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mengikat gum dari minyak. Selanjutnya, sebagian crude oil yang keluar dari reactor 1 dialirkan menuju degumming reactor 2, dan sebagian lagi tetap tinggal di reactor 1. Pada reactor 2 ini dialirkan air panas dengan suhu 800 C, tujuannya adalah untuk optimalisasi pengikatan gum. Lalu, sebagian keluaran dari reactor 2, tetap tinggal di dalam reactor, sedangkan sebagian yang lain dialirkan menuju degumming sentrifuge. Pada degumming centrifuge ini, terjadi pemisahan antara gum dengan minyak. Sehingga produk keluaran dari degumming sentrifuge ini adalah minyak yang bebas dari gum dan gum itu sendiri. 4.2 Netralisasi Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas (ALB) dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehinggga membentuk sabun (soap stock) dengan tujuan memurnikan minyak. Pemisahan asam lemak bebas juga dapat dilakukan dengan cara
  • 44. 44 penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Proses Netralisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara,yaitu : 4.2.1 Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH) Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu penggunaan kaustik soda membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang berupa getah dan lendir dalam minyak. Reaksi antara asam lemak bebas dengan NaOH adalah sebagai berikut: Gambar 4.3 Reaksi Asam Lenak Dengan Naoh Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifuce. 4.2.2 Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3) Pada umumnya netralisasi minyak menggunakan natrium karbonat dilakukan di bawah suhu 500 C, sehingga seluruh asam lemak bebas yang bereaksi dengan natrium karbonat akan membentuk sabun dan asam karbonat, dengan reaksi sebagai berikut : Gambar 4.4 Reaksi Asaam Lemak Dengan Natrium Karbonat
  • 45. 45 Pada pemanasan asam karbonat yang terbentuk akan terurai menjadi gas CO2 dan H2O. Gas CO2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun yang terbentuk dan mengapung partikel sabun di atas permukaan minyak. Gas tersebut dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau dengan cara menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan pompa vakum. Cara Netralisasi : Minyak yang akan dinetralkan , dipanaskan pada suhu 35-400 C dengan tekanan lebih rendah dari atmosfir. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium karbonat, kemudian diaduk selama 10-15 menit dengan kecepatan pengadukan 65-75 rpm. Kemudian kecepatan pengadukan dikurangi 15-20 rpm dan tekanan vakum diperkecil selama 20-30 menit. Dengan cara tersebut gas CO2 yang terbentuk akan menguap dan asam lemak bebas yang tinggal dalam minyak kurang lebih sebesar 0,05 persen. Sabun yang terbentuk dapat diendapkan dengan menambahkan garam, misalnya natrium sulfat atau natrium silikat, atau mencucinya dengan air panas. Setelah dipisahkan dari minyak selanjutnya dilakukan proses pemucatan. Minyak dalam sabun yang telah mengendap dapat dipisahkan dengan cara menyaring menggunakan filter press. Asam lemak bebas yang telah membentuk sabun (soap stock) dapat diperoleh kembali jika sabun tersebut direaksikan dengan asam mineral. Keuntungan netralisasi menggunakan natrium karbonat adalah sabun yang terbentuk bersifat pekat dan dapat dipakai langsung untuk pembuatan sabun bermutu baik. Minyak yang dihasilkan mutunya lebih baik, terutama setelah mengalami proses deodorisasi. Di samping itu trigliserida tidak ikut tersabunkan sehingga rendemen minyak netral yang dihasilkan lebih besar. Kelemahannya adalah karena cara tersebut sukar dilaksanakan dalam praktek, dan di samping itu untuk minyak semi drying oil seperti minyak kedelai, sabun yang terbentuk sukar disaring karena adanya busa yang disebabkan oleh gas CO2.
  • 46. 46 4.2.3 Netralisasi minyak dalam bentuk “miscella” Cara netralisasi ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan menggunakan pelarut menguap (solvent extraction). Hasil ekstraksi merupakan campuran antara pelarut dan minyak disebut miscella. Asam lemak bebas dalam miscella dapat dinetralkan dengan menggunakan kaustik soda atau natrium karbonat. Penambahan bahan kimia tersebut ke dalam miscella yang mengalir dalam ketel ekstraksi, dilakukan pada suhu yang sesuai dengan titik didih pelarut. Sabun yang terbentuk dapat dipisahkan dengan cara menambahkan garam, sedangkan minyak netral dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara penguapan. 4.2.4 Netralisasi dengan etanol amin dan amonia Etanol amin dan amonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas. Pada proses ini asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida, sedangkan amonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock dengan cara penyulingan dalam ruangan vakum. 4.2.5 Pemisahan asam (de-ecidification) dengan cara penyulingan Proses pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan asam lemak bebas langsung dari minyak tanpa mereaksikan dengan larutan basa, sehingga asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling terlebih dahulu dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger). Selanjutnya minyak tersebut dialirkan secara kontinu ke dalam alat penyulingan dengan letak horizontal. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara penyulingan digunakan untuk menetralkan minyak kasar yang mengandung kadar asam lemak bebas relatif tinggi, sedangkan minyak kasar yang mengandung asam lemak bebas lebih kecil dari 8 persen, lebih baik dinetralkan dengan menggunakan persenyawaan basa.
  • 47. 47 4.2.6 Pemisahan asam dengan menggunakan pelarut organik Perbedaan kelarutan antara asam lemak bebas dan trigliserida dalam pelarut organik digunakan sebagai dasar pemisahan asam lemak bebas dari minyak. Pelarut yang paling baik digunakan untuk memisahakan asam lemak bebas adalah furfural dan propane. Piridine merupakan pelarut minyak dan jika ditambahkan air dalam jumlah kecil, maka trigliserida akan terpisah. Trigliserida tidak larut dalam piridine, sedangkan asam lemak bebas tetap larut sempurna. Minyak dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara dekantasi, sedangkan pelarut dipisahkan dari asam lemak bebas dengan cara penyulingan. Dengan menggunakan alkohol sebagai pelarut, maka kelarutan trigliserida dalam alkohol akan bertambah besar dengan bertambahnya kadar asam lemak bebas, sehingga pemisahan antara asam lemak bebas dari trigliserida lebih sukar dilakukan. 4.2.7 Pengujian Asam Lemak Bebas Pengukuran jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak dapat digunakan bilangan asam. Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Caranya adalah dengan jalan melarutkan sejumlah minyak atau lemak dalam alkohol eter dan diberi indikator phenolpthalein. Kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tadi. Bilangan asam Dari rumus diatas, faktor 56,1 adalah bobot molekul larutan KOH. Apabila dipergunakan NaOH untuk titrasi, maka faktor tersebut menjadi 39,9.
  • 48. 48 4.3 Pemucatan (Bleaching) Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan cara fisika yang menggunakan berbagai absorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia. Selain warna, pemucatan juga berperan mengurangi komponen minor lainnya seperti aroma, senyawa bersulfur dan logam-logam berat. Selain itu, pemucatan juga dapat mengurangi produk hasil oksidasi lemak seperti peroksida, aldehida dan keton. Pada proses pemucatan hanya sedikit komponen yang dihilangkan. Biasanya pemucatan dilakukan setelah proses pemurnian alkali. 4.3.1 Klasifikasi Proses Pemucatan Pemucatan Secara Fisika Pemucatan Minyak dengan Adsorben Ada dua bentuk adsorbsi yaitu : a. Adsorbsi positif, yaitu penyerapan substart yang tidak diinginkan sehingga bahan relatif tidak mengandung substart tersebut. b. Adsorbsi negatif, yaitu proses penyerapan pelarut dari substart yang tidak diinginkan. Dalam hal ini pelarutannya yang dipisahkan dari substart yang tidak diinginkan cara ini jarang dilakukan karena dianggap tidak efektif. Macam-macam Adsorben: Adsorben yang biasa digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari bleaching clay, arang dan arang aktif. a. Bleaching Clay (bleaching earth) Bleaching Clay pertama kali ditemukan pada abad ke-19 di Inggris dan Amerika. Dalam perdagangan Bleaching Clay mempunyai nama dan komposisi kimia yang berbeda. Sebagai contoh ialah Bleaching Clay yang berasal dari Rusia, Kanada dan Jepang dikenal dengan nama gluchower kaolin.
  • 49. 49 Jumlah adsorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna tersebut akan dihilangkan. Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+ pada permukaan partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat tersebut tergantung dari perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching clay. Adsorben yang terlalu kering menyebabkan daya kombinasinya dengan air telah hilang, sehingga mengurangi daya penyerapan terhadap zat warna. b. Arang (Bleaching Carbon) Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan pada umunya diperoleh dari hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon. Umumnya arang mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi tersebut dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia. Sumber lain dari arang berasal dari bahan nabati atau hewani antara lain serbuk gergaji, ampas tebu, tempurung, tongkol jagung, dan tulang. Pada umumnya pengarangan dilakukan pada suhu 300-500 °C. Suhu pengarangan pada ruangan tanpa udara dilakukan pada suhu 600-700 °C. Pada proses pengarangan akan terjadi penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya terjadi peristiwa eksotermis yang merupakan tahap permulaan proses pengarangan. Pengarangan dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan arang yang bermutu baik adalah arang yang mengandung kadar karbon tinggi. c. Arang Aktif (Aktivated Carbon) Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat warna. Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari fixed carbon,abu,air, persenyawaan yang mengandung nitrogen dan sulfur. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
  • 50. 50 pengaktif adalah HNO3, H3PO4, sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4)2, NaOH, Na2SO4, SO2, ZnCl2, Na2CO3, dan uap air pada suhu tinggi. Unsur-unsur kimia dari persenyawaan yang ditambahkan akan meresap ke dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar. Persenyawaan hidrokarbon yang menutupi pori-pori yang dapat dihilangkan dengan cara oksidasi menggunakan oksidator lemah sperti CO2 yang disertai dengan air. Dengan cara tersebut atom karbon tidak mengalami proses oksidasi. 4.3.2 Pemucatan minyak secara kimia Cara pemucatan ini banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan pangan (edible fat), karena pemucatan secara kimia lebih baik dibandingkan dengan menggunakan adsorben. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak yang dapat dihindarkan dan zat warna diubah menjadi zat tidak berwarna, yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida, sehingga menurunkan flavor minyak. Pemucatan dengan bahan kimia pada umumnya dibagi atas dua macam reaksi pemucatan, yaitu: a. Pemucatan dengan cara oksidasi Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan tetapi asam lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil karena proses oksidasi dan polimerisasi. Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pemucat adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin dioksida. Pemucatan dengan peroksida: konsentrasi larutan peroksida yang digunakan biasanya 30-40 persen dan jika konsentrasi peroksida lebih tinggi, maka minyak cendrung akan mengalami kerusakan karena proses oksidasi. Minyak yang dipucatkan dengan peroksida tidak perlu disaring: peroksida baik digunakan untuk memucatkan minyak kacang tanah, minyak wijen, rape oil dan minyak ikan.
  • 51. 51 b. Pemucatan dengan dikromat dan asam Bahan kimia yang digunakan ialah natrium atau kalium dikromat dalam asam mineral (an-organik). Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan oksigen. Setelah pereaksi ditambahkan, selanjutnya diaduk. Zat warna akan mengendap setelah pengadukan dihentikan. Pada umumnya warna ungu dalam minyak tidak dapat hilang, sehingga cara pemucatan dikromat banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan pembuatan sabun. Tangki pemucat yang terbuat dari logam harus diberi pelapis anti karat, karena pereaksi tersebut dapat menimbulkan karat pada logam. c. Pemucatan dengan pemanasan Pemanasan minyak dalam ruangan vakum pada suhu relatif tinggi, mempunyai pengaruh pemucatan. Cara ini kurang efektif terhadap minyak yang mengandung pigmen klorofil. Sebelum dilakukan pemanasan, sebaiknya minyak terlebih dahulu dibebaskan dari ion logam terutama ion besi, sabun, (soap stock) dan hasil-hasil oksidasi seperti peroksida, karena pemanasan terhadap bahan-bahan tersebut merupakan katalisator dalam proses oksidasi. d. Pemucatan dengan cara reduksi Pemucatan dengan cara reduksi kurang efektif karena warna yang hilang dapat timbul kembali jika minyak tersebut terkena udara. Bahan kimia yang dapat mereduksi zat warna terdiri dari garam-garam natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite. Pemakaian zat pereduksi ini biasanya dicampur dengan bahan kimia lain dengan perbandingan tertentu. Sebagai contoh ialah penggunaan campuran larutan natrium bisulfit 1,0 - 1,5 % dan larutan asam sulfat. Cara pemucatan ini umumnya dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk pembuatan sabun.
  • 52. 52 4.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Proses Pemucatan 1. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan adsorben Adanya kehilangan minyak dan daya pemucatannya kurang bagus jika dibandingkan dengan proses kimia. Kelebihannya tidak ada reaksi samping antara adsorben dan minyak, karena adsorben hanya bertindak sebagai zat penjerap. 2. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan bahan kimia Kelemahannya adanya kemungkinan terjadinya reaksi antara bahan kimia dan trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak. Kelebihan penggunaan bahan kimia dapat menghindari hilangnya sebagian minyak dan zat warna dapat dihilangkan mnjadi zat tidak berwarna. Blok diagram Bleaching MIXER HE BLEACHER FILTER BLEACHING EARTH BPO BLEACHING EARTH cpo Umpan berupa CPO yang telah melewati tahap pemurnian yaitu degumming masuk ke dalam mixer static sebanyak 20 %. Didalam mixer static tersebut ditambah bleaching earth sebagai absorben yang berfungsi menghilangkan impurities. Kemudian didalam mixer di aduk semapai CPO tersebut bercampur merata dengan absorben bleaching earth yang telah ditambahkan. Pada alat mixer tersebut suhu yang digunakan sekitar 40-60o C. Kemudian umpan sebanyak 80 % dimasukkan ke dalam Heat Exchanger agar suhu dari CPO tersebut meningkat menjadi 90-130o C. Kemudian hasil dari alat mixer dan HE dilanjutkan ke dalam alat bleacher. Dalam alat ini suhu berkisar antara 100-130o C untuk mendapatkan proses bleaching yang optimum. Kemudian setelah bleacher, CPO dan absorben yang telah
  • 53. 53 bercampur dipisah kan melalui fliter niagra. Temperatur dijaga pada 80 – 120 o C untuk proses filtrasi yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran filter dan bleaching earth terjebak dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth harus bersih dari filter Niagara setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang baik. Setelah dipisahkan akan terbentuk akan terbentuk BPO (bleached palm oil). 4.4 Deodorisasi Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfir atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang akan digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi ; misalnya lemak susu, lemak babi, lemak coklat, dan minyak olive. Cara Deodorisasi Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang vertikal. Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam ketel deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250o C pada tekanan 1 atmosfer (gauge) dan selanjutnya pada tekanan rendah (lebih kurang 10 mmHg) sambil dialiri dengan uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang turun lebih rendah. Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak bersama-sama uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
  • 54. 54 Gambar 4.5 Alat Deodorisasi Keterangan : 1. Ketel deodorisasi 2. Tedeng (sekat) 3. Katup pengeluaran udara dari dalam minyak 4. Corong pengeluaran minyak 5. Pipa penghubung antara ruang kosong di atas permukaan minyak dengan ad. 3 6. Pipa uap ke kondensor 7. Corong pemasukan uap ke dalam kondensor 8. Pipa pemasukan air dingin dari bagian atas kondensor 9. Pipa pengeluaran air kondensasi 10. Ujung pipa kondenser yang terendam air 11. Pipa penghubung ke pompa vakum Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus cepat didinginkan dengan mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun menjadi lebih kurang 84o C dan selanjutnya ketel dibuka dan minyak dikeluarkan dari ketel. Asam lemak bebas dapat menguap, peroksida akan berkurang dan jumlah yang tertinggal lebih kurang 0,015 – 0,030 persen. Fraksi tidak tersabunkan yang terdiri dari klorofil, vitamin E, hidrokarbon (terutama sequalene dan sterol) akan berkurang sebanyak kira-kira 60 persen dari jumlah fraksi tidak tersabunkan.
  • 55. 55 Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebabkan oleh proses oksidasi, hidrolisa, mikroba, dan ion logam seperti Cu, Mg, Zn yang merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak. Logam tersebut dapat membentuk persenyawaan kompleks dengan hasil oksidasi asam lemak dan berubah menjadi radikal bebas Dengan menambahkan metal inactivator seperti asam sitrat, asam tartarat dan asam fosfat, maka akan terbentuk kompleks dengan ion logam, sehingga logam tidak dapat aktif dalam proses pembentukan radikal bebas. Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak banyak mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara penanganan dan kemasan yang dipakai. Block diagram Deodorisasi HE DEODORIZER KOLOM VACUUM RBDPO BPO BPO dari tahap Bleaching dimasukkan ke dalam heat exchanger dengan suhu awal 80-120 o C menjadi 210-250o C. Setelah itu masuk ke dalam deodorizer, dilakukan dengan status tinggi. Setelah itu di masukkan kedalam kolom vakum pad suhu 240-280o C dengan tekanan dibawah 10 torr, Panas bleaching minyak terjadi pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen karotenoid. Penggunaan steam langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu FFA, aldehida dan keton yang tidak diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan naik ke kolom dan tertarik keluar oleh sistem yang vakum. Lalu dihasilkan minyak nabti yang telah hilang rasa dan baunya. Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak banyak mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara penanganan dan kemasan yang dipakai.
  • 56. 56 a. Pengaruh Deodorisasi Terhadap Komposisi Minyak dan Lemak Jika minyak mengandung asam lemak bebas, maka setelah dproses deodorisasi jumlah asam lemak bebas tersebut sekitar 0,015-0,03 persen. Pada batas nilai ini, kecepatan hidrolisa dari minyak sama dengan kecepatan penguapan asam lemak pada waktu dialiri uap. Bila komponen yang tidak tersabunkan dari minyak atau lemak nabati telah terpisah sebelumnya, maka setelah proses deodorisasi kandungan dari sterol, klorofil dan vitamin E akan berkurang dalam jumlah kecil. Pada proses deodorisasi, hidrokarbon dan zat warna terutama karotenoid dapat terpisah dalam jumlah besar. Peroksida dan peroksidan yang terdapat pada minyak akan turut terpisah, sehingga menambah daya tahan minyak dan lemak terhadap proses oksidasi. Minyak yang telah mengalami deodorisasi tidak lagi mengandung senyawa polimer atau masih terdapat dalam jumlah yang tidak berarti. Selama proses deodorisasi, komponen monogliserida dan digliserida yang terdapat pada minyak akan diubah menjadi trigliserida. b. Deodorisasi Secara Fisika Dalam Industri Gambar 4.6 Deodorisasi Secara Fisika Dalam Industri
  • 57. 57 Degumming CPO sebagai umpan untuk proses bleaching menuju bleacher. Dalam bleacher, ada 20 % slurry dan 80 % CPO yang didegumming dicampur bersama dan proses bleaching terjadi. Proses bleaching termasuk penambahan bleaching earth untuk menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan (semua pigment, trace metals, produk oksidasi) dari CPO dan akan memperbaiki rasa aslinya, bau akhir, dan kestabilan oksidasi produk. Hal ini juga membantu mengatasi masalah proses berikutnya dengan adsorpsi trace sabun, pro-oxidant metal ion, dekomposisi peroxide, pengurangan warna, dan adsorb impurities minor. Temperatur dalam bleacher harus sekitar 100-130 o C untuk mendapatkan proses bleaching optimum untuk periode bleaching 30 menit. Steam dengan tekanan rendah dimasukkan dalam bleacher untuk menggerakkan slurry berkonsentrasi untuk kodisi bleaching yang lebih baik. Slurry mengandung minyak dan bleaching earth kemudian melalui filter Niagara agar bersih, bebas dari partikel bleaching earth. Temperatur dijaga pada 80 – 120 o C untuk proses filtrasi yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran filter dan bleaching earth terjebak dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth harus bersih dari filter Niagara setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang baik. Bleached palm oil (BPO) dari filter Niagara dipompa menuju tank buffer yang sebagai storage sementara sebelum proses lebih lanjut. Pada umumnya, dicheck pada filter kedua, perangkap filter yang digunakan dengan filter Niagara untuk menjamin bahwa tidak ada bleaching earth lolos terjadi. Adanya bleaching earth mencemari deodorizer, mengurangi stabilitas oksidasi dari produk minyak dan berlaku sebagai katalis untuk aktifitas dimerizaition dan polimerisasi. Karena itu, beberapa koreksi dapat diambil secepatnya. BPO keluar dari filter dan melalui rangkaian sistem pengembalian panas (heat recovery system), Schmidt plate heat exchanger dan spiral (termal minyak: 250-305 o C) heat exchanger memanaskan BPO dari 80 – 120 o C sampai 210 – 250 o C. BPO panas dari spiral heat exchanger kemudian diproses ke tahap selanjutnya dimana FFA
  • 58. 58 dan warna dikurangi dan lebih penting, menghilangkan bau menghasilkan produk yang stabil dan bau yang berkurang. Dalam kolom pre-stripping dan deodorizing, proses deacidification dan deorization terjadi secara bersamaan. Deodorisasi pada temperature tinggi, vakum yang tinggi, dan proses destilasi vakum. Operasi deodorizer dengan alat: 1. Dearasi minyak, 2. Memanaskan minyak, 3. Steam strips minyak, 4. Mendinginkan minyak sebelum meninggalkan sistem. Semua material adalah stainless steel. Pada kolom, minyak umumnya dipanaskan kira-kira 240 – 280 o C di bawah vakum. Vakum kurang dari 10 torr biasanya dijaga oleh ejector dan booster. Panas bleaching minyak terjadi pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen karotenoid. Penggunaan steam langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu FFA, aldehida dan keton yang tidak diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan naik ke kolom dan tertarik keluar oleh sistem yang vakum. Uap fatty acid meninggalkan deodorizer didinginkan dan dikumpulkan dalam kondensor fatty acid sebagai fatty acid. Fatty acid kemudian didinginkan dalam fatty acid cooler dan dikeluarkan menuju storage tank fatty acid dengan temperature sekitar 60 – 80 o C sebagai destilat asam lemak kelapa sawit (palm fatty acid distillate/ PFAD), by produk dari proses refinery. Produk bawah (bottom product) dari pre-stripper dan deodorizer adalah refined, bleached, deodorized palm oil (RBDPO). RBDPO panas (250-280 o C) dipompa melalui Schimidt Heat Exchanger untuk memindahkan panasnya ke BPO yang masuk dengan temperature rendah. Lalu, melalui perangkap filter lainnya untuk mendapat minyak akhir (120 – 140 o C) untuk mencegah earth trace dari reaching tangki produk. Setelah itu, RBDPO melalui RBDPO cooler dan plate heat exchanger untuk memindahkan panas ke umpan CPO. RBDPO dipompa ke storage dengan temperatur 50 – 80 o C. (Galz-dari Refinery of Palm Oil)
  • 59. 59 4.5 Hidrogenasi Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan cara menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak, sehingga membuat minyak tersebut menjadi tahan lama. Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator Mekanisme proses Hidrogenasi : H2 R – CH = CH – CH2 – COOHR R - CH2 – CH2 – CH2 – COOH Asam lemak tidak jenuh Ni asam lemak jenuh Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikatn titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi. Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak. Hidrogenasi suatu lemak bersifat selektif, yaitu lemak dengan derajat ketidakjenuhan lebih tinggi akan lebih mudah terhidrogenasi. Pemanasan akan mempercepat jalannya reaksi hidrogenasi. Pada temperature sekitar 400o F (2050 C) dicapai kecepatan reaksi yang maksimum. Penambahan tekanan dan kemurniaan gas hidrogen yang dipergunakan akan menaikkan kecepatan
  • 60. 60 reaksi proses hidrogenasi. Dalam proses hidrogenasi tersebut karbon monoksida dan sulfur merupakan katalisator beracun yang sangat berbahaya. Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan. Minyak-minyak nabati sering memiliki kandungan lemak (minyak) tak jenuh tunggal (mono- unsaturated) dan tak jenuh majemuk (polyunsaturated) yang tinggi, olehnya itu minyak-minyak nabati berwujud cair pada suhu kamar. Kandungan lemak dan minyak yang tinggi ini membuat minyak-minyak nabati mudah tersebar tidak beraturan pada bahan makanan seperti roti, dan tidak cocok digunakan untuk pemanggangan kue (baking powder). 4.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Hidrogenasi Proses hidrogenasi mengubah asam lemak linolenat menjadi asam linoneat, serta asam linoleat diubah menjadi asam oleat. Sebelum asam oleat tesebut diubah menjadi asam stearat, asam oleat cenderung akan membentuk asam isooleat, tetapi pada kondisi hidrogenasi yang sesuai, terbentuknya asam isooleat dapat dihindarkan. Kecepatan reaksi tergantung pada sifat alamiah substansi yang dihidrogenasi, sifat dan konsentrasi katalis, konsentrasi hidrogen, suhu, tekanan, dan frekuensi pengadukan. Pada pembuatan mentega putih, kondisi dipilih sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan asam stearat dengan jumlah maksimum dan asam isooleat berjumlah minimum. 4.5.2 Katalisator Yang Digunakan Pada Proses Hidrogenasi Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter alam proses hidrogenasi minyak.
  • 61. 61 4.6 Interesterifikasi Interesterifikasi merupakan salah satu proses modifikasi untuk mengubah karakteristik fisiko kimiawi lemak dan minyak. Proses modifikasi lainnya adalah blending, fraksinasi, dan hidrogenasi. Reaksi Interesterifikasi pada lemak dan minyak akan menyebabkan pertukaran antara satu asam lemak dengan asam lemak yang lain didalam molekul trigliserida atau antara trigliserida yang dapat mengubah sifat kimia dan fisika pada lemak. Ester asam lemak dalam bentuk trigliserida sering dilakukan reaksi interesterifikasi antara 2 lemak yang padat dengan minyak yang cair untuk mengubah posisi asam lemak tersebut yang teresterkan pada gugus hidroksil dari C1,2,3 gliserol, sehingga dengan demikian kandungan padatan minyak / lemak tersebut yang terukur secara pulsa NMR akan menurun. Hal ini dapat terjadi karena asam lemak tidak jenuh yang tadinya berada pada posisi C2 serta diapit oleh asam lemak jenuh pada posisi C1,3 dan berbentuk padat akan menjadi lebih cair apabila pada posisi C1 atau C3 berupa asam lemak tidak jenuh. Hal ini telah dibuktikan untuk mempertukarkan posisi Eikosapentanoat dari posisi C1 atau C3 ke posisi C2 atau sebaliknya. Oleh karena itu trigliserida melalui reaksi transesterifikasi dengan gliserol diubah menjadi monogliserida dan digliserida dengan bantuan katalis seperti natrium metoksida dan basa Lewis lainnya. Hanya saja proses ini menghasilkan campuran yang terdiri atas 40 - 80% monogliserida, 30 - 40% digliserida, 5 - 10% trigliserida, 0,2 - 9% asam lemak bebas dan 4 - 8% gliserol. Untuk mendapatkan monogliserida yang murni yang akan digunakan dalam bahan makan, farmasi dan kosmetik maka harus dilakukan destilasi molekuler. Dalam hubungan untuk meningkatkan perolehan hasil monogliserida maka dilakukan reaksi bertingkat secara transesterifikasidengan gliserol yang kemudian diikuti dengan reaksi interesterifikasi dengan metilester asam lemak, sehingga monogliserida yang diperoleh dapat mencapai 60 - 70%. Interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugusan antara dua buah ester dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis. Katalis yang sering digunakan untuk reaksi ini adalah logam natrium atau kalium dalam bentuk
  • 62. 62 metoksilat atau etoksilat. Dalam reaksi ini ion logam natrium atau kalium akan menyebabkan terbentuknya ion enolat yang selanjutnya diikuti dengan pertukaran gugus alkil. Interesterifikasi pada hakikatnya merupakan proses perbaikan kualitas dari produksi minyak nabati yang mana memiliki tujuan untuk mengubah titik cair lemak dengan menggunakan prinsip jika lemak dipanaskan dengan adanya suatu katalisator (biasanya Natrium Ethoxida atau Natrium Methoxida) sampai temperatur 110 – 1600C, maka gugusan asam lemak dapat berubah posisi. Dengan interesterifkasi ini ,maka asam lemak jenuhnya dapat diubah menjadi asam lemak tak jenuh. Reaksi interesterifikasi dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan reaktor packed bed. Gambar 4.7 Sistem Reaktor Untuk Reaksi Interesterifikasi Menggunakan Reaktor Packed Bed 4.7 Winterisasi Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat tidak dapat larut dalam trigliserida cair. Winterisasi merupakan bentuk dari fraksinasi atau pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Hal ini termasuk pemindahan jumlah kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat dimakan dengan filtrasi untuk mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu pendinginan. Minyak didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6o C selama 24 jam. Pendinginan
  • 63. 63 dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan selama 6-8 jam. Kemudian minyak disaring sehingga akan menghasilkan 75-80% minyak dan produk stearine yang akan digunukan untuk shortening pada industri. 4.7.1 Tujuan Proses Winterisasi Proses Winterisasi ini dilakukan dengan tujuan supaya pada saat minyak disimpan pada suhu rendah tidak mengalami pembekuan. 4.7.2 Prinsip dari Proses Winterisasi Winterisasi merupakan pemisahan thermomechanical proses dimana komponen trigliserida dari lemak dan minyak dikristalkan dari bentuk cairnya. Kristalisasi terbagi dalam 2 tahap: a. Nucleation Berdasarkan komposisi trigliserida pada minyak yang ingin diwinterisasi b. Crystal growth Berdasarkan temperature kristalisasi, waktu, dan mechanichal power input/agitation 4.7.3 Produk Winterisasi Setelah menjalani proses winterisasi, produk yang diperoleh adalah bentuk lemak baru yang terdiri dari triglisserida yang komposisinya lebih seragam daripada campuran yang diperoleh dengan jalan mencampur lemak asalnya. Proses tersebut memerlukan lemak netral anhidrat dengan kandungan perosida minimum. Esterifikasi tidak mempengaruhi nilai nutrisi zat penyusunnya. Setelah mengalami proses winterisasi, diharapkan produk: 1. Tahan terhadap suhu rendah dalam jangka waktu yang lama 2. Kandungan asam lemak jenuhnya berkurang
  • 64. 64 BAB V KESIMPULAN 1. Klasifikasi Lemak dan Minyak a) Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap) Asam lemak jenuh Asam lemak tak jenuh b) Berdasarkan sifat mengering Minyak tidak mengering (non-dryng oil) Minyak setengah mengering (semi-drying oil) Minyak mengering (drying-oil) c) Berdasarkan sumbernya Minyak Nabati Minyak Hewani d) Berdasarkan kegunaannya Minyak mineral (minyak bumi) Minyak nabati/hewani Minyak atsiri (essential oil) 2. Proses ekstraksi terdiri dari mechanical expression, solvent ekstraction, dan rendering. 3. Proses pemurnian terdiri dari proses de-gumming, netralisasi, bleaching dan deodorisasi. 4. Proses Pengawetan adalah proses hidrogenasi,winterisasi, dan interesterifikasi
  • 65. 65 DAFTAR PUSTAKA Bailey’s, Alton E.,1951.Industrial Oil and Fat Product. 4th edition. Intersince Publisher. New York. F.G. Winarno.1991.Kimia Pangan dan Gizi. P.T Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Galuh. 2009. Proses Pemurnian Minyak Nabati secara Fisika dalam Industri. http://politeknik citrawidyaedukasi.wordpress.com/2010/01/18/proses-pemurnian- minyak-nabati-secara-fisika-dalam-industri/, diakses pada 24 April 2013. Galuh. 2009. Pure Plant Oil, pemurnian secara kimia. http://sekotheng.wordpress.com /2009/08/10/pure-plant-oil-pemurnian-secara-kimia/, diakses pada 24 april 2013 Ketaren. 1986.Minyak dan Lemak Pangan.UI-Press. Jakarta. Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden, “ Organic Chemistry,” Third Edition, University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002, Massachuset, USA.