Bab II membahas kajian pustaka tentang menulis dan karangan deskripsi. Pertama, mendefinisikan menulis sebagai komunikasi tidak langsung dengan simbol-simbol yang dapat dibaca. Kedua, menjelaskan tujuan menulis antara lain menginformasikan, membujuk, mendidik, dan menghibur. Ketiga, membahas teknik penilaian hasil karangan secara objektif dan rinci.
1. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Menulis
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian menulis, tujuan menulis,
teknik menulis, faktor-faktor yang mempengaruhi menulis, dan teknik penilaian hasil
karangan.
a. Pengertian Menulis
Dalam berkomunikasi seseorang pasti akan menggunakan keterampilan
berbahasanya, baik untuk berkomunikasi langsung maupun tidak langsung. Salah
satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi atau mengirimkan
pesan secara tidak langsung adalah menulis. Menulis dapat didefisikan sebagai suatu
kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu
tulisan. Tulisan merupakan sebuah symbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat
dan disepakati pemakaiannya.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang
lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik itu.
Menurut Lado dalam buku yang ditulis Tarigan (1994: 21), menjelaskan
bahwa ‘Menulis adalah suatu represensi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi
bahasa, hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis
dan menulis’.
8
2. Lalu ada juga pendapat dari Crimmon dalam buku yang ditulis Syarif dkk
(2009: 5) yang menyatakan bahwa
Menulis adalah kerja keras, tetapi juga merupakan kesempatan untuk
menyampaikan sesuatu tentang diri sendiri mengkomunikasikan gagasan
kepada orang lain, bahkan dapat menpelajari sesuatu yang belum diketahui.
Berdasarkan konsep diatas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan
komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata dengan menggunakan
simbol- simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.
Menurut Mulyati dkk (2009: 1.13) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan “Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan”. Dari
penjelasan tersebut dapat dikatakan menulis adalah suatu keterampilan berbahasa
yang paling rumit diantara jenis- jenis keterampilan bahasa lainnya. Menulis
bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat- kalimat, melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran- pikiran dalam suatu struktur tulisan yang
teratur.
b. Tujuan Menulis
Dalam melakukan kegiatan penelitian, biasanya seorang peneliti mempunyai
alasan atau tujuan penelitian yang objektif yang dapat dipertanggungjawabkan di
hadapan para pembacanya. Karya yang dihasilkan oleh para peneliti, pada dasarnya
berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau pendapat yang ditujukan kepada para
pembacanya, agar gagasan atau pendapat si peneliti dapat dipahami dan diterima oleh
para pembacanya. Menurut Syarif dkk (2009: 6) menyatakan bahwa tujuan dari
penelitian adalah sebagai berikut ini:
1) Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk
3. pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar pembaca
memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang dapat
maupun yang terjadi dimuka bumi ini.
2) Membujuk; melalui tulisan seorang peneliti mengharapkan pula pembaca dapat
menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan.
3) Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan.
4) Menghibur; fungsi dan tujuan dalam konunikasi, bukan monopoli media masa,
radio, televisi, naming media cetak dapat pula berperan dalam menghibur
pembacanya.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menulis
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis. Menurut Syarif, dkk
(2006:13) dikatagorikan dua faktor yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal diantaranya belum tersedia fasilitas pendukung, berupa keterbatasan sarana
untuk menulis. Faktor internal mencangkup faktor psikologis dan faktor teknis.
Faktor psikologis diantaranya faktor kebiasaan atau pengalaman yang
dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan akan
semakin baik. Faktor lain yang yang tergolong faktor psikologis adalah faktor
kebutuhan.
Faktor teknik meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan teknik- teknik
menulis. Konsep yang berkaitan teori- teori menulis yang terbatas yang dimiliki
seseorang turut berpengaruh. Faktor kedua dari faktor teknik yakni penerapan konsep.
Keterampilan menulis banyak kaitannya dengan kemampuan membaca maka
seseorang yang ingin memiliki kemampuan menulisnya lebih baik dituntut untuk
4. memiliki kemampun membaca
d. Teknik Penilaian Hasil Karangan
Dalam setiap pembelajaran pasti akan membutuhkan penilaian, untuk
mengukur kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Demikian juga pada pembelajaran
Bahasa Indonesia materi menulis, khususnya Karangan Deskripsi. Penilaian
merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu siswa untuk lebih
berprestasi. Secara yuridis berdasarkan PP No. 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan terdapat beberapa istilah untuk proses penilaian, yaitu seperti
penilaian pendidikan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir, ujian
sekolah, dan lain sebagainya.
Penilaian terhadap hasil pembelajaran menulis mempunyai kelemahan, yaitu
lebihnya kadar subjektivitas ditimbang daripada kadar objektivitas. Hal ini
dimaksudkan, jika ada dua orang yang menilai suatu karangan, pasti hasil
penilaiannya akan berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah teknik penilaian
untuk memperkecil kadar subjektivitas penilaian.
Menurut Machmud dalam buku yang ditulis oleh Nurgiyantoro (2001: 305)
mengemukakan tentang
Kategori-kategori yang pokok diperlukan dalam penilaian hasil karangan,
yang meliputi kualitas dan ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian isi,
gaya dan bentuk bahasa, mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapihan,
dan kebersihan tulisan, dan respon afektif guru terhadap karya tulis.
Maka dari itu, agar guru dapat menilai hasil karangan siswa secara objektif
dan lebih rinci, maka harus dengan menggunakan teknik penilaian yang bersifat
analitis.
e. Teknik Menulis Karangan
5. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang-orang lebih menghargai karya tulis
yang segi penelitinya jelas. Hal ini dikarenakan, kejelasan merupakan asas yang
pertama dan utama bagi hampir semua karangan. Menurut Gunning dalam buku yang
ditulis Syarif dkk (2009: 9) mengemukakan sepuluh pedoman untuk menghasilkan
sesuatu karangan yang jelas yaitu sebagai berikut:
1) Usahakan kalimat-kalimat yang pendek.
2) Pilihlah yang sederhana ketimbang yang rumit kata-kata yang sederhana, kalimat
yang sederhana, bahasa yang sederhana lebih meningkatkan keterbacaan sesuatu
karangan.
3) Pilihlah kata yang umum dikenal.
4) Hindari kata-kata yang tidak perlu.
5) Berilah tindakan dalam kata-kata kerja.
6) Menulislah seperti bercakap-cakap.
7) Pakailah istilah-istilah yang pembaca dapat menggambarkan.
8) Kaitkan dengan pengalaman pembaca.
9) Manfaatkan sepenuhnya keanekaragaman.
10) Mengaranglah untuk mengungkapkan, bukan untuk mengesankan.
2. Karangan Deskripsi
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian mengarang, ragam karangan,
karangan deskripsi, dan karakteristik karangan deskripsi.
a. Pengertian Mengarang
Menurut Widyamartaya (1997: 9) menjelaskan bahwa “Mengarang adalah
suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan
6. jiwanya kepada orang lain, atau kepada diri sendiri, dalam tulisan”. Langkah- langkah
dalam menyusun karangan adalah sebagai berikut:
1) Memilih bahan pembicaraan (topik).
2) Menentukan tema dari bahan pembicaraan itu.
3) Menentukan tujuan karangan yang akan dibuat serta bentuk karangan.
4) Menentukan pendekatan terhadap tema pembicaraan.
5) Membuat bagan atau rencana pembicaraan.
6) Pandai memulai karangan.
7) Pandai membangun paragraph dan menjalin kesinambungan paragraph.
8) Pandai mengakhiri atau menutup karangan.
9) Pandai membuat judul karangan.
b. Ragam Karangan
1) Narasi
Menurut Keraf (1983:135) menyatakan bahwa, “Narasi adalah Suatu
bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa
sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa
itu.
2) Eksposisi
Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.12) menyatakan bahwa, “Eksposisi
adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan,
atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah
pengetahuan dan pandangan pembacanya”. Eksposisi merupakan bentuk retorika
yang digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah yang tidak berusaha
7. mempengaruhi pendapat orang lain. Menulis eksposisi harus dibekali dengan
pemahaman objek yang dibicarakan dengan mengetahui prinsip umum atau teori
ilmiahnya. Peneliti juga harus mempunyai kemampuan menganalisis persoalan
secara jelas dan konkret.
3) Deskripsi
Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.11) menyatakan bahwa, “Deskripsi
adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan
kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penelitinya”. Objek
dalam karangan deskripsi itu dapat berupa manusia, tempat dan suasana.
4) Argumentasi
Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.12) menyatakan bahwa,
“Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan
pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penelitinya”.. Karangan
argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat
atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
5) Persuasi
Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.13) menyatakan bahwa, “Persuasi
adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat
pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penelitinya”. Jenis karangan
persuasi sangat berbeda dengan karangan argumentasi, jika karangan argumentasi
pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai suatu kebenaran,
maka karangan persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional dan kadang-
kadang isi karangan sedikit dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada
8. pembaca. Contoh karangan persuasi adalah seperti propaganda, iklan, selebaran,
atau kampanye.
c. Karangan Deskripsi
Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.13). Karangan deskripsi merupakan
jenis karangan yang ditulis untuk mendeskripsikan atau memberikan,
menggambarkan, atau melukiskan suatu objek sehingga pembaca memiliki
penghayatan seolah- olah menyaksikan atau mengalaminya sendiri. Ciri-ciri karangan
deskripsi adalah sebagai berikut
1) Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
2) Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan
indera.
3) Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Karangan Deskripsi memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan
manusia sehari– harinya, karena setiap saat dalam hidup ini seseorang selalu berusaha
untuk mendeskrisikan sesuatu dengan sejelas – jelasnya. Sehingga orang lain
mendengar, merasakan, dan melihat secara langsung yang dideskripsikan.
Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi memerlukan kecermatan
pengamatan dan ketelitian peneliti yang kemudian dituangkan oleh peneliti dengan
menggunakan kata- kata yang kaya dengan nuansa dan bentuk. Dengan kata lain,
peneliti harus sanggup mengembangkan suatu objek dalam rangkaian kata- kata yang
penuh arti dan kekuatan sehingga pembaca dapat menerimanya seolah- olah melihat,
mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu.
Keraf (1980:93) berpendapat, “ Karangan deskripsi adalah sebuah karangan
9. yang bertalian dengan usaha- usaha para pengarang untuk memberikan perincian dari
objek yang sedang dibicarakan.”
Sedangkan menurut Suparni (1986:92) menyatakan sebagai berikut,
Karangan Deskripsi adalah sebuah karangan yang didalamnya melukiskan
suatu situasi atau keadaan dengan kata- kata sehingga pembaca melihat
seolah- olah melihat, mendengar dan merasakan sendiri objek yang dilukiskan
dalam deskripsi itu.
Dari beberapa pendapat diatas, pada prinsipnya pendapat tersebut tidak jauh
berbeda. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa karangan yang bercorak prosa
deskripsi merupakan jenis karangan yang menuntun penelitinya mampu melukiskan
hal suasana, peristiwa, sehingga penikmat ikut merasakan atau paling tidak mampu
menginterpreksikan dan mampu menangkap apa yang dilukiskan oleh peneliti.
Karangan Deskripsi digunakan untuk membangkitkan impresi atau kesan
tentang objek yang diwacakan karangan itu. Untuk membagkitkan kesan yang
diinginkan karangan prosa diskripsi harus mampu mempengaruhi sensifitas dan
imajinasi pembacanya.
d. Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi
Menurut Suparno dan Yunus (2008: 4.22) mengemukakan bahwa untuk
membantu atau mempermudah dalam proses pendeskripsian, maka dapat mengikuti
rambu-rambu sebagai berikut ini:
1) Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah akan mendeskripsikan tempat
atau orang.
2) Merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai alat
10. bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.
3) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan orang,
apakah yang dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda-
benda di sekitar tokoh. Kalau yang dideskripsikan tempat, apakah yang akan
dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang
menarik.
4) Memperinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang
akan dideskripsikan. Hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu
memunculkan kesan dan gambaran kuat menganai sesuatu yang dideskripsikan.
Pendekatan apa yang akan digunakan oleh peneliti.
e. Karakteristik karangan deskripsi
Deskripsi berasal dari kata bahasa latin describere yang berarti suatu bentuk
karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga
pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakannya) apa
yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penelitiannya. Karangan deskripsi merupakan
karangan yang kita susun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk
menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca. Disamping itu,
peneliti karangan deskripsi membutuhkan keterlibatan perasaan.Dalam menulis
karangan deskripsi yang baik dituntut tiga hal. Pertama, kesanggupan berbahasa kita
yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk. Kedua, kecermatan pengamatan dan
keluasan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud objek yang dideskripsikan.
Ketiga, kemampuan kita memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan
keterhidupan deskripsi.
11. Untuk membantu mempermudah pendeskripsian, berikut ini disajikan rambu-
rambu yang dapat diikuti:
1) Menentukan apa yang akan dideskripsikan.
2) Merumuskan tujuan pendeskripsian.
3) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan.
4) Memperinci dan menyistematiskan hal- hal yang menujang kekuatan bagian yang
akan dideskripsikan.
Berdasarkan kategori yang lazim, ada dua objek yang diungkapkan dalam
deskripsi, yakni orang dan tempat.
1) Deskripsi orang
Untuk mengenali lebih dalam deskripsi orang, tentukan hal- hal yang
menarik dari orang yang akan dideskripsikan. Setelah itu, kemukakan informasi
tentang orang itu dengan retorika pengungkapan yang memungkinkan pembaca
seolah- olah mengenalinya sendiri.
Beberapa aspek yang dapat dipakai dalam mendeskripsikan orang:
a) Deskripsi fisik bertujuan memberi gambaran yang sejelas- jelasnya tentang
keadaan tubuh seseorang tokoh.
b) Deskripsi keadaan sekitar, yaitu penggambaran keadaan yang mengelilingi
sang tokoh, misalnya penggambaran tentang aktivitas- aktuvitas yang
dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat kediaman, dan kendaraan,
yang ikut menggambarkan watak seseorang.
c) Deskripsi watak atau tingkah perbuatan yaitu mendeskripsikan watak
seseorang. Kita harus mampu menafsirkan tabir yang tergantung dibalik fisik
manusia. Kemudian, menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat
12. memperlihatkan karakter yang digambarkan.
d) Deskripsi gagasan- gagasan tokoh menggambarkan pancaran wajah,
pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang
keadaan perasaan seseorang pada waktu itu.
2) Deskripsi tempat
Deskrisi tempat berdasarkan pada tiga hal yaitu:
a) Suasana hati
Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati manakah yang paling
menonjol untuk dijadikan landasan.
b) Bagian yang relevan
Pengarang deskripsi juga harus mampu memilih detail- detail yang
relevan untuk dapat menggambarkan suasana hati.
c) Urutan penyajian
Mampu menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan
detail- detail yang dipilih.
3. Media Objek Langsung
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian media dan prinsip-prnsip
umum penggunaan media, dan media Objek Langsung.
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata
medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutu)
atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara
dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh
karena itu, media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan
13. pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.
Menurut pendapat Bretz,(Anitah,2008:1) mengatakan bahwa “media adalah
sesuatu yang terletak di tengah- tengah, jadi suatu perantara yang menghubungkan
semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara
media komunikasi dan alat bantu komunikasi”. Perbedaannya adalah bahwa yang
pertama merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk menyajikan keseluruhan
informasi dan menggerakan saling tindak antara pembelajaran dengan subjek yang
dipelajari, sedangkan yang kedua semata- mata adalah penunjang pada penyajian
dilakukan oleh guru.
Pendapat lain dikemukakan oleh Gerlach dan Ely (Anitah, 2008 : 2), sebagai
berikut: “media adalah grafik, fotografi, elektronik atau alat- alat mekanik untuk
menyajikan , memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual”.
Dari berbagai definisi tersebut tersebut dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan
kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Dengan pengertian itu, guru, atau dosen, buku ajar, lingkungan adalah media
pembelajaran.
b. Prinsip- prinsip umum penggunaan media
Dalam memilih media untuk pembelajaran, guru sebenarnya tidak hanya
cukup mengetahui tentang kegunaan , nilai, serta landasannya, tetapi juga harus
mengetahui bagaimana cara menggunakan media tersebut. Adapun prinsip- prinsip
umum penggunaan media adalah sebagai berikut:
1) Kesederhanaan (Simplicity)
14. Bentuk media ini harus ringkas, sederhana dan dibatasi pada hal-hal yang penting
saja,Konsepnya harus tergambar dengan jelas serta mudah dipahami.
2) Kesatuan (Unity)
Pada Prinsip Kesatuan ini adalah hubungan yang ada diantara unsur-unsur visual
dalam kesatuan fungsinya secara keseluruhan.
3) Penekanan (Emphasis)
Walaupun ditunjukan dengan suatu gagasan tunggal,yang dikembangkan secara
sederhana ,merupakan suatu kesatuan, sering diperlukan penekanan pada bagian-
bagian tertentu untuk memusatkan minat dan perhatian.
4) Keseimbangan (Balance)
Ada dua jens keseimbangan, yaitu: formal dan informal. Keseimbangan formal
dapat ditunjukan dengan adanya pembagian secara simetris, sehingga dapat
dibayangkan seperti didepan kaca, sebagian dari bentuk yang digambarkan
merupakan belahan yang lain. Bentuk ini terkesan statis. Sebaliknya,
keseimbangan informal, bentuknya tidak simetris. Bagian-bagiannya
dikembangkan sehingga tidak terkesan statis.
5) Alat-alat visual
Alat-alat visual yang dapat membantu keberhasilan penggunaan prnsip-prinsip
pembuatan (pengembangan) media visual tersebut di atas adalah: garis, bentuk,
warna, tekstur, dan ruang(kemp, 1890), sebagai berikut:
a. Garis. Suatu garis dalam media visual dapat menghubungkan unsur-unsur
bersama dan akan membimbing pemirsa untuk mempelajari media
tersebutdalam suatu urutan tertentu.
b. Bentuk. Suatu bentuk yang tidak biasa (aneh) dapat menimbulkan suatu
15. perhatiankhusus pada sesuatu yang divisualkan.
c. Ruang. Ruang terbuka disekeliling unsur-unsur visual dan kata-kata akan
mencegah kesan berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu digunakan
dengan cermat, maka unsur-unsur yang dirancang menjadi efektif.
d. Tekstur. Tekstur adalah unsure visual yang dijadikan sebagai pengganti
sentuhan rasa tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti warna,
memberikan penekanan, pemisahan, atau untuk meningkatkan kesatuan.
e. Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media
visual, tetapi harus digunakan secara berhati-hatiuntuk memperoleh pengaruh
yang terbaik. Untuk memilih warna ini harus diperhatikan tiga hal, yaitu:
1) Warna (merah, biru, dsb)
2) Nilai warna (gelap,terang)
3) Kekuatan warna (efeknya)
c. Media Objek Langsung
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian media Objek Langsung,dan
langkah – langkah pembelajaran media objek langsung
1) Pengertian media Objek Langsung
Menulis Objek Langsung merupakan salah satu sub bagian dari Model
Pembelajaran Menulis/Mengarang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sub
bagian yang lain dari model pembelajaran Menulis yaitu : Menulis Objek
Gambar, Menulis Re-Kreasi dan Menulis Imajinatif.
Model pembelajaran Menulis Objek Langsung merupakan pembelajaran
awal/permulaan pada model pembelajaran Menulis. Dalam model pembelajaran
menulis ini siswa dilatih untuk mengungkapkan sesuatu berupa objek langsung
16. (misalnya: kursi, bunga, buah-buahan, kelinci,dsb) lalu menuliskan dalam
beberapa kalimat yang diamatinya. Bisa warnanya, bentuknya, baunya, tingkah
lakunya, dsb. Pilihan tergantung situasi pembelajaran seperti yang
dikehendaki/diinginkan, dan relevansinya dengan tujuan Efektifitas pembelajaran
Melalui Media Objek Langsung akan membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran. Media objek langsung yang dimaksudkan adalah objek yang berada di
lingkungan sekitar siswa Penggunaan media obyek langsung dalam kegiatan
pembelajaran, berarti siswa dapat belajar melalui lingkungan. Hal tersebut berarti
bahwa guru dapat menjadikan lingkungan sebagai sumber dan media
pembelajaran sekaligus. Hal terseut berarti bahwa media obyek langsung, dapat
digunakan guru sebagai sumber belajar, sekaligus menjadi media yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran. Karena media tersebut berasal dari lingkungan
siswa, maka media obyek langsung dapat berupa benda hidup maupun benda mati.
Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan pengajaran melalui
obyek langsung digunakan dengan pendekatan lingkungan dimana kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru menjadikan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik
perhatian siswa jika apa yang dipelajarinya diangkat dari lingkungannya. Siswa
dapat dengan mudah mengamati benda nyata atau obyek langsung yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti
siswa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri
apa-apa yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian siswa dapat memahami
sesuatu secara lengkap karena siswa mengamati secara langsung obyek aslinya.
17. Pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pengamatan langsung terhadap objek
langsung dan nyata akan lebih lengkap jika dibandingkan dengan penggunaan
obyek tidak langsung.
Salah satu contoh jika mempelajari tentang Spesies Kupu-kupu, maka
siswa dapat diajak untuk melihat spesies kupu-kupu di tempat penangkaran kupu-
kupu, misalnya di Bantimurung yang terkenal dengan The King of Butterfly.
Melalui pembelajaran pada obyek langsung, siswa dapat mempelajari keadaan
objek secara aktual. Siswa secara langsung dapat mengamati, memperhatikan
secara langsung obyek yang sedang dipelajari. Jika siswa mempelajari obyek
tentang daun, maka siswa dapat melihat secara langsung daun tersebut. Dengan
demikian siswa dapat secara teliti mengamati obyek sesungguhnya dari hal yang
sedang dipelajari. beberapa jenis media obyek langsung yang bersumber dari
lingkungan yang dapat didayagunakan untuk kepentingan pembelajaran yaitu
lingkungan fisik, alam dan lingkungan buatan. Dengan demikian jika
pembelajaran menggunakan media obyek langsung, maka kegiatan pembelajaran
tersebut menjadikan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Media obyek
langsung tersebut dapat berupa benda hidup atau benda mati yang berada di
lingkungan kehidupan siswa.
2). Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi
Menurut Suparno dan Yunus (2008: 4.22) mengemukakan bahwa untuk
membantu atau mempermudah dalam proses pendeskripsian, maka dapat
mengikuti rambu-rambu sebagai berikut ini:
18. a. Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah akan mendeskripsikan
tempat atau orang.
b. Merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai
alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.
c. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan
orang, apakah yang dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya,
atau benda-benda di sekitar tokoh. Kalau yang dideskripsikan tempat,
apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-
bagian tertentu saja yang menarik.
d. Memerinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan
bagian yang akan dideskripsikan. Hal-hal apa saja yang akan ditampilkan
untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat menganai
sesuatu yang dideskripsikan. Pendekatan apa yang akan digunakan oleh
penulis.
4. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian Bahasa dan Sastra Indonesia,
tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dan ruang lingkup pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.
a. Pengertian Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari beberapa macam
mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Mata
19. pelajaran Bahasa Indonesia dalam KTSP bertujuan untuk mengembangkan sikap dan
berperilaku positif dalam berbahasa. Bahasa Indonesia di sekolah digunakan sebagai
bahasa pengantar sejak sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi Bahasa dan Sastra
Indonesia. Menurut Solchan, dkk (2009: 7.5) “Bahasa dan Sastra Indonesia adalah
pembelajaran bahasa indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah satu
kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada”.
b. Tujuan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Di sekolah dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan sebagai mata
pelajaran pokok, akan tetapi pada kelas rendah untuk daerah-daerah tertentu masih
digunakan bahasa daerah sebagai alat berinteraksi dalam proses belajar mengajar
dikelas. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar diajarkan secara penuh
sebagai mata pelajaran dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat
berinteraksi dalam proses belajar mengajar diberikan kepada kelas tinggi, yaitu kelas
III-VI.
Untuk kelas I dan II (kelas rendah), pembelajaran Bahasa Indonesia
menekankan pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan,
sedangkan untuk kelas III- VI (kelas tinggi) menekankan pada peningkatan
kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
standar kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum.
“Menurut Muslim (2007), menjelaskan bahwa pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia bertujuan membekali peserta didik kemampuan berkomunikasi
secara efektif dan efisien dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis ”. Lalu berdasarkan
Hartati,dkk (2006:176) meli, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa dan
20. Sastra indonesia secara umum meliputi :
1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara.
2) Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam tujuan.
3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial.
4) Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa.
5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, wawasan kehidupan, meningkatkan kemampuan berbahasa.
6) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya
dan intelektual.
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-
sekolah terutama sekolah dasar terdiri dari beberapa ruang lingkup yaitu
1) Menyimak
“Menurut Hartati (2006:185), menjelaskan bahwa Menyimak dan
berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung”. Dengan
melatih keterampilan menyimak akan melatih keterampilan berpikir atau bernalar
siswa, sehingga siswa dapat menerima, memahami, dapat menyampaikan kembali
informasi tersebut melalui lisan atau tulisan dengan menggunakan bahasa yang
dapat dipahami oleh pendengarnya.
2) Berbicara
21. “Menurut Hartati (2009:1.11), menjelaskan bahwa ada tiga jenis situasi
berbicara yaitu interaksi, semiinteraksi, dan noninteraksi”. Situasi-situasi
berbicara interaktif misalnya, percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat
telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengar,
dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat
meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian
berbicara semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara
langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi
terhadap pembicara, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Lalu noninteraktif, misalnya berpidato
melalui radio atau televisi. “Menurut Hartati (2006:185), menjelaskan bahwa
Berbicara merupakan berbahasa yang produktif”.
3) Membaca
Pembelajaran membaca di sekolah dasar diselenggarakan dalam rangka
pengembangan kemampuan membaca yang mutlak harus dimiliki oleh setiap
warga Negara agar dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan,
Pembelajaran membaca di sekolah dasar terdiri atas dua bagian, yakni membaca
permulaan di kelas I dan II. Melalui permulaan membaca ini siswa diharapkan
mampu mengenali huruf, suku kata, kalimat, dan mampu membaca dalam
berbagai konteks. Lalu yang kedua adalah membaca lanjut mulai dari kelas III
dan seterusnya.
4) Menulis
Menurut Mulyati (2009:1. 13), menyatakan bahwa menulis merupakan
22. ketrampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan
suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara jenis-jenis keterampilan
berbahasa lainnya.
5) Kebahasan
Pembelajaran kebahasan di SD, sebenarnya belum diberikan secara khusus
seperti di SLTA, tetapi disajikan melalui konteks yang termasuk kebahasan.
Maksudnya, kebahasan dapat disajikan melalui aspek membaca, pengucapan lafal
yang benar, intonasi kalimat, paragraph, penulisan ejaan yang benar dan
seterusnya. Aspek kebahasan menunjang keempat keterampilan berbahasa.
6) Sastra
Menurut Hartati (2006:187), merupakan pembelajaran sastra di SD,
ditekankan pada apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Kegiatan
pembelajaran sastra di SD disajikan secara terpadu melalui aspek-aspek
keterampilan bahasa seperti menyimak (mendengar, menonton) hasil karya sastra
membaca pemahaman, membaca indah, bercerita menulis.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 pada
tahun 2001 tentang Pemerintahan Daerah, maka disetiap daerah di Indonesia
diberikan kewenangan atau pemberdayaan untuk mengatur pendidikan dan
kebudayaannya sendiri-sendiri. Pemberian otonomi dalam bidang pendidikan,
misalnya dengan upaya pemberdayaan terhadap daerah untuk menentukan sendiri
jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem penilaian hasil
belajar, guru dan kepala sekolah, fasilitas dan sarana belajar siswa.
Salah satu contoh dari diberlakukannya otonomi daerah tentang
23. pendidikan adalah dengan diberikan kewenangan untuk menentukan kurikulum
yang dipakai di setiap sekolah. Menurut Dakir (2004:3) menyatakan bahwa,
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan
belajar mengajar”. Kurikulum yang digunakan pada setiap sekolah sebagai akibat
dari adanya peraturan otonomi daerah adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
masing- masing satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
KTSP dikembangkan melalui upaya pemberdayakan tenaga kependidikan sumber
daya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar di lingkungan
masing- masing tingkat satuan pendidikan.
d. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Dalam hal ini Standar kompetensi,kompetensi dasar dan indikator dalam
menulis karangan yang dipakai adalah:
Standar Kompetensi : Menulis
8. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara
tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun
anak.
Kompetensi Dasar : 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana
24. dengan memperhatikan penggunaan ejaan huruf kapital
dan tanda titik.
Indikator : 8.1.1 Menjelaskan pengertian karangan deskripsi.
8.1.2 Mengetahui langkah-langkah menulis karangan
deskripsi.
8.1.3 Membuat karangan deskripsi dengan panduan
objek langsung.
B. Hasil yang Relevan
Penelitian tentang permasalahan dalam mata pelajaran bahasa indonesia, terutama
pada aspek menulis dengan menggunakan media objek langsung belum banyak dilakukan.
Oleh karena itu, penelitian tentang media objek lagsung dalam mata pelajaran Bahasa
indonesia menjadi menarik untuk dilakukan. Adapun penelitian yang relevan dalam
penelitian ini adalah penelitian Mintarni (2010).
Mintarni (2010) alumni Universitas Siliwangi melakukan penelitian yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Menggunakan
Media Objek Langsung Kompetensi Dasar Materi Makna gotong- royong Pada Siswa Kelas
III Sekolah Dasar Negeri 01 Babakan Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2009-2010”.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperoleh simpulan bahwa metode pembelajaran
dengan menggunakan media 0bjek langsung terbukti dapat meningkat hasil belajar
pendidikan kewarganegaraan kompetensi dasar makna gotong-royong pada siswa kelas III
SD Negeri 01 Babakan Kabupaten Ciamis. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
peningkatan rata-rata hasil belajar pendidikan kewarganegaraan saat pre test rata-rata 6,25
post test siklus I menjadi 6,45, siklus II menjadi 6,90 dan siklus III meningkat menjadi 7,50.
25. C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan deskripsi terkadang menjadi
pembelajaran yang membosankan apalagi metode dan media yang digunakan bersifat
konvensional. Akibat hal itu, siswa tidak tertarik dan pasif dalam pembelajaran menulis,
sehingga kemampuan menulis siswa rendah. Media Objek langsung salah satu media
pembelajaran yang dipilih dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi.
Deskripsi merupakan tulisan yang tujuannya memberi perincian atau detail tentang objek
sehingga dapat memberikan pengaruh sensivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar.
Media Objek langsung merupakan media yang konkrit dan realistik karena objek langsung
merupakan penggambaran nyata dari suatu objek atau peristiwa. Maka dari itu, media
objek langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Selain itu objek langsung lebih
menarik dan lebih memperjelas siswa. Proses kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada siklus I, peneliti selaku guru pelaksana akan menggunakan media objek langsung
lingkungan Sekolah . Sedangkan, proses kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
siklus II, peneliti selaku guru pelaksana akan menggunakan media objek langsung
persawahan dengan menggunakan media Objek Langsung diharapkan kemampuan menulis
karangan deskripsi di SD Negeri 1 Karang Nanas akan meningkat. Untuk lebih jelasnya
perhatikanlah bagan kerangka berpikir dari penelitian ini sebagai berikut:
26.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir penelitian diatas, maka penelitian hipotesis tindakan ini
adalah: Dengan menggunakan media dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi akan
membantu siswa dalam kegiatan menulis karangan deskripsi sehingga dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan deskripsi. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis
bahwa penggunaan media objek langsung dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis
karangan deskripsi.
Kondisi
Awal
Guru belum
menggunakan
media Objek
langsung dalam
pembelajaran
Kemampuan
menulis
karangan
deskripsi siswa
masih rendah
Siklus I
Guru sudah
menggunakan
media objek
langsung dalam
pembelajaran.
Kemampuan
menulis
karangan
deskripsi siswa
meningkat
Siklus II
Guru sudah
menggunakan
media objek
langsung dalam
pembelajaran
Kemampuan
menulis
karangan
deskripsi siswa
meningkat