3. SUPERVISIMONEV
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah menyelesaikan materi ini peserta mampu melakukan
melakukan supervisi dan monitoring evaluasi program P2 kusta
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta akan dapat:
1. Melakukan Supervisi
• Menjelaskankan pengertian supervisi (bimbingan teknis)
• Menjelaskan tujuan supervisi
• Menjelaskan gaya supervisi
• Menjelaskan tingkatan supervisi
• Menjelaskan tahapan supervisi
2. Melakukan monitoring dan evaluasi
• Monitoring
• Evaluasi
4. Suatu cara untuk menilai penampilan kerja (performance) petugas
melalui penilaian pekerjaan mereka baik secara langsung maupun
tidak langsung.
1.Pengertian Supervisi
5. TUJUAN SUPERVISI
MOTIVASI
Bagi petugas
MENGETAHUI KESULITAN
KESULITAN YANG DIHADAPI
PERBAIKAN
KINERJA PETUGAS
MOTIVASI
KESULITAN PERBAIKAN
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja.
Ada 4 faktor utama yang menentukan kinerja petugas yaitu:
SASARAN
yang sesuai
SASARAN
6. GAYA SUPERVISI
SUPERVISI OTOKRATIS SUPERVISI ANARKIS SUPERVISI DEMOKRATIS
Supervisor otokratis berkata :
“Lakukan sesuai apa yang saya
katakan”
tipe supervisor ini adalah orang
yang selalu mencoba segalanya,
mengetahui segalanya, berada di
mana saja dan tidak bisa
mewakilkan tanggung jawab.
Supervisor demokratis
mengatakan “Mari kita sepakati
dulu apa yang akan kita
kerjakan” serta senantiasa
mencari keseimbangan antara
kebutuhan petugas, program
dan orang-orang yang dilayani.
Supervisi Anarkis ungkapan
“Lakukan sesukamu”.
Supervisor mempercayai
bawahannya secara penuh.
7. SUPERVISI OTOKRASI
Tipe seperti ini dapat menimbulkan
hilangnya keefektivan & efisiensi saat
ditinggalkan oleh supervisor dan
menimbulkan kesulitan psikologis
alami dalam bentuk ketakutan,
keengganan, kurangnya rasa percaya
diri atau perasaan yang tidak aman.
Baiknya pada Kondisi :
Tugas yang membutuhkan koordinasi dan
kekonsistenan, terutama jika dalam satu program
dipekerjakan banyak petugas.
Tugas-tugas yang membutuhkan aksi segera, seperti
keadaan kedaruratan (epidemi, wabah, dsb).
Petugas yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang terbatas.
Petugas yang tidak dapat dipercaya atau tidak dapat
diandalkan.
model otokratis hanya bisa berjalan bila supervisi dilakukan dengan ketat
8. SUPERVISI ANARKIS
pada kasus ekstrim
berkonsekuensi minimnya
koordinasi kegiatan hingga
tugas-tugas bisa
terlantarkan.
model otokratis hanya bisa berjalan bila supervisi dilakukan dengan ketat
9. SUPERVISI DEMOKRATIS
Tipe supervisi demokratis sesuai untuk :
Pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, misalnya riset
Orang-orang yang kompeten dan memiliki pengalaman
Orang-orang yang dikenal dapat diandalkan
Orang-orang yang bersedia menerima tanggung jawab dan
bisa mengambil keputusan.
Tidak selalu berarti bahwa gaya demokratis merupakan cara yang terbaik
11. 1. DAFTAR URAIAN TUGAS.
Observasi/mengamati petugas, Interview
dengan petugas, Pemeriksaan pasien.
Interview dengan pasien/anggota
masyarakat, Melihat dokumentasi,
pencatatan/pelaporan, Periksa
persediaan Obat dan logistik lainnya:
(jumlah, tanggal kadaluarsa).
2. METODE SUPERVISI
TAHAPAN SUPERVISI
TAHAPAN PERSIAPAN
3. DAFTAR TILIK SUPERVISI
4. JADWAL SUPERVISI
5. FORMAT TERKAIT HASIL
OBSERVASI DAN REKOMENDASI
15. MONITORING
MONITORING
salah satu kegiatan manajemen yang
bertujuan mengidentifikasi & memecahkan
masalah program segera setelah diketahui
adanya masalah.
suatu cara untuk melihat penampilan
program, apakah semua kegiatan dapat
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
16. MONITORING
MONITORING
Dilakukan secara langsung, yaitu melalui
kontak langsung dengan petugas
Dilakukan secara tidak langsung melalui
laporan yang ada
Memantau tentang penampilan program
Memantau informasi tentang penampilan petugas
17. O K U S
M O N I T O R I N GF
PERENCANAAN MONITORING:
Penetapan kegiatan APA yang dimonitor & BAGAIMANA CARA
memonitornya.
FOKUS pada KEGIATAN UTAMA PROGRAM
namun Aspek yang berbeda dari setiap kegiatan dapat dimonitor
Penampilan Kerja
KUALITAS
Output dan Outcome
(dampak)
KUANTITAS
Dalam Menyelesaikan Kegiatan
KETEPATAN WAKTU
Dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan dapat membuat
PRIORITAS KEGIATAN yang perlu dimonitor.
18. Pencapaian target dan tujuan pada waktu tertentu &
Diperlukan penetapan definisi pengukuran
(Indikator epidemiologi dan operasional) yang jelas
PROSES PENILAIAN
01 02 03 04JUMLAH PROPORSI RATIO RATE
EVALUASI
(proses penilaian)
Indikator yang dinilai:
20. KEGUNAAN INDIKATOR PROGRAM
01
05
PENEMUAN
BARU
INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
.
Indikator program kusta merupakan alat ukur kinerja dan kemajuan program serta untuk
mempermudah analisis data
I. INDIKATOR UTAMA : indikator yang mengukur secara Global dan Nasional
keberhasilan dari pencapaian program terkait tujuan dan sasaran
strategispada RPJMN yang digunakan untuk perbaikan dan peningkatan
program
II. INDIKATOR PENDUKUNG : Indikator bertujuan untuk mendukung
pencapaian indikator utama
21. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
INDIKATOR UTAMA
1. Prevalence Rate
2. Case Detection Rate
3. Tidak adanya kebijakan yang memperbolehkan adanya diskriminasi
terhadap OYPMK dan keluarganya
4. Angka cacat tingkat 2
5. Proporsi penderita kusta baru tanpa cacat
6. Proporsi penderita kusta baru pada anak
7. Jumlah penderita kusta baru pada anak(15 th) dgan cacat tk 2
8. Proporsi perempuan di antara penderita kusta baru
9. Proporsi penderita kusta MB diantara penderita baru
10. Proporsi kontak penderita kusta yang diperiksa
11. Angka kesembuhan (RFT)
22. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
INDIKATOR PENUNJANG
1. Proporsi penderita kusta baru dg cacat tk 2
2. Proporsi penderita defaulter
3. Proporsi penderita kambuh atau relapse
4. Proporsi penderita impor diantara penderita baru kusta
5. Jumlah penderita kusta yang mengalami rekasi berat berulang
6. Jumlah penderita kusta yg mengalami reaksi ENL setelah RFT
7. Proporsi penderita kusta baru yg diperiksa fungsi saraf selama pengobtan
8. Proporsi penderita kusta yg dievaluasi nilai kecacatan pada awal dan akhir pengobatan
9. Proporsi penderita kusta yg bertambah kecacatannya selama pengobatan
10.Proporsi penderita kusta baru yg didiagnosis dg benar
11.Proporsi penderita kusta dan OYPMK yg mendapatkan informasi perawatan diri
12.Proporsi penderita kusta resisten obat kusta MDT dianata penderita kusta relaps
13.Proporsi cakupan pemberian obat rifampisin pada kemoprofilaksis dengan pendekatan
blanket
14.Proporsi cakupan pemberian obat rifampisin pada kemoprofilaksis dengan pendekatan
partisipasi masyarakat
15.Proporsi cakupan pemberian obat rifampisin pada kemoprofilaksis dengan pendekatan kontak
16.Rerata jumlah kontak yang menerima kemoprofilaksis kusta untuk setiap penderita kusta
indeks (khusus metode partisipasi masyarakat dan kontak)
17.Proporsi kontak yg mendapat kemoprofilaksis kusta menjadi penderita kusta baru
23. KEGUNAAN INDIKATOR PROGRAM
01
KUALITAS
PELAYANAN
03
JUMLAH
KEBUTUHAN
05
PENEMUAN
BARU
04
PREVALANSI
02
ANGKA
KESEMBUHAN
Untuk menetapkan besarnya masalah
dan transmisi yang sedang
berlangsung. Selain itu juga
dipergunakan untuk menghitung
jumlah kebutuhan obat serta
menunjukkan aktifitas program.
Angka kesembuhan
Angka ini sangat
penting dalam penilaian
kualitas tatalaksana
penderita dan kepatuhan
penderita dalam minum
obat.
Prevalensi dan angka prevalensi
Angka ini menunjukkan besarnya
masalah di suatu daerah,
menentukan beban kerja dan
sebagai alat evaluasi.
Jumlah penemuan
penderita baru dan
angka penemuan
penderita
.
Untuk menilai kualitas pelayanan program
(MDT) untuk pasien kusta. Sesuai dengan
kualitas pelayanan pengobatan, maka rasio
P/D dapat bernilai < 1 atau > 1
24. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
(INDIKATOR UTAMA)
Jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu
--------------------------------------------------- X 10.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
1. Prevalence Rate:
Merupakan jumlah Penderita Kusta PB dan MB terdaftar atau yang
mendapatkan pengobatan pada saat tertentu per 10.000 penduduk.
Angka ini menunjukkan besarnya masalah di suatu daerah,
menentukan beban kerja, dan sebagai alat evaluasi. Target nasional
program Penanggulangan Kusta adalah angka Penderita Kusta
terdaftar < 1 per 10.000 penduduk.
25. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
Case Detection Rate
Jumlah kasus yang baru ditemukan pada periode 1 tahun
--------------------------------------------------------- X 100.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama.
2. (Case Detection Rate = CDR) . Angka Penemuan Penderita Kusta Baru,
Adalah jumlah Penderita Kusta yang baru ditemukan pada periode 1 (satu) tahun per
100.000 penduduk, dengan target program CDR <5 per 100.000 penduduk. Merupakan
indikator yang bermanfaat dalammenetapkan besarnya masalah dan transmisi yang sedang
berlangsung. Selain itu, juga dipergunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan obat serta
menunjukkan aktivitas program.
26. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
3. Tidak Ada Kebijakan yang Memperbolehkan Adanya Diskriminasi
Terhadap OYPMK dan Keluarganya:
Indikator ini menunjukkan ada tidaknya diskriminasi dalam
masyarakat dengan melihat kesenjangan akses atau kesempatan bagi
OYPMK mendapatkan pelayanan kesehatan. Indikator tersebut dinilai
dengan melihat ada tidaknya kebijakan, peraturan perundang-
undangan, atau produk hukum lainnya yang menimbulkan
diskriminasi terhadap OYPMK dan keluarganya.
27. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
4. Angka cacat tingkat 2 (Grade 2 Disability Rate)
Adalah angka Penderita Kusta baru yang telah mengalami cacat
tingkat 2 per 1.000.000 penduduk. Angka ini merefleksikan perubahan dalam deteksi Penderita
Kusta baru dengan penekanan pada penemuan Penderita Kusta secara dini. Target yang
ditetapkan untuk indikator tersebut adalah < 1 per 1.000.000 penduduk.
Case Detection Rate
Jumlah kasus kusta baru dengan cacat tk 2
dlm periode 1 tahun
-------------------------------------------------------- X 1000.000
Jumlah penduduk
28. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
5. Proporsi Penderita Kusta Baru Tanpa Cacat
Jumlah Penderita Kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) di antara
total Penderita Kusta baru yang ditemukan di suatu wilayah dalam
periode waktu satu tahun. Indikator tersebut merefleksikan upaya
penemuan Penderita Kusta secara dini.
Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat yang ditemukan
(cacat tk 0)
-------------------------------------------------------- X 100%
Jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode 1 tahun
29. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
6. Proporsi Penderita Kusta Baru Pada Anak
Merupakan proporsi Penderita Kusta baru pada anak usia <15 tahun,
dengan target <5%. Indikator tersebut dapat digunakan untuk
melihat keadaan penularan saat ini dan memperkirakan kebutuhan
obat.
Jumlah kasus kusta baru anak (, 15 tahun) yang ditemukan dalam
periode 1 tahun
-------------------------------------------------------- X 100%
Jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode yang sama
30. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
7. Jumlah Penderita Kusta Baru Pada Anak dengan Cacat Tingkat 2
Merupakan jumlah Penderita Kusta baru pada anak (< 15 tahun) yang mengalami cacat tingkat
2. Indikator tersebut mengindikasikan kualitas penemuan Penderita Kusta, kualitas pelayanan
Kusta, serta merefleksikan kesadaran komunitas. Adanya Penderita Kusta baru pada anak
dengan cacat tingkat 2 mengindikasikan keterlambatan penemuan Penderita Kusta dan
transmisi infeksi yang masih berlangsung di masyarakat. Target yang diharapkan adalah tidak
ada Penderita Kusta baru pada anak dengan cacat tingkat 2 pada tahun 2020.
31. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
8. Proporsi Perempuan di antara Penderita Kusta Baru
Merupakan jumlah Penderita Kusta perempuan di antara Penderita Kusta Kusta baru
yang ditemukan pada periode 1 (satu) tahun. Indikator tersebut menggambarkan akses
pelayanan kesehatan terhadap perempuan di antara Penderita Kusta baru.
Jumlah kasus kusta baru perempuan dalam periode 1 tahun
-------------------------------------------------------- X 100%
Jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode yang sama
32. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
9. Proporsi Penderita Kusta MB di antara Penderita Baru
Jumlah Penderita Kusta MB yang ditemukan di antara Penderita Kusta baru pada
periode 1 (satu) tahun. Angka tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan sumber
penyebaran infeksi dan untuk menghitung kebutuhan obat.
Jumlah kasus kusta baru MB yang ditemukan dalam periode 1 tahun
-------------------------------------------------------- X 100%
Jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode yang sama
33. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
10. Proporsi Kontak Penderita Kusta yang Diperiksa
Merupakan proporsi kontak dari penderita indeks yang diperiksa di antara kontak yang
terdaftar (kontak termasuk di antaranya kontak serumah dan kontak sosial). Indikator
tersebut mengindikasikan intensitas upaya penemuan Penderita Kusta dan kualitas
penemuan Penderita Kusta. Target yang ditentukan adalah 85% kontak Penderita Kusta
diperiksa.
Jumlah kontak kasus kusta baru yang diperiksa
-------------------------------------------------------- X 100%
Total Jumlah kontak kasus yang terdaftar
34. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
Jumlah kasus baru PB dari periode kohort 1 tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan tepat
waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam persentase.
Jumlah kasus baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6 – 9 bulan)
------------------------------------------------------------ X 100 %
Jumlah seluruh kasus baru PB yang memulai MDT pada periode kohort tahun
yang sama
11. Angka Kesembuhan atau Release From Treatment (RFT) Rate
Angka ini sangat penting dalam menilai kualitas tata laksana penderita dan kepatuhan Penderita Kusta
dalam minum obat. a. RFT Rate MB Jumlah Penderita Kusta baru MB dari periode kohort 1 (satu)
tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan)
dinyatakan dalam persentase.
Jumlah kasus baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12 - 18 bulan
--------------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlah seluruh kasus baru MB yang memulai MDT periode kohort tahun yang
sama
35. INDIKATOR PROGRAM P2 KUSTA
INDIKATOR PENUNJANG
1. Proporsi penderita kusta baru dg cacat tk 2
2. Proporsi penderita defaulter
3. Proporsi penderita kambuh atau relapse
4. Proporsi penderita impor diantara penderita baru kusta
5. Jumlah penderita kusta yang mengalami rekasi berat
6. Jumlah penderita kusta yang mengalami rekasi berat berulang
7. Jumlah penderita kusta yg mengalami reaksi ENL setelah RFT
8. Proporsi penderita kusta baru yg diperiksa fungsi saraf selama pengobatan
9. Proporsi penderita kusta yg dievaluasi nilai kecacatan pada awal dan akhir pengobatan
10.Proporsi penderita kusta yg bertambah kecacatannya selama pengobatan
11.Proporsi penderita kusta baru yg didiagnosis dg benar
12.Proporsi penderita kusta dan OYPMK yg mendapatkan informasi perawatan diri
13.Proporsi penderita kusta resisten obat kusta MDT dianata penderita kusta relaps
14.Proporsi cakupan pemberian obat rifampisin pada kemoprofilaksis dengan pendekatan
blanket
15.Proporsi cakupan pemberian obat rifampisin pada kemoprofilaksis dengan pendekatan
partisipasi masyarakat
16.Proporsi cakupan pemberian obat rifampisin pada kemoprofilaksis dengan pendekatan
kontak
17.Rerata jumlah kontak yang menerima kemoprofilaksis kusta untuk setiap penderita kusta
indeks (khusus metode partisipasi masyarakat dan kontak)
18.Proporsi kontak yg mendapat kemoprofilaksis kusta menjadi penderita kusta baru
36. Jumlah kasus kusta baru dengan cacat tingkat 2 dalam periode 1tahun
----------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode yang sama
1. Proporsi Penderita Kusta Baru dengan Cacat Tingkat 2
Adalah jumlah Penderita Kusta cacat tingkat 2 yang ditemukan di antara Penderita Kusta
baru pada periode 1 (satu) tahun. Angka ini bermanfaat untuk menunjukkan
keterlambatan antara kejadian penyakit dan penegakkan diagnosa (keterlambatan
Penderita Kusta mencari pengobatan atau keterlambatan petugas dalam penemuan
Penderita Kusta). Target proporsi Penderita Kusta baru dengan cacat tingkat 2 adalah <
5%.
37. Jumlah kasus PB atau MB yang tidak menyelesaikan pengobatan
tepat waktu
----------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kasus baru PB atau MB yang mendapat pengobatan pada periode
kohort tahun yang sama
2. Proposi Penderita Defaulter
Jumlah Penderita Kusta yang tidak menyelesaikan pengobatan tepat waktu (PB tidak
mengambil obat lebih dari 3 bulan, MB tidak mengambil obat lebih dari 6 bulan) di antara
Penderita Kusta baru yang mendapat pengobatan pada periode 1 (satu) tahun. Indikator ini
bermanfaat untuk melihat kualitas kegiatan pembinaan pengobatan/keteraturan berobat.
38. Jumlah kasus relaps
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kasus terdaftar dalam periode yang sama
3. Proporsi Penderita Kambuh atau Relaps
Merupakan jumlah Penderita Kusta kambuh atau relaps yang ditemukan. Indikator ini
digunakan untuk melihat efektivitas pengobatan MDT. Peningkatan jumlah Penderita Kusta
relaps yang ditemukan di suatu wilayah dapat mengindikasikan peningkatan kualitas
pelaporan ataupun adanya resistensi obat.
39. Jumlah kasus kusta baru impor dalam periode 1 tahun
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode yang sama
4. Proporsi penderita impor (foreign born) di antara penderita baru Kusta
Merupakan jumlah penderita impor di antara penderita baru Kusta yang ditemukan pada
periode 1 (satu) tahun. Indikator tersebut mengindikasikan besaran transmisi lokal di suatu
wilayah dan aksesibilitas penderita impor terhadap pelayanan Kusta, serta mengindikasikan
secara tidak langsung tentang kualitas pelayanan yang tersedia. Proporsi yang tinggi dapat
disebabkan migrasi yang signifikan dari negara beban tinggi Kusta.
40. 5. Jumlah Penderita Kusta yang Mengalami Reaksi Berat
Indikator ini berguna untuk perhitungan kebutuhan prednison atauobat anti reaksi lainnya.
6. Jumlah Penderita Kusta yang Mengalami Reaksi Berat Berulang
Indikator ini berguna untuk perhitungan kebutuhan prednison dan lampren atau obat anti
reaksi lainnya.
7. Jumlah Penderita Kusta yang Mengalami Reaksi ENL Setelah RFT
Indikator ini berguna untuk perhitungan kebutuhan prednison dan lampren atau obat anti
reaksi lainnya.
41. Jumlah kasus baru yang diperiksa fungsi saraf selama dalam pengobatan
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kasus baru pada periode kohort tahun yang sama
8. Proporsi Penderita Kusta Baru yang Diperiksa Fungsi Saraf Selama
Pengobatan
Indikator tersebut mengindikasikan kinerja petugas dalam pencegahan kecacatan.
42. Jumlah kasus baru yang diperiksa fungsi saraf selama dalam pengobatan
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kasus baru pada periode kohort tahun yang sama
9. Proporsi Penderita Kusta yang dievaluasi Nilai Kecacatannya,
Minimal Dilaksanakan Pada Awal dan Akhir Pengobatan Indikator tersebut penting untuk
menjamin seluruh Penderita Kusta baru dipantau secara adekuat selama pengobatan. Hal
tersebut merefleksikan kualitas dari manajemen tata laksana Penderita Kusta. Target yang
ditentukan adalah >85% Penderita Kusta dievaluasi nilai kecacatannya.
43. Jumlah kasus baru yang yg dievaluasi bertambah nilai kecacatannya
selama pengobatan
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah seluruh kasus baru yang memulai MDT pada periode kohort tahun
yg sama
10. Proporsi Penderita Kusta yang bertambah kecacatannya selama
pengobatan
Indikator tersebut merefleksikan kualitas dari manajemen tata laksana Penderita Kusta
secara keseluruhan, khususnya penanganan Penderita Kusta reaksi. Target yang diharapkan
adalah 1% dari keseluruhan Penderita Kusta.
44. Jumlah kasus baru yang yg didiagnosis dengan benar pada periode 1 tahun
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kasus yang baru ditemukan pada periode yang sama
11. Proporsi Penderita Kusta Baru yang didiagnosis Dengan Benar
Jumlah Penderita Kusta baru yang didiagnosis dengan benar (setelah dikonfirmasi) di antara
Penderita Kusta yang baru ditemukan pada periode satu tahun. Indikator ini bermanfaat
untuk melihat kualitas diagnosis.
45. Jumlah pasien dengan cacat tk 1 dan 2 yg mendapatkan informasi
perawatan diri
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah seluruh pasien dengan cacat tk 1 dan 2 pada periode pelaporan yg
sama
12. Proporsi Penderita Kusta dan OYPMK yang Mendapatkan informasi
Perawatan Diri
Indikator tersebut mengukur intensitas partisipasi fasilitas pelayanan kesehatan dalam
bidang rehabilitasi dan pencegahan kecacatan, dengan target 100%.
46. Jumlah kasus resisten MDT
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kasus baru dan relaps pada periode kohort tahun yang sama
13. Proporsi Penderita Kusta resisten obat Kusta (MDT ) di antara Penderita
Kusta relaps
Indikator tersebut penting untuk memantau trend resistensi obat.
47. Jumlah penduduk yang menerima kemoprofilaksis
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah seluruh penduduk di wilayah tersebut
14. Proporsi Cakupan Pemberian Obat Rifampisin Pada Kemopropilaksis
Kusta dengan Pendekatan Blanket
Target dari indikator tersebut adalah 80% dari seluruh penduduk di wilayah tersebut
mendapatkan rifampisin pada saat dilaksanakan Kemoprofilaksis dengan pendekatan
blanket.
48. Jumlah penduduk yang menerima kemoprofilaksis
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
50 kontak di kali jumlah kasus
15. Proporsi Cakupan Pemberian Obat Rifampisin Pada Kemopropilaksis
dengan Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Target dari indikator tersebut adalah 90% dari jumlah sasaran yang sudah ditentukan.
49. Jumlah penduduk yang menerima kemoprofilaksis
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
20 kontak di kali jumlah kasus
16. Proporsi Cakupan Pemberian Obat Rifampisin Pada Kemopropilaksis
dengan Pendekatan Kontak
Target dari indikator tersebut adalah 80% dari jumlah sasaran yang sudah ditentukan.
50. 18. Proporsi Kontak yang Mendapat Kemoprofiaksis Kusta Menjadi Penderita
Kusta Baru
Target yang ditetapkan untuk indikator tersebut adalah <5%.
Jumlah kontak yang menerima kemoprofilaksis menjadi kasus kusta baru
---------------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah kontak yang diberikan kemoprofilaksis
17. Rerata jumlah kontak yang menerima Kemoprofilaksis Kusta untuk
setiap Penderita Kusta indeks (khusus bagi wilayah yang
melaksanakan Kemoprofilaksis Kusta dengan metode partisipasi
masyarakat dan kontak.
Target rata-rata jumlah kontak yang menerima Rifampisin pada Kemoprofilaksis Kusta dengan
pendekatan partisipasi masyarakat adalah sebanyak 35 orang, sedangkan rata-rata jumlah kontak
yang menerima rifampisin pada Kemoprofilaksis dengan pendekatan kontak adalah 22 orang.
51. Analisis indikator
Terhadap indikator program kusta dilakukan analisis untuk
mendapatkan hasil: pencapaian keberhasilan program
berdasarkan jumla kab kota dan provinsi yang mencapai eliminasi
kusta dan jumlah provinsi yang masih memiliki beban tinggi
(endemis) shg dapat di susun rekomendasi untuk perbaikan
program
52. INDIKATOR TATA LAKSANA PENDERITA
untuk melihat kualitas tatalaksana penderita
Setelah menganalisis indikator
Tindak lanjut tersebut tentunya akan berbeda-beda sesuai dengan situasi yang ditemukan dari
analisis pada masing-masing kegiatan.
lakukan umpan balik dari hasil analisis
tersebut ke petugas yang bersangkutan
untuk ditindaklanjuti dan dikerjakan sesuai
sumber daya manusia dan sumber daya lain
yang dimiliki.
Di tingkat kabupaten analisis indikator-indikator tersebut dilakukan untuk mencari akar penyebab
masalah untuk dipecahkan sesuai dengan situasi setempat. Hasil analisis harus diumpan balik kepada
petugas penanggung jawab program yang bersangkutan
54. MONITORING
PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN KUSTA.
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
1. Managing programmes for leprosy control. Modular
training course. WHO, Geneva.
2. The supervision of health personnel at the district
level. D. Flahault, M. Piot, A. Franklin. WHO,
Geneva, 1988.
3. How to develop a supervision programme for leprosy
and tuberculosis control activities at the district
level. Modular training. ALERT, Addis Ababa.