SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh Sutiyono
Fakultas Bahasa dan Seni, UNY
ABSTRAK
Dalam penelitian ini akan dikaji tentang pemberdayaan masyarakat desa dalam
pelaksanaan program desa wisata di wilayah pedesaan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Adapun tujuan penelitiannya adalah ingin melihat seberapa jauh
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dalam melaksanakan pembangunan
kepariwisataan serta bagaimana masyarakat desa tersebut mengatasi persoalan
kemiskinan dan penganguran di wilayah pedesaan melalui program desa wisata.
Penelitian ini dilaksanakan di desa-desa wilayah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, terutama yang telah melaksanakan program pariwisata desa (desa wisata).
Waktu penelitian ditentukan selama 10 bulan, yaitu mulai bulan Maret hingga Desember
2007. Untuk memperoleh data penelitian dilakukan dengan mempergunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sebagai pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pemberdayaan masyarakat desa melibatkan
seluruh warga masyarakat, (2) Upaya konkrit untuk meningkatkan daya dukung adalah
memajukan potensi utama desa dan potensi masyarakat desa, dan (3) Pemberdayaan
masyarakat desa memeberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan ekonomi.
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Jika kita berbicara tentang keterbelakangan bangsa Indonesia, maka alamat
utamanya adalah desa-desa beserta masyarakatnya. Hal tersebut dapat dimaklumi karena
sebagian besar warga masyarakat Indonesia berdomisili di wilayah pedesaan (Rahardjo,
2004: 4). Pelaksanaan pembangunan masa lalu menempatkan pemerintah seolah-olah
sebagai agen tunggal pembangunan, sedang masyarakat desa dianggap tidak memiliki
kemampuan dan masih tertinggal (Wastutiningsih, 2004: 12).
Sejak jaman kolonial, Orde lama, dan Orde Baru, masyarakat desa hanya
diposisikan sebagai objek bukan sebagai subjek pembangunan. Di era reformasi,
menempatkan masyarakat desa sebagai subjek pembanguan merupakan hal yang penting.
Apalagi sebagian besar wilayah Indonesia adalah wilayah pedesaan dengan jumlah
penduduknya yang besar. Oleh karena itu menggali potensi desa dan sumber-sember
produksi yang selama ini ditelantarkan penting untuk diberdayakan.
Di dalam dunia kepariwisataan sekarang terdapat kecenderungan untuk mengolah
potensi daerah, terutama desa beserta strategi pemberdayaan masyarakatnya. Seperti
dinyatakan Fandeli, bahwa kebijakan pengembangan pariwisata daerah harus didasarkan
pada paradigma yang berkembang di daerah (Fandeli, 2002: 45). Maka logis jika ada
semacam kehendak untuk menempatkan desa yang berpotensi dan memiliki sumber-
sumber produksi sebagai landasan strategisnya, sekaligus memberdayakan
masyarakatnya.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat itu, sekarang ini di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat 42 desa yang telah menyelenggarakan program
desa wisata, dengan jumlah pengunjung 51.717 orang (Baparda DIY, 2005). Tentu saja
keberlangsungan program desa wisata beserta operasionalnya tidak lepas dari dukungan
sepenuhnya melalui pemberdayaan masyarakat desa. Oleh karena itu dalam rancangan
penelitian ini ingin mengkaji “bentuk pemberdayaan masyarakat desa dalam mengelola
program desa wisata di wilayah Propinsi DIY”, dengan dirumuskan masalahnya sebagai
berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dalam mengelola
program desa wisata di Propinsi DIY?
2. Apa saja upaya konkret yang dilakukan masyarakat desa dalam meningkatkan daya
dukung menuju terselengarakannya program desa wisata?
3. Sejauh mana bentuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dirasakan memberi
manfaat bagi pengembangan dan penggalian potensi desa?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji bentuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dalam mengelola
program desa wisata di Propinsi DIY.
2. Memberikan peluang terhadap masyarakat desa, yang selama ini posisi mereka sering
ditempatkan sebagai objek dan bukan sebagai subjek. Dengan diposisikannya sebagai
subjek, akan dapat dilihat kiprah mereka dalam program pembangunan desa wisata.
3. Meningkatkan peran masyarakat desa dalam mengatasi kemiskinan, serta mengatasi
persoalan-persoalan dan menghadapi tantangan untuk mengolah potensi beserta
sumber-sumber produksi di desanya.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memperkuat program pembangunan di wilayah pedesaan. Selama ini,
pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor hampir semuanya dipusatkan pada
wilayah perkotaan. Dalam penelitian ini ingin mencoba melihat pelaksanaan program
pembangunan di wilayah pedesaan, khususnya pelaksanaan program desa wisata. Di era
reformasi dengan menitikberatkan pada pelaksanaan otonomi daerah, masyarakat
(termasuk masyarakat pedesaan) dituntut kreatif untuk mendapatkan sumber-sumber
produksi yang dapat dikelola secara maksimal, guna mendatangkan income bagi
wilayahnya.
2, Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Dalam penelitian ini dapat
dipergunakan untuk melihat kreatifitas dan sepak terjang masyarakat desa (dalam bentuk
pemberdayaan masyarakat desa) untuk mengelola sumber daya yang dimiliki, sehingga
hasilnya benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Bahkan lebih jauh pemberdayaan masyarakat desa akan dapat digunakan untuk melihat
bagaimana mereka mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran di wilayahnya.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan tema di depan, maka desain yang dipergunakan dalam penelitian ini
akan bersandarkan pada pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan ini, kiranya berbagai
aspek yang diteliti akan dapat menghasilkan data yang valid, reliabel, dan relevan
dengan yang didibutuhkan nantinya. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif akan dapat
dilakukan observasi yang lebih mendalam dan teliti terhadap objek-objek penelitian,
sehingga data-data yang diperoleh lebih akurat dan mendasar.
B. Sumber Data
Studi ini akan dilaksanakan di wilayah pedesaan (sebagai lokus penelitiannya),
terutama desa-desa yang telah menyelenggarakan program desa wisata. Pemilihan lokus
ini dimaksudkan agar dapat menjawab permasalahan penelitian, yakni pemberdayaan
masyarakat desa di wilayah pedesaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi
penelitian ini mencakup seluruh anggota masyarakat desa di desa-desa yang
menyelengarakan program desa wisata. Adapun sampel penelitiannya adalah para
anggota masyarakat yang tergabung dalam kelompok organisasi pengelola wisata desa.
Pengambilan sampel didasarkan pada teknik purposive sampling, yakni dengan cara
mengambil subjek, yang bukan didasarkan atas strata, random, lokasi, akan tetapi
didasarkan atas tujuan tertentu.
Selain itu untuk mendapatkan informasi dari berbagai jenis sumber, terutama
yang menguasai tentang persoalan pemberdayaan masyarakat desa dalam pelaksanaan
program desa wisata serta berbagai informasi yang relevan, maka diperlukan informan-
informan yang benar-benar mengetahui persoalan tersebut secara mendalam. Para
informan yang diusulkan dalam penelitian ini antara lain: Kepala Desa, Sekretaris Desa,
Ketua RW, Ketua RT, sesepuh desa, tokoh masyarakat, dan para anggota masyarakat
yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan program desa wisata seperti pemilik
home stay, petani desa setempat, dan pelaku ritual.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian yang mempergunakan metode kualitatif adalah
peneliti sendiri. Peneliti langsung turun ke lapangan, melakukan observasi ke lapangan
dan wawancara dengan para informan. Sebelumnya, peneliti telah mempersiapkan diri
dengan membawa perbekalan yang siap membantu peneliti selama berada di lapangan.
Perbekalan itu di antaranya adalah tape recorder, buku catatan, dan tustel. Tape recorder
dipergunakan untuk merekam jalannya wawancara, dan buku catatan dipergunakan untuk
mencatat aktivitas observasi langsung di lapangan. Tustel dipergunakan untuk memotret
objek observasi yang penting-penting dan relevan dengan data yang dibutuhkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun cara pengumpulan
data dapat diperinci sebagai berikut: (1) Observasi, yakni cara yang dipergunakan peneliti
untuk melihat dan mengetahui aktivitas pengelolaan desa wisata dengan
memberdayakan masyarakat desa di wilayahnya. (2) Wawancara, yakni cara yang
dipergunakan peneliti untuk mengungkap bagaimanakah para subjek penelitian memberi
makna terhadap aktivitas pengelolaan pariwisata desa dengan memberdayakan
masyarakat desa di wilayahnya. (3) Dokumentasi, yakni cara yang dipergunakan peneliti
untuk meramu dan menempatkan terminologi dan sumber-sumber teori dalam penelitian
ini yaitu teori yang menyangkut pemberdayaan masyarakat pedesaan dan desa wisata.
E.Teknis Analisis Data
Data yang terkumpul melalui hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi ini
berupa data kualitatif. Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian
adalah teknik analisis deskriptif interpretatif dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
Memilih dokumen/data yang relevan dan memberi kode. (2) Membuat catatan objektif,
dalam hal ini sekaligus melakukan klasifikasi dan mengedit (mereduksi) jawaban. (3)
Membuat catatan reflektif, yaitu menuliskan apa yang sedang dipikirkan peneliti sebagai
interpretasi dalam sangkut pautnya dengan catatan objektif. (4) Menyimpulkan data
dengan membuat format berdasarkan teknik analisis data yang dikendaki peneliti. (5)
Melakukan triangulasi yaitu mengecek kebenaran data dengan cara menyimpulkan data
ganda yang diperoleh melalui tiga cara: (1) memperpanjang waktu observasi di lapangan
dengan tujuan untuk mencocokkan data yang telah ditulis dengan data lapangan, (2)
mencocokkan data yang telah ditulis dengan bertanya kembali kepada informan, dan (3)
mencocokkan data yang telah ditulis dengan sumber pustaka.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam cakupan ini diketengahkan salah satu desa wisata yang dipandang telah
mapan memberdayakan masyarakat desa, yaitu Desa Ketingan. Desa ini merupakan salah
satu dari sekitar 40 desa wisata di Kabupaten Sleman. Desa Ketingan menawarkan paket
wisata Pesona Alam beserta unggulannya sebagai desa yang dihuni oleh ratusan ribu
satwa burung kuntul. Dalam paket pesona alam, para wisatawan diajak untuk melihat
pesona alam desa tersebut dan melihat habitat burung kuntul yang hinggap pada pohon
mlinjo di desa Ketingan terutama pada musim hujan. Selain itu para wisatawan juga
diperbolehkan untuk bertanya tentang sejarah, perkembangan, dan eksistensi desa wisata
yang menawarkan pesona alam dan budaya desa setempat, seperti hamparan sawah,
puluhan ribu pohon mlinjo, dan seni tradisional masyarakat desa Ketingan. Keunikan
desa wisata ini adalah kehadiran burung kuntul dalam jumlah ratusan ribu ekor yang
hinggap pada pohon mlinjo di desa Ketingan terutama pada musim hujan.
1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
Dari berbagai macam desa wisata yang telah diobservasi sejauh ini, masyarakat
desa Ketingan dapat dianggap sebagai satu-satunya masyarakat desa yang paling
profesional dalam mengelola program desa wisata di seluruh propinsi DIY. Dalam rangka
melayani para wisatawan yang berkunjung ke desa wisata Ketingan, pengurus desa
wisata telah membagi tugas ke seluruh penduduk desa Ketingan. Seluruh tugas ini
dikoordinasi melalui LMD (Lembaga Masyarakat Desa), yang telah ditata sedemikian
rupa. Seluruh tugas untuk mengelola program desa wisata telah dipertegas oleh ketua
LMD desa Ketingan. Secara rinci, setiap tugas pengelolaan telah ditata agar tidak saling
betubrukan, sehingga hasil kerjanya mewujudkan pembagian kerja yang organis,
meskipun antara sektor yang satu dengan yang lain sering dibutuhkan kerja sama atau
saling melengkapi.
1. Ketua merangkap Bagian Promosi
Hampir seluruh seluk beluk tentang ilmu pengetahuan atau informasi desa wisata
Ketingan dikuasai oleh sorang ketua bernama Bapak Haryono, seorang pensunan
BKKBN Kabupaten Sleman. Ia juga bertugas untuk menerima perminataan (order) dari
berbagai elemen masyarakat yang akan mengunjungi desa wisata Ketingan. Memang
kapasitasnya di samping sebagai ketua juga tekun melakukan promosi.
2. Petugas Pemandu Wisata
Orang yang bertugas untuk memandu wisata adalah orang yang mampu memberikan
informasi tentang cerita/legenda desa Ketingan, habitat burung kuntul, dan faktor-faktor
pendukung seperti soal lingkungan alam dan aktivitas tradisi budaya masyarakat. Bagian
pemandu wisata dibagi dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Pemandu wisata dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam hal ini adalah bahasa
Inggris sudah dapat dijalankan oleh masyarakat desa Ketingan sendiri. Tetapi jika
kedatangan wisatawan mancanegara dari negara non-bahasa Inggris seperti Jerman,
Perancis, Spanyol, Jepang, dan Cina harus menyewa pemandu wisata dari luar desa.
3. Petugas Masak
Ibu-ibu warga desa Ketingan yang diberi tugas untuk mengerjakan membuat makanan.
Mereka memasak jenis makanan tradisional, dan bahan mentahnya mudah dijangkau
tinggal mengambil di kebun-kebun, tanpa harus beli ke pasar. Sebagai contoh ubi,
ganyong, kaerut, serta jeni pala gumandul dan pala kependem. Contohnya adalah thiwul,
gathot, seredek, gethuk, klenyem, bakwan jagung, dan sebagainya. Bila mereka akan
membuat sayur, maka bahan mentahnya tinggal mengambil di sekitar pekarangan
rumahnya. Contoh membuat sayur adalah sayur bayam, asem-asem, megena, gori,
gudangan, pecel, oseng-oseng mlinjo, lodeh kacang panjang, dan pecel.
4. Petugas Parkir
Sejumlah pemuda desa Ketingan sekitar 10 orang telah dipersiapkan untuk mengantisipa-
si banyaknya kendaraan, baik mobil, bus, maupun sepeda motor yang biasanya mendadak
dalam jumlah besar akan berkunjung ke desa wisata Ketingan. Secara khusus desa
Ketingan tidak memiliki tempat atau lapangan parkir yang representatif. Sebagai
gantinya, tempat parkir yang cukup luas berada di jalan desa bagian selatan. Jalan ini
cukup sepi dan jauh dari keramaian lalu lintas, sehingga tidak mengganggu orang yang
lewat. Di jalan ini dapat menampung 40 mobil, 20 bus, dan 1.000 sepeda motor.
5. Petugas Pertunjukan Jatilan
Jathilan adalah atraksi kuda lumping oleh pemuda dan remaja. Kelompok kesenian ini
sudah terlatih, karena mereka mengikuti latihan rutin yang telah ditentukan waktunya.
Kesenian ini ditarikan oleh 20 orang remaja/remaja, dan sebagai pemusiknya ada 7 orang.
6. Petugas Pertunjukan Cokekan
Cokekan adalah orkestra gamelan dalam bentuk mikro, yang dilakukan sekitar 10 orang
petani tua, dengan jumlah instrumen terbatas.
7. Bagian Pertunjukan Drumband
Drumband adalah permainan alat perkusi dengan menggunakan busdram, trompet, belira,
dan tambur. Peralatan masih menyewa, tetapi atas kesungguhan warga masyarakat
terutama kelompok pemuda dapat melakukan latihan dengan baik meskipun waktunya
terbatas. Pertunjukan ini dilakukan oleh 15 orang.
8. Petugas Pertunjukan Gejok Lesung
Gejok lesung adalah permainan tradisional dengan memukul lesung berusia sekitar 100
tahunan oleh 8 orang ibu-ibu dan 2 orang bapak-bapak. Latihan rutin gejok lesung
berlangsung di rumah ibu dukuh, yang dilaksanakan seminggu sekali.
9. Petugas Penggarap Sawah
Penggarap sawah adalah seorang petani yang bertugas untuk mengerjakan sawah, mulai
dari menggaru, ngluku, menanam padi, beserta dengan ritualnya. Ritualnya disebut tedun
yaitu ritual untuk mengawali musim tanam. Dalam ritual ini diperlukan: sesaji, jenang
katul, dan ingkung ayam.
10. Petugas Wayang Banyolan
Wayang banyolan adalah pertunjukan wayang kulit khusus menampilkan adegan
kedhatonan (taman sari) dengan tokoh Cangik-Limbuk yang dilakukanseorang dalng dan
diiringi cokekan.
11. Petugas Distribusi Home Stay
Banyak wisatawan yang menginap di Desa Ketingan, baik dalam jumlah terbatas
maupun besar. Masyarakat desa Ketingan telah menyiapkan tempat tinggal. Beberapa
orang pemuda telah ditunjuk untuk mengantar para tamu atau wisatawan ke home stay.
Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah untuk semua, dalam arti seluruh warga
Ketingan diusahakan untuk dapat ikut terlibat dalam mengelola program desa wisata.
Bermacam-macam kapasitas yang dimiliki seseorang akan selalu berperan dalam kancah
aktivitas desa wisata. Kapasitasnya sebagai petani, pemain jathilan, pembuat emping
mlinjo, tukang masak, dan sebagainya diharapkan dapat ikut merasakan kehadiran
aktivitas program desa wisata, dan bukan hanya dinimati oleh kelompok tertentu. Hal ini
untuk menyiasati agar tidak terjadi kesenjangan antar warga. Kehadiran desa wisata
diharapkan dapat memacu kreatifitas, meningkatkan kemampuan sumber daya, serta
dapat memberikan keadilan bagi setiap warga.
Memang dalam satu paket kunjungan wisata tidak pernah langsung melibatkan
warga masyarakat seluruh kampung. Tetapi selalu dijadwal secara proporsioanal, agar
warga masyarakat dalam kurun waktu tertentu terlibat dalam pengelolaan wisata desa,
dalam kurun waktu yang lain bergantian dengan warga masyarakat yang belum terlibat.
Tentu saja keadilan perannya untuk andil dalam pengelolaan aktivitas desa wisata sangat
diperhitungkan. Dengan demikian kehadiran program desa wisata ini tidak menimbulkan
persoalan dalam kehidupan masyarakat, sebaliknya dapat memberikan kontribusi untuk
kesejahteraan seluruh masyarakat.
Besarnya jumlah wisatawan sering membuat kalang kabut pengelola, seperti
kunjungan dari Surabaya dengan jumlah wisatawan terbesar (300 orang), berasal dari
anak-anak sekolah SMA. Memperhatikan kalang kabut pengelola desa wisata ini, maka
untuk mengantisipasi pada kunjungan wisata di masa mendatang, sekiranya jumlah
wisatawannya dalam jumlah besar, masyarakat selalu mempersiapkan diri dengan
melakukan rapat pengelolaan terlebih dulu, guna menentukan langkah-lagkah yang akan
dipersiapkan.
Dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan, setiap kunjungan
wisatawan selesai selalu diadakan evaluasi. Seluruh elemen atau bagian yang terlibat
dalam pemberdayaan masyarakat desa dilihat bersama-sama mengenai kekurangan atau
kelemahan ketika sedang memberikan pelayanan kepada para wisatawan. Bila telah
ketemu kekurangannya, maka akan mendapat saran dari masyarakat untuk meningkatkan
diri dengan latihan secara teratur. Misalnya pentas jathilan terdapat kesalahan, maka
untuk meningkatkan kualitas pentasnya dilakukan latihan yang lebih mendalam. Dengan
demikian pemberdayaan masyarakat untuk mengelola desa wisata ini juga merupakan
bentuk peningkatan kualitas keahlian masyarakat untuk mendalami bidangnya. Pada
gilirannya di masa mendatang, untuk menyongsong kunjungan wisatawan, seluruh bagian
yang terlibat dalam aktivitas desa wisata sudah dipersiapkan secara matang. Jadi
keuntungan pemberdayaan masyarakat ini jelas semata-mata tidak hanya memberikan
kontribusi secara ekonomis, akan tetapi meningkatkan sumber daya masyarakat secara
maksimal.
2. Upaya konkret untuk meningkatkan daya dukung
Unggulan materi pariwisata dari desa Ketingan adalah pesona alam. Desa
Ketingan sejak tahun 1997 telah dihuni oleh 3.000 ekor burung kuntul. Latar belakang
kawasan desa yang banyak ditumbuhi pohon mlinjo, terlihat hijau dari kejauhan. Jumlah
pohon mlinjo sekitar 8000 pohon dan ratusan ribu burung kuntul adalah suatu
keistimewaan unggulan paket wisata. Dalam hal ini, tingkat kesadaran lingkungan harus
benar-benar dimantabkan, untuk berhati-hati agar sekecil mungkin untuk tidak
mengganggu keberadaan satwa burung kuntul. Memberdayakan kesadaran lingkungan
masyarakat Desa Ketingan merupakan upaya konkret untuk meningkatkan daya dukung
sebagai desa wisata.
a. Pendukung Utama
Seluruh satwa burung kuntul telah dianggap sebagai milik masyarakat desa
Ketingan. Selanjutnya diadakan kesepakatan bersama seluruh masyarakat dalam bentuk
Suaka Fauna yakni perlindungan hewan burung kuntul dengan ketentuan dilarang
membunuh hewan tersebut. Bagaimanapun masyarakat desa Ketingan harus mampu
mengemong kehadiran satwa burung kuntul di desanya. Jika dipertimbangkan,
masyarakat sama sekali tidak mengeluarkan dana sepeser pun, misalnya untuk membeli
makanan satwa tersebut. Mereka mencari makanan sendiri, dan sama sekali tidak
mengganggu ketenangan masyarakat. Satwa pergi-pulang, hinggap di pohon mlinjo, dan
beranak-pinak tanpa merugikan masyarakat desa Ketingan. Oleh karena itu, sekiranya
masyarakat sadar dapat menjaga keseimbangan alam lingkungan, agar kehidupan satwa
burung kuntul dapat berkembang biak dengan baik, sudah merupakan prestasi tersendiri.
Terlebih, berkembangnya jumlah satwa burung kuntul dari tahun ke tahun perlu disyukuri
masyarakat desa Ketingan. Kehadirannya merupakan aset termahal, dan menjadi faktor
pendukung utama terselenggaranya aktivitas desa wisata Ketingan.
b. Pendukung Sampingan
Di samping pendukung utama yang berupa satwa burung kuntul, untuk
mewujudkan desa wisata yang representatif juga diperlukan pendukung sampaingan,
antara lain penginapan. Sekitar 50% warga Ketingan telah memiliki kamar yang siap
dipergunakan sebagai home stay (tempat tinggal sementara) para wisatawan. Mereka
berasal dari luar kota dan lur negeri. Lama penginapan diatur dalam paket wisata yaitu
antara 1 sampai 3 hari. Para wisatawan kadang-kadang hanya membutuhkan home stay
sebagai tempat istirahat untuk tidur malam hari yang sebelumnya didahului dengan
melihat aktivitas canda burung kuntul pada malam bulan purnama.
Selain itu faktor pendukung sampingan yang lain untuk mewujudkan
terselengarakannya desa wisata adalah alam sekitar dan seni-budaya. Alam sekitar adalah
sawah, tegalan, dan ribuan pohon mlinjo. Seni-budaya yaitu pentas jathilan, gejog
Lesung, cokekan, wayang banyolan, dan drumband. Sumber daya manusia untuk
mendukungnya sudah siap dan telah mengadakan latihan secara rutin.
c. Operasionalitas Daya Dukung
Untuk mengupayakan operasionalitas daya dukung desa wisata Ketingan,
skenario sajian wisata dilaksanakan seperti berikut. Kedatangan rombongan wisatawan
disambut oleh kelompok kesenian drumband diajak memasuki perkampungan bernama
desa Ketingan. Setelah mereka beristirahat sejenak, para pemandu mengantar setiap
wisatawan ke home stay (penginapan). Dengan waktu yang telah ditentukan, rombongan
wisatawan diajak berjalan kaki untuk berkeliling kampung desa Ketingan. Sambil
menghirup udara segar dalam suasana lingkungan pedesaan, mereka mendapat penjelasan
dari pemandu wisata tentang habitat burung kuntul.
Para wisatawan juga diajak bersama-sama untuk menuju lokasi aktivitas
pertanian. Aktivitas ini dimulai dari membajak, menggaru, menanam benih padi, beserta
dengan macam-macam ritualnya. Mereka diajari cara menjalankan bajak lengkap dengan
hewan penariknya yaitu dua ekor lembu. Seluruh wisatawan bergembira, bahkan banyak
yang naik bajak. selain itu di dalam air yang keruh menggenangi seluruh area sawah,
mereka malah banyak yang menceburkan diri, layaknya orang sedang berenang.
Sebelum para wisatawan beristirahat pada malam hari, mereka disuguhi
berbagai aneka tradisi seni-budaya desa Ketingan. Beberapa kelompok kesenian seperti
jathilan (kuda lumping), gejok lesung, cokekan, wayang banyolan dipentaskan. Di
samping itu beberapa orang wisatawan diajak untuk melihat cara pembuatan emping
mlinjo. Mereka disuguhi masakan tradisional desa Ketingan.
3. Manfaat bagi pengembangan dan penggalian potensi desa
Ditinjau dari segi perekonomian kerakyatan, desa wisata memberikan berbagai
manfaat untuk seluruh subjek yang terlibat sebagai berikut. Pertama, aktivitas desa
wisata mampu memberdayakan masyarakat desa untuk melayani para wisatawan. Mereka
mendapat reward dari hasil jerih payahnya, misalnya membajak sawah, menjadi pemain
jathilan, memandu melihat satwa, menjadi tukang parkir, juru masak, mengerjakan
kerajinan industri, dan sebagainya. Kedua, berbagai sajian wisata yang dijual seperti
alam, sawah, tegalan, satwa, kerajinan, makanan tradisional (ketela, kaerut, ganyong,
sere, jahe, jagung, kedelai) dan kesenian tradisional dapat mendatangkan rejeki di luar
masyarakat pedesaan bekerja rutin. Ketiga, para pengunjung yang selama ini kebanyakan
anak sekolah terutama dari kota besar telah membelanjakan uangnya untuk kunjungan
desa wisata yang nota bene merupakan membeli barangnya sendiri. Hal ini terlihat
berbeda jika mereka membeli produk barang impor, yang berarti mengeluarkan uang
untuk orang lain.
B. Pembahasan
Jika diberdayakan untuk mengelola suatu aktivitas program, kenyataanya
masyarakat pedesaan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi. Sebagaimana dalam
program aktivitas desa wisata, baik yang di desa Sendari maupun Ketingan, masyarakat
desa semakin siap dengan sumber daya yang dimiliki. Kesiapan mereka dalam
menangani program desa wisata disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, sebelum
dicanangkan menjadi desa wisata, masyarakat desa telah memperoleh pembinaan non-
formal dari beberapa instansi pemerintah. Pembinaan ini dialami masyarakat desa
Sendari yang mendapat pembinaan atau pelatihan dari instansi perindustrian, dan
kemudian mendapat pelatihan lagi dari departemen pariwisata. Kedua, peningkatan
sumber daya masyarakat desa bukanlah karena mendapat pembinaan atau pelatihan, akan
tetapi ketekunannya dalam mengelola program desa wisata. Ketekunan ini dialami
masyarakat desa Ketingan, setelah desanya dicanangkan menjadi desa wisata, maka
setiap ada kunjungan wiata dari para wisatawan selalu diadakan evaluasi bersama.
Kesanggupan masyarakat desa untuk meningkatkan sumber dayanya ini
menunjukkan bahwa mereka mampu mandiri dan yang penting mereka cepat tanggap
ketika terdapat suatu program kegiatan yang memerlukan penanganan atau pengelolaan
dengan persiapan matang. Hal ini bisa menangkis sinyalemen bahwa keterbelakangan
bangsa Indonesia alamat utamanya selalu ditujukan kepada desa-desa beserta
masyarakatnya (Rahardjo, 2004: 4). Masyarakat Ketingan semakin hari tambah trampil
dalam melayani para wisatawan. Mereka telah diberdayaakan sesuai dengan situasi dan
kondisi desanya.
Situasi dan kondisi desa yang merupakan daya dukung untuk mewujudkan desa
wisata yang representatf merupakan idam-idaman masyarakat pedesaan sekarang.
Buktinya semakin hari banyak desa yang tadinya baru pada taraf embrio desa wisata,
sekarang sudah benar-benar menjadi desa wisata. Di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) yang tadinya terdapat 42 desa wisata (Baparda DIY, 2005), sekarang
sudah bertambah menjadi 50-an desa wisata. Munculnya banyak desa wisata lebih
banyak di daerah Sleman, mengingat daerah ini termasuk daerah subur lingkar lereng
gunung Merapi, artinya alam lingkungan yang mendukung seperti air, sawah, tegalan,
flora, fauna, dan berbagai jenis tradisi ritual dan seni-budaya banyak dijumpai di daerah
ini. Padahal suatu desa bila digali akan dapat menghasilkan berbagai aspek, antara lain
aspek alamiyah, sosial, budaya, dan ekonomi. Hal ini dapat dijumpai pada desa-desa yang
mengandung potensi sumber daya, sebagaimana terdapat di wilayah pedesaan Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pengembangan menjadi desa wisata didasarkan atas potensi atau daya dukung
yang dimikliki, serta mencerminkan cirikhas masing-masing desa, antara lain: flora,
fauna, rumah adat, pemandangan alam, iklim, makanan tradisional, kerajinan tangan, seni
tradisional, dan sebagainya. Potensi yang dimiliki kemudian digarap sedemikian rupa
dengan tidak lupa memberdayakan masyarakat desanya sendiri. Hasilnya diharapkan
dapat bermanfaat untuk membangun desa dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Dengan demikian desa yang tadinya tidur, dibangunkan untuk diberdayakan dengan
memanfaatkan kemampuan masyarakatnya, menjadi desa wisata yang produktif. Hal
tersebut sebenarnya merupakan modal tersembunyi (hidden capital) yang perlu
ditumbuhkan.
Memperhatikan banyaknya potensi yang dimilki desa seperti itu, mestinya dapat
menangkal masyarakat yang hendak melakukan urbanisasi ke kota guna mencari
pekerjaan yang dianggap lebih layak dibanding dengan di desanya. Di samping
banyaknya potensi alam lingkungan dan seni-budaya, masyarakat desa harus siap
diberdayakan, karena percuma jika memiliki banyak potensi di desa sementara
masyarakat tidak mampu mengelolanya, dan hanya diserahkan kepada suatu Event
Organizer. Dalam kasus desa wisata Ketingan merupakan pretasi sendiri bagi
masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena mereka sangat getol setelah diberdayakan
untuk mengelola desa wisata. Bila masyarakat desa telah siap diberdayakan, maka desa
itu akan maju. Meskipun demikian masih ditemukan banyaknya pemuda desa
berbondong-bondong ke kota, karena desa dianggap tidak menjanjikan (Wahono, 2007).
Ditinjau dari segi perekonomian kerakyatan, desa wisata seperti Ketingan yang
menonjolkan pesona alam memberikan berbagai manfaat yang dapat dinikmati oleh
masyarakatnya. Dalam mekanisme pasar tradisional tidak tergantung pada persoalan
ekspor-impor dan modal yang diberi pinjaman negara maju. Dalam mekanisme tersebut,
jenis barang, tempat, penjual, dan pembeli semuanya mempergunakan tenaga, modal,
uang masyarakat. Tidak ada pengaruh dari mekanisme pasar global, artinya baik barang
maupun uang semuanya berasal, mengalir, dan kembali ke masyarakat. Hal ini
mengindikasikan bahwa mengembangkan perekonomian masyarakat sama saja dengan
mengandalkan perekonomoan dalam negeri, dan sama sekali tidak tergantung dari pihak
luar. Bila perekonomian rakyat bisa berkembang besar tentu saja Indonesia tidak akan
menggantungkan aspek perekonomiannya dari luar negeri.
Program desa wisata pada dasarnya juga dapat menjadi fundamen perekonomian
kerakyatan. sebuah aktivitas pariwisata dengan modal dan lahan yang telah tersedia,
misalnya sawah, tegalan, kali, kerajinan, satwa, makanan tradisional. Modal yang
ditawarkan tidak harus disertai dengan tambahan biaya, seperti penuruanan dana dari
bank untuk membangun sarana-prasarana agar dianggap lebih indah. Justru dengan
dibangun atau direhapnya modal yang tersedia akan membuat sifat artifisial dan
ketidakaslian lokasi pedesaan. Hal ini disebabkan minat para wisatawan sudah mulai
bergeser kembali untuk melihat tempat-tempat dan aktivitas tradisi yang masih
mengandung nuansa asli. Demikian juga tenaga untuk mengelola desa wisata tidak perlu
mendatangkan tenaga asing dengan biaya tinggi, tetapi cukup memberdayakan
masyarakatnya sendiriyakni masyarakat desa. Mereka inilah yang mengetahui secara
mendalam tentang gambaran situasi-kondisi isi desa wisata. Oleh karena itu,
memmberdayaan masyarakat desa untuk menyukseskan desa wisata merupakan
keniscayaan.
Jika desa wisata digalakkan secara optimal merupakan pasar tersendiri di masa
depan, mengingat suatu aktivitas pariwisata selalu mengandung unsur-unsur: pengelola,
atraksi, transportasi, dan konsumsi, yang berarti mengandung dukungan tenaga kerja dari
berbagai bidang. Dengan tegas desa wisata dapat mengurangi pengangguran. Dalam
konstruksi Robot (2001: 4) setiap desa yang menyelenggarakan program desa wisata
harus mengusahakan faktor-faktor pendukung untuk mendampingi objek wisata yang
diunggulkan. Faktor-faktor pendukung itu antara lain sarana transportasi, akomodasi,
konsumsi, dan toko cinderamata khas desa setempat yang harus disiapkan. Jika demikian,
desa wisata menjadi benar-benar representatif, dan siap dikunjungi oleh para wisatawan
terutama berasal dari mancanegara.
Jika program desa wisata telah mengandung unsur-unsur tersebut tentu akan
menjadi perekonomian kerakyatan yang memadai. Dengan demikian perputaran uang kita
tidak keluar, tetapi di dalam negeri sendiri, dan tentu untuk kesejahteraan masyarakat
sendiri. Berkaitan dengan krisi ekonomi global, sesunguhnya program desa wisata dapat
dijadikan sebagai perlawanan untuk menangkis imbas krisis ekonomi global yang sulit
dicari kapan penyelesaiannya.
BAB IV
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Jika diberdayakan untuk mengelola suatu aktivitas program, misalnya program
desa wisata kenyataanya masyarakat pedesaan mampu melakukannya. Kesanggupan
masyarakat desa untuk meningkatkan sumber dayanya ini menunjukkan bahwa mereka
mampu mandiri dan yang penting mereka cepat tanggap ketika terdapat suatu program
kegiatan yang memerlukan penanganan atau pengelolaan dengan persiapan matang.
Daya dukung desa wisata yang biasanya berupa pesona alam dan seni-budaya dapat
dioptimalkan untuk melayani kedatangan para wisatawan yang berkunjung ke desa.
Dengan diberdayakannya masyarakat desa, mereka medapatkan manfaat yang berupa
keuntungan ekonomis yang dapat menambah kesejahteraan hidupnya.
B. Saran
Setiap desa yang menyelenggarakan program desa wisata memang berusaha
untuk menampilkan faktor-faktor pendukung yang diharapkan memadai. Tetapi
mengingat keterbatasan fasilitas, sering factor-faktor tersebut tidak dapat dipenuhi.
Seperti tempat parkir sejauh penelitian ini berlangsung belum ada yang representatif.
Tempat parkir biasanya dicarikan tanah lapang atau jalan desa yang tidak dipergunakan
untuk aktivitas desa. Akibatnya lalu-lintas di pedesaan terganggu, karena jalan desa
dipenuhi kendaran bermotor. Namun demikian, perbaikan sarana-prasarana desa wisata
selalu diusahakan lebih representatif, agar sosok desa wisata yang sesungguhnya dapat
terpenuhi. Seperti dinyatakan Nuryanti (2003) juga mengemukakan bahwa desa wisata
didefinisikan sebagai suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat, menyatu dengan
tata cara dan tradisi yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Awuy, Christian. 2001. “Pengembangan Koridor Produk Wisata Berbasis Alam dan
Budaya di Negara-negara Asean”. Makalah Dipresentasikan dalam Tourism,
Culture, and Art Forum, 7 Desember. Melia Purosani Hotel, Yogyakarta.
Diparda (Dinas Pariwisata Daerah) DIY. 2005. Desa-desa Penyelenggara Wisata Desa di
DIY. Arsip.
Fandeli, Chafid. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas
Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
Friedmann, John. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development.
Cambridge Mass: Blackwell Publisher.
Haftl, Larry. 2006. “Empowering People Key To Success”. American Machinist, Vol
150, p. 34.
Ismaryati. 2007. “Istitusi Lokal Menuju Kemandirian”. Warta Pedesaan PSPK-UGM
Th. XXV No. 2, pp. 1-4.
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan
dan Pemerataan. Jakarta: PT Pustaka Cidestindo.
Khoirul, Anwar. 2003. “Desa Ngadisari: Potret Pemberdayaan Berbasis Masyarakat”,
dalam Nurudin (et. al.). (ed.). Agama Tradisional. Yogyakarta: LKIS.
Mendelsohn, Robert (et. al.). 2007. “Climate and Rural Income”. Climatic Change Vol
81, p. 101.
Most, Arnold L. 2006. “Creating Empowerment Teams Help Multiply Productivity”,
Plant Engineering Vol 60, p. 29.
Ndraha, Taliziduhu. 2000. “Desa Masa Depan: Garis Depan Demokrasi”, dalam Angger
Jati Wijaya (et. al.) (ed.). Reformasi tata Pemerintahan Desa Menuju Demokrasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nuryanti, Wiendu. 2003. “Pariwisata dalam Masyarakat Tradisional”. Makalah dalam
Program Pelatihan Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan.
Deparsenibud, Jakarta.
KS, Yip. 2004. “The Empowerment Model: A Critical Reflection of Empowerment in
Chinese Culture”. Social Work, Jul, Vol 49, pp. 479-487.
Orr, Kenneth. 2001. “Pendidikan dan Politik Desa di Jawa Tengah pada masa
Pergolakan”, dalam Robert Cribb (ed.). Pembantaian PKI di Jawa-Bali 1965.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Puspar UGM. 2005. “Lomba Penulisan Ilmiah Desa Wisata” dalam Pusat Studi
Pariswisata Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Raharjo. 2004. “Pembangunan Desa: Mengapa Selalu Sisip Dari Harapan?”, Dinamika
Pedesaan dan Kawasan, Vol 4, No. 4, pp. 3-11.
Robot, Meity. 2001. “Pengembangan Koridor Wisata Berbasis Alam dan Budaya di
Negara-negara ASEAN”. Makalah Dipresentasikan dalam Tourism, Culture, and
Art Forum, 7 Desember. Melia Purosani Hotel, Yogyakarta.
Shragge, Eric. 1993. Community Economics Development, In Search of Empowerment
and Alternative. London: Black Rose Books.
Sosialimanto, Duto. 2001. Hegemoni Negara: Ekonomi Politik Pedesaan Jawa.
Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.
Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat.
Jakarta: PT Bina Rena Pariwara.
Sutiyono. 2004. “Seni Pertunjukan Tradisional di Agrowisata Sleman”. Laporan
Penelitian Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
Team Work Lapera. 2001. Politik Pemberdayaan: Jalan Mewujudkan Otonomi Desa.
Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.
Wahono, Francis. 2007. “Kedaulatan Pangan: Agriculture bukan Agri-business,
Mensiasati Negara Lupa Bangsa”. Makalah Dipresentasikan di Pusat Studi
Pedesaan dan Kawasan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1 Maret.
Wastutiningsih, Sri Peni. 2004. “Pemberdayaan Petani dan Kemandirian Desa”,
Dinamika Pedesaan dan Kawasan, Vol 4, No. 4, p. 12-18.
William I, Gorden. 2005. “Learning from The Best-from Aesop to Empowerment”. Vital
Speeches of the Day, Vol 7, Jan, p. 178.
----------------. 2002. SKH Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, Edisi 26 Maret.
BIODATA
Dr. Sutiyono, lahir di Blora (Jawa Tengah), 2 Oktober 1963. Alumni ISI
Surakarta 1988, Kajian Budaya Program Pasca Sarjana S-2 UGM 1999, dan Ilmu Sosial
(Sosiologi) Program Pasca Sarjana S-3 Universitas Airlangga Surabaya 2009. Tercatat
sebagai staf pengajar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY).
Beberapa penelitian yang telah dihasilkan terutama yang berkaitan dengan
pembangunan pariwisata, antara lain: (1) Usaha Jalur Pendidikan Non-Formal dalam
Menembus Pasar: Studi Kasus di Sanggar Seni Didik Nini Thowok Yogyakarta, (2) Seni
Karawitan di Kraton Yogyakarta, (3) Manajemen Seni Pertunjukan Wisata di Kraton
Yogyakarta Sebagai Penangkal Krisis Pariwisata Budaya, (4) Seni Tardisional di
Agrowisata Sleman, (5) Tradisi Masyarakat (Bersih Desa) dan Gerakan Purifikasi Islam,
dan (6) Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Mengelola Program Desa Wisata di
Propinsi DIY.
Beberapa karya tulis yang telah dipublikasikan lewat jurnal-jurnal ilmiah antara
lain: (1) Seni Tradisional dalam Era Globalisasi Ekonomi, (2) Tumpeng dan Gunungan:
Makna Simboliknya dalam Masyarakat Budaya Jawa, (3) Unsur Musik Islam dalam
Larsmadya, (4) Usaha Sanggar Seni Didik Nini Thowok dalam Menembus Pasar, (5)
Pentas Seni Kethoprak dalam masa Transisi Dari Masyarakat Agraris Menuju
Masyarakat Industri, (6) Seni-Spirit-Terapi, (7) Dampak Pengembangan Kepariwisataan
terhadap Kehidupan Seni Tradisional, dll.
Alamat Rumah:
Jln. Magelang Km. 13
Kavling Durenan Tejo G-9
Murangan VIII, Triharjo, Sleman, DIY 55514
Telp. (0274) 867364, Hp. 08562875090
1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
1. Ketua merangkap Bagian Promosi
2. Petugas Pemandu Wisata
3. Petugas Masak
4. Petugas Parkir
5. Petugas Pertunjukan Jatilan
6. Petugas Pertunjukan Cokekan
7. Bagian Pertunjukan Drumband
8. Petugas Pertunjukan Gejok Lesung
9. Petugas Penggarap Sawah
10. Petugas Wayang Banyolan
11. Petugas Distribusi Home Stay
2. Upaya konkret untuk meningkatkan daya dukung
a. Pendukung Utama
b. Pendukung Sampingan
c. Operasionalitas Daya Dukung
3. Manfaat bagi pengembangan dan penggalian potensi desa

More Related Content

What's hot

Buku Membangun Desa Wisata
Buku Membangun Desa WisataBuku Membangun Desa Wisata
Buku Membangun Desa WisataTV Desa
 
Presentasi Power Point Kepariwisataaan
Presentasi Power Point KepariwisataaanPresentasi Power Point Kepariwisataaan
Presentasi Power Point Kepariwisataaantopik16
 
Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Dadang Solihin
 
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataPPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataDoris Agusnita
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaPenataan Ruang
 
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati NaufalNasrullah3
 
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017Muhamad Yogi
 
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN.pptx
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN.pptxDASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN.pptx
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN.pptxGOLDAGARA
 
Contoh proposal memperingati hari ulang tahun
Contoh proposal memperingati hari ulang tahunContoh proposal memperingati hari ulang tahun
Contoh proposal memperingati hari ulang tahunRahaden Lingga Bhumi
 
Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik DesaBadan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik DesaFormasi Org
 
Laporan hasil kkn
Laporan hasil kknLaporan hasil kkn
Laporan hasil kknNikmon Amal
 
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatifMuhammad MK
 
Contoh proposal tani bantuan traktor
Contoh proposal tani   bantuan traktorContoh proposal tani   bantuan traktor
Contoh proposal tani bantuan traktoryusril hq
 
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN Muhammad Eko
 
Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari
Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata BahariKumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari
Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata BahariFitri Indra Wardhono
 
laporan sma study tour ke malang
laporan sma study tour ke malanglaporan sma study tour ke malang
laporan sma study tour ke malangALKATA
 

What's hot (20)

Buku Membangun Desa Wisata
Buku Membangun Desa WisataBuku Membangun Desa Wisata
Buku Membangun Desa Wisata
 
Proposal desa budaya panggungharjo sewon bantul
Proposal desa budaya panggungharjo sewon bantulProposal desa budaya panggungharjo sewon bantul
Proposal desa budaya panggungharjo sewon bantul
 
Desa wisata
Desa wisataDesa wisata
Desa wisata
 
Presentasi Power Point Kepariwisataaan
Presentasi Power Point KepariwisataaanPresentasi Power Point Kepariwisataaan
Presentasi Power Point Kepariwisataaan
 
Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah
 
BUMDes Desa Wisata
BUMDes Desa WisataBUMDes Desa Wisata
BUMDes Desa Wisata
 
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataPPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
 
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
 
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017
 
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN.pptx
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN.pptxDASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN.pptx
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN.pptx
 
Contoh proposal memperingati hari ulang tahun
Contoh proposal memperingati hari ulang tahunContoh proposal memperingati hari ulang tahun
Contoh proposal memperingati hari ulang tahun
 
Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik DesaBadan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa
 
Mengenal master plan
Mengenal master planMengenal master plan
Mengenal master plan
 
Laporan hasil kkn
Laporan hasil kknLaporan hasil kkn
Laporan hasil kkn
 
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
 
Contoh proposal tani bantuan traktor
Contoh proposal tani   bantuan traktorContoh proposal tani   bantuan traktor
Contoh proposal tani bantuan traktor
 
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
 
Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari
Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata BahariKumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari
Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari
 
laporan sma study tour ke malang
laporan sma study tour ke malanglaporan sma study tour ke malang
laporan sma study tour ke malang
 

Viewers also liked

Strategi pengembangan pariwisata daerah
Strategi pengembangan pariwisata daerahStrategi pengembangan pariwisata daerah
Strategi pengembangan pariwisata daerahUmpungeng
 
Kritik Teori Perencanaan Terhadap Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran
Kritik Teori Perencanaan Terhadap Pengembangan Desa Wisata NglanggeranKritik Teori Perencanaan Terhadap Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran
Kritik Teori Perencanaan Terhadap Pengembangan Desa Wisata NglanggeranArief Budiman
 
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk SanitasiTahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk SanitasiJoy Irman
 
Kampong wisata temenggungan, paket wisata banyuwangi, paket tour banyuwangi
Kampong wisata temenggungan, paket wisata banyuwangi, paket tour banyuwangiKampong wisata temenggungan, paket wisata banyuwangi, paket tour banyuwangi
Kampong wisata temenggungan, paket wisata banyuwangi, paket tour banyuwangitour banyuwangi
 
Model Inovasi Penanggulangan Kemiskinan
Model Inovasi Penanggulangan KemiskinanModel Inovasi Penanggulangan Kemiskinan
Model Inovasi Penanggulangan KemiskinanTri Widodo W. UTOMO
 
Proposal Festival Desa Melek IT Kab. Lebak 2015
Proposal Festival Desa Melek IT Kab. Lebak 2015Proposal Festival Desa Melek IT Kab. Lebak 2015
Proposal Festival Desa Melek IT Kab. Lebak 2015Aji Sahdi Sutisna
 
Ecotourism Development in Nglangeran, Gunungsewu Geopark, Indonesia
Ecotourism Development in Nglangeran, Gunungsewu Geopark, IndonesiaEcotourism Development in Nglangeran, Gunungsewu Geopark, Indonesia
Ecotourism Development in Nglangeran, Gunungsewu Geopark, IndonesiaESD UNU-IAS
 
Ecotourism in Australia: What Are the Lessons Learned?
Ecotourism in Australia: What Are the Lessons Learned?Ecotourism in Australia: What Are the Lessons Learned?
Ecotourism in Australia: What Are the Lessons Learned?Rio Budi Rahmanto
 
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKATTAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKATDede Sutisna
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakatPengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakatSubianto Unmura
 
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "Rachmah Safitri
 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...MOH AFIFI A. JAMI'
 
Analisis potensi-wisata-alam-bahari
Analisis potensi-wisata-alam-bahariAnalisis potensi-wisata-alam-bahari
Analisis potensi-wisata-alam-baharimoharifbahtiar
 

Viewers also liked (20)

Strategi pengembangan pariwisata daerah
Strategi pengembangan pariwisata daerahStrategi pengembangan pariwisata daerah
Strategi pengembangan pariwisata daerah
 
Daya tarik wisata
Daya tarik wisataDaya tarik wisata
Daya tarik wisata
 
Kritik Teori Perencanaan Terhadap Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran
Kritik Teori Perencanaan Terhadap Pengembangan Desa Wisata NglanggeranKritik Teori Perencanaan Terhadap Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran
Kritik Teori Perencanaan Terhadap Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran
 
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk SanitasiTahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
 
PROPOSAL WISATA
PROPOSAL WISATAPROPOSAL WISATA
PROPOSAL WISATA
 
Kampong wisata temenggungan, paket wisata banyuwangi, paket tour banyuwangi
Kampong wisata temenggungan, paket wisata banyuwangi, paket tour banyuwangiKampong wisata temenggungan, paket wisata banyuwangi, paket tour banyuwangi
Kampong wisata temenggungan, paket wisata banyuwangi, paket tour banyuwangi
 
Model Inovasi Penanggulangan Kemiskinan
Model Inovasi Penanggulangan KemiskinanModel Inovasi Penanggulangan Kemiskinan
Model Inovasi Penanggulangan Kemiskinan
 
Pengembangan pariwisata bahari
Pengembangan pariwisata bahariPengembangan pariwisata bahari
Pengembangan pariwisata bahari
 
Desain program
Desain programDesain program
Desain program
 
Proposal Festival Desa Melek IT Kab. Lebak 2015
Proposal Festival Desa Melek IT Kab. Lebak 2015Proposal Festival Desa Melek IT Kab. Lebak 2015
Proposal Festival Desa Melek IT Kab. Lebak 2015
 
Ecotourism Development in Nglangeran, Gunungsewu Geopark, Indonesia
Ecotourism Development in Nglangeran, Gunungsewu Geopark, IndonesiaEcotourism Development in Nglangeran, Gunungsewu Geopark, Indonesia
Ecotourism Development in Nglangeran, Gunungsewu Geopark, Indonesia
 
Ecotourism in Australia: What Are the Lessons Learned?
Ecotourism in Australia: What Are the Lessons Learned?Ecotourism in Australia: What Are the Lessons Learned?
Ecotourism in Australia: What Are the Lessons Learned?
 
Sosialisme
SosialismeSosialisme
Sosialisme
 
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKATTAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
 
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakatPengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
 
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
 
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
 
Analisis potensi-wisata-alam-bahari
Analisis potensi-wisata-alam-bahariAnalisis potensi-wisata-alam-bahari
Analisis potensi-wisata-alam-bahari
 

Similar to PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Artikel desa wisata
Artikel desa wisataArtikel desa wisata
Artikel desa wisataedi sofyan
 
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docxPROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docxTamNe
 
RENCANA ACUAN KERJA.docx
RENCANA ACUAN KERJA.docxRENCANA ACUAN KERJA.docx
RENCANA ACUAN KERJA.docxKangMargino
 
Prespektif Livelihood di desa wisata Bantaragung
Prespektif Livelihood di desa wisata BantaragungPrespektif Livelihood di desa wisata Bantaragung
Prespektif Livelihood di desa wisata BantaragungEdwar Fitri
 
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxPPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxEdiSuhandi2
 
3.2. konsep pendampingan masy.
3.2. konsep pendampingan masy.3.2. konsep pendampingan masy.
3.2. konsep pendampingan masy.BPPMDDTT Makassar
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dengan baik
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dengan baikPeran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dengan baik
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dengan baikOperator Warnet Vast Raha
 
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)adhinpol
 
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROREVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROsamerdanta sinulingga
 
Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B RaflesTarihoran
 
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gununglaporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunungsamerdanta sinulingga
 
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptxSPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptxSRIKURNIATI6
 
Sosialisasi Satgas Pelesterian Adat (1).pptx
Sosialisasi Satgas Pelesterian Adat (1).pptxSosialisasi Satgas Pelesterian Adat (1).pptx
Sosialisasi Satgas Pelesterian Adat (1).pptxNovaniElipta
 

Similar to PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (20)

Artikel desa wisata
Artikel desa wisataArtikel desa wisata
Artikel desa wisata
 
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docxPROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
 
KKN Posdaya Tematik UPI Kampus Serang
KKN Posdaya Tematik UPI Kampus SerangKKN Posdaya Tematik UPI Kampus Serang
KKN Posdaya Tematik UPI Kampus Serang
 
RENCANA ACUAN KERJA.docx
RENCANA ACUAN KERJA.docxRENCANA ACUAN KERJA.docx
RENCANA ACUAN KERJA.docx
 
Prespektif Livelihood di desa wisata Bantaragung
Prespektif Livelihood di desa wisata BantaragungPrespektif Livelihood di desa wisata Bantaragung
Prespektif Livelihood di desa wisata Bantaragung
 
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxPPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
 
3.2. konsep pendampingan masy.
3.2. konsep pendampingan masy.3.2. konsep pendampingan masy.
3.2. konsep pendampingan masy.
 
2.-PPKE.pptx
2.-PPKE.pptx2.-PPKE.pptx
2.-PPKE.pptx
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dengan baik
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dengan baikPeran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dengan baik
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dengan baik
 
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)
 
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROREVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
LPJ KKN 22 (1).pdf
LPJ KKN 22 (1).pdfLPJ KKN 22 (1).pdf
LPJ KKN 22 (1).pdf
 
Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B
 
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gununglaporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
 
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptxSPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
 
Sosialisasi Satgas Pelesterian Adat (1).pptx
Sosialisasi Satgas Pelesterian Adat (1).pptxSosialisasi Satgas Pelesterian Adat (1).pptx
Sosialisasi Satgas Pelesterian Adat (1).pptx
 

More from Riza Magfirah

Laporan Akhir Dampak Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
Laporan Akhir Dampak Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...Laporan Akhir Dampak Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
Laporan Akhir Dampak Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...Riza Magfirah
 
Laporan metpen ahir Alasan Penggunaan Smartphone Di Kalangan Mahasiswa FMIPA ...
Laporan metpen ahir Alasan Penggunaan Smartphone Di Kalangan Mahasiswa FMIPA ...Laporan metpen ahir Alasan Penggunaan Smartphone Di Kalangan Mahasiswa FMIPA ...
Laporan metpen ahir Alasan Penggunaan Smartphone Di Kalangan Mahasiswa FMIPA ...Riza Magfirah
 
Laporan Akhir Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
Laporan Akhir Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...Laporan Akhir Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
Laporan Akhir Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...Riza Magfirah
 
Dampak Penggunaan Smartphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
Dampak Penggunaan Smartphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM BanjarbaruDampak Penggunaan Smartphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
Dampak Penggunaan Smartphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM BanjarbaruRiza Magfirah
 
Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM BanjarbaruAlasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM BanjarbaruRiza Magfirah
 
Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Su...
Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Su...Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Su...
Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Su...Riza Magfirah
 

More from Riza Magfirah (6)

Laporan Akhir Dampak Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
Laporan Akhir Dampak Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...Laporan Akhir Dampak Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
Laporan Akhir Dampak Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
 
Laporan metpen ahir Alasan Penggunaan Smartphone Di Kalangan Mahasiswa FMIPA ...
Laporan metpen ahir Alasan Penggunaan Smartphone Di Kalangan Mahasiswa FMIPA ...Laporan metpen ahir Alasan Penggunaan Smartphone Di Kalangan Mahasiswa FMIPA ...
Laporan metpen ahir Alasan Penggunaan Smartphone Di Kalangan Mahasiswa FMIPA ...
 
Laporan Akhir Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
Laporan Akhir Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...Laporan Akhir Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
Laporan Akhir Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Ba...
 
Dampak Penggunaan Smartphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
Dampak Penggunaan Smartphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM BanjarbaruDampak Penggunaan Smartphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
Dampak Penggunaan Smartphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
 
Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM BanjarbaruAlasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
Alasan Penggunaan Smatphone dikalangan Mahasiswa FMIPA UNLAM Banjarbaru
 
Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Su...
Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Su...Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Su...
Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Su...
 

Recently uploaded

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 

Recently uploaded (20)

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  • 1. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh Sutiyono Fakultas Bahasa dan Seni, UNY ABSTRAK Dalam penelitian ini akan dikaji tentang pemberdayaan masyarakat desa dalam pelaksanaan program desa wisata di wilayah pedesaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun tujuan penelitiannya adalah ingin melihat seberapa jauh pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dalam melaksanakan pembangunan kepariwisataan serta bagaimana masyarakat desa tersebut mengatasi persoalan kemiskinan dan penganguran di wilayah pedesaan melalui program desa wisata. Penelitian ini dilaksanakan di desa-desa wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama yang telah melaksanakan program pariwisata desa (desa wisata). Waktu penelitian ditentukan selama 10 bulan, yaitu mulai bulan Maret hingga Desember 2007. Untuk memperoleh data penelitian dilakukan dengan mempergunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sebagai pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pemberdayaan masyarakat desa melibatkan seluruh warga masyarakat, (2) Upaya konkrit untuk meningkatkan daya dukung adalah memajukan potensi utama desa dan potensi masyarakat desa, dan (3) Pemberdayaan masyarakat desa memeberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan ekonomi. BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Jika kita berbicara tentang keterbelakangan bangsa Indonesia, maka alamat utamanya adalah desa-desa beserta masyarakatnya. Hal tersebut dapat dimaklumi karena sebagian besar warga masyarakat Indonesia berdomisili di wilayah pedesaan (Rahardjo, 2004: 4). Pelaksanaan pembangunan masa lalu menempatkan pemerintah seolah-olah sebagai agen tunggal pembangunan, sedang masyarakat desa dianggap tidak memiliki kemampuan dan masih tertinggal (Wastutiningsih, 2004: 12). Sejak jaman kolonial, Orde lama, dan Orde Baru, masyarakat desa hanya diposisikan sebagai objek bukan sebagai subjek pembangunan. Di era reformasi, menempatkan masyarakat desa sebagai subjek pembanguan merupakan hal yang penting.
  • 2. Apalagi sebagian besar wilayah Indonesia adalah wilayah pedesaan dengan jumlah penduduknya yang besar. Oleh karena itu menggali potensi desa dan sumber-sember produksi yang selama ini ditelantarkan penting untuk diberdayakan. Di dalam dunia kepariwisataan sekarang terdapat kecenderungan untuk mengolah potensi daerah, terutama desa beserta strategi pemberdayaan masyarakatnya. Seperti dinyatakan Fandeli, bahwa kebijakan pengembangan pariwisata daerah harus didasarkan pada paradigma yang berkembang di daerah (Fandeli, 2002: 45). Maka logis jika ada semacam kehendak untuk menempatkan desa yang berpotensi dan memiliki sumber- sumber produksi sebagai landasan strategisnya, sekaligus memberdayakan masyarakatnya. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat itu, sekarang ini di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat 42 desa yang telah menyelenggarakan program desa wisata, dengan jumlah pengunjung 51.717 orang (Baparda DIY, 2005). Tentu saja keberlangsungan program desa wisata beserta operasionalnya tidak lepas dari dukungan sepenuhnya melalui pemberdayaan masyarakat desa. Oleh karena itu dalam rancangan penelitian ini ingin mengkaji “bentuk pemberdayaan masyarakat desa dalam mengelola program desa wisata di wilayah Propinsi DIY”, dengan dirumuskan masalahnya sebagai berikut. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dalam mengelola program desa wisata di Propinsi DIY? 2. Apa saja upaya konkret yang dilakukan masyarakat desa dalam meningkatkan daya dukung menuju terselengarakannya program desa wisata? 3. Sejauh mana bentuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dirasakan memberi manfaat bagi pengembangan dan penggalian potensi desa? C. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji bentuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dalam mengelola program desa wisata di Propinsi DIY.
  • 3. 2. Memberikan peluang terhadap masyarakat desa, yang selama ini posisi mereka sering ditempatkan sebagai objek dan bukan sebagai subjek. Dengan diposisikannya sebagai subjek, akan dapat dilihat kiprah mereka dalam program pembangunan desa wisata. 3. Meningkatkan peran masyarakat desa dalam mengatasi kemiskinan, serta mengatasi persoalan-persoalan dan menghadapi tantangan untuk mengolah potensi beserta sumber-sumber produksi di desanya. D. Manfaat Penelitian 1. Dapat memperkuat program pembangunan di wilayah pedesaan. Selama ini, pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor hampir semuanya dipusatkan pada wilayah perkotaan. Dalam penelitian ini ingin mencoba melihat pelaksanaan program pembangunan di wilayah pedesaan, khususnya pelaksanaan program desa wisata. Di era reformasi dengan menitikberatkan pada pelaksanaan otonomi daerah, masyarakat (termasuk masyarakat pedesaan) dituntut kreatif untuk mendapatkan sumber-sumber produksi yang dapat dikelola secara maksimal, guna mendatangkan income bagi wilayahnya. 2, Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Dalam penelitian ini dapat dipergunakan untuk melihat kreatifitas dan sepak terjang masyarakat desa (dalam bentuk pemberdayaan masyarakat desa) untuk mengelola sumber daya yang dimiliki, sehingga hasilnya benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Bahkan lebih jauh pemberdayaan masyarakat desa akan dapat digunakan untuk melihat bagaimana mereka mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran di wilayahnya. BAB II METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tema di depan, maka desain yang dipergunakan dalam penelitian ini akan bersandarkan pada pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan ini, kiranya berbagai aspek yang diteliti akan dapat menghasilkan data yang valid, reliabel, dan relevan dengan yang didibutuhkan nantinya. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif akan dapat dilakukan observasi yang lebih mendalam dan teliti terhadap objek-objek penelitian, sehingga data-data yang diperoleh lebih akurat dan mendasar.
  • 4. B. Sumber Data Studi ini akan dilaksanakan di wilayah pedesaan (sebagai lokus penelitiannya), terutama desa-desa yang telah menyelenggarakan program desa wisata. Pemilihan lokus ini dimaksudkan agar dapat menjawab permasalahan penelitian, yakni pemberdayaan masyarakat desa di wilayah pedesaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi penelitian ini mencakup seluruh anggota masyarakat desa di desa-desa yang menyelengarakan program desa wisata. Adapun sampel penelitiannya adalah para anggota masyarakat yang tergabung dalam kelompok organisasi pengelola wisata desa. Pengambilan sampel didasarkan pada teknik purposive sampling, yakni dengan cara mengambil subjek, yang bukan didasarkan atas strata, random, lokasi, akan tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Selain itu untuk mendapatkan informasi dari berbagai jenis sumber, terutama yang menguasai tentang persoalan pemberdayaan masyarakat desa dalam pelaksanaan program desa wisata serta berbagai informasi yang relevan, maka diperlukan informan- informan yang benar-benar mengetahui persoalan tersebut secara mendalam. Para informan yang diusulkan dalam penelitian ini antara lain: Kepala Desa, Sekretaris Desa, Ketua RW, Ketua RT, sesepuh desa, tokoh masyarakat, dan para anggota masyarakat yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan program desa wisata seperti pemilik home stay, petani desa setempat, dan pelaku ritual. C. Instrumen Penelitian Instrumen utama dalam penelitian yang mempergunakan metode kualitatif adalah peneliti sendiri. Peneliti langsung turun ke lapangan, melakukan observasi ke lapangan dan wawancara dengan para informan. Sebelumnya, peneliti telah mempersiapkan diri dengan membawa perbekalan yang siap membantu peneliti selama berada di lapangan. Perbekalan itu di antaranya adalah tape recorder, buku catatan, dan tustel. Tape recorder dipergunakan untuk merekam jalannya wawancara, dan buku catatan dipergunakan untuk mencatat aktivitas observasi langsung di lapangan. Tustel dipergunakan untuk memotret objek observasi yang penting-penting dan relevan dengan data yang dibutuhkan. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun cara pengumpulan
  • 5. data dapat diperinci sebagai berikut: (1) Observasi, yakni cara yang dipergunakan peneliti untuk melihat dan mengetahui aktivitas pengelolaan desa wisata dengan memberdayakan masyarakat desa di wilayahnya. (2) Wawancara, yakni cara yang dipergunakan peneliti untuk mengungkap bagaimanakah para subjek penelitian memberi makna terhadap aktivitas pengelolaan pariwisata desa dengan memberdayakan masyarakat desa di wilayahnya. (3) Dokumentasi, yakni cara yang dipergunakan peneliti untuk meramu dan menempatkan terminologi dan sumber-sumber teori dalam penelitian ini yaitu teori yang menyangkut pemberdayaan masyarakat pedesaan dan desa wisata. E.Teknis Analisis Data Data yang terkumpul melalui hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi ini berupa data kualitatif. Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian adalah teknik analisis deskriptif interpretatif dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Memilih dokumen/data yang relevan dan memberi kode. (2) Membuat catatan objektif, dalam hal ini sekaligus melakukan klasifikasi dan mengedit (mereduksi) jawaban. (3) Membuat catatan reflektif, yaitu menuliskan apa yang sedang dipikirkan peneliti sebagai interpretasi dalam sangkut pautnya dengan catatan objektif. (4) Menyimpulkan data dengan membuat format berdasarkan teknik analisis data yang dikendaki peneliti. (5) Melakukan triangulasi yaitu mengecek kebenaran data dengan cara menyimpulkan data ganda yang diperoleh melalui tiga cara: (1) memperpanjang waktu observasi di lapangan dengan tujuan untuk mencocokkan data yang telah ditulis dengan data lapangan, (2) mencocokkan data yang telah ditulis dengan bertanya kembali kepada informan, dan (3) mencocokkan data yang telah ditulis dengan sumber pustaka. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam cakupan ini diketengahkan salah satu desa wisata yang dipandang telah mapan memberdayakan masyarakat desa, yaitu Desa Ketingan. Desa ini merupakan salah satu dari sekitar 40 desa wisata di Kabupaten Sleman. Desa Ketingan menawarkan paket wisata Pesona Alam beserta unggulannya sebagai desa yang dihuni oleh ratusan ribu satwa burung kuntul. Dalam paket pesona alam, para wisatawan diajak untuk melihat pesona alam desa tersebut dan melihat habitat burung kuntul yang hinggap pada pohon
  • 6. mlinjo di desa Ketingan terutama pada musim hujan. Selain itu para wisatawan juga diperbolehkan untuk bertanya tentang sejarah, perkembangan, dan eksistensi desa wisata yang menawarkan pesona alam dan budaya desa setempat, seperti hamparan sawah, puluhan ribu pohon mlinjo, dan seni tradisional masyarakat desa Ketingan. Keunikan desa wisata ini adalah kehadiran burung kuntul dalam jumlah ratusan ribu ekor yang hinggap pada pohon mlinjo di desa Ketingan terutama pada musim hujan. 1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Dari berbagai macam desa wisata yang telah diobservasi sejauh ini, masyarakat desa Ketingan dapat dianggap sebagai satu-satunya masyarakat desa yang paling profesional dalam mengelola program desa wisata di seluruh propinsi DIY. Dalam rangka melayani para wisatawan yang berkunjung ke desa wisata Ketingan, pengurus desa wisata telah membagi tugas ke seluruh penduduk desa Ketingan. Seluruh tugas ini dikoordinasi melalui LMD (Lembaga Masyarakat Desa), yang telah ditata sedemikian rupa. Seluruh tugas untuk mengelola program desa wisata telah dipertegas oleh ketua LMD desa Ketingan. Secara rinci, setiap tugas pengelolaan telah ditata agar tidak saling betubrukan, sehingga hasil kerjanya mewujudkan pembagian kerja yang organis, meskipun antara sektor yang satu dengan yang lain sering dibutuhkan kerja sama atau saling melengkapi. 1. Ketua merangkap Bagian Promosi Hampir seluruh seluk beluk tentang ilmu pengetahuan atau informasi desa wisata Ketingan dikuasai oleh sorang ketua bernama Bapak Haryono, seorang pensunan BKKBN Kabupaten Sleman. Ia juga bertugas untuk menerima perminataan (order) dari berbagai elemen masyarakat yang akan mengunjungi desa wisata Ketingan. Memang kapasitasnya di samping sebagai ketua juga tekun melakukan promosi. 2. Petugas Pemandu Wisata Orang yang bertugas untuk memandu wisata adalah orang yang mampu memberikan informasi tentang cerita/legenda desa Ketingan, habitat burung kuntul, dan faktor-faktor pendukung seperti soal lingkungan alam dan aktivitas tradisi budaya masyarakat. Bagian pemandu wisata dibagi dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing. Pemandu wisata dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam hal ini adalah bahasa Inggris sudah dapat dijalankan oleh masyarakat desa Ketingan sendiri. Tetapi jika
  • 7. kedatangan wisatawan mancanegara dari negara non-bahasa Inggris seperti Jerman, Perancis, Spanyol, Jepang, dan Cina harus menyewa pemandu wisata dari luar desa. 3. Petugas Masak Ibu-ibu warga desa Ketingan yang diberi tugas untuk mengerjakan membuat makanan. Mereka memasak jenis makanan tradisional, dan bahan mentahnya mudah dijangkau tinggal mengambil di kebun-kebun, tanpa harus beli ke pasar. Sebagai contoh ubi, ganyong, kaerut, serta jeni pala gumandul dan pala kependem. Contohnya adalah thiwul, gathot, seredek, gethuk, klenyem, bakwan jagung, dan sebagainya. Bila mereka akan membuat sayur, maka bahan mentahnya tinggal mengambil di sekitar pekarangan rumahnya. Contoh membuat sayur adalah sayur bayam, asem-asem, megena, gori, gudangan, pecel, oseng-oseng mlinjo, lodeh kacang panjang, dan pecel. 4. Petugas Parkir Sejumlah pemuda desa Ketingan sekitar 10 orang telah dipersiapkan untuk mengantisipa- si banyaknya kendaraan, baik mobil, bus, maupun sepeda motor yang biasanya mendadak dalam jumlah besar akan berkunjung ke desa wisata Ketingan. Secara khusus desa Ketingan tidak memiliki tempat atau lapangan parkir yang representatif. Sebagai gantinya, tempat parkir yang cukup luas berada di jalan desa bagian selatan. Jalan ini cukup sepi dan jauh dari keramaian lalu lintas, sehingga tidak mengganggu orang yang lewat. Di jalan ini dapat menampung 40 mobil, 20 bus, dan 1.000 sepeda motor. 5. Petugas Pertunjukan Jatilan Jathilan adalah atraksi kuda lumping oleh pemuda dan remaja. Kelompok kesenian ini sudah terlatih, karena mereka mengikuti latihan rutin yang telah ditentukan waktunya. Kesenian ini ditarikan oleh 20 orang remaja/remaja, dan sebagai pemusiknya ada 7 orang. 6. Petugas Pertunjukan Cokekan Cokekan adalah orkestra gamelan dalam bentuk mikro, yang dilakukan sekitar 10 orang petani tua, dengan jumlah instrumen terbatas. 7. Bagian Pertunjukan Drumband Drumband adalah permainan alat perkusi dengan menggunakan busdram, trompet, belira, dan tambur. Peralatan masih menyewa, tetapi atas kesungguhan warga masyarakat
  • 8. terutama kelompok pemuda dapat melakukan latihan dengan baik meskipun waktunya terbatas. Pertunjukan ini dilakukan oleh 15 orang. 8. Petugas Pertunjukan Gejok Lesung Gejok lesung adalah permainan tradisional dengan memukul lesung berusia sekitar 100 tahunan oleh 8 orang ibu-ibu dan 2 orang bapak-bapak. Latihan rutin gejok lesung berlangsung di rumah ibu dukuh, yang dilaksanakan seminggu sekali. 9. Petugas Penggarap Sawah Penggarap sawah adalah seorang petani yang bertugas untuk mengerjakan sawah, mulai dari menggaru, ngluku, menanam padi, beserta dengan ritualnya. Ritualnya disebut tedun yaitu ritual untuk mengawali musim tanam. Dalam ritual ini diperlukan: sesaji, jenang katul, dan ingkung ayam. 10. Petugas Wayang Banyolan Wayang banyolan adalah pertunjukan wayang kulit khusus menampilkan adegan kedhatonan (taman sari) dengan tokoh Cangik-Limbuk yang dilakukanseorang dalng dan diiringi cokekan. 11. Petugas Distribusi Home Stay Banyak wisatawan yang menginap di Desa Ketingan, baik dalam jumlah terbatas maupun besar. Masyarakat desa Ketingan telah menyiapkan tempat tinggal. Beberapa orang pemuda telah ditunjuk untuk mengantar para tamu atau wisatawan ke home stay. Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah untuk semua, dalam arti seluruh warga Ketingan diusahakan untuk dapat ikut terlibat dalam mengelola program desa wisata. Bermacam-macam kapasitas yang dimiliki seseorang akan selalu berperan dalam kancah aktivitas desa wisata. Kapasitasnya sebagai petani, pemain jathilan, pembuat emping mlinjo, tukang masak, dan sebagainya diharapkan dapat ikut merasakan kehadiran aktivitas program desa wisata, dan bukan hanya dinimati oleh kelompok tertentu. Hal ini untuk menyiasati agar tidak terjadi kesenjangan antar warga. Kehadiran desa wisata diharapkan dapat memacu kreatifitas, meningkatkan kemampuan sumber daya, serta dapat memberikan keadilan bagi setiap warga. Memang dalam satu paket kunjungan wisata tidak pernah langsung melibatkan warga masyarakat seluruh kampung. Tetapi selalu dijadwal secara proporsioanal, agar warga masyarakat dalam kurun waktu tertentu terlibat dalam pengelolaan wisata desa,
  • 9. dalam kurun waktu yang lain bergantian dengan warga masyarakat yang belum terlibat. Tentu saja keadilan perannya untuk andil dalam pengelolaan aktivitas desa wisata sangat diperhitungkan. Dengan demikian kehadiran program desa wisata ini tidak menimbulkan persoalan dalam kehidupan masyarakat, sebaliknya dapat memberikan kontribusi untuk kesejahteraan seluruh masyarakat. Besarnya jumlah wisatawan sering membuat kalang kabut pengelola, seperti kunjungan dari Surabaya dengan jumlah wisatawan terbesar (300 orang), berasal dari anak-anak sekolah SMA. Memperhatikan kalang kabut pengelola desa wisata ini, maka untuk mengantisipasi pada kunjungan wisata di masa mendatang, sekiranya jumlah wisatawannya dalam jumlah besar, masyarakat selalu mempersiapkan diri dengan melakukan rapat pengelolaan terlebih dulu, guna menentukan langkah-lagkah yang akan dipersiapkan. Dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan, setiap kunjungan wisatawan selesai selalu diadakan evaluasi. Seluruh elemen atau bagian yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat desa dilihat bersama-sama mengenai kekurangan atau kelemahan ketika sedang memberikan pelayanan kepada para wisatawan. Bila telah ketemu kekurangannya, maka akan mendapat saran dari masyarakat untuk meningkatkan diri dengan latihan secara teratur. Misalnya pentas jathilan terdapat kesalahan, maka untuk meningkatkan kualitas pentasnya dilakukan latihan yang lebih mendalam. Dengan demikian pemberdayaan masyarakat untuk mengelola desa wisata ini juga merupakan bentuk peningkatan kualitas keahlian masyarakat untuk mendalami bidangnya. Pada gilirannya di masa mendatang, untuk menyongsong kunjungan wisatawan, seluruh bagian yang terlibat dalam aktivitas desa wisata sudah dipersiapkan secara matang. Jadi keuntungan pemberdayaan masyarakat ini jelas semata-mata tidak hanya memberikan kontribusi secara ekonomis, akan tetapi meningkatkan sumber daya masyarakat secara maksimal. 2. Upaya konkret untuk meningkatkan daya dukung Unggulan materi pariwisata dari desa Ketingan adalah pesona alam. Desa Ketingan sejak tahun 1997 telah dihuni oleh 3.000 ekor burung kuntul. Latar belakang kawasan desa yang banyak ditumbuhi pohon mlinjo, terlihat hijau dari kejauhan. Jumlah pohon mlinjo sekitar 8000 pohon dan ratusan ribu burung kuntul adalah suatu
  • 10. keistimewaan unggulan paket wisata. Dalam hal ini, tingkat kesadaran lingkungan harus benar-benar dimantabkan, untuk berhati-hati agar sekecil mungkin untuk tidak mengganggu keberadaan satwa burung kuntul. Memberdayakan kesadaran lingkungan masyarakat Desa Ketingan merupakan upaya konkret untuk meningkatkan daya dukung sebagai desa wisata. a. Pendukung Utama Seluruh satwa burung kuntul telah dianggap sebagai milik masyarakat desa Ketingan. Selanjutnya diadakan kesepakatan bersama seluruh masyarakat dalam bentuk Suaka Fauna yakni perlindungan hewan burung kuntul dengan ketentuan dilarang membunuh hewan tersebut. Bagaimanapun masyarakat desa Ketingan harus mampu mengemong kehadiran satwa burung kuntul di desanya. Jika dipertimbangkan, masyarakat sama sekali tidak mengeluarkan dana sepeser pun, misalnya untuk membeli makanan satwa tersebut. Mereka mencari makanan sendiri, dan sama sekali tidak mengganggu ketenangan masyarakat. Satwa pergi-pulang, hinggap di pohon mlinjo, dan beranak-pinak tanpa merugikan masyarakat desa Ketingan. Oleh karena itu, sekiranya masyarakat sadar dapat menjaga keseimbangan alam lingkungan, agar kehidupan satwa burung kuntul dapat berkembang biak dengan baik, sudah merupakan prestasi tersendiri. Terlebih, berkembangnya jumlah satwa burung kuntul dari tahun ke tahun perlu disyukuri masyarakat desa Ketingan. Kehadirannya merupakan aset termahal, dan menjadi faktor pendukung utama terselenggaranya aktivitas desa wisata Ketingan. b. Pendukung Sampingan Di samping pendukung utama yang berupa satwa burung kuntul, untuk mewujudkan desa wisata yang representatif juga diperlukan pendukung sampaingan, antara lain penginapan. Sekitar 50% warga Ketingan telah memiliki kamar yang siap dipergunakan sebagai home stay (tempat tinggal sementara) para wisatawan. Mereka berasal dari luar kota dan lur negeri. Lama penginapan diatur dalam paket wisata yaitu antara 1 sampai 3 hari. Para wisatawan kadang-kadang hanya membutuhkan home stay sebagai tempat istirahat untuk tidur malam hari yang sebelumnya didahului dengan melihat aktivitas canda burung kuntul pada malam bulan purnama. Selain itu faktor pendukung sampingan yang lain untuk mewujudkan terselengarakannya desa wisata adalah alam sekitar dan seni-budaya. Alam sekitar adalah
  • 11. sawah, tegalan, dan ribuan pohon mlinjo. Seni-budaya yaitu pentas jathilan, gejog Lesung, cokekan, wayang banyolan, dan drumband. Sumber daya manusia untuk mendukungnya sudah siap dan telah mengadakan latihan secara rutin. c. Operasionalitas Daya Dukung Untuk mengupayakan operasionalitas daya dukung desa wisata Ketingan, skenario sajian wisata dilaksanakan seperti berikut. Kedatangan rombongan wisatawan disambut oleh kelompok kesenian drumband diajak memasuki perkampungan bernama desa Ketingan. Setelah mereka beristirahat sejenak, para pemandu mengantar setiap wisatawan ke home stay (penginapan). Dengan waktu yang telah ditentukan, rombongan wisatawan diajak berjalan kaki untuk berkeliling kampung desa Ketingan. Sambil menghirup udara segar dalam suasana lingkungan pedesaan, mereka mendapat penjelasan dari pemandu wisata tentang habitat burung kuntul. Para wisatawan juga diajak bersama-sama untuk menuju lokasi aktivitas pertanian. Aktivitas ini dimulai dari membajak, menggaru, menanam benih padi, beserta dengan macam-macam ritualnya. Mereka diajari cara menjalankan bajak lengkap dengan hewan penariknya yaitu dua ekor lembu. Seluruh wisatawan bergembira, bahkan banyak yang naik bajak. selain itu di dalam air yang keruh menggenangi seluruh area sawah, mereka malah banyak yang menceburkan diri, layaknya orang sedang berenang. Sebelum para wisatawan beristirahat pada malam hari, mereka disuguhi berbagai aneka tradisi seni-budaya desa Ketingan. Beberapa kelompok kesenian seperti jathilan (kuda lumping), gejok lesung, cokekan, wayang banyolan dipentaskan. Di samping itu beberapa orang wisatawan diajak untuk melihat cara pembuatan emping mlinjo. Mereka disuguhi masakan tradisional desa Ketingan. 3. Manfaat bagi pengembangan dan penggalian potensi desa Ditinjau dari segi perekonomian kerakyatan, desa wisata memberikan berbagai manfaat untuk seluruh subjek yang terlibat sebagai berikut. Pertama, aktivitas desa wisata mampu memberdayakan masyarakat desa untuk melayani para wisatawan. Mereka mendapat reward dari hasil jerih payahnya, misalnya membajak sawah, menjadi pemain jathilan, memandu melihat satwa, menjadi tukang parkir, juru masak, mengerjakan kerajinan industri, dan sebagainya. Kedua, berbagai sajian wisata yang dijual seperti alam, sawah, tegalan, satwa, kerajinan, makanan tradisional (ketela, kaerut, ganyong,
  • 12. sere, jahe, jagung, kedelai) dan kesenian tradisional dapat mendatangkan rejeki di luar masyarakat pedesaan bekerja rutin. Ketiga, para pengunjung yang selama ini kebanyakan anak sekolah terutama dari kota besar telah membelanjakan uangnya untuk kunjungan desa wisata yang nota bene merupakan membeli barangnya sendiri. Hal ini terlihat berbeda jika mereka membeli produk barang impor, yang berarti mengeluarkan uang untuk orang lain. B. Pembahasan Jika diberdayakan untuk mengelola suatu aktivitas program, kenyataanya masyarakat pedesaan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi. Sebagaimana dalam program aktivitas desa wisata, baik yang di desa Sendari maupun Ketingan, masyarakat desa semakin siap dengan sumber daya yang dimiliki. Kesiapan mereka dalam menangani program desa wisata disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, sebelum dicanangkan menjadi desa wisata, masyarakat desa telah memperoleh pembinaan non- formal dari beberapa instansi pemerintah. Pembinaan ini dialami masyarakat desa Sendari yang mendapat pembinaan atau pelatihan dari instansi perindustrian, dan kemudian mendapat pelatihan lagi dari departemen pariwisata. Kedua, peningkatan sumber daya masyarakat desa bukanlah karena mendapat pembinaan atau pelatihan, akan tetapi ketekunannya dalam mengelola program desa wisata. Ketekunan ini dialami masyarakat desa Ketingan, setelah desanya dicanangkan menjadi desa wisata, maka setiap ada kunjungan wiata dari para wisatawan selalu diadakan evaluasi bersama. Kesanggupan masyarakat desa untuk meningkatkan sumber dayanya ini menunjukkan bahwa mereka mampu mandiri dan yang penting mereka cepat tanggap ketika terdapat suatu program kegiatan yang memerlukan penanganan atau pengelolaan dengan persiapan matang. Hal ini bisa menangkis sinyalemen bahwa keterbelakangan bangsa Indonesia alamat utamanya selalu ditujukan kepada desa-desa beserta masyarakatnya (Rahardjo, 2004: 4). Masyarakat Ketingan semakin hari tambah trampil dalam melayani para wisatawan. Mereka telah diberdayaakan sesuai dengan situasi dan kondisi desanya.
  • 13. Situasi dan kondisi desa yang merupakan daya dukung untuk mewujudkan desa wisata yang representatf merupakan idam-idaman masyarakat pedesaan sekarang. Buktinya semakin hari banyak desa yang tadinya baru pada taraf embrio desa wisata, sekarang sudah benar-benar menjadi desa wisata. Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang tadinya terdapat 42 desa wisata (Baparda DIY, 2005), sekarang sudah bertambah menjadi 50-an desa wisata. Munculnya banyak desa wisata lebih banyak di daerah Sleman, mengingat daerah ini termasuk daerah subur lingkar lereng gunung Merapi, artinya alam lingkungan yang mendukung seperti air, sawah, tegalan, flora, fauna, dan berbagai jenis tradisi ritual dan seni-budaya banyak dijumpai di daerah ini. Padahal suatu desa bila digali akan dapat menghasilkan berbagai aspek, antara lain aspek alamiyah, sosial, budaya, dan ekonomi. Hal ini dapat dijumpai pada desa-desa yang mengandung potensi sumber daya, sebagaimana terdapat di wilayah pedesaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pengembangan menjadi desa wisata didasarkan atas potensi atau daya dukung yang dimikliki, serta mencerminkan cirikhas masing-masing desa, antara lain: flora, fauna, rumah adat, pemandangan alam, iklim, makanan tradisional, kerajinan tangan, seni tradisional, dan sebagainya. Potensi yang dimiliki kemudian digarap sedemikian rupa dengan tidak lupa memberdayakan masyarakat desanya sendiri. Hasilnya diharapkan dapat bermanfaat untuk membangun desa dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian desa yang tadinya tidur, dibangunkan untuk diberdayakan dengan memanfaatkan kemampuan masyarakatnya, menjadi desa wisata yang produktif. Hal tersebut sebenarnya merupakan modal tersembunyi (hidden capital) yang perlu ditumbuhkan. Memperhatikan banyaknya potensi yang dimilki desa seperti itu, mestinya dapat menangkal masyarakat yang hendak melakukan urbanisasi ke kota guna mencari pekerjaan yang dianggap lebih layak dibanding dengan di desanya. Di samping banyaknya potensi alam lingkungan dan seni-budaya, masyarakat desa harus siap diberdayakan, karena percuma jika memiliki banyak potensi di desa sementara masyarakat tidak mampu mengelolanya, dan hanya diserahkan kepada suatu Event Organizer. Dalam kasus desa wisata Ketingan merupakan pretasi sendiri bagi masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena mereka sangat getol setelah diberdayakan
  • 14. untuk mengelola desa wisata. Bila masyarakat desa telah siap diberdayakan, maka desa itu akan maju. Meskipun demikian masih ditemukan banyaknya pemuda desa berbondong-bondong ke kota, karena desa dianggap tidak menjanjikan (Wahono, 2007). Ditinjau dari segi perekonomian kerakyatan, desa wisata seperti Ketingan yang menonjolkan pesona alam memberikan berbagai manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakatnya. Dalam mekanisme pasar tradisional tidak tergantung pada persoalan ekspor-impor dan modal yang diberi pinjaman negara maju. Dalam mekanisme tersebut, jenis barang, tempat, penjual, dan pembeli semuanya mempergunakan tenaga, modal, uang masyarakat. Tidak ada pengaruh dari mekanisme pasar global, artinya baik barang maupun uang semuanya berasal, mengalir, dan kembali ke masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa mengembangkan perekonomian masyarakat sama saja dengan mengandalkan perekonomoan dalam negeri, dan sama sekali tidak tergantung dari pihak luar. Bila perekonomian rakyat bisa berkembang besar tentu saja Indonesia tidak akan menggantungkan aspek perekonomiannya dari luar negeri. Program desa wisata pada dasarnya juga dapat menjadi fundamen perekonomian kerakyatan. sebuah aktivitas pariwisata dengan modal dan lahan yang telah tersedia, misalnya sawah, tegalan, kali, kerajinan, satwa, makanan tradisional. Modal yang ditawarkan tidak harus disertai dengan tambahan biaya, seperti penuruanan dana dari bank untuk membangun sarana-prasarana agar dianggap lebih indah. Justru dengan dibangun atau direhapnya modal yang tersedia akan membuat sifat artifisial dan ketidakaslian lokasi pedesaan. Hal ini disebabkan minat para wisatawan sudah mulai bergeser kembali untuk melihat tempat-tempat dan aktivitas tradisi yang masih mengandung nuansa asli. Demikian juga tenaga untuk mengelola desa wisata tidak perlu mendatangkan tenaga asing dengan biaya tinggi, tetapi cukup memberdayakan masyarakatnya sendiriyakni masyarakat desa. Mereka inilah yang mengetahui secara mendalam tentang gambaran situasi-kondisi isi desa wisata. Oleh karena itu, memmberdayaan masyarakat desa untuk menyukseskan desa wisata merupakan keniscayaan. Jika desa wisata digalakkan secara optimal merupakan pasar tersendiri di masa depan, mengingat suatu aktivitas pariwisata selalu mengandung unsur-unsur: pengelola, atraksi, transportasi, dan konsumsi, yang berarti mengandung dukungan tenaga kerja dari
  • 15. berbagai bidang. Dengan tegas desa wisata dapat mengurangi pengangguran. Dalam konstruksi Robot (2001: 4) setiap desa yang menyelenggarakan program desa wisata harus mengusahakan faktor-faktor pendukung untuk mendampingi objek wisata yang diunggulkan. Faktor-faktor pendukung itu antara lain sarana transportasi, akomodasi, konsumsi, dan toko cinderamata khas desa setempat yang harus disiapkan. Jika demikian, desa wisata menjadi benar-benar representatif, dan siap dikunjungi oleh para wisatawan terutama berasal dari mancanegara. Jika program desa wisata telah mengandung unsur-unsur tersebut tentu akan menjadi perekonomian kerakyatan yang memadai. Dengan demikian perputaran uang kita tidak keluar, tetapi di dalam negeri sendiri, dan tentu untuk kesejahteraan masyarakat sendiri. Berkaitan dengan krisi ekonomi global, sesunguhnya program desa wisata dapat dijadikan sebagai perlawanan untuk menangkis imbas krisis ekonomi global yang sulit dicari kapan penyelesaiannya. BAB IV KESIMPULAN A.Kesimpulan Jika diberdayakan untuk mengelola suatu aktivitas program, misalnya program desa wisata kenyataanya masyarakat pedesaan mampu melakukannya. Kesanggupan masyarakat desa untuk meningkatkan sumber dayanya ini menunjukkan bahwa mereka mampu mandiri dan yang penting mereka cepat tanggap ketika terdapat suatu program kegiatan yang memerlukan penanganan atau pengelolaan dengan persiapan matang. Daya dukung desa wisata yang biasanya berupa pesona alam dan seni-budaya dapat dioptimalkan untuk melayani kedatangan para wisatawan yang berkunjung ke desa. Dengan diberdayakannya masyarakat desa, mereka medapatkan manfaat yang berupa keuntungan ekonomis yang dapat menambah kesejahteraan hidupnya. B. Saran Setiap desa yang menyelenggarakan program desa wisata memang berusaha untuk menampilkan faktor-faktor pendukung yang diharapkan memadai. Tetapi
  • 16. mengingat keterbatasan fasilitas, sering factor-faktor tersebut tidak dapat dipenuhi. Seperti tempat parkir sejauh penelitian ini berlangsung belum ada yang representatif. Tempat parkir biasanya dicarikan tanah lapang atau jalan desa yang tidak dipergunakan untuk aktivitas desa. Akibatnya lalu-lintas di pedesaan terganggu, karena jalan desa dipenuhi kendaran bermotor. Namun demikian, perbaikan sarana-prasarana desa wisata selalu diusahakan lebih representatif, agar sosok desa wisata yang sesungguhnya dapat terpenuhi. Seperti dinyatakan Nuryanti (2003) juga mengemukakan bahwa desa wisata didefinisikan sebagai suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat, menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA Awuy, Christian. 2001. “Pengembangan Koridor Produk Wisata Berbasis Alam dan Budaya di Negara-negara Asean”. Makalah Dipresentasikan dalam Tourism, Culture, and Art Forum, 7 Desember. Melia Purosani Hotel, Yogyakarta. Diparda (Dinas Pariwisata Daerah) DIY. 2005. Desa-desa Penyelenggara Wisata Desa di DIY. Arsip. Fandeli, Chafid. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. Friedmann, John. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge Mass: Blackwell Publisher. Haftl, Larry. 2006. “Empowering People Key To Success”. American Machinist, Vol 150, p. 34. Ismaryati. 2007. “Istitusi Lokal Menuju Kemandirian”. Warta Pedesaan PSPK-UGM Th. XXV No. 2, pp. 1-4. Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: PT Pustaka Cidestindo. Khoirul, Anwar. 2003. “Desa Ngadisari: Potret Pemberdayaan Berbasis Masyarakat”, dalam Nurudin (et. al.). (ed.). Agama Tradisional. Yogyakarta: LKIS.
  • 17. Mendelsohn, Robert (et. al.). 2007. “Climate and Rural Income”. Climatic Change Vol 81, p. 101. Most, Arnold L. 2006. “Creating Empowerment Teams Help Multiply Productivity”, Plant Engineering Vol 60, p. 29. Ndraha, Taliziduhu. 2000. “Desa Masa Depan: Garis Depan Demokrasi”, dalam Angger Jati Wijaya (et. al.) (ed.). Reformasi tata Pemerintahan Desa Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nuryanti, Wiendu. 2003. “Pariwisata dalam Masyarakat Tradisional”. Makalah dalam Program Pelatihan Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan. Deparsenibud, Jakarta. KS, Yip. 2004. “The Empowerment Model: A Critical Reflection of Empowerment in Chinese Culture”. Social Work, Jul, Vol 49, pp. 479-487. Orr, Kenneth. 2001. “Pendidikan dan Politik Desa di Jawa Tengah pada masa Pergolakan”, dalam Robert Cribb (ed.). Pembantaian PKI di Jawa-Bali 1965. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Puspar UGM. 2005. “Lomba Penulisan Ilmiah Desa Wisata” dalam Pusat Studi Pariswisata Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Raharjo. 2004. “Pembangunan Desa: Mengapa Selalu Sisip Dari Harapan?”, Dinamika Pedesaan dan Kawasan, Vol 4, No. 4, pp. 3-11. Robot, Meity. 2001. “Pengembangan Koridor Wisata Berbasis Alam dan Budaya di Negara-negara ASEAN”. Makalah Dipresentasikan dalam Tourism, Culture, and Art Forum, 7 Desember. Melia Purosani Hotel, Yogyakarta. Shragge, Eric. 1993. Community Economics Development, In Search of Empowerment and Alternative. London: Black Rose Books. Sosialimanto, Duto. 2001. Hegemoni Negara: Ekonomi Politik Pedesaan Jawa. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Bina Rena Pariwara. Sutiyono. 2004. “Seni Pertunjukan Tradisional di Agrowisata Sleman”. Laporan Penelitian Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
  • 18. Team Work Lapera. 2001. Politik Pemberdayaan: Jalan Mewujudkan Otonomi Desa. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Wahono, Francis. 2007. “Kedaulatan Pangan: Agriculture bukan Agri-business, Mensiasati Negara Lupa Bangsa”. Makalah Dipresentasikan di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1 Maret. Wastutiningsih, Sri Peni. 2004. “Pemberdayaan Petani dan Kemandirian Desa”, Dinamika Pedesaan dan Kawasan, Vol 4, No. 4, p. 12-18. William I, Gorden. 2005. “Learning from The Best-from Aesop to Empowerment”. Vital Speeches of the Day, Vol 7, Jan, p. 178. ----------------. 2002. SKH Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, Edisi 26 Maret. BIODATA Dr. Sutiyono, lahir di Blora (Jawa Tengah), 2 Oktober 1963. Alumni ISI Surakarta 1988, Kajian Budaya Program Pasca Sarjana S-2 UGM 1999, dan Ilmu Sosial (Sosiologi) Program Pasca Sarjana S-3 Universitas Airlangga Surabaya 2009. Tercatat sebagai staf pengajar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Beberapa penelitian yang telah dihasilkan terutama yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata, antara lain: (1) Usaha Jalur Pendidikan Non-Formal dalam Menembus Pasar: Studi Kasus di Sanggar Seni Didik Nini Thowok Yogyakarta, (2) Seni Karawitan di Kraton Yogyakarta, (3) Manajemen Seni Pertunjukan Wisata di Kraton Yogyakarta Sebagai Penangkal Krisis Pariwisata Budaya, (4) Seni Tardisional di Agrowisata Sleman, (5) Tradisi Masyarakat (Bersih Desa) dan Gerakan Purifikasi Islam, dan (6) Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Mengelola Program Desa Wisata di Propinsi DIY. Beberapa karya tulis yang telah dipublikasikan lewat jurnal-jurnal ilmiah antara lain: (1) Seni Tradisional dalam Era Globalisasi Ekonomi, (2) Tumpeng dan Gunungan: Makna Simboliknya dalam Masyarakat Budaya Jawa, (3) Unsur Musik Islam dalam Larsmadya, (4) Usaha Sanggar Seni Didik Nini Thowok dalam Menembus Pasar, (5) Pentas Seni Kethoprak dalam masa Transisi Dari Masyarakat Agraris Menuju Masyarakat Industri, (6) Seni-Spirit-Terapi, (7) Dampak Pengembangan Kepariwisataan terhadap Kehidupan Seni Tradisional, dll. Alamat Rumah: Jln. Magelang Km. 13 Kavling Durenan Tejo G-9 Murangan VIII, Triharjo, Sleman, DIY 55514 Telp. (0274) 867364, Hp. 08562875090
  • 19. 1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat 1. Ketua merangkap Bagian Promosi 2. Petugas Pemandu Wisata 3. Petugas Masak 4. Petugas Parkir 5. Petugas Pertunjukan Jatilan 6. Petugas Pertunjukan Cokekan 7. Bagian Pertunjukan Drumband 8. Petugas Pertunjukan Gejok Lesung 9. Petugas Penggarap Sawah 10. Petugas Wayang Banyolan 11. Petugas Distribusi Home Stay 2. Upaya konkret untuk meningkatkan daya dukung a. Pendukung Utama b. Pendukung Sampingan c. Operasionalitas Daya Dukung 3. Manfaat bagi pengembangan dan penggalian potensi desa