Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang pengertian hak cipta, contoh karya yang dilindungi dan tidak dilindungi hak cipta, bentuk dan lama perlindungan hak cipta, pelanggaran dan sanksi pelanggaran hak cipta, serta hak-hak yang tercakup dalam hak cipta.
MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Orang Lain)
1. /
(Menghargai Karya Orang Lain)
Ditulis Oleh:
Dita Kusumaningsih
Msy. Mauliddya
Rizky Ayu Nabila
Ihsan Abdillah
M.Farid Rusydy
M.Irvan Dwi Saputra
M.Rizki Akbar
KELAS XI IPA 1
2. A. Pengertian
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam bahasa inggris hak cipta disebut Copyright (berasal dari
kata right to copy, hak untuk memperbanyak).
B. Contoh Karya-Karya yang Dilindungi Hak Cipta
Menurut Pasal 41 UU Hak Cipta, Ciptaan yang dilindungi meliputi:
1. Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
2. seni,
3. sastra, yang terdiri atas:
buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya
tulis lainnya (contoh: novel)
ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim.
karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
karya seni terapan;
karya arsitektur;
peta;
karya seni batik atau seni motif lain;
karya fotografi;
Potret;
karya sinematografi;
terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer maupun media lainnya;
kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli;
permainan video; dan
3. Program Komputer
C. Contoh Karya yang Tidak Diberi Hak Cipta
Sebagai pengecualian terhadap ketentuan di atas, tidak diberikan Hak Cipta untuk
hal-hal berikut:
hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;
peraturan perundang-undangan;
pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;
putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau
keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.
D. Bentuk dan Lama Perlindungan
Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa saja untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi tersebut kecuali dengan
seijin Pemegang Hak Cipta. Jangka waktu perlindungan Hak Cipta pada umumnya
berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun
setelah Pencipta meninggal dunia. Namun demikian, pasal 30 UU Hak Cipta
menyatakan bahwa Hak Cipta atas Ciptaan:
program komputer;
sinematografi;
fotografi;
database; dan
karya hasil pengalih wujudan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.
E. Pelanggaran dan Sanksi
Dengan menyebut atau mencantumkan sumbernya, tidak dianggap sebagai
pelanggaran Hak Cipta atas:
1. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;
2. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;
3. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan:
4. ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
atau
4. 5. pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.
6. perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam
huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu
bersifat komersial;
7. perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan
cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum,
lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non
komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;
8. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas
karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;
9. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program
Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Menurut Pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan sengaja
atau tanpa hak melanggar Hak Cipta orang lain dapat dikenakan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Selain itu, beberapa sanksi
lainnya adalah:
1. Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta dipidana dengan dengan pidana penjara
maksimal 5 (lima) tahun dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah)
2. Memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program
komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah.
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengatur sanksi bagi orang yang
melakukan plagiat, khususnya yang terjadi dilingkungan akademik(Pasal 70):
Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar
akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat
(2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling
lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).
4. Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi bagi
mahasiswa yang melakukan tindakan plagiat. Jika terbukti melakukan
plagiasi maka seorang mahasiswa akan memperoleh sanksi sebagai berikut:
Teguran
Peringatan tertulis
Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
Pembatalan nilai
Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
5. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.
F. Hak-Hak yang Tercakup dalam Hak Cipta
1. Hak eksklusif
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang
hak cipta adalah hak untuk:
Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut
(termasuk, pada umumnya, salinan elektronik),
Mengimpor dan mengekspor ciptaan,
Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi
ciptaan),
Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,
Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak
lain.
Yang dimaksud dengan “hak eksklusif” dalam hal ini adalah bahwa hanya
pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang
atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan
pemegang hak cipta.
Konsep tersebut juga berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak eksklusif pemegang
hak cipta termasuk “kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen,
mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor,
memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan
mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun”[2].
Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula “hak terkait”,
yang berkaitan dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki
oleh pelaku karya seni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser
rekaman suara, dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil
dokumentasi kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau disiarkan oleh mereka
masing-masing (UU 19/2002 pasal 1 butir 9–12 dan bab VII). Sebagai contoh,
seorang penyanyi berhak melarang pihak lain memperbanyak rekaman suara
nyanyiannya.
Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan,
misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis (UU 19/2002 pasal 3 dan 4).
Pemilik hak cipta dapat pula mengizinkan pihak lain melakukan hak eksklusifnya
tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu (UU 19/2002 bab V).
2. Hak ekonomi dan hak moral
6. Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki pencipta suatu
ciptaan,sesuai penggunaan Persetujuan TRIPs WTO (yang secara inter juga
mensyaratkan penerapan bagian-bagian relevan Konvensi Bern). Secara umum, hak
moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan, dan
hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut.
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep “hak ekonomi” dan “hak
moral”. Hak untuk keutuhan adalah hak untuk mengajukan keberatan atas
penyimpangan hasil karyanya atau perubahan lainnya atau tindakan-tindakan yang
dapat menurunkan kualitas karya tersebut, sedangkan hak moral adalah hak yang
melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat
dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah
dialihkan[2]. Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta
pada ciptaan, walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk
dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam pasal 24–26 Undang-undang
Hak Cipta.
G. Etika Islam dalam Berkarya dan Tujuannya
Kata karya berasal dari bahasa Sanksekerta,yang persamaan katanya adalah
kerja, usaha, dan ikhtiar. Suruhan berkarya atau bekerja,tercantum dalam Al-Qur’an
dan Hadist Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman :
َابْتَغ بِ فبيمَا فَبب َ ّلل َغه بَغدر غ بخ بر َة غ و بِ بنتسب صببيم َبكَ نبََ فبمتَْر غ تنَحتسبن بِ فبيبا نببحتسبن ّلل َغه تصبمب ََ و بِ َتايب ت غبسفبحبَ فَا َر تد غ
َنََ ب َغه و ْح َّللبُّ ُّنبَرَحتَّلليت غ
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari
(kenikmatan) duniawi.” (Q.S. Al-Qasas. 28: 77)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pun bersabda : “Bekerja mencari
rezeki yang halal itu wajib bagi setiap Muslim” (H.R. Tabrani)
Setiap pekerja Muslim/Muslimah hendaknya berkarya atau bekerja sesuai
dengan etika Islam, yaitu :
1. Melandasi setiap kegiatan kerja dengan niat semata-mata ikhlas karena Allah
untuk memperoleh rida-Nya. Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat
ikhlas karena Allah SWT, tentu akan memperoleh pahala ibadah. Rasulullah
SAW bersabda, “Allah SWT tidak akan menerima amalan melainkan amalan
yang ikhlas untuk memperoleh keridhaan-Nya” (H.R. Ibnu Majah)
7. 2. Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencintai pekerjaannya,
biasanya akan melaksanakan kegiatan kerjanya dengan semangat, antusiasme
tinggi, dan suka hati sehingga akan meraih hasil kerja yang optimal.
3. Mengawali setiap kegiatan kerja dengan ucapan basmalah. Rasulullah SAW
bersabda, “Setiap urusan yang baik (bermanfaat), yang tidak dimulai dengan
ucapan basmalah (bismillahirrahmanirrahim) maka terputus berkahnya.”
(H.R. Abdul Qahir dari Abu Hurairah)
4. Melaksanakan setiap kegiatan kerja dengan cara yang halal. Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah adalah zat yang baik, mencintai yang baik
(halal) dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik dan sesungguhnya
Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang
diperintahkan kepada para utusan-Nya.” (H.R. Muslim dan Tirmizi).
Keuntungan yang didapat apabila melaksanakan kegiatan dengan cara yang
halal adalah:
Kegiatan kerja yang dilakukan dengan halal akan diridhoi oleh Allah
SWT
Memperoleh pahala dari Allah SWT
Menghindari dari sifat mendurhakai Allah SWT yang hukumnya
haram
Dan,kerugian yang didapat apabila melaksanakan kegiatan melalui cara
haram adalah:
Kegiatan kerja yang dilakukan dengan haram akan mendapatkan dosa
Tidak mendapat ridho dari Allah SWT
Termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendurhakai Allah
SWT
5. Tidak melakukan kegiatan kerja yang bersifat merduhakai Allah dan
hukumnya haram. Misalnya, bekerja sebagai germo, pencatat riba (renternir)
dan pelayan bar. Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada kekuatan terhadap
makhluk, untuk mendurhakai sang pencipta” (H.R. Ahmad bin Hanbal)
6. Tidak membebani diri, alat-alat produksi, dan hewan pekerja dengan
pekerjaan-pekerjaan di luar batas kemampuan.
7. Memiliki sifat-sifat terpuji, seperti jujur, dapat dipercaya, gemar tolong-
menolong dalam kebaikan, dan pofesional dalam kerjanya.
8. Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya dan
beryukur apabila memperoleh keberhasilan.
9. Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di
dunia dan ibadah/kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di akhirat.
Seseorang yang sibuk bekerja sehingga meninggalkan shalat 5 waktu, tidak
sesuai dengan etika Islam. Rasulullah SAW bersabda : “Bekerjalah untuk
kepentingan duniamu seolah olah kamu akan hidup selamanya, dan
8. bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seakan akan kamua akan mati
esok.” (H.R. Ibnu Asakir)
H. Tujuan Menghargai Karya Orang Lain
Menurut fitrahnya, setiap manusia akan merasa senang apabila hasil karyanya
dihargai orang lain. Misalnya, seorang pengrajin akan merasa senang apabila hasil
karyanya dihargai orang, apabila dapat dijual dengan harga mahal.
Menghargai karya orang lain termasuk perilaku terpuji yang harus dilakukan,
sedangkan sebaliknya menghina, dan mencela merupakan perilaku buruk, karena
orang yang hasil karyanya dihina dan dicela biasanya akan merasa sakit hati.
Rasulullah SAW menghargai, menyetujui dan mendorong umatnya untuk
melakukan usaha-usaha agar hasil karyanya yang bermanfaat itu meningkat kearah
yang lebih maju.
Tujuan menghargai karya orang lain yang bermanfaat antara lain:
1. Menjalin hubungan tali kasih sayang (silaturahmi), khususnya antara yang
memberi penghargaan dan yang diberi penghargaan. Rasulullah SAW
bersabda, “Siapa yang ingin rezekinya dilapangkan Allah, atau ingin usianya
dipanjangkan, maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.” (H.R.
Muslim)
2. Membuat senang atau gembira orang yang hasil karyanya dihargai.
Rasulullah SAW bersabda kepada dua sahabatnya yang diutus ke negeri
Yaman : “Mudahkanlah (mereka penduduk Yaman) dan jangan kamu
persulit, gembirakanlah dan jangan kamu takut-takuti, serta rukunlah kamu
berdua dan jangan berselisih.” (H.R.Bukhri)
3. Mendorong orang yang hasil karyanya dihargai , agar mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hasil karyanya ke arah yang lebih baik. Rasulullah
SAW bersabda, “Barangsiapa yang amal usahanya lebih baik dari kemarin,
maka orang itu termasuk yang beruntung, dan jika amal usahanya sama
dengan yang kemarin termasuk orang yang merugi, dan jika amal
usahannya lebih buruk dari yang kemarin maka orang itu termasuk yang
tercela,” (H.R. Tabrani)
4. Menjauhkan diri dari suka menghina dan mencela hasil karya orang, karena
merupakan perilaku buruk yang akan mendatangkan kerugian. Dari Abdullah
bin Mas’ud ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin
itu bukanlah seseorang yang suka mencela,mengutuk,berbuat keji dan
berlaku kasar (keji dan kotor kata-katanya”. (H.R. Turmuzi)
9. I. Sikap Menghargai Karya Orang Lain
Islam sangat menganjurkan umatnya agar saling menghargai satu
sama lain. Sikap menghargai terhadap orang lain tentu didasari oleh jiwa
yang santun yang dapat menumbuhkan sikap menghargai orang di luar
dirinya. Kemampuan tersebut harus dilatih terlebih dahulu untuk mendidk
jiwa manusia sehingga mampu bersikap penyantun.Dengan demikian
menghargai karya orang lain dapat diwujudkan melalui beberapa cara, yaitu:
Menghargai karya orang lain dengan sikap, misalnya bermanis mika
mau bertegur saa bila berjumpa dengan orang yang berkarya.Dari Abu
Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat meratai manusia dengasn hartamu, akan
tetapi kamu dapat meratai mereka dengan bermanis muka dan akhlak
yang baik.” (Dikeluarkan oleh Abu Ya’li dab disahihkan oleh Hakim)
Menghargai karya orang lain dengan ucapa/lisan. Misalnya dengan
pujian dan pernyataan bahwa hasil karyanya bernilai tinggi. Namun
pujian yang mengandung unsur dusta, tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebernarnya, dan dengan maksud untuk mencari muka, termasuk
akhlak tercela yang tidak disukai oleh Rasulullah SAW. Sebuah hadis
Nabi SAW menebutkan, “Dari Abu Musa r.a. dia berkata, “ Nabi
SAW mendengar seorang laki-laki memiji oarang lain dan melebih-
lebihkan dalam memujinya (mengandung unsur dusta) maka
Rasulullah SAW bersabda, ‘Telah kamu hancurkan (telah kamu
patahkan) punggung orang laki-laki itu.”(H.R. Bukhari dan Muslim)
Menghargai hasil karya orany lain melalui tulisan. Misalnya, seorang
siswa/siswi SMA kelas 3, yang nilai ujian akhirnya paling tinggi dari
seluruh siswa/siswi peserta ujian akhir di sekolah memperoleh piagam
penghargaan yang ditandatangani oleh kepala sekolahnya.
Menghargai hasil karya seseorang melalui pemberian suatu hadiah
yang berharga. Misalnya, seorang karyawan perusahaan yang dinilai
berdedikasi tinggi pada perusahaan dan sumbangan tenaga, pikiran
dan keahliannya sanngat besar, memperoleh hadiah
dariperusahaannya berupa tiket untuk pergi menunaikan ibadah haji.
Pemberian hadiah kepada seseorang dengan maksud untuk
menghormatinya dan menghargai prestasinya, merupakan suruhan
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda: “Saling memberi
hadiahlah sesama kamu, niscaya kamu semua akan saling
mencintai.”(H.R. Baihaqi)
Menghargai hasil karya seseorang dengan perbuatan. Misalnya,
Mengucapkan selamat kepada orang yang hasil kerjanya berprestasi
disertai dengnan salilng berjabat tangan. Rasulullah SAW bersabda:
“Saling berjabat tanganlah kamu karena hal itu akan menghilangkan
rasa dengki,” (H.R. Bukhari-Muslim)
10. Jika yang berkarya itu seorang muslim/muslimah, penuhilah hak-
haknya sebagai seorang yang beragama islam. Hadis Nabi SAW
menyebutkan dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW
bersabda “hak Muslim terhadap Muslim lainnya itu ada enam:
a) Apabila engkau bertemu dengannya, berilah salam.
b) Apabila engkau diundang, penuhilah
c) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat
d) Apabila dia bersin dengan memuji Allah, doakanlah
e) Apabila dia sakit, jenguklah
f) Apabila dia mati, antarkanlah jenazahnya ke kubur”.
(H.R.Muslim)
Tidak boleh bersikap iri hati dan dengki kepada orang yang hasil
karyanya berprestasi. Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah olehmu sifat
dengki karena sesungguhnya sifat dengki itu dapat menghapus kebaikan,
sebagaimana api dapat memusnahkan kayu bakar.” (H.R. Daud dari Abu
Hurairah)
Dilarang mengambil hak atau keuntungan yang mestinya diterima hanya
oleh orang yang berkarya, sehingga orang yang berkarya merasa atau
mengalami kerugian. Misalnya, membajak buku hasil karya seorang
penulis.
J. Bahaya Mengabaikan atau Tidak Menghargai Karya Orang Lain
Membahayakan Keimanan
Tidak menghargai karya orang lain menunjukkan sikap mental yang tidak
sehat. Sikap tersebut akan dapat membawa kita pada sikap iri hati, dengki, hingga
suuzan pada oarang lain. Hal ini tentu saja berbahaya bagi keimanan kita kepa-Nya.
Membahayakan Akhlak
Seseorang yang terbelit olegh perasaan tamak dan tidak perduli lagi dengan
hasil karya orang lain akan terdorong untuk kejahatan lainnya. Sikap tamak dan
tiadanya rasa penghargaan pada hasil karya orang lain berpotensi menghalalkan
segala cara untuk memenuhi kebutuhannya meskipun melanggar aturan agama.
Membahayakan Masyarakat
Apabila sikap tidak menghargai karya orang lain dan sikap tamak bergabung
menjadi satu, lalu dilanjutkan dengan tindakan kejahatan untuk memperkaya diri,
maka mulailah dampak pada masyarakat terjadi. Kita dapat dengan jelas melihat hal
ini dalam kejahatan pembajakan hasl karya sebuah buku.
11. K. Hikmah Menghargai Karya Orang Lain
Menghargai karya orang lain mengandung beberapa hikmah, antara lain:
1. Terjalinnya hubungan yang harmonis dan terwujudnya ketentraman di
lingkungan keluarga maupun masyarakat
2. Akan dihargai oleh orang lain
3. Menyenangkan orang lain
4. Memberi penghargaan kepada orang lain, nilainya seperti sedekah,
walaupun hanya dengan penghormatan berupa senyuman.
5. Menjalin silahturahmi dengan orang-orang yang berkarya.
Jadi,perilaku menghargai karya orang lain hendaknya diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan menghargai
karya orang lain hendaknya dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan tempat bekerja di kantor-kantor pemerintah ataupun perusahaan-
perusahaan swasta, juga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.Jika kebiasaan menghargai karya orang lain dilaksanakan dalam
lingkungan-lingkungan pergaulan tersebut, tentu akan mendatangkan manfaat yang
banyak.
Dengan demikian, agar tercipta kerjasama yang baik diantara sesama muslim
dalam harga-menghargai, maka kerjasama tersebut harus kita landasi
dengan ikhlas,dengan niat ingin bersilaturahmi,ingin membuat orang yang
berkarya senang,menjauhkan diri dari sikap dengki maupun iri terhadap karya orang
lain, serta dilandasi dengan semangat saling hormat-menghormati terhadap sesama.
L. Solusi Agar Terhindar dari Kegiatan Plagiarisme
Biasanya,aksi plagiarisme terjadi karena:
Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah
yang menjadi beban tanggungjawabnya. Sehingga terdorong
untuk copy-paste atas karya orang lain.
Rendahnya minat baca dan minat melakukan analisis terhadap
sumber referensi yang dimiliki.
Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus
melakukan kutipan.
Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen terhadap persoalan
plagiarisme.
Beberapa upaya telah dilakukan institusi perguruan tinggi untuk menghindarikan
masyarakat akademisnya, dari tindakan plagiarisme, sengaja maupun tidak sengaja.
Berikut ini, pencegahan dan berbagai bentuk pengawasan yang dilakukan antara lain
(Permen Diknas No. 17 Tahun 2010 Pasal 7):
1. Karya mahasiswa (skripsi, tesis dan disertasi) dilampiri dengan surat pernyataan dari
yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut tidak
mengandung unsur plagiat.
12. 2. Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang
dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya, seperti portal Garuda atau portal lain
yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi.
3. Sosialisasi terkait dengan UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No.
17 Tahun 2010 kepada seluruh masyarakat akademis.
Selain bentuk pencegahan yang telah disebutkan di atas,ada langkah yang
harus diperhatikan untuk mencegah atau menghindarkan kita dari plagiarisme, yaitu:
Pengutipan
1. Menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu kalimat, dengan
menyebutkan sumbernya.
2. Menuliskan daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan benar.
Yang dimaksud adalah sesuai panduan yang ditetapkan masing-masing
institusi dalam penulisan daftar pustaka.
Selain hal di atas, untuk menghindari plagiarisme, kita dapat menggunakan
beberapa aplikasi pendukung antiplagiarisme baik yang berbayar maupun gratis.
Misalnya:
1. Menggunakan alat/aplikasi pendeteksi plagiarisme.
Misalnya: Turnitin, Wcopyfind, dan sebagainya.
2. Penggunaan aplikasi Zotero, Endnote dan aplikasi sejenis untuk pengelolaan
sitiran dan daftar pustaka. [1]