Makalah ini membahas dasar teori dan konsep pendidikan, termasuk empat pendekatan dalam memahami teori pendidikan yaitu pendekatan sains, filosofis, religi, dan empat teori pendidikan yaitu klasik, pribadi, teknologi, dan interaksional."
1. DASAR TEORI & KONSEP PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Anodiet Ramboku Muhammad (06032681519001)
Rizki Lia Ismawati (06032681519012)
Dili Apriana Aksari (06032681519014)
DOSEN PENGAMPU:
1. Prof. Dr. H. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
2. Dr. L. R. Retno Susanti, M.Hum.
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelasaikan makalah Dasar-dasar Teknologi
Pendidikan dengan topik “Dasar Teori dan Konsep Pendidikan”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Dasar-dasar Teknologi Pendidikan yaitu Prof. Dr. H. Fuad Abd. Rachman, M. Pd dan
Dr. L. R. Retno Susanti, M.Hum. yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan
makalah ini.
Adapun dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis berharap kepada dosen
pengampu khususnya dan pembaca pada umumnya dapat memberikan saran untuk
perbaikan makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat yang baik bagi pembaca.
Penulis
Kelompok 2
3. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan telah berlangsung sejak awal peradaban dan budaya manusia.
Pada awal peradaban, para orang tua bersama kelompoknya bertanggung jawab
dalam mendidik anak-anak mereka sehingga mencapai kedewasaan. Pada masa
itu belum ada program pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan
keluarga atau kelompok oleh orang-orang di luar keluarga/kelompok, atau
pendidikan yang terstruktur.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menwujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani
“paedagogik”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “paed” yang
berarti “anak” dan kata “gogia” yang berarti “membimbing”. Jadi paedagogik
berarti membimbing anak. Orang yang pekerjaan membimbing anak dengan
maksud membawanya ke tempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut
”paedagogos” (Soedomo A. Hadi, 2008: 17). Jadi pendidikan adalah usaha
untuk membimbing anak. Definisi pendidikan lainnya yang dikemukakan oleh
M. J. Langeveld bahwa:
1) Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang
belum dewasa kepada kedewasaan.
2) Pendidikan ialah usaha untuk menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas
hidupnya agar dia bisa mandiri, akil-baliq dan bertanggung jawab.
3) Pendidikan adalah usaha agar tercapai penentuan diri secara etis sesuai
dengan hati nurani.
Pengertian tersebut bermakna bahwa, pendidikan merupakan kegiatan
untuk membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan kemandirian. Hal ini
dilakukan guna membekali anak untuk menapaki kehidupannya di masa yang
akan datang. Namun didalam pendidikan terdapat beberapa masalah yang timbul
4. salah satunya adalah bagaimana mengembangkan kemampuan dasar dan
intelektual yang dimiliki manusia agar dapat berkembang, sehingga manusia
dapat berperan aktif sebagai individu maupun makhluk sosial. Didalam
pendidikan terdapat beberapa komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain dan harus berjalan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebelum memahami
beberapa komponen pendidikan, terlebih dahulu makalah ini akan membahas
lebih dalam tentang dasar teori dan konsep pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana dasar teori pendidikan?
2. Bagaimana dasar konsep pendidikan?
3. Bagaimana dasar konsep dan teori pendidikan dalam merumuskan konsep
dari teknologi pendidikan
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami dasar teori pendidikan.
2. Untuk memahami dasar konsep pendidikan.
3. Untuk mendeskripsikan dasar teori dan konsep pendidikan dalam kaitan
konsep teknologi pendidikan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami dasar teori dan konsep mengenai pendidikan. Selain
itu juga diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang pendidikan.
5. II. PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori Pendidikan
Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana
pendidikan itu dilaksanakan. Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu
bentuk, isi, dan asumsi pokok (Mudyaharjo, 2001). Dari segi bentuk, teori
pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan,
dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Dari segi isi, teori
pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep tentang peristiwa pendidikan.
Konsep yang ada berperan sebagai asumsi atau titik tolak pendidikan dan ada
yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna.
Sedangkan asumsi pokok pendidikan meliputi:
a) Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi
aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
b) Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-
hal yan baik atau norma-norma yang baik.
c) Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan
berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan
individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan.
Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori
pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat
mengimbas pada praktik pendidikan. Terkait dengan upaya mempelajari
pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan,
diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan
religi. (Uyoh Sadulloh, 2011).
1) Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah
dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan
disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam
pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja
ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga
ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan
6. mendalam. Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains
pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya.
2) Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode
filsafat. Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui
metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan,
yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat
spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik.
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme,
materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-
aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat
pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat
pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan,
menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita
dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang
filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan,
diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme; dan (4)
rekonstruktivisme. (Mudyaharjo, 2001).
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan,
kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial
tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan
pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat
dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan
pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
7. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan
proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual
seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan
melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari
pada proses.
3) Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori
pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di
dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat
dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai
dengan jenis-jenis pendidikan. Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan
pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan
sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya
adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini
dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian
mengerti, bukan sebaliknya.
Sementara itu, Sagala (2006) mengemukakan 4 (empat) teori pendidikan
untuk melengkapi dasar teori di atas, yaitu : (1) pendidikan klasik; (2)
pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan
interaksional. Teori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Teori Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti
Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
8. meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan dari pada proses. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai
peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran
yang pasif sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Teori Pendidikan Pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan
dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama
pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih
berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta
didik.
3. Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai
persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan disusun dalam bentuk desain
program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan
bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola
kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya
segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur
belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan
pendalaman bahan.
4. Teori Pendidikan Interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak
dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi
dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Dalam pendidikan interaksional
menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari
peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini,
9. interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan
denganlingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta
tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta
memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi
pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.
2.2 Dasar Konsep Pendidikan
Setiap konsep tentu memerlukan ”istilah” atau ”nama” yang diciptakan
sebagai lambang untuk mengidentifikasi konsep yang dimaksud dan untuk
mengkomunikasikan gagasanmdi dalamnya. Istilah itu harus menunjukkan
”gagasan” yaitu menggambarkan mental mengenai sesuatu gejala konkrit yang
dapat dikenal dengan penginderaan. Sedangkan gagasan mengarahkan
(memberikan batasan) pada sejumlah kenyataan yang terdapat dalam rujukan.
Sebagai ilustrasi, kalau kita berbicara tentang istilah ”pendidikan” maka kita
akan merujuk kepada sejumlah rujukan seperti sekolah, pendidikan non formal
dan informal, sistem pendidikan, kurikulum, proses belajar dan pembelajaran
dan sebagainya yang mana hal-hal tersebut menunjukkan kepada gagasan
tertentu.
Berbicara tentang konsep pendidikan, hal ini berarti bahwa berbicara
tentang rancang bangun atau desain dari pendidikan itu sendiri. Merujuk pada
konsep teori pendidikan di atas bahwa pendidikan merupakan hal yang
fundamental dalam memberikan bekal pengetahuan dan kecakapan hidup dalam
rangka mencapai proses humanisasi seperti tergambar di atas sehingga mampu
memiliki daya saing, mempertahankan hidup dan meningkat martabat
kehidupannya. Tentunya konsep pendidikan yang baik mampu mengakomodasi
dan mempertimbangkan aspek tujuan dan proses dari pendidikan itu sendiri.
Konsep pendidikan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan seluruh potensi alamiah manusia sehingga menjadi individu
yang relatif lebih baik, lebih berbudaya dan lebih manusiawi. Konsep pendidikan
yang dirancang dan dibangun dengan baik akan berdampak positif bagi kualitas
sumber daya manusia dalam suatu negara yang kemudian berimplikasi kepada
10. peningkatan martabat negara tersebut. Sebaliknya konsep pendidikan yang
dirancang dan dibangun kurang baik akan berimplikasi negatif terhadap kualitas
sumber daya manusianya. Yang menjadi pokok penting dalam merumuskan
konsep pendidikan itu adalah negara harus mampu mengakomodasi sosial
kultural masyarakat mereka. Negara kita demikian harus mampu
mengakomodasi keberagaman sosial kultural masyarakatnyam dan yang menjadi
penting dalam konsep pendidikan di negara kita adalah penetapan sistem
pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kemajemukan atau
keberagaman (pluritas) sosial dan kebudayaan masyarakat kita, bukan untuk
menyeragamkan keberagaman itu namun sistem pendidikan kita mampu
mengakomodasi keberagaman itu yang seyogyanya merupakan potensi yang
harus ditumbuhkembangkan dengan baik.
Indonesia yang heterogen seharusnya konsep pendidikan yang selama ini
dipukul rata mulai ditinggalkan. Karena penyebab utama rapuhnya sistem
pendidikan nasional adalah penyeragaman muatan atau kurikulum pendidikan
nasional. Disamping hal lain seperti manajemen yang lemah dalam perencanaan
pendidikan nasional, ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan
global, dan masalah pendekatan pendidikan yakni kurikulum yang sesuai.
Selanjutnya, dalam pengolahan dan pelaksanaan konsep pendidikan yang
menjadi penting adalah didukung dan ditunjang oleh pemberdayaan teknologi
dalam pendidikan itu sendiri.
Menurut Miarso (2004:9-10), ada beberapa konsep pendidikan, yakni:
1. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak
didik yang berakibat terjadinya perubahan pada diri pribadinya.
2. Pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup.
3. Pendidikan dapat berlangsung kapan dan dimana saja, yaitu pada saat dan
tempat yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak didik.
4. Pendidikan dapat berlangsung secara mandiri dan dapat berlangsung secara
efektif dengan dilakukannya pengawasan dan penilikan berkala.
5. Pendidikan dapat berlangsung secara efektif baik di dalam kelompok yang
homogen, kelompok yang heterogen, maupun perseorangan.
11. 6. Belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik yang sengaja dirancang
maupun yang diambil manfaatnya.
2.3 Dasar Konsep Teknologi Pendidikan
Menurut Rogers (1983) dalam buku Teknologi Pembelajaran (Seels dkk,
1994:8) menyatakan bahwa teknologi merupakan suatu rancangan langkah
instrumental untuk memperkecil keraguan mengenai hubungan sebab-akibat
dalam mencapai hasil yang diharapkan. Ada pula yang berpendapat bahwa
teknologi pendidikan adalah pemikiran yang sistematis tentang pendidikan,
penerapan metode problem solving dalam pendidikan, yang dapat dilakukan
dengan alat-alat komunikasi modern, akan tetapi juga tanpa alat-alat itu. Dari
definisi diatas dapat ditafsirkan bahwa teknologi diciptakan melalui akumulasi
pengetahuan manusia dalam rangka mempermudah dan mempercepat tugas-
tugas mereka secara efektif dan efisien dengan hasil yang produktif.
Dari definisi dan konsep di atas, teknologi yang dimanfaatkan dalam
proses dan tujuan pendidikan sebagai proses akselerasi yang efektif dan efisien
dalam pencapaian keterampilan, keahlian, kecakapan hidup dan sebagainya
dalam rangka mengimbangi dinamika perubahan dan perkembangan
modernisasi zaman. AECT (1977) mengutip bahwa Teknologi menurut Hoban
bukanlah sekedar mesin dan orang, namun perpaduan yang kompleksitas dari
organisasi manusia, mesin, ide, prosedur dan pengelolaan.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara
tentang konsep pendidikan, hal ini berarti berbicara tentang rancang bangun atau
desain dari pendidikan itu sendiri. Merujuk pada konsep teori pendidikan di atas
bahwa pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam memberikan bekal
pengetahuan dan kecakapan hidup dalam rangka mencapai proses humanisasi
seperti tergambar di atas sehingga mampu memiliki daya saing,
mempertahankan hidup dan meningkat martabat kehidupannya. Tentunya
konsep pendidikan yang baik mampu mengakomodasi dan mempertimbangkan
aspek tujuan dan proses dari pendidikan itu sendiri. Yang menjadi pokok penting
12. dalam merumuskan konsep pendidikan itu adalah negara harus mampu
mengakomodasi sosial kultural masyarakat mereka.
Negara kita demikian harus mampu mengakomodasi keberagaman sosial
kultural masyarakatnyam dan yang menjadi penting dalam konsep pendidikan di
negara kita adalah penetapan sistem pendidikan nasional dengan
mempertimbangkan kemajemukan atau keberagaman (pluritas) sosial dan
kebudayaan masyarakat kita, bukan untuk menyeragamkan keberagaman itu
namun sistem pendidikan kita mampu mengakomodasi keberagaman itu yang
seyogyanya merupakan potensi yang harus ditumbuhkembangkan dengan baik.
Konsep teknologi pendidikan yang dimanfaatkan dalam proses dan tujuan
pendidikan sebagai proses akselerasi yang efektif dan efisien dalam pencapaian
keterampilan, keahlian, kecakapan hidup dan sebagainya dalam rangka
mengimbangi dinamika perubahan dan perkembangan modernisasi zaman.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah ini, penulis mengharapkan hasil dari penelitian pada
makalah ini dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian mengenai dasar
teori dan konsep pendidikan berikutnya. Selain daripada itu, penulis juga
menyarankan untuk menerapkan teori-teori yang ada dalam makalah ini serta
mengukur hasil dari penerapan tersebut sebagai tolak ukur keberhasilan
pelaksanaan tugas dalam pendidikan.
Daftar Pustaka
Ismaun. (2001). Paradigma Pendidikan Sejaraj yang Terarah dan Bermakna. Jurnal
Pendidikan Sejarah I. No.4 (88-115).
Mudyaharjo, R. (2001). Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
R.I. (2003). Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung : Citra Umbaran.
13. Sadulloh, U. (2011). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta.
Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna pembelajaran . Bandung : Alfabeta.
Seels, Barbara B & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: IPTPI
bekerjasama dengan FIP UNJ Jakarta
Soedomo, Hadi. (2008). Pendidikan (Suatu Pengantar). Surakarta : Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan
UNS (UNS Press).