SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Download to read offline
INDONESIAN ECONOMIC
REVIEW AND OUTLOOK
No 1/Tahun III/Maret2014
Menggapai Harapan dan Perubahan
dari Wakil Rakyat Baru
Macroeconomic Dashboard
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Kata Pengantar
Selamat	membaca
Prof.	Dr.	Sri	Adiningsih,	M.Sc
Head	of	Researcher	
Macroeconomic	Dashboard
Indonesian	 Economic	 Review	 and	 Outlook	 (IERO)	
adalah	buletin	kuartalan	yang	membahas	gambaran	
umum	terkini	tentang	perekonomian	Indonesia	dan	
prospeknya	 di	 masa	 mendatang,	 serta	 ulasan	
makroekonomi	 regional	 Asia	 Tenggara.	 Buletin	 ini	
diterbitkan	 oleh	 Macroeceonomic	 Dashboard	
bekerjasama	 dengan	 PT	 Bank	 Mandiri,	 Tbk.	
Dashboard	 ini	 merupakan	 laboratorium	 ekonomi	
yang	berada	di	bawah	jurusan	Ilmu	Ekonomi,	Fakultas	
Ekonomika	dan	Bisnis,	Universitas	Gadjah	Mada.
IERO	kuartal	I-2014	hadir	dengan	tema	“Menggapai	
Harapan	 dan	 Perubahan	 dari	 Wakil	 Rakyat	 Baru”.	
Tahun	 2014	 ini	 akan	 spesial	 karena	 pelaksanaan	
Pemilu	untuk	legislatif	dan	presiden.	Hal	sama	yang	akan	menyebabkan	tahun	ini	
penuh	harapan	dan/atau	rasa	ketidakpastian.	Proses	dan	hasil	Pemilu	akan	banyak	
memengaruhi	 kondisi	 ekonomi	 ke	 depan.	 Jika	 Pemilu	 berjalan	 lancar,	 aman	 dan	
damai,	serta	menghasilkan	wakil	rakyat	yang	diyakini	mampu	membawa	perbaikan,	
maka	kita	bisa	berharap	bahwa	instabilitas	ekonomi	makro	akan	semakin	membaik,	
demikian	juga	laju	pertumbuhan	ekonomi	meningkat	karena	investasi	dan	konsumsi	
akan	tumbuh	lagi.
Sementara	itu,	GAMA	Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI)	kali	ini	memprediksi	
terjadinya	 penurunan	 siklus	 PDB,	 meski	 tetap	 memperkirakan	 peningkatan	 tipis	
untuk	pertumbuhan	PDB	2014:Q1	(y-o-y	dan	q-t-q).		GAMA	LEI	ini	merupakan	model	
yang	dikembangkan	oleh	tim	Macroeconomic	Dashboard	untuk	memberikan	prediksi	
kondisi	ekonomi	Indonesia	di	masa	depan,	sehingga	diharapkan	dapat	membantu	
para	pemangku	kepentingan	dalam	mengantisipasi	berbagai	kemungkinan	ekonomi	
yang	terjadi.	
Edisi	 IERO	 kali	 ini	 tampil	 dengan	 format	 baru	 yang	 disusun	 untuk	 semakin	
memudahkan	pembaca.	Kami	berharap	ulasan-ulasan	kami	ini	senantiasa	memberi	
manfaat	untuk	para	pengambil	kebijakan	publik,	kelompok	bisnis,	akademisi	dan	
masyarakat	secara	umum.
Daftar Isi
RINGKASAN	EKSEKUTIF	...........................................................................................	 1
A.		 PERKEMBANGAN	EKONOMI	DAN	FISKAL
	 1.	 Terdapat	peningkatan	kinerja	perekonomian	yang	didorong
	 	 oleh	pertumbuhan	sektor	jasa	dan	ekspor	neto.................................	 3
	 2.	 Masih	terdapat	tantangan	dalam	perdagangan	internasional.......	 5
	 3.	 Fiscal	space	pemerintah	masih	ketat	dan	kemampuan
	 	 membayar	hutang	melemah.........................................................................	 10
	 4.	 Tingkat	kemiskinan	dan	pengangguran	memburuk..........................	 16
B.	 SITUASI	MONETER	DAN	PASAR	KEUANGAN
	 1.	 Nilai	rupiah	menurun......................................................................................	 19
	 2.	 Pasar	keuangan	menunjukkan	optimisme	di	akhir	tahun...............	 24
C.	 GAMA	LEI	DAN	KONSENSUS	PROYEKSI	EKONOMI
	 1.	 GAMA	Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI).................................	 28
	 2.	 Konsensus	Proyeksi	Indikator	Makroekonomi.....................................	 29
D.	 ASEAN:	Meraih	Potensi	Perekonomian	Optimum	di	Tengah
	 Instabilitas	Global	dan	Regional...................................................................	 31
E.	 ISU	TERKINI..............................................................................................................	 38
D.	 ECONOMIC	OUTLOOK..........................................................................................	 41
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada iii
Daftar Istilah
	 APBN	 Anggaran	Penerimaan	dan	Belanja	Negara
	 ASEAN	 Association	of	South	East	Asian	Nations
	 BI	 Bank	Indonesia
	 BPS	 Badan	Pusat	Statistik
	 CLMV	 Cambodia,	Lao	PDR,	Myanmar	and	Viet	Nam
	 cq	 Casu	Quo	(dalam	hal	ini)
	 DIY	 Daerah	Istimewa	Yogyakarta
	 DPD	 Dewan	Perwakilan	Daerah
	 DPR	 Dewan	Perwakilan	Rakyat
	 DPRD	 Dewan	Perwakilan	Rakyat	Daerah
	 DSR	 Debt	Service	Ratio	(Rasio	Pembayaran	Pokok	Pinjaman	
dan	Bunga	terhadap	Nilai	Ekspor)
	 GAMA	LEI	 Gadjah	Mada	Leading	Economic	Indicator
	 IDR	 Rupiah
	 IHK	 Indeks	Harga	Konsumen
	 IHSG	 Indeks	Harga	Saham	Gabungan
	 JISDOR	 Jakarta	Interbank	Spot	Dollar	Rate
	 LHS	 Sisi	vertikal	kiri
	 LPG	 Liquified	Petroleum	Gas
	 LPS	 Lembaga	Penjamin	Simpanan
	 MAS	 Monetary	Authority	of	Singapore	(Bank	Sentral	
Singapura)
	 m-t-m	 Bulan-ke-bulan
	 NAD	 Nangroe	Aceh	Darussalam
	 PBI	 Peraturan	Bank	Indonesia
	 PDB	 Produk	Domestik	Bruto
	 q-to-q	 Kuartal-ke-kuartal
	 RHS	 Sumbu	vertikal	kanan
	 SUN	 Surat	Utang	Negara
	 The	Fed	 The	Federal	Reserve	(Bank	Sentral	Amerika)
	 USD	 Dolar	Amerika
	 Year-to-Date	 Tahun-ke-hari
	 y-o-y	 Tahun-ke-tahun
Indonesian Economic Review and Outlookiv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 pada	 kuartal	 keempat	 tahun	 2013	 lalu	
yang	 meningkat	 tipis	 dari	 kuartal	 sebelumnya	 masih	 belum	 cukup	 tinggi	
untuk	mengatasi	tingkat	kemiskinan	dan	pengangguran	yang	juga	naik	pada	
September	 tahun	 lalu.	 Pertumbuhan	 ekonomi	 yang	 didorong	 sektor	 jasa	
cenderung	 kurang	 labor-intensive,	 hal	 ini	 mengakibatkan	 berkurangnya	
pekerja	sektor	pertanian	sebanyak	6	juta	orang	antara	2011-2013.	Dari	sisi	
pengeluaran,	 kinerja	 positif	 ekspor	 neto	 pada	 akhir	 tahun	 lalu	 (yang	
sebagian	didorong	oleh	antisipasi	industri	mineral	dan	barang	tambang	atas	
UU	Minerba	yang	diluncurkan	awal	tahun	ini)	tidak	mampu	bertahan	lama	
dan	defisit	neraca	perdagangan	kembali	terjadi	pada	Januari	2014.
Selain	defisit	neraca	perdagangan	terdapat	pula	tekanan	atas	rupiah	yang	
terjadi	dalam	dua	front:	tingkat	inflasi	yang	meningkat	dan	kurs	rupiah	yang	
melemah.	Hal	ini	memberi	tekanan	pada	cadangan	devisa	yang	kemudian	
direspon	oleh	Bank	Indonesia	sebagai	otoritas	moneter	dengan	menerbitkan	
Peraturan	BI	tentang	Transaksi	Swap	Lindung	Nilai	dan	memperkenalkan	
JISDOR	 (Jakarta	 Interbank	 Spot	 Dollar	 Rate)	 sebagai	 rate	 resmi	 untuk	
denominasi	rupiah	pada	pasar	uang	di	Singapura.
Sementara	itu	pemerintah	cq	Kementerian	Keuangan	sebagai	otoritas	fiskal	
terus	 mengupayakan	 pendanaan	 pembangunan	 dari	 sumber	 domestik,	
seperti	 menetapkan	 enam	 langkah	 strategis	 untuk	 meningkatkan	
penerimaan	pajak,	maupun	dari	luar	negeri	seperti	penerbitan	Global	Bonds	
dan	melakukan	pinjaman	luar	negeri.	Menarik	untuk	dilihat	di	sini	adalah	
makin	 tingginya	 debt-to-service	 ratio	 (DSR,	 rasio	 pembayaran	 pokok	
pinjaman	dan	bunga	terhadap	nilai	ekspor)	yang	salah	satunya	disebabkan	
oleh	 kurang	 optimalnya	 ekspor	 Indonesia.	 Sebagai	 satu	 indikator	
kemampuan	 membayar	 pinjaman,	 naiknya	 DSR	 harus	 diwaspadai	 oleh	
pemerintah	terutama	Kementerian	Keuangan.
Setelah	memperhatikan	berbagai	dinamika	perekonomian	Indonesia,	GAMA	
LEI	 memprediksi	 akan	 adanya	 kecenderungan	 penurunan	 siklus	
perekonomian	 (PDB)	 Indonesia.	 Meskipun	 demikian,	 jika	 melihat	
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1
pergerakan	dan	pola	perekonomian	baik	year-on-year	maupun	quarter-to-
quarter,	 keduanya	 mengindikasikan	 adanya	 kenaikan	 tipis	 pada	
pertumbuhan	ekonomi	di	2014:Q1.
Beranjak	 dari	 perekonomian	 domestik,	 kinerja	 perekonomian	 kawasan	
ASEAN	 cenderung	 mixed.	 Instabilitas	 politik	 di	 sejumlah	 negara	 ASEAN,	
terutama	 Thailand,	 mengakibatkan	 berkembangnya	 kawasan	 ini	 menjadi	
kurang	optimal.	Namun	di	sisi	lain,	sejumlah	negara	menunjukkan	performa	
yang	impresif	seperti	yang	dialami	Filipina	dan	CLMV	(Cambodia-Lao	PDR-
Myanmar-Viet	 Nam).	 Hal	 ini	 tentu	 menjadi	 kabar	 gembira	 di	 tengah	
suramnya	nilai	tukar	mata	uang	negara-negara	ASEAN	pasca	tapering-off	
yang	dilakukan	oleh	Amerika	Serikat.
Terakhir,	IERO	terbitan	kali	ini	mengangkat	isu	pemilihan	umum	legislatif	di	
mana	pemilih	dihadapkan	pada	dua	kemungkinan:	wakil	rakyat	terpilih	tidak	
akan	 membawa	 perubahan	 berarti	 atau	 justru	 sebaliknya,	 mereka	 akan	
membawa	angin	perubahan.	Sebagai	sebuah	negara	demokratis	yang	masih	
terus	 belajar,	 proses	 demokrasi	 yang	 baik	 tidak	 bisa	 hanya	 dipasrahkan	
kepada	pemerintah	dan	wakil	rakyat	terpilih	yang	duduk	di	DPR.	Sebaliknya,	
dalam	sebuah	bangsa	yang	dewasa,	masyarakat	harus	aktif	berpartisipasi	
dalam	memberikan	insentif	bagi	wakil	rakyat	untuk	berbuat	seperti	yang	
diharapkan	 rakyat.	 Tanpa	 adanya	 reward	 dan	 punishment	 dari	 rakyat	 ke	
wakilnya	 akan	 sia-sialah	 kebebasan	 berpolitik	 yang	 telah	 diraih	 pada	
reformasi	lalu.
Indonesian Economic Review and Outlook2
A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
1.	 	Terdapat	 peningkatan	 kinerja	 perekonomian	 yang	 didorong		
oleh	pertumbuhan	sektor	jasa	dan	ekspor	neto
Perekonomian	Indonesia	pada	kuartal	IV-2013	sedikit	membaik	dengan	
mencatat	 laju	 pertumbuhan	 year-on-year	 menjadi	 5,72%	 meski	 lebih	
rendah	 jika	 dibandingkan	 dengan	 periode	 yang	 sama	 pada	 tahun	
sebelumnya	yaitu	6,18%.	Hal	ini	terutama	disebabkan	oleh	tekanan	pada	
transaksi	berjalan	dan	pelemahan	nilai	tukar	rupiah	yang	dibarengi	dengan	
kenaikan	laju	inflasi.	Tekanan	pada	transaksi	berjalan	yang	mengalami	defisit	
selama	 tiga	 kuartal	 terakhir	 mendorong	 peningkatan	 suku	 bunga	 acuan	
sehingga	 menekan	 investasi.	 Meski	 defisit	 transaksi	 berjalan	 menurun	
signifikan	dari	USD	8,5	miliar	pada	kuartal	sebelumnya	menjadi	USD	4	miliar	
pada	kuartal	IV-2013,	laju	pertumbuhan	ekonomi	tahun	2013	hanya	mencapai		
5,78%	lebih	rendah	dari	laju	pertumbuhan	ekonomi	tahun	2012	yang	mencapai	
6,23%.
Sektor	Jasa	masih	dominan	dalam	mendorong	pertumbuhan	pada	kuartal	
IV-2013.	 Meskipun	 demikian,	 sektor	 ini	 mengalami	 penurunan	 laju	
pertumbuhan	dan	sektor	Primer	dan	sektor	Industri	mulai	merangkak	naik.	
Sektor	 Jasa	 menunjukkan	 pertumbuhan	 yang	 lebih	 lambat,	 dengan	
pertumbuhan	 yang	 hanya	 tercatat	 sebesar	 6,48%	 lebih	 rendah	 jika	
dibandingkan	 dengan	 kinerja	 kuartal	 IV-2012	 yaitu	 7,66%.	 Sementara	 itu,	
sektor	 Primer	 tumbuh	 mencapai	 3,86%	 (y-o-y).	 Hal	 itu	 didorong	 oleh	
pertumbuhan	pada	sektor	Pertambangan	dan	Penggalian	yang	tercatat	sebesar	
3,91%	 (y-o-y).	 Meskipun	 sektor	 Primer	 mengalami	 peningkatan,	 laju	
pertumbuhan	sektor	Primer	lambat	laun	semakin	rendah.	Selanjutnya,	sektor	
Industri	juga	menunjukkan	pertumbuhan	yang	tercatat	sebesar	5,60%	(y-o-y)	
sejalan	 dengan	 laju	 pertumbuhan	 ekspor	 terutama	 pada	 ekspor	 non-migas.	
Secara	keseluruhan,	pertumbuhan	tertinggi	terjadi	pada	sektor	Pengangkutan	
dan	Komunikasi	yang	mencapai		10,32%	(y-o-y),	diikuti	oleh	sektor	Keuangan,	
Real	Estat	dan	Jasa	Perusahaan	6,79%	(y-o-y)	dan	sektor	Konstruksi	6,68%	(y-o-
y).
3
Indonesian Economic Review and Outlook
Pada	sisi	pengeluaran,	penggerak	pertumbuhan	ekonomi	pada	kuartal	IV-
2013	didominasi	oleh	kenaikan	tingkat	ekspor	neto,	menggeser	peranan	
pengeluaran	domestik	yang	melambat.	Kenaikan	tingkat	ekspor	neto	pada	
kuartal	IV-2013	disebabkan	karena	nilai	ekspor	tumbuh	tinggi	yang	tercatat	
sebesar	7,40%	(y-o-y)	dan	pertumbuhan	nilai	impor	yang	menurun	menjadi	-
0,60%	(y-o-y).	Hal	ini	didorong	oleh	meningkatnya	ekspor	non-migas	ke	negara-
negara	mitra	dagang	terutama	Cina,	Amerika	Serikat	dan	Jepang.	Selanjutnya,	
pertumbuhan	 konsumsi	 rumah	 tangga,	 konsumsi	 pemerintah	 dan	 investasi	
menurun	masing-masing	menjadi	5,25%	(y-o-y),	6,45%	(y-o-y)	dan	4,37	(y-o-y).	
Padahal	 pada	 kuartal	 sebelumnya,	 konsumsi	 rumah	 tangga,	 konsumsi	
pemerintah	dan	investasi	dapat	tumbuh	masing-masing	sebesar	5,48%	(y-o-y)	
8,91%	(y-o-y)	dan	4,54%	(y-o-y).	Perlambatan	investasi	tersebut	di	antaranya	
terkait	dengan	kebijakan	BI	dalam	meningkatkan	suku	bunga	acuan	dari	7,25%	
pada	Oktober	2013	menjadi	7,50%	pada	November	2013	dan	ketidakpastian	
politik	terkait	dengan	Pemilu.		
Catatan:	
Sektor	Primer:	Sektor	Pertanian,	Peternakan,	Kehutanan	dan	Perikanan;	Sektor	Pertambangan	dan	
Penggalian
Sektor	Industri:	Sektor	Industri	Pengolahan;	Sektor	Listrik,	Gas	dan	Air	Bersih	;	Sektor	Konstruksi	
Sektor	Jasa:	Sektor	Perdagangan,	Hotel	dan	Restoran;	Sektor	Pengangkutan	dan	Komunikasi;	Sektor	
Keuangan,	Real	Estat	dan	Jasa	Perusahaan;	Sektor	Jasa-jasa
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Gambar	1:	Laju	Pertumbuhan	PDB	Indonesia	Atas	Dasar	Harga	Konstan	
2000	Menurut	Lapangan	Usaha,	2011	–	2013	(y-o-y,	dalam	%)
Pertumbuhan	ekonomi	didorong	terutama	oleh	sektor	Komunikasi	dan	
Transportasi,	Demikian	juga	sektor	primer	mengalami	peningkatan	
namun	dengan	laju	pertumbuhan	yang	semakin	rendah.
4
VLTT	 VLUX	 VLTY	 VLTT	 VLSS	 VLST	 VLRQ	 VLQX	 VLPS	
ULWV	 ULVS	 ULWR	
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
QP ÊÒĹĿ Į Ò ČŃİ ÕÓÔÒĹ ĊÏ ÓÏ ÊĄÅ
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
2.	 Masih	terdapat	tantangan	dalam	perdagangan	internasional
Setelah	surplus	selama	tiga	bulan	berturut-turut	(Oktober	-	Desember	
2013),	 pada	 Januari	 2014	 neraca	 perdagangan	 Indonesia	 kembali	
mengalami	 defisit.	 Sepanjang	 tahun	 2013,	 neraca	 perdagangan	 Indonesia	
mengalami	defisit	sebesar	USD	4,06	miliar.	Angka	tersebut	menunjukkan	secara	
tahunan	kinerja	neraca	perdagangan	Indonesia	juga	memburuk.	Pada	tahun	
2012,	 defisit	 neraca	 perdagangan	 Indonesia	 hanya	 sebesar	 USD	 1,66	 miliar.	
Membesarnya	 defisit	 neraca	 perdagangan	 Indonesia	 pada	 tahun	 2013	
dikarenakan	kenaikan	surplus	neraca	perdagangan	non-migas	tidak	mampu	
mengimbangi	 kenaikan	 defisit	 neraca	 perdagangan	 migas.	 Secara	 month-to-
month,	besaran	nilai	neraca	perdagangan	Indonesia	turun	sebesar	128%	dari	
surplus	USD	1,53	miliar	di	bulan	Desember	2013	menjadi	defisit	USD	0,43	
miliar	 pada	 Januari	 2014.	 Kondisi	 ini	 terjadi	 terutama	 disebabkan	 karena	
penurunan	ekspor	Indonesia	yang	lebih	besar	daripada	penurunan	impornya	
yakni	14%	berbanding	3%.
Neraca	 perdagangan	 migas	 sepanjang	 tahun	 2013	 memburuk.	 Neraca	
perdagangan	migas	yang	defisit	USD	5,6	miliar	pada	tahun	2012,	naik	menjadi	
defisit	USD	12,6	miliar	pada	tahun	2013.	Memburuknya	neraca	perdagangan	
Gambar	2:	Laju	Pertumbuhan	PDB	Indonesia	Atas	Dasar	Harga	Konstan	
2000	Menurut	Pengeluaran,	Tahun	2011	–	2013	(y-o-y,	dalam	%)
Meningkatnya	 pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 untuk	 kuartal	 empat	
tahun	2013	ditopang	oleh	kenaikan	net	ekspor.
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)	
-5
0
5
10
15
20 Konsumsi	Rumah	Tangga Konsumsi	Pemerintah PMTB Ekspor Impor
5
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
migas	pada	tahun	2013	disebabkan	karena	jumlah	ekspor	migas	yang	lebih	kecil	
dan	impor	migas	yang	lebih	besar	dibanding	tahun	2012.	Sementara	itu,	pada	
Desember	 2013,	 defisit	 perdagangan	 migas	 sebesar	 USD	 0,82	 miliar	 dan	
meningkat	tipis	menjadi	USD	1,06	miliar	pada	Januari	2014.	Kenaikan	defisit	
dikarenakan	ekspor	migas	turun	sebesar	USD	0,9	miliar	sedangkan	impor	migas	
turun	lebih	kecil	sebesar	USD	0,7	miliar.
Ekspor	migas	pada	Januari	2014	menurun.	Secara	month-to-month,	ekspor	
migas	turun	dari	USD	3,41	miliar	pada	Desember	2013	menjadi	USD	2,5	miliar	
pada	Januari	2014.	Perubahan	terbesar	terjadi	pada	ekspor	minyak	mentah	
yang	menurun	sebanyak	42,1%.	Kemudian	diikuti	dengan	ekspor	hasil	minyak	
dan	 gas	 yang	 masing-masing	 turun	 sebesar	 23,28%	 dan	 16,66%.	 Secara	
keseluruhan	ekspor	migas	turun	26,7%	pada	Januari	2014.	Pada	Desember	
2013,	impor	migas	Indonesia	tercatat	sebesar	USD	4,22	miliar.	Namun	nilainya	
menurun	pada	Januari	2014	menjadi	USD	3,56	miliar	(nilai	impor	turun	15,7%	
antara	Desember	2013	dan	Januari	2014).
Secara	 kumulatif,	 kinerja	 neraca	 perdagangan	 non-migas	 tahun	 2013	
lebih	baik	daripada	2012.		Pada	tahun	2013,	surplus	perdagangan	non-migas	
sebesar	USD	8,57	miliar,	jauh	lebih	tinggi	dibandingkan	dengan	kondisi	surplus	
pada	tahun	2012	yang	hanya	sebesar	USD	3,93	miliar,	angka	tersebut	meningkat	
Gambar	3:	Neraca	Perdagangan	Indonesia,	Januari	2012	–	Januari	2014	
(USD	miliar)
Neraca	perdagangan	Indonesia	kembali	mengalami	defisit	di	awal	tahun
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)	
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14
Ekspor Impor Neraca	Perdagangan
6
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
pesat	 sebesar	 118,9%.	 Kenaikan	 surplus	 perdagangan	 non-migas	 terutama	
ditopang	oleh	penurunan	impor	non-migas	sebesar	5,21%	atau	secara	absolut	
sebesar	USD	7,78	miliar.	Adapun	dari	sisi	ekspor,	pada	tahun	2013	ekspor	non-
migas	Indonesia	turun	sebesar	3,12	miliar	USD	dari	tahun	2012.
Seiring	dengan	neraca	perdagangan	migas,	kinerja	neraca	perdagangan	
non	migas	juga	memburuk.	Pada	kuartal	IV-2013,	kinerja	neraca	perdagangan	
non-migas	 sempat	 menunjukkan	 tren	 positif.	 Namun	 seiring	 dengan	
menurunnya	 ekspor	 non-migas	 dan	 naiknya	 impor	 non-migas,	 surplus	
perdagangan	non-migas	turun	sebesar	73,1%	pada	Januari	2014.	Semula	suplus	
perdagangan	 non-migas	 Desember	 2013	 adalah	 sebesar	 USD	 2,34	 miliar.	
Kemudian	 jumlah	 tersebut	 turun	 menjadi	 USD	 0,63	 miliar	 pada	 bulan	
berikutnya.
Penurunan	ekspor	non-migas	dipicu	oleh	penurunan	ekspor	komoditas	
mineral.	Ekspor	non-migas	turun	11,6%	dari	USD	13,58	miliar	pada	Desember	
2013	menjadi	USD	11,99	pada	Januari	2014.	Secara	month-to-month,	Data	dari	
BPS	menunjukkan	perubahan	drastis	terjadi	pada	komoditas	bijih,	kerak,	dan	
abu	logam	yang	turun	sebesar	70,13%	dari	Desember	2013	ke	Januari	2014	
setelah	sebelumnya	naik	40,18%	dari	November	ke	Desember	2013.	Demikian	
pula	 dengan	 komoditas	 bahan	 bakar	 mineral	 yang	 juga	 kembali	 menurun	
Gambar	4:	Neraca	Perdagangan	Migas	Indonesia,	Januari	2012	–	Januari	
2014	(USD	miliar)
Neraca	perdagangan	migas	tetap	mengalami	defisit
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)	
7
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
MRP
MQU
MQP
MU
P
U
QP
QU
RP
ĊÏ ŃMQR ĂÑÒMQR ĊÕŁMQR ÉĬÔMQR ĊÏ ŃMQS ĂÑÒMQS ĊÕŁMQS ÉĬÔMQS ĊÏ ŃMQT
ÆĻÓÑŇÒ	ĐĹĴ Ï Ó ČĿ ÑŇÒ	ĐĹĴ Ï Ó ÆĻÓÑŇÒ ČĿ ÑŇÒ ÈĮ ÒÏ ĬÏ 	ÊĮ Òİ Ï Ĵ Ï ŃĴ Ï Ń	ĐĹĴ Ï Ó
Indonesian Economic Review and Outlook
sebesar	17,13%	pada	Januari	2014	setelah	sebelumnya	pada	Desember	2013	
hanya	 turun	 sebesar	 1,27%.	 Menurut	 laporan	 kuartalan	 Bank	 Indonesia,	
penurunan	 ekspor	 komoditas	 mineral	 secara	 umum	 disebabkan	 oleh	
pemberlakuan	UU	Mineral	dan	Batu	Bara	pada	Januari	2014.	Sementara	itu,	
impor	non-migas	Indonesia	 	naik	dari	USD	11,24	miliar	menjadi	USD	11,36	
miliar	pada	Januari	2014	atau	tumbuh	sebesar	1,13%	dari	bulan	Desember	
2013.	Kenaikan	impor	terbesar	terjadi	pada	komoditas	mesin	dan	peralatan	
listrik	yang	tumbuh	mencapai	24,64%	(m-t-m).
Surplus	neraca	perdagangan	barang	meningkat	drastis	pada	kuartal	IV-
2013.	 Besaran	 surplus	 melonjak	 dari	 USD	 0,2	 miliar	 pada	 kuartal	 III-2013	
menjadi	 sebesar	 USD	 4,9	 miliar	 di	 kuartal	 berikutnya.	 Melonjaknya	 surplus	
neraca	perdagangan	barang	disebabkan	oleh	naiknya	surplus	perdagangan	non-
migas	dan	turunnya	defisit	perdagangan	migas.	Pada	kuartal	III-2013	neraca	
perdagangan	non-migas	hanya	surplus	sebesar	USD	2,8	miliar	sedangkan	di	
kuartal	 IV-2013	 surplus	 perdagangan	 non-migas	 mencapai	 USD	 7	 miliar.	
Adapun	defisit	perdagangan	migas	turun	sebesar	USD	0,5	miliar	dari	kuartal	
sebelumnya	menjadi	defisit	USD	2,2	miliar.	Kenaikan	surplus	non-migas		terjadi	
karena	dipengaruhi	oleh	tren	melemahnya	nilai	tukar	rupiah	sepanjang	periode	
November	 hingga	 Desember	 2013	 sehingga	 ekspor	 komoditas	 non-migas	
Indonesia	naik	sebesar	USD	4,3	miliar	pada	kuartal	IV-2013.	Pemberlakuan	UU	
Gambar	5:	Neraca	Perdagangan	Non-Migas	Indonesia,	Januari	2012	–	
Januari	2014	(USD	miliar)
Surplus	neraca	perdagangan	non-migas	menurun	pada	Januari	2014
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)	
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14
Ekspor	Non-Migas Impor	Non-Migas
Ekspor Impor
Neraca	Perdagangan	Non-Migas
8
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
No.	4	tahun	2009	tentang	Pertambangan	Mineral	dan	Batu	Bara	serta	Permen	
ESDM	nomor	7	Tahun	2012		pada	Januari	2014	berdampak	terhadap	ekspansi	
surplus	neraca	perdagangan	barang.	Penurunan	defisit	migas	dipengaruhi	oleh	
dua	 hal	 yaitu	 kenaikan	 surplus	 perdagangan	 gas	 dan	 penurunan	 defisit	
perdagangan	minyak.
Secara	 year-on-year,	 transaksi	 berjalan	 memperlihatkan	 perbaikan	
kinerja.	Pada	tahun	2012	di	kuartal	yang	sama,	transaksi	berjalan	Indonesia	
mengalami	defisit	USD	7,8	miliar.	Kuartal	IV-2013,	defisit	transaksi	berjalan	
turun	sebesar	48,7%	menjadi	USD	4	miliar.	Kinerja	transaksi	berjalan	Indonesia	
pada	kuartal	IV-2013	membaik.	Hal	ini	terlihat	dari	menurunnya	besaran	defisit	
dari	USD	8,5	miliar	pada	kuartal	III-2013	menjadi	USD	4	miliar	di	kuartal	IV-
2013.	Perbaikan	kinerja	terjadi	karena	surplus	neraca	perdagangan	barang	dan	
transfer	 berjalan	 lebih	 besar	 daripada	 defisit	 neraca	 perdagangan	 jasa	 dan	
neraca	pendapatan.
Kondisi	 neraca	 perdagangan	 jasa,	 neraca	 pendapatan,	 dan	 transfer	
berjalan	tidak	banyak	berubah.	Pada	kuartal	IV-2013	neraca	perdagangan	
jasa	dan	neraca	pendapatan	tetap	defisit	yaitu	sebesar	USD	2,9	dan	7,1	miliar.	
Dilihat	dari	tingkat	pertumbuhan,	defisit	neraca	perdagangan	jasa	dan	neraca	
pendapatan	naik	sebesar	7,6%	dan	3%	dari	kuartal	sebelumnya.	Sementara	
Gambar	6:	Neraca	Perdagangan	dan	Pendapatan	2010:Q1-2013:Q4	(USD	
miliar)
Defisit	transaksi	berjalan	kembali	menunjukkan	perbaikan
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
9
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
MQU
MQP
MU
P
U
QP
QU
RPQPZĚQ RPQPZĚT RPQQZĚS RPQRZĚR RPQSZĚQ RPQSZĚT
ÈĮ ÒÏ ĬÏ 	ÊĮ Òİ Ï Ĵ Ï ŃĴ Ï Ń	ÅÏ ÒÏ ŃĴ ÈĮ ÒÏ ĬÏ 	ÊĮ Òİ Ï Ĵ Ï ŃĴ Ï Ń	ĊÏ ÓÏ
ÈĮ ÒÏ ĬÏ 	ÊĮ Ńİ Ï ÑÏ ÔÏ Ń ĔÒÏ ŃÓIJĮ Ò	ÅĮ ÒĽÏ ŁÏ Ń
ĔÒÏ ŃÓÏ ĻÓĹ	ÅĮ ÒĽÏ ŁÏ Ń
Indonesian Economic Review and Outlook
transfer	berjalan	mengalami	perbaikan	sedikit	dari	surplus	USD	0,9	miliar	pada	
kuartal	III-2013	menjadi	surplus	USD	1,6	miliar	atau	tumbuh	sebesar	19,6%.
3.	 Fiscal	 space	 pemerintah	 masih	 ketat	 dan	 kemampuan	 membayar		
hutang	melemah
Realisasi	pendapatan	dan	hibah	negara	mencapai	5,5%	dari	target	dalam	
APBN	2014	sebesar	IDR	1.667,1	triliun	dan	realisasi	belanja	negara	per	
Januari	2014	sebesar	5,3%.	Target	pendapatan	dan	hibah	tersebut	terdiri	atas	
penerimaan	 dalam	 negeri	 sebesar	 IDR	 1.665,78	 triliun	 dan	 hibah	 IDR	 1,36	
triliun.	Sejauh	ini	penerimaan	perpajakan	sudah	mencapai	6,5%	dari	target	IDR	
1.280,4	triliun	dan	penerimaan	bukan	pajak	baru	2%	dari	IDR	385,4	triliun.	
Total	belanja	negara	dalam	APBN	2014	sejumlah	IDR	1.842,5	triliun	dengan	
rincian	IDR	1.249,9	triliun	untuk	belanja	pemerintah	pusat	dan	IDR	592,6	triliun	
untuk	transfer	ke	daerah.	Belanja	pemerintah	pusat	yang	sudah	terealisasi	per	
Januari	2014	sebesar	3,2%,	sedangkan	transfer	daerah	sudah	mencapai	9,6%.	
Pembayaran	utang	dan	bantuan	sosial	sejauh	ini	merupakan	komponen	belanja	
yang	tertinggi	realisasinya,	masing-masing	sebesar	10,8%	dan	10,1%.
Termasuk	dalam	belanja	negara	adalah	transfer	ke	daerah	yang	salah	
satunya	berupa	pemberian	dana	otonomi	khusus	dan	penyesuaian	yang	
5,5
94,5
Realisasi Total
5,3
94,7
Realisasi Total
(a)	Penerimaan	dan	Hibah (b)	Belanja
Gambar	7:	Realisasi	Penerimaan,	Hibah,	dan	Belanja	Negara	per	Januari	
2014	(%)
Realisasi	penerimaan	dan	hibah	sebesar	5,5%,	realisasi	belanja	negara	
sebesar	5,3%
Sumber:	Kementerian	Keuangan	(2014)
10
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
dalam	 APBN	 2014	 meningkat	 24,8%	 dari	 tahun	 sebelumnya.	 Porsinya	
terhadap	total	transfer	ke	daerah	pun	meningkat	menjadi	17,66%.	Salah	satu	
yang	baru	adalah	dana	keistimewaan	yang	resmi	dianggarkan	untuk	Daerah	
Istimewa	Yogyakarta	(DIY)	sejumlah	IDR	520	miliar.	Namun,	jika	dibandingkan	
dengan	daerah-daerah	penerima	dana	otonomi	khusus,	jumlah	tersebut	masih	
jauh	lebih	kecil.	
Penerimaan	 dari	 pajak	 masih	 menjadi	 andalan	 pemerintah	 dalam	
membiayai	 belanja	 negara.	 Selama	 tiga	 tahun	 terakhir	 ini,	 pajak	 selalu	
menyumbang	 lebih	dari	75%	penerimaan	 negara.	Meski	peranannya	 dalam	
penerimaan	 APBN	 mulai	 menurun,	 realisasi	 penerimaan	 pajak	 ini	 sangat	
penting	untuk	menjaga	keberlanjutan	fiskal.
Dalam	 rangka	 mengamankan	 target	 penerimaan	 pajak	 di	 tahun	 ini,	
Direktorat	 Jenderal	 Pajak	 menyusun	 langkah	 optimalisasi.	 Langkah	
tersebut	 diterjemahkan	 dalam	 enam	 program	 strategis:	 (i)	 penyempurnaan	
sistem	 administrasi	 perpajakan;	 (ii)	 ekstensifikasi	 wajib	 pajak	 pribadi;	 (iii)	
perluasan	basis	pajak,	termasuk	usaha	kecil	menengah	(UKM);	(iv)	optimalisasi	
pemanfaatan	data	dan	informasi	dari	institusi	lain;	(v)	penguatan	penegakan	
hukum	bagi	penghindar	pajak;	dan	(vi)	penyempurnaan	peraturan	perpajakan	
Gambar	8:	Dana	Otonomi	Khusus	dan	Penyesuaian	(IDR	triliun)
Dana	otonomi	khusus	dan	penyesuaian	tumbuh	24,8%	di	2014		(y-o-y);	DIY	
menerima	IDR	520	miliar	dana	keistimewaan
Sumber:	Direktorat	Jenderal	Anggaran	dan	CEIC	(2014,	diolah)
11
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
14,97%
15,86%
	
17,66%
	
20,06%
19,04%
	
24,80%
	
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
50
100
150
	2012 	2013 	2014
Dana	Otonomi	Khusus	dan	
Penyesuaian
Jumlah	(LHS)
Persentase	dari	Total	Transfer	Daerah
(RHS)
Pertumbuhan	(RHS)
6,78	
	2,55	
	
6,82	
0,52	
	-
	1
	2
	3
	4
	5
	6
	7
	8
Dana	Otsus	dan	Keistimewaan	DIY
Indonesian Economic Review and Outlook
dengan	membuat	tim	harmonisasi.
Selain	itu,	intensifikasi	pajak	finansial	dan	penetapan	tarif	pajak	final	juga	
diwacanakan	 sebagai	 solusi	 menggenjot	 penerimaan	 pajak.	 Ide	
Intensifikasi	pajak	finansial	adalah	mengenakan	pajak	pada	berbagai	transaksi	
moneter	seperti	saham,	obligasi	dan	future.	Alasannya	adalah	sektor	finansial	
menghasilkan	 keuntungan	 yang	 besar	 dan	 juga	 bisa	 menikmati	 dana	
pemerintah	 saat	 terjadi	 krisis	 melalui	 mekanisme	 bail-out.	 	 Sedangkan	
penetapan	tarif	pajak	final	adalah	salah	satu	solusi	untuk	mengefektifkan	sistem	
self-assessment	tanpa	melakukan	penambahan	pegawai	pajak.
Demi	 mencukupi	 kebutuhan	 pembiayaan	 dalam	 negeri,	 Kementerian	
Keuangan	 RI	 menerbitkan	 Global	 Bond	 sebesar	 IDR	 50,5	 triliun	 pada	
Januari	2014.	Peningkatan	tersebut	sempat	meningkatkan	total	surat	berharga	
negara	outstanding	Januari	2014.	Namun	pada	Februari	2014,	Total	SBN	turun	
sebesar	IDR	3,45	triliun	dari	Januari	2014	menjadi	IDR	1.459,29	triliun	dan	
meningkat	sebesar	IDR	339,22	triliun	dari	Februari	2013	(lihat	Gambar	13).	
Obligasi	bunga	tetap	naik	sebesar	IDR	22,25	triliun	menjadi	IDR	793,07	triliun	
dan	naik	sebesar	IDR	153,47	triliun	dari	Februari	2013.	Surat	Berharga	Syariah	
Negara	turun	sebesar	IDR	5,98	triliun	menjadi	IDR	77,15	triliun	dari	Januari	
Gambar	9:	Target	Penerimaan	Perpajakan	dan	Persentase	Pajak	dalam	
APBN	2012-2014
Meski	tetap	sebagai	sumber	utama	penerimaan	negara,	peran	pajak	dalam	
APBN	mulai	sedikit	menurun.
Sumber:	Direktorat	Jenderal	Anggaran	dan	CEIC	(2014,	diolah)
1.033	 1.193	 1.280	
78,74%	
77,99%	
76,80%	
69%
71%
73%
75%
77%
79%
81%
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
	2012 	2013 	2014
Target	Pajak	(LHS,	IDR	triliun)
Persentase	Penerimaan	Pajak	dari	Total	Penerimaan	dan	Hibah	(RHS)
12
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
2014	dan	naik	sebesar	IDR	4,63	triliun	dari	Februari	2013.	Obligasi	denominasi	
Valuta	 Asing	 Februari	 2014	 juga	 mengalami	 penurunan	 sebesar	 IDR	 21,72	
triliun	menjadi	IDR	428,26	triliun	dari	Januari	2014,	meningkat	sebesar	IDR	
164,57	 triliun	 dari	 Februari	 2013.	 Peningkatan	 terjadi	 pada	 surat	
perbendaharaan	negara	sebesar	IDR	2	triliun	dari	Januari	2014	menjadi	IDR	
38,5	triliun	dan	meningkat	sebesar	IDR	16,53	triliun	dari	Februari	2013.
Total	 utang	 luar	 negeri	 Indonesia	 secara	 umum	 meningkat	 dan	
peningkatan	tertinggi	dari	utang	luar	negeri	swasta.	Rasio	utang	luar	negeri	
swasta	terhadap	total	utang	luar	negeri	mencapai	53,21%,	sedangkan	proporsi	
utang	luar	negeri	pemerintah	dan	bank	sentral	sebesar	46,79%.	Total	utang	luar	
negeri	Indonesia	Desember	2013	meningkat	sebesar	USD	2,6	miliar	menjadi	
USD	264,06	miliar	dari	November	2013	(naik	1%).	Meningkat	sebesar	USD	12,6	
miliar	(5%)	dari	Januari	2013	dan	USD	11,17	miliar	(4,6%)	dari	Desember	
2012.	Utang	luar	negeri	swasta	Desember	2013	meningkat	sebesar	USD	2,3	
miliar	menjadi	USD	140,5	miliar	dari	November	2013	atau	sebesar	2%.	
Utang	luar	negeri	pemerintah	Desember	2013	meningkat	sebesar	USD	
212	juta	menjadi	USD	114,29	miliar	dari	November	2013	atau	sebesar	
0,2%.	Turun	sebesar	USD	914	juta	(-1%)	dari	Januari	2013	dan	USD	1,8	miliar	(-
1,6%)	dari	bulan	Desember	2012.	Utang	luar	negeri	jangka	pendek	swasta	by	
Gambar	10:	Utang	Luar	Negeri	Pemerintah	dan	Swasta	Indonesia,	
September	2011	–	Desember	2013	(USD	miliar)
Utang	luar	negeri	swasta	meningkat
Sumber:	Direktorat	Jenderal	Anggaran	dan	CEIC	(2014,	diolah)
13
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
original	maturity	Desember	2013	meningkat	sebesar	USD	1,9	miliar	menjadi	
USD	40,67	miliar	dari	November	2013	atau	sebesar	4,9%.	Meningkat	sebesar	
USD	4,84	miliar	(14%)	dari	Januari	2013	dan	sebesar	USD	3,8	miliar	(1,04%)	
dari	Desember	2012.	Utang	luar	negeri	jangka	pendek	swasta	by	remaining	
maturity	 Desember	 2013	 turun	 sebesar	 USD	 338	 juta	 menjadi	 USD	 41,159	
miliar	dari	November	2013	atau	sebesar	-0,8%.	Meningkat	sebesar	USD	2,3	
miliar	 (6%)	 dari	 Januari	 2013	 dan	 sebesar	 USD	 1,09	 miliar	 (2,7%)	 dari	
Desember	2012.
Debt	 Service	 Ratio	 yang	 menunjukkan	 tren	 yang	 meningkat	 telah	
mengalami	peningkatan	tajam	pada	kuartal	IV-2013.	Pada	kuartal	terakhir	
2013	ini	DSR	Indonesia	mencapai	52,7%.	Angka	yang	tinggi	ini	menunjukkan	
kemampuan	membayar	utang	Indonesia	melemah	dari	kuartal	ke	kuartal	yang	
menyebabkan	peningkatan	risiko	pada	perekonomian	Indonesia.
Kepemilikan	asing	atas	surat	berharga	meningkat.	Kepemilikan	asing	atas	
obligasi	 pemerintah	 pada	 Januari	 2014	 meningkat	 sebesar	 IDR	 4,8	 triliun	
menjadi	IDR	328,65	triliun	dari	Desember	2013	dan	naik	sebesar	IDR	55,45	
triliun	dari	Januari	2013.	Hal	ini	seiring	dengan	penerbitan	Global	Bond	Januari	
lalu.	 Sementara	 itu,	 kepemilikan	 asing	 atas	 ekuitas	 pada	 Desember	 2013	
sebesar	IDR	1.475,45	triliun	naik	menjadi	IDR	1,7	triliun	dari	November	2013.	
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Gambar	11:	Debt	Service	Ratio	Indonesia,	Desember	2007	–	Desember	
2013	(%)
Debt	Service	Ratio	meningkat	tajam
14
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Turun	 sebesar	 IDR	 87,4	 triliun	 dari	 Januari	 2013	 dan	 IDR	 71,6	 triliun	 dari	
Desember	2012.	Kepemilikan	asing	atas	SBI	pada	Januari	2014	sebesar	IDR	3,9	
triliun	telah	meningkat	IDR	180	miliar	dari	Desember	2013	dan	naik	sebesar	
IDR	3,7	trilun	dari	Januari	2013.
Gambar	12:	Kepemilikan	Asing	atas	Surat	Berharga,	Oktober	2011	–	
Februari	2014	(IDR	triliun)
Kepemilikan	asing	atas	surat	berharga	Indonesia	meningkat
Sumber:	Kementerian	Keuangan,	Bank	Indonesia,	OJK,	dan	CEIC	(2014)
Gambar	13:	Komposisi	Surat	Berharga	Negara,	November	2011	–	Februari	
2014	(IDR	triliun)
Surat	berharga	negara	outstanding	sedikit	mengalami	penurunan
Sumber:	DJPU	Kementerian	Keuangan	dan	CEIC	(2014)
0
5
10
15
20
25
30
35
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
Kepemilikan	Asing	atas	Ekuitas	(LHS)
Kepemilikan	Asing	atas	Obligasi	Pemerintah	(LHS)
Kepemilikan	Asing	atas	SBI	(RHS)
15
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
4.	 Tingkat	kemiskinan	dan	pengangguran	memburuk
Meskipun	 secara	 keseluruhan	 perekonomian	 pada	 kuartal-IV	 2013	
mengalami	 sedikit	 peningkatan,	 namun	 justru	 terjadi	 peningkatan	
angka	pengangguran	pada	Agustus	2013.	Tingkat	pengangguran	terbuka	
naik	menjadi	6,3%	pada	Agustus	2013	dari	6,1%	pada	periode	yang	sama	
tahun	sebelumnya.	Di	samping	itu,	menurut	publikasi	BPS,	jumlah	angkatan	
kerja	di	Indonesia	naik	150.000	orang	dari	118,05	juta	orang	menjadi	118,19	
juta	orang.	Dari	sisi	gender,	tingkat	partisipasi	laki-laki	maupun	perempuan	
dalam	 lapangan	 kerja	 menurun,	 dimana	 pada	 Agustus	 2012	 tingkat	
partisipasi	 laki-laki	 dan	 perempuan	 masing-masing	 sebesar	 84,42%	 dan	
51,39%	 yang	 berubah	 menjadi	 83,58%	 dan	 50,28%	 pada	 Agustus	 2013.	
Sementara	 itu,	 jika	 dibandingkan	 dengan	 laki-laki,	 tingkat	 partisipasi	
perempuan	masih	lebih	rendah.
Sementara	itu,	dilihat	dari	struktur	lapangan	pekerjaan	hingga	Agustus	
2013,	 kontribusi	 penduduk	 yang	 bekerja	 di	 sektor	 pertanian	 terus	
mengalami	penurunan.	Pada	Agustus	2012	sektor	Pertanian	berkontribusi	
sebesar	 35,09%	 turun	 pada	 Agustus	 2013	 menjadi	 34,36%.	 Penurunan	
Gambar	14:	Tingkat	Partisipasi	Angkatan	Kerja	Menurut	Jenis	Kelamin	
dan	Pengangguran	Terbuka	di	Indonesia,	Februari	2011	–	Agustus	2013	
(dalam	%)
Tingkat	pengangguran	terbuka	meningkat	
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
84,86	 84,30	 85,67	 84,42	 85,12	
83,58	
55,13	 52,44	 53,71	 51,39	 53,36	 50,28	
6,8	
6,6	
6,3	
6,1	
5,9	
6,3	
0
2
4
6
8
0
20
40
60
80
100
Feb-11 Agust-11 Feb-12 Agust-12 Feb-13 Agust-13
Tingkat	Partisipasi	Angkatan	Kerja	Laki-Laki	(LHS)
Tingkat	Partisipasi	Angkatan	Kerja	Perempuan	(LHS)
Tingkat	Pengangguran	Terbuka	(RHS)
16
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
tenaga	kerja	di	sektor	pertanian	tersebut	juga	tak	lepas	dari	faktor	tingkat	
upah	 yang	 lebih	 tinggi	 di	 sektor-sektor	 lain	 seperti	 industri	 atau	
perdagangan.	 Meski	 mengalami	 penurunan,	 porsi	 tenaga	 kerja	 sektor	
Pertanian	masih	mendominasi	sebagai	penyumbang	terbesar	penyerapan	
tenaga	kerja	di	Indonesia.	Selain	dari	sektor	Pertanian,	sektor	yang	juga	ikut	
berkontribusi	tinggi	dalam	penyerapan	tenaga	kerja	secara	berurutan	adalah	
sektor	 Perdagangan,	 Jasa	 Kemasyarakatan	 dan	 Industri.	 Serupa	 dengan	
kondisi	pada	sektor	Pertanian	yang	mengalami	penurunan,	jumlah	angkatan	
kerja	 pada	 sektor	 Konstruksi	 dan	 Industri	 juga	 menurun	 masing-masing	
menjadi	5,67%	dan	13,43%	dari	6,13%	dan	13,87%	pada	periode	yang	sama	
tahun	sebelumnya.
Sejalan	dengan	meningkatnya	tingkat	pengangguran	terbuka,	tingkat	
kemiskinan	 juga	 bertambah.	 Penduduk	 miskin	 pada	 September	 2013	
berjumlah	28,55	(11,47%	dari	jumlah	penduduk)	meningkat	dibandingkan	
dengan	jumlah	penduduk	miskin	pada	Maret	2013	yaitu	28,07	juta	orang		
(11,37%	dari	jumlah	penduduk).	Lonjakan	angka	kemiskinan	tersebut	salah	
satunya	disebabkan	laju	inflasi	pasca	kenaikan	harga	BBM	pada	bulan	Juni	
Tabel	1:	Penduduk	Usia	15	Tahun	ke	Atas	yang	Bekerja	Menurut	Lapangan	
Pekerjaan	Utama,	Tahun	2011-2013	(dalam	%)
Kontribusi	penduduk	yang	bekerja	di	sektor	pertanian	terus	mengalami	
penurunan	sementara	pada	sektor	Industri	meningkat.
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Feb Agst Feb Agst Feb Agst
Pertanian 38,17 35,86 36,52 35,09 35,05 34,36
Industri 12,31 13,26 12,6 13,87 12,96 13,43
Konstruksi 5,02 5,78 5,41 6,13 6,04 5,67
Perdagangan 20,88 21,34 21,29 20,9 21,76 21,43
Transportasi,	Pergudangan	dan	
Komunikasi
5,01 4,63 4,61 4,51 4,59 4,55
Keuangan 1,85 2,4 2,46 2,4 2,64 2,63
Jasa	Kemasyarakatan 15,29 15,18 15,4 15,43 15,37 16,44
Lainnya 1,45 1,55 1,7 1,67 1,59 1,51
TOTAL	 100 100 100 100 100 100
Lapangan	Pekerjaan	Utama
2011 2012 2013
17
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
2013	dan	tingkat	pengangguran	terbuka	di	Indonesia	yang	mencapai	6,3%	
pada	Agustus	2013,	mengalami	peningkatan	dibandingkan	Februari	2013	
yaitu	sebesar	5,9%.	Bertambahnya	angka	kemiskinan	tahun	ini	diperparah	
dengan	peningkatan	ketimpangan	distribusi	pendapatan	masyarakat	atau	
Gini	Ratio,	yaitu	0,413	dari	0,410	pada	tahun	2012.	Hal	ini	mencerminkan	
pemerataan	 ekonomi	 di	 Indonesia	 bermasalah.	 Ketidakmerataan	
pendapatan	 masyarakat	 terus	 meningkat	 sejalan	 dengan	 meningkatnya	
pertumbuhan	 ekonomi.	 Oleh	 karena	 itu	 pemerintah	 harus	 lebih	
memfokuskan	kepada	pemerataan	pembangunan	dan	bukan	hanya	sekedar	
pertumbuhan	ekonomi.
Tabel	2:	Perkembangan	Kemiskinan	dan	Ketimpangan	di	Indonesia,	2011-
2013	
Angka	kemiskinan	dan	ketimpangan	pendapatan	di	Indonesia	meningkat.
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
(juta	orang) (%)
11-Mar 30,02 12,49
11-Sep 29,89 12,36
12-Mar 29,13 11,96
12-Sep 28,59 11,66
13-Mar 28,07 11,37
13-Sep 28,55 11,47
Tahun
Jumlah	penduduk	miskin
Indeks	Gini
0,41
0,41
0,413
18
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN
1.	 Nilai	rupiah	menurun
Tingginya	 tekanan	 inflasi	 di	 Indonesia	 seringkali	 dipicu	 oleh	 faktor	
non-moneter	seperti	infrastruktur	yang	buruk,	banjir,	serta	bencana	
alam.	Serangkaian	kejadian	ini	mendorong	naiknya	harga	pangan,	akibatnya	
inflasi	 Januari	 2014	 melonjak	 dibandingkan	 inflasi	 Desember	 2013	 yang	
tercatat	sebesar	8,08%	(y-o-y).	Selain	itu,	naiknya	harga	komoditi	yang	diatur	
pemerintah—seperti	 naiknya	 harga	 gas	 LPG	 di	 awal	 tahun—turut	
mendorong	terjadinya	lonjakan	inflasi.	
Pada	bulan	Februari	2014,	tingkat	inflasi	mampu	ditekan	pemerintah,	
tercatat	 sebesar	 7,75%	 (y-o-y),	 menurun	 dibandingkan	 bulan	
sebelumnya	yang	mencapai	8,22%	(y-o-y).	Terkendalinya	inflasi	di	bulan	
Februari	2014	tidak	lepas	dari	upaya	pemerintah	menerapkan	kebijakan	
kuota	impor	pangan	dengan	sistem	buka	tutup	yang	masih	diberlakukan	
hingga	saat	ini.	Kuota	impor	pangan	terus	dijalankan	hingga	harga-harga	
cukup	stabil.	Jika	pasokan	pangan	telah	mencukupi,	kuota	impor	kembali	
ditutup.	
Gambar	15:	Tingkat	Inflasi,	Februari	2011	–	Februari	2014	(y-o-y,	dalam	%)
Inflasi	Februari	2014	mencapai	7,75%	(y-o-y)
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
	02/2011 	08/2011 	02/2012 	08/2012 	02/2013 	08/2013 	02/2014
Inflasi,	2012=100 Inti Harga	Diatur	Pemerintah Bergejolak
19
Indonesian Economic Review and Outlook
Untuk	 mengendalikan	 tekanan	 inflasi,	 pemerintah	 harus	 menjaga	
distribusi	 pangan	 agar	 tidak	 terganggu	 serta	 harus	 segera	
memperbaiki	sarana	dan	prasarana	infrastruktur	nasional Pada	bulan	.	
Februari	2014,	secara	year-on-year,	inflasi	inti	mencapai	5,26%,	harga	diatur	
pemerintah	tercatat	sebesar	16,76%,	dan	harga	bergejolak	sebesar	8,73%.	
Sementara	itu,	secara	month-to-month,	angka	inflasi	Februari	2014	tercatat	
sebesar	 0,26%,	 lebih	 rendah	 dibandingkan	 bulan	 sebelumnya	 yang	
mencapai	1,07%.	
Untuk	 mengendalikan	 tekanan	 inflasi,	 pemerintah	 harus	 menjaga	
distribusi	 pangan	 agar	 tidak	 terganggu	 serta	 harus	 segera	
memperbaiki	sarana	dan	prasarana	infrastruktur	nasional Pada	bulan	.	
Februari	2014,	secara	year-on-year,	inflasi	inti	mencapai	5,26%,	harga	diatur	
pemerintah	tercatat	sebesar	16,76%,	dan	harga	bergejolak	sebesar	8,73%.	
Sementara	itu,	secara	month-to-month,	angka	inflasi	Februari	2014	tercatat	
sebesar	 0,26%,	 lebih	 rendah	 dibandingkan	 bulan	 sebelumnya	 yang	
mencapai	1,07%.	
Tabel	3:	Tingkat	Inflasi	Menurut	Kelompok	Pengeluaran,	Tahun	2010	–	
2014		(2012=100,	m-t-m,	dalam	%)
Harga	makanan	masih	tinggi,	inflasi	bulan	Februari	2014	mencapai	0,26%
(5) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
15,64 6,96 4,08 6,51 2,19 3,29 2,69
3,64 4,51 3,47 7,57 4,26 5,16 1,92
5,68 6,11 3,35 4,67 2,91 4,21 2,2
Jan 3,39 0,46 0,56 0,25 0,29 0,05 -0,28
Feb 2,08 0,47 0,82 -0,59 0,56 0,19 0,08
Mar 2,04 0,4 0,21 -0,7 0,24 0,12 0,19
Apr -0,8 0,3 0,41 -1,13 0,22 0,15 0,1
Mei -0,83 0,35 0,75 -1,22 0,23 0,06 0,05
Jun 1,17 0,67 0,21 -0,29 0,23 0,04 3,8
Jul 5,46 1,55 0,44 -0,09 0,4 0,69 9,6
Ags 1,75 0,68 0,66 1,81 0,37 1,36 0,95
Sep -2,88 0,78 0,61 2,99 0,27 0,71 -0,79
Okt -0,62 0,55 0,26 -0,56 0,33 0,31 0,53
Nov -0,47 0,27 0,68 -0,03 0,34 0,11 0,02
Des 0,79 0,73 0,44 0,17 0,16 0,06 0,56
Jan 2,77 0,72 1,01 0,55 0,72 0,28 0,2
Feb 0,36 0,43 0,17 0,57 0,28 0,17 0,15
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Catatan:	(1)	Makanan;	(2)	Makanan	Olahan,	Minuman,	Tembakau;	(3)	Perumahan,	Listrik,	Gas,	dan	
Bahan	Bakar;	(4)	Sandang;	(5)	Kesehatan;	(6)	Pendidikan,	Rekreasi,	dan	Olah	Raga;	(7)	Transportasi,	
Komunikasi,	dan	Jasa	Keuangan
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
20
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Komposisi	 inflasi	 Februari	 2014	 relatif	 lebih	 merata	 pada	 semua	
kelompok	 barang,	 dibandingkan	 pada	 bulan	 sebelumnya	 yang	
didominasi	oleh	kelompok	Bahan	Makanan.	Komponen	inflasi	terbesar	
pada	Februari	2014	adalah	kelompok	Makanan	Jadi,	Minuman,	Rokok,	dan	
Tembakau.	Kelompok	pengeluaran	ini	menyumbang	0,08%	dari	total	inflasi	
Januari	2014	yang	sebesar	0,26%.	Sedangkan	inflasinya	sebesar	0,36%	(m-t-
m)	atau	9,62	%	(y-o-y).	Komponen	inflasi	bulan	Januari	2014	terbesar	adalah	
kelompok	Bahan	Makanan	dengan	share	sebesar	0,56%	dari	inflasi	Januari	
2014	 dengan	 tingkat	 inflasi	 sebesar	 11,43%	 (y-o-y)	 atau	 2,77%	 (m-t-m).	
Selain	itu,	kelompok	pengeluaran	Perumahan,	Air,	Listrik,	Gas,	dan	Bahan	
Bakar	juga	turut	mendorong	inflasi	Januari	2014.	Kelompok	pengeluaran	ini	
menyumbang	0,25%,	dengan	inflasi	sebesar	7,63%	(y-o-y)	atau	1,01%	(m-t-
m).	
Sementara	itu,	dilihat	dari	82	kota	besar	di	Indonesia,	sebagian	besar	
kota	di	Indonesia	mengalami	inflasi	pada	Januari	dan	Februari	2014.	
Dari	data	yang	dirilis	BPS,	Februari	2014	terjadi	inflasi	di	55	kota.	Pontianak	
menjadi	kota	dengan	tingkat	inflasi	tertinggi	dengan	sebesar	2,73%	(m-t-m).	
Namun,	deflasi	juga	terjadi	di	27	kota	pada	Februari	2014.	Sibolga	menjadi	
kota	dengan	deflasi	tertinggi,	tercatat	sebesar	2,43%	(m-t-m).	Sedangkan	
pada	Januari	2014,	78	kota	mengalami	inflasi.	Inflasi	tertinggi	dari	78	kota	
tersebut	 terjadi	 di	 Pangkal	 Pinang,	 tercatat	 sebesar	 3,79%.	 Sedangkan,	
deflasi	dialami	oleh	empat	kota.	Kota	dengan	tingkat	deflasi	tertinggi	adalah	
Sorong,	yang	tercatat	sebesar	0,17%.
Tingginya	 inflasi	 diikuti	 oleh	 cadangan	 devisa	 yang	 masih	 di	 bawah	
tahun-tahun	 sebelumnya	 dan	 nilai	 tukar	 rupiah	 yang	 masih	 lemah.	
Posisi	 cadangan	 devisa	 Indonesia	 per	 Januari	 2014	 tercatat	 USD	 100,65	
miliar,	 atau	 naik	 USD	 1,26	 miliar	 dibandingkan	 bulan	 sebelumnya.	
Sedangkan	 per	 Februari	 2014,	 cadangan	 devisa	 melonjak	 mencapai	 USD	
102,74	miliar,	naik	sebesar	USD	2,09	miliar.	Tren	positif	ini	berlanjut	sejak	
Agustus	 2013.	 Meskipun	 demikian,	 pada	 level	 tersebut	 cadangan	 devisa	
Indonesia	telah	melebihi	standar	kecukupan.	Peningkatan	cadangan	devisa	
pada	 Januari	 dan	 Februari	 2014	 tidak	 lepas	 dari	 upaya	 Bank	 Indonesia	
memperbaiki	neraca	perdagangan	dengan	memberlakukan	Peraturan	Bank	
Indonesia	(PBI)	No.15/17/PBI/2013	terkait	Transaksi	Swap	Lindung	Nilai	
kepada	Bank	Indonesia,	serta	penerbitan	SUN	oleh	pemerintah	pada	akhir	
Januari	dan	pertengahan	Februari	2014	lalu.
21
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook
Selain	itu,	PBI	tentang	Transaksi	Swap	Lindung	Nilai	juga	merupakan	
strategi	 BI	 untuk	 melakukan	 stabilisasi	 nilai	 tukar	 rupiah	 serta	
melakukan	 pendalaman	 pasar	 valuta	 asing.	 Hasilnya,	 rupiah	 mulai	
memunculkan	 sentimen	 positif	 dengan	 menguat	 4,84%	 ke	 tingkat	
IDR11.643	per	USD	pada	Februari.	Hal	tersebut	mengakhiri	tren	pelemahan	
rupiah	sejak	November	2013.	Pada	Januari	2014,	posisi	rupiah	berada	di	IDR	
12.226	 per	 USD	 melemah	 0,3%	 dibandingkan	 pada	 Desember	 2013.	
Penguatan	 rupiah	 ini	 juga	 dipengaruhi	 oleh	 kebijakan	 pemerintah	
menerbitkan	 obligsi	 berdenominasi	 dolar	 senilai	 USD	 4	 miliar	 dalam	
upayanya	menarik	aliran	dana	masuk	dari	investor	global.	Penjualan	obligasi	
tersebut	 juga	 ditujukan	 untuk	 memperkuat	 nilai	 tukar	 rupiah	 mengingat	
bank	sentral	Amerika	Serikat	(The	Fed)	mulai	memangkas	dana	stimulusnya	
Januari	2014.	Surat	utang	yang	diterbitkan	pemerintah	terdiri	dari	obligasi	
bertenor	 10	 tahun	 dengan	 kupon	 5,95%	 dan	 obligasi	 bertenor	 20	 tahun	
dengan	kupon	6,85%,	masing-masing	senilai	USD	2	miliar.	
Berkaitan	dengan	pengendalian	kurs	rupiah,	Bank	Indonesia	melalui	
JISDOR	 (Jakarta	 Interbank	 Spot	 Dollar	 Rate)	 berhasil	 mendapatkan	
pengakuan	 internasional.	 Otoritas	 Moneter	 Singapura	 (MAS)	 mulai	 27	
Maret	2014	efektif	mengadopsi	JISDOR	sebagai	rate	resmi	untuk	denominasi	
rupiah	pada	pasar	uang	di	Singapura.	Hal	ini	sejalan	dengan	tujuan	Bank	
Gambar	16:	Cadangan	Devisa	Indonesia	(miliar	USD)	dan	Perkembangan	
Nilai	Tukar	(IDR/USD),	Februari	2011	–	Februari	2014
Level	cadangan	devisa	Januari	2014	tertinggi	selama	8	bulan	terakhir.
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
11.000
12.000
13.000
60
70
80
90
100
110
120
130
Cadangan	Devisa	(miliar),	LHS IDR/USD,	RHS
22
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Indonesia	 saat	 meluncurkan	 JISDOR	 pada	 20	 Mei	 2013	 lalu,	 untuk	
mengendalikan	kurs	rupiah	pada	rate	yang	wajar.	Dengan	begitu,	efisiensi	
pasar	dapat	terjadi,	financial	deepening	dapat	tercapai.
Meskipun	 dalam	 tekanan	 inflasi	 dan	 pelemahan	 rupiah,	 Bank	
Indonesia	memutuskan	untuk	tetap	mempertahankan	tingkat	BI	rate.	
Berdasarkan	Rapat	Dewan	Gubernur	Bank	Indonesia	pada	13	Februari	2014,	
BI	 rate	 tetap	 dipertahankan	 pada	 level	 7,5%.	 Kebijakan	 ini	 melanjutkan	
komitmen	Bank	Indonesia	untuk	mengendalikan	inflasi	dan	memperbaiki	
neraca	pembayaran	Indonesia.	Sebagai	catatan,	BI	rate	terakhir	kali	berubah	
pada	November	2013	dengan	kenaikan	sebesar	0,25	basis	poin.
Perkembangan	 tingkat	 suku	 bunga	 secara	 umum	 pada	 Januari	 dan	
Februari	di	tahun	2014	juga	relatif	tidak	banyak	berubah	dibanding	
pada	Desember	2013.		Tingkat	suku	bunga	penjaminan	LPS	naik	0,25	basis	
poin	menjadi	7,5%	(denominasi	rupiah)	dan	1,5%	(denominasi	mata	uang	
asing)	 pada	 Januari	 2014	 dan	 tetap	 dipertahankan	 pada	 Februari	 2014.	
Kenaikan	 tersebut	 sebagai	 upaya	 LPS	 menjamin	 simpanan	 nasabah	
perbankan	di	tengah	kenaikan	tingkat	suku	bunga	secara	umum	di	bulan	
Desember	 2013.	 Di	 sisi	 lain,	 suku	 bunga	 deposito	 berjangka	 tiga	 bulan	
bergerak	terus	naik	hingga	melebihi	tingkat	suku	bunga	penjaminan	serta	BI	
Gambar	17:	Perkembangan	BI	Rate,	Februari	2011	–	Februari	2014	
(dalam	%)
BI	rate	dipertahankan	tetap	7,5%	pada	Februari	2014
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
3
4
5
6
7
8
9
	02/2011 	08/2011 	02/2012 	08/2012 	02/2013 	08/2013 	02/2014
23
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook
rate.	Pada	bulan	Desember	2013,	tingkat	suku	bunga	deposito	berjangka	ada	
pada	level	7,61%.	Sedangkan	pada	Januari	2014	meningkat	menjadi	7,96%.	
Hal	ini	bisa	menjadi	sinyalemen	perbankan	sedang	menghadapi	masalah	
likuiditas.
2.	 Pasar	keuangan	menunjukkan	optimisme	di	akhir	tahun
Di	pasar	finansial,	Indeks	Harga	Saham	Gabungan	(IHSG)	menunjukkan	
pergerakan	positif,	dan	obligasi	Surat	Utang	Negara	bergerak	fluktuatif	
di	 bulan	 Januari	 dan	 Februari	 2014.	 IHSG	 meningkat	 3,38%	 ke	 level	
4.418,757	 (Desember	 2013	 –	 Januari	 2014)	 kemudian	 4,56%	 ke	 level	
4.620,216	 (Januari	 –	 Februari	 2014).	 Penguatan	 IHSG	 pada	 Januari	 dan	
Februari	2014	bisa	menjadi	sinyal	investor	asing	mulai	masuk	ke	Indonesia.	
Di	sisi	lain,	pergerakan	imbal	hasil	(yield)	obligasi	SUN	di	pasar	fluktuatif	di	
kisaran	8,6%	(Desember	2013),	9,01%	(Januari	2014),	dan	terakhir	8,4%	
(Februari	 2014).	 Hal	 tersebut	 dikarenakan	 yield	 SUN	 mengikuti	
perkembangan	 tingkat	 inflasi.	 Yield	 akan	 naik	 ketika	 inflasi	 meningkat,	
Gambar	18:	Perkembangan	Tingkat	Suku	Bunga	Penjaminan	LPS	dan	
Deposito,	Februari	2011	–	Februari	2014	(dalam	%)
LPS	menaikkan	tingkat	suku	bunga	penjaminan,	deposito	berjangka	3	
bulan	melebihi	BI	Rate	dan	suku	bunga	LPS
*=	Januari	2014	(deposito	berjangka)	dan	Februari	2014	(suku	bunga	penjaminan)
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
4
5
6
7
8
9
10
Suku	Bunga	Penjaminan	Maksimum	(IDR,	1	bln) Deposito	Berjangka	(3	bln)
24
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
seperti	yang	terjadi	pada	bulan	Januari	2014,	dan	menurun	pada	Februari	
2014.	SUN	dengan	tenor	menengah,	seperti	tenor	10	tahun,	menjadi	favorit	
investor	 sebagai	 investasi	 aman	 sebagai	 antisipasi	 terjadinya	 sentimen	
negatif	di	pasar	finansial,	selain	cukup	likuid	di	pasar	sekunder.
Setelah	sempat	menurun	pada	kuartal	III-2013,	transaksi	modal	dan	
finansial	 kembali	 menunjukkan	 tren	 menaik	 di	 kuartal	 IV-2013.	
Surplus	transaksi	modal	dan	finansial	naik	dari	USD	5,6	miliar	menjadi	USD	
9,2	miliar	dengan	tingkat	pertumbuhan	quarter-to-quarter	sebesar	65,4%.	
Peningkatan	 surplus	 ini	 dikarenakan	 terjadinya	 perubahan	 drastis	 pada	
komponen	investasi	lainnya	yang	pada	kuartal	III-2013	mengalami	defisit	
berubah	 menjadi	 surplus	 pada	 kuartal	 berikutnya.	 Adapun	 investasi	
langsung	dan	portofolio	mengalami	penurunan	meskipun	tetap	mengalami	
surplus.
Nilai	investasi	langsung	dan	portofolio	menurun	pada	kuartal-IV	2013.	
Penurunan	terbesar	terjadi	pada	investasi	langsung,	dari	USD	5,7	miliar	di	
kuartal	III-2013	menjadi	USD	1,6	miliar	pada	kuartal	IV-2013.	Sedangkan	
investasi	portofolio	hanya	turun	sedikit	dari	USD	1,9	miliar	menjadi	USD	1,8	
miliar.	 Secara	 persentase	 nilai	 investasi	 langsung	 dan	 portofolio	 turun	
Gambar	19:		Pergerakan	IHSG	dan	Indeks	Imbal	Hasil	SUN	Tenor	10	
Tahun,	Februari	2011-	Februari	2014	(dalam	%)
IHSG	terus	menguat	sejak	Desember	hingga	Februari;	yield	SUN	turun	di	
akhir	Februari	2014
Sumber:	IDX,	CEIC,	dan	Bloomberg	(2014)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
IHSG,	LHS Yield	SUN	10	Tahun	(%),	RHS
25
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook
sebesar	71,9%	dan	9,6%	pada	periode	tersebut.	Penurunan	nilai	investasi	
langsung	dikarenakan	defisit	direct	investment	abroad	naik	menjadi	USD	2,5	
miliar	pada	kuartal	IV-2013,	kuartal	sebelumnya	hanya	defisit	sebesar	USD	
87	 juta.	 Selain	 itu	 surplus	 foreign	 direct	 investment	 di	 Indonesia	 juga	
menurun	sebesar	USD	1,7	miliar	dari	kuartal	sebelumnya.	
Nilai	investasi	lainnya	meningkat	pesat	di	kuartal	IV-2013.	Pada	kuartal	
III-2013	nilai	investasi	lainnya	mengalami	defisit	USD	2	miliar.	Kemudian	
nilainya	 melonjak	 menjadi	 surplus	 USD	 5,9	 miliar	 di	 kuartal	 berikutnya.	
Peningkatan	 pesat	 surplus	 investasi	 lainnya	 berdasarkan	 data	 dari	 Bank	
Indonesia	disebabkan	oleh	penarikan	simpanan	bank	di	luar	negeri	dari	sisi	
aset	serta	terjadinya	surplus	neto	pada	kewajiban	sektor	swasta.
Dibandingkan	dengan	kuartal-IV	tahun	2012,	kinerja	transaksi	modal	
dan	 finansial	 mengalami	 penurunan.	 Hal	 ini	 ditunjukkan	 nilai	 surplus	
yang	lebih	tinggi	pada	kuartal	IV-2012	yaitu	sebesar	USD	12	miliar	daripada	
kuartal	 IV-2013	 yang	 hanya	 sebesar	 USD	 9,2	 miliar.	 Secara	 year-on-year,	
surplus	transaksi	modal	dan	finansial	turun	sebesar	23,1	%.
Kinerja	neraca	pembayaran	pada	kuartal	IV-2013	membaik	kembali.	
Hal	 ini	 ditunjukkan	 dengan	 posisi	 neraca	 pembayaran	 yang	 mengalami	
Gambar	20:	Neraca	Transaksi	Modal	dan	Finansial,	2010:Q1-2013:Q4	
(USD	miliar)
Surplus	transaksi	modal	dan	finansial	meningkat
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
-15
-10
-5
0
5
10
15
2010:Q1 2010:Q4 2011:Q3 2012:Q2 2013:Q1 2013:Q4
Investasi	Langsung Investasi	Portofolio
Investasi	Lainnya Transaksi	Modal	dan	Finansial
Transaksi	Berjalan
26
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
surplus	USD	4,4	miliar	pada	kuartal	IV-2013.	Sebaliknya	pada	kuartal	III-
2013,	neraca	pembayaran	Indonesia	defisit	USD	2,6	miliar.	Perbaikan	neraca	
pembayaran	terjadi	karena	surplus	transaksi	modal	dan	finansial	membesar	
sementara	defisit	transaksi	berjalan	mengecil.
Dibandingkan	 dengan	 kuartal	 IV-2012,	 Kinerja	 neraca	 pembayaran	
sedikit	lebih	baik.	Pada	kuartal	IV-2012	neraca	pembayaran	mengalami	
surplus	sebesar	USD	3,2	miliar.	Kemudian	pada	tahun	2013	kuartal	yang	
sama,	surplus	neraca	pembayaran	meningkat	menjadi	USD	4,4	miliar.	Secara	
year-on-year,	surplus	neraca	pembayaran	tumbuh	sebesar	36,8%.	
Gambar	21:	Neraca	Pembayaran	2010:Q1-2013:Q4	(USD	miliar)
Neraca	pembayaran	surplus	pada	kuartal	IV-2013
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
-15
-10
-5
0
5
10
15
2010:Q1 2010:Q4 2011:Q3 2012:Q2 2013:Q1 2013:Q4
Transaksi	Berjalan Transaksi	Modal	dan	Finansial
Selisih	Perhitungan Neraca	Pembayaran
27
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook
C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI
1.	 GAMA	Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI)
Leading	Economic	Indicator	merupakan	salah	satu	model	early	warning	
system	untuk	memprediksi	arah	siklus	ekonomi	di	masa	depan.	GAMA	
Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI)	merupakan	model	peramalan	yang	
dikembangkan	oleh	Tim	Macroeconomic	Dashboard	FEB	UGM.	Titik	balik	
serta	kenaikan/penurunan	garis	pada	model	GAMA	LEI	diharapkan	mampu	
memprediksi	siklus	pergerakan	perekonomian	Indonesia	dalam	beberapa	
waktu	ke	depan.	GAMA	LEI	dibentuk	berdasarkan	uji	kuantitatif	dan	kualitatif	
untuk	menghasilkan	peramalan	terbaik.
GAMA	LEI	mampu	meramalkan	siklus	perekonomian	(PDB)	Indonesia	
dengan	 cukup	 akurat	 pada	 beberapa	 waktu	 sebelumnya.	 Peramalan	
model	GAMA	LEI	mampu	memprediksi	arah	siklus	perekonomian	Indonesia	
selama	ini	dengan	baik.	Pada	saat	ini	GAMA	LEI	melihat	adanya	peningkatan	
kinerja	 pada	 beberapa	 indikator	 kunci	 perekonomian	 Indonesia	 yang	
menyebabkan	 perkembangan	 positif	 pergerakan	 siklus	 perekonomian	
-4
-2
0
2
4
6
8
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
-10
-5
0
5
10
15
20
Siklus	PDB	(LHS) GAMA	LEI	(RHS,	IDR	triliun)
Growth	YoY	(RHS,	%) Growth	Q	to	Q	(RHS,	%)
Gambar	22:	GAMA	Leading	Economic	Indicator	
GAMA	LEI	memprediksi	kecenderungan	penurunan	siklus	perekonomian	
Indonesia
28
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
(PDB).	 Dalam	 edisi	 ini,	 GAMA	 LEI	 memprediksi	 siklus	 perekonomian	
Indonesia	dalam	menghadapi	tahun	politik	2014.
GAMA	LEI	disusun	dari	berbagai	macam	indikator	yang	telah	melewati	
uji	statistik	secara	ketat.	Adanya	peningkatan	kinerja	pada	variabel	seperti	
ekspor	ke	dua	wilayah	ekonomi	(China	dan	Eropa)	dan	cadangan	devisa	dari	
sisi	ekonomi	makro	serta	market	capitalization	dan	IHSG	dari	pasar	modal	
cukup	berpengaruh	pada	kondisi	perekonomian.	Meskipun	demikian,	patut	
dicatat	bahwa	beberapa	indikator	ekonomi	makro	lainnya	dapat	berubah	
dengan	cepat	dalam	beberapa	waktu	ke	depan.		
Adanya	keberagaman	pola	pada	pertumbuhan	ekonomi	Indonesia	serta	
proyeksi	siklus	perekonomian	dalam	model	GAMA	LEI	menghasilkan	
peramalan	yang	komprehensif.	Peramalan	siklus	bisnis	menekankan	pada	
pergerakan	 siklus	 perekonomian	 apakah	 berada	 pada	 fase	 ekspansi	 atau	
kontraksi	dalam	beberapa	waktu	ke	depan.	Siklus	GAMA	LEI	2013:Q4	berada	
pada	fase	ekspansi	(pada	kondisi	di	atas	nol)	meskipun	mempunyai	arah	
menurun.	 Sebagai	 contoh:	 pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 di	 2013:Q4	
secara	year-on-year	tercatat	meningkat,	namun	siklus	PDB	yang	dihasilkan	
dalam	 model	 tersebut	 mengalami	 pergerakan	 menurun	 walaupun	 masih	
dalam	fase	ekspansi.
GAMA	 LEI	 pada	 edisi	 ke-5	 ini	 memprediksi	 masih	 terdapat	
kecenderungan	 penurunan	 siklus	 perekonomian	 (PDB)	 Indonesia.	
Meskipun	 demikian,	 dilihat	 dari	 pergerakan	 dan	 pola	 perekonomian	 baik	
year-on-year	maupun	quarter-to-quarter	keduanya	mengindikasikan	adanya	
kenaikan	tipis	pada	pertumbuhan	ekonomi	di	2014:Q1.	Jika	pemerintah	tidak	
menjaga	pertumbuhan	ekonomi	yang	telah	tercatat	meningkat	secara	year-
on-year	 di	 2013:Q4,	 maka	 momentum	 perbaikan	 ekonomi	 tersebut	 akan	
terlewatkan.
2.	 Konsensus	Proyeksi	Indikator	Makroekonomi
Hasil	 konsensus	 menunjukkan	 nilai	 ketiga	 indikator	 makro	 utama	
Indonesia	 yaitu	 pertumbuhan	 ekonomi,	 inflasi,	 dan	 nilai	 tukar	
bergerak	 membaik	 dari	 tahun	 2014	 ke	 2015.	 Konsensus	 diperoleh	
29
GAMA LEI dan Konsensus Proyeksi Ekonomi
Indonesian Economic Review and Outlook
berdasarkan	 survei	 yang	 dilakukan	 oleh	 tim	 Macroeconomic	 Dashboard	
dengan	 responden	 dosen	 dan	 peneliti	 di	 Fakultas	 Ekonomika	 dan	 Bisnis	
UGM.
Secara	 umum,	 pada	 tahun	 2014	 pertumbuhan	 PDB	 riil	 tidak	 jauh	
berbeda	dengan	tahun	2013.	PDB	riil	(y-o-y)	diprediksi	tumbuh	sebesar	
5,85%	±	0,14%	 	pada	kuartal	I-2014	dan	5,86%	±	0,14%	pada	kuartal	II-
2014.	Adapun	secara	tahunan,	prediksi	pertumbuhan	PDB	riil	2014	dan	2015	
masing-masing	sebesar	5,91%	±	0,14%	dan	6,3%	±	0,3%	.
Nilai	tukar	rupiah	diprediksi	mulai	membaik	dan	stabil	pada	tahun	
2014.	Pada	kuartal	I-2014	nilai	tukar	rupiah	diperkirakan	sebesar	IDR/USD	
11.680	 ±	 IDR/USD	 363.	 Di	 kuartal	 berikutnya,	 nilai	 tukar	 rupiah	 sedikit	
menguat	menjadi	IDR/USD	11.510	±	IDR/USD	404.	Secara	tahunan,	nilai	
tukar	rupiah	tahun	2014	sebesar	IDR/USD	11.550	±	IDR/USD	447	dan	tahun	
2015	menguat	menjadi	sebesar	IDR/USD	11.130	±	IDR/USD	589.
Inflasi	 Indonesia	 tahun	 2014-2015	 diprediksi	 berada	 di	 atas	 lima	
persen.	Tahun	2014,	hasil	prediksi	inflasi	Indonesia	adalah	sebesar	5,58%	±	
3,19%.	 Tahun	 2015	 nilainya	 menurun	 sedikit	 menjadi	 5,22%	 ±	 3,17%.	
Sementara	itu	secara	kuartalan,	inflasi	di	Indonesia	pada	kuartal	I-2014	dan	
II-2014	masing-masing	sebesar	4,33%	±	3,46%	dan	4,25%	±	3,26%.
Kuartal-I	2014 Kuartal-II	2014 Tahun	2014 Tahun	2015
Pertumbuhan 5,85 5,86 5,91 6,3
Rentang	± 0,14 0,14 0,14 0,3
Tabel	4:	Estimasi	Pertumbuhan	PDB	Riil	(y-o-y,	dalam	%)
Kuartal-I	2014 Kuartal-II	2014 Tahun	2014 Tahun	2015
Nilai	Tukar 11.680 11.510 11.550 11.130
Rentang	± 363 404 447 589
Tabel	5:	Estimasi	Inflasi	(y-o-y,	dalam	%)
Tabel	6:	Estimasi	Nilai	Tukar	Rupiah	(IDR/USD)
Kuartal-I	2014 Kuartal-II	2014 Tahun	2014 Tahun	2015
Inflasi 4,33 4,25 5,58 5,22
Rentang	± 3,46 3,26 3,19 3,17
Sumber:	Data	Primer,	diolah	(2014)
Sumber:	Data	Primer,	diolah	(2014)
Sumber:	Data	Primer,	diolah	(2014)
30
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
D. ASEAN: Meraih Potensi Perekonomian
Optimum di Tengah Instabilitas
Global dan Regional
Secara	 umum	 dengan	 berakhirnya	 tahun	 2013,	 perekonomian	
kawasan	negara-negara	anggota	ASEAN	(Association	of	South	East	Asian	
Nations)	 mencatatkan	 pertumbuhan	 ekonomi	 yang	 relatif	 masih	
lambat	 dan	 belum	 memenuhi	 potensi	 perekonomian	 yang	 dimiliki.	
Perekonomian	kawasan	yang	masih	belum	optimal	ini	terutama	didorong	
oleh	 capaian	 perekonomian	 Indonesia	 dan	 Thailand,	 dua	 negara	 yang	
memiliki	andil	perekonomian	yang	besar	di	kawasan	yang	tercatat	masih	
lebih	rendah	pada	tahun	2013	dibandingkan	dengan	capaian	yang	diperoleh	
pada	tahun	2012	lalu.	Berdasarkan	pertumbuhan	year-on-year,	pada	tahun	
2013	 ini	 secara	 berturut-turut	 Indonesia	 dan	 Thailand	 mencatatkan	
pertumbuhan	perekonomian	sebesar	5,8%	dan	2,9%	lebih	rendah	daripada	
capaian	perekonomian	pada	tahun	2012	yang	secara	berturut-turut	tercatat	
6,2%	dan	6,4%.	Situasi	ini	cukup	meresahkan	mengingat	sebagai	salah	satu	
mesin	 pertumbuhan	 ekonomi	 Asia,	 ASEAN	 hanya	 mampu	 mencatatkan	
rerata	pertumbuhan	perekonomian	sebesar	5%	dalam	satu	dekade	terakhir	
yang	 masih	 sangat	 rendah	 dibandingkan	 potensi	 perekonomian	 yang	
dimiliki	 di	 tengah	 tantangan	 perekonomian	 untuk	 memasuki	 komitmen	
bersama	terkait	ASEAN	Economic	Community	2015	yang	akan	datang.
Potensi	pertumbuhan	ekonomi	kawasan	mendapatkan	tantangan	baik	
dari	sisi	internal	maupun	dari	sisi	eksternal.	Selain	dikarenakan	situasi	
global	yang	masih	belum	kembali	normal,	stabilitas	politik	yang	relatif	masih	
rapuh	di	kawasan	adalah	tantangan	terkini	yang	dihadapi	negara-negara	di	
ASEAN,	seperti	yang	saat	ini	sedang	dialami	oleh	Thailand	dan	Myanmar	atau	
bahkan	hingga	dinamika	terkini	menghangatnya	hubungan	antara	Singapura	
dan	Indonesia.	Bahkan	selain	situasi	lingkungan	eksternal,	tantangan	secara	
internal	juga	dihadapi	oleh	pemerintah	negara	ASEAN	yang	dituntut	untuk	
mampu	 mengambil	 kesempatan	 perekonomian	 di	 tengah	 kecenderungan	
pergeseran	 struktur	 perekonomian	 di	 kawasan.	 Menurut	 publikasi	 yang	
dirilis	oleh	Sekretariat	ASEAN	pada	Oktober	2013,	dinyatakan	bahwa	telah	
nampak	adanya	pergeseran	struktur	ekonomi	yang	mencolok	di	kawasan	
ASEAN	 terutama	 dikaitkan	 dengan	 semakin	 berkurangnya	 sumbangan	
31
Indonesian Economic Review and Outlook
sektor	pertanian	pada	perekonomian	kawasan	dan	semakin	berkembangnya	
sektor	perekonomian	yang	berbasis	jasa.	Hal	ini	dapat	terjadi	selain	dengan	
mulai	 tumbuhnya	 kota-kota	 besar	 berskala	 metropolitan	 dengan	 layanan	
jasa	keuangan	yang	semakin	berkembang	di	kawasan,	perkembangan	juga	
dialami	pada	tingkatan	negara	seperti	Filipina	yang	telah	menjadi	negara	
yang	 akan	 menggantikan	 dominasi	 India	 secara	 global	 dalam	 hal	 tingkat	
pengiriman	tenaga	kerja	ke	luar	negeri.
Pemerintah	 negara	 anggota	 ASEAN	 selain	 itu	 masih	 menemui	
tantangan	untuk	mampu	menciptakan	lapangan	kerja	yang	cukup	bagi	
pertumbuhan	jumlah	tenaga	kerja	dan	penduduk	akibat	demographic	
boom	 serta	 kemampuan	 untuk	 menyediakan	 infrastruktur	 yang	
memadai	 guna	 mendorong	 produktivitas	 perekonomian.	 Sebagai	
contoh,	Filipina,	Malaysia	Vietnam,	Indonesia,	Myanmar	dan	Kamboja	adalah	
negara-negara	 yang	 saat	 ini	 sedang	 mengalami	 tingkat	 pertumbuhan	
penduduk	usia	aktif	tinggi	sementara	tingkat	dependency	ratio	yang	memiliki	
kecenderungan	 untuk	 terus	 menurun,	 sehingga	 berpotensi	 untuk	
mendukung	 perekonomiannya.	 Modal	 perekonomian	 ini	 apabila	 tidak	
mampu	dikelola	secara	seksama	oleh	pemerintahan	di	negara	ASEAN	hanya	
akan	 menjadi	 salah	 satu	 penyebab	 tambahan	 untuk	 mendorong	 semakin	
mundurnya	perekonomian	kawasan.
Tabel	4:	Pertumbuhan	GDP	Negara	ASEAN,	1998–2013
(y-o-y,	%)
Filipina	dan	negara	CLMV	adalah	pendorong	utama	pertumbuhan	ekonomi	
kawasan
5³ ³ ² -5³ ³ ³ 2000-2007 2008-2009
Krisis	Asia Masa	tenang Krisis	global
Brunei	Darussalam 1,25 2,24 -1,85 2,6 2,2 1,6 1
Kamboja 8,5 9,93 3,4 6,1 7,1 7,2 7,2
Indonesia -6,15 5,04 5,3 6,2 6,5 6,2 5,8
Laos 4,25 6,75 7,65 8,1 8 8,1 8
Malaysia -0,65 5,5 1,65 7,1 5,1 5,6 6,8
Myanmar 8,35 12,88 4,35 5,3 5,4 6,3 6,5
Filipina 1,25 4,89 2,65 7,6 3,9 6,5 7,2
Singapura 2,05 6,36 0,5 14,8 5,1 1,2 3,7
Thailand -3,05 5,05 0,1 7,8 -0,1 6,4 2,9
Viet	Nam 5,3 7,64 5,8 6,8 5,9 5 5,4
ASEAN -1,9 5,56 3,85 8,3 4,9 5,2 5,1
Negara 2010 2011 2012 2013
Catatan:	rata-rata	pertumbuhan	untuk	periode	1998-1999,	2000-2007,	dan	2008-2009
Sumber:	IMF	dan	CEIC	(2014)
32
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Filipina	 adalah	 negara	 di	 kawasan	 ASEAN	 dengan	 tingkat	 capaian	
ekonomi	 sepanjang	 tahun	 2013	 cukup	 menakjubkan	 dengan	
mencatatkan	 pertumbuhan	 ekonomi	 hingga	 7,2%	 pada	 akhir	 tahun	
2013.	Capaian	ini	tidak	hanya	tinggi	di	kawasan	ASEAN,	tetapi	juga	salah	satu	
negara	 dengan	 capaian	 pertumbuhan	 ekonomi	 tertinggi	 di	 Asia	 secara	
keseluruhan.	 Perekonomian	 Filipina	 yang	 berkembang	 sangat	 pesat	 ini,	
selain	didorong	dengan	tercapainya	Investment	Grade	oleh	Moody's	pada	
tahun	2013	ini,	juga	dikarenakan	proporsi	investasi	swasta	dan	pengeluaran	
pemerintah	 yang	 tinggi	 pada	 struktur	 pertumbuhan	 ekonominya	
dibandingkan	dengan	negara	lainnya	di	kawasan,	selain	rendahnya	tingkat	
perekonomian	 negara	 ini	 pada	 aktivitas	 ekspor	 dan	 impor,	 sehingga	
meminimalisir	 dampak	 instabilitas	 perekonomian	 global	 pada	
perekonomian	nasionalnya.
Capaian	pertumbuhan	ekonomi	di	kawasan	ASEAN	juga	didorong	oleh	
tingkat	 pertumbuhan	 negara-negara	 CLMV	 (Kamboja,	 Lao	 PDR,	
Myanmar,	 Viet	 Nam).	 Negara	 anggota	 CLMV	 ini	 bahkan	 memperoleh	
capaian	 pertumbuhan	 ekonomi	 lebih	 tinggi	 dari	 negara-negara	 anggota	
Gambar	23:	Indeks	Harga	Konsumen	(IHK)	Negara	ASEAN,	2011	–	2014*	
(y-o-y,	%)
Tingkat	inflasi	yang	masih	tinggi	masih	menjadi	ancaman	ekonomi	
kawasan
44
46
48
4⁰
4²
54
56
58
5⁰
5²
64
6455 6456 6457 Jan©58	(YoY)
Brunei	Darussalam
Cambodia
Lao	PDR
Malaysia
Myanmar
The	Philippines
Singapore
Thailand
Viet	Nam
Indonesia
*=	Data	untuk	Brunei	Darussalam,	Cambodia,	Myanmar	adalah	posisi	per-Desember	2013	(y-o-y).	Data	
untuk	Indonesia,	Lao	PDR.	Malaysia,	The	Philippines,	Singapore,	Thailand,	Viet	Nam	adalah	posisi	per-
Januari	2014	(y-o-y)	
Sumber:	Bloomberg	(2014)	
33
ASEAN
Indonesian Economic Review and Outlook
ASEAN+6	 (enam	 negara	 anggota	 awal	 ASEAN)	 yang	 dianggap	 memiliki	
sistem	perekonomian	yang	lebih	modern.	Sepanjang	tahun	2013	ini,	negara-
negara	CLMV	secara	rata-rata	mampu	mencatatkan	pertumbuhan	ekonomi	
sebesar	 6,8%,	 lebih	 tinggi	 dari	 rerata	 capaian	 negara	 ASEAN+6	 (Brunei	
Darussalam,	Indonesia,	Malaysia,	Filipina,	Singapura,	Thailand)	yang	hanya	
mampu	mencapai	tingkat	pertumbuhan	sebesar	4,57%.	Hal	ini	diperkirakan	
selain	karena	potensi	kapasitas	perekonomian	yang	masih	sangat	luas	bagi	
negara-negara	anggota	CLMV	dengan	stabilitas	politik	yang	relatif	stabil	juga	
sangat	didorong	dengan	komitmen	pemerintah	nasional	yang	tinggi	pada	
upaya	pembangunan	fasilitas	dan	jejaring	infrastruktur	seiring	mendukung	
komitmen	kawasan	pada	Master	Plan	on	ASEAN	Connectivity	2015.
Tingkat	inflasi	yang	masih	relatif	tinggi	di	ASEAN	adalah	salah	
satu	 penyebab	 utama	 yang	 menyebabkan	 hambatan	 bagi	
perekonomian	 untuk	 mencapai	 tingkat	 pertumbuhan	 yang	
optimal	 dan	 tingkat	 perbaikan	 kesejahteraan	 yang	 signifikan.	
Sepanjang	 tahun	 2013,	 Indonesia	 tercatat	 sebagai	 negara	 dengan	
tingkat	inflasi	tertinggi	di	kawasan	yang	menyebabkannya	berada	di	
dalam	kelompok	negara-negara	yang	mencatat	tingkat	inflasi	yang	
tinggi	seperti	Lao	PDR	dan	Vietnam.	Berbeda	dengan	negara-negara	
lain	di	kawasan	yang	relatif	sukses	menekan	laju	inflasi	pada	kisaran	
Tabel	5:	Pertumbuhan	Indeks	Pasar	Saham	Negara	ASEAN,	2009	–	2014	
(y-o-y,	%)
Pasar	saham	di	ASEAN	menunjukkan	capaian	yang	beragam
Negara 2009 2010 2011 2012 2013 6²-Feb-58
Brunei	Darussalam
Kamboja -17,74 -1,57
Indonesia 87,9 46,9 3 13,3 0,25 6,77
Laos 35,1 3,86 3,09
Malaysia 45 19,5 0,8 10,3 10,54 -1,68
Myanmar
Filipina 60,3 55,7 1,9 21,1 62,3 7,36
Singapura 64,5 10,1 -17,1 19,7 0,24 -2,01
Thailand 66,1 39,2 -0,9 35,9 -11,58 7,68
Viet	Nam 56,6 -2,8 -20,9 7,7 23,06 16,25
Tidak	memiliki	pasar	saham
Tidak	memiliki	pasar	saham
Tidak	memiliki	pasar	saham
Tidak	memiliki	pasar	saham
Catatan:	Data	tersaji	pada	posisi	28	Februari	2014	adalah	pertumbuhan	berbasis	Year-to-Date	
Sumber:	Bloomberg	(2014)
34
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
dibawah	3%,	pemerintah	Indonesia,	Lao	PDR	dan	Vietnam	terbukti	
belum	 mampu	 menekan	 laju	 inflasi	 di	 dalam	 sistem	
perekonomiannya.
Pada	 perkembangan	 terkini	 melalui	 rilis	 tingkat	 inflasi	 pada	 bulan	
Januari	2014	yang	lalu,	bahkan	Indonesia	tetap	menjadi	negara	dengan	
tingkat	inflasi	year-on-year	tertinggi	di	kawasan.	Indonesia	memperoleh	
capaian	IHK	yang	tercatat	8,22%	berbeda	signifikan	dengan	pencatat	inflasi	
tertinggi	berikutnya	yaitu	Lao	PDR	(5,99%)	dan	Viet	Nam	(5,45%).	Tekanan	
inflasi	pada	perekonomian	kawasan	ini	hendaknya	menjadi	perhatian	yang	
serius	 oleh	 negara-negara	 anggota	 ASEAN	 karena	 hal	 ini	 akan	 sangat	
mempengaruhi	kesiapan	mereka	secara	kolektif	untuk	menyongsong	ASEAN	
Economic	Community	2015.
Negara-negara	anggota	ASEAN	memiliki	potensi	tumbuh	lebih	tinggi	
dengan	fenomena	demographic	boom	yang	terjadi.	Pertumbuhan	jumlah	
penduduk	 usia	 kerja	 produktif	 yang	 signifikan	 diiringi	 dengan	 tingkat	
kesejahteraan	yang	relatif	lebih	baik	akan	memacu	terjadinya	pertumbuhan	
tingkat	 konsumsi	 industri	 dan	 rumah	 tangga	 yang	 meningkat.	 Namun	
sayangnya,	mayoritas	pertumbuhan	tingkat	konsumsi	itu	masih	didominasi	
oleh	 barang-barang	 impor	 yang	 tidak	 saja	 akan	 mempengaruhi	
keseimbangan	 nilai	 tukar	 tapi	 juga	 berpotensi	 mendorong	 membesarnya	
potensi	terjadinya	imported	inflation.
Perkembangan	pasar	saham	di	kawasan	negara	ASEAN	menunjukkan	
capaian	 yang	 beragam.	 Sebagian	 negara	 sepanjang	 tahun	 2013	
mencatatkan	penurunan	yang	tajam	sebagaimana	yang	dicatat	oleh	Kamboja	
(-17,74%)	dan	Thailand	(-11,58%),	sebagian	mengalami	pertumbuhan	yang	
tajam	 sebagaimana	 yang	 dicatat	 oleh	 Filipina	 (62,30%)	 dan	 Viet	 Nam	
(23,06%),	 sementara	 sebagian	 negara	 lainnya	 mengalami	 mencatatkan	
pertumbuhan	 dengan	 tingkat	 yang	 sangat	 tipis	 seperti	 yang	 dialami	
Indonesia,	Lao	PDR	dan	Singapura.	
Pertumbuhan	 pasar	 saham	 menunjukkan	 optimisme	 pelaku	 pasar	
pada	perekonomian	ASEAN	namun	hal	itu	juga	diiringi	dengan	potensi	
kerapuhan	sistem	keuangan	kawasan.	Melimpahnya	dana	asing	masuk	
yang	 dikategorikan	 sebagai	 hot	 money	 memicu	 potensi	 penarikan	 dana	
secara	 tiba-tiba	 yang	 pada	 akhirnya	 dapat	 menggerus	 kestabilan	 sistem	
35
ASEAN
Indonesian Economic Review and Outlook
keuangan	negara	di	kawasan	yang	saat	ini	sedang	mengalami	momentum	
pertumbuhan.	 Ancaman	 terhadap	 kestabilan	 sistem	 keuangan	 negara-
negara	 anggota	 ASEAN	 secara	 umum	 juga	 datang	 dari	 kecenderungan	
peningkatan	 pada	 utang	 sektor	 perumahan	 akibat	 kecenderungan	
peningkatan	 tingkat	 konsumsi	 masyarakat	 terutama	 golongan	 menengah	
pada	 konsumsi	 benda-benda	 yang	 bersifat	 komplementer	 dan	 mewah.	
Melimpahnya	dana	asing	masuk	di	kawasan	ASEAN	sepanjang	tahun	2013	ini	
ditunjukkan	dengan	dana	masuk	hingga	sebesar	USD	144	miliar,	tidak	terlalu	
jauh	 dibandingkan	 dengan	 negara	 sebesar	 Cina	 yang	 mencatatkan	 dana	
masuk	hingga	sebesar	USD	121	miliar.
Beberapa	 pengamat	 investasi	 dan	 pelaku	 pasar	 menyatakan	 bahwa	
mereka	 masih	 cukup	 optimis	 bahwa	 dana	 asing	 yang	 masuk	 ke	
kawasan	ASEAN	ini	tidak	akan	segera	berpindah	dalam	waktu	dekat.	
Hal	itu	dikarenakan	para	investor	masih	belum	menemukan	tempat	lain	yang	
aman	 dan	 nyaman	 sebagai	 alternatif	 menarik	 untuk	 lokasi	 pemindahan	
dana-dana	tersebut	dalam	situasi	perekonomian	global	seperti	saat	ini.	Para	
pengamat	tersebut	juga	percaya	bahwa	walaupun	hot	money	tersebut	terjadi	
penarikan	dana	yang	massal	dan	tiba-tiba,	dampaknya	tidak	akan	terlalu	
berat	 sebagaimana	 yang	 dialami	 pada	 saat	 Krisis	 Keuangan	 Asia	 1998	
terdahulu	 dikarenakan	 berdasarkan	 pengalaman	 itu	 sistem	 keuangan	 di	
Tabel	6:	Nilai	Tukar	Mata	Uang	ASEAN	Terhadap	USD,	2009	–	2014
(y-o-y,	%)
Pada	 tahun	 2013,	 seluruh	 nilai	 tukar	 mata	 uang	 di	 kawasan	 melemah	
terhadap	USD
Negara 2009 2010 2011 2012 2013 6²-Feb-58
Brunei	Darussalam 4,17 7,97 0 4,72 -2,48 -0,8
Kamboja -2,21 0,81 0,3 1,76 -0,33 0,25
Indonesia 14 5,79 0,36 -8,72 -26,92 4,51
Laos -0,05 3,53 0,56 1,77 -2,07 0,12
Malaysia 0,59 9,17 -3,26 4,42 -8,58 0,3
Myanmar 0,32 0,16 0,48 -13360* -14,93 0,45
Filipina 1,44 5,73 0,09 7,05 -9,03 -0,54
Singapura 3,45 8,57 -0,78 5,43 -3,28 0
Thailand 4,52 9,32 -6,26 4,25 -7,96 0,79
Viet	Nam 6,7 -5,71 -7,97 2,05 -2,36 0,02
*=	Pada	tahun	2012	Myanmar	mengalami	penyesuaian	nilai	mata	uang
Catatan:	Data	tersaji	pada	posisi	28	Februari	2014	adalah	pertumbuhab	berbasis	Year-to-Date	
Sumber:	Bloomberg	(2014)
36
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
ASEAN	sudah	lebih	diregulasi	dengan	lebih	baik	dan	dengan	posisi	cadangan	
devisa	yang	juga	lebih	memadai	untuk	menghadapi	kemungkinan	terjadinya	
potensi	kejatuhan	mata	uang	dengan	drastis.
Neraca	perdagangan	di	kawasan	ASEAN	saat	ini	mengalami	tekanan	
dari	berbagai	arah.	Seiring	dengan	dampak	resesi	perekonomian	yang	di	
negara-negara	 belahan	 Barat	 yang	 masih	 dirasakan	 hingga	 saat	 ini	 dan	
diikuti	 dengan	 perlambatan	 pertumbuhan	 perekonomian	 Cina	 dalam	
beberapa	 tahun	 terakhir	 menyebabkan	 negara-negara	 di	 kawasan	 Asia	
Tenggara	mencatatkan	penurunan	dalam	tingkat	ekspor	maupun	penurunan	
nilai	produk-produk	ekspor	akibat	menurunnya	tingkat	permintaan	global.	
Bahkan	perdagangan	antara	negara	Selatan-Selatan	yang	biasanya	menjadi	
penyangga	bagi	kawasan	dalam	mengkompensasi	penurunan	permintaan	
dari	negara-negara	maju	ternyata	belum	mampu	menyelamatkan,	mengingat	
adanya	 kecenderungan	 “pendinginan”	 ekonomi	 di	 Brasil	 sebagai	 negara	
besar	di	kawasan	Selatan	maupun	pada	negara-negara	berkembang	lainnya	
yang	juga	sedang	mengalami	permasalahan	perekonomiannya	sendiri.
Penurunan	 pada	 tingkat	 keseimbangan	 neraca	 perdagangan	 di	
kawasan	pada	kelanjutannya	berdampak	pada	melemahnya	seluruh	
nilai	 tukar	 mata	 uang	 negara-negara	 anggota	 di	 kawasan	 terhadap	
Dolar	Amerika	Serikat	(USD).	Potensi	tertekannya	nilai	tukar	negara	di	
kawasan	 ini	 akan	 berpotensi	 untuk	 terus	 terjadi	 dikarenakan	 adanya	
rencana	The	Fed	untuk	melakukan	program	pengurangan	quantitative	easing	
(tapering	 off)	 yang	 berpotensi	 untuk	 menyebabkan	 terjadinya	 dampak	
instabilitas	 pada	 kerapuhan	 sektor	 pasar	 uang	 maupun	 pasar	 saham	 di	
kawasan.
Pertumbuhan	 secara	 tipis	 yang	 terjadi	 di	 pasar	 saham	 ASEAN	
sebagaimana	yang	telah	diulas	sebelumnya	ternyata	tidak	berbanding	
lurus	dengan	situasi	yang	tercatat	pada	pasar	uang.	Hal	itu	sebagaimana	
yang	diwujudkan	dalam	pertumbuhan	negatif	seluruh	nilai	tukar	mata	uang	
negara	 anggota	 di	 kawasan	 sepanjang	 tahun	 2013.	 Penurunan	 tersebut	
paling	 besar	 dialami	 oleh	 Indonesia	 “Rupiah”	 dengan	 depresiasi	 sebesar	
26,92%	dan	Myanmar	“Kyat”	yang	mengalami	depresiasi	sebesar	14,93%	
sebagai	 dua	 negara	 yang	 utama	 yang	 belum	 mampu	 mengendalikan	
penurunan	nilai	tukar	mata	uang	di	bawah	10%,	layaknya	yang	dialami	oleh	
negara-negara	lainnya	di	kawasan	selama	tahun	2013.
37
ASEAN
Indonesian Economic Review and Outlook
E. Isu Terkini
Pemilihan	 Umum	 Legislatif	 (Pileg)	 2014	 tinggal	 dalam	 hitungan	 hari.	
Berdasarkan	tahapan-tahapan	yang	telah	ditetapkan	oleh	Komisi	Pemilihan	
Umum	(KPU),	proses	pemungutan	suara	untuk	memilih	calon-calon	anggota	
DPD,	DPR	dan	DPRD	akan	dilaksanakan	pada	tanggal	9	April	2014.	Tercatat,	
di	samping	individu-individu	calon	anggota	DPD,	ada	12	partai	politik	yang	
bersaing	 memperebutkan	 kursi-kursi	 DPR	 dan	 DPRD,	 di	 mana	 11	 di	
antaranya	merupakan	partai	politik	lama	dan	satu	partai	merupakan	partai	
politik	baru.
Pertanyaannya,	seberapa	jauh	kita	bisa	berharap	bahwa	Pileg	2014	akan	
menghasilkan	wakil-wakil	rakyat	yang	lebih	baik?	Mungkinkah	Pileg	kali	ini	
akan	berbeda	dengan	pemilu-pemilu	legislatif	sebelumnya	dan	menjadi	awal	
bagi	sebuah	perubahan?
Bagi	 saya,	 pertanyaan-pertanyaan	 tersebut	 tidak	 mudah	 untuk	 dijawab.	
Bukan	 karena	 saya	 tak	 setuju	 dengan	 sebagian	 besar	 masyarakat	 yang	
kecewa	 dengan	 kinerja	 wakil-wakil	 rakyat	 hasil	 pemilu-pemilu	 legislatif	
sebelumnya.	 Begitu	 juga,	 bukan	 karena	 saya	 terlalu	 percaya	 bahwa	
perubahan	 mungkin	 akan	 terjadi	 hanya	 dengan	 bekal	 hitung-hitungan	
sederhana	jumlah	pemilih	muda	melek	informasi	yang	konon	mencapai	40	
juta.	Tetapi,	karena	menurut	saya	jawaban	untuk	pertanyaan-pertanyaan	di	
atas	bersifat	endogenous.
Seperti	 diajarkan	 para	 dosen	 kepada	 mahasiswa-mahasiswa	 baru	 yang	
menghadiri	 pertemuan	 pertama	 kuliah	 dengan	 topik	 “10	 Principles	 of	
Economics”,	 perilaku	 individu-individu	 dalam	 perekonomian	 bergantung	
antara	lain	pada	insentif.	Baik	atau	buruknya	kinerja	anggota	legislatif	hasil	
Pileg	2014	bukan	hanya	akan	ditentukan	oleh	preferensi	calon-calon	yang	
terpilih,	 tetapi	 juga	 rentetan	 rewards	 dan	 punishments	 dari	 masyarakat	
kepada	mereka,	sejak	awal	masa	pencalonan	hingga	akhir	masa	jabatan	lima	
tahun	ke	depan.
Pemilu	Legislatif	dan	Harapan	Perubahan
Akhmad	Akbar	Susamto
38
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Sayangnya,	 insentif	 yang	 diberikan	 masyarakat	 cenderung	 salah.	 Di	 awal	
masa	pencalonan,	masyarakat	sudah	menghukum	calon-calon	wakil	rakyat	
yang	sebenarnya	potensial	dan	memiliki	catatan	masa	lalu	yang	baik	dengan	
ungkapan-ungkapan	 sinis	 tentang	 perebutan	 kekuasaan,	 praktik-praktik	
politik	kotor	dan	korupsi.	Hanya	dalam	waktu	satu	detik	setelah	seseorang	
memutuskan	 terjun	 ke	 politik,	 semua	 catatan	 masa	 lalunya	 yang	 positif	
seakan	 luruh	 menjadi	 negatif:	 Independensi	 menjadi	 partisanship,	
obyektivitas	menjadi	subyektivitas	kelompok	dan	akal	sehat	menjadi	akal	
jahat.	Adverse	selection	pun	terjadi,	di	mana	individu-individu	yang	bersih	
enggan	 terjun	 ke	 politik,	 sementara	 individu-individu	 yang	 memang	 tak	
bersih	justru	dengan	bebas	masuk	ke	politik	mengingat	risiko	pengorbanan	
reputasi	yang	rendah.
Menjelang	 hari	 pemungutan	 suara,	 polarisasi	 muncul.	 Di	 satu	 sisi,	 ada	
sebagian	masyarakat	yang	memilih	untuk	menjadi	golput.	Mungkin	dengan	
alasan	 semua	 kandidat	 atau	 semua	 partai	 politik	 peserta	 pileg	 sama	
buruknya,	mungkin	juga	dengan	alasan	kecewa	pada	pelaksanaan	pileg	yang	
dianggap	tak	jujur	dan	tak	adil.	Di	sisi	lain,	ada	sebagian	masyarakat	yang	
mengikatkan	 pilihan	 pada	 kandidat	 atau	 partai	 politik	 tertentu	 tanpa	
memandang	apakah	kandidat	atau	partai	politik	yang	dipilihnya	bersih	atau	
tidak.	Masih	lumayan	jika	ikatan	tersebut	didasarkan	pada	alasan	ideologis.	
Tetapi,	 yang	 lebih	 jamak	 adalah	 ikatan	 yang	 didasarkan	 pada	 alasan	
pragmatis,	termasuk	janji-janji	pembagian	rente	dan	money	politics.	Dalam	
hal	ini,	yang	terjadi	bukan	semacam	corollary	Mancur	Olson	(1965),¹	tetapi	
ujian	dan	godaan	bagi	calon-calon	wakil	rakyat	yang	bersih.	Meyakinkan	
sebagian	 masyarakat	 yang	 kritis	 agar	 tak	 golput	 terasa	 sulit,	 sementara	
merebut	 hati	 sebagian	 masyarakat	 lain	 yang	 mendasarkan	 ikatan	 pada	
alasan	 pragmatis	 juga	 tak	 mudah.	 Pilihannya,	 ikut-ikutan	 pragmatis	
termasuk	 menebar	 janji-janji	 pembagian	 rente	 dan	 money	 politics	 atau	
terlempar	 dari	 persaingan	 mendulang	 suara.	 Terlebih	 sistem	 perwakilan	
dalam	lembaga	legislatif	kita	lebih	mengarah	pada	representasi	proporsional	
daripada	representasi	pluralitas	sehingga	suara-suara	untuk	kandidat	atau	
partai	politik	minor	pun	tetap	berarti.
¹	 Mancur	 Olson	 menyebut	 pemungutan	 suara	 sebagai	 barang	 publik.	 Seseorang	 dapat	 tetap	
mendapatkan	manfaat	dari	hasil	pemungutan	suara	meskipun	tidak	ikut	memilih.	Hanya	saja,	
sebagai	 konsekuensi	 (corollary),	 akan	 ada	 kelompok-kelompok	 kepentingan	 khusus	 yang	
terorganisasi	dengan	baik	yang	akan	mempunyai	pengaruh	lebih	besar	dalam	pengambilan	
keputusan	politik.	Lihat	Mancur	Olson	(1965),	The	Logic	of	Collective	Action:	Public	Goods	and	
the	Theory	of	Groups,	Cambridge,	MA,	Harvard	University	Press.
39
Isu Terkini
Indonesian Economic Review and Outlook
Setelah	 pelantikan,	 penilaian	 masyarakat	 atas	 kinerja	 anggota-anggota	
legislatif	pada	umumnya	overgeneralized.	Bagi	sebagian	besar	masyarakat,	
apapun	 yang	 dilakukan	 dan	 diupayakan	 wakil-wakil	 rakyat	 di	 parlemen	
terlihat	buruk.	Tidak	ada	perbedaan	antara	anggota-anggota	legislatif	yang	
bersih,	yang	kurang	bersih	dan	yang	busuk.	Tidak	ada	perbedaan	antara	satu	
urusan	dengan	urusan	lain,	antara	satu	kebijakan	dengan	kebijakan	yang	
lain.	“Pokoknya	semua	buruk.”	Kesalahan	insentif	pun	terjadi,	di	mana	wakil-
wakil	rakyat	yang	bersih	dan	berkinerja	baik	tak	mendapatkan	rewards,	dan	
sebaliknya	 justru	 mendapatkan	 punishments	 dengan	 cara	 diperlakukan	
sama	seperti	wakil-wakil	rakyat	yang	tidak	bersih	dan	berkinerja	buruk.
Insentif	kepada	wakil-wakil	rakyat	bisa	salah	terutama	karena	berjangkitnya	
rational	 apathy	 dan	 rational	 ignorance.	 Rational	 apathy	 mencerminkan	
kecenderungan	untuk	mengabaikan	persoalan	dan	pasrah	di	tengah	keadaan	
yang	 sulit	 untuk	 diubah.	 Sementara,	 rational	 ignorance	 mencerminkan	
kecenderungan	untuk	tak	mau	tahu,	dalam	arti	belum	tahu	dan	tak	ingin	
mencari	tahu	(Down,	1957).²
Insentif	 kepada	 wakil-wakil	 rakyat	 hanya	 bisa	 ditata	 ulang	 bila	 kita	 dari	
sekarang	 mau	 “berkorban”	 dengan	 sedikit	 lebih	 peduli,	 mengumpulkan	
informasi	dan	membedakan	antara	calon-calon	wakil	rakyat	yang	bersih	dan	
yang	tidak	bersih.	Di	hari	pemungutan	suara,	pemilih	yang	terdaftar	dapat	
berkontribusi	 dengan	 sedikit	 “berkorban”	 memilih	 calon	 yang	 dianggap	
paling	baik.	Setidak-tidaknya,	peraturan	KPU	tentang	penetapan	calon-calon	
anggota	 legislatif	 terpilih	 berdasarkan	 suara	 terbanyak	 masih	
memungkinkan	kita	untuk	memilah-milah	kandidat-kandidat	yang	bersih	
dan	tak	bersih	dalam	satu	partai	yang	sama.	Sesudah	pelantikan,	kita	dapat	
berkontribusi	 dengan	 menahan	 diri	 untuk	 tidak	 gebyah-uyah	 dalam	
mengkritik	 anggota-anggota	 legislatif,	 dan	 bila	 memang	 yang	 mereka	
lakukan	benar,	memberi	sedikit	pujian	atas	pekerjaannya.	Meskipun	tidak	
selalu	mudah,	pembedaan	antara	anggota-anggota	legislatif	yang	berprestasi	
dan	tidak	berprestasi	akan	menjadi	insentif	yang	benar	bagi	mereka.
Jadi,	kembali	ke	pertanyaan	awal	tentang	seberapa	jauh	Pileg	2014	akan	bisa	
menjadi	awal	bagi	sebuah	perubahan,	jawabannya	tergantung	pada	sikap	
kita!	Masalahnya,	siapkah	kita	untuk	berubah?
²	Anthony	Downs	(1957),	An	Economic	Theory	of	Democracy,	New	York,	Harper	and	Row.
40
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
F. Economic Outlook
Stabilitas	 ekonomi	 makro	 Indonesia	 yang	 membaik	 di	 awal	 tahun	 2014	
masih	menghadapi	potensi	instabilitas	yang	tinggi	seiring	dengan	kebijakan	
tapering	 off	 dari	 bank	 sentral	 Amerika	 Serikat	 ataupun	 pelemahan	
pertumbuhan	ekonomi	di	Jepang,	China	ataupun	India,	juga	dampak	yang	
bisa	timbul	dari	perkembangan	masalah	Ukraina.	Apalagi	cadangan	devisa	
yang	 meningkat	 banyak	 didukung	 oleh	 hasil	 penerbitan	 Surat	 Berharga	
Negara	global	sebesar	USD	4	miliar	pada	Januari	2014.	Demikian	juga	laju	
pertumbuhan	ekonomi	yang	meningkat	tipis	pada	kuartal	IV-2013	sehingga	
mencapai	5,72%	masih	akan	menghadapi	tantangan	dan	ancaman	yang	berat	
karena	neraca	perdagangan	barang	yang	sejak	Oktober	hingga	Desember	
2013	 surplus	 mulai	 defisit	 lagi	 yang	 disebabkan	 oleh	 karena	 kebijakan	
pelarangan	ekspor	minerba	mentah	serta	defisit	neraca	perdagangan	migas	
yang	 meningkat,	 serta	 surplus	 neraca	 perdagangan	 non-migas	 yang	
menurun	 	 lagi	 pada	 Januari	 2014.	 Apalagi	 pertumbuhan	 investasi	 juga	
mengalami	 tekanan	 pada	 kuartal-IV	 2013	 seiring	 dengan	 mendekatnya	
Pemilu.	 Meskipun	 laju	 pertumbuhan	 sektor	 Industri	 Pengolahan	 mulai	
meningkat	 lagi.	 Penyelenggaraan	 Pemilu	 sendiri	 juga	 akan	 mendorong	
peningkatkan	belanja	konsumsi	sehingga	akan	meningkatkan	permintaan.			
Berbagai	 perkembangan	 politik	 dan	 ekonomi	 terakhir	 diperkirakan	 akan	
membuat	 instabilitas	 ekonomi	 Indonesia	 ke	 depan	 masih	 menghadapi	
ancaman	 volatilitas	 yang	 tinggi	 meskipun	 demikian	 menurut	 GAMA	 LEI	
pertumbuhan	ekonomi	akan	meningkat	tipis.	Namun	demikian	proses	dan	
hasil	 Pemilu	 akan	 banyak	 memengaruhi	 kondisi	 ekonomi	 Indonesia	 ke	
depan.	 Jika	 Pemilu	 berjalan	 lancar,	 aman	 dan	 damai,	 serta	 hasil	 Pemilu	
legislatif	menghasilkan	wakil	rakyat	yang	diyakini	akan	mampu	membawa	
perbaikkan	 bagi	 Indonesia,	 maka	 kita	 bisa	 berharap	 bahwa	 instabilitas	
ekonomi	makro	akan	semakin	membaik,	demikian	juga	laju	pertumbuhan	
ekonomi	meningkat	dengan	signifikan	karena	investasi	akan	tumbuh	lagi.	
Oleh	karena	itu,	kita	doakan	saja	agar	Pemilu	2014	berjalan	dengan	lancar,	
aman,	 dan	 damai	 serta	 menghasilkan	 wakil	 rakyat	 yang	 diyakini	 bisa	
membawa	perbaikkan	pada	Indonesia,	sehingga	ekonomi	akan	tumbuh	dan	
berkembang,	 bangsa	 Indonesia	 akan	 semakin	 maju,	 adil	 dan	 sejahtera.	
Semoga.
41
Indonesian Economic Review and Outlook42
Halaman ini sengaja dikosongkan
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 43
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK
TIM MACROECONOMIC DASHBOARD
MACROECONOMIC DASHBOARD
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pertamina Tower Building Lt. 4 Ruang 4.1
Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp: +62 274 548 517 ext 373
Email: iero@email.macroeconomicdashboard.com
Website: www.macroeconomicdashboard.com
Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc.
Head of Researcher
sadining@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Prof. Dr. Samsubar Saleh, M.Soc. Sc.
Senior Researcher
samsubar@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Rosa Kristiadi, M.Comm
Researcher
rosa.kristiadi@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Reinardus Adhiputra Suryandaru, S.E.
Junior Researcher
reinardus@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Ade Febriady
Research Assistant
febriady@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Zira Brenda Wiranti
Research Assistant
zirabrenda@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Prof. Dr. Tri Widodo, M.Ec.Dev.
Senior Researcher
triwidodo@feb.ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Muhammad Ryan Sanjaya, MIntDevEc.
Researcher
m.ryan.sanjaya@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Galih Adhidharma, S.E.
Junior Researcher
galih@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Ganendra Widigdya
Research Assistant
ganendra@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Traheka Erdyas Bimanatya
Research Assistant
traheka@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Mohammad Rizki Hutomo
Research Assistant, Web Developer and Layout
hutomo.mr@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373

More Related Content

What's hot

Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013Rosa Kristiadi
 
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016iqbal haqiqi94
 
kajian pkem sumatera selatan
kajian pkem sumatera selatankajian pkem sumatera selatan
kajian pkem sumatera selatananthonyck Wallz
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Tahun II/Juni 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Tahun II/Juni 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Tahun II/Juni 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Tahun II/Juni 2013Rosa Kristiadi
 
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global IndonesiaPerdana Wahyu Santosa
 
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalBank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalYudy Yunardy
 
Makro ekonomi indonesia
Makro ekonomi indonesiaMakro ekonomi indonesia
Makro ekonomi indonesiabisow enow
 
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesiaAnalisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesiaSuaditya Dika
 
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara
 
Crowiding out
Crowiding outCrowiding out
Crowiding outri_yanti
 
Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Rosa Kristiadi
 
Profil anggaran kesehatan sulbar 2012
Profil anggaran kesehatan sulbar 2012Profil anggaran kesehatan sulbar 2012
Profil anggaran kesehatan sulbar 2012Muh Saleh
 
Analisis fundamental pt betonjaya manunggal tbk
Analisis fundamental pt betonjaya manunggal tbkAnalisis fundamental pt betonjaya manunggal tbk
Analisis fundamental pt betonjaya manunggal tbkSoedarman Husaeni
 
Utang Indonesia
Utang IndonesiaUtang Indonesia
Utang IndonesiaDwi Anita
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnwandranatuna
 

What's hot (20)

Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
 
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
 
kajian pkem sumatera selatan
kajian pkem sumatera selatankajian pkem sumatera selatan
kajian pkem sumatera selatan
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Tahun II/Juni 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Tahun II/Juni 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Tahun II/Juni 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Tahun II/Juni 2013
 
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
 
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalBank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
 
Makro ekonomi indonesia
Makro ekonomi indonesiaMakro ekonomi indonesia
Makro ekonomi indonesia
 
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesiaAnalisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
 
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
 
Market update 20140715 v2
Market update 20140715 v2Market update 20140715 v2
Market update 20140715 v2
 
Market update 20140508
Market update 20140508Market update 20140508
Market update 20140508
 
Crowiding out
Crowiding outCrowiding out
Crowiding out
 
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
Ulasan Bank of Japan - KebanksentralanUlasan Bank of Japan - Kebanksentralan
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
 
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
 
Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013
 
Profil anggaran kesehatan sulbar 2012
Profil anggaran kesehatan sulbar 2012Profil anggaran kesehatan sulbar 2012
Profil anggaran kesehatan sulbar 2012
 
T
TT
T
 
Analisis fundamental pt betonjaya manunggal tbk
Analisis fundamental pt betonjaya manunggal tbkAnalisis fundamental pt betonjaya manunggal tbk
Analisis fundamental pt betonjaya manunggal tbk
 
Utang Indonesia
Utang IndonesiaUtang Indonesia
Utang Indonesia
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
 

Viewers also liked

IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014Rosa Kristiadi
 
Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Rosa Kristiadi
 
LINQED Workshop Reflection: TEL in Indonesia?
LINQED Workshop Reflection: TEL in Indonesia?LINQED Workshop Reflection: TEL in Indonesia?
LINQED Workshop Reflection: TEL in Indonesia?Aprisa Chrysantina
 
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014Rosa Kristiadi
 
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014Rosa Kristiadi
 
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...Rosa Kristiadi
 

Viewers also liked (6)

IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
 
Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013
 
LINQED Workshop Reflection: TEL in Indonesia?
LINQED Workshop Reflection: TEL in Indonesia?LINQED Workshop Reflection: TEL in Indonesia?
LINQED Workshop Reflection: TEL in Indonesia?
 
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
 
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
 
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
 

Similar to IERO

Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Dameuli Silalahi
 
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Rosa Kristiadi
 
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)Nur Hasan Murtiaji
 
Indonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookIndonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookBambang Muliyadi
 
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 20172017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017ThrustGen - Trust Generation
 
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III mekon
 
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...Abida Muttaqiena
 
Cabaran ekonomi negara
Cabaran ekonomi negaraCabaran ekonomi negara
Cabaran ekonomi negaraRo Ny
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfpoppy251661
 
Ppt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingPpt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingRosa Kristiadi
 
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014Suryati Sihite
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Rosa Kristiadi
 

Similar to IERO (20)

Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
 
Ppt iero juni 2013
Ppt iero juni 2013Ppt iero juni 2013
Ppt iero juni 2013
 
Market update 20140224
Market update 20140224Market update 20140224
Market update 20140224
 
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
 
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
 
Indonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookIndonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and Outlook
 
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
 
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 20172017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
 
2013 11 11 hal 01
2013 11 11 hal 012013 11 11 hal 01
2013 11 11 hal 01
 
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
 
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
 
Cabaran ekonomi negara
Cabaran ekonomi negaraCabaran ekonomi negara
Cabaran ekonomi negara
 
273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
 
Market update 20140417
Market update 20140417Market update 20140417
Market update 20140417
 
Market update 20140213 blog
Market update 20140213 blogMarket update 20140213 blog
Market update 20140213 blog
 
Development evaluation (041115)
Development evaluation (041115)Development evaluation (041115)
Development evaluation (041115)
 
Ppt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingPpt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launching
 
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
 

More from Rosa Kristiadi

Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Rosa Kristiadi
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Rosa Kristiadi
 
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Rosa Kristiadi
 
Asean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisAsean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisRosa Kristiadi
 
Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Rosa Kristiadi
 

More from Rosa Kristiadi (6)

Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
 
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
 
Asean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisAsean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysis
 
Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013
 
Ppt iero maret 2013
Ppt iero maret 2013Ppt iero maret 2013
Ppt iero maret 2013
 

Recently uploaded

PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalwarrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalmohtamrin
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian outputjafarismail7
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (17)

PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalwarrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 

IERO

  • 1. INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 1/Tahun III/Maret2014 Menggapai Harapan dan Perubahan dari Wakil Rakyat Baru Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
  • 2. Kata Pengantar Selamat membaca Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc Head of Researcher Macroeconomic Dashboard Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) adalah buletin kuartalan yang membahas gambaran umum terkini tentang perekonomian Indonesia dan prospeknya di masa mendatang, serta ulasan makroekonomi regional Asia Tenggara. Buletin ini diterbitkan oleh Macroeceonomic Dashboard bekerjasama dengan PT Bank Mandiri, Tbk. Dashboard ini merupakan laboratorium ekonomi yang berada di bawah jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada. IERO kuartal I-2014 hadir dengan tema “Menggapai Harapan dan Perubahan dari Wakil Rakyat Baru”. Tahun 2014 ini akan spesial karena pelaksanaan Pemilu untuk legislatif dan presiden. Hal sama yang akan menyebabkan tahun ini penuh harapan dan/atau rasa ketidakpastian. Proses dan hasil Pemilu akan banyak memengaruhi kondisi ekonomi ke depan. Jika Pemilu berjalan lancar, aman dan damai, serta menghasilkan wakil rakyat yang diyakini mampu membawa perbaikan, maka kita bisa berharap bahwa instabilitas ekonomi makro akan semakin membaik, demikian juga laju pertumbuhan ekonomi meningkat karena investasi dan konsumsi akan tumbuh lagi. Sementara itu, GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) kali ini memprediksi terjadinya penurunan siklus PDB, meski tetap memperkirakan peningkatan tipis untuk pertumbuhan PDB 2014:Q1 (y-o-y dan q-t-q). GAMA LEI ini merupakan model yang dikembangkan oleh tim Macroeconomic Dashboard untuk memberikan prediksi kondisi ekonomi Indonesia di masa depan, sehingga diharapkan dapat membantu para pemangku kepentingan dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan ekonomi yang terjadi. Edisi IERO kali ini tampil dengan format baru yang disusun untuk semakin memudahkan pembaca. Kami berharap ulasan-ulasan kami ini senantiasa memberi manfaat untuk para pengambil kebijakan publik, kelompok bisnis, akademisi dan masyarakat secara umum.
  • 3. Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................... 1 A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL 1. Terdapat peningkatan kinerja perekonomian yang didorong oleh pertumbuhan sektor jasa dan ekspor neto................................. 3 2. Masih terdapat tantangan dalam perdagangan internasional....... 5 3. Fiscal space pemerintah masih ketat dan kemampuan membayar hutang melemah......................................................................... 10 4. Tingkat kemiskinan dan pengangguran memburuk.......................... 16 B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN 1. Nilai rupiah menurun...................................................................................... 19 2. Pasar keuangan menunjukkan optimisme di akhir tahun............... 24 C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI 1. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI)................................. 28 2. Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi..................................... 29 D. ASEAN: Meraih Potensi Perekonomian Optimum di Tengah Instabilitas Global dan Regional................................................................... 31 E. ISU TERKINI.............................................................................................................. 38 D. ECONOMIC OUTLOOK.......................................................................................... 41 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada iii
  • 4. Daftar Istilah APBN Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara ASEAN Association of South East Asian Nations BI Bank Indonesia BPS Badan Pusat Statistik CLMV Cambodia, Lao PDR, Myanmar and Viet Nam cq Casu Quo (dalam hal ini) DIY Daerah Istimewa Yogyakarta DPD Dewan Perwakilan Daerah DPR Dewan Perwakilan Rakyat DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DSR Debt Service Ratio (Rasio Pembayaran Pokok Pinjaman dan Bunga terhadap Nilai Ekspor) GAMA LEI Gadjah Mada Leading Economic Indicator IDR Rupiah IHK Indeks Harga Konsumen IHSG Indeks Harga Saham Gabungan JISDOR Jakarta Interbank Spot Dollar Rate LHS Sisi vertikal kiri LPG Liquified Petroleum Gas LPS Lembaga Penjamin Simpanan MAS Monetary Authority of Singapore (Bank Sentral Singapura) m-t-m Bulan-ke-bulan NAD Nangroe Aceh Darussalam PBI Peraturan Bank Indonesia PDB Produk Domestik Bruto q-to-q Kuartal-ke-kuartal RHS Sumbu vertikal kanan SUN Surat Utang Negara The Fed The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika) USD Dolar Amerika Year-to-Date Tahun-ke-hari y-o-y Tahun-ke-tahun Indonesian Economic Review and Outlookiv
  • 5. RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal keempat tahun 2013 lalu yang meningkat tipis dari kuartal sebelumnya masih belum cukup tinggi untuk mengatasi tingkat kemiskinan dan pengangguran yang juga naik pada September tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi yang didorong sektor jasa cenderung kurang labor-intensive, hal ini mengakibatkan berkurangnya pekerja sektor pertanian sebanyak 6 juta orang antara 2011-2013. Dari sisi pengeluaran, kinerja positif ekspor neto pada akhir tahun lalu (yang sebagian didorong oleh antisipasi industri mineral dan barang tambang atas UU Minerba yang diluncurkan awal tahun ini) tidak mampu bertahan lama dan defisit neraca perdagangan kembali terjadi pada Januari 2014. Selain defisit neraca perdagangan terdapat pula tekanan atas rupiah yang terjadi dalam dua front: tingkat inflasi yang meningkat dan kurs rupiah yang melemah. Hal ini memberi tekanan pada cadangan devisa yang kemudian direspon oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dengan menerbitkan Peraturan BI tentang Transaksi Swap Lindung Nilai dan memperkenalkan JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) sebagai rate resmi untuk denominasi rupiah pada pasar uang di Singapura. Sementara itu pemerintah cq Kementerian Keuangan sebagai otoritas fiskal terus mengupayakan pendanaan pembangunan dari sumber domestik, seperti menetapkan enam langkah strategis untuk meningkatkan penerimaan pajak, maupun dari luar negeri seperti penerbitan Global Bonds dan melakukan pinjaman luar negeri. Menarik untuk dilihat di sini adalah makin tingginya debt-to-service ratio (DSR, rasio pembayaran pokok pinjaman dan bunga terhadap nilai ekspor) yang salah satunya disebabkan oleh kurang optimalnya ekspor Indonesia. Sebagai satu indikator kemampuan membayar pinjaman, naiknya DSR harus diwaspadai oleh pemerintah terutama Kementerian Keuangan. Setelah memperhatikan berbagai dinamika perekonomian Indonesia, GAMA LEI memprediksi akan adanya kecenderungan penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia. Meskipun demikian, jika melihat Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1
  • 6. pergerakan dan pola perekonomian baik year-on-year maupun quarter-to- quarter, keduanya mengindikasikan adanya kenaikan tipis pada pertumbuhan ekonomi di 2014:Q1. Beranjak dari perekonomian domestik, kinerja perekonomian kawasan ASEAN cenderung mixed. Instabilitas politik di sejumlah negara ASEAN, terutama Thailand, mengakibatkan berkembangnya kawasan ini menjadi kurang optimal. Namun di sisi lain, sejumlah negara menunjukkan performa yang impresif seperti yang dialami Filipina dan CLMV (Cambodia-Lao PDR- Myanmar-Viet Nam). Hal ini tentu menjadi kabar gembira di tengah suramnya nilai tukar mata uang negara-negara ASEAN pasca tapering-off yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Terakhir, IERO terbitan kali ini mengangkat isu pemilihan umum legislatif di mana pemilih dihadapkan pada dua kemungkinan: wakil rakyat terpilih tidak akan membawa perubahan berarti atau justru sebaliknya, mereka akan membawa angin perubahan. Sebagai sebuah negara demokratis yang masih terus belajar, proses demokrasi yang baik tidak bisa hanya dipasrahkan kepada pemerintah dan wakil rakyat terpilih yang duduk di DPR. Sebaliknya, dalam sebuah bangsa yang dewasa, masyarakat harus aktif berpartisipasi dalam memberikan insentif bagi wakil rakyat untuk berbuat seperti yang diharapkan rakyat. Tanpa adanya reward dan punishment dari rakyat ke wakilnya akan sia-sialah kebebasan berpolitik yang telah diraih pada reformasi lalu. Indonesian Economic Review and Outlook2
  • 7. A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1. Terdapat peningkatan kinerja perekonomian yang didorong oleh pertumbuhan sektor jasa dan ekspor neto Perekonomian Indonesia pada kuartal IV-2013 sedikit membaik dengan mencatat laju pertumbuhan year-on-year menjadi 5,72% meski lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu 6,18%. Hal ini terutama disebabkan oleh tekanan pada transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar rupiah yang dibarengi dengan kenaikan laju inflasi. Tekanan pada transaksi berjalan yang mengalami defisit selama tiga kuartal terakhir mendorong peningkatan suku bunga acuan sehingga menekan investasi. Meski defisit transaksi berjalan menurun signifikan dari USD 8,5 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi USD 4 miliar pada kuartal IV-2013, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 hanya mencapai 5,78% lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,23%. Sektor Jasa masih dominan dalam mendorong pertumbuhan pada kuartal IV-2013. Meskipun demikian, sektor ini mengalami penurunan laju pertumbuhan dan sektor Primer dan sektor Industri mulai merangkak naik. Sektor Jasa menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat, dengan pertumbuhan yang hanya tercatat sebesar 6,48% lebih rendah jika dibandingkan dengan kinerja kuartal IV-2012 yaitu 7,66%. Sementara itu, sektor Primer tumbuh mencapai 3,86% (y-o-y). Hal itu didorong oleh pertumbuhan pada sektor Pertambangan dan Penggalian yang tercatat sebesar 3,91% (y-o-y). Meskipun sektor Primer mengalami peningkatan, laju pertumbuhan sektor Primer lambat laun semakin rendah. Selanjutnya, sektor Industri juga menunjukkan pertumbuhan yang tercatat sebesar 5,60% (y-o-y) sejalan dengan laju pertumbuhan ekspor terutama pada ekspor non-migas. Secara keseluruhan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,32% (y-o-y), diikuti oleh sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 6,79% (y-o-y) dan sektor Konstruksi 6,68% (y-o- y). 3
  • 8. Indonesian Economic Review and Outlook Pada sisi pengeluaran, penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV- 2013 didominasi oleh kenaikan tingkat ekspor neto, menggeser peranan pengeluaran domestik yang melambat. Kenaikan tingkat ekspor neto pada kuartal IV-2013 disebabkan karena nilai ekspor tumbuh tinggi yang tercatat sebesar 7,40% (y-o-y) dan pertumbuhan nilai impor yang menurun menjadi - 0,60% (y-o-y). Hal ini didorong oleh meningkatnya ekspor non-migas ke negara- negara mitra dagang terutama Cina, Amerika Serikat dan Jepang. Selanjutnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi menurun masing-masing menjadi 5,25% (y-o-y), 6,45% (y-o-y) dan 4,37 (y-o-y). Padahal pada kuartal sebelumnya, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi dapat tumbuh masing-masing sebesar 5,48% (y-o-y) 8,91% (y-o-y) dan 4,54% (y-o-y). Perlambatan investasi tersebut di antaranya terkait dengan kebijakan BI dalam meningkatkan suku bunga acuan dari 7,25% pada Oktober 2013 menjadi 7,50% pada November 2013 dan ketidakpastian politik terkait dengan Pemilu. Catatan: Sektor Primer: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri: Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ; Sektor Konstruksi Sektor Jasa: Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-jasa Sumber: BPS dan CEIC (2014) Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2011 – 2013 (y-o-y, dalam %) Pertumbuhan ekonomi didorong terutama oleh sektor Komunikasi dan Transportasi, Demikian juga sektor primer mengalami peningkatan namun dengan laju pertumbuhan yang semakin rendah. 4 VLTT VLUX VLTY VLTT VLSS VLST VLRQ VLQX VLPS ULWV ULVS ULWR P Q R S T U V W X Y QP ÊÒĹĿ Į Ò ČŃİ ÕÓÔÒĹ ĊÏ ÓÏ ÊĄÅ
  • 9. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 2. Masih terdapat tantangan dalam perdagangan internasional Setelah surplus selama tiga bulan berturut-turut (Oktober - Desember 2013), pada Januari 2014 neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit. Sepanjang tahun 2013, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 4,06 miliar. Angka tersebut menunjukkan secara tahunan kinerja neraca perdagangan Indonesia juga memburuk. Pada tahun 2012, defisit neraca perdagangan Indonesia hanya sebesar USD 1,66 miliar. Membesarnya defisit neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2013 dikarenakan kenaikan surplus neraca perdagangan non-migas tidak mampu mengimbangi kenaikan defisit neraca perdagangan migas. Secara month-to- month, besaran nilai neraca perdagangan Indonesia turun sebesar 128% dari surplus USD 1,53 miliar di bulan Desember 2013 menjadi defisit USD 0,43 miliar pada Januari 2014. Kondisi ini terjadi terutama disebabkan karena penurunan ekspor Indonesia yang lebih besar daripada penurunan impornya yakni 14% berbanding 3%. Neraca perdagangan migas sepanjang tahun 2013 memburuk. Neraca perdagangan migas yang defisit USD 5,6 miliar pada tahun 2012, naik menjadi defisit USD 12,6 miliar pada tahun 2013. Memburuknya neraca perdagangan Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran, Tahun 2011 – 2013 (y-o-y, dalam %) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal empat tahun 2013 ditopang oleh kenaikan net ekspor. Sumber: BPS dan CEIC (2014) -5 0 5 10 15 20 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor 5 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 10. Indonesian Economic Review and Outlook migas pada tahun 2013 disebabkan karena jumlah ekspor migas yang lebih kecil dan impor migas yang lebih besar dibanding tahun 2012. Sementara itu, pada Desember 2013, defisit perdagangan migas sebesar USD 0,82 miliar dan meningkat tipis menjadi USD 1,06 miliar pada Januari 2014. Kenaikan defisit dikarenakan ekspor migas turun sebesar USD 0,9 miliar sedangkan impor migas turun lebih kecil sebesar USD 0,7 miliar. Ekspor migas pada Januari 2014 menurun. Secara month-to-month, ekspor migas turun dari USD 3,41 miliar pada Desember 2013 menjadi USD 2,5 miliar pada Januari 2014. Perubahan terbesar terjadi pada ekspor minyak mentah yang menurun sebanyak 42,1%. Kemudian diikuti dengan ekspor hasil minyak dan gas yang masing-masing turun sebesar 23,28% dan 16,66%. Secara keseluruhan ekspor migas turun 26,7% pada Januari 2014. Pada Desember 2013, impor migas Indonesia tercatat sebesar USD 4,22 miliar. Namun nilainya menurun pada Januari 2014 menjadi USD 3,56 miliar (nilai impor turun 15,7% antara Desember 2013 dan Januari 2014). Secara kumulatif, kinerja neraca perdagangan non-migas tahun 2013 lebih baik daripada 2012. Pada tahun 2013, surplus perdagangan non-migas sebesar USD 8,57 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi surplus pada tahun 2012 yang hanya sebesar USD 3,93 miliar, angka tersebut meningkat Gambar 3: Neraca Perdagangan Indonesia, Januari 2012 – Januari 2014 (USD miliar) Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit di awal tahun Sumber: BPS dan CEIC (2014) -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14 Ekspor Impor Neraca Perdagangan 6
  • 11. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada pesat sebesar 118,9%. Kenaikan surplus perdagangan non-migas terutama ditopang oleh penurunan impor non-migas sebesar 5,21% atau secara absolut sebesar USD 7,78 miliar. Adapun dari sisi ekspor, pada tahun 2013 ekspor non- migas Indonesia turun sebesar 3,12 miliar USD dari tahun 2012. Seiring dengan neraca perdagangan migas, kinerja neraca perdagangan non migas juga memburuk. Pada kuartal IV-2013, kinerja neraca perdagangan non-migas sempat menunjukkan tren positif. Namun seiring dengan menurunnya ekspor non-migas dan naiknya impor non-migas, surplus perdagangan non-migas turun sebesar 73,1% pada Januari 2014. Semula suplus perdagangan non-migas Desember 2013 adalah sebesar USD 2,34 miliar. Kemudian jumlah tersebut turun menjadi USD 0,63 miliar pada bulan berikutnya. Penurunan ekspor non-migas dipicu oleh penurunan ekspor komoditas mineral. Ekspor non-migas turun 11,6% dari USD 13,58 miliar pada Desember 2013 menjadi USD 11,99 pada Januari 2014. Secara month-to-month, Data dari BPS menunjukkan perubahan drastis terjadi pada komoditas bijih, kerak, dan abu logam yang turun sebesar 70,13% dari Desember 2013 ke Januari 2014 setelah sebelumnya naik 40,18% dari November ke Desember 2013. Demikian pula dengan komoditas bahan bakar mineral yang juga kembali menurun Gambar 4: Neraca Perdagangan Migas Indonesia, Januari 2012 – Januari 2014 (USD miliar) Neraca perdagangan migas tetap mengalami defisit Sumber: BPS dan CEIC (2014) 7 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal MRP MQU MQP MU P U QP QU RP ĊÏ ŃMQR ĂÑÒMQR ĊÕŁMQR ÉĬÔMQR ĊÏ ŃMQS ĂÑÒMQS ĊÕŁMQS ÉĬÔMQS ĊÏ ŃMQT ÆĻÓÑŇÒ ĐĹĴ Ï Ó ČĿ ÑŇÒ ĐĹĴ Ï Ó ÆĻÓÑŇÒ ČĿ ÑŇÒ ÈĮ ÒÏ ĬÏ ÊĮ Òİ Ï Ĵ Ï ŃĴ Ï Ń ĐĹĴ Ï Ó
  • 12. Indonesian Economic Review and Outlook sebesar 17,13% pada Januari 2014 setelah sebelumnya pada Desember 2013 hanya turun sebesar 1,27%. Menurut laporan kuartalan Bank Indonesia, penurunan ekspor komoditas mineral secara umum disebabkan oleh pemberlakuan UU Mineral dan Batu Bara pada Januari 2014. Sementara itu, impor non-migas Indonesia naik dari USD 11,24 miliar menjadi USD 11,36 miliar pada Januari 2014 atau tumbuh sebesar 1,13% dari bulan Desember 2013. Kenaikan impor terbesar terjadi pada komoditas mesin dan peralatan listrik yang tumbuh mencapai 24,64% (m-t-m). Surplus neraca perdagangan barang meningkat drastis pada kuartal IV- 2013. Besaran surplus melonjak dari USD 0,2 miliar pada kuartal III-2013 menjadi sebesar USD 4,9 miliar di kuartal berikutnya. Melonjaknya surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh naiknya surplus perdagangan non- migas dan turunnya defisit perdagangan migas. Pada kuartal III-2013 neraca perdagangan non-migas hanya surplus sebesar USD 2,8 miliar sedangkan di kuartal IV-2013 surplus perdagangan non-migas mencapai USD 7 miliar. Adapun defisit perdagangan migas turun sebesar USD 0,5 miliar dari kuartal sebelumnya menjadi defisit USD 2,2 miliar. Kenaikan surplus non-migas terjadi karena dipengaruhi oleh tren melemahnya nilai tukar rupiah sepanjang periode November hingga Desember 2013 sehingga ekspor komoditas non-migas Indonesia naik sebesar USD 4,3 miliar pada kuartal IV-2013. Pemberlakuan UU Gambar 5: Neraca Perdagangan Non-Migas Indonesia, Januari 2012 – Januari 2014 (USD miliar) Surplus neraca perdagangan non-migas menurun pada Januari 2014 Sumber: BPS dan CEIC (2014) -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14 Ekspor Non-Migas Impor Non-Migas Ekspor Impor Neraca Perdagangan Non-Migas 8
  • 13. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara serta Permen ESDM nomor 7 Tahun 2012 pada Januari 2014 berdampak terhadap ekspansi surplus neraca perdagangan barang. Penurunan defisit migas dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenaikan surplus perdagangan gas dan penurunan defisit perdagangan minyak. Secara year-on-year, transaksi berjalan memperlihatkan perbaikan kinerja. Pada tahun 2012 di kuartal yang sama, transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit USD 7,8 miliar. Kuartal IV-2013, defisit transaksi berjalan turun sebesar 48,7% menjadi USD 4 miliar. Kinerja transaksi berjalan Indonesia pada kuartal IV-2013 membaik. Hal ini terlihat dari menurunnya besaran defisit dari USD 8,5 miliar pada kuartal III-2013 menjadi USD 4 miliar di kuartal IV- 2013. Perbaikan kinerja terjadi karena surplus neraca perdagangan barang dan transfer berjalan lebih besar daripada defisit neraca perdagangan jasa dan neraca pendapatan. Kondisi neraca perdagangan jasa, neraca pendapatan, dan transfer berjalan tidak banyak berubah. Pada kuartal IV-2013 neraca perdagangan jasa dan neraca pendapatan tetap defisit yaitu sebesar USD 2,9 dan 7,1 miliar. Dilihat dari tingkat pertumbuhan, defisit neraca perdagangan jasa dan neraca pendapatan naik sebesar 7,6% dan 3% dari kuartal sebelumnya. Sementara Gambar 6: Neraca Perdagangan dan Pendapatan 2010:Q1-2013:Q4 (USD miliar) Defisit transaksi berjalan kembali menunjukkan perbaikan Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) 9 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal MQU MQP MU P U QP QU RPQPZĚQ RPQPZĚT RPQQZĚS RPQRZĚR RPQSZĚQ RPQSZĚT ÈĮ ÒÏ ĬÏ ÊĮ Òİ Ï Ĵ Ï ŃĴ Ï Ń ÅÏ ÒÏ ŃĴ ÈĮ ÒÏ ĬÏ ÊĮ Òİ Ï Ĵ Ï ŃĴ Ï Ń ĊÏ ÓÏ ÈĮ ÒÏ ĬÏ ÊĮ Ńİ Ï ÑÏ ÔÏ Ń ĔÒÏ ŃÓIJĮ Ò ÅĮ ÒĽÏ ŁÏ Ń ĔÒÏ ŃÓÏ ĻÓĹ ÅĮ ÒĽÏ ŁÏ Ń
  • 14. Indonesian Economic Review and Outlook transfer berjalan mengalami perbaikan sedikit dari surplus USD 0,9 miliar pada kuartal III-2013 menjadi surplus USD 1,6 miliar atau tumbuh sebesar 19,6%. 3. Fiscal space pemerintah masih ketat dan kemampuan membayar hutang melemah Realisasi pendapatan dan hibah negara mencapai 5,5% dari target dalam APBN 2014 sebesar IDR 1.667,1 triliun dan realisasi belanja negara per Januari 2014 sebesar 5,3%. Target pendapatan dan hibah tersebut terdiri atas penerimaan dalam negeri sebesar IDR 1.665,78 triliun dan hibah IDR 1,36 triliun. Sejauh ini penerimaan perpajakan sudah mencapai 6,5% dari target IDR 1.280,4 triliun dan penerimaan bukan pajak baru 2% dari IDR 385,4 triliun. Total belanja negara dalam APBN 2014 sejumlah IDR 1.842,5 triliun dengan rincian IDR 1.249,9 triliun untuk belanja pemerintah pusat dan IDR 592,6 triliun untuk transfer ke daerah. Belanja pemerintah pusat yang sudah terealisasi per Januari 2014 sebesar 3,2%, sedangkan transfer daerah sudah mencapai 9,6%. Pembayaran utang dan bantuan sosial sejauh ini merupakan komponen belanja yang tertinggi realisasinya, masing-masing sebesar 10,8% dan 10,1%. Termasuk dalam belanja negara adalah transfer ke daerah yang salah satunya berupa pemberian dana otonomi khusus dan penyesuaian yang 5,5 94,5 Realisasi Total 5,3 94,7 Realisasi Total (a) Penerimaan dan Hibah (b) Belanja Gambar 7: Realisasi Penerimaan, Hibah, dan Belanja Negara per Januari 2014 (%) Realisasi penerimaan dan hibah sebesar 5,5%, realisasi belanja negara sebesar 5,3% Sumber: Kementerian Keuangan (2014) 10
  • 15. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada dalam APBN 2014 meningkat 24,8% dari tahun sebelumnya. Porsinya terhadap total transfer ke daerah pun meningkat menjadi 17,66%. Salah satu yang baru adalah dana keistimewaan yang resmi dianggarkan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejumlah IDR 520 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan daerah-daerah penerima dana otonomi khusus, jumlah tersebut masih jauh lebih kecil. Penerimaan dari pajak masih menjadi andalan pemerintah dalam membiayai belanja negara. Selama tiga tahun terakhir ini, pajak selalu menyumbang lebih dari 75% penerimaan negara. Meski peranannya dalam penerimaan APBN mulai menurun, realisasi penerimaan pajak ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan fiskal. Dalam rangka mengamankan target penerimaan pajak di tahun ini, Direktorat Jenderal Pajak menyusun langkah optimalisasi. Langkah tersebut diterjemahkan dalam enam program strategis: (i) penyempurnaan sistem administrasi perpajakan; (ii) ekstensifikasi wajib pajak pribadi; (iii) perluasan basis pajak, termasuk usaha kecil menengah (UKM); (iv) optimalisasi pemanfaatan data dan informasi dari institusi lain; (v) penguatan penegakan hukum bagi penghindar pajak; dan (vi) penyempurnaan peraturan perpajakan Gambar 8: Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (IDR triliun) Dana otonomi khusus dan penyesuaian tumbuh 24,8% di 2014 (y-o-y); DIY menerima IDR 520 miliar dana keistimewaan Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran dan CEIC (2014, diolah) 11 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal 14,97% 15,86% 17,66% 20,06% 19,04% 24,80% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 0 50 100 150 2012 2013 2014 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Jumlah (LHS) Persentase dari Total Transfer Daerah (RHS) Pertumbuhan (RHS) 6,78 2,55 6,82 0,52 - 1 2 3 4 5 6 7 8 Dana Otsus dan Keistimewaan DIY
  • 16. Indonesian Economic Review and Outlook dengan membuat tim harmonisasi. Selain itu, intensifikasi pajak finansial dan penetapan tarif pajak final juga diwacanakan sebagai solusi menggenjot penerimaan pajak. Ide Intensifikasi pajak finansial adalah mengenakan pajak pada berbagai transaksi moneter seperti saham, obligasi dan future. Alasannya adalah sektor finansial menghasilkan keuntungan yang besar dan juga bisa menikmati dana pemerintah saat terjadi krisis melalui mekanisme bail-out. Sedangkan penetapan tarif pajak final adalah salah satu solusi untuk mengefektifkan sistem self-assessment tanpa melakukan penambahan pegawai pajak. Demi mencukupi kebutuhan pembiayaan dalam negeri, Kementerian Keuangan RI menerbitkan Global Bond sebesar IDR 50,5 triliun pada Januari 2014. Peningkatan tersebut sempat meningkatkan total surat berharga negara outstanding Januari 2014. Namun pada Februari 2014, Total SBN turun sebesar IDR 3,45 triliun dari Januari 2014 menjadi IDR 1.459,29 triliun dan meningkat sebesar IDR 339,22 triliun dari Februari 2013 (lihat Gambar 13). Obligasi bunga tetap naik sebesar IDR 22,25 triliun menjadi IDR 793,07 triliun dan naik sebesar IDR 153,47 triliun dari Februari 2013. Surat Berharga Syariah Negara turun sebesar IDR 5,98 triliun menjadi IDR 77,15 triliun dari Januari Gambar 9: Target Penerimaan Perpajakan dan Persentase Pajak dalam APBN 2012-2014 Meski tetap sebagai sumber utama penerimaan negara, peran pajak dalam APBN mulai sedikit menurun. Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran dan CEIC (2014, diolah) 1.033 1.193 1.280 78,74% 77,99% 76,80% 69% 71% 73% 75% 77% 79% 81% 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 2012 2013 2014 Target Pajak (LHS, IDR triliun) Persentase Penerimaan Pajak dari Total Penerimaan dan Hibah (RHS) 12
  • 17. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 2014 dan naik sebesar IDR 4,63 triliun dari Februari 2013. Obligasi denominasi Valuta Asing Februari 2014 juga mengalami penurunan sebesar IDR 21,72 triliun menjadi IDR 428,26 triliun dari Januari 2014, meningkat sebesar IDR 164,57 triliun dari Februari 2013. Peningkatan terjadi pada surat perbendaharaan negara sebesar IDR 2 triliun dari Januari 2014 menjadi IDR 38,5 triliun dan meningkat sebesar IDR 16,53 triliun dari Februari 2013. Total utang luar negeri Indonesia secara umum meningkat dan peningkatan tertinggi dari utang luar negeri swasta. Rasio utang luar negeri swasta terhadap total utang luar negeri mencapai 53,21%, sedangkan proporsi utang luar negeri pemerintah dan bank sentral sebesar 46,79%. Total utang luar negeri Indonesia Desember 2013 meningkat sebesar USD 2,6 miliar menjadi USD 264,06 miliar dari November 2013 (naik 1%). Meningkat sebesar USD 12,6 miliar (5%) dari Januari 2013 dan USD 11,17 miliar (4,6%) dari Desember 2012. Utang luar negeri swasta Desember 2013 meningkat sebesar USD 2,3 miliar menjadi USD 140,5 miliar dari November 2013 atau sebesar 2%. Utang luar negeri pemerintah Desember 2013 meningkat sebesar USD 212 juta menjadi USD 114,29 miliar dari November 2013 atau sebesar 0,2%. Turun sebesar USD 914 juta (-1%) dari Januari 2013 dan USD 1,8 miliar (- 1,6%) dari bulan Desember 2012. Utang luar negeri jangka pendek swasta by Gambar 10: Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Indonesia, September 2011 – Desember 2013 (USD miliar) Utang luar negeri swasta meningkat Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran dan CEIC (2014, diolah) 13 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 18. Indonesian Economic Review and Outlook original maturity Desember 2013 meningkat sebesar USD 1,9 miliar menjadi USD 40,67 miliar dari November 2013 atau sebesar 4,9%. Meningkat sebesar USD 4,84 miliar (14%) dari Januari 2013 dan sebesar USD 3,8 miliar (1,04%) dari Desember 2012. Utang luar negeri jangka pendek swasta by remaining maturity Desember 2013 turun sebesar USD 338 juta menjadi USD 41,159 miliar dari November 2013 atau sebesar -0,8%. Meningkat sebesar USD 2,3 miliar (6%) dari Januari 2013 dan sebesar USD 1,09 miliar (2,7%) dari Desember 2012. Debt Service Ratio yang menunjukkan tren yang meningkat telah mengalami peningkatan tajam pada kuartal IV-2013. Pada kuartal terakhir 2013 ini DSR Indonesia mencapai 52,7%. Angka yang tinggi ini menunjukkan kemampuan membayar utang Indonesia melemah dari kuartal ke kuartal yang menyebabkan peningkatan risiko pada perekonomian Indonesia. Kepemilikan asing atas surat berharga meningkat. Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah pada Januari 2014 meningkat sebesar IDR 4,8 triliun menjadi IDR 328,65 triliun dari Desember 2013 dan naik sebesar IDR 55,45 triliun dari Januari 2013. Hal ini seiring dengan penerbitan Global Bond Januari lalu. Sementara itu, kepemilikan asing atas ekuitas pada Desember 2013 sebesar IDR 1.475,45 triliun naik menjadi IDR 1,7 triliun dari November 2013. Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Gambar 11: Debt Service Ratio Indonesia, Desember 2007 – Desember 2013 (%) Debt Service Ratio meningkat tajam 14
  • 19. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Turun sebesar IDR 87,4 triliun dari Januari 2013 dan IDR 71,6 triliun dari Desember 2012. Kepemilikan asing atas SBI pada Januari 2014 sebesar IDR 3,9 triliun telah meningkat IDR 180 miliar dari Desember 2013 dan naik sebesar IDR 3,7 trilun dari Januari 2013. Gambar 12: Kepemilikan Asing atas Surat Berharga, Oktober 2011 – Februari 2014 (IDR triliun) Kepemilikan asing atas surat berharga Indonesia meningkat Sumber: Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan CEIC (2014) Gambar 13: Komposisi Surat Berharga Negara, November 2011 – Februari 2014 (IDR triliun) Surat berharga negara outstanding sedikit mengalami penurunan Sumber: DJPU Kementerian Keuangan dan CEIC (2014) 0 5 10 15 20 25 30 35 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 Kepemilikan Asing atas Ekuitas (LHS) Kepemilikan Asing atas Obligasi Pemerintah (LHS) Kepemilikan Asing atas SBI (RHS) 15 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 20. Indonesian Economic Review and Outlook 4. Tingkat kemiskinan dan pengangguran memburuk Meskipun secara keseluruhan perekonomian pada kuartal-IV 2013 mengalami sedikit peningkatan, namun justru terjadi peningkatan angka pengangguran pada Agustus 2013. Tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 6,3% pada Agustus 2013 dari 6,1% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di samping itu, menurut publikasi BPS, jumlah angkatan kerja di Indonesia naik 150.000 orang dari 118,05 juta orang menjadi 118,19 juta orang. Dari sisi gender, tingkat partisipasi laki-laki maupun perempuan dalam lapangan kerja menurun, dimana pada Agustus 2012 tingkat partisipasi laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 84,42% dan 51,39% yang berubah menjadi 83,58% dan 50,28% pada Agustus 2013. Sementara itu, jika dibandingkan dengan laki-laki, tingkat partisipasi perempuan masih lebih rendah. Sementara itu, dilihat dari struktur lapangan pekerjaan hingga Agustus 2013, kontribusi penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan. Pada Agustus 2012 sektor Pertanian berkontribusi sebesar 35,09% turun pada Agustus 2013 menjadi 34,36%. Penurunan Gambar 14: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Pengangguran Terbuka di Indonesia, Februari 2011 – Agustus 2013 (dalam %) Tingkat pengangguran terbuka meningkat Sumber: BPS dan CEIC (2014) 84,86 84,30 85,67 84,42 85,12 83,58 55,13 52,44 53,71 51,39 53,36 50,28 6,8 6,6 6,3 6,1 5,9 6,3 0 2 4 6 8 0 20 40 60 80 100 Feb-11 Agust-11 Feb-12 Agust-12 Feb-13 Agust-13 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Laki-Laki (LHS) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan (LHS) Tingkat Pengangguran Terbuka (RHS) 16
  • 21. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada tenaga kerja di sektor pertanian tersebut juga tak lepas dari faktor tingkat upah yang lebih tinggi di sektor-sektor lain seperti industri atau perdagangan. Meski mengalami penurunan, porsi tenaga kerja sektor Pertanian masih mendominasi sebagai penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Selain dari sektor Pertanian, sektor yang juga ikut berkontribusi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja secara berurutan adalah sektor Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan dan Industri. Serupa dengan kondisi pada sektor Pertanian yang mengalami penurunan, jumlah angkatan kerja pada sektor Konstruksi dan Industri juga menurun masing-masing menjadi 5,67% dan 13,43% dari 6,13% dan 13,87% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan meningkatnya tingkat pengangguran terbuka, tingkat kemiskinan juga bertambah. Penduduk miskin pada September 2013 berjumlah 28,55 (11,47% dari jumlah penduduk) meningkat dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013 yaitu 28,07 juta orang (11,37% dari jumlah penduduk). Lonjakan angka kemiskinan tersebut salah satunya disebabkan laju inflasi pasca kenaikan harga BBM pada bulan Juni Tabel 1: Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Tahun 2011-2013 (dalam %) Kontribusi penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan sementara pada sektor Industri meningkat. Sumber: BPS dan CEIC (2014) Feb Agst Feb Agst Feb Agst Pertanian 38,17 35,86 36,52 35,09 35,05 34,36 Industri 12,31 13,26 12,6 13,87 12,96 13,43 Konstruksi 5,02 5,78 5,41 6,13 6,04 5,67 Perdagangan 20,88 21,34 21,29 20,9 21,76 21,43 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 5,01 4,63 4,61 4,51 4,59 4,55 Keuangan 1,85 2,4 2,46 2,4 2,64 2,63 Jasa Kemasyarakatan 15,29 15,18 15,4 15,43 15,37 16,44 Lainnya 1,45 1,55 1,7 1,67 1,59 1,51 TOTAL 100 100 100 100 100 100 Lapangan Pekerjaan Utama 2011 2012 2013 17 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 22. Indonesian Economic Review and Outlook 2013 dan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia yang mencapai 6,3% pada Agustus 2013, mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2013 yaitu sebesar 5,9%. Bertambahnya angka kemiskinan tahun ini diperparah dengan peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat atau Gini Ratio, yaitu 0,413 dari 0,410 pada tahun 2012. Hal ini mencerminkan pemerataan ekonomi di Indonesia bermasalah. Ketidakmerataan pendapatan masyarakat terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah harus lebih memfokuskan kepada pemerataan pembangunan dan bukan hanya sekedar pertumbuhan ekonomi. Tabel 2: Perkembangan Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, 2011- 2013 Angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia meningkat. Sumber: BPS dan CEIC (2014) (juta orang) (%) 11-Mar 30,02 12,49 11-Sep 29,89 12,36 12-Mar 29,13 11,96 12-Sep 28,59 11,66 13-Mar 28,07 11,37 13-Sep 28,55 11,47 Tahun Jumlah penduduk miskin Indeks Gini 0,41 0,41 0,413 18
  • 23. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN 1. Nilai rupiah menurun Tingginya tekanan inflasi di Indonesia seringkali dipicu oleh faktor non-moneter seperti infrastruktur yang buruk, banjir, serta bencana alam. Serangkaian kejadian ini mendorong naiknya harga pangan, akibatnya inflasi Januari 2014 melonjak dibandingkan inflasi Desember 2013 yang tercatat sebesar 8,08% (y-o-y). Selain itu, naiknya harga komoditi yang diatur pemerintah—seperti naiknya harga gas LPG di awal tahun—turut mendorong terjadinya lonjakan inflasi. Pada bulan Februari 2014, tingkat inflasi mampu ditekan pemerintah, tercatat sebesar 7,75% (y-o-y), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 8,22% (y-o-y). Terkendalinya inflasi di bulan Februari 2014 tidak lepas dari upaya pemerintah menerapkan kebijakan kuota impor pangan dengan sistem buka tutup yang masih diberlakukan hingga saat ini. Kuota impor pangan terus dijalankan hingga harga-harga cukup stabil. Jika pasokan pangan telah mencukupi, kuota impor kembali ditutup. Gambar 15: Tingkat Inflasi, Februari 2011 – Februari 2014 (y-o-y, dalam %) Inflasi Februari 2014 mencapai 7,75% (y-o-y) Sumber: BPS dan CEIC (2014) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 02/2011 08/2011 02/2012 08/2012 02/2013 08/2013 02/2014 Inflasi, 2012=100 Inti Harga Diatur Pemerintah Bergejolak 19
  • 24. Indonesian Economic Review and Outlook Untuk mengendalikan tekanan inflasi, pemerintah harus menjaga distribusi pangan agar tidak terganggu serta harus segera memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur nasional Pada bulan . Februari 2014, secara year-on-year, inflasi inti mencapai 5,26%, harga diatur pemerintah tercatat sebesar 16,76%, dan harga bergejolak sebesar 8,73%. Sementara itu, secara month-to-month, angka inflasi Februari 2014 tercatat sebesar 0,26%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,07%. Untuk mengendalikan tekanan inflasi, pemerintah harus menjaga distribusi pangan agar tidak terganggu serta harus segera memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur nasional Pada bulan . Februari 2014, secara year-on-year, inflasi inti mencapai 5,26%, harga diatur pemerintah tercatat sebesar 16,76%, dan harga bergejolak sebesar 8,73%. Sementara itu, secara month-to-month, angka inflasi Februari 2014 tercatat sebesar 0,26%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,07%. Tabel 3: Tingkat Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran, Tahun 2010 – 2014 (2012=100, m-t-m, dalam %) Harga makanan masih tinggi, inflasi bulan Februari 2014 mencapai 0,26% (5) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 15,64 6,96 4,08 6,51 2,19 3,29 2,69 3,64 4,51 3,47 7,57 4,26 5,16 1,92 5,68 6,11 3,35 4,67 2,91 4,21 2,2 Jan 3,39 0,46 0,56 0,25 0,29 0,05 -0,28 Feb 2,08 0,47 0,82 -0,59 0,56 0,19 0,08 Mar 2,04 0,4 0,21 -0,7 0,24 0,12 0,19 Apr -0,8 0,3 0,41 -1,13 0,22 0,15 0,1 Mei -0,83 0,35 0,75 -1,22 0,23 0,06 0,05 Jun 1,17 0,67 0,21 -0,29 0,23 0,04 3,8 Jul 5,46 1,55 0,44 -0,09 0,4 0,69 9,6 Ags 1,75 0,68 0,66 1,81 0,37 1,36 0,95 Sep -2,88 0,78 0,61 2,99 0,27 0,71 -0,79 Okt -0,62 0,55 0,26 -0,56 0,33 0,31 0,53 Nov -0,47 0,27 0,68 -0,03 0,34 0,11 0,02 Des 0,79 0,73 0,44 0,17 0,16 0,06 0,56 Jan 2,77 0,72 1,01 0,55 0,72 0,28 0,2 Feb 0,36 0,43 0,17 0,57 0,28 0,17 0,15 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Catatan: (1) Makanan; (2) Makanan Olahan, Minuman, Tembakau; (3) Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; (4) Sandang; (5) Kesehatan; (6) Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga; (7) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS dan CEIC (2014) 20
  • 25. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Komposisi inflasi Februari 2014 relatif lebih merata pada semua kelompok barang, dibandingkan pada bulan sebelumnya yang didominasi oleh kelompok Bahan Makanan. Komponen inflasi terbesar pada Februari 2014 adalah kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau. Kelompok pengeluaran ini menyumbang 0,08% dari total inflasi Januari 2014 yang sebesar 0,26%. Sedangkan inflasinya sebesar 0,36% (m-t- m) atau 9,62 % (y-o-y). Komponen inflasi bulan Januari 2014 terbesar adalah kelompok Bahan Makanan dengan share sebesar 0,56% dari inflasi Januari 2014 dengan tingkat inflasi sebesar 11,43% (y-o-y) atau 2,77% (m-t-m). Selain itu, kelompok pengeluaran Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar juga turut mendorong inflasi Januari 2014. Kelompok pengeluaran ini menyumbang 0,25%, dengan inflasi sebesar 7,63% (y-o-y) atau 1,01% (m-t- m). Sementara itu, dilihat dari 82 kota besar di Indonesia, sebagian besar kota di Indonesia mengalami inflasi pada Januari dan Februari 2014. Dari data yang dirilis BPS, Februari 2014 terjadi inflasi di 55 kota. Pontianak menjadi kota dengan tingkat inflasi tertinggi dengan sebesar 2,73% (m-t-m). Namun, deflasi juga terjadi di 27 kota pada Februari 2014. Sibolga menjadi kota dengan deflasi tertinggi, tercatat sebesar 2,43% (m-t-m). Sedangkan pada Januari 2014, 78 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi dari 78 kota tersebut terjadi di Pangkal Pinang, tercatat sebesar 3,79%. Sedangkan, deflasi dialami oleh empat kota. Kota dengan tingkat deflasi tertinggi adalah Sorong, yang tercatat sebesar 0,17%. Tingginya inflasi diikuti oleh cadangan devisa yang masih di bawah tahun-tahun sebelumnya dan nilai tukar rupiah yang masih lemah. Posisi cadangan devisa Indonesia per Januari 2014 tercatat USD 100,65 miliar, atau naik USD 1,26 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan per Februari 2014, cadangan devisa melonjak mencapai USD 102,74 miliar, naik sebesar USD 2,09 miliar. Tren positif ini berlanjut sejak Agustus 2013. Meskipun demikian, pada level tersebut cadangan devisa Indonesia telah melebihi standar kecukupan. Peningkatan cadangan devisa pada Januari dan Februari 2014 tidak lepas dari upaya Bank Indonesia memperbaiki neraca perdagangan dengan memberlakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.15/17/PBI/2013 terkait Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia, serta penerbitan SUN oleh pemerintah pada akhir Januari dan pertengahan Februari 2014 lalu. 21 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 26. Indonesian Economic Review and Outlook Selain itu, PBI tentang Transaksi Swap Lindung Nilai juga merupakan strategi BI untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah serta melakukan pendalaman pasar valuta asing. Hasilnya, rupiah mulai memunculkan sentimen positif dengan menguat 4,84% ke tingkat IDR11.643 per USD pada Februari. Hal tersebut mengakhiri tren pelemahan rupiah sejak November 2013. Pada Januari 2014, posisi rupiah berada di IDR 12.226 per USD melemah 0,3% dibandingkan pada Desember 2013. Penguatan rupiah ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah menerbitkan obligsi berdenominasi dolar senilai USD 4 miliar dalam upayanya menarik aliran dana masuk dari investor global. Penjualan obligasi tersebut juga ditujukan untuk memperkuat nilai tukar rupiah mengingat bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mulai memangkas dana stimulusnya Januari 2014. Surat utang yang diterbitkan pemerintah terdiri dari obligasi bertenor 10 tahun dengan kupon 5,95% dan obligasi bertenor 20 tahun dengan kupon 6,85%, masing-masing senilai USD 2 miliar. Berkaitan dengan pengendalian kurs rupiah, Bank Indonesia melalui JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) berhasil mendapatkan pengakuan internasional. Otoritas Moneter Singapura (MAS) mulai 27 Maret 2014 efektif mengadopsi JISDOR sebagai rate resmi untuk denominasi rupiah pada pasar uang di Singapura. Hal ini sejalan dengan tujuan Bank Gambar 16: Cadangan Devisa Indonesia (miliar USD) dan Perkembangan Nilai Tukar (IDR/USD), Februari 2011 – Februari 2014 Level cadangan devisa Januari 2014 tertinggi selama 8 bulan terakhir. Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 11.000 12.000 13.000 60 70 80 90 100 110 120 130 Cadangan Devisa (miliar), LHS IDR/USD, RHS 22
  • 27. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Indonesia saat meluncurkan JISDOR pada 20 Mei 2013 lalu, untuk mengendalikan kurs rupiah pada rate yang wajar. Dengan begitu, efisiensi pasar dapat terjadi, financial deepening dapat tercapai. Meskipun dalam tekanan inflasi dan pelemahan rupiah, Bank Indonesia memutuskan untuk tetap mempertahankan tingkat BI rate. Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 13 Februari 2014, BI rate tetap dipertahankan pada level 7,5%. Kebijakan ini melanjutkan komitmen Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi dan memperbaiki neraca pembayaran Indonesia. Sebagai catatan, BI rate terakhir kali berubah pada November 2013 dengan kenaikan sebesar 0,25 basis poin. Perkembangan tingkat suku bunga secara umum pada Januari dan Februari di tahun 2014 juga relatif tidak banyak berubah dibanding pada Desember 2013. Tingkat suku bunga penjaminan LPS naik 0,25 basis poin menjadi 7,5% (denominasi rupiah) dan 1,5% (denominasi mata uang asing) pada Januari 2014 dan tetap dipertahankan pada Februari 2014. Kenaikan tersebut sebagai upaya LPS menjamin simpanan nasabah perbankan di tengah kenaikan tingkat suku bunga secara umum di bulan Desember 2013. Di sisi lain, suku bunga deposito berjangka tiga bulan bergerak terus naik hingga melebihi tingkat suku bunga penjaminan serta BI Gambar 17: Perkembangan BI Rate, Februari 2011 – Februari 2014 (dalam %) BI rate dipertahankan tetap 7,5% pada Februari 2014 Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) 3 4 5 6 7 8 9 02/2011 08/2011 02/2012 08/2012 02/2013 08/2013 02/2014 23 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 28. Indonesian Economic Review and Outlook rate. Pada bulan Desember 2013, tingkat suku bunga deposito berjangka ada pada level 7,61%. Sedangkan pada Januari 2014 meningkat menjadi 7,96%. Hal ini bisa menjadi sinyalemen perbankan sedang menghadapi masalah likuiditas. 2. Pasar keuangan menunjukkan optimisme di akhir tahun Di pasar finansial, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan positif, dan obligasi Surat Utang Negara bergerak fluktuatif di bulan Januari dan Februari 2014. IHSG meningkat 3,38% ke level 4.418,757 (Desember 2013 – Januari 2014) kemudian 4,56% ke level 4.620,216 (Januari – Februari 2014). Penguatan IHSG pada Januari dan Februari 2014 bisa menjadi sinyal investor asing mulai masuk ke Indonesia. Di sisi lain, pergerakan imbal hasil (yield) obligasi SUN di pasar fluktuatif di kisaran 8,6% (Desember 2013), 9,01% (Januari 2014), dan terakhir 8,4% (Februari 2014). Hal tersebut dikarenakan yield SUN mengikuti perkembangan tingkat inflasi. Yield akan naik ketika inflasi meningkat, Gambar 18: Perkembangan Tingkat Suku Bunga Penjaminan LPS dan Deposito, Februari 2011 – Februari 2014 (dalam %) LPS menaikkan tingkat suku bunga penjaminan, deposito berjangka 3 bulan melebihi BI Rate dan suku bunga LPS *= Januari 2014 (deposito berjangka) dan Februari 2014 (suku bunga penjaminan) Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) 4 5 6 7 8 9 10 Suku Bunga Penjaminan Maksimum (IDR, 1 bln) Deposito Berjangka (3 bln) 24
  • 29. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada seperti yang terjadi pada bulan Januari 2014, dan menurun pada Februari 2014. SUN dengan tenor menengah, seperti tenor 10 tahun, menjadi favorit investor sebagai investasi aman sebagai antisipasi terjadinya sentimen negatif di pasar finansial, selain cukup likuid di pasar sekunder. Setelah sempat menurun pada kuartal III-2013, transaksi modal dan finansial kembali menunjukkan tren menaik di kuartal IV-2013. Surplus transaksi modal dan finansial naik dari USD 5,6 miliar menjadi USD 9,2 miliar dengan tingkat pertumbuhan quarter-to-quarter sebesar 65,4%. Peningkatan surplus ini dikarenakan terjadinya perubahan drastis pada komponen investasi lainnya yang pada kuartal III-2013 mengalami defisit berubah menjadi surplus pada kuartal berikutnya. Adapun investasi langsung dan portofolio mengalami penurunan meskipun tetap mengalami surplus. Nilai investasi langsung dan portofolio menurun pada kuartal-IV 2013. Penurunan terbesar terjadi pada investasi langsung, dari USD 5,7 miliar di kuartal III-2013 menjadi USD 1,6 miliar pada kuartal IV-2013. Sedangkan investasi portofolio hanya turun sedikit dari USD 1,9 miliar menjadi USD 1,8 miliar. Secara persentase nilai investasi langsung dan portofolio turun Gambar 19: Pergerakan IHSG dan Indeks Imbal Hasil SUN Tenor 10 Tahun, Februari 2011- Februari 2014 (dalam %) IHSG terus menguat sejak Desember hingga Februari; yield SUN turun di akhir Februari 2014 Sumber: IDX, CEIC, dan Bloomberg (2014) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 IHSG, LHS Yield SUN 10 Tahun (%), RHS 25 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 30. Indonesian Economic Review and Outlook sebesar 71,9% dan 9,6% pada periode tersebut. Penurunan nilai investasi langsung dikarenakan defisit direct investment abroad naik menjadi USD 2,5 miliar pada kuartal IV-2013, kuartal sebelumnya hanya defisit sebesar USD 87 juta. Selain itu surplus foreign direct investment di Indonesia juga menurun sebesar USD 1,7 miliar dari kuartal sebelumnya. Nilai investasi lainnya meningkat pesat di kuartal IV-2013. Pada kuartal III-2013 nilai investasi lainnya mengalami defisit USD 2 miliar. Kemudian nilainya melonjak menjadi surplus USD 5,9 miliar di kuartal berikutnya. Peningkatan pesat surplus investasi lainnya berdasarkan data dari Bank Indonesia disebabkan oleh penarikan simpanan bank di luar negeri dari sisi aset serta terjadinya surplus neto pada kewajiban sektor swasta. Dibandingkan dengan kuartal-IV tahun 2012, kinerja transaksi modal dan finansial mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan nilai surplus yang lebih tinggi pada kuartal IV-2012 yaitu sebesar USD 12 miliar daripada kuartal IV-2013 yang hanya sebesar USD 9,2 miliar. Secara year-on-year, surplus transaksi modal dan finansial turun sebesar 23,1 %. Kinerja neraca pembayaran pada kuartal IV-2013 membaik kembali. Hal ini ditunjukkan dengan posisi neraca pembayaran yang mengalami Gambar 20: Neraca Transaksi Modal dan Finansial, 2010:Q1-2013:Q4 (USD miliar) Surplus transaksi modal dan finansial meningkat Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) -15 -10 -5 0 5 10 15 2010:Q1 2010:Q4 2011:Q3 2012:Q2 2013:Q1 2013:Q4 Investasi Langsung Investasi Portofolio Investasi Lainnya Transaksi Modal dan Finansial Transaksi Berjalan 26
  • 31. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada surplus USD 4,4 miliar pada kuartal IV-2013. Sebaliknya pada kuartal III- 2013, neraca pembayaran Indonesia defisit USD 2,6 miliar. Perbaikan neraca pembayaran terjadi karena surplus transaksi modal dan finansial membesar sementara defisit transaksi berjalan mengecil. Dibandingkan dengan kuartal IV-2012, Kinerja neraca pembayaran sedikit lebih baik. Pada kuartal IV-2012 neraca pembayaran mengalami surplus sebesar USD 3,2 miliar. Kemudian pada tahun 2013 kuartal yang sama, surplus neraca pembayaran meningkat menjadi USD 4,4 miliar. Secara year-on-year, surplus neraca pembayaran tumbuh sebesar 36,8%. Gambar 21: Neraca Pembayaran 2010:Q1-2013:Q4 (USD miliar) Neraca pembayaran surplus pada kuartal IV-2013 Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) -15 -10 -5 0 5 10 15 2010:Q1 2010:Q4 2011:Q3 2012:Q2 2013:Q1 2013:Q4 Transaksi Berjalan Transaksi Modal dan Finansial Selisih Perhitungan Neraca Pembayaran 27 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 32. Indonesian Economic Review and Outlook C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI 1. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) Leading Economic Indicator merupakan salah satu model early warning system untuk memprediksi arah siklus ekonomi di masa depan. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) merupakan model peramalan yang dikembangkan oleh Tim Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Titik balik serta kenaikan/penurunan garis pada model GAMA LEI diharapkan mampu memprediksi siklus pergerakan perekonomian Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. GAMA LEI dibentuk berdasarkan uji kuantitatif dan kualitatif untuk menghasilkan peramalan terbaik. GAMA LEI mampu meramalkan siklus perekonomian (PDB) Indonesia dengan cukup akurat pada beberapa waktu sebelumnya. Peramalan model GAMA LEI mampu memprediksi arah siklus perekonomian Indonesia selama ini dengan baik. Pada saat ini GAMA LEI melihat adanya peningkatan kinerja pada beberapa indikator kunci perekonomian Indonesia yang menyebabkan perkembangan positif pergerakan siklus perekonomian -4 -2 0 2 4 6 8 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 -10 -5 0 5 10 15 20 Siklus PDB (LHS) GAMA LEI (RHS, IDR triliun) Growth YoY (RHS, %) Growth Q to Q (RHS, %) Gambar 22: GAMA Leading Economic Indicator GAMA LEI memprediksi kecenderungan penurunan siklus perekonomian Indonesia 28
  • 33. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada (PDB). Dalam edisi ini, GAMA LEI memprediksi siklus perekonomian Indonesia dalam menghadapi tahun politik 2014. GAMA LEI disusun dari berbagai macam indikator yang telah melewati uji statistik secara ketat. Adanya peningkatan kinerja pada variabel seperti ekspor ke dua wilayah ekonomi (China dan Eropa) dan cadangan devisa dari sisi ekonomi makro serta market capitalization dan IHSG dari pasar modal cukup berpengaruh pada kondisi perekonomian. Meskipun demikian, patut dicatat bahwa beberapa indikator ekonomi makro lainnya dapat berubah dengan cepat dalam beberapa waktu ke depan. Adanya keberagaman pola pada pertumbuhan ekonomi Indonesia serta proyeksi siklus perekonomian dalam model GAMA LEI menghasilkan peramalan yang komprehensif. Peramalan siklus bisnis menekankan pada pergerakan siklus perekonomian apakah berada pada fase ekspansi atau kontraksi dalam beberapa waktu ke depan. Siklus GAMA LEI 2013:Q4 berada pada fase ekspansi (pada kondisi di atas nol) meskipun mempunyai arah menurun. Sebagai contoh: pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2013:Q4 secara year-on-year tercatat meningkat, namun siklus PDB yang dihasilkan dalam model tersebut mengalami pergerakan menurun walaupun masih dalam fase ekspansi. GAMA LEI pada edisi ke-5 ini memprediksi masih terdapat kecenderungan penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia. Meskipun demikian, dilihat dari pergerakan dan pola perekonomian baik year-on-year maupun quarter-to-quarter keduanya mengindikasikan adanya kenaikan tipis pada pertumbuhan ekonomi di 2014:Q1. Jika pemerintah tidak menjaga pertumbuhan ekonomi yang telah tercatat meningkat secara year- on-year di 2013:Q4, maka momentum perbaikan ekonomi tersebut akan terlewatkan. 2. Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi Hasil konsensus menunjukkan nilai ketiga indikator makro utama Indonesia yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar bergerak membaik dari tahun 2014 ke 2015. Konsensus diperoleh 29 GAMA LEI dan Konsensus Proyeksi Ekonomi
  • 34. Indonesian Economic Review and Outlook berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim Macroeconomic Dashboard dengan responden dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Secara umum, pada tahun 2014 pertumbuhan PDB riil tidak jauh berbeda dengan tahun 2013. PDB riil (y-o-y) diprediksi tumbuh sebesar 5,85% ± 0,14% pada kuartal I-2014 dan 5,86% ± 0,14% pada kuartal II- 2014. Adapun secara tahunan, prediksi pertumbuhan PDB riil 2014 dan 2015 masing-masing sebesar 5,91% ± 0,14% dan 6,3% ± 0,3% . Nilai tukar rupiah diprediksi mulai membaik dan stabil pada tahun 2014. Pada kuartal I-2014 nilai tukar rupiah diperkirakan sebesar IDR/USD 11.680 ± IDR/USD 363. Di kuartal berikutnya, nilai tukar rupiah sedikit menguat menjadi IDR/USD 11.510 ± IDR/USD 404. Secara tahunan, nilai tukar rupiah tahun 2014 sebesar IDR/USD 11.550 ± IDR/USD 447 dan tahun 2015 menguat menjadi sebesar IDR/USD 11.130 ± IDR/USD 589. Inflasi Indonesia tahun 2014-2015 diprediksi berada di atas lima persen. Tahun 2014, hasil prediksi inflasi Indonesia adalah sebesar 5,58% ± 3,19%. Tahun 2015 nilainya menurun sedikit menjadi 5,22% ± 3,17%. Sementara itu secara kuartalan, inflasi di Indonesia pada kuartal I-2014 dan II-2014 masing-masing sebesar 4,33% ± 3,46% dan 4,25% ± 3,26%. Kuartal-I 2014 Kuartal-II 2014 Tahun 2014 Tahun 2015 Pertumbuhan 5,85 5,86 5,91 6,3 Rentang ± 0,14 0,14 0,14 0,3 Tabel 4: Estimasi Pertumbuhan PDB Riil (y-o-y, dalam %) Kuartal-I 2014 Kuartal-II 2014 Tahun 2014 Tahun 2015 Nilai Tukar 11.680 11.510 11.550 11.130 Rentang ± 363 404 447 589 Tabel 5: Estimasi Inflasi (y-o-y, dalam %) Tabel 6: Estimasi Nilai Tukar Rupiah (IDR/USD) Kuartal-I 2014 Kuartal-II 2014 Tahun 2014 Tahun 2015 Inflasi 4,33 4,25 5,58 5,22 Rentang ± 3,46 3,26 3,19 3,17 Sumber: Data Primer, diolah (2014) Sumber: Data Primer, diolah (2014) Sumber: Data Primer, diolah (2014) 30
  • 35. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada D. ASEAN: Meraih Potensi Perekonomian Optimum di Tengah Instabilitas Global dan Regional Secara umum dengan berakhirnya tahun 2013, perekonomian kawasan negara-negara anggota ASEAN (Association of South East Asian Nations) mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang relatif masih lambat dan belum memenuhi potensi perekonomian yang dimiliki. Perekonomian kawasan yang masih belum optimal ini terutama didorong oleh capaian perekonomian Indonesia dan Thailand, dua negara yang memiliki andil perekonomian yang besar di kawasan yang tercatat masih lebih rendah pada tahun 2013 dibandingkan dengan capaian yang diperoleh pada tahun 2012 lalu. Berdasarkan pertumbuhan year-on-year, pada tahun 2013 ini secara berturut-turut Indonesia dan Thailand mencatatkan pertumbuhan perekonomian sebesar 5,8% dan 2,9% lebih rendah daripada capaian perekonomian pada tahun 2012 yang secara berturut-turut tercatat 6,2% dan 6,4%. Situasi ini cukup meresahkan mengingat sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Asia, ASEAN hanya mampu mencatatkan rerata pertumbuhan perekonomian sebesar 5% dalam satu dekade terakhir yang masih sangat rendah dibandingkan potensi perekonomian yang dimiliki di tengah tantangan perekonomian untuk memasuki komitmen bersama terkait ASEAN Economic Community 2015 yang akan datang. Potensi pertumbuhan ekonomi kawasan mendapatkan tantangan baik dari sisi internal maupun dari sisi eksternal. Selain dikarenakan situasi global yang masih belum kembali normal, stabilitas politik yang relatif masih rapuh di kawasan adalah tantangan terkini yang dihadapi negara-negara di ASEAN, seperti yang saat ini sedang dialami oleh Thailand dan Myanmar atau bahkan hingga dinamika terkini menghangatnya hubungan antara Singapura dan Indonesia. Bahkan selain situasi lingkungan eksternal, tantangan secara internal juga dihadapi oleh pemerintah negara ASEAN yang dituntut untuk mampu mengambil kesempatan perekonomian di tengah kecenderungan pergeseran struktur perekonomian di kawasan. Menurut publikasi yang dirilis oleh Sekretariat ASEAN pada Oktober 2013, dinyatakan bahwa telah nampak adanya pergeseran struktur ekonomi yang mencolok di kawasan ASEAN terutama dikaitkan dengan semakin berkurangnya sumbangan 31
  • 36. Indonesian Economic Review and Outlook sektor pertanian pada perekonomian kawasan dan semakin berkembangnya sektor perekonomian yang berbasis jasa. Hal ini dapat terjadi selain dengan mulai tumbuhnya kota-kota besar berskala metropolitan dengan layanan jasa keuangan yang semakin berkembang di kawasan, perkembangan juga dialami pada tingkatan negara seperti Filipina yang telah menjadi negara yang akan menggantikan dominasi India secara global dalam hal tingkat pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Pemerintah negara anggota ASEAN selain itu masih menemui tantangan untuk mampu menciptakan lapangan kerja yang cukup bagi pertumbuhan jumlah tenaga kerja dan penduduk akibat demographic boom serta kemampuan untuk menyediakan infrastruktur yang memadai guna mendorong produktivitas perekonomian. Sebagai contoh, Filipina, Malaysia Vietnam, Indonesia, Myanmar dan Kamboja adalah negara-negara yang saat ini sedang mengalami tingkat pertumbuhan penduduk usia aktif tinggi sementara tingkat dependency ratio yang memiliki kecenderungan untuk terus menurun, sehingga berpotensi untuk mendukung perekonomiannya. Modal perekonomian ini apabila tidak mampu dikelola secara seksama oleh pemerintahan di negara ASEAN hanya akan menjadi salah satu penyebab tambahan untuk mendorong semakin mundurnya perekonomian kawasan. Tabel 4: Pertumbuhan GDP Negara ASEAN, 1998–2013 (y-o-y, %) Filipina dan negara CLMV adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi kawasan 5³ ³ ² -5³ ³ ³ 2000-2007 2008-2009 Krisis Asia Masa tenang Krisis global Brunei Darussalam 1,25 2,24 -1,85 2,6 2,2 1,6 1 Kamboja 8,5 9,93 3,4 6,1 7,1 7,2 7,2 Indonesia -6,15 5,04 5,3 6,2 6,5 6,2 5,8 Laos 4,25 6,75 7,65 8,1 8 8,1 8 Malaysia -0,65 5,5 1,65 7,1 5,1 5,6 6,8 Myanmar 8,35 12,88 4,35 5,3 5,4 6,3 6,5 Filipina 1,25 4,89 2,65 7,6 3,9 6,5 7,2 Singapura 2,05 6,36 0,5 14,8 5,1 1,2 3,7 Thailand -3,05 5,05 0,1 7,8 -0,1 6,4 2,9 Viet Nam 5,3 7,64 5,8 6,8 5,9 5 5,4 ASEAN -1,9 5,56 3,85 8,3 4,9 5,2 5,1 Negara 2010 2011 2012 2013 Catatan: rata-rata pertumbuhan untuk periode 1998-1999, 2000-2007, dan 2008-2009 Sumber: IMF dan CEIC (2014) 32
  • 37. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Filipina adalah negara di kawasan ASEAN dengan tingkat capaian ekonomi sepanjang tahun 2013 cukup menakjubkan dengan mencatatkan pertumbuhan ekonomi hingga 7,2% pada akhir tahun 2013. Capaian ini tidak hanya tinggi di kawasan ASEAN, tetapi juga salah satu negara dengan capaian pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia secara keseluruhan. Perekonomian Filipina yang berkembang sangat pesat ini, selain didorong dengan tercapainya Investment Grade oleh Moody's pada tahun 2013 ini, juga dikarenakan proporsi investasi swasta dan pengeluaran pemerintah yang tinggi pada struktur pertumbuhan ekonominya dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan, selain rendahnya tingkat perekonomian negara ini pada aktivitas ekspor dan impor, sehingga meminimalisir dampak instabilitas perekonomian global pada perekonomian nasionalnya. Capaian pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN juga didorong oleh tingkat pertumbuhan negara-negara CLMV (Kamboja, Lao PDR, Myanmar, Viet Nam). Negara anggota CLMV ini bahkan memperoleh capaian pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari negara-negara anggota Gambar 23: Indeks Harga Konsumen (IHK) Negara ASEAN, 2011 – 2014* (y-o-y, %) Tingkat inflasi yang masih tinggi masih menjadi ancaman ekonomi kawasan 44 46 48 4⁰ 4² 54 56 58 5⁰ 5² 64 6455 6456 6457 Jan©58 (YoY) Brunei Darussalam Cambodia Lao PDR Malaysia Myanmar The Philippines Singapore Thailand Viet Nam Indonesia *= Data untuk Brunei Darussalam, Cambodia, Myanmar adalah posisi per-Desember 2013 (y-o-y). Data untuk Indonesia, Lao PDR. Malaysia, The Philippines, Singapore, Thailand, Viet Nam adalah posisi per- Januari 2014 (y-o-y) Sumber: Bloomberg (2014) 33 ASEAN
  • 38. Indonesian Economic Review and Outlook ASEAN+6 (enam negara anggota awal ASEAN) yang dianggap memiliki sistem perekonomian yang lebih modern. Sepanjang tahun 2013 ini, negara- negara CLMV secara rata-rata mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%, lebih tinggi dari rerata capaian negara ASEAN+6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand) yang hanya mampu mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 4,57%. Hal ini diperkirakan selain karena potensi kapasitas perekonomian yang masih sangat luas bagi negara-negara anggota CLMV dengan stabilitas politik yang relatif stabil juga sangat didorong dengan komitmen pemerintah nasional yang tinggi pada upaya pembangunan fasilitas dan jejaring infrastruktur seiring mendukung komitmen kawasan pada Master Plan on ASEAN Connectivity 2015. Tingkat inflasi yang masih relatif tinggi di ASEAN adalah salah satu penyebab utama yang menyebabkan hambatan bagi perekonomian untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang optimal dan tingkat perbaikan kesejahteraan yang signifikan. Sepanjang tahun 2013, Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat inflasi tertinggi di kawasan yang menyebabkannya berada di dalam kelompok negara-negara yang mencatat tingkat inflasi yang tinggi seperti Lao PDR dan Vietnam. Berbeda dengan negara-negara lain di kawasan yang relatif sukses menekan laju inflasi pada kisaran Tabel 5: Pertumbuhan Indeks Pasar Saham Negara ASEAN, 2009 – 2014 (y-o-y, %) Pasar saham di ASEAN menunjukkan capaian yang beragam Negara 2009 2010 2011 2012 2013 6²-Feb-58 Brunei Darussalam Kamboja -17,74 -1,57 Indonesia 87,9 46,9 3 13,3 0,25 6,77 Laos 35,1 3,86 3,09 Malaysia 45 19,5 0,8 10,3 10,54 -1,68 Myanmar Filipina 60,3 55,7 1,9 21,1 62,3 7,36 Singapura 64,5 10,1 -17,1 19,7 0,24 -2,01 Thailand 66,1 39,2 -0,9 35,9 -11,58 7,68 Viet Nam 56,6 -2,8 -20,9 7,7 23,06 16,25 Tidak memiliki pasar saham Tidak memiliki pasar saham Tidak memiliki pasar saham Tidak memiliki pasar saham Catatan: Data tersaji pada posisi 28 Februari 2014 adalah pertumbuhan berbasis Year-to-Date Sumber: Bloomberg (2014) 34
  • 39. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada dibawah 3%, pemerintah Indonesia, Lao PDR dan Vietnam terbukti belum mampu menekan laju inflasi di dalam sistem perekonomiannya. Pada perkembangan terkini melalui rilis tingkat inflasi pada bulan Januari 2014 yang lalu, bahkan Indonesia tetap menjadi negara dengan tingkat inflasi year-on-year tertinggi di kawasan. Indonesia memperoleh capaian IHK yang tercatat 8,22% berbeda signifikan dengan pencatat inflasi tertinggi berikutnya yaitu Lao PDR (5,99%) dan Viet Nam (5,45%). Tekanan inflasi pada perekonomian kawasan ini hendaknya menjadi perhatian yang serius oleh negara-negara anggota ASEAN karena hal ini akan sangat mempengaruhi kesiapan mereka secara kolektif untuk menyongsong ASEAN Economic Community 2015. Negara-negara anggota ASEAN memiliki potensi tumbuh lebih tinggi dengan fenomena demographic boom yang terjadi. Pertumbuhan jumlah penduduk usia kerja produktif yang signifikan diiringi dengan tingkat kesejahteraan yang relatif lebih baik akan memacu terjadinya pertumbuhan tingkat konsumsi industri dan rumah tangga yang meningkat. Namun sayangnya, mayoritas pertumbuhan tingkat konsumsi itu masih didominasi oleh barang-barang impor yang tidak saja akan mempengaruhi keseimbangan nilai tukar tapi juga berpotensi mendorong membesarnya potensi terjadinya imported inflation. Perkembangan pasar saham di kawasan negara ASEAN menunjukkan capaian yang beragam. Sebagian negara sepanjang tahun 2013 mencatatkan penurunan yang tajam sebagaimana yang dicatat oleh Kamboja (-17,74%) dan Thailand (-11,58%), sebagian mengalami pertumbuhan yang tajam sebagaimana yang dicatat oleh Filipina (62,30%) dan Viet Nam (23,06%), sementara sebagian negara lainnya mengalami mencatatkan pertumbuhan dengan tingkat yang sangat tipis seperti yang dialami Indonesia, Lao PDR dan Singapura. Pertumbuhan pasar saham menunjukkan optimisme pelaku pasar pada perekonomian ASEAN namun hal itu juga diiringi dengan potensi kerapuhan sistem keuangan kawasan. Melimpahnya dana asing masuk yang dikategorikan sebagai hot money memicu potensi penarikan dana secara tiba-tiba yang pada akhirnya dapat menggerus kestabilan sistem 35 ASEAN
  • 40. Indonesian Economic Review and Outlook keuangan negara di kawasan yang saat ini sedang mengalami momentum pertumbuhan. Ancaman terhadap kestabilan sistem keuangan negara- negara anggota ASEAN secara umum juga datang dari kecenderungan peningkatan pada utang sektor perumahan akibat kecenderungan peningkatan tingkat konsumsi masyarakat terutama golongan menengah pada konsumsi benda-benda yang bersifat komplementer dan mewah. Melimpahnya dana asing masuk di kawasan ASEAN sepanjang tahun 2013 ini ditunjukkan dengan dana masuk hingga sebesar USD 144 miliar, tidak terlalu jauh dibandingkan dengan negara sebesar Cina yang mencatatkan dana masuk hingga sebesar USD 121 miliar. Beberapa pengamat investasi dan pelaku pasar menyatakan bahwa mereka masih cukup optimis bahwa dana asing yang masuk ke kawasan ASEAN ini tidak akan segera berpindah dalam waktu dekat. Hal itu dikarenakan para investor masih belum menemukan tempat lain yang aman dan nyaman sebagai alternatif menarik untuk lokasi pemindahan dana-dana tersebut dalam situasi perekonomian global seperti saat ini. Para pengamat tersebut juga percaya bahwa walaupun hot money tersebut terjadi penarikan dana yang massal dan tiba-tiba, dampaknya tidak akan terlalu berat sebagaimana yang dialami pada saat Krisis Keuangan Asia 1998 terdahulu dikarenakan berdasarkan pengalaman itu sistem keuangan di Tabel 6: Nilai Tukar Mata Uang ASEAN Terhadap USD, 2009 – 2014 (y-o-y, %) Pada tahun 2013, seluruh nilai tukar mata uang di kawasan melemah terhadap USD Negara 2009 2010 2011 2012 2013 6²-Feb-58 Brunei Darussalam 4,17 7,97 0 4,72 -2,48 -0,8 Kamboja -2,21 0,81 0,3 1,76 -0,33 0,25 Indonesia 14 5,79 0,36 -8,72 -26,92 4,51 Laos -0,05 3,53 0,56 1,77 -2,07 0,12 Malaysia 0,59 9,17 -3,26 4,42 -8,58 0,3 Myanmar 0,32 0,16 0,48 -13360* -14,93 0,45 Filipina 1,44 5,73 0,09 7,05 -9,03 -0,54 Singapura 3,45 8,57 -0,78 5,43 -3,28 0 Thailand 4,52 9,32 -6,26 4,25 -7,96 0,79 Viet Nam 6,7 -5,71 -7,97 2,05 -2,36 0,02 *= Pada tahun 2012 Myanmar mengalami penyesuaian nilai mata uang Catatan: Data tersaji pada posisi 28 Februari 2014 adalah pertumbuhab berbasis Year-to-Date Sumber: Bloomberg (2014) 36
  • 41. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada ASEAN sudah lebih diregulasi dengan lebih baik dan dengan posisi cadangan devisa yang juga lebih memadai untuk menghadapi kemungkinan terjadinya potensi kejatuhan mata uang dengan drastis. Neraca perdagangan di kawasan ASEAN saat ini mengalami tekanan dari berbagai arah. Seiring dengan dampak resesi perekonomian yang di negara-negara belahan Barat yang masih dirasakan hingga saat ini dan diikuti dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Cina dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara mencatatkan penurunan dalam tingkat ekspor maupun penurunan nilai produk-produk ekspor akibat menurunnya tingkat permintaan global. Bahkan perdagangan antara negara Selatan-Selatan yang biasanya menjadi penyangga bagi kawasan dalam mengkompensasi penurunan permintaan dari negara-negara maju ternyata belum mampu menyelamatkan, mengingat adanya kecenderungan “pendinginan” ekonomi di Brasil sebagai negara besar di kawasan Selatan maupun pada negara-negara berkembang lainnya yang juga sedang mengalami permasalahan perekonomiannya sendiri. Penurunan pada tingkat keseimbangan neraca perdagangan di kawasan pada kelanjutannya berdampak pada melemahnya seluruh nilai tukar mata uang negara-negara anggota di kawasan terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Potensi tertekannya nilai tukar negara di kawasan ini akan berpotensi untuk terus terjadi dikarenakan adanya rencana The Fed untuk melakukan program pengurangan quantitative easing (tapering off) yang berpotensi untuk menyebabkan terjadinya dampak instabilitas pada kerapuhan sektor pasar uang maupun pasar saham di kawasan. Pertumbuhan secara tipis yang terjadi di pasar saham ASEAN sebagaimana yang telah diulas sebelumnya ternyata tidak berbanding lurus dengan situasi yang tercatat pada pasar uang. Hal itu sebagaimana yang diwujudkan dalam pertumbuhan negatif seluruh nilai tukar mata uang negara anggota di kawasan sepanjang tahun 2013. Penurunan tersebut paling besar dialami oleh Indonesia “Rupiah” dengan depresiasi sebesar 26,92% dan Myanmar “Kyat” yang mengalami depresiasi sebesar 14,93% sebagai dua negara yang utama yang belum mampu mengendalikan penurunan nilai tukar mata uang di bawah 10%, layaknya yang dialami oleh negara-negara lainnya di kawasan selama tahun 2013. 37 ASEAN
  • 42. Indonesian Economic Review and Outlook E. Isu Terkini Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2014 tinggal dalam hitungan hari. Berdasarkan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), proses pemungutan suara untuk memilih calon-calon anggota DPD, DPR dan DPRD akan dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014. Tercatat, di samping individu-individu calon anggota DPD, ada 12 partai politik yang bersaing memperebutkan kursi-kursi DPR dan DPRD, di mana 11 di antaranya merupakan partai politik lama dan satu partai merupakan partai politik baru. Pertanyaannya, seberapa jauh kita bisa berharap bahwa Pileg 2014 akan menghasilkan wakil-wakil rakyat yang lebih baik? Mungkinkah Pileg kali ini akan berbeda dengan pemilu-pemilu legislatif sebelumnya dan menjadi awal bagi sebuah perubahan? Bagi saya, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab. Bukan karena saya tak setuju dengan sebagian besar masyarakat yang kecewa dengan kinerja wakil-wakil rakyat hasil pemilu-pemilu legislatif sebelumnya. Begitu juga, bukan karena saya terlalu percaya bahwa perubahan mungkin akan terjadi hanya dengan bekal hitung-hitungan sederhana jumlah pemilih muda melek informasi yang konon mencapai 40 juta. Tetapi, karena menurut saya jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas bersifat endogenous. Seperti diajarkan para dosen kepada mahasiswa-mahasiswa baru yang menghadiri pertemuan pertama kuliah dengan topik “10 Principles of Economics”, perilaku individu-individu dalam perekonomian bergantung antara lain pada insentif. Baik atau buruknya kinerja anggota legislatif hasil Pileg 2014 bukan hanya akan ditentukan oleh preferensi calon-calon yang terpilih, tetapi juga rentetan rewards dan punishments dari masyarakat kepada mereka, sejak awal masa pencalonan hingga akhir masa jabatan lima tahun ke depan. Pemilu Legislatif dan Harapan Perubahan Akhmad Akbar Susamto 38
  • 43. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Sayangnya, insentif yang diberikan masyarakat cenderung salah. Di awal masa pencalonan, masyarakat sudah menghukum calon-calon wakil rakyat yang sebenarnya potensial dan memiliki catatan masa lalu yang baik dengan ungkapan-ungkapan sinis tentang perebutan kekuasaan, praktik-praktik politik kotor dan korupsi. Hanya dalam waktu satu detik setelah seseorang memutuskan terjun ke politik, semua catatan masa lalunya yang positif seakan luruh menjadi negatif: Independensi menjadi partisanship, obyektivitas menjadi subyektivitas kelompok dan akal sehat menjadi akal jahat. Adverse selection pun terjadi, di mana individu-individu yang bersih enggan terjun ke politik, sementara individu-individu yang memang tak bersih justru dengan bebas masuk ke politik mengingat risiko pengorbanan reputasi yang rendah. Menjelang hari pemungutan suara, polarisasi muncul. Di satu sisi, ada sebagian masyarakat yang memilih untuk menjadi golput. Mungkin dengan alasan semua kandidat atau semua partai politik peserta pileg sama buruknya, mungkin juga dengan alasan kecewa pada pelaksanaan pileg yang dianggap tak jujur dan tak adil. Di sisi lain, ada sebagian masyarakat yang mengikatkan pilihan pada kandidat atau partai politik tertentu tanpa memandang apakah kandidat atau partai politik yang dipilihnya bersih atau tidak. Masih lumayan jika ikatan tersebut didasarkan pada alasan ideologis. Tetapi, yang lebih jamak adalah ikatan yang didasarkan pada alasan pragmatis, termasuk janji-janji pembagian rente dan money politics. Dalam hal ini, yang terjadi bukan semacam corollary Mancur Olson (1965),¹ tetapi ujian dan godaan bagi calon-calon wakil rakyat yang bersih. Meyakinkan sebagian masyarakat yang kritis agar tak golput terasa sulit, sementara merebut hati sebagian masyarakat lain yang mendasarkan ikatan pada alasan pragmatis juga tak mudah. Pilihannya, ikut-ikutan pragmatis termasuk menebar janji-janji pembagian rente dan money politics atau terlempar dari persaingan mendulang suara. Terlebih sistem perwakilan dalam lembaga legislatif kita lebih mengarah pada representasi proporsional daripada representasi pluralitas sehingga suara-suara untuk kandidat atau partai politik minor pun tetap berarti. ¹ Mancur Olson menyebut pemungutan suara sebagai barang publik. Seseorang dapat tetap mendapatkan manfaat dari hasil pemungutan suara meskipun tidak ikut memilih. Hanya saja, sebagai konsekuensi (corollary), akan ada kelompok-kelompok kepentingan khusus yang terorganisasi dengan baik yang akan mempunyai pengaruh lebih besar dalam pengambilan keputusan politik. Lihat Mancur Olson (1965), The Logic of Collective Action: Public Goods and the Theory of Groups, Cambridge, MA, Harvard University Press. 39 Isu Terkini
  • 44. Indonesian Economic Review and Outlook Setelah pelantikan, penilaian masyarakat atas kinerja anggota-anggota legislatif pada umumnya overgeneralized. Bagi sebagian besar masyarakat, apapun yang dilakukan dan diupayakan wakil-wakil rakyat di parlemen terlihat buruk. Tidak ada perbedaan antara anggota-anggota legislatif yang bersih, yang kurang bersih dan yang busuk. Tidak ada perbedaan antara satu urusan dengan urusan lain, antara satu kebijakan dengan kebijakan yang lain. “Pokoknya semua buruk.” Kesalahan insentif pun terjadi, di mana wakil- wakil rakyat yang bersih dan berkinerja baik tak mendapatkan rewards, dan sebaliknya justru mendapatkan punishments dengan cara diperlakukan sama seperti wakil-wakil rakyat yang tidak bersih dan berkinerja buruk. Insentif kepada wakil-wakil rakyat bisa salah terutama karena berjangkitnya rational apathy dan rational ignorance. Rational apathy mencerminkan kecenderungan untuk mengabaikan persoalan dan pasrah di tengah keadaan yang sulit untuk diubah. Sementara, rational ignorance mencerminkan kecenderungan untuk tak mau tahu, dalam arti belum tahu dan tak ingin mencari tahu (Down, 1957).² Insentif kepada wakil-wakil rakyat hanya bisa ditata ulang bila kita dari sekarang mau “berkorban” dengan sedikit lebih peduli, mengumpulkan informasi dan membedakan antara calon-calon wakil rakyat yang bersih dan yang tidak bersih. Di hari pemungutan suara, pemilih yang terdaftar dapat berkontribusi dengan sedikit “berkorban” memilih calon yang dianggap paling baik. Setidak-tidaknya, peraturan KPU tentang penetapan calon-calon anggota legislatif terpilih berdasarkan suara terbanyak masih memungkinkan kita untuk memilah-milah kandidat-kandidat yang bersih dan tak bersih dalam satu partai yang sama. Sesudah pelantikan, kita dapat berkontribusi dengan menahan diri untuk tidak gebyah-uyah dalam mengkritik anggota-anggota legislatif, dan bila memang yang mereka lakukan benar, memberi sedikit pujian atas pekerjaannya. Meskipun tidak selalu mudah, pembedaan antara anggota-anggota legislatif yang berprestasi dan tidak berprestasi akan menjadi insentif yang benar bagi mereka. Jadi, kembali ke pertanyaan awal tentang seberapa jauh Pileg 2014 akan bisa menjadi awal bagi sebuah perubahan, jawabannya tergantung pada sikap kita! Masalahnya, siapkah kita untuk berubah? ² Anthony Downs (1957), An Economic Theory of Democracy, New York, Harper and Row. 40
  • 45. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada F. Economic Outlook Stabilitas ekonomi makro Indonesia yang membaik di awal tahun 2014 masih menghadapi potensi instabilitas yang tinggi seiring dengan kebijakan tapering off dari bank sentral Amerika Serikat ataupun pelemahan pertumbuhan ekonomi di Jepang, China ataupun India, juga dampak yang bisa timbul dari perkembangan masalah Ukraina. Apalagi cadangan devisa yang meningkat banyak didukung oleh hasil penerbitan Surat Berharga Negara global sebesar USD 4 miliar pada Januari 2014. Demikian juga laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat tipis pada kuartal IV-2013 sehingga mencapai 5,72% masih akan menghadapi tantangan dan ancaman yang berat karena neraca perdagangan barang yang sejak Oktober hingga Desember 2013 surplus mulai defisit lagi yang disebabkan oleh karena kebijakan pelarangan ekspor minerba mentah serta defisit neraca perdagangan migas yang meningkat, serta surplus neraca perdagangan non-migas yang menurun lagi pada Januari 2014. Apalagi pertumbuhan investasi juga mengalami tekanan pada kuartal-IV 2013 seiring dengan mendekatnya Pemilu. Meskipun laju pertumbuhan sektor Industri Pengolahan mulai meningkat lagi. Penyelenggaraan Pemilu sendiri juga akan mendorong peningkatkan belanja konsumsi sehingga akan meningkatkan permintaan. Berbagai perkembangan politik dan ekonomi terakhir diperkirakan akan membuat instabilitas ekonomi Indonesia ke depan masih menghadapi ancaman volatilitas yang tinggi meskipun demikian menurut GAMA LEI pertumbuhan ekonomi akan meningkat tipis. Namun demikian proses dan hasil Pemilu akan banyak memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia ke depan. Jika Pemilu berjalan lancar, aman dan damai, serta hasil Pemilu legislatif menghasilkan wakil rakyat yang diyakini akan mampu membawa perbaikkan bagi Indonesia, maka kita bisa berharap bahwa instabilitas ekonomi makro akan semakin membaik, demikian juga laju pertumbuhan ekonomi meningkat dengan signifikan karena investasi akan tumbuh lagi. Oleh karena itu, kita doakan saja agar Pemilu 2014 berjalan dengan lancar, aman, dan damai serta menghasilkan wakil rakyat yang diyakini bisa membawa perbaikkan pada Indonesia, sehingga ekonomi akan tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia akan semakin maju, adil dan sejahtera. Semoga. 41
  • 46. Indonesian Economic Review and Outlook42 Halaman ini sengaja dikosongkan
  • 47. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 43 Halaman ini sengaja dikosongkan
  • 48. INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK TIM MACROECONOMIC DASHBOARD MACROECONOMIC DASHBOARD FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA Pertamina Tower Building Lt. 4 Ruang 4.1 Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp: +62 274 548 517 ext 373 Email: iero@email.macroeconomicdashboard.com Website: www.macroeconomicdashboard.com Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc. Head of Researcher sadining@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Prof. Dr. Samsubar Saleh, M.Soc. Sc. Senior Researcher samsubar@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Rosa Kristiadi, M.Comm Researcher rosa.kristiadi@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Reinardus Adhiputra Suryandaru, S.E. Junior Researcher reinardus@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Ade Febriady Research Assistant febriady@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Zira Brenda Wiranti Research Assistant zirabrenda@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Prof. Dr. Tri Widodo, M.Ec.Dev. Senior Researcher triwidodo@feb.ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Muhammad Ryan Sanjaya, MIntDevEc. Researcher m.ryan.sanjaya@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Galih Adhidharma, S.E. Junior Researcher galih@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Ganendra Widigdya Research Assistant ganendra@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Traheka Erdyas Bimanatya Research Assistant traheka@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Mohammad Rizki Hutomo Research Assistant, Web Developer and Layout hutomo.mr@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373