SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Download to read offline
INDONESIAN ECONOMIC
REVIEW AND OUTLOOK
No 2/Tahun III/Juni2014
Membangun Optimisme Ekonomi
pada Kepemimpinan Baru Nasional
Macroeconomic Dashboard
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Kata Pengantar
Selamat	membaca
Prof.	Dr.	Sri	Adiningsih,	M.Sc
Head	of	Researcher	
Macroeconomic	Dashboard
Tidak	terasa	Indonesia	saat	ini	tengah	berada	pada	
perhelatan	 demokrasi	 berkala	 untuk	 memilih	
kepemimpinan	 baru	 nasional.	 Begitu	 banyak	
tantangan	 perekonomian	 yang	 akan	 dihadapi	
pemimpin	 baru	 Indonesia,	 terutama	 dengan	 fakta	
terbaru	 realisasi	 perlambatan	 perekonomian	
Indonesia	 pada	 Kuartal	 I-2014	 yang	 lalu	 sehingga	
pada	 edisi	 ini	 Indonesian	 Economic	 Review	 and	
Outlook	 (IERO)	 mengangkat	 tema:	 “Membangun	
Optimisme	 Ekonomi	 Pada	 Kepemimpinan	 Baru	
Nasional”.
IERO	adalah	buletin	ilmiah	kuartalan	yang	membahas	
gambaran	 umum	 terkini	 perekonomian	 Indonesia	
disertai	 dengan	 prospeknya	 di	 masa	 mendatang.	 Buletin	 ini	 diterbitkan	 oleh	
Macroeconomic	Dashboard	yang	merupakan	fasilitas	laboratorium	ekonomi	makro	
yang	 dikembangkan	 Fakultas	 Ekonomika	 dan	 Bisnis	 Universitas	 Gadjah	 Mada	
bekerjasama	dengan	PT	Bank	Mandiri	(Persero)	Tbk	sejak	tahun	2012.
Dalam	 melihat	 prospek	 perekonomian	 Indonesia,	 buletin	 ini	 menggunakan	
Konsensus	Proyeksi	Indikator	Makroekonomi	para	akademisi	bidang	ekonomi	dan	
juga	 secara	 khusus	 mengembangkan	 Gadjah	 Mada	 Leading	 Economic	 Indicator	
(GAMA	LEI)	sebagai	instrumen	proyeksi	perekonomian	yang	dikembangkan	secara	
orisinil	oleh	tim	Macroeconomic	Dashboard	dan	terus	mengalami	penyempurnaan	
pada	setiap	edisinya.	
Pada	edisi	kali	ini,	Konsensus	Proyeksi	Indikator	Makroekonomi	memprediksikan	
pertumbuhan	ekonomi,	inflasi	dan	nilai	tukar	pada	Kuartal	II-2014	akan	bergerak	
membaik	 dibandingkan	 realisasi	 pada	 Kuartal	 I-2014.	 Sementara	 GAMA	 LEI	
memprediksikan	sinyal	terjadinya	kecenderungan	penurunan	siklus	perekonomian	
Produk	Domestik	Bruto	Indonesia,	walaupun	tetap	adanya	indikasi	pertumbuhan	
berdasarkan	 pergerakan	 dan	 pola	 ekonomi	 Indonesia	 baik	 secara	 year-on-year	
maupun	quarter-to-quarter.		
Kita	berharap	bersama	semoga	momentum	“pesta	demokrasi”	Indonesia	tahun	ini	
dapat	memberikan	harapan	dan	optimisme	yang	membangun	arah	perekonomian	
Indonesia	menjadi	lebih	kuat	serta	berkelanjutan.
Daftar Isi
RINGKASAN	EKSEKUTIF	...........................................................................................	 1
A.		 PERKEMBANGAN	EKONOMI	DAN	FISKAL
	 1.	 Penurunan	kinerja	ekspor	neto	yang	terus	terjadi	berakibat
	 	 pada	melambatnya	pertumbuhan	ekonomi	dan	
	 	 membengkaknya	belanja	negara	terutama	belanja	subsidi
	 	 energi......................................................................................................................	 4
	 2.	 Naiknya	defisit	APBN	dalam	RAPBNP	yang	dibiayai	penerbitan
	 	 SBN	diharapkan	mampu	menggenjot	pertumbuhan	ekonomi......	 11
	 3.	 Kinerja	neraca	perdagangan	yang	memburuk	tidak	diikuti
	 	 perbaikan	signifikan	pada	neraca	transaksi	berjalan........................	 17
	 4.	 Peningkatan	cadangan	devisa	masih	belum	berkualitas..................	 20
	 5.	 Capaian	positif	dalam	pasar	tenaga	kerja	masih	belum	optimal..	 22
B.	 SITUASI	MONETER	DAN	PASAR	KEUANGAN
	 1.	 Tingkat	harga	dalam	negeri	masih	terjaga.............................................	 25
	 2.	 Pasar	keuangan	masih	relatif	bullish.........................................................	 27
	 3.	 Tidak	ada	perubahan	berarti	pada	kebijakan	moneter.....................	 28
C.	 GAMA	LEI	DAN	KONSENSUS	PROYEKSI	EKONOMI
	 1.	 GAMA	Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI).................................	 31
	 2.	 Konsensus	Proyeksi	Indikator	Makroekonomi.....................................	 32
D.	 ASEAN:	Tantangan	Tekanan	Ekonomi	Global	dan	Instabilitas
	 Nasional	Menuju	AEC	2015.............................................................................	 34
E.	 ISU	TERKINI..............................................................................................................	 40
D.	 ECONOMIC	OUTLOOK..........................................................................................	 43
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada iii
Daftar Istilah
	 AEC	 ASEAN	Economic	Community
	 APBN	 Anggaran	Penerimaan	dan	Belanja	Negara
	 ASEAN	 Association	of	South	East	Asian	Nations
	 BBM	 Bahan	Bakar	Minyak
	 BPS	 Badan	Pusat	Statistik
	 bps	 basis	poin
	 DPR	 Dewan	Perwakilan	Rakyat
	 GAMA	LEI	 Gadjah	Mada	Leading	Economic	Indicator
	 GDP	 Growth	Domestic	Product
	 IDR	 Rupiah
	 IHK	 Indeks	Harga	Konsumen
	 IHSG	 Indeks	Harga	Saham	Gabungan
	 JPY	 Japanese	Yen
	 LHS	 Sisi	vertikal	kiri
	 LKPP	 Laporan	Keuangan	Pemerintah	Pusat
	 LPG	 Liquified	Petroleum	Gas
	 LPS	 Lembaga	Penjamin	Simpanan
	 Migas	 Minyak	dan	Gas
	 NSC	 Philippines's	National	Statistics	Coordination
	 PBI	 Peraturan	Bank	Indonesia
	 PDB	 Produk	Domestik	Bruto
	 PMA	 Penanaman	Modal	Asing
	 RAPBNP	 Rencana	Angaran	Pendapatan	dan	Belanja	Negara	
Perubahan
	 RHS	 Sumbu	vertikal	kanan
	 SBSN	 Surat	Berharga	Syariah	Negara
	 SD	 Sekolah	Dasar
	 SUN	 Surat	Utang	Negara
	 The	Fed	 The	Federal	Reserve	(Bank	Sentral	Amerika)
	 USD	 Dolar	Amerika
	 UU	 Undang-Undang
	 y-o-y	 year	on	year
	 y-t-d	 year	to	date
Indonesian Economic Review and Outlookiv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 pada	 kuartal	 I-2014	 memburuk	 yang	
terutama	 dipengaruhi	 oleh	 kinerja	 ekspor	 neto	 yang	 melemah.	 Meski	
demikian,	 tingkat	 pengangguran	 mengalami	 perbaikan	 seiring	 dengan	
bertambahnya	jumlah	pekerja	informal	serta	perkerja	paruh	waktu.	Selain	
itu,	 kontribusi	 tenaga	 kerja	 di	 sektor	 pertanian	 sebagai	 penyumbang	
terbesar	penyerapan	tenaga	kerja	pun	mengalami	sedikit	peningkatan	pada	
Februari	2014.
Tingkat	 harga	 secara	 umum	 pada	 kuartal	 II	 relatif	 terkendali	 yang	 pada	
kuartal	sebelumnya	cukup	memberi	tekanan	pada	perekonomian	Indonesia.	
Kestabilan	 harga	 secara	 umum	 didukung	 masa	 panen	 yang	 berlangsung	
selama	Maret–Mei	2014.
Dari	sisi	perdagangan	internasional,	perekonomian	Indonesia	secara	umum	
memperlihatkan	perkembangan	yang	tidak	menggembirakan.	Berakhirnya	
periode	panjang	surplus	neraca	perdagangan	nonmigas	pada	bulan	April	
2014	 menyebabkan	 neraca	 perdagangan	 Indonesia	 mengalami	 defisit.	
Sementara	 itu	 neraca	 pembayaran	 kuartal	 I-2014,	 masih	 menunjukkan	
surplus	 meskipun	 dengan	 tingkat	 yang	 lebih	 rendah	 dibanding	 kuartal	
sebelumnya	karena	dipicu	oleh	menurunnya	surplus	neraca	transaksi	modal	
dan	finansial.	
Dalam	rangka	mengamankan	pelaksanaan	APBN	2014,	pemerintah	saat	ini	
tengah	mengajukan	RAPBNP	2014.	Dalam	pembahasan	terakhir	di	Badan	
Anggaran	DPR,	Pemerintah	dan	DPR	menyepakati	defisit	anggaran	menjadi	
IDR	241,49	triliun	atau	setara	dengan	2,4%	dari	PDB.	Peningkatan	defisit	ini	
akibat	 lonjakan	 belanja	 negara	 dan	 turunnya	 target	 penerimaan	 negara.	
Lonjakan	 ini	 disebabkan	 oleh	 pembengkakan	 subsidi	 energi	 yang	 terjadi	
akibat	revisi	terhadap	asumsi	kurs	rupiah	yang	melemah	dan	penurunan	
lifting	 minyak.	 Sementara	 itu,	 target	 penerimaan	 pemerintah	 dikurangi	
karena	pertumbuhan	ekonomi	tahun	ini	diperkirakan	akan	melambat.
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1
Pada	Maret	2014	utang	luar	negeri	Indonesia	meningkat	karena	didorong	
oleh	kenaikan	utang	swasta	maupun	publik.	Hal	ini	sedikit	mencemaskan	
karena	dapat	membebani	perekonomian	dalam	negeri	jika	depresiasi	nilai	
rupiah	terus	terjadi.	Posisi	utang	luar	negeri	Indonesia	yang	berada	pada	
posisi	mengkhawatirkan	terlihat	pada	peningkatan	rasio	pembayaran	utang	
(debt	service	ratio)	yang	mengalami	peningkatan	tajam	pada	kuartal	IV-2013,	
tercatat	sebesar	52,7%.
Sementara	itu,	cadangan	devisa	mengalami	peningkatan	cukup	signifikan	
pada	Mei	2014,	tetapi	kurang	berkualitas.	Penerbitan	surat	berharga	negara	
(SBN)	masih	berperan	besar	dalam	peningkatan	tersebut.	Kenaikan	devisa	
ini	tidak	sejalan	dengan	nilai	tukar	yang	masih	lemah.	Pelemahan	rupiah	
terkait	sentimen	negatif	pasar	menyusul	defisit	neraca	perdagangan	yang	di	
luar	ekspektasi	disertai	ketidakpastian	politik	berkaitan	dengan	pemilihan	
presiden	baru.	Selain	itu,	isu	eksternal	berkaitan	dengan	tapering	off	dan	
kenaikan	Fed	Fund	Rate	pun	turut	memberi	andil	dalam	pelemahan	ini.	
Sementara	itu,	otoritas	moneter	tetap	mempertahankan	suku	bunga	acuan	
sebagai	 langkah	 pengetatan	 moneter.	 Seiring	 dengan	 hal	 ini,	 perbankan	
menaikkan	suku	bunga,	baik	deposito	maupun	kredit,	sehingga	mengalami	
perlambatan	likuiditas.	Oleh	karena	itu,	LPS	juga	menaikkan	tingkat	suku	
bunga	 penjaminan	 seiring	 kenaikan	 tingkat	 suku	 bunga	 deposito	 secara	
umum.
Setelah	memperhatikan	berbagai	dinamika	perekonomian	Indonesia	GAMA	
Leading	 Economic	 Indicator	 memprediksikan	 adanya	 kecenderungan	
penurunan	siklus	perekonomian	(PDB)	Indonesia.	Model	GAMA	LEI	pada	
kuartal	I-2014	menunjukan	perubahan	arah	pergerakan	perekonomian	yang	
menurun.	 Meskipun	 siklus	 PDB	 cenderung	 menurun,	 masih	 terdapat	
indikasi	kenaikan	pada	pertumbuhan	ekonomi	di	kuartal	II-2014,	terutama	
jika	 dilihat	 dari	 pergerakan	 dan	 pola	 perekonomian	 baik	 year-on-year	
maupun	quarter-to-quarter.
Beranjak	 pada	 kondisi	 kawasan	 yang	 semakin	 dekat	 dengan	 ASEAN	
Economic	 Community	 (AEC)	 2015,	 perekonomian	 ASEAN	 justru	
mendapatkan	tekanan	baik	dari	sisi	internal	maupun	eksternal	kawasan.	
Indonesian Economic Review and Outlook2
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 3
Instabilitas	 perekonomian	 internal	 kawasan	 berdampak	 pada	 buruknya	
capaian	 pertumbuhan	 ekonomi	 negara-negara	 utama	 di	 kawasan	
sebagaimana	perlambatan	ekonomi	yang	dicatatkan	Indonesia	pada	kuartal	
I-2014	hingga	kontraksi	ekonomi	sebesar	-2,10%	yang	dicatatkan	Thailand	
pada	 kuartal	 I-2014.	 Kondisi	 ini	 juga	 diperburuk	 dengan	 kecenderungan	
masih	tingginya	tingkat	inflasi	kawasan.	Bulan	Mei	2014,	kawasan	ASEAN	
secara	rerata	masih	mencatatkan	nilai	inflasi	hingga	3,89%	(y-o-y).	Pada	sisi	
eksternal,	tekanan	perkonomian	muncul	dari	kebijakan	tapering	off	Amerika	
Serikat,	pertumbuhan	Uni	Eropa	yang	belum	stabil	hingga	“pendinginan”	
perekonomian	Tiongkok	sehingga	secara	umum	defisit	neraca	perdagangan	
masih	 terjadi	 yang	 diikuti	 dengan	 kecenderungan	 pelemahan	 nilai	 tukar	
mata	uang.	
Terakhir,	 IERO	 kali	 ini	 mengangkat	 isu	 optimisme	 ekonomi	 terhadap	
kepemimpinan	 baru	 nasional.	 Sumber	 daya	 manusia	 dianggap	 patut	
dijadikan	fokus	utama	pembangunan	ke	depan.	Melalui	tulisannya,	M.	Edhie	
Purnawan,	 Ph.D	 mengajukan	 idenya	 dengan	 mulai	 mengembangkan	 tiga	
jenis	 kekuatan:	 kejujuran,	 inovasi/imajinasi,	 dan	 network.	 Dengan	 upaya	
menghadirkan	 manusia-manusia	 Indonesia	 yang	 berkualitas,	 kita	 dapat	
optimistis	memandang	masa	depan	Indonesia.
Ringkasan Eksekutif
Indonesian Economic Review and Outlook
1.	 Penurunan	kinerja	ekspor	neto	yang	terus	terjadi	berakibat	
pada	 melambatnya	 pertumbuhan	 ekonomi	 dan	
membengkaknya	 belanja	 negara	 terutama	 belanja	 subsidi	
energi
Pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 pada	 kuartal	 I-2014	 mengalami	
perlambatan	yang	cukup	tajam.	Pertumbuhan	ekonomi	Indonesia	pada	
kuartal	I-2014		sebesar	5,21%	(y-o-y),	melambat	jika	dibandingkan	dengan	
pertumbuhan	ekonomi	Indonesia	pada	kuartal	IV-2013	yaitu	5,72%	(y-o-y).	
Angka	pertumbuhan	ekonomi	pada	kuartal	I-2014	tersebut	juga	jauh	lebih	
rendah	 jika	 dibandingkan	 dengan	 angka	 pertumbuhan	 ekonomi	 pada	
periode	yang	sama	di	tahun	sebelumnya	yang	mencapai	6,03%	(y-o-y).
4
A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL
Gambar	1:	Laju	Pertumbuhan	PDB	Indonesia	Atas	Dasar	Harga	Konstan	
2000	Menurut	Lapangan	Usaha,	2011	–	2013	(y-o-y,	dalam	%)
Pertumbuhan	ekonomi	yang	melambat	pada	kuartal	I-2014	terutama	
disebabkan	kinerja	sektor	pertambangan	yang	mengalami	kontraksi
Catatan:	
Sektor	Primer:	Sektor	Pertanian,	Peternakan,	Kehutanan	dan	Perikanan;	Sektor	Pertambangan	dan	
Penggalian
Sektor	Industri:	Sektor	Industri	Pengolahan;	Sektor	Listrik,	Gas	dan	Air	Bersih	;	Sektor	Konstruksi	
Sektor	Jasa:	Sektor	Perdagangan,	Hotel	dan	Restoran;	Sektor	Pengangkutan	dan	Komunikasi;	Sektor	
Keuangan,	Real	Estat	dan	Jasa	Perusahaan;	Sektor	Jasa-jasa
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Perlambatan	pertumbuhan	ekonomi	pada	kuartal	I-2014	khususnya	
disebabkan	penurunan	signifikan	pada	kinerja	ekspor	neto.	Kontraksi	
ekspor	neto	yang	signifikan	berpengaruh	pada	perlambatan	pertumbuhan	
ekonomi	 pada	 kuartal	 I-2014.	 Kontraksi	 ekspor	 pada	 kuartal	 I-2014	
mencapai	-0,78%	(y-o-y),	angka	tersebut	cukup	signifikan	mempengaruhi	
kinerja	ekspor	neto	yang	negatif	meskipun	impor	juga	mengalami	kontraksi	
mencapai	 -0,66%	 (y-o-y).	 Penurunan	 ekspor	 neto	 ini	 terutama	 akibat	
penurunan	ekspor	pertambangan	seperti	batu	bara	dan	konsentrat	mineral	
yang	tercermin	dari	kinerja	sektor	pertambangan		yang	mengalami	kontraksi	
mencapai	-0,38%	(y-o-y).		Hal	ini	merupakan	dampak	dari	pemberlakuan	UU	
No.	4	tahun	2009	mengenai	pelarangan	ekspor	mineral	mentah	yang	resmi	
diberlakukan	mulai	12	Januari	2014.	Perlambatan	pertumbuhan	ekonomi	ini	
juga	tidak	lepas	dari	perkembangan	ekonomi	dunia	yang	masih	belum	pasti,	
terutama	perlambatan	ekonomi	Tiongkok	dari	7,7%	(y-o-y)	pada	kuartal	IV-
2013	 menjadi	 7,4%	 (y-o-y)	 pada	 kuartal	 I-2014,	 yang	 pada	 akhirnya	
mempengaruhi	lemahnya	kinerja	ekspor	di	Indonesia.
Konsumsi	 pemerintah	 yang	 melambat	 juga	 turut	 mempengaruhi	
lambatnya	pertumbuhan	ekonomi.	Pertumbuhan	konsumsi	pemerintah	
pada	kuartal	I-2014	hanya	tercatat	sebesar	3,58%	(y-o-y),	menurun	cukup	
5
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Gambar	2:	Laju	Pertumbuhan	PDB	Indonesia	Atas	Dasar	Harga	Konstan	
2000	Menurut	Pengeluaran,	Tahun	2011	–	2013	(y-o-y,	dalam	%)
Kinerja	ekspor	neto	dan	konsumsi	pemerintah	memburuk
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Indonesian Economic Review and Outlook
tajam	 dari	 pertumbuhan	 kuartal	 IV-2013	 yang	 mencapai	 6,45%	 (y-o-y).	
Selanjutnya,	konsumsi	rumah	tangga	relatif	tidak	berubah	pada	kuartal	I-
2014	 	yang	tumbuh	sebesar	5,41%	(y-o-y)	(pada	kuartal	IV-2013	tumbuh	
5,44%	 (y-o-y)).	 Di	 tengah	 melambatnya	 laju	 pertumbuhan	 ekspor	 neto,	
konsumsi	pemerintah	dan	konsumsi	rumah	tangga	pada	kuartal	I-2014,	hal	
sebaliknya	 ditunjukkan	 oleh	 laju	 pertumbuhan	 investasi	 yang	 mampu	
tumbuh	5,13%	(y-o-y),	lebih	tinggi	dibandingkan	kuartal	IV-2013	yang	hanya	
mencapai	4,37%	(y-o-y).
Secara	 ,	neraca	perdagangan	Indonesia	berubah	dari	month-to-month
surplus	USD	0,67	miliar		di	Maret	2014	menjadi	defisit	USD	1,96	miliar	
pada	April	2014.	Penurunan	tersebut	disebabkan	oleh	kombinasi	jatuhnya	
ekspor	sebesar	USD	0,9	miliar	dan	kenaikan	impor	sebesar	USD	1,73	miliar	
dari	bulan	sebelumnya.	Nilai	ekspor	total	menurun	dikarenakan	baik	ekspor	
migas	maupun	nonmigas	mengalami	kontraksi.	Sementara	nilai	impor	total	
berekspansi	terutama	karena	didorong	oleh	kenaikan	impor	pada	komoditas	
nonmigas.	Adapun	secara	akumulatif	dari	bulan	Januari	sampai	dengan	April	
2014	neraca	perdagangan	Indonesia	mengalami	defisit	sebanyak	USD	0,89	
miliar.	Namun	demikian,	defisit	saat	ini	lebih	kecil	dibandingkan	defisit	pada	
bulan	Januari-April	2013	yang	mencapai	USD	1,94	miliar.
6
Gambar	3:	Neraca	Perdagangan	Indonesia,		April	2012-April	2014	(USD	
miliar)
Kinerja	neraca	perdagangan	Indonesia	memburuk
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Bila	dilihat	secara	keseluruhan	dari	Januari	sampai	April	2014,	kinerja	
neraca	 perdagangan	 migas	 masih	 mengalami	 defisit.	 Defisit	 neraca	
perdagangan	migas	pada	Januari-April	2014	adalah	sebesar	USD	4,2	miliar	
atau	 lebih	 kecil	 sebesar	 USD	 0,3	 miliar	 dari	 bulan	 Januari-April	 2013.	
Penurunan	defisit	ini	merupakan	akumulasi	impor	Januari-April	2014	yang	
lebih	 kecil	 sebesar	 USD	 0,4	 miliar.	 Meski	 masih	 defisit,	 namun	 terdapat	
sedikit	 perbaikan	 pada	 neraca	 perdagangan	 migas.	 Defisit	 neraca	
perdagangan	migas	tercatat	sebesar	USD	1,06	miliar	pada	April	2014.	Jumlah	
tersebut	lebih	kecil	sebesar	USD	0,29	miliar	dibanding	defisit	pada	bulan	
Maret	2014.	Secara	persentase	defisit	turun	sebanyak	21,6%.	Perbaikan	ini	
ditopang	oleh	penurunan	nilai	impor	migas	sebesar	USD	0,3	miliar.	Secara	
month-to-month,	penurunan	impor	migas	pada	April	2014	disebabkan	oleh	
menurunnya	 impor	 minyak	 mentah	 dan	 hasil	 minyak	 Indonesia.	 Impor	
minyak	mentah	turun	sebesar	24,78%	dari	USD	1,42	miliar	menjadi	USD	1,07	
miliar.	 Sedangkan	 impor	 hasil	 minyak	 hanya	 turun	 sekitar	 0,5%	 dari	
sebelumnya	sebesar	USD	2,36	miliar.	Namun	demikian	penurunan	impor	
kedua	 komoditas	 tersebut	 tidak	 diikuti	 oleh	 impor	 gas	 yang	 justru	 naik	
sebesar	29,63%.
7
Gambar	4:	Neraca	Perdagangan	Migas	 	Indonesia,	 	April	 	2012	–	April		
2014	(USD	miliar)
Defisit	neraca	perdagangan	migas	Indonesia	berkurang	tipis
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)	
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
Setelah	 sempat	 mengalami	 periode	 panjang	 surplus	 dari	 bulan	 Juli	
2013,	 neraca	 perdagangan	 nonmigas	 Indonesia	 kembali	 defisit	 di	
bulan	 April	 2014.	 Penurunan	 kinerja	 ini	 berbanding	 terbalik	 dengan	
kondisi	 pada	 kuartal	 I-2014	 yang	 menunjukkan	 tren	 positif	 pada	 kinerja	
neraca	 perdagangan	 nonmigas.	 Sejak	 Januari	 hingga	 April	 2014,	 neraca	
perdagangan	memiliki	surplus	mencapai	USD	4,2	miliar,	tetapi	pada	bulan	
Juni	berbalik	menjadi	defisit	sebesar	USD	0,9	miliar.	Namun	apabila	melihat	
pada	perubahan	month-to-month,	nilai	surplus	perdagangan	nonmigas	turun	
sebanyak	144,58	%.	Hal	ini	karena	ekspor	nonmigas	pada	bulan	April	yang	
turun	sebesar	USD	0,89	miliar,	sedangkan	impor	nonmigas	naik	sebesar	USD	
2,03	miliar	dibandingkan	pada	bulan	Maret.
Kontraksi	pada	ekspor	nonmigas	dipicu	oleh	penurunan	pada	ekspor	
komoditas	lemak	dan	minyak	hewan/nabati.	Ekspor	komoditas	ini	turun	
secara	 month-to-month	 sebesar	 45,02%	 di	 bulan	 April	 2014,	 kemudian	
berturut-turut	 diikuti	 oleh	 perhiasan/permata	 (23,15%),	 kendaraan	 dan	
bagiannya	(23,15%),	bahan	bakar	mineral		(9,78%)	serta	mesin/	peralatan	
listrik	 (3,75%).	 Adapun	 berdasarkan	 negara	 tujuan	 ekspor,	 maka	 yang	
mengalami	penurunan	adalah	ekspor	Indonesia	ke	India	(23,93%),	Tiongkok	
(16,47%),	 Thailand	 (17,70%),	 dan	 Malaysia	 (10,15%).	 Ekspansi	 impor	
nonmigas	secara	keseluruhan	terutama	didorong	oleh	komoditas	mesin	dan	
8
Gambar	5:	Neraca	Perdagangan	Non-Migas	Indonesia,		April	2012-April	
2014	(USD	miliar)
Neraca	perdagangan	nonmigas	Indonesia	kembali	defisit
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
peralatan	mekanik	serta	komoditas	mesin	dan	peralatan	listrik.	Keduanya	
masing-masing	 secara	 berurutan	 mengalami	 peningkatan	 impor	 sebesar	
USD	0,36	miliar	dan	USD	0,27	miliar.	Adapun	dari	sisi	ekspor,	komoditas	yang	
paling	besar	kenaikannya	adalah	alas	kaki	yaitu	sebesar	29,49%.
Kembali	ke	struktur	PDB,	perlambatan	pertumbuhan	ekonomi	yang	
cukup	signifikan	terjadi	pada	sektor	primer.	Pada	kuartal	I-2014,	sektor	
primer	 (yang	 terdiri	 dari	 Sektor	 Pertanian,	 Peternakan,	 Kehutanan	 dan	
Perikanan	 dan	 Sektor	 Pertambangan	 dan	 Penggalian)	 mencatat	
pertumbuhan	 sebesar	 1,97%	 (y-o-y),	 melambat	 jika	 dibandingkan	
pertumbuhan	pada	kuartal	IV-2013	yang	mencapai	3,86%	(y-o-y).	Kondisi	ini	
terutama	dipengaruhi	oleh	sektor	pertambangan	yang	mengalami	kontraksi	
sebesar	-0,38%	(y-o-y).	Sementara	itu,	perlambatan	juga	terjadi	pada	sektor	
industri	 dan	 sektor	 jasa	 yang	 masing-masing	 mencatat	 pertumbuhan	
sebesar	5,46%	(y-o-y)	dan	6,39%	(y-o-y),	sedikit	lebih	rendah	dibandingkan	
dengan	pertumbuhan	pada	kuartal	IV-2013.	Selanjutnya,	berdasarkan	data	
yang	dilansir	BPS,	sektor	yang	mencatat	pertumbuhan	tertinggi	secara	year-
on-year	pada	kuartal	I-2014	secara	berurutan	adalah	Sektor	Pengangkutan	
dan	Komunikasi	(10,23%),	Sektor	Konstruksi	(6,54%),	dan	Sektor	Listrik,	
Gas	dan	Air	Bersih	(6,52%).
Perkembangan	berbagai	indikator	makroekonomi	Indonesia	menjauh	
dari	 asumsi	 APBN	 2014.	 Hal	 ini	 yang	 menjadi	 alasan	 utama	 pengajuan	
RAPBNP	 2014	 oleh	 pemerintah	 untuk	 mengamankan	 pelaksanaan	 APBN	
2014.	 Ambang	 batas	 defisit	 3%	 dari	 PDB	 yang	 ditetapkan	 oleh	 undang-
9
Tabel	1:	Perbandingan	Asumsi	Makro	RAPBNP	2014
Asumsi	pertumbuhan	ekonomi	dikoreksi	menjadi	hanya	5,5%	dalam	
RAPBNP	2014
Catatan:	
*	Per	11	Juni	2014,	DPR	telah	menyetujui	seluruh	perubahan	asumsi	makro	kecuali	asumsi	nilai	tukar	
yang	disetujui	IDR/USD	11.600;	pembahasan	RAPBNP	masih	terus	berlanjut	hingga	tulisan	ini	dimuat
Sumber:	Kementerian	Keuangan,	Nota	Keuangan	dan	RAPBNP	2014
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
undang	 bisa	 terlampaui	 jika	 tidak	 dilakukan	 penyesuaian	 pada	 anggaran	
negara.	 Pendapatan	 negara	 berpotensi	 untuk	 turun	 signifikan	 karena	
pertumbuhan	ekonomi	dan	lifting	migas	diperkirakan	akan	lebih	rendah	dari	
target,	sementara	belanja	negara	membengkak	karena	peningkatan	beban	
subsidi	 energi	 dan	 pelemahan	 nilai	 rupiah.	 Perlu	 dicatat	 bahwa	 asumsi	
makro	APBN	hanyalah	panduan	bagi	penentuan	anggaran	negara	dan	bukan	
target	yang	harus	dicapai	oleh	penyelenggara	negara.
Postur	 APBN	 akan	 semakin	 tidak	 'sehat'	 dengan	 komposisi	 belanja	
pemerintah	 pusat	 yang	 semakin	 terbebani	 subsidi.	 Subsidi	 yang	
diajukan	 diperkirakan	 akan	 mencapai	 IDR	 444,9	 triliun	 atau	 lebih	 besar	
33,3%	dari	alokasi	dalam	APBN	2014.		Jumlah	tersebut	jika	dikombinasikan	
dengan	 belanja	 pegawai	 melebihi	 separuh	 dari	 total	 belanja	 pemerintah	
pusat	(55,9%).	Akibatnya,	alokasi	untuk	belanja	modal	rencananya	turun	
sebesar	IDR	32,9	triliun.	
Sekitar	88%	belanja	subsidi	yang	diajukan	dialokasikan	untuk	subsidi	
energi.	Jumlah	ini	merupakan	akumulasi	dari	peningkatan	subsidi	untuk	
BBM	 &	 LPG	 dan	 listrik.	 Alokasi	 subsidi	 BBM	 &	 LPG	 3	 kg	 yang	 diajukan	
meningkat	menjadi	IDR	284,99	triliun	atau	35,2%	dari	yang	dialokasikan	
pada	 APBN	 2014.	 Sementara	 itu,	 subsidi	 listrik	 meningkat	 menjadi	 IDR	
10
Tabel	2:	Ringkasan	Belanja	Pemerintah	Pusat	(IDR	triliun)
Alokasi	 subsidi	 yang	 diajukan	 membengkak	 33,3%;	 belanja	 modal	
menurun	17,9	%
Catatan:	
*		 unaudited
**	 pembahasan	RAPBNP	masih	terus	berlanjut	hingga	tulisan	ini	dimuat
Sumber:	Kementerian	Keuangan,	Nota	Keuangan	dan	RAPBNP	2014
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
107,15	 triliun.	 Lonjakan	 ini	 utamanya	 terjadi	 karena	 revisi	 asumsi	 kurs	
rupiah	 terhadap	 dolar	 AS	 dan	 lifting	 minyak.	 Dalam	 RAPBNP	 2014,	 kurs	
melemah	dari	IDR/USD	10.500	menjadi	IDR/USD	11.600	dan	lifting	minyak	
turun	dari	870	ribu	menjadi	hanya	818	ribu	barel	per	hari.	Sementara	itu,	
alokasi	untuk	subsidi	non-energi	meningkat	IDR	1,1	triliun.	Peningkatan	ini	
merupakan	efek	bersih	dari	peningkatan	alokasi	untuk	subsidi	pajak	sebesar	
IDR	1,8	triliun	dan	penurunan	subsidi	pangan	IDR	0,7	triliun.
2.	 Naiknya	 defisit	 APBN	 dalam	 RAPBNP	 yang	 dibiayai	
penerbitan	SBN	diharapkan	mampu	menggenjot	pertumbuhan	
ekonomi
Pada	pembahasan	13	Juni	2014,	DPR	menyetujui	defisit	sebesar	2,4%	
dari	PDB	atau	IDR	241,49	triliun.	Jumlah	ini	meningkat	IDR	66,1	triliun	
dari	defisit	yang	ditetapkan	dalam	APBN	2014.	Hal	ini	tentu	saja	tidak	sejalan	
11
Catatan:	
*		 unaudited
**	 pembahasan	RAPBNP	masih	terus	berlanjut	hingga	tulisan	ini	dimuat
Sumber:	Kementerian	Keuangan,	Nota	Keuangan	dan	RAPBNP	2014
Tabel	3:	Komposisi	Belanja	Subsidi	(IDR	triliun)
Alokasi	 subsidi	 energi	 yang	 diajukan	 dalam	 RAPBNP	 2014	 mencapai	
88,15%	dari	total	subsidi
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
dengan	keinginan	awal	pemerintah	untuk	mengurangi	defisit	APBN	pada	
tahun	ini.	Sebagai	perbandingan	realisasi	defisit	tahun	lalu	sebesar	2,2%	dari	
PDB	atau	IDR	202,8	triliun.
Pendapatan	 dan	 belanja	 negara	 telah	 disepakati	 masing-masing	
sebesar	IDR	1.635,4	triliun	dan	IDR	1.876,8	triliun	dalam	pembahasan	
sementara	yang	masih	berlangsung	di	DPR.	Target	pendapatan	negara	
mengalami	penurunan	1,9%	dari	alokasi	pada	APBN	2014	atau	IDR	31,8	
triliun.	Penurunan	ini	akibat	perkiraan	pendapatan	dalam	negeri	yang	turun	
cukup	signifikan	baik	dari	pajak	maupun	non-pajak.	Sementara	itu,	alokasi	
belanja	negara	meningkat	12,7%	atau	IDR	211	triliun.	Hingga	tulisan	ini	
dimuat,	belum	ada	publikasi	resmi	mengenai	detail	penerimaan	dan	belanja	
negara.	Namun	demikian,	dalam	pengajuan	RAPBNP	2014,	peningkatan	ini	
utamanya	 bersumber	 dari	 peningkatan	 belanja	 pemerintah	 pusat	 yaitu	
untuk	subsidi	energi.	Peningkatan	ini	sebenarnya	sudah	terkurangi	dengan	
pengajuan	 penghematan	 di	 kementerian	 dan	 lembaga	 sebesar	 IDR	 98,5	
triliun	serta	dana	perimbangan	yang	menurun	seiring	dengan	penurunan	
pendapatan	negara	sebesar	IDR	8,9	triliun.
Sementara	itu,	proporsi	penyerapan	APBN	per	kuartal	I-2014	tercatat	
lebih	rendah	dibandingkan	pada	APBN	2013	kuartal	I.	Di	kuartal	I-2013,	
belanja	sudah	terealisasi	16,2%	dari	total	belanja	APBN	2013,	sedangkan	
pada	Maret	tahun	ini	baru	mencapai	15,6%	dari	total	belanja	negara	dalam	
APBN	2014.	Meski	demikian,	secara	nominal	realisasi	belanja	di	2014	lebih	
12
Tabel	4:	Ringkasan	RAPBNP	2014,	APBN	2014	dan	Realisasi	2013	(IDR	
triliun)
Dalam	pembahasan	per	13	Juni	2014,	DPR	menyepakati	defisit	anggaran	
naik	menjadi	2,4%	terhadap	PDB
Catatan:	
*	 unaudited
**	 per	13	Juni	2014;	pembahasan	RAPBNP	masih	terus	berlanjut	hingga	tulisan	ini	dimuat
Sumber:	Kementerian	Keuangan,	Nota	Keuangan	dan	RAPBNP	2014
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
tinggi	dibandingkan	periode	yang	sama	di	tahun	sebelumnya.	
Di	lain	sisi,	pencapaian	realisasi	penerimaan	APBN	per	kuartal-I	2014	
sudah	lebih	tinggi	dibandingkan	pada	APBN	2013	kuartal	I.	Per	kuartal	I-
2014,	 tercatat	 penerimaan	 sudah	 mencapai	 17,3%	 dari	 total	 target	
penerimaan	negara	dalam	APBN	2014.	Angka	ini	lebih	tinggi	dari	16,6%	dari	
APBN	 2013	 yang	 merupakan	 pencapaian	 di	 Maret	 tahun	 lalu.	 Hal	 ini	
mengindikasikan	adanya	perbaikan	dalam	optimalisasi	penerimaan	negara	
di	tahun	ini.	Meski	demikian,	pemerintah	tetap	melakukan	revisi	dengan	
target	penerimaan	yang	lebih	rendah	dalam	RAPBNP	2014.
Utang	 luar	 negeri	 Indonesia	 naik	 menjadi	 USD	 276,49	 miliar	 pada	
bulan	 Maret	 2014.	 Angka	 tersebut	 tumbuh	 9,2%	 (y-o-y)	 dibandingkan	
dengan	 posisi	 bulan	 yang	 sama	 tahun	 2013.	 Dengan	 perkembangan	 ini,	
pertumbuhan	utang	luar	negeri	pada	Maret	2014	tercatat	sedikit	meningkat	
bila	dibandingkan	dengan	pertumbuhan	Febuari	2014	yang	tercatat	tumbuh	
sebesar	8%	(y-o-y).	Jumlah	utang	luar	negeri	yang	nilainya	terus	bertambah	
akan	semakin	membebani	perekonomian	dalam	negeri	apabila	depresiasi	
nilai	rupiah	terus	terjadi.
Posisi	utang	luar	negeri	pada	Maret	2014	terdiri	dari	utang	luar	negeri	
sektor	publik	sebesar	USD	130,51	miliar	dan	sektor	swasta	sebesar	
USD	145,98	miliar.Dari	jumlah	itu,	porsi	utang	luar	negeri	sektor	publik	dan		
swasta	terhadap	total	utang	luar	negeri	pada	Maret	2014	masing-masing	
mencapai	47,2%	dan	52,8%.	Besarnya	utang	luar	negeri	sektor	swasta	patut	
mendapat	sorotan		 arena	pada	bulan	Maret	2014	tumbuh	sebesar	13,1%	(y-k
o-y),	meningkat	dibandingkan	dengan	pertumbuhan	bulan	sebelumnya	yang	
13
Tabel	5:	Realisasi	Belanja	Negara	dan	Penerimaan	&	Hibah		2013:Q1	dan	
Maret	2014:Q1
Proporsi	 realisasi	 belanja	 APBN	 2014:Q1	 menurun;	 pencapaian	
penerimaan	APBN	2014:Q1	meningkat
Catatan:	
*	 Nilai	yang	telah	disepakati	di	DPR	dalam	pembahasan	sementara;	pembahasan	RAPBNP	masih	terus	
berlanjut	hingga	tulisan	ini	dimuat
Sumber:	Kementerian	Keuangan,	I-account	(diolah)
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
tumbuh	 sebesar	 12,8%	 (y-o-y).	 Sementara	 itu,	 utang	 luar	 negeri	 sektor	
publik	di	bulan	Maret	2014	tumbuh	sebesar		5,1%	(y-o-y),	lebih	tinggi	dari	
pertumbuhan	bulan	sebelumnya	sebesar	3,2%	(y-o-y).	
Pemerintah	perlu	mencermati	dan	mengambil	langkah	strategis	untuk	
mencegah	terjadinya	pembengkakan	utang	luar	negeri.	Posisi	utang	luar	
negeri	Indonesia	yang	berada	pada	posisi	mengkhawatirkan	terlihat	pada	
peningkatan	rasio	pembayaran	utang	( )	yang	mengalami	debt	service	ratio
peningkatan	tajam	pada	kuartal	IV-2013,	tercatat	sebesar	52,7%.	Angka	ini	
menunjukkan	 bahwa	 manajemen	 utang	 pemerintah	 harus	 menjadi	
perhatian	besar,	jika	tidak	maka	sebagian	hasil	devisa	Indonesia	hanya	akan	
digunakan	untuk	membayar	utang	dan	bukan	untuk	membiayai	program-
program	 yang	 produktif.	 Utang	 luar	 negeri	 yang	 terus	 meningkat	 juga	
disebabkan	oleh	BI	rate	yang	mencapai	7,5%.	Hal	ini	membuat	swasta	lebih	
memilih	untuk	mencari	likuiditas	dari	luar	negeri	yang	memiliki	suku	bunga	
pinjaman	 yang	 lebih	 kompetitif	 dari	 domestik.	 Peningkatan	 BI	 rate	
menunjukkan	kontraksi	atau	perlambatan	yang	saat	ini	sedang	terjadi	di	
Indonesia.
Daya	tarik	Indonesia	di	mata	investor	asing	masih	belum	hilang.	Tidak	
hanya	pasar	saham,	pasar	obligasi	pun	tak	lepas	dari	 	pemodal	asing.	sasaran
14
Gambar	6:	Utang	Luar	Negeri	Indonesia,	September	2011	-	Maret	2014	
(USD	Miliar)
Utang	luar	negeri	Indonesia	mengalami	peningkatan
Sumber:	Direktorat	Jenderal	Anggaran	dan	CEIC	(2014,	diolah)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Kepemilikan	asing	dalam	obligasi	pemerintah	pada	April	2014	mencapai	IDR	
377	triliun	atau	mencerminkan	41%	dari	total	obligasi	yang	beredar.	 	Jika	
dibandingkan	 dengan	 April	 tahun	 lalu,	 kepemilikan	 asing	 dalam	 obligasi	
pemerintah	 pada	 April	 2014	 meningkat	 23.7%	 dari	 IDR	 304,72	 triliun.	
Sementara	itu,	kepemilikan	asing	atas	ekuitas	pada	 	mencapai	Maret	2014
IDR	 1. 5, 	 triliun.	 Jika	 dibandingkan	 dengan	 Maret	 2013,	 kepemilikan	64 52
asing	atas	ekuitas	pada	Maret	2014	turun	 	7,1%	dari	IDR	1 771,25	triliun.		.
Selanjutnya,	kepemilikan	asing	atas	SBI	pada	 2014	tercatat	sebesar	IDR	April	
9 8 26,9	 triliun,	 meningkat	 sebesar	 IDR	 , 	 trilun	 dibandingkan	 dengan	
posisinya	pada	 	2013.April
Keberadaan	modal	asing	pada	perekonomian	suatu	negara	seringkali	
menimbulkan	 pro-kontra.	 Pada	 saat	 ekonomi	 sedang	 mengalami	
perlambatan,	modal	 asing	 diperlukan	untuk	suatu	baik	 maupun	domestik	
aksi	 ekspansi	 yang	 bertujuan	 untuk	 mendorong	 pertumbuhan	 ekonomi.	
Namun,	masuknya	modal	asing	juga	menimbulkan	kekhawatiran	di	kalangan	
sektor	 domesti 	 karena	 kehadiran	 modal	 asing	 seringkali	 dianggap	 bisa	k
mengancam	keberadaan	industri	lokal.	Selain	itu,	muncul	kekhawatiran	jika	
suatu	saat	investor	asing	tiba-tiba	menarik	dana	dan	memindahkannya	ke	
luar	negeri .	,	terutama	terhadap	instrumen	yang	berjangka	waktu	pendek
Akibatnya,	 likuiditas	 berkurang,	 sehingga	 investasi	 berkurang	 dan	
15
Gambar	7:	Kepemilikan	Asing	Atas	Surat	Berharga	di	Indonesia	Oktober	
2011-	April	2014	(IDR	Triliun)
Kepemilikan	asing	atas	surat	berharga	meningkat
Sumber:	Kementerian	Keuangan,	Bank	Indonesia,	OJK,	dan	CEIC	(2014)
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
perekonomian	melambat.	Oleh	karena	itu,	kini	pemerintah	Indonesia	terus	
melakukan	 penguatan	 pasar	 domestik,	 peningkatan	 pendalaman	 pasar	
keuangan	 agar	 likuid ,	 perluas 	 basis	 investor,	 dan	itas	 meningkat an
diversifikasi	instrumen	agar	lebih	bervariasi.
Penerbitan	 SBN	 merupakan	 satu	 cara	 yang	 paling	 dipilih	 oleh	
pemerintah	 untuk	 memenuhi	 kebutuhan	 pembiayaan	 dalam	 negeri.	
Total	SBN	 	IDR	1.49 , 	triliun	meningkat	outstanding	April	2014	sebesar 5 74
sebesar	 IDR	 3 	 triliun	 	 (lihat	 Gambar	 12).	27,83 (y-o-y) Pada	 April	 2014,	
o 828,32 7bligasi	bunga	tetap	sebesar	IDR	 	triliun	naik	sebesar	IDR	1 3,47	
triliun	 .	Surat	Berharga	Syariah	Negara	(SBSN)	 IDR	(y-o-y) April	2014	sebesar	
98,90 23,04 (y-o-y) Tren	yang	selalu	positif	ini		triliun	naik	sebesar	IDR	 	triliun	 .	
menunjukkan	 bahwa	 SBSN	 semakin	 diminati	 oleh	 masyarakat	 dan	 pasar	
obligasi	syariah	semakin	berkembang	di	Indonesia.	SBSN	juga	digunakan	
oleh	pemerintah	untuk	menarik	dana	 	APBN	2014.	untuk	menutup	defiist
Selain	itu,	kehadiran	SBSN	ini	diharapkan	mampu	menarik	minat	investor	
asing	etrutama	dari	kawasan	Timur	Tengah	untuk	berinvestasi	di	Indonesia.	
Obligasi	denominasi	Valuta	Asing	 2014	mengalami	penurunan	sebesar	April	
IDR	 2, 	 triliun	 menjadi	 IDR	 4 , 6	 triliun	 dari	 	 2014,	 meningkat	95 05 9 Maret
sebesar	IDR	 ,5 	triliun .	Surat	Perbendaharaan	Negara	112 3 	(y-o-y) turun	tipis	
sebesar	 IDR	 	 	 dari	 	 2014	 menjadi	 IDR	 3 , 	 triliun	 dan	500 miliar Maret 9 8
meningkat	sebesar	IDR	1 , 	triliun	8 78 (y-o-y).
16
Gambar	8:	Kepemilikan	Asing	atas	Surat	Berharga,	Oktober	2011	–	
Februari	2014	(IDR	triliun)
Kepemilikan	asing	atas	surat	berharga	Indonesia	meningkat
Sumber:	DJPU	Kementerian	Keuangan	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Manajemen	 pengelolaan	 keuangan	 negara	 yang	 lebih	 baik	 mutlak	
dibutuhkan	pada	pemerintahan	baru	nanti.	Tantangan	yang	cukup	besar	
akan	dihadapi	oleh	pemerintahan	selanjutnya.	Namun,	rasanya	cukup	adil	
untuk	optimistis,	mengingat	isu	ini	hampir	menjadi	bahan	program	ekonomi	
semua	partai	maupun	calon	presiden	peserta	pemilu.	Terlebih	lagi	alokasi	
anggaran	untuk	penyelenggaraan	pemilu	yang	notabene	untuk	mencari	para	
wakil	rakyat	baik	di	eksekutif	maupun	legislatif	ini	semakin	besar—tumbuh	
9,5%	secara	riil¹.	Dana	Pemilu	2014	dianggarkan	IDR	20,5	triliun,	sedangkan	
pada	Pemilu	2009	sebesar	IDR	15,1	triliun	(DJA-Kemenkeu,	2014).	Semoga	
alokasi	anggaran	untuk	pemilu	ini	berbanding	lurus	dengan	kualitas	orang-
orang	pilihannya.
3.	 Kinerja	 neraca	 perdagangan	 yang	 memburuk	 tidak	 diikuti	
perbaikan	signifikan	pada	neraca	transaksi	berjalan
Dibandingkan	dengan	kuartal	I-2013,	defisit	neraca	transaksi	berjalan	
saat	ini	masih	sedikit	lebih	baik.	Pada	kuartal	I-2014,	neraca	transaksi	
berjalan	 tercatat	 defisit	 sebesar	 USD	 4,19	 miliar.	 Sedangkan	 di	 kuartal	 I-
2013,	nilai	defisit	lebih	besar	yaitu	mencapai	USD	6,01	miliar.	Demikian	pula	
secara	quarter-to-quarter,	kinerja	neraca	transaksi	berjalan	Indonesia	juga	
mengalami	sedikit	perbaikan.	Nilai	defisit	turun	tipis	sekitar	USD	0,12	miliar	
dari	 sebelumnya	 sebesar	 USD	 4,31	 miliar.	 Perbaikan	 kinerja	 tersebut	
terutama	disebabkan	oleh	berkontraksinya	defisit	neraca	pendapatan	dan	
perdagangan	jasa.
Nilai	defisit	neraca	pendapatan	dan	perdagangan	jasa	pada	kuartal	I-
2014	 berkurang.	 Pada	 kuartal	 IV-2013,	 kedua	 neraca	 secara	 berurutan	
memiliki	defisit	sebesar	USD	6,98	miliar	dan	USD	3,11	miliar.	Kemudian	pada	
kuartal	berikutnya,	defisit	masing-masing	neraca	turun	menjadi	USD	6,49	
miliar	 dan	 USD	 2,21	 miliar.	 Penurunan	 nilai	 defisit	 neraca	 pendapatan	
disebabkan	oleh	pembayaran	bunga	pinjaman	luar	negeri	pemerintah	dan	
swasta	yang	lebih	rendah	serta	menurunnya	keuntungan	perusahaan	PMA	
17
¹	Secara	nominal	tumbuh	35,8%,	sedangkan	laju	inflasi	dari	2009	hingga	Mei	2014	sebesar	26,3%,	
sehingga	pertumbuhan	riil	sebesar	9,5%
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
yang	 dimiliki	 oleh	 investor	 asing.	 Adapun	 penurunan	 nilai	 defisit	 neraca	
perdagangan	 jasa	 ditopang	 oleh	 defisit	 sektor	 transportasi	 yang	 turun	
sebesar	USD	0,23	miliar	dan	 surplus	sebesar	USD	0,4	miliar	pada	ekspansi	
sektor	perjalanan.
Surplus	 neraca	 perdagangan	 barang	 dan	 neraca	 transfer	 berjalan	
mengalami	penurunan	di	kuartal	I-2014.	Dibanding	kuartal	sebelumnya,	
nilai	surplus	masing-masing	neraca	secara	berurutan	turun	sebesar	25,52%	
dan	4,96%	menjadi	USD	3,55	miliar	dan	USD	0,97	miliar.	Surplus	neraca	
perdagangan	barang	mengalami	 	karena	ekspor	non	migas	pada	penurunan
kuartal	ini	turun	sebesar	USD	3,06	miliar.	Selain	itu	penurunan	surplus	juga	
dikarenakan	 defisit	 perdagangan	 minyak	 Indonesia	 yang	 meningkat.	
Sedangkan	surplus	neraca	transfer	berjalan	turun	tipis	yang	disebabkan	oleh	
penurunan	penerimaan	pemerintah	dan	pengiriman	uang	dari	tenaga	kerja	
Indonesia	di	luar	negeri.
Surplus	neraca	transaksi	modal	dan	finansial	menurun	di	kuartal	I-
2014.	Surplus	neraca	transaksi	modal	dan	finansial	 	dari	USD	 , 	turun 8 85
miliar	 di	 kuartal	 IV-2013	 menjadi	 USD	 , 	 miliar	 di	 kuartal	 I-20147 83 .	
Pen 	 surplus	 ini	 dikarenakan investasi	 lainnyaurunan 	 transaksi	 	 yang	
mengalami	 defisit.	 Setelah	 sempat	 surplus	 sebesar	 USD	 6,52	 miliar	 pada	
kuartal	IV-2013,	nilai	investasi	lainnya	berbalik	menjadi	defisit	USD	4,14	
18
Gambar	9:	Neraca	Transaksi	Berjalan	Indonesia		2011:Q1-2014:Q1	(USD	
miliar)
Defisit		neraca	transaksi		berjalan		mengalami	perbaikan		tipis
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
miliar.	Kondisi	ini	disebabkan	karena	baik	dari	sisi	aset	maupun	kewajiban,	
nilai	transaksi	investasi	lainnya	tercatat	defisit.	Pada	sisi	aset	besar	defisit	
mencapai	USD	3,36	miliar	dan	di	sisi	kewajiban	defisit	transaksi	berjalan	
adalah	sebesar	USD	0,77	miliar.	Meskipun	demikian,	kinerja	transaksi	modal	
dan	finansial	saat	ini	jauh	lebih	baik	bila	dilihat	secara	 .	Pada	year-on-year
kuartal	 I-2013,	 transaksi	 modal	 dan	 finansial	 mengalami	 defisit	neraca	
sebesar	USD	0,55	miliar.	
Terjadi	 ekspansi	 yang	 besar	 pada	 transaksi	 investasi	 langsung	 dan	
portofolio	di	kuartal	I-2014.		Kenaikan	terbesar	secara	absolut	terjadi	pada	
surplus	transaksi	investasi	portofolio,	dari	USD	1,79	miliar	di	kuartal	IV-2013	
menjadi	USD	8,97	miliar	pada	kuartal	I-2014.	Perbaikan	kinerja	transaksi	
investasi	portofolio	disebabkan	adanya	peningkatan	arus	modal	asing	yang	
masuk	ke	Indonesia	dalam	bentuk	pembelian	berbagai	macam	instrumen	
surat	berharga	domestik	yang	diterbitkan	oleh	sektor	publik	maupun	swasta.	
Sejalan	 dengan	 hal	 tersebut,	 arus	 modal	 asing	 dalam	 bentuk	 PMA	 juga	
meningkat	menjadi	USD	4,53	miliar	sehingga	mendorong	surplus	transaksi	
investasi	langsung	naik	dari	USD	0,53	miliar	menjadi	USD	2,99	miliar.
Tren	perbaikan	kinerja	neraca	pembayaran	terhenti	pada	kuartal	I-
2014. oleh	 lebih		 Hal	 ini	 ditunjukkan	 surplus	 neraca	 pembayaran	 yang	
rendah	 dibandingkan	 kuartal	 sebelumnya.	 P Vada	 kuartal	 I -2013,	 neraca	
pembayaran	 	 USD	 , 	miliar.surplus sebesar	 4 41 	Namun	kini	turun	menjadi	
hanya	 setengahnya	 yaitu	 sebesar	 	 USD	 2,07	 miliar	 pada	 kuartal	 I-2014.	
Sehingga	 secara	 persentase	 terdapat	 penurunan	 surplus	 sekitar	 53,17%	
quarter-to-quarter.	 nurunan surplus	 	ini	dipicu	oleh	Pe 	 neraca	pembayaran
penurunan	surplus	neraca 	modal	dan	finansial	yang	tidak	mampu		transaksi
diimbangi	oleh	perbaikan	kinerja	 transaksi	berjalan.	Namun	apabila	neraca	
d 3 n memperlihatkan	ibandingkan	dengan	kuartal	I-201 ,	 eraca	pembayaran	
kondisi	yang	 3lebih	baik.	Pada	kuartal	I-201 	neraca	pembayaran	mengalami	
defisit 6 61 4	sebesar	USD	 , 	miliar.	Kemudian	pada	tahun	201 	kuartal	yang	
sama,	 neraca	pembayaran	 	menjadi	surplus.	Sehingga	secara	kondisi	 berubah
year-on-year naik USD	8 6 	miliar,		neraca	pembayaran	 	sebesar	 , 8 .
19
Gambar	10:	Neraca	Transaksi	Modal	dan	Finansial,	2011:Q1-2014:Q1	
(USD	miliar)
Surplus	transaksi	modal	dan	finansial	menurun
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
4.	 Peningkatan	cadangan	devisa	masih	belum	berkualitas
Cadangan	 devisa	 pada	 Mei	 2014	 mencapai	 USD	 107,048	 miliar,	
meningkat	USD	1,485	miliar	dibandingkan	April	2014.	Angka	tersebut	
dapat	membiayai	6,2	bulan	impor	sehingga	memenuhi	standar	kecukupan	
internasional	 (tiga	 bulan	 impor).	 Kemudian,	 pada	 April	 mencapai	 USD	
105,56	 miliar,	 meningkat	 USD	 2,97	 miliar	 dibandingkan	 Maret	 2014.	
Peningkatan	 devisa	 ini	 beriringan	 dengan	 kenaikan	 nilai	 ekspor	 migas	
Indonesia	pada	April–Mei	2014	dan	arus	masuk	modal	asing	ke	Indonesia	
selama	Mei	2014.	Bank	Indonesia	melalui	PBI	No.	14/25/PBI/2012	tentang	
Penerimaan	Devisa	Hasil	Ekspor	dan	Penarikan	Devisa	Utang	Luar	Negeri	
telah	 mensyaratkan	 penempatan	 dana	 hasil	 ekspor	 pada	 bank	 devisa	 di	
Indonesia	 yang	 cukup	 efektif	 dalam	 upaya	 peningkatan	 cadangan	 devisa.	
Sedangkan	pada	Maret	2014,	cadangan	devisa	turun	0,145%	dibandingkan	
bulan	sebelumnya,	atau	senilai	USD	149	juta.	Penurunan	ini	disebabkan	oleh	
pembayaran	 obligasi	 pemerintah	 yang	 jatuh	 tempo	 senilai	 USD	 2	 miliar.	
Berkaitan	dengan	hal	tersebut,	Bank	Indonesia	memperkirakan	pada	kuartal	
ke	dua	2014	ini	akan	terjadi	tekanan	pada	jumlah	cadangan	devisa.	Secara	
musiman,	kuartal	II	biasanya	merupakan	periode	di	mana	banyak	terjadi	
jatuh	tempo	pembayaran	bunga,	dividen,	dan	royalti.
20
Gambar	11:	Neraca	Pembayaran	2010:Q1-2013:Q4	(USD	miliar)
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Di	sisi	lain,	kenaikan	cadangan	devisa	juga	turut	disumbangkan	oleh	
penerbitan	 Surat	 Berharga	 Negara	 (SBN)	 sejak	 Januari	 2014.	 Pada	
kuartal	I–2014,	SBN	dengan	denominasi	asing	meningkat	USD	3,05	miliar.	
Penambahan	 nilai	SBN	tersebut	membuat	 komposisi	Surat	 Utang	 Negara	
(SUN)	denominasi	USD	berjumlah	USD	30,19	miliar,	denominasi	JPY	155	
miliar,	 dan	 Surat	 Berharga	 Syariah	 Negara	 (SBSN)	 USD	 4,15	 miliar.	 Pada	
kuartal	IV–2013,	nilai	SUN	dengan	denominasi	USD	mencapai	USD	27,14	
miliar,	SUN	denominasi	JPY	155	miliar,	dan	SBSN	USD	4,15	miliar.	Secara	
keseluruhan,	investasi	portofolio	asing,	dalam	bentuk	saham	maupun	SUN,	
tercatat	 meningkat	 drastis	 USD	 8,51	 miliar	 pada	 kuartal	 I–2014,	
dibandingkan	kuartal	IV–2013	yang	tercatat	sebesar	USD	1,63	miliar.
Peningkatan	cadangan	devisa	tidak	diikuti	penguatan	nilai	kurs	rupiah.	
Nilai	 kurs	 pada	 akhir	 Mei	 2014	 (IDR	 11.611	 per	 USD)	 tercatat	 melemah	
0,69%	dibandingkan	April	2014	(IDR	11.532	per	USD).		Sedangkan	nilai	kurs	
pada	 April	 2014	 juga	 melemah	 dibanding	 bulan	 sebelumnya.	 Rupiah	
tertekan	 dikarenakan	 adanya	 sentimen	 negatif	 pasar	 menyusul	 neraca	
perdagangan	 yang	 di	 luar	 ekspektasi	 kembali	 mengalami	 defisit	 (neraca	
perdagangan	 April	 2014	 defisit	 USD	 1,96	 miliar)	 dan	 pola	 musiman	
pembayaran	utang	luar	negeri	pada	kuartal	II.	Di	samping	itu,	kebijakan	The	
Fed quantitative	easing	tentang	keberlanjutan	pengurangan	 	pada	tahun	ini	
21
Gambar	12:	Cadangan	Devisa	Indonesia	(miliar	USD)	dan	Perkembangan	
Nilai	Tukar	(IDR/USD),	Mei	2011	–	Mei	2014
Level	cadangan	devisa	terus	menanjak	mencapai	USD	107,048	miliar;	
rupiah	masih	lemah
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
kembali	memengaruhi	perilaku	pasar.	Tren	pelemahan	rupiah	mungkin	akan	
berlanjut	setelah	The	Fed	kembali	merencanakan	menaikkan	tingkat	suku	
bunga	acuan	( )	pada	tahun	2015	mendatang.	Secara	khusus,	Fed	Fund	rate
dinamika	 tahun	 politik	 Indonesia	 yang	 akan	 melangsungkan	 pemilihan	
presiden	 turut	 mengoreksi	 nilai	 rupiah	 pada	 Mei	 2014.	 Tahun	 politik	
merupakan	saat-saat	penuh	ketidakpastian	dikarenakan	investor	mencari	
aman	dengan	strategi	“ ”.wait	and	see
5.	 Capaian	 positif	 dalam	 pasar	 tenaga	 kerja	 masih	 belum	
optimal
Tingkat	pengangguran	terbuka	pada	Februari	2014	mencatat	angka	
terendah	selama	tiga	tahun	terakhir	yaitu	sebesar	5,7%.	Berdasarkan	
data	yang	dilansir	BPS,	jumlah	orang	yang	menganggur	pada	Februari	2014	
adalah	 7,15	 juta	 orang,	 menurun	 dibandingkan	 pada	 September	 2013	 di	
mana	 jumlah	 orang	 yang	 menganggur	 mencapai	 7,41	 juta	 orang.	 Hal	 ini	
sejalan	 dengan	 kenaikan	 jumlah	 tenaga	 kerja	 pada	 sektor	 informal	 dan	
tenaga	kerja	paruh	waktu.	Menurut	data	BPS,	pekerja	informal	bertambah	
sebanyak	420	ribu	orang	dalam	setahun	terakhir	(Februari	2013	–	Februari	
2014),	dengan	persentase	pertumbuhan	sebesar	0,60%	( ).	Selain	itu,	y-o-y
BPS	juga	mencatat	pekerja	paruh	waktu	meningkat	tajam	dari	22,93	juta	
orang	pada	Februari	2013	menjadi	26,40	juta	orang	pada	Februari	2014.	
Meskipun	tingkat	pengangguran	membaik,	BPS	mencatat	penyerapan	tenaga	
22
Tabel	 6:	 Posisi	 Surat	 Berharga	 Negara	 Denominasi	 Asing	 dan	 Utang	
Bilateral,	 Tahun	 2012	 –	 2014	 (semua	 dinyatakan	 dalam	 USD	 miliar	
kecuali	yang	disebutkan	lain)
Peningkatan	SBN	denominasi	USD	meningkat	USD	3,05	miliar	pada	kuartal	
I–2014;	utang	bilateral	meningkat	USD	4,45	miliar	pada	April	2014
Catatan:	
*	 =	JPY	miliar	
Sumber:	DJPU	dan	CEIC	(diolah,	2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
kerja	pada	Februari	2014	lebih	banyak	didominasi	oleh	tenaga	kerja	yang	
berpendidikan	SD	ke	bawah	yaitu	sebanyak	46,80%	dan	hanya	7,49%	tenaga	
kerja	 yang	 berpendidikan	 universitas.	 Sementara	 itu,	 tingkat	 partisipasi	
angkatan	kerja	pada	Februari	2014	meningkat	yaitu	mencapai	angka	69,17%	
jika	dibandingkan	pada	Agustus	2013	yang	mencapai	66,77%.
Dilihat	 dari	 struktur	 lapangan	 pekerjaan	 hingga	 Februari	 2014,	
kontribusi	 tenaga	 kerja	 di	 sektor	 Pertanian	 sedikit	 meningkat.	
Meskipun	begitu,	jika	dibandingkan	dengan	periode	yang	sama	pada	tahun	
sebelumnya,	 kontribusi	 penduduk	 yang	 bekerja	 pada	 sektor	 pertanian	
mengalami	 penurunan.	 Menurut	 data	 BPS,	 penduduk	 yang	 bekerja	 pada	
sektor	Pertanian	menurun	dari	41,11	juta	orang	pada	Februari	2013	menjadi	
hanya	40,83	juta	orang	pada	Februari	2014.	Sementara	itu	jumlah	penduduk	
yang	 bekerja	 di	 sektor	 Perdagangan	 dan	 Jasa	 kemasyarakatan	 terus	
meningkat.	 Hal	 ini	 menunjukkan	 peralihan	 struktur	 ketenagakerjaan	 di	
Indonesia	 dari	 sektor	 Pertanian	 ke	 sektor	 lainnya,	 terutama	 sektor	
Perdagangan,	Jasa	dan	Industri.	Meskipun	demikian,	sektor	Pertanian	masih	
mendominasi	 sebagai	 penyumbang	 terbesar	 penyerapan	 tenaga	 kerja	 di	
Indonesia	 dengan	 kontribusi	 sebesar	 34,55%.	 Setelah	 sektor	 Pertanian,	
sektor	 yang	 turut	 berkontribusi	 besar	 dalam	 penyerapan	 tenaga	 kerja	 di	
Indonesia	 hingga	 Februari	 2014	 secara	 berurutan	 adalah	 sektor	
23
Gambar	 13:	 Tingkat	 Partisipasi	 Angkatan	 Kerja	 dan	 Pengangguran	
Terbuka	di	Indonesia,	Februari	2011	–	Februari	2014	(dalam	%)
Tingkat	pengangguran	terbuka	membaik	
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook
Perdagangan	 dengan	 kontribusi	 sebesar	 21,84%,	 sektor	 Jasa	
Kemasyarakatan	 dengan	 kontribusi	 sebesar	 15,64%	 dan	 sektor	 Industri	
dengan	kontribusi	sebesar	13,02%.
24
Tabel	7:	Penduduk	Usia	15	Tahun	ke	Atas	yang	Bekerja	Menurut	Lapangan	
Pekerjaan	Utama,	Tahun	2012-2014	(%)
Sektor	Pertanian	masih	menjadi	penyumbang	terbesar	dalam	penyerapan	
tenaga	kerja	di	Indonesia,	meski	dengan	tren	yang	menurun
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 25
1.	 Tingkat	harga	dalam	negeri	masih	terjaga
Memasuki	 musim	 panen	 bahan	 pangan,	 inflasi	 Maret	 2014	 dapat	
ditekan. y-o-y	Inflasi	Maret	2014	tercatat	sebesar	7,32%	( )	lebih	rendah	dari	
bulan	 sebelumnya.	 Menurut	 dekomposisinya,	 pada	 Maret	 2014	 ( )		y-o-y
inflasi	inti	tercatat	5,35%,	inflasi	harga	bergejolak	tercatat	5,55,	dan	inflasi	
harga	diatur	pemerintah	16,84%.	Secara	 ,	inflasi	Maret	2014	month-to-month
tercatat	sebesar	0,08%.	Kemudian	pada	April	2014,	inflasi	masih	mengalami	
penurunan	dan	tercatat	sebesar	7,25%	( )	karena	masih	tertekan	harga	y-o-y
komoditas	yang	panen.	Secara	year-on-year,	inflasi	inti	tercatat	5,46%,	inflasi	
harga	bergejolak	sebesar	5,24%,	dan	inflasi	harga	diatur	pemerintah	sebesar	
17%.	 Sedangkan	 secara	 month-to-month,	 April	 2014	 mengalami	 deflasi	
0,02%.
Tingkat	inflasi	kembali	naik	pada	Mei	2014,	meski	komoditas	bahan	
pangan	masih	mengalami	musim	panen.	Inflasi	pada	Mei	2014	tercatat	
sebesar	 7,32%	 ( ),	 lebih	 tinggi	 dibandingkan	 Mei	 2013	 yang	 sebesar	y-o-y
5,47%	( ).	Sedangkan,	secara	 ,	inflasi	Mei	2014	sebesar	y-o-y month-to-month
B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN
Gambar	14:	Tingkat	Inflasi,	Tahun	Mei	2011	–	Mei	2014	(y-o-y,	dalam	%)
Inflasi	Mei2014		mencapai	7,32%	(y-o-y)
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Indonesian Economic Review and Outlook26
0,16%.	 Jika	 dilihat	 dari	 dekomposisinya,	 secara	 ,	 inflasi	 inti	year-on-year
tercatat	5,63%,	inflasi	harga	bergejolak	sebesar	6,17%,	dan	inflasi	harga	yang	
diatur	pemerintah	sebesar	16,23%.
Secara	month-to-month,	April	2014	tercatat	deflasi	sebesar	0,02%	(m-t-
m),	 dikarenakan	 turunnya	 harga	 kelompok	 pengeluaran	 bahan	
makanan. m-t-m	Kelompok	bahan	makanan	deflasi	sebesar	1,09%	( ).	Bahan	
makanan	 yang	 turun	 harga	 ada	 6	 item	 subkelompok,	 salah	 satunya	
subkelompok	 bumbu-bumbuan	 (7,4%).	 	 inflasi	 kelompok	 bahan	Share
makanan	-0,22%	terhadap	inflasi	umum	April	2014.	Harga-harga	yang	turun	
antara	 lain	 cabai	 merah,	 beras,	 bayam,	 kangkung	 dan	 bawang	 merah.	
Kemudian,	inflasi	April	2014	didominasi	kelompok	pengeluaran	Kesehatan	
dengan	 nilai	 0,6%	 ( ).	 Komposisi	 inflasi	 pada	 Mei	 2014	 (m-t-m month-to-
month)	 didominasi	 oleh	 kelompok	 pengeluaran	 kesehatan	 yang	 tercatat	
Tabel	8:	Tingkat	Inflasi	Menurut	Kelompok	Pengeluaran,	Tahun	2011	–	
2014		(2012=100,	m-t-m,	dalam	%)
Bahan	makanan	deflasi,	inflasi	bulan	Mei	2014	0,16%	(m-t-m)
Catatan:	(1)	Makanan;	(2)	Makanan	Olahan,	Minuman,	Tembakau;	(3)	Perumahan,	Listrik,	Gas,	dan	
Bahan	Bakar;	(4)	Sandang;	(5)	Kesehatan;	(6)	Pendidikan,	Rekreasi,	dan	Olah	Raga;	(7)	Transportasi,	
Komunikasi,	dan	Jasa	Keuangan
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
sebesar	0,41%,	disusul	inflasi	kelompok	pengeluaran	untuk	Makanan	Jadi,	
Minuman,	Rokok,	dan	Tembakau	(0,35%),	dan	Perumahan	Listrik,	Gas,	dan	
Bahan	Bakar	(0,23%).	Sedangkan,	kelompok	pengeluaran	Bahan	Makanan	
masih	mengalami	deflasi	seperti	pada	bulan	sebelumnya.	yang	disebabakan	
oleh	penurunan	harga	cabai	rawit,	cabai	merah,	dan	beras	yang	masih	dalam	
masa	panen.
Secara	umum,	kota-kota	di	Indonesia	mengalami	inflasi	pada	Mei	2014.	
Dari	82	kota,	67	kota	mengalami	inflasi	dengan	kota	yang	tercatat	mengalami	
inflasi	tertinggi	adalah	Pematang	Siantar	(1,09%	 ).	Jumlah	tersebut	m-t-m
jauh	meningkat	dibandingkan	dengan	April	2014	yang	hanya	sebanyak	43	
kota	dan	Maret	2014	yang	sebanyak	45	kota.	Sedangkan,	lima	belas	kota	
lainnya	mengalami	deflasi	pada	Mei	2014	dengan	Pangkal	Pinang	tercatat	
sebagai	yang	terbesar	(1,27%	 ).	Pada	April	2014,	kota	yang	mengalami	m-t-m
inflasi	tertinggi	adalah	Pangkal	Pinang	dengan	nilai	1,57%	( )	dan	yang	m-t-m
tercatat	terendah	adalah	Jayapura	dengan	nilai	-1,79%	( ).	Sedangkan,	m-t-m
pada	Maret	2014,	kota	dengan	inflasi	tertinggi	adalah	Merauke	yang	tercatat	
1,15%	( )	dan	terendah	Tual	yang	tercatat	2,43%	( ).m-t-m m-t-m
2.	 Pasar	keuangan	masih	relatif	bullish
Sementara	 itu,	 pasar	 saham	 Indonesia	 (IHSG)	 terus	 mengalami	
penguatan	pada	Mei	2014.	Pada	penutupan	akhir	Mei	2014,	IHSG	tercatat	
ada	pada	level	4.894	atau	menguat	1,11%	dibandingkan	bulan	sebelumnya.	
Bahkan,	pada	pertengahan	Mei	2014,	IHSG	sempat	menembus	angka	5.031.	
Angka	 indeks	 5.000	 akan	 menjadi	 level	 psikologis	 yang	 baru	 bagi	 IHSG	
karena	investor	akan	menjadikannya	sebagai	 	harga	baru	benchmark	level
yang	akan	memengaruhi	perilaku	pasar.	Sedangkan	pada	penutupan	April	
2014,	IHSG	mencatat	angka	4.840	atau	menguat	1,51%	dibandingkan	bulan	
sebelumnya.	 Aktifnya	 IHSG	 pada	 level	 hijau	 menandakan	 investor	 sudah	
percaya	dengan	keadaan	dan	prospek	ekonomi	Indonesia	di	tengah	tahun	
politik.	Hal	itu	menandakan	fundamental	ekonomi	Indonesia	mulai	kembali	
membaik.	Pada	kuartal	I–2014	tercatat	investor	asing	melakukan	 	net	buy
sebesar	IDR	24,62	triliun,	lebih	tinggi	dibandingkan	kuartal	IV–2013	yang	
tercatat	IDR	11,11	triliun.
27
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook
Pada	 pasar	 obligasi,	 pergerakan	 yield	 SUN	 di	 penutup	 Mei	 2014	
melemah	 12	 bps	 pada	 level	 8,21%.	 Namun,	 seperti	 bulan-bulan	
sebelumnya,	 pergerakan	 imbal	 hasil	 fluktuatif	 mengikuti	 inflasi.	 Setelah	
cenderung	menurun	sejak	Januari	2014,	tingkat	imbal	hasil	SUN	Mei	2014	
naik	dikarenakan	inflasi	Mei	2014	lebih	tinggi	dibandigkan	April	2014.	Pada	
bulan-bulan	 sebelumnya,	 inflasi	 cenderung	 melambat	 sehingga	 tingkat	
imbal	hasil	SUN	turun.	Nilai	imbal	hasil	SUN	pada	akhir	April	2014	tercatat	
sebesar	8,09%.	Sedangkan	pada	akhir	Maret	2014	tercatat	sebesar	8,21%.
3.	 Tidak	ada	perubahan	berarti	pada	kebijakan	moneter
Suku	bunga	penjaminan	LPS	naik	25	basis	poin	(bps)	menjadi	7,75%	
pada	 Mei	 2014.	 Kenaikan	 ini	 sebagai	 upaya	 untuk	 dapat	 menjamin	
simpanan	nasabah	perbankan	Indonesia	saat	ini.	Tren	kenaikan	suku	bunga	
perbankan	masih	terus	berlanjut.	Likuiditas	perbankan	pada	aset	domestik	
masih	 menunjukkan	 pengetatan.	 Hal	 ini	 beriringan	 dengan	 kebijakan	
moneter	ketat	BI	yang	tetap	mempertahankan	BI	rate	pada	tingkat	7,5%.	
Kebijakan	LPS	ini	berlaku	hingga	September	2014.	Sedangkan	suku	bunga	
penjaminan	LPS	pada	bulan	Maret–April	tidak	mengalami	kenaikan,	tetap	
pada	level	7,5%.
28
Gambar	15:		Pergerakan	IHSG	dan	Indeks	Imbal	Hasil	SUN	Tenor	10	
Tahun,	Mei	2011	–	Mei	2014	(	%)
IHSG	terus	tumbuh	positif;	yield	SUN	di	level	8,21%	pada		akhir	Mei2014
Sumber:	IDX,	CEIC,	dan	Bloomberg	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Suku	 bunga	 deposito	 berjangka	 tetap	 tinggi,	 melebihi	 tingkat	 suku	
bunga	 penjaminan.	 Suku	 bunga	 deposito	 berjangka	 satu	 bulan	 tercatat	
8,1%	 pada	 April	 2014.	 Hal	 ini	 mengindikasikan	 bahwa	 perbankan	
mengalami	likuiditas	ketat	yang	dipengaruhi	oleh	pertumbuhan	likuiditas	
dalam	arti	luas	(M2)	yang	juga	melambat.	Perlambatan	M2	disebabkan	oleh	
realisasi	belanja	pemerintah	yang	masih	rendah	dan	pertumbuhan	kredit	
yang	menurun.	Realisasi	belanja	pemerintah	memiliki	kecenderungan	pola	
belanja	sedikit	pada	awal	tahun	dan	kemudian	dikebut	pada	periode	akhir	
tahun.	Hingga	kuartal	I–2014,	konsumsi	pemerintah	tercatat	hanya	tumbuh	
sebesar	3,6%	( ),	lebih	rendah	dibandingkan	pada	kuartal	IV–2013	yang	y-o-y
tumbuh	6,4%	( ).	Suku	bunga	kredit	meningkat	sejak	Januari	2014:	suku	y-o-y
bunga	kredit	pada	Februari	2014	rata-rata	12,51%,	Maret	2014	rata-rata	
sebesar	 12,53%,	 sedangkan	 pada	 April	 2014	 tercatat	 rata-rata	 sebesar	
12,56%.
Kebijakan	moneter	ketat	pada	Mei	2014	tetap	dipertahankan	dengan	
target	 pengendalian	 inflasi	 dan	 perbaikan	 neraca	 pembayaran.	 Hal	
tersebut	ditandai	dengan	hasil	Rapat	Dewan	Gubernur	Bank	Indonesia	pada	
12	Juni	2014	yang	menyatakan	BI	 	tetap	pada	level	7,5%.	Keputusan	rate
29
Gambar	16:	Perkembangan	Tingkat	Suku	Bunga	Penjaminan	LPS	dan	
Deposito,	2011	–	2014*	(%)
Tingkat	suku	bunga	penjaminan	naik	25	bps,	deposito	berjangka	1	bulan	
masih	melebihi	BI	Rate	dan	suku	bunga	LPS
Catatan:	
*	 =	April	2014	(deposito	berjangka)	dan	Mei	2014	(suku	bunga	penjaminan)
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook
tersebut	 diambil	 setelah	 mempertimbangkan	 perkembangan	 inflasi	 yang	
terkendali,	tren	penurunan	defisit	transaksi	berjalan,	kondsi	pasar	finansial	
yang	optimis,	permintaan	domestik	yang	masih	mampu	meredam	kontraksi,	
dan	 prospek	 perekonomian	 Indonesia	 maupun	 global	 yang	 berangsur	
membaik.	Di		sisi	lain,	perekonomian	Indonesia	masih	memiliki	resiko	antara	
lain:	 ketidakpastian	 dampak	 ekonomi	 global	 yang	 berkaitan	 erat	 dengan	
keberlajutan	 	tahun	ini	disertai	ekspektasi	kenaikan	tapering	off Fed	Fund	
Rate	pada	2015;	penurunan	nilai	ekspor	dikarenakan	perlambatan	ekonomi	
Tiongkok	sebagai	salah	satu	mitra	dagang	utama;	dan	inflasi	domestik	yang	
terdampak	dari	kemungkinan	cuaca	buruk	akibat	perubahan	iklim	( )	El	Nino
serta	 rencana	 kenaikan	 harga-harga	 yang	 diatur	 pemerintah	 (tarif	 dasar	
listrik	dan	gas	LPG	12kg).
30
Gambar	17:	Perkembangan	BI	Rate,	Mei	2011	–	Mei	2014	(%)
BI	rate	dipertahankan	7,5%	pada	Mei	2014
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
1.	 GAMA	Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI)
Leading	Economic	Indicator	merupakan	salah	satu	model	early	warning	
system	untuk	memprediksi	arah	pergerakan	ekonomi	di	masa	depan.	
GAMA	 	 (GAMA	 LEI)	 merupakan	 model	 yang	Leading	 Economic	 Indicator
dikembangkan	oleh	Tim	Macroeconomic	Dashboard	FEB	UGM.	Titik	balik	
serta	kenaikan/penurunan	garis	pada	model	GAMA	LEI	digunakan	untuk	
memprediksi	 arah	 pergerakan	 perekonomian	 Indonesia	 dalam	 beberapa	
waktu	kedepan.	Analisis	GAMA	LEI	berdasarkan	uji	kuantitatif	dan	kualitatif	
untuk	menghasilkan	prediksi	terbaik.
GAMA	LEI	disusun	dari	berbagai	macam	indikator	yang	telah	melewati	
uji	statistik	yang	ketat.	Kinerja	pada	variabel	seperti	investasi,	total	nilai	
penjualan	mobil,	ekspor	dan	cadangan	devisa	dari	sisi	ekonomi	makro	serta	
market	capitalization	dan	IHSG	dari	pasar	modal	cukup	berpengaruh	pada	
kondisi	perekonomian.	Meskipun	demikian,	patut	dicatat	bahwa	beberapa	
indikator	 ekonomi	 makro	 lainnya	 dapat	 berubah	 dengan	 cepat	 dalam	
beberapa	waktu	kedepan.		
GAMA	LEI	mampu	memprediksi	siklus	perekonomian	(PDB)	Indonesia	
dengan	 cukup	 akurat	 pada	 beberapa	 waktu	 sebelumnya.	 Peramalan	
model	GAMA	LEI	mampu	memprediksi	arah	siklus	perekonomian	Indonesia	
selama	ini	dengan	baik.	Adanya	penurunan	kinerja	pada	beberapa	indikator	
kunci	 perekonomian	 Indonesia	 menyebabkan	 pertumbuhan	 ekonomi	 di	
2014:Q1	 	menurun	dibandingkan	dengan	2013:Q4.	Dalam	edisi	ini,	GAMA	
LEI	 akan	 memprediksi	 bagaimana	 perekonomian	 Indonesia	 berfluktuasi	
dalam	tahun	politik	2014,	terutama	menjelang	pemilihan	presiden	bulan	Juli	
mendatang.
Keberagaman	 pola	 pada	 pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 serta	
proyeksi	siklus	perekonomian	dalam	model	GAMA	LEI	menghasilkan	
peramalan	yang	komprehensif.	Peramalan	siklus	bisnis	menekankan	pada	
pergerakan	 siklus	 perekonomian	 apakah	 berada	 pada	 fase	 ekspansi	 atau	
31
C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI
Indonesian Economic Review and Outlook
kontraksi	dalam	beberapa	waktu	ke	depan.	Siklus	GAMA	LEI	2014:Q1	berada	
pada	fase	ekspansi	(berada	di	atas	nilai	100)	meskipun	mempunyai	arah	
menurun.	 Sebagai	 contoh:	 pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 di	 2014:Q1	
secara	 	tercatat	meningkat,	namun	siklus	PDB	yang	dihasilkan	year-on-year
dalam	 model	 tersebut	 mengalami	 pergerakan	 menurun	 walaupun	 dalam	
fase	ekspansi.
2.	 Konsensus	Proyeksi	Indikator	Makroekonomi
Hasil	 konsensus	 menunjukkan	 nilai	 tiga	 indikator	 makro	 utama	
Indonesia	 yaitu	 pertumbuhan	 ekonomi,	 inflasi,	 dan	 nilai	 tukar	
bergerak	 membaik	 dari	 tahun	 2014	 ke	 2015.	 Konsensus	 diperoleh	
berdasarkan	 survei	 yang	 dilakukan	 oleh	 tim	 Macroeconomic	 Dashboard	
dengan	 responden	 dosen	 dan	 peneliti	 di	 Fakultas	 Ekonomika	 dan	 Bisnis	
UGM.
Secara	umum,	prediksi	pertumbuhan	PDB	riil	(y-o-y)	kuartal	II-2014	
bergerak	membaik	dibandingkan	dengan	realisasi	pertumbuhan	PDB	
riil	 kuartal	 I-2014. y-o-y	 PDB	 riil	 ( )	 diprediksi	 tumbuh	 sebesar	 5,46%	 ±	
0,37%	 	 pada	 kuartal	 II-2014	 dan	 5,47%	 ±	 0,42%	 pada	 kuartal	 III-2014.	
32
Gambar	18:	GAMA	Leading	Economic	Indicator	
GAMA	LEI	memprediksi	kecenderungan	penurunan	siklus	perekonomian	
Indonesia
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Adapun	 secara	 tahunan,	 prediksi	 pertumbuhan	 PDB	 riil	 2014	 dan	 2015	
masing-masing	sebesar	5,63%	±	0,48%	dan	6,0%	±	0,6%	.
Inflasi	 Indonesia	 tahun	 2014-2015	 diprediksi	 berada	 di	 atas	 tujuh	
persen.	Tahun	2014,	hasil	prediksi	inflasi	Indonesia	adalah	sebesar	7,88%	±	
1,38%.	Tahun	2015	nilainya	bergerak	menurun	menjadi	7,36%	±	1,82%.	
Sementara	itu	secara	kuartalan,	inflasi	di	Indonesia	pada	kuartal	II-2014	dan	
III-2014	masing-masing	sebesar	7,42%	±	1,56%	dan	7,90%	±	1,59%.
Nilai	tukar	rupiah	diprediksi	mulai	membaik	dan	stabil	pada	tahun	
2014,	walaupun	masih	di	sekitar	nilai	Rp/USD	11.000.	Pada	kuartal	II-
2014	nilai	tukar	rupiah	diperkirakan	sebesar	IDR/USD	11.563	±	IDR/USD	
349.	 Di	 kuartal	 berikutnya,	 nilai	 tukar	 rupiah	 sedikit	 menguat	 menjadi	
IDR/USD	11.553	±	IDR/USD	390.	Sementara	itu	secara	tahunan,	nilai	tukar	
rupiah	tahun	2014	adalah	IDR/USD	11.366	±	IDR/USD	479	dan	tahun	2015	
menguat	menjadi	IDR/USD	11.072	±	IDR/USD	316.
33
Tabel	9:	Estimasi	Pertumbuhan	PDB	Riil	(y-o-y,	dalam	%)
Sumber:	Data	Primer,	diolah	(2014)
Tabel	10:	Estimasi	Inflasi	(y-o-y,	dalam	%)
Sumber:	Data	Primer,	diolah	(2014)
Tabel	11:	Estimasi	Nilai	Tukar	Rupiah	(IDR/USD)
Sumber:	Data	Primer,	diolah	(2014)
GAMA LEI dan Konsensus Proyeksi Ekonomi
Indonesian Economic Review and Outlook
Memasuki	 ASEAN	 Economic	 Community	 (AEC)	 2015,	 perekonomian	
kawasan	masih	dibayang-bayangi	tekanan	perekonomian	global.	The	
Fed	 melihat	 bahwa	 perekonomian	 domestik	 telah	 mulai	 stabil	 sehingga	
mengambil	langkah	 	yang	merupakan	kebijakan	moneter	ketat.	tapering	off
Hal	 ini	 berdampak	 pada	 kecenderungan	 “keringnya”	 aliran	 modal	 dari	
Amerika	 Serikat	 ke	 kawasan	 yang	 menciptakan	 depresiasi	 mata	 uang	
nasional	 lebih	 dalam	 dari	 yang	 sebelumnya	 telah	 terjadi	 (sebagaimana	
keseimbangan	 baru	 nilai	 tukar	 Rupiah	 yang	 dialami	 Indonesia	 saat	 ini).	
Sementara	itu	dari	Uni	Eropa,	walaupun	secara	umum	kawasan	tersebut	
dapat	dikatakan	telah	melewati	periode	terburuk	dari	krisis,	namun	kinerja	
perekonomian	 negara-negara	 anggota	 kawasan	 tersebut	 masih	 sangat	
beragam.	Pertumbuhan	ekonomi	di	kawasan	tersebut	juga	belum	mampu	
secara	 signifikan	 mendorong	 pertumbuhan	 permintaan	 masyarakatnya	
terhadap	produk-produk	global,	termasuk	dari	kawasan	ASEAN.	Sedangkan	
Tiongkok	 yang	 merupakan	 mitra	 dagang	 utama	 negara-negara	 kawasan	
ASEAN	 justru	 sedang	 mengalami	 kecenderungan	 “pendinginan”	
perekonomian	 yang	 akan	 berpengaruh	 pada	 kinerja	 perdagangan	
internasional	saat	ini.
Instabilitas	 nasional	 menjadi	 tantangan	 yang	 semakin	 penting	
terhadap	 perekonomian	 negara-negara	 kawasan	 ASEAN.	 Instabilitas	
kawasan	 ASEAN	 memiliki	 berbagai	 bentuk	 seperti	 tantangan	 politik,	
tantangan	 ekonomi	 bahkan	 hingga	 tantangan	 keamanan.	 Dampak	 dari	
bencana	 alam	 hebat	 yang	 menghantam	 Filipina	 pada	 tahun	 2013,	
pencabutan	 berbagai	 skema	 subsidi	 serta	 penerapan	 berbagai	 kebijakan	
jaminan	 sosial	 di	 negara-negara	 kawasan,	 transisi	 politik	 yang	 sedang	
dialami	oleh	Indonesia,	krisis	politik	yang	terjadi	di	Thailand,	penerapan	
hukum	syariah	di	Brunei	Darussalam,	konflik	militer	terbuka	antara	Vietnam	
dan	Tiongkok,	sengketa	kepulauan	di	kawasan	Laut	China	Selatan	antara	
Tiongkok	 dengan	 lebih	 kurang	 enam	 negara	 anggota	 ASEAN	 serta	 masih	
belum	 cepatnya	 pembangunan	 infrastruktur	 adalah	 beberapa	 contoh	
diantaranya.	 Beberapa	 contoh	 tantangan	 kawasan	 tersebut	 menunjukkan	
bahwa	 ketidakpastian	 akan	 menjadi	 tantangan	 laten	 pemerintah	 untuk	
34
D. ASEAN:
Tantangan Tekanan Ekonomi Global dan
Instabilitas Nasional Menuju AEC 2015
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
menjaga	momentum	perekonomian	yang	ada.	Stabilitas	nasional	menjadi	hal	
yang	 esensial	 dalam	 menjaga	 daya	 pikat	 bagi	 investor	 global	 untuk	
mengembangkan	 sektor	 industri	 manufaktur.	 Menjaga	 stabilitas	 politik,	
ekonomi	dan	menjaga	tingkat	kepercayaan	dari	masyarakat	dunia	adalah	
“pekerjaan	 rumah”	 bagi	 pemerintah	 negara-negara	 ASEAN	 di	 tengah	
tantangan	 berbagai	 instabilitas	 nasional	 yang	 terus	 semakin	 tinggi	
intensitasnya.
Menjaga	daya	saing	di	tengah	tekanan	global	dan	instabilitas	domestik	
menjadi	sangat	penting	demi	kesiapan	negara	kawasan	menuju	AEC	
2015.	Daya	saing	menjadi	kata	kunci	dalam	memastikan	kesiapan	setiap	
negara	 di	 kawasan	 dalam	 memasuki	 AEC	 2015.	 Di	 tengah	 berbagai	
tantangan,	 baik	 eksternal	 maupun	 internal,	 pemerintah	 harus	 mampu	
menjaga	dan	bahkan	meningkatkan	kemampuan	daya	saingnya,	sehingga	
ketika	 “keran”	 AEC	 2015	 terbuka	 maka	 setiap	 bagian	 dari	 masyarakat	
kawasan	mampu	untuk	memperoleh	manfaat	yang	optimal.
Negara-negara	 kawasan	 ASEAN	 belum	 mencatatkan	 pertumbuhan	
ekonomi	 yang	 optimal.	 Pada	 kuartal	 I-2014,	 capaian	 pertumbuhan	
ekonomi	 negara	 di	 kawasan	 ASEAN	 secara	 umum	 menunjukkan	 capaian	
yang	 masih	 belum	 menggembirakan	 karena	 masih	 belum	 menyiratkan	
potensi	 pertumbuhan	 perekonomian	 kawasan	 yang	 sesungguhnya.	
Indonesia	 sebagai	 kontributor	 ekonomi	 terbesar	 di	 ASEAN	 mencatat	
pertumbuhan	ekonomi	yang	melambat.	Sementara	Thailand	sebagai	negara	
35
ASEAN
Tabel	12:	Pertumbuhan	GDP	Negara	ASEAN,	Constant	Price,	1998–Q1	2014	
(y-o-y,	%)
Pertumbuhan	 mencatatkan	 pencapaian	 lebih	 rendah	 dari	 tahun-tahun	
sebelumnya
Catatan:	rata-rata	pertumbuhan	untuk	periode	1998-1999,	2000-2007,	dan	2008-2009
Data	Pertumbuhan	Q1/2014:	Brunei	Darussalam,	Kamboja,	Laos	dan	Myanmar	belum	tersedia
Sumber:	IMF	dan	CEIC	(2014)
Indonesian Economic Review and Outlook
dengan	 kontributor	 ekonomi	 terbesar	 kedua	 pada	 kuartal	 I-2014	 ini,	
menjadi	satu-satunya	negara	yang	mengalami	kontraksi	perekonomian	(-
2,10%)	di	kawasan	akibat	dari	dinamika	perpolitikan	yang	terjadi	di	negara	
tersebut.	 Singapura	 dan	 Vietnam	 walaupun	 mencatatkan	 pertumbuhan	
ekonomi	 yang	 relatif	 baik,	 secara	 umum	 masih	 dibawah	 target	 yang	
ditetapkan.	Perekonomian	kawasan	ASEAN	secara	umum	masih	ditopang	
oleh	capaian	perekonomian	Malaysia	dan	Filipina.
Indonesia	 sebagai	 “motor”	 perekonomian	 kawasan	 ASEAN	
mencatatkan	 tingkat	 pertumbuhan	 ekonomi	 yang	 melambat.	
Pertumbuhan	yang	dicapai	Indonesia	pada	Kuartal	1-2014	sebesar	5,21%	(y-
o-y)	atau	sebesar	5,56%	tanpa	Minyak	dan	Gas	adalah	tingkat	pertumbuhan	
yang	 lebih	 rendah	 dibandingkan	 dengan	 capaian	 pertumbuhan	 ekonomi	
pada	Kuartal	IV-2013	sebesar	5,72%	serta	tingkat	pertumbuhan	tersebut	
meleset	dari	target	yang	ditetapkan	pemerintah	yaitu	5,8%.	Perlambatan	
ekonomi	ini	terutama	disebabkan	akibat	dari	penerapan	UU	Minerba	terbaru	
terutama	pada	negara-negara	tujuan	ekspor	utama	yaitu	Amerika	Serikat	
dan	Jepang.	Bahkan	dampak	perekonomian	dari	penurunan	kinerja	ekspor	
tersebut	 tidak	 mampu	 diimbangi	 oleh	 sumbangan	 ekonomi	 dari	 proses	
“pesta	demokrasi”	atau	Pemilihan	Umum	Legislatif	yang	terjadi	di	Indonesia	
pada	 periode	 ini.	 Penjaga	 perekonomian	 Indonesia	 dari	 perlambatan	
pertumbuhan	 yang	 lebih	 dalam	 dikarenakan	 masih	 kuatnya	 permintaan	
konsumsi	dalam	negeri	seiring	dengan	pertumbuhan	kelompok	menengah	di	
Indonesia.
Filipina	masih	pencetak	pertumbuhan	ekonomi	yang	tinggi	di	kawasan.	
Walaupun	dampak	dari	bencana	gempa	bumi	dan	Topan	Haiyan	di	tahun	
2013	 yang	 lalu	 masih	 membuat	 kinerja	 perekonomian	 Filipina	 belum	
mencapai	potensi	optimalnya,	namun	pada	kuartal	I-2014,	Filipina	berhasil	
mencetak	 pertumbuhan	 ekonomi	 ( )	 sebesar	 5,7%.	 Tingkat	y-o-y
pertumbuhan	 ekonomi	 ini	 merupakan	 pertumbuhan	 peringkat	 ketiga	
tercepat	 di	 Asia,	 setelah	 Tiongkok	 yang	 mencatatkan	 pertumbuhan	 pada	
kuartal	 I-2014	 sebesar	 7,4%	 dan	 Malaysia	 sebesar	 6,2%.	 Keberhasilan	
Filipina	 menjaga	 momentum	 ekonominya	 pasca	 peristiwa	 bencana	 alam	
yang	 merusak	 berbagai	 infrastruktur	 dan	 industri	 kelapa	 yang	 cukup	
dominan	di	Filipina,	adalah	dengan	mendorong	pertumbuhan	sektor	jasa.	
Menurut	Phillipines	National	Statistics	Coordination	(NSC),	pertumbuhan	
sektor	 jasa	 pada	 kuartal	 I-2014	 berhasil	 mencatat	 pertumbuhan	 3,8%	
36
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
dibandingkan	 dengan	 sektor	 industri	 dan	 pertanian	 yang	 berturut-turut	
hanya	mampu	mencatat	pertumbuhan	1,8%	dan	0,1%.
Permotongan	 berbagai	 skema	 subsidi	 memberikan	 kontribusi	 pada	
capaian	tingkat	inflasi	yang	relatif	masih	tinggi	di	kawasan.	Dampak	dari	
pemotongan	subsidi	Bahan	Bakar	Minyak	(BBM)	yang	terjadi	di	Indonesia	
dan	pemotongan	subsidi	BBM	dan	gula	di	Malaysia	pada	tahun	2013	yang	lalu	
masih	 memberikan	 dampak	 pada	 capaian	 inflasi	 di	 awal	 tahun	 2014	 ini.	
Pemotongan	subsidi	ini	ternyata	secara	umum	belum	mampu	memberikan	
dampak	pada	pola	konsumsi	masyarakat	yang	terus	tetap	tumbuh,	sehingga	
ikut	 mendorong	 inflasi	 untuk	 tetap	 relatif	 tinggi	 di	 berbagai	 negara	 di	
kawasan	ASEAN.
Instabilitas	politik	di	kawasan	ikut	menyumbang	pada	kenaikan	harga-
harga	secara	umum.	Krisis	politik	di	Thailand	yang	juga	dibayang-bayangi	
oleh	 memanasnya	 situasi	 politik	 di	 kawasan	 Laut	 China	 Selatan	 turut	
memberikan	dampak	pada	harga-harga	barang	secara	umum.	Thailand	yang	
merupakan	salah	satu	lokasi	transit	berbagai	produk-produk	Tiongkok	di	
37
Tabel	13:	Indeks	Harga	Konsumen	(IHK)	Negara	ASEAN,	2011	–	2014*	
(y-o-y,	%)
Kenaikan	harga	barang	publik	utama	dan	terhambatnya	jalur	logistik	
antar	negara	menjadi	penyebab	utama	masih	tingginya	tingkat	inflasi	di	
kawasan
Catatan:	
*		 =	Data-data	untuk	Brunei	Darussalam,	Kamboja,	Laos,	dan	Myanmar,	adalah	posisi	per-April	2014	
(y-o-y).	Data	untuk	Indonesia,	Malaysia,	Filipina,	Singapura,	Thailand,	dan	Vietnam	adalah	posisi	
per-Mei	2014	(y-o-y)
Sumber:	Bloomberg	(2014)
ASEAN
Indonesian Economic Review and Outlook
kawasan	mengalami	permasalahan	pada	jalur	distribusi,	selain	dikarenakan	
transportasi	laut	yang	relatif	dihindari	di	kawasan	Laut	China	Selatan	juga	
krisis	politik	di	Thailand.	Situasi	ini	mendorong	teradinya	hambatan	pada	
sistem	logistik	kawasan	yang	ikut	menunjang	kenaikan	harga-harga	barang	
secara	umum.
Investasi	 dalam	 bentuk	 saham	 masih	 menjadi	 daya	 tarik	 kawasan	
ASEAN.		Berbeda	dengan	kecenderungan	pada	indikator-indikator	ekonomi	
makro	 lainnya	 di	 kawasan,	 kinerja	 pasar	 saham	 ASEAN	 cenderung	
menunjukkan	 geliat	 yang	 positif.	 Dalam	 kuartal	 I-2014	 ini,	 tercatat	 tiga	
negara	yang	mengalami	pertumbuhan	indeks	saham	hingga	dua	digit	yaitu	
Indonesia	 (14,5%),	 Filipina	 (12,87%)	 dan	 Viet	 Nam	 (11,37%),	 bahkan	
Thailand	 yang	 mengalami	 krisis	 perpolitikan	 juga	 mampu	 mencatatkan	
pertumbuhan	 pasar	 saham	 hingga	 hampir	 mencapai	 dua	 digit	 (9,10%).	
Portofolio	pasar	saham	di	negara	ASEAN	yang	mayoritas	anggotanya	adalah	
perusahaan	swasta—kecuali	di	kawasan	Indo-China	yang	umumnya	masih	
didominasi	perusahaan	milik	negara—menunjukkan	secara	umum	bahwa	
investor	global	masih	melihat	potensi	ekonomi	yang	besar	dari	aktor	usaha	
swasta	di	negara	ASEAN.
Hingga	kuartal	I-2014,	penguatan	nilai	tukar	mata	uang	di	kawasan	
belum	 secepat	 yang	 diharapkan.	 Kinerja	 mata	 uang	 negara-negara	
kawasan	 masih	 menunjukkan	 laju	 yang	 belum	 dapat	 mengkompensasi	
kecepatan	penurunan	nilai	tukar	sepanjang	tahun	2013	yang	lalu.	Bahkan		
untuk	Kamboja,	Laos	dan	Vietnam	ada	kecenderungan	nilai	tukar	mata	uang	
38
Tabel	14:	Indeks	Pasar	Saham	Negara	ASEAN,	2009-2014	(y-o-y,	%)
Kawasan	ASEAN	masih	menjadi	destinasi	favorit	investasi	pasar	saham
Catatan:	Data	posisi	2	Januari	dan	30	Mei	2014	adalah	pertumbuhan	berbasis	Year-to-Date	
Sumber:	Bloomberg	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
akan	 terus	 memburuk.	 Situasi	 ini	 menunjukkan	 bahwa	 investor	 melihat	
ASEAN	sebagai	kawasan	yang	belum	menunjukkan	tren	yang	menjanjikan	
untuk	memberikan	 	pada	investor	melalui	kegiatan	investasi	di		gain foreign	
exchange	market.
Kebijakan	 tapering	 off	 yang	 dilakukan	 oleh	 Pemerintah	 Amerika	
Serikat	dan	defisit	neraca	perdagangan	negara	kawasan	memberikan	
imbas	negatif	pada	nilai	tukar	mata	uang	kawasan. tapering	off	Kebijakan	 	
yang	dilakukan	oleh	 	di	Amerika	Serikat	memberikan	dampak	pada	The	Fed
terbangunnya	sentimen	positif	untuk	memiliki	mata	uang	Dolar	Amerika	
Serikat	yang	pada	kelanjutannya	memberikan	tekanan	pada	nilai	tukar	mata	
uang	di	kawasan	ASEAN.	Rencana	kenaikan	suku	bunga	di	sektor	perbankan	
di	 Amerika	 Serikat	 sebagai	 bagian	 dari	 skema	 	tapering	 off	 The	 Fed
mendorong	 berbagai	 investor	 untuk	 mengalihkan	 investasi	 portofolio	
mereka	keluar	dari	kawasan	negara	berkembang.	Situasi	tersebut	kemudian	
diperparah	 dengan	 masih	 belum	 normalnya	 perdagangan	 internasional	
sehingga	negara-negara	di	kawasan	ASEAN	masih	mengalami	defisit	neraca	
perdagangan.	Berbagai	situasi	global	ini	pada	akhirnya	memberikan	tekanan	
berat	pada	mata	uang	negara-negara	ASEAN.
39
Tabel	15:	Nilai	Tukar	Mata	Uang	ASEAN	Terhadap	USD,	2009	–	2014
(y-o-y,	%)
Pada	 tahun	 2013,	 seluruh	 nilai	 tukar	 mata	 uang	 di	 kawasan	 melemah	
terhadap	USD
Catatan:	
Data	tersaji	pada	posisi	30	Mei	2014	adalah	pertumbuhan	berbasis	Year-to-Date
Angka	(+)	menunjukkan	apresiasi	mata	uang	dan	angka	(-)	menunjukkan	depresiasi	mata	uang
*		 =	Pada	tahun	2012	Myanmar	mengalami	penyesuaian	nilai	mata	uang
Sumber:	Bloomberg	(2014)
ASEAN
Indonesian Economic Review and Outlook
Berikut	 ini	 adalah	 pandangan	 saya	 mengenai	 judul	 di	 atas.	 Semaksimal	
mungkin,	 penulis	 menghindarkan	 diri	 dari	 sitasi-sitasi	 yang	 menjauhkan	
tulisan	ini	dari	gagasan	asli	penulis	serta	menghindarkan	diri	dari	 	padding
yang	akan	mengaburkan	gagasan	orisinal.
Membangun	perekonomian	Indonesia	yang	optimistik	adalah	membangun	
sumber	daya	manusianya.	Sumber	daya	manusia	ini	saya	bagi	menjadi	dua	
aspek.	Pertama	adalah	aspek	kerja-kerasnya,	dan	ini	diarahkan	terutama	
untuk	menjaga	stabilitas	perekonomian.	Dengan	kerja	keras	yang	optimal	
maka	 orang	 akan	 mendapatkan	 penghasilan	 cukup	 untuk	 memenuhi	
penghidupannya	 sehingga	 perekonomian	 nasional	 dalam	 tataran	 agregat	
menjadi	 stabil.	 Kedua,	 membangun	 manusia	 melalui	 optimisme	 otak	
kanannya.	 Ini	 artinya	 adalah	 bekerja	 dengan	 innovation,	 creativity,	 dan	
loncatan	productivity.	Kapasitas	pengembangan	diri	manusia	secara	umum	
sesungguhnya	 baru	 mencapai	 25%.	 Karena	 itu,	 75%	 sisanya	 yang	 belum	
dikembangkan	 dapat	 diberdayakan	 untuk	 meningkatkan	 produktivitas	
nasional.	 Inilah	 mengapa	 kita	 harus	 meningkatkan	 semaksimal	 mungkin	
nilai	tambah	per	unit	sumber	daya	manusia	supaya	perekonomian	mampu	
tumbuh	jauh	di	atas	nilai	rata-ratanya.
Mengapa	saya	fokus	kepada	aspek	sumber	daya	insani	ini?	Karena	sumber	
daya	 inilah	 yang	 sebenar-benarnya	 merupakan	 central-gravity	 dan	 pusat	
utama	 roda	 penggerak	 perekonomian	 nasional.	 Dengan	 sumber	 daya	
manusia	yang	berdaya-juang	kuat,	niscaya	faktor	produksi	lainnya	seperti	
kapital,	 tanah,	 dan	 teknologi	 menjadi	 jauh	 lebih	 produktif	 yang	 diubah	
olehnya	sedemikian	rupa	sehingga	memiliki	nilai	tambah	yang	mahabesar.	
Sebaliknya,	 dengan	 sumber	 daya	 manusia	 yang	 lemah,	 maka	 tiga	 faktor	
produksi	lain	tersebut	tak	akan	meningkat	pesat	nilai	tambahnya.
40
E. Isu Terkini
Membangun	Optimisme	Ekonomi	Kepemimpinan	Nasional
Muhammad	Edhie	PURNAWAN,	PhD²
²	Penulis	adalah	Wakil	Dekan	pada	FEB	UGM	(Fakultas	Ekonomika	dan	Bisnis	Universitas	Gadjah	
Mada)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Membangun	 lonjakan	 nilai	 tambah	 sumber	 daya	 manusia	 berarti	 pula	
membangun	 perekonomian	 yang	 unggul.	 Hal	 ini	 bisa	 dimulai	 dengan	
mengembangkan	 tiga	 jenis	 kekuatan.	 Kekuatan	 yang	 pertama	 adalah	
kekuatan	 kejujuran.	 Kekuatan	 yang	 kedua	 adalah	 kekuatan	
inovasi/imaginasi,	dan	kekuatan	ketiga	adalah	kekuatan	network.	Dengan	
tiga	 jenis	 kekuatan	 ini,	 Indonesia	 akan	 menjadi	 bangsa	 yang	 kompetitif,	
tumbuh	pesat,	dan	percaya	diri	menghadapi	bangsa-bangsa	lain	yang	sudah	
lebih	 dahulu	 maju.	 Penjelasan	 ketiga	 kekuatan	 tersebut	 adalah	 sebagai	
berikut.
Pertama,	kekuatan	kejujuran.	Kekuatan	jenis	ini	adalah	fondasi	dasar	dari	
segala	 jenis	 pembangunan	 sumber	 daya	 manusia.	 Dengan	 kekuatan	
kejujuran	 ini,	 maka	 bangunan	 ekonomi	 akan	 menjadi	 sangat	 kokoh.	 Tak	
mudah	 digoyang	 gempa,	 diterpa	 badai	 dan	 tak	 rontok	 diterjang	 bencana	
apapun.	Tanpa	kekuatan	kejujuran	sebagai	fondasi,	maka	bangunan	ekonomi	
yang	berada	di	atasnya,	meski	terlihat	megah	nan	kokoh,	akan	mudah	roboh.	
Karena	itu,	jangan	pernah	menunda	kejujuran	karena	kejujuran	adalah	ibu	
dari	segala	macam	kebaikan.
Kedua,	 kekuatan	 inovasi/imaginasi.	 Bayangkan	 saja	 dua	 peristiwa	 ini.	
Pertama	 adalah	 peristiwa	 Korea	 Selatan.	 Negara	 ini	 berdasarkan	 sejarah	
loncatan	nilai	tambahnya	telah	menaruh	perhatian	luar	biasa	pada	inovasi	
teknologi	 semikonduktor.	 Founding	 fathers	 negara	 ini	 dahulu	 telah	
menancapkan	gagasan	besar	semikonduktor	untuk	pembangunan	industri	
dasarnya.	Sekarang	kita	saksikan,	inovasi	semikonduktor	ini	telah	melaju	
dahsyat	menjadi	industri	telekomunikasi	yang	menggurita	seperti	Samsung	
dan	LG	serta	industri	otomotif	yang	spektakuler	seperti	Hyundai,	Daewoo	
dan	Kia.	Rahasia	terbesar	mereka	sehingga	mampu	melompat	seperti	saat	ini	
adalah	kekuatan	inovasi	technopreneur	yang	membudaya.	Peristiwa	kedua,	
adalah	fenomena	Steve	Jobs.	Dengan	biaya	produksi	hanya	sekitar	10	dollar	
US,	iPhone	dijual	seharga	400	dollar	US.	Artinya,	imaginasi	lompatan	nilai	
tambah	 390	 dollar	 adalah	 inovasi	 yang	 luar	 biasa,	 bukan	 keringat.	
Kecerdasan	jenis	ini	tak	akan	pernah	bisa	disemai	hanya	melalui	pengumpulan	
pengetahuan,	namun	dengan	pengembangan	daya	imaginasi.
Setelah	 jujur	 dan	 penuh	 inovasi	 memanfaatkan	 daya	 imaginasi,	 maka	
kekuatan	 ketiga	 adalah	 kekuatan	 network.	 Tak	 akan	 pernah	 ada	 burung	
41
Isu Terkini
Indonesian Economic Review and Outlook42
terbang	sangat	jauh	melewati	batas	wilayah	negara	hanya	dengan	sayap-
sayapnya	sendiri.	Karena	itu,	kekuatan	network	menjadi	sedemikian	sentral	
dalam	pembangunan	ekonomi.	Dengan	kekuatan	ini	maka	sebuah	bangsa	tak	
hanya	akan	dikenal,	namun	juga	akan	dijadikan	sahabat	baik.	Untuk	menjadi	
sahabat	 baik	 diperlukan	 interpersonal	 skill	 yang	 baik.	 Menanamkan	 pola	
pikir	 yang	 didasari	 penghargaan	 kepada	 pihak	 lain	 adalah	 syarat	 utama	
membangun	network	yang	luas.	Telah	terbukti	sepanjang	sejarah	peradaban	
bahwa	hubungan	antarmanusia	yang	sangat	baik	mampu	menghantarkan	
individu	maupun	institusi	terbang	tinggi.	Karena	itu,	networking	yang	baik	
adalah	syarat	mutlak	lompatan	nilai	tambah	ekonomi.
*			*			*
Memandang	dua	calon	pemimpin	nasional	yang	bertarung	saat	ini	(Prabowo	
vs	Jokowi),	saya	menyampaikan	gagasan	supaya	keduanya	fokus	dan	antusias	
pada	 peningkatan	 nilai	 tambah	 manusia	 yang	 disuntikkan	 ke	 dalam	
perekonomian	 nasional.	 Hal	 ini	 bisa	 dimulai	 dari	 paradigma	 dan	 konsep	
dasar	 yang	 melambungkan	 nilai	 tambah	 dan	 setelah	 itu	 harus	 mampu	
mencari	teknik	implementasinya,	sehingga	bisa	menggerakkan	secara	cepat	
roda	 perekonomian	 nasional.	 Keringnya	 paradigma	 dan	 konsep	 maupun	
visualisasi	pencapaian	nilai	tambah	yang	berasal	dari	sumber	daya	manusia	
ini	telah	menjadi	akut	pada	bangsa	ini.	Selayaknya,	pemimpin	nasional	ke	
depan	selain	menjadi	the	father	of	central	gravity,	maka	dia	juga	harus	punya	
pemikiran	besar	yang	dapat	menggerakkan	perekonomian	dengan	lonjakan	
yang	besar,	dan	memecahkan	kebuntuan	solusi	persoalan	peningkatan	nilai	
tambah	sumber	daya	manusia.	Karena	itu,	kunci	utama	pada	semua	jenis	
pintu-pintu	pembangunan	ekonomi	nasional	sejatinya	terletak	pada	sumber	
daya	 manusianya	 dan	 ledakan	 nilai	 tambahnya.	 Setelah	 itu:	 Silakan	
kencangkan	 sabuk	 pengaman	 Anda,	 lalu	 dengan	 penuh	 optimistis	 kita	
saksikan,	perekonomian	nasional	kita	akan	melaju	dengan	sangat	kencang.		
InsyaAllah.
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 43
F. Economic Outlook
Hingga	tulisan	ini	dimuat,	perekonomian	Indonesia	masih	tetap	bergerak	
dalam	 tren	 yang	 positif,	 namun	 sejumlah	 indikator	 memberi	 sinyal	 yang	
mengkhawatirkan.	Indikator	daya	saing	Indonesia	masih	tetap	lemah	yang	
terefleksikan	pada	pelemahan	kurs	rupiah	yang	tidak	diikuti	oleh	kenaikan	
nilai	ekspor	secara	signifikan.	Akibatnya,	nilai	impor	yang	melonjak	tidak	
bisa	 diimbangi	 oleh	 kenaikan	 ekspor	 yang	 cukup,	 sehingga	 ekspor	 neto	
menjadi	 turun.	 Selain	 itu,	 Bank	 Indonesia	 tidak	 melakukan	 kebijakan	
moneter	yang	drastis	karena	upaya	perbaikan	pada	neraca	perdagangan	dan	
neraca	pembayaran	juga	harus	diikuti	dengan	kebijakan	pemerintah.
Sementara	 itu,	 indikator	lain	 menunjukkan	 beban	 keuangan	 negara	 yang	
meningkat	akibat	proyeksi	penurunan	target	penerimaan	negara	dan	subsidi	
BBM	yang	sangat	tinggi.	Pembahasan	terakhir	pada	13	Juni	2014	di	Badan	
Anggaran	DPR	dan	pemerintah	memutuskan	defisit	2,4%	dari	PDB	ditutup	
dengan	 penerbitan	 SBN	 sebesar	 IDR	 72	 triliun.	 Menariknya,	 meskipun	
terdapat	beban	subsidi	yang	besar	akibat	impor	BBM,	namun	subsidi	dalam	
RAPBNP	justru	turun	dari	pagu	awal	dalam	RAPBNP	IDR	285	triliun	menjadi	
IDR	246,49	triliun.	Konsekuensinya,	pemerintah	baru	nanti	akan	mendapat	
carry	over	beban	subsidi	ini	sebesar	IDR	46,26	triliun.
Berbagai	perkembangan	ekonomi	nasional	ini	kemudian	ditangkap	dalam	
GAMA	 LEI	 yang	 memprediksikan	 penurunan	 siklus	 perekonomian	
Indonesia.	Perlu	dicatat	bahwa	penurunan	siklus	perekonomian	tidak	serta	
merta	 berakibat	 pada	 penurunan	 pertumbuhan	 ekonomi	 karena	 siklus	
ekonomi	sudah	mengeluarkan	faktor-faktor	yang	sifatnya	 .	Seiring	volatile
dengan	 hal	 tersebut,	 konsensus	 ekonomi	 memperkirakan	 pertumbuhan	
ekonomi	 ( )	 pada	 kuartal	 II-2014	 masih	 akan	 meningkat	 meskipun	y-o-y
tinggi.
Meskipun	 pertumbuhan	 ekonomi	 diproyeksikan	 naik,	 namun	 siklus	 PDB	
yang	diperkirakan	turun	harus	menjadi	perhatian	bagi	pemangku	kebijakan.	
Pembuat	 kebijakan	 tidak	 boleh	 hanya	 memperhatikan	 aspek	 teknis	 dari	
kebijakan,	mereka	juga	harus	terbuka	dan	tegas	agar	mendapat	 	dari	trust
masyarakat.	 Terakhir,	 relatif	 suksesnya	 Pemilu	 Legislatif	 berhasil	
menghindarkan	perekonomian	Indonesia	dari	instabilitas,	sehingga	hal	ini	
harus	dipertahankan	menjelang	Pemilu	Presiden	pada	9	Juli	nanti.	Hal	ini	
penting	 karena	 perekonomian	 yang	 tumbuh	 merupakan	 prasyarat	 bagi	
kesejahteraan	sosial	dan	masyarakat	yang	berkeadilan.
INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK
TIM MACROECONOMIC DASHBOARD
MACROECONOMIC DASHBOARD
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pertamina Tower Building Lt. 4 Ruang 4.1
Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp: +62 274 548 517 ext 373
Email: iero@email.macroeconomicdashboard.com
Website: www.macroeconomicdashboard.com
Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc.
Head of Researcher
sadining@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Prof. Dr. Samsubar Saleh, M.Soc. Sc.
Senior Researcher
samsubar@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Rosa Kristiadi, M.Comm
Researcher
rosa.kristiadi@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Zira Brenda Wiranti, S.E.
Junior Researcher
zirabrenda@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Ade Febriady
Research Assistant
febriady@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Dyah Savitri Pritadrajati
Research Assistant
dyah.prita@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Prof. Dr. Tri Widodo, M.Ec.Dev.
Senior Researcher
triwidodo@feb.ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Muhammad Ryan Sanjaya, MIntDevEc.
Researcher
m.ryan.sanjaya@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Galih Adhidharma, S.E.
Junior Researcher
galih@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Ganendra Widigdya
Research Assistant
ganendra@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Traheka Erdyas Bimanatya
Research Assistant
bimanatya@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Mohammad Rizki Hutomo
Research Assistant, Web Developer and Layout
hutomo.mr@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373

More Related Content

What's hot

"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul TanjungBudi Rachmat
 
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.fileProspek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.fileIndra Yu
 
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKMBANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKMkhoiril anwar
 
Makalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian IndonesiaMakalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian IndonesiaDio_irawan13
 
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016iqbal haqiqi94
 
Tugas belajar II
Tugas belajar IITugas belajar II
Tugas belajar IIfafa_zulfa
 
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara
 
Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Rosa Kristiadi
 
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Rosa Kristiadi
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Rosa Kristiadi
 
Indonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookIndonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookBambang Muliyadi
 
Indonesia economic outlook 2018
Indonesia economic outlook 2018Indonesia economic outlook 2018
Indonesia economic outlook 2018Bambang Muliyadi
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014ekho109
 
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalBank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalYudy Yunardy
 
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaKebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaBambang Muliyadi
 
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)mekon
 

What's hot (20)

"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
 
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.fileProspek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
 
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKMBANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
 
Makalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian IndonesiaMakalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian Indonesia
 
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
 
Tugas belajar II
Tugas belajar IITugas belajar II
Tugas belajar II
 
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
 
Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013
 
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
 
T
TT
T
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
 
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
 
Indonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookIndonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and Outlook
 
Indonesia economic outlook 2018
Indonesia economic outlook 2018Indonesia economic outlook 2018
Indonesia economic outlook 2018
 
Market update 20140224
Market update 20140224Market update 20140224
Market update 20140224
 
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
Ulasan Bank of Japan - KebanksentralanUlasan Bank of Japan - Kebanksentralan
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
 
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalBank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
 
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaKebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
 
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
 

Similar to ASEAN ECONOMIC OUTLOOK

Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Dameuli Silalahi
 
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdfTugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdfWildanRosadi
 
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global IndonesiaPerdana Wahyu Santosa
 
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...Oswar Mungkasa
 
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014Suryati Sihite
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNandaTika
 
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III mekon
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomifirman sahari
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomifirman sahari
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfpoppy251661
 
Laporan-Perekonomian-Provinsi-Papua-Februari-2022.pdf
Laporan-Perekonomian-Provinsi-Papua-Februari-2022.pdfLaporan-Perekonomian-Provinsi-Papua-Februari-2022.pdf
Laporan-Perekonomian-Provinsi-Papua-Februari-2022.pdfsaifulfahmi11
 
ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESI...
ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESI...ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESI...
ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESI...Afrizna Kurnia Putri
 
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesiaAsmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesiaAsmu'ah muah
 
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...AfneiNganBillyTumba
 
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi aseanPaper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi aseanYusuf Darismah
 

Similar to ASEAN ECONOMIC OUTLOOK (20)

Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
 
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
 
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdfTugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
 
Market update 20140417
Market update 20140417Market update 20140417
Market update 20140417
 
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
 
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
 
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
proyeksi makro ekonomi indonesia 2014
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (BAB I)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (BAB I)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (BAB I)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (BAB I)
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docx
 
Ekonomi Mikro & Makro
Ekonomi Mikro & MakroEkonomi Mikro & Makro
Ekonomi Mikro & Makro
 
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
 
Laporan-Perekonomian-Provinsi-Papua-Februari-2022.pdf
Laporan-Perekonomian-Provinsi-Papua-Februari-2022.pdfLaporan-Perekonomian-Provinsi-Papua-Februari-2022.pdf
Laporan-Perekonomian-Provinsi-Papua-Februari-2022.pdf
 
ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESI...
ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESI...ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESI...
ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESI...
 
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesiaAsmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
 
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
 
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi aseanPaper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
 
Market update 20140508
Market update 20140508Market update 20140508
Market update 20140508
 

More from Rosa Kristiadi

IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014Rosa Kristiadi
 
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014Rosa Kristiadi
 
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014Rosa Kristiadi
 
Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Rosa Kristiadi
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Rosa Kristiadi
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Rosa Kristiadi
 
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Rosa Kristiadi
 
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...Rosa Kristiadi
 
Asean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisAsean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisRosa Kristiadi
 
Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Rosa Kristiadi
 
Ppt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingPpt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingRosa Kristiadi
 

More from Rosa Kristiadi (13)

IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
 
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
 
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
 
Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
 
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
 
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
 
Asean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisAsean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysis
 
Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013
 
Ppt iero juni 2013
Ppt iero juni 2013Ppt iero juni 2013
Ppt iero juni 2013
 
Ppt iero maret 2013
Ppt iero maret 2013Ppt iero maret 2013
Ppt iero maret 2013
 
Ppt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingPpt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launching
 

Recently uploaded

V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalwarrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalmohtamrin
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian outputjafarismail7
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 

Recently uploaded (17)

V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalwarrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 

ASEAN ECONOMIC OUTLOOK

  • 1. INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 2/Tahun III/Juni2014 Membangun Optimisme Ekonomi pada Kepemimpinan Baru Nasional Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
  • 2. Kata Pengantar Selamat membaca Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc Head of Researcher Macroeconomic Dashboard Tidak terasa Indonesia saat ini tengah berada pada perhelatan demokrasi berkala untuk memilih kepemimpinan baru nasional. Begitu banyak tantangan perekonomian yang akan dihadapi pemimpin baru Indonesia, terutama dengan fakta terbaru realisasi perlambatan perekonomian Indonesia pada Kuartal I-2014 yang lalu sehingga pada edisi ini Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) mengangkat tema: “Membangun Optimisme Ekonomi Pada Kepemimpinan Baru Nasional”. IERO adalah buletin ilmiah kuartalan yang membahas gambaran umum terkini perekonomian Indonesia disertai dengan prospeknya di masa mendatang. Buletin ini diterbitkan oleh Macroeconomic Dashboard yang merupakan fasilitas laboratorium ekonomi makro yang dikembangkan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sejak tahun 2012. Dalam melihat prospek perekonomian Indonesia, buletin ini menggunakan Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi para akademisi bidang ekonomi dan juga secara khusus mengembangkan Gadjah Mada Leading Economic Indicator (GAMA LEI) sebagai instrumen proyeksi perekonomian yang dikembangkan secara orisinil oleh tim Macroeconomic Dashboard dan terus mengalami penyempurnaan pada setiap edisinya. Pada edisi kali ini, Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi memprediksikan pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar pada Kuartal II-2014 akan bergerak membaik dibandingkan realisasi pada Kuartal I-2014. Sementara GAMA LEI memprediksikan sinyal terjadinya kecenderungan penurunan siklus perekonomian Produk Domestik Bruto Indonesia, walaupun tetap adanya indikasi pertumbuhan berdasarkan pergerakan dan pola ekonomi Indonesia baik secara year-on-year maupun quarter-to-quarter. Kita berharap bersama semoga momentum “pesta demokrasi” Indonesia tahun ini dapat memberikan harapan dan optimisme yang membangun arah perekonomian Indonesia menjadi lebih kuat serta berkelanjutan.
  • 3. Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................... 1 A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL 1. Penurunan kinerja ekspor neto yang terus terjadi berakibat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dan membengkaknya belanja negara terutama belanja subsidi energi...................................................................................................................... 4 2. Naiknya defisit APBN dalam RAPBNP yang dibiayai penerbitan SBN diharapkan mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi...... 11 3. Kinerja neraca perdagangan yang memburuk tidak diikuti perbaikan signifikan pada neraca transaksi berjalan........................ 17 4. Peningkatan cadangan devisa masih belum berkualitas.................. 20 5. Capaian positif dalam pasar tenaga kerja masih belum optimal.. 22 B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN 1. Tingkat harga dalam negeri masih terjaga............................................. 25 2. Pasar keuangan masih relatif bullish......................................................... 27 3. Tidak ada perubahan berarti pada kebijakan moneter..................... 28 C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI 1. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI)................................. 31 2. Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi..................................... 32 D. ASEAN: Tantangan Tekanan Ekonomi Global dan Instabilitas Nasional Menuju AEC 2015............................................................................. 34 E. ISU TERKINI.............................................................................................................. 40 D. ECONOMIC OUTLOOK.......................................................................................... 43 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada iii
  • 4. Daftar Istilah AEC ASEAN Economic Community APBN Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara ASEAN Association of South East Asian Nations BBM Bahan Bakar Minyak BPS Badan Pusat Statistik bps basis poin DPR Dewan Perwakilan Rakyat GAMA LEI Gadjah Mada Leading Economic Indicator GDP Growth Domestic Product IDR Rupiah IHK Indeks Harga Konsumen IHSG Indeks Harga Saham Gabungan JPY Japanese Yen LHS Sisi vertikal kiri LKPP Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LPG Liquified Petroleum Gas LPS Lembaga Penjamin Simpanan Migas Minyak dan Gas NSC Philippines's National Statistics Coordination PBI Peraturan Bank Indonesia PDB Produk Domestik Bruto PMA Penanaman Modal Asing RAPBNP Rencana Angaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan RHS Sumbu vertikal kanan SBSN Surat Berharga Syariah Negara SD Sekolah Dasar SUN Surat Utang Negara The Fed The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika) USD Dolar Amerika UU Undang-Undang y-o-y year on year y-t-d year to date Indonesian Economic Review and Outlookiv
  • 5. RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 memburuk yang terutama dipengaruhi oleh kinerja ekspor neto yang melemah. Meski demikian, tingkat pengangguran mengalami perbaikan seiring dengan bertambahnya jumlah pekerja informal serta perkerja paruh waktu. Selain itu, kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pun mengalami sedikit peningkatan pada Februari 2014. Tingkat harga secara umum pada kuartal II relatif terkendali yang pada kuartal sebelumnya cukup memberi tekanan pada perekonomian Indonesia. Kestabilan harga secara umum didukung masa panen yang berlangsung selama Maret–Mei 2014. Dari sisi perdagangan internasional, perekonomian Indonesia secara umum memperlihatkan perkembangan yang tidak menggembirakan. Berakhirnya periode panjang surplus neraca perdagangan nonmigas pada bulan April 2014 menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit. Sementara itu neraca pembayaran kuartal I-2014, masih menunjukkan surplus meskipun dengan tingkat yang lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya karena dipicu oleh menurunnya surplus neraca transaksi modal dan finansial. Dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN 2014, pemerintah saat ini tengah mengajukan RAPBNP 2014. Dalam pembahasan terakhir di Badan Anggaran DPR, Pemerintah dan DPR menyepakati defisit anggaran menjadi IDR 241,49 triliun atau setara dengan 2,4% dari PDB. Peningkatan defisit ini akibat lonjakan belanja negara dan turunnya target penerimaan negara. Lonjakan ini disebabkan oleh pembengkakan subsidi energi yang terjadi akibat revisi terhadap asumsi kurs rupiah yang melemah dan penurunan lifting minyak. Sementara itu, target penerimaan pemerintah dikurangi karena pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan akan melambat. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1
  • 6. Pada Maret 2014 utang luar negeri Indonesia meningkat karena didorong oleh kenaikan utang swasta maupun publik. Hal ini sedikit mencemaskan karena dapat membebani perekonomian dalam negeri jika depresiasi nilai rupiah terus terjadi. Posisi utang luar negeri Indonesia yang berada pada posisi mengkhawatirkan terlihat pada peningkatan rasio pembayaran utang (debt service ratio) yang mengalami peningkatan tajam pada kuartal IV-2013, tercatat sebesar 52,7%. Sementara itu, cadangan devisa mengalami peningkatan cukup signifikan pada Mei 2014, tetapi kurang berkualitas. Penerbitan surat berharga negara (SBN) masih berperan besar dalam peningkatan tersebut. Kenaikan devisa ini tidak sejalan dengan nilai tukar yang masih lemah. Pelemahan rupiah terkait sentimen negatif pasar menyusul defisit neraca perdagangan yang di luar ekspektasi disertai ketidakpastian politik berkaitan dengan pemilihan presiden baru. Selain itu, isu eksternal berkaitan dengan tapering off dan kenaikan Fed Fund Rate pun turut memberi andil dalam pelemahan ini. Sementara itu, otoritas moneter tetap mempertahankan suku bunga acuan sebagai langkah pengetatan moneter. Seiring dengan hal ini, perbankan menaikkan suku bunga, baik deposito maupun kredit, sehingga mengalami perlambatan likuiditas. Oleh karena itu, LPS juga menaikkan tingkat suku bunga penjaminan seiring kenaikan tingkat suku bunga deposito secara umum. Setelah memperhatikan berbagai dinamika perekonomian Indonesia GAMA Leading Economic Indicator memprediksikan adanya kecenderungan penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia. Model GAMA LEI pada kuartal I-2014 menunjukan perubahan arah pergerakan perekonomian yang menurun. Meskipun siklus PDB cenderung menurun, masih terdapat indikasi kenaikan pada pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2014, terutama jika dilihat dari pergerakan dan pola perekonomian baik year-on-year maupun quarter-to-quarter. Beranjak pada kondisi kawasan yang semakin dekat dengan ASEAN Economic Community (AEC) 2015, perekonomian ASEAN justru mendapatkan tekanan baik dari sisi internal maupun eksternal kawasan. Indonesian Economic Review and Outlook2
  • 7. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 3 Instabilitas perekonomian internal kawasan berdampak pada buruknya capaian pertumbuhan ekonomi negara-negara utama di kawasan sebagaimana perlambatan ekonomi yang dicatatkan Indonesia pada kuartal I-2014 hingga kontraksi ekonomi sebesar -2,10% yang dicatatkan Thailand pada kuartal I-2014. Kondisi ini juga diperburuk dengan kecenderungan masih tingginya tingkat inflasi kawasan. Bulan Mei 2014, kawasan ASEAN secara rerata masih mencatatkan nilai inflasi hingga 3,89% (y-o-y). Pada sisi eksternal, tekanan perkonomian muncul dari kebijakan tapering off Amerika Serikat, pertumbuhan Uni Eropa yang belum stabil hingga “pendinginan” perekonomian Tiongkok sehingga secara umum defisit neraca perdagangan masih terjadi yang diikuti dengan kecenderungan pelemahan nilai tukar mata uang. Terakhir, IERO kali ini mengangkat isu optimisme ekonomi terhadap kepemimpinan baru nasional. Sumber daya manusia dianggap patut dijadikan fokus utama pembangunan ke depan. Melalui tulisannya, M. Edhie Purnawan, Ph.D mengajukan idenya dengan mulai mengembangkan tiga jenis kekuatan: kejujuran, inovasi/imajinasi, dan network. Dengan upaya menghadirkan manusia-manusia Indonesia yang berkualitas, kita dapat optimistis memandang masa depan Indonesia. Ringkasan Eksekutif
  • 8. Indonesian Economic Review and Outlook 1. Penurunan kinerja ekspor neto yang terus terjadi berakibat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dan membengkaknya belanja negara terutama belanja subsidi energi Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 mengalami perlambatan yang cukup tajam. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 sebesar 5,21% (y-o-y), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2013 yaitu 5,72% (y-o-y). Angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 tersebut juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 6,03% (y-o-y). 4 A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2011 – 2013 (y-o-y, dalam %) Pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal I-2014 terutama disebabkan kinerja sektor pertambangan yang mengalami kontraksi Catatan: Sektor Primer: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri: Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ; Sektor Konstruksi Sektor Jasa: Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-jasa Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 9. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 khususnya disebabkan penurunan signifikan pada kinerja ekspor neto. Kontraksi ekspor neto yang signifikan berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014. Kontraksi ekspor pada kuartal I-2014 mencapai -0,78% (y-o-y), angka tersebut cukup signifikan mempengaruhi kinerja ekspor neto yang negatif meskipun impor juga mengalami kontraksi mencapai -0,66% (y-o-y). Penurunan ekspor neto ini terutama akibat penurunan ekspor pertambangan seperti batu bara dan konsentrat mineral yang tercermin dari kinerja sektor pertambangan yang mengalami kontraksi mencapai -0,38% (y-o-y). Hal ini merupakan dampak dari pemberlakuan UU No. 4 tahun 2009 mengenai pelarangan ekspor mineral mentah yang resmi diberlakukan mulai 12 Januari 2014. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini juga tidak lepas dari perkembangan ekonomi dunia yang masih belum pasti, terutama perlambatan ekonomi Tiongkok dari 7,7% (y-o-y) pada kuartal IV- 2013 menjadi 7,4% (y-o-y) pada kuartal I-2014, yang pada akhirnya mempengaruhi lemahnya kinerja ekspor di Indonesia. Konsumsi pemerintah yang melambat juga turut mempengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal I-2014 hanya tercatat sebesar 3,58% (y-o-y), menurun cukup 5 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran, Tahun 2011 – 2013 (y-o-y, dalam %) Kinerja ekspor neto dan konsumsi pemerintah memburuk Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 10. Indonesian Economic Review and Outlook tajam dari pertumbuhan kuartal IV-2013 yang mencapai 6,45% (y-o-y). Selanjutnya, konsumsi rumah tangga relatif tidak berubah pada kuartal I- 2014 yang tumbuh sebesar 5,41% (y-o-y) (pada kuartal IV-2013 tumbuh 5,44% (y-o-y)). Di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekspor neto, konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2014, hal sebaliknya ditunjukkan oleh laju pertumbuhan investasi yang mampu tumbuh 5,13% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2013 yang hanya mencapai 4,37% (y-o-y). Secara , neraca perdagangan Indonesia berubah dari month-to-month surplus USD 0,67 miliar di Maret 2014 menjadi defisit USD 1,96 miliar pada April 2014. Penurunan tersebut disebabkan oleh kombinasi jatuhnya ekspor sebesar USD 0,9 miliar dan kenaikan impor sebesar USD 1,73 miliar dari bulan sebelumnya. Nilai ekspor total menurun dikarenakan baik ekspor migas maupun nonmigas mengalami kontraksi. Sementara nilai impor total berekspansi terutama karena didorong oleh kenaikan impor pada komoditas nonmigas. Adapun secara akumulatif dari bulan Januari sampai dengan April 2014 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebanyak USD 0,89 miliar. Namun demikian, defisit saat ini lebih kecil dibandingkan defisit pada bulan Januari-April 2013 yang mencapai USD 1,94 miliar. 6 Gambar 3: Neraca Perdagangan Indonesia, April 2012-April 2014 (USD miliar) Kinerja neraca perdagangan Indonesia memburuk Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 11. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Bila dilihat secara keseluruhan dari Januari sampai April 2014, kinerja neraca perdagangan migas masih mengalami defisit. Defisit neraca perdagangan migas pada Januari-April 2014 adalah sebesar USD 4,2 miliar atau lebih kecil sebesar USD 0,3 miliar dari bulan Januari-April 2013. Penurunan defisit ini merupakan akumulasi impor Januari-April 2014 yang lebih kecil sebesar USD 0,4 miliar. Meski masih defisit, namun terdapat sedikit perbaikan pada neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan migas tercatat sebesar USD 1,06 miliar pada April 2014. Jumlah tersebut lebih kecil sebesar USD 0,29 miliar dibanding defisit pada bulan Maret 2014. Secara persentase defisit turun sebanyak 21,6%. Perbaikan ini ditopang oleh penurunan nilai impor migas sebesar USD 0,3 miliar. Secara month-to-month, penurunan impor migas pada April 2014 disebabkan oleh menurunnya impor minyak mentah dan hasil minyak Indonesia. Impor minyak mentah turun sebesar 24,78% dari USD 1,42 miliar menjadi USD 1,07 miliar. Sedangkan impor hasil minyak hanya turun sekitar 0,5% dari sebelumnya sebesar USD 2,36 miliar. Namun demikian penurunan impor kedua komoditas tersebut tidak diikuti oleh impor gas yang justru naik sebesar 29,63%. 7 Gambar 4: Neraca Perdagangan Migas Indonesia, April 2012 – April 2014 (USD miliar) Defisit neraca perdagangan migas Indonesia berkurang tipis Sumber: BPS dan CEIC (2014) Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 12. Indonesian Economic Review and Outlook Setelah sempat mengalami periode panjang surplus dari bulan Juli 2013, neraca perdagangan nonmigas Indonesia kembali defisit di bulan April 2014. Penurunan kinerja ini berbanding terbalik dengan kondisi pada kuartal I-2014 yang menunjukkan tren positif pada kinerja neraca perdagangan nonmigas. Sejak Januari hingga April 2014, neraca perdagangan memiliki surplus mencapai USD 4,2 miliar, tetapi pada bulan Juni berbalik menjadi defisit sebesar USD 0,9 miliar. Namun apabila melihat pada perubahan month-to-month, nilai surplus perdagangan nonmigas turun sebanyak 144,58 %. Hal ini karena ekspor nonmigas pada bulan April yang turun sebesar USD 0,89 miliar, sedangkan impor nonmigas naik sebesar USD 2,03 miliar dibandingkan pada bulan Maret. Kontraksi pada ekspor nonmigas dipicu oleh penurunan pada ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati. Ekspor komoditas ini turun secara month-to-month sebesar 45,02% di bulan April 2014, kemudian berturut-turut diikuti oleh perhiasan/permata (23,15%), kendaraan dan bagiannya (23,15%), bahan bakar mineral (9,78%) serta mesin/ peralatan listrik (3,75%). Adapun berdasarkan negara tujuan ekspor, maka yang mengalami penurunan adalah ekspor Indonesia ke India (23,93%), Tiongkok (16,47%), Thailand (17,70%), dan Malaysia (10,15%). Ekspansi impor nonmigas secara keseluruhan terutama didorong oleh komoditas mesin dan 8 Gambar 5: Neraca Perdagangan Non-Migas Indonesia, April 2012-April 2014 (USD miliar) Neraca perdagangan nonmigas Indonesia kembali defisit Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 13. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada peralatan mekanik serta komoditas mesin dan peralatan listrik. Keduanya masing-masing secara berurutan mengalami peningkatan impor sebesar USD 0,36 miliar dan USD 0,27 miliar. Adapun dari sisi ekspor, komoditas yang paling besar kenaikannya adalah alas kaki yaitu sebesar 29,49%. Kembali ke struktur PDB, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan terjadi pada sektor primer. Pada kuartal I-2014, sektor primer (yang terdiri dari Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan dan Sektor Pertambangan dan Penggalian) mencatat pertumbuhan sebesar 1,97% (y-o-y), melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV-2013 yang mencapai 3,86% (y-o-y). Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh sektor pertambangan yang mengalami kontraksi sebesar -0,38% (y-o-y). Sementara itu, perlambatan juga terjadi pada sektor industri dan sektor jasa yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 5,46% (y-o-y) dan 6,39% (y-o-y), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV-2013. Selanjutnya, berdasarkan data yang dilansir BPS, sektor yang mencatat pertumbuhan tertinggi secara year- on-year pada kuartal I-2014 secara berurutan adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (10,23%), Sektor Konstruksi (6,54%), dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (6,52%). Perkembangan berbagai indikator makroekonomi Indonesia menjauh dari asumsi APBN 2014. Hal ini yang menjadi alasan utama pengajuan RAPBNP 2014 oleh pemerintah untuk mengamankan pelaksanaan APBN 2014. Ambang batas defisit 3% dari PDB yang ditetapkan oleh undang- 9 Tabel 1: Perbandingan Asumsi Makro RAPBNP 2014 Asumsi pertumbuhan ekonomi dikoreksi menjadi hanya 5,5% dalam RAPBNP 2014 Catatan: * Per 11 Juni 2014, DPR telah menyetujui seluruh perubahan asumsi makro kecuali asumsi nilai tukar yang disetujui IDR/USD 11.600; pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBNP 2014 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 14. Indonesian Economic Review and Outlook undang bisa terlampaui jika tidak dilakukan penyesuaian pada anggaran negara. Pendapatan negara berpotensi untuk turun signifikan karena pertumbuhan ekonomi dan lifting migas diperkirakan akan lebih rendah dari target, sementara belanja negara membengkak karena peningkatan beban subsidi energi dan pelemahan nilai rupiah. Perlu dicatat bahwa asumsi makro APBN hanyalah panduan bagi penentuan anggaran negara dan bukan target yang harus dicapai oleh penyelenggara negara. Postur APBN akan semakin tidak 'sehat' dengan komposisi belanja pemerintah pusat yang semakin terbebani subsidi. Subsidi yang diajukan diperkirakan akan mencapai IDR 444,9 triliun atau lebih besar 33,3% dari alokasi dalam APBN 2014. Jumlah tersebut jika dikombinasikan dengan belanja pegawai melebihi separuh dari total belanja pemerintah pusat (55,9%). Akibatnya, alokasi untuk belanja modal rencananya turun sebesar IDR 32,9 triliun. Sekitar 88% belanja subsidi yang diajukan dialokasikan untuk subsidi energi. Jumlah ini merupakan akumulasi dari peningkatan subsidi untuk BBM & LPG dan listrik. Alokasi subsidi BBM & LPG 3 kg yang diajukan meningkat menjadi IDR 284,99 triliun atau 35,2% dari yang dialokasikan pada APBN 2014. Sementara itu, subsidi listrik meningkat menjadi IDR 10 Tabel 2: Ringkasan Belanja Pemerintah Pusat (IDR triliun) Alokasi subsidi yang diajukan membengkak 33,3%; belanja modal menurun 17,9 % Catatan: * unaudited ** pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBNP 2014
  • 15. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 107,15 triliun. Lonjakan ini utamanya terjadi karena revisi asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS dan lifting minyak. Dalam RAPBNP 2014, kurs melemah dari IDR/USD 10.500 menjadi IDR/USD 11.600 dan lifting minyak turun dari 870 ribu menjadi hanya 818 ribu barel per hari. Sementara itu, alokasi untuk subsidi non-energi meningkat IDR 1,1 triliun. Peningkatan ini merupakan efek bersih dari peningkatan alokasi untuk subsidi pajak sebesar IDR 1,8 triliun dan penurunan subsidi pangan IDR 0,7 triliun. 2. Naiknya defisit APBN dalam RAPBNP yang dibiayai penerbitan SBN diharapkan mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi Pada pembahasan 13 Juni 2014, DPR menyetujui defisit sebesar 2,4% dari PDB atau IDR 241,49 triliun. Jumlah ini meningkat IDR 66,1 triliun dari defisit yang ditetapkan dalam APBN 2014. Hal ini tentu saja tidak sejalan 11 Catatan: * unaudited ** pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBNP 2014 Tabel 3: Komposisi Belanja Subsidi (IDR triliun) Alokasi subsidi energi yang diajukan dalam RAPBNP 2014 mencapai 88,15% dari total subsidi Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 16. Indonesian Economic Review and Outlook dengan keinginan awal pemerintah untuk mengurangi defisit APBN pada tahun ini. Sebagai perbandingan realisasi defisit tahun lalu sebesar 2,2% dari PDB atau IDR 202,8 triliun. Pendapatan dan belanja negara telah disepakati masing-masing sebesar IDR 1.635,4 triliun dan IDR 1.876,8 triliun dalam pembahasan sementara yang masih berlangsung di DPR. Target pendapatan negara mengalami penurunan 1,9% dari alokasi pada APBN 2014 atau IDR 31,8 triliun. Penurunan ini akibat perkiraan pendapatan dalam negeri yang turun cukup signifikan baik dari pajak maupun non-pajak. Sementara itu, alokasi belanja negara meningkat 12,7% atau IDR 211 triliun. Hingga tulisan ini dimuat, belum ada publikasi resmi mengenai detail penerimaan dan belanja negara. Namun demikian, dalam pengajuan RAPBNP 2014, peningkatan ini utamanya bersumber dari peningkatan belanja pemerintah pusat yaitu untuk subsidi energi. Peningkatan ini sebenarnya sudah terkurangi dengan pengajuan penghematan di kementerian dan lembaga sebesar IDR 98,5 triliun serta dana perimbangan yang menurun seiring dengan penurunan pendapatan negara sebesar IDR 8,9 triliun. Sementara itu, proporsi penyerapan APBN per kuartal I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan pada APBN 2013 kuartal I. Di kuartal I-2013, belanja sudah terealisasi 16,2% dari total belanja APBN 2013, sedangkan pada Maret tahun ini baru mencapai 15,6% dari total belanja negara dalam APBN 2014. Meski demikian, secara nominal realisasi belanja di 2014 lebih 12 Tabel 4: Ringkasan RAPBNP 2014, APBN 2014 dan Realisasi 2013 (IDR triliun) Dalam pembahasan per 13 Juni 2014, DPR menyepakati defisit anggaran naik menjadi 2,4% terhadap PDB Catatan: * unaudited ** per 13 Juni 2014; pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBNP 2014
  • 17. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Di lain sisi, pencapaian realisasi penerimaan APBN per kuartal-I 2014 sudah lebih tinggi dibandingkan pada APBN 2013 kuartal I. Per kuartal I- 2014, tercatat penerimaan sudah mencapai 17,3% dari total target penerimaan negara dalam APBN 2014. Angka ini lebih tinggi dari 16,6% dari APBN 2013 yang merupakan pencapaian di Maret tahun lalu. Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan dalam optimalisasi penerimaan negara di tahun ini. Meski demikian, pemerintah tetap melakukan revisi dengan target penerimaan yang lebih rendah dalam RAPBNP 2014. Utang luar negeri Indonesia naik menjadi USD 276,49 miliar pada bulan Maret 2014. Angka tersebut tumbuh 9,2% (y-o-y) dibandingkan dengan posisi bulan yang sama tahun 2013. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan utang luar negeri pada Maret 2014 tercatat sedikit meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan Febuari 2014 yang tercatat tumbuh sebesar 8% (y-o-y). Jumlah utang luar negeri yang nilainya terus bertambah akan semakin membebani perekonomian dalam negeri apabila depresiasi nilai rupiah terus terjadi. Posisi utang luar negeri pada Maret 2014 terdiri dari utang luar negeri sektor publik sebesar USD 130,51 miliar dan sektor swasta sebesar USD 145,98 miliar.Dari jumlah itu, porsi utang luar negeri sektor publik dan swasta terhadap total utang luar negeri pada Maret 2014 masing-masing mencapai 47,2% dan 52,8%. Besarnya utang luar negeri sektor swasta patut mendapat sorotan arena pada bulan Maret 2014 tumbuh sebesar 13,1% (y-k o-y), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang 13 Tabel 5: Realisasi Belanja Negara dan Penerimaan & Hibah 2013:Q1 dan Maret 2014:Q1 Proporsi realisasi belanja APBN 2014:Q1 menurun; pencapaian penerimaan APBN 2014:Q1 meningkat Catatan: * Nilai yang telah disepakati di DPR dalam pembahasan sementara; pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, I-account (diolah) Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 18. Indonesian Economic Review and Outlook tumbuh sebesar 12,8% (y-o-y). Sementara itu, utang luar negeri sektor publik di bulan Maret 2014 tumbuh sebesar 5,1% (y-o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,2% (y-o-y). Pemerintah perlu mencermati dan mengambil langkah strategis untuk mencegah terjadinya pembengkakan utang luar negeri. Posisi utang luar negeri Indonesia yang berada pada posisi mengkhawatirkan terlihat pada peningkatan rasio pembayaran utang ( ) yang mengalami debt service ratio peningkatan tajam pada kuartal IV-2013, tercatat sebesar 52,7%. Angka ini menunjukkan bahwa manajemen utang pemerintah harus menjadi perhatian besar, jika tidak maka sebagian hasil devisa Indonesia hanya akan digunakan untuk membayar utang dan bukan untuk membiayai program- program yang produktif. Utang luar negeri yang terus meningkat juga disebabkan oleh BI rate yang mencapai 7,5%. Hal ini membuat swasta lebih memilih untuk mencari likuiditas dari luar negeri yang memiliki suku bunga pinjaman yang lebih kompetitif dari domestik. Peningkatan BI rate menunjukkan kontraksi atau perlambatan yang saat ini sedang terjadi di Indonesia. Daya tarik Indonesia di mata investor asing masih belum hilang. Tidak hanya pasar saham, pasar obligasi pun tak lepas dari pemodal asing. sasaran 14 Gambar 6: Utang Luar Negeri Indonesia, September 2011 - Maret 2014 (USD Miliar) Utang luar negeri Indonesia mengalami peningkatan Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran dan CEIC (2014, diolah)
  • 19. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah pada April 2014 mencapai IDR 377 triliun atau mencerminkan 41% dari total obligasi yang beredar. Jika dibandingkan dengan April tahun lalu, kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah pada April 2014 meningkat 23.7% dari IDR 304,72 triliun. Sementara itu, kepemilikan asing atas ekuitas pada mencapai Maret 2014 IDR 1. 5, triliun. Jika dibandingkan dengan Maret 2013, kepemilikan 64 52 asing atas ekuitas pada Maret 2014 turun 7,1% dari IDR 1 771,25 triliun. . Selanjutnya, kepemilikan asing atas SBI pada 2014 tercatat sebesar IDR April 9 8 26,9 triliun, meningkat sebesar IDR , trilun dibandingkan dengan posisinya pada 2013.April Keberadaan modal asing pada perekonomian suatu negara seringkali menimbulkan pro-kontra. Pada saat ekonomi sedang mengalami perlambatan, modal asing diperlukan untuk suatu baik maupun domestik aksi ekspansi yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, masuknya modal asing juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan sektor domesti karena kehadiran modal asing seringkali dianggap bisa k mengancam keberadaan industri lokal. Selain itu, muncul kekhawatiran jika suatu saat investor asing tiba-tiba menarik dana dan memindahkannya ke luar negeri . , terutama terhadap instrumen yang berjangka waktu pendek Akibatnya, likuiditas berkurang, sehingga investasi berkurang dan 15 Gambar 7: Kepemilikan Asing Atas Surat Berharga di Indonesia Oktober 2011- April 2014 (IDR Triliun) Kepemilikan asing atas surat berharga meningkat Sumber: Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan CEIC (2014) Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 20. Indonesian Economic Review and Outlook perekonomian melambat. Oleh karena itu, kini pemerintah Indonesia terus melakukan penguatan pasar domestik, peningkatan pendalaman pasar keuangan agar likuid , perluas basis investor, dan itas meningkat an diversifikasi instrumen agar lebih bervariasi. Penerbitan SBN merupakan satu cara yang paling dipilih oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam negeri. Total SBN IDR 1.49 , triliun meningkat outstanding April 2014 sebesar 5 74 sebesar IDR 3 triliun (lihat Gambar 12). 27,83 (y-o-y) Pada April 2014, o 828,32 7bligasi bunga tetap sebesar IDR triliun naik sebesar IDR 1 3,47 triliun . Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) IDR (y-o-y) April 2014 sebesar 98,90 23,04 (y-o-y) Tren yang selalu positif ini triliun naik sebesar IDR triliun . menunjukkan bahwa SBSN semakin diminati oleh masyarakat dan pasar obligasi syariah semakin berkembang di Indonesia. SBSN juga digunakan oleh pemerintah untuk menarik dana APBN 2014. untuk menutup defiist Selain itu, kehadiran SBSN ini diharapkan mampu menarik minat investor asing etrutama dari kawasan Timur Tengah untuk berinvestasi di Indonesia. Obligasi denominasi Valuta Asing 2014 mengalami penurunan sebesar April IDR 2, triliun menjadi IDR 4 , 6 triliun dari 2014, meningkat 95 05 9 Maret sebesar IDR ,5 triliun . Surat Perbendaharaan Negara 112 3 (y-o-y) turun tipis sebesar IDR dari 2014 menjadi IDR 3 , triliun dan 500 miliar Maret 9 8 meningkat sebesar IDR 1 , triliun 8 78 (y-o-y). 16 Gambar 8: Kepemilikan Asing atas Surat Berharga, Oktober 2011 – Februari 2014 (IDR triliun) Kepemilikan asing atas surat berharga Indonesia meningkat Sumber: DJPU Kementerian Keuangan dan CEIC (2014)
  • 21. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Manajemen pengelolaan keuangan negara yang lebih baik mutlak dibutuhkan pada pemerintahan baru nanti. Tantangan yang cukup besar akan dihadapi oleh pemerintahan selanjutnya. Namun, rasanya cukup adil untuk optimistis, mengingat isu ini hampir menjadi bahan program ekonomi semua partai maupun calon presiden peserta pemilu. Terlebih lagi alokasi anggaran untuk penyelenggaraan pemilu yang notabene untuk mencari para wakil rakyat baik di eksekutif maupun legislatif ini semakin besar—tumbuh 9,5% secara riil¹. Dana Pemilu 2014 dianggarkan IDR 20,5 triliun, sedangkan pada Pemilu 2009 sebesar IDR 15,1 triliun (DJA-Kemenkeu, 2014). Semoga alokasi anggaran untuk pemilu ini berbanding lurus dengan kualitas orang- orang pilihannya. 3. Kinerja neraca perdagangan yang memburuk tidak diikuti perbaikan signifikan pada neraca transaksi berjalan Dibandingkan dengan kuartal I-2013, defisit neraca transaksi berjalan saat ini masih sedikit lebih baik. Pada kuartal I-2014, neraca transaksi berjalan tercatat defisit sebesar USD 4,19 miliar. Sedangkan di kuartal I- 2013, nilai defisit lebih besar yaitu mencapai USD 6,01 miliar. Demikian pula secara quarter-to-quarter, kinerja neraca transaksi berjalan Indonesia juga mengalami sedikit perbaikan. Nilai defisit turun tipis sekitar USD 0,12 miliar dari sebelumnya sebesar USD 4,31 miliar. Perbaikan kinerja tersebut terutama disebabkan oleh berkontraksinya defisit neraca pendapatan dan perdagangan jasa. Nilai defisit neraca pendapatan dan perdagangan jasa pada kuartal I- 2014 berkurang. Pada kuartal IV-2013, kedua neraca secara berurutan memiliki defisit sebesar USD 6,98 miliar dan USD 3,11 miliar. Kemudian pada kuartal berikutnya, defisit masing-masing neraca turun menjadi USD 6,49 miliar dan USD 2,21 miliar. Penurunan nilai defisit neraca pendapatan disebabkan oleh pembayaran bunga pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta yang lebih rendah serta menurunnya keuntungan perusahaan PMA 17 ¹ Secara nominal tumbuh 35,8%, sedangkan laju inflasi dari 2009 hingga Mei 2014 sebesar 26,3%, sehingga pertumbuhan riil sebesar 9,5% Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 22. Indonesian Economic Review and Outlook yang dimiliki oleh investor asing. Adapun penurunan nilai defisit neraca perdagangan jasa ditopang oleh defisit sektor transportasi yang turun sebesar USD 0,23 miliar dan surplus sebesar USD 0,4 miliar pada ekspansi sektor perjalanan. Surplus neraca perdagangan barang dan neraca transfer berjalan mengalami penurunan di kuartal I-2014. Dibanding kuartal sebelumnya, nilai surplus masing-masing neraca secara berurutan turun sebesar 25,52% dan 4,96% menjadi USD 3,55 miliar dan USD 0,97 miliar. Surplus neraca perdagangan barang mengalami karena ekspor non migas pada penurunan kuartal ini turun sebesar USD 3,06 miliar. Selain itu penurunan surplus juga dikarenakan defisit perdagangan minyak Indonesia yang meningkat. Sedangkan surplus neraca transfer berjalan turun tipis yang disebabkan oleh penurunan penerimaan pemerintah dan pengiriman uang dari tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Surplus neraca transaksi modal dan finansial menurun di kuartal I- 2014. Surplus neraca transaksi modal dan finansial dari USD , turun 8 85 miliar di kuartal IV-2013 menjadi USD , miliar di kuartal I-20147 83 . Pen surplus ini dikarenakan investasi lainnyaurunan transaksi yang mengalami defisit. Setelah sempat surplus sebesar USD 6,52 miliar pada kuartal IV-2013, nilai investasi lainnya berbalik menjadi defisit USD 4,14 18 Gambar 9: Neraca Transaksi Berjalan Indonesia 2011:Q1-2014:Q1 (USD miliar) Defisit neraca transaksi berjalan mengalami perbaikan tipis Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014)
  • 23. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada miliar. Kondisi ini disebabkan karena baik dari sisi aset maupun kewajiban, nilai transaksi investasi lainnya tercatat defisit. Pada sisi aset besar defisit mencapai USD 3,36 miliar dan di sisi kewajiban defisit transaksi berjalan adalah sebesar USD 0,77 miliar. Meskipun demikian, kinerja transaksi modal dan finansial saat ini jauh lebih baik bila dilihat secara . Pada year-on-year kuartal I-2013, transaksi modal dan finansial mengalami defisit neraca sebesar USD 0,55 miliar. Terjadi ekspansi yang besar pada transaksi investasi langsung dan portofolio di kuartal I-2014. Kenaikan terbesar secara absolut terjadi pada surplus transaksi investasi portofolio, dari USD 1,79 miliar di kuartal IV-2013 menjadi USD 8,97 miliar pada kuartal I-2014. Perbaikan kinerja transaksi investasi portofolio disebabkan adanya peningkatan arus modal asing yang masuk ke Indonesia dalam bentuk pembelian berbagai macam instrumen surat berharga domestik yang diterbitkan oleh sektor publik maupun swasta. Sejalan dengan hal tersebut, arus modal asing dalam bentuk PMA juga meningkat menjadi USD 4,53 miliar sehingga mendorong surplus transaksi investasi langsung naik dari USD 0,53 miliar menjadi USD 2,99 miliar. Tren perbaikan kinerja neraca pembayaran terhenti pada kuartal I- 2014. oleh lebih Hal ini ditunjukkan surplus neraca pembayaran yang rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. P Vada kuartal I -2013, neraca pembayaran USD , miliar.surplus sebesar 4 41 Namun kini turun menjadi hanya setengahnya yaitu sebesar USD 2,07 miliar pada kuartal I-2014. Sehingga secara persentase terdapat penurunan surplus sekitar 53,17% quarter-to-quarter. nurunan surplus ini dipicu oleh Pe neraca pembayaran penurunan surplus neraca modal dan finansial yang tidak mampu transaksi diimbangi oleh perbaikan kinerja transaksi berjalan. Namun apabila neraca d 3 n memperlihatkan ibandingkan dengan kuartal I-201 , eraca pembayaran kondisi yang 3lebih baik. Pada kuartal I-201 neraca pembayaran mengalami defisit 6 61 4 sebesar USD , miliar. Kemudian pada tahun 201 kuartal yang sama, neraca pembayaran menjadi surplus. Sehingga secara kondisi berubah year-on-year naik USD 8 6 miliar, neraca pembayaran sebesar , 8 . 19 Gambar 10: Neraca Transaksi Modal dan Finansial, 2011:Q1-2014:Q1 (USD miliar) Surplus transaksi modal dan finansial menurun Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 24. Indonesian Economic Review and Outlook 4. Peningkatan cadangan devisa masih belum berkualitas Cadangan devisa pada Mei 2014 mencapai USD 107,048 miliar, meningkat USD 1,485 miliar dibandingkan April 2014. Angka tersebut dapat membiayai 6,2 bulan impor sehingga memenuhi standar kecukupan internasional (tiga bulan impor). Kemudian, pada April mencapai USD 105,56 miliar, meningkat USD 2,97 miliar dibandingkan Maret 2014. Peningkatan devisa ini beriringan dengan kenaikan nilai ekspor migas Indonesia pada April–Mei 2014 dan arus masuk modal asing ke Indonesia selama Mei 2014. Bank Indonesia melalui PBI No. 14/25/PBI/2012 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri telah mensyaratkan penempatan dana hasil ekspor pada bank devisa di Indonesia yang cukup efektif dalam upaya peningkatan cadangan devisa. Sedangkan pada Maret 2014, cadangan devisa turun 0,145% dibandingkan bulan sebelumnya, atau senilai USD 149 juta. Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran obligasi pemerintah yang jatuh tempo senilai USD 2 miliar. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pada kuartal ke dua 2014 ini akan terjadi tekanan pada jumlah cadangan devisa. Secara musiman, kuartal II biasanya merupakan periode di mana banyak terjadi jatuh tempo pembayaran bunga, dividen, dan royalti. 20 Gambar 11: Neraca Pembayaran 2010:Q1-2013:Q4 (USD miliar) Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014)
  • 25. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Di sisi lain, kenaikan cadangan devisa juga turut disumbangkan oleh penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sejak Januari 2014. Pada kuartal I–2014, SBN dengan denominasi asing meningkat USD 3,05 miliar. Penambahan nilai SBN tersebut membuat komposisi Surat Utang Negara (SUN) denominasi USD berjumlah USD 30,19 miliar, denominasi JPY 155 miliar, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) USD 4,15 miliar. Pada kuartal IV–2013, nilai SUN dengan denominasi USD mencapai USD 27,14 miliar, SUN denominasi JPY 155 miliar, dan SBSN USD 4,15 miliar. Secara keseluruhan, investasi portofolio asing, dalam bentuk saham maupun SUN, tercatat meningkat drastis USD 8,51 miliar pada kuartal I–2014, dibandingkan kuartal IV–2013 yang tercatat sebesar USD 1,63 miliar. Peningkatan cadangan devisa tidak diikuti penguatan nilai kurs rupiah. Nilai kurs pada akhir Mei 2014 (IDR 11.611 per USD) tercatat melemah 0,69% dibandingkan April 2014 (IDR 11.532 per USD). Sedangkan nilai kurs pada April 2014 juga melemah dibanding bulan sebelumnya. Rupiah tertekan dikarenakan adanya sentimen negatif pasar menyusul neraca perdagangan yang di luar ekspektasi kembali mengalami defisit (neraca perdagangan April 2014 defisit USD 1,96 miliar) dan pola musiman pembayaran utang luar negeri pada kuartal II. Di samping itu, kebijakan The Fed quantitative easing tentang keberlanjutan pengurangan pada tahun ini 21 Gambar 12: Cadangan Devisa Indonesia (miliar USD) dan Perkembangan Nilai Tukar (IDR/USD), Mei 2011 – Mei 2014 Level cadangan devisa terus menanjak mencapai USD 107,048 miliar; rupiah masih lemah Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 26. Indonesian Economic Review and Outlook kembali memengaruhi perilaku pasar. Tren pelemahan rupiah mungkin akan berlanjut setelah The Fed kembali merencanakan menaikkan tingkat suku bunga acuan ( ) pada tahun 2015 mendatang. Secara khusus, Fed Fund rate dinamika tahun politik Indonesia yang akan melangsungkan pemilihan presiden turut mengoreksi nilai rupiah pada Mei 2014. Tahun politik merupakan saat-saat penuh ketidakpastian dikarenakan investor mencari aman dengan strategi “ ”.wait and see 5. Capaian positif dalam pasar tenaga kerja masih belum optimal Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2014 mencatat angka terendah selama tiga tahun terakhir yaitu sebesar 5,7%. Berdasarkan data yang dilansir BPS, jumlah orang yang menganggur pada Februari 2014 adalah 7,15 juta orang, menurun dibandingkan pada September 2013 di mana jumlah orang yang menganggur mencapai 7,41 juta orang. Hal ini sejalan dengan kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor informal dan tenaga kerja paruh waktu. Menurut data BPS, pekerja informal bertambah sebanyak 420 ribu orang dalam setahun terakhir (Februari 2013 – Februari 2014), dengan persentase pertumbuhan sebesar 0,60% ( ). Selain itu, y-o-y BPS juga mencatat pekerja paruh waktu meningkat tajam dari 22,93 juta orang pada Februari 2013 menjadi 26,40 juta orang pada Februari 2014. Meskipun tingkat pengangguran membaik, BPS mencatat penyerapan tenaga 22 Tabel 6: Posisi Surat Berharga Negara Denominasi Asing dan Utang Bilateral, Tahun 2012 – 2014 (semua dinyatakan dalam USD miliar kecuali yang disebutkan lain) Peningkatan SBN denominasi USD meningkat USD 3,05 miliar pada kuartal I–2014; utang bilateral meningkat USD 4,45 miliar pada April 2014 Catatan: * = JPY miliar Sumber: DJPU dan CEIC (diolah, 2014)
  • 27. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada kerja pada Februari 2014 lebih banyak didominasi oleh tenaga kerja yang berpendidikan SD ke bawah yaitu sebanyak 46,80% dan hanya 7,49% tenaga kerja yang berpendidikan universitas. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja pada Februari 2014 meningkat yaitu mencapai angka 69,17% jika dibandingkan pada Agustus 2013 yang mencapai 66,77%. Dilihat dari struktur lapangan pekerjaan hingga Februari 2014, kontribusi tenaga kerja di sektor Pertanian sedikit meningkat. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, kontribusi penduduk yang bekerja pada sektor pertanian mengalami penurunan. Menurut data BPS, penduduk yang bekerja pada sektor Pertanian menurun dari 41,11 juta orang pada Februari 2013 menjadi hanya 40,83 juta orang pada Februari 2014. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja di sektor Perdagangan dan Jasa kemasyarakatan terus meningkat. Hal ini menunjukkan peralihan struktur ketenagakerjaan di Indonesia dari sektor Pertanian ke sektor lainnya, terutama sektor Perdagangan, Jasa dan Industri. Meskipun demikian, sektor Pertanian masih mendominasi sebagai penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia dengan kontribusi sebesar 34,55%. Setelah sektor Pertanian, sektor yang turut berkontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia hingga Februari 2014 secara berurutan adalah sektor 23 Gambar 13: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di Indonesia, Februari 2011 – Februari 2014 (dalam %) Tingkat pengangguran terbuka membaik Sumber: BPS dan CEIC (2014) Perkembangan Ekonomi dan Fiskal
  • 28. Indonesian Economic Review and Outlook Perdagangan dengan kontribusi sebesar 21,84%, sektor Jasa Kemasyarakatan dengan kontribusi sebesar 15,64% dan sektor Industri dengan kontribusi sebesar 13,02%. 24 Tabel 7: Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Tahun 2012-2014 (%) Sektor Pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia, meski dengan tren yang menurun Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 29. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 25 1. Tingkat harga dalam negeri masih terjaga Memasuki musim panen bahan pangan, inflasi Maret 2014 dapat ditekan. y-o-y Inflasi Maret 2014 tercatat sebesar 7,32% ( ) lebih rendah dari bulan sebelumnya. Menurut dekomposisinya, pada Maret 2014 ( ) y-o-y inflasi inti tercatat 5,35%, inflasi harga bergejolak tercatat 5,55, dan inflasi harga diatur pemerintah 16,84%. Secara , inflasi Maret 2014 month-to-month tercatat sebesar 0,08%. Kemudian pada April 2014, inflasi masih mengalami penurunan dan tercatat sebesar 7,25% ( ) karena masih tertekan harga y-o-y komoditas yang panen. Secara year-on-year, inflasi inti tercatat 5,46%, inflasi harga bergejolak sebesar 5,24%, dan inflasi harga diatur pemerintah sebesar 17%. Sedangkan secara month-to-month, April 2014 mengalami deflasi 0,02%. Tingkat inflasi kembali naik pada Mei 2014, meski komoditas bahan pangan masih mengalami musim panen. Inflasi pada Mei 2014 tercatat sebesar 7,32% ( ), lebih tinggi dibandingkan Mei 2013 yang sebesar y-o-y 5,47% ( ). Sedangkan, secara , inflasi Mei 2014 sebesar y-o-y month-to-month B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN Gambar 14: Tingkat Inflasi, Tahun Mei 2011 – Mei 2014 (y-o-y, dalam %) Inflasi Mei2014 mencapai 7,32% (y-o-y) Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 30. Indonesian Economic Review and Outlook26 0,16%. Jika dilihat dari dekomposisinya, secara , inflasi inti year-on-year tercatat 5,63%, inflasi harga bergejolak sebesar 6,17%, dan inflasi harga yang diatur pemerintah sebesar 16,23%. Secara month-to-month, April 2014 tercatat deflasi sebesar 0,02% (m-t- m), dikarenakan turunnya harga kelompok pengeluaran bahan makanan. m-t-m Kelompok bahan makanan deflasi sebesar 1,09% ( ). Bahan makanan yang turun harga ada 6 item subkelompok, salah satunya subkelompok bumbu-bumbuan (7,4%). inflasi kelompok bahan Share makanan -0,22% terhadap inflasi umum April 2014. Harga-harga yang turun antara lain cabai merah, beras, bayam, kangkung dan bawang merah. Kemudian, inflasi April 2014 didominasi kelompok pengeluaran Kesehatan dengan nilai 0,6% ( ). Komposisi inflasi pada Mei 2014 (m-t-m month-to- month) didominasi oleh kelompok pengeluaran kesehatan yang tercatat Tabel 8: Tingkat Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran, Tahun 2011 – 2014 (2012=100, m-t-m, dalam %) Bahan makanan deflasi, inflasi bulan Mei 2014 0,16% (m-t-m) Catatan: (1) Makanan; (2) Makanan Olahan, Minuman, Tembakau; (3) Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; (4) Sandang; (5) Kesehatan; (6) Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga; (7) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 31. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada sebesar 0,41%, disusul inflasi kelompok pengeluaran untuk Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (0,35%), dan Perumahan Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (0,23%). Sedangkan, kelompok pengeluaran Bahan Makanan masih mengalami deflasi seperti pada bulan sebelumnya. yang disebabakan oleh penurunan harga cabai rawit, cabai merah, dan beras yang masih dalam masa panen. Secara umum, kota-kota di Indonesia mengalami inflasi pada Mei 2014. Dari 82 kota, 67 kota mengalami inflasi dengan kota yang tercatat mengalami inflasi tertinggi adalah Pematang Siantar (1,09% ). Jumlah tersebut m-t-m jauh meningkat dibandingkan dengan April 2014 yang hanya sebanyak 43 kota dan Maret 2014 yang sebanyak 45 kota. Sedangkan, lima belas kota lainnya mengalami deflasi pada Mei 2014 dengan Pangkal Pinang tercatat sebagai yang terbesar (1,27% ). Pada April 2014, kota yang mengalami m-t-m inflasi tertinggi adalah Pangkal Pinang dengan nilai 1,57% ( ) dan yang m-t-m tercatat terendah adalah Jayapura dengan nilai -1,79% ( ). Sedangkan, m-t-m pada Maret 2014, kota dengan inflasi tertinggi adalah Merauke yang tercatat 1,15% ( ) dan terendah Tual yang tercatat 2,43% ( ).m-t-m m-t-m 2. Pasar keuangan masih relatif bullish Sementara itu, pasar saham Indonesia (IHSG) terus mengalami penguatan pada Mei 2014. Pada penutupan akhir Mei 2014, IHSG tercatat ada pada level 4.894 atau menguat 1,11% dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan, pada pertengahan Mei 2014, IHSG sempat menembus angka 5.031. Angka indeks 5.000 akan menjadi level psikologis yang baru bagi IHSG karena investor akan menjadikannya sebagai harga baru benchmark level yang akan memengaruhi perilaku pasar. Sedangkan pada penutupan April 2014, IHSG mencatat angka 4.840 atau menguat 1,51% dibandingkan bulan sebelumnya. Aktifnya IHSG pada level hijau menandakan investor sudah percaya dengan keadaan dan prospek ekonomi Indonesia di tengah tahun politik. Hal itu menandakan fundamental ekonomi Indonesia mulai kembali membaik. Pada kuartal I–2014 tercatat investor asing melakukan net buy sebesar IDR 24,62 triliun, lebih tinggi dibandingkan kuartal IV–2013 yang tercatat IDR 11,11 triliun. 27 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 32. Indonesian Economic Review and Outlook Pada pasar obligasi, pergerakan yield SUN di penutup Mei 2014 melemah 12 bps pada level 8,21%. Namun, seperti bulan-bulan sebelumnya, pergerakan imbal hasil fluktuatif mengikuti inflasi. Setelah cenderung menurun sejak Januari 2014, tingkat imbal hasil SUN Mei 2014 naik dikarenakan inflasi Mei 2014 lebih tinggi dibandigkan April 2014. Pada bulan-bulan sebelumnya, inflasi cenderung melambat sehingga tingkat imbal hasil SUN turun. Nilai imbal hasil SUN pada akhir April 2014 tercatat sebesar 8,09%. Sedangkan pada akhir Maret 2014 tercatat sebesar 8,21%. 3. Tidak ada perubahan berarti pada kebijakan moneter Suku bunga penjaminan LPS naik 25 basis poin (bps) menjadi 7,75% pada Mei 2014. Kenaikan ini sebagai upaya untuk dapat menjamin simpanan nasabah perbankan Indonesia saat ini. Tren kenaikan suku bunga perbankan masih terus berlanjut. Likuiditas perbankan pada aset domestik masih menunjukkan pengetatan. Hal ini beriringan dengan kebijakan moneter ketat BI yang tetap mempertahankan BI rate pada tingkat 7,5%. Kebijakan LPS ini berlaku hingga September 2014. Sedangkan suku bunga penjaminan LPS pada bulan Maret–April tidak mengalami kenaikan, tetap pada level 7,5%. 28 Gambar 15: Pergerakan IHSG dan Indeks Imbal Hasil SUN Tenor 10 Tahun, Mei 2011 – Mei 2014 ( %) IHSG terus tumbuh positif; yield SUN di level 8,21% pada akhir Mei2014 Sumber: IDX, CEIC, dan Bloomberg (2014)
  • 33. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Suku bunga deposito berjangka tetap tinggi, melebihi tingkat suku bunga penjaminan. Suku bunga deposito berjangka satu bulan tercatat 8,1% pada April 2014. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan mengalami likuiditas ketat yang dipengaruhi oleh pertumbuhan likuiditas dalam arti luas (M2) yang juga melambat. Perlambatan M2 disebabkan oleh realisasi belanja pemerintah yang masih rendah dan pertumbuhan kredit yang menurun. Realisasi belanja pemerintah memiliki kecenderungan pola belanja sedikit pada awal tahun dan kemudian dikebut pada periode akhir tahun. Hingga kuartal I–2014, konsumsi pemerintah tercatat hanya tumbuh sebesar 3,6% ( ), lebih rendah dibandingkan pada kuartal IV–2013 yang y-o-y tumbuh 6,4% ( ). Suku bunga kredit meningkat sejak Januari 2014: suku y-o-y bunga kredit pada Februari 2014 rata-rata 12,51%, Maret 2014 rata-rata sebesar 12,53%, sedangkan pada April 2014 tercatat rata-rata sebesar 12,56%. Kebijakan moneter ketat pada Mei 2014 tetap dipertahankan dengan target pengendalian inflasi dan perbaikan neraca pembayaran. Hal tersebut ditandai dengan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 12 Juni 2014 yang menyatakan BI tetap pada level 7,5%. Keputusan rate 29 Gambar 16: Perkembangan Tingkat Suku Bunga Penjaminan LPS dan Deposito, 2011 – 2014* (%) Tingkat suku bunga penjaminan naik 25 bps, deposito berjangka 1 bulan masih melebihi BI Rate dan suku bunga LPS Catatan: * = April 2014 (deposito berjangka) dan Mei 2014 (suku bunga penjaminan) Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 34. Indonesian Economic Review and Outlook tersebut diambil setelah mempertimbangkan perkembangan inflasi yang terkendali, tren penurunan defisit transaksi berjalan, kondsi pasar finansial yang optimis, permintaan domestik yang masih mampu meredam kontraksi, dan prospek perekonomian Indonesia maupun global yang berangsur membaik. Di sisi lain, perekonomian Indonesia masih memiliki resiko antara lain: ketidakpastian dampak ekonomi global yang berkaitan erat dengan keberlajutan tahun ini disertai ekspektasi kenaikan tapering off Fed Fund Rate pada 2015; penurunan nilai ekspor dikarenakan perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai salah satu mitra dagang utama; dan inflasi domestik yang terdampak dari kemungkinan cuaca buruk akibat perubahan iklim ( ) El Nino serta rencana kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah (tarif dasar listrik dan gas LPG 12kg). 30 Gambar 17: Perkembangan BI Rate, Mei 2011 – Mei 2014 (%) BI rate dipertahankan 7,5% pada Mei 2014 Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014)
  • 35. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) Leading Economic Indicator merupakan salah satu model early warning system untuk memprediksi arah pergerakan ekonomi di masa depan. GAMA (GAMA LEI) merupakan model yang Leading Economic Indicator dikembangkan oleh Tim Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Titik balik serta kenaikan/penurunan garis pada model GAMA LEI digunakan untuk memprediksi arah pergerakan perekonomian Indonesia dalam beberapa waktu kedepan. Analisis GAMA LEI berdasarkan uji kuantitatif dan kualitatif untuk menghasilkan prediksi terbaik. GAMA LEI disusun dari berbagai macam indikator yang telah melewati uji statistik yang ketat. Kinerja pada variabel seperti investasi, total nilai penjualan mobil, ekspor dan cadangan devisa dari sisi ekonomi makro serta market capitalization dan IHSG dari pasar modal cukup berpengaruh pada kondisi perekonomian. Meskipun demikian, patut dicatat bahwa beberapa indikator ekonomi makro lainnya dapat berubah dengan cepat dalam beberapa waktu kedepan. GAMA LEI mampu memprediksi siklus perekonomian (PDB) Indonesia dengan cukup akurat pada beberapa waktu sebelumnya. Peramalan model GAMA LEI mampu memprediksi arah siklus perekonomian Indonesia selama ini dengan baik. Adanya penurunan kinerja pada beberapa indikator kunci perekonomian Indonesia menyebabkan pertumbuhan ekonomi di 2014:Q1 menurun dibandingkan dengan 2013:Q4. Dalam edisi ini, GAMA LEI akan memprediksi bagaimana perekonomian Indonesia berfluktuasi dalam tahun politik 2014, terutama menjelang pemilihan presiden bulan Juli mendatang. Keberagaman pola pada pertumbuhan ekonomi Indonesia serta proyeksi siklus perekonomian dalam model GAMA LEI menghasilkan peramalan yang komprehensif. Peramalan siklus bisnis menekankan pada pergerakan siklus perekonomian apakah berada pada fase ekspansi atau 31 C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI
  • 36. Indonesian Economic Review and Outlook kontraksi dalam beberapa waktu ke depan. Siklus GAMA LEI 2014:Q1 berada pada fase ekspansi (berada di atas nilai 100) meskipun mempunyai arah menurun. Sebagai contoh: pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2014:Q1 secara tercatat meningkat, namun siklus PDB yang dihasilkan year-on-year dalam model tersebut mengalami pergerakan menurun walaupun dalam fase ekspansi. 2. Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi Hasil konsensus menunjukkan nilai tiga indikator makro utama Indonesia yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar bergerak membaik dari tahun 2014 ke 2015. Konsensus diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim Macroeconomic Dashboard dengan responden dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Secara umum, prediksi pertumbuhan PDB riil (y-o-y) kuartal II-2014 bergerak membaik dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan PDB riil kuartal I-2014. y-o-y PDB riil ( ) diprediksi tumbuh sebesar 5,46% ± 0,37% pada kuartal II-2014 dan 5,47% ± 0,42% pada kuartal III-2014. 32 Gambar 18: GAMA Leading Economic Indicator GAMA LEI memprediksi kecenderungan penurunan siklus perekonomian Indonesia
  • 37. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Adapun secara tahunan, prediksi pertumbuhan PDB riil 2014 dan 2015 masing-masing sebesar 5,63% ± 0,48% dan 6,0% ± 0,6% . Inflasi Indonesia tahun 2014-2015 diprediksi berada di atas tujuh persen. Tahun 2014, hasil prediksi inflasi Indonesia adalah sebesar 7,88% ± 1,38%. Tahun 2015 nilainya bergerak menurun menjadi 7,36% ± 1,82%. Sementara itu secara kuartalan, inflasi di Indonesia pada kuartal II-2014 dan III-2014 masing-masing sebesar 7,42% ± 1,56% dan 7,90% ± 1,59%. Nilai tukar rupiah diprediksi mulai membaik dan stabil pada tahun 2014, walaupun masih di sekitar nilai Rp/USD 11.000. Pada kuartal II- 2014 nilai tukar rupiah diperkirakan sebesar IDR/USD 11.563 ± IDR/USD 349. Di kuartal berikutnya, nilai tukar rupiah sedikit menguat menjadi IDR/USD 11.553 ± IDR/USD 390. Sementara itu secara tahunan, nilai tukar rupiah tahun 2014 adalah IDR/USD 11.366 ± IDR/USD 479 dan tahun 2015 menguat menjadi IDR/USD 11.072 ± IDR/USD 316. 33 Tabel 9: Estimasi Pertumbuhan PDB Riil (y-o-y, dalam %) Sumber: Data Primer, diolah (2014) Tabel 10: Estimasi Inflasi (y-o-y, dalam %) Sumber: Data Primer, diolah (2014) Tabel 11: Estimasi Nilai Tukar Rupiah (IDR/USD) Sumber: Data Primer, diolah (2014) GAMA LEI dan Konsensus Proyeksi Ekonomi
  • 38. Indonesian Economic Review and Outlook Memasuki ASEAN Economic Community (AEC) 2015, perekonomian kawasan masih dibayang-bayangi tekanan perekonomian global. The Fed melihat bahwa perekonomian domestik telah mulai stabil sehingga mengambil langkah yang merupakan kebijakan moneter ketat. tapering off Hal ini berdampak pada kecenderungan “keringnya” aliran modal dari Amerika Serikat ke kawasan yang menciptakan depresiasi mata uang nasional lebih dalam dari yang sebelumnya telah terjadi (sebagaimana keseimbangan baru nilai tukar Rupiah yang dialami Indonesia saat ini). Sementara itu dari Uni Eropa, walaupun secara umum kawasan tersebut dapat dikatakan telah melewati periode terburuk dari krisis, namun kinerja perekonomian negara-negara anggota kawasan tersebut masih sangat beragam. Pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut juga belum mampu secara signifikan mendorong pertumbuhan permintaan masyarakatnya terhadap produk-produk global, termasuk dari kawasan ASEAN. Sedangkan Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama negara-negara kawasan ASEAN justru sedang mengalami kecenderungan “pendinginan” perekonomian yang akan berpengaruh pada kinerja perdagangan internasional saat ini. Instabilitas nasional menjadi tantangan yang semakin penting terhadap perekonomian negara-negara kawasan ASEAN. Instabilitas kawasan ASEAN memiliki berbagai bentuk seperti tantangan politik, tantangan ekonomi bahkan hingga tantangan keamanan. Dampak dari bencana alam hebat yang menghantam Filipina pada tahun 2013, pencabutan berbagai skema subsidi serta penerapan berbagai kebijakan jaminan sosial di negara-negara kawasan, transisi politik yang sedang dialami oleh Indonesia, krisis politik yang terjadi di Thailand, penerapan hukum syariah di Brunei Darussalam, konflik militer terbuka antara Vietnam dan Tiongkok, sengketa kepulauan di kawasan Laut China Selatan antara Tiongkok dengan lebih kurang enam negara anggota ASEAN serta masih belum cepatnya pembangunan infrastruktur adalah beberapa contoh diantaranya. Beberapa contoh tantangan kawasan tersebut menunjukkan bahwa ketidakpastian akan menjadi tantangan laten pemerintah untuk 34 D. ASEAN: Tantangan Tekanan Ekonomi Global dan Instabilitas Nasional Menuju AEC 2015
  • 39. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada menjaga momentum perekonomian yang ada. Stabilitas nasional menjadi hal yang esensial dalam menjaga daya pikat bagi investor global untuk mengembangkan sektor industri manufaktur. Menjaga stabilitas politik, ekonomi dan menjaga tingkat kepercayaan dari masyarakat dunia adalah “pekerjaan rumah” bagi pemerintah negara-negara ASEAN di tengah tantangan berbagai instabilitas nasional yang terus semakin tinggi intensitasnya. Menjaga daya saing di tengah tekanan global dan instabilitas domestik menjadi sangat penting demi kesiapan negara kawasan menuju AEC 2015. Daya saing menjadi kata kunci dalam memastikan kesiapan setiap negara di kawasan dalam memasuki AEC 2015. Di tengah berbagai tantangan, baik eksternal maupun internal, pemerintah harus mampu menjaga dan bahkan meningkatkan kemampuan daya saingnya, sehingga ketika “keran” AEC 2015 terbuka maka setiap bagian dari masyarakat kawasan mampu untuk memperoleh manfaat yang optimal. Negara-negara kawasan ASEAN belum mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang optimal. Pada kuartal I-2014, capaian pertumbuhan ekonomi negara di kawasan ASEAN secara umum menunjukkan capaian yang masih belum menggembirakan karena masih belum menyiratkan potensi pertumbuhan perekonomian kawasan yang sesungguhnya. Indonesia sebagai kontributor ekonomi terbesar di ASEAN mencatat pertumbuhan ekonomi yang melambat. Sementara Thailand sebagai negara 35 ASEAN Tabel 12: Pertumbuhan GDP Negara ASEAN, Constant Price, 1998–Q1 2014 (y-o-y, %) Pertumbuhan mencatatkan pencapaian lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya Catatan: rata-rata pertumbuhan untuk periode 1998-1999, 2000-2007, dan 2008-2009 Data Pertumbuhan Q1/2014: Brunei Darussalam, Kamboja, Laos dan Myanmar belum tersedia Sumber: IMF dan CEIC (2014)
  • 40. Indonesian Economic Review and Outlook dengan kontributor ekonomi terbesar kedua pada kuartal I-2014 ini, menjadi satu-satunya negara yang mengalami kontraksi perekonomian (- 2,10%) di kawasan akibat dari dinamika perpolitikan yang terjadi di negara tersebut. Singapura dan Vietnam walaupun mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang relatif baik, secara umum masih dibawah target yang ditetapkan. Perekonomian kawasan ASEAN secara umum masih ditopang oleh capaian perekonomian Malaysia dan Filipina. Indonesia sebagai “motor” perekonomian kawasan ASEAN mencatatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pertumbuhan yang dicapai Indonesia pada Kuartal 1-2014 sebesar 5,21% (y- o-y) atau sebesar 5,56% tanpa Minyak dan Gas adalah tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi pada Kuartal IV-2013 sebesar 5,72% serta tingkat pertumbuhan tersebut meleset dari target yang ditetapkan pemerintah yaitu 5,8%. Perlambatan ekonomi ini terutama disebabkan akibat dari penerapan UU Minerba terbaru terutama pada negara-negara tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Bahkan dampak perekonomian dari penurunan kinerja ekspor tersebut tidak mampu diimbangi oleh sumbangan ekonomi dari proses “pesta demokrasi” atau Pemilihan Umum Legislatif yang terjadi di Indonesia pada periode ini. Penjaga perekonomian Indonesia dari perlambatan pertumbuhan yang lebih dalam dikarenakan masih kuatnya permintaan konsumsi dalam negeri seiring dengan pertumbuhan kelompok menengah di Indonesia. Filipina masih pencetak pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kawasan. Walaupun dampak dari bencana gempa bumi dan Topan Haiyan di tahun 2013 yang lalu masih membuat kinerja perekonomian Filipina belum mencapai potensi optimalnya, namun pada kuartal I-2014, Filipina berhasil mencetak pertumbuhan ekonomi ( ) sebesar 5,7%. Tingkat y-o-y pertumbuhan ekonomi ini merupakan pertumbuhan peringkat ketiga tercepat di Asia, setelah Tiongkok yang mencatatkan pertumbuhan pada kuartal I-2014 sebesar 7,4% dan Malaysia sebesar 6,2%. Keberhasilan Filipina menjaga momentum ekonominya pasca peristiwa bencana alam yang merusak berbagai infrastruktur dan industri kelapa yang cukup dominan di Filipina, adalah dengan mendorong pertumbuhan sektor jasa. Menurut Phillipines National Statistics Coordination (NSC), pertumbuhan sektor jasa pada kuartal I-2014 berhasil mencatat pertumbuhan 3,8% 36
  • 41. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada dibandingkan dengan sektor industri dan pertanian yang berturut-turut hanya mampu mencatat pertumbuhan 1,8% dan 0,1%. Permotongan berbagai skema subsidi memberikan kontribusi pada capaian tingkat inflasi yang relatif masih tinggi di kawasan. Dampak dari pemotongan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi di Indonesia dan pemotongan subsidi BBM dan gula di Malaysia pada tahun 2013 yang lalu masih memberikan dampak pada capaian inflasi di awal tahun 2014 ini. Pemotongan subsidi ini ternyata secara umum belum mampu memberikan dampak pada pola konsumsi masyarakat yang terus tetap tumbuh, sehingga ikut mendorong inflasi untuk tetap relatif tinggi di berbagai negara di kawasan ASEAN. Instabilitas politik di kawasan ikut menyumbang pada kenaikan harga- harga secara umum. Krisis politik di Thailand yang juga dibayang-bayangi oleh memanasnya situasi politik di kawasan Laut China Selatan turut memberikan dampak pada harga-harga barang secara umum. Thailand yang merupakan salah satu lokasi transit berbagai produk-produk Tiongkok di 37 Tabel 13: Indeks Harga Konsumen (IHK) Negara ASEAN, 2011 – 2014* (y-o-y, %) Kenaikan harga barang publik utama dan terhambatnya jalur logistik antar negara menjadi penyebab utama masih tingginya tingkat inflasi di kawasan Catatan: * = Data-data untuk Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, dan Myanmar, adalah posisi per-April 2014 (y-o-y). Data untuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam adalah posisi per-Mei 2014 (y-o-y) Sumber: Bloomberg (2014) ASEAN
  • 42. Indonesian Economic Review and Outlook kawasan mengalami permasalahan pada jalur distribusi, selain dikarenakan transportasi laut yang relatif dihindari di kawasan Laut China Selatan juga krisis politik di Thailand. Situasi ini mendorong teradinya hambatan pada sistem logistik kawasan yang ikut menunjang kenaikan harga-harga barang secara umum. Investasi dalam bentuk saham masih menjadi daya tarik kawasan ASEAN. Berbeda dengan kecenderungan pada indikator-indikator ekonomi makro lainnya di kawasan, kinerja pasar saham ASEAN cenderung menunjukkan geliat yang positif. Dalam kuartal I-2014 ini, tercatat tiga negara yang mengalami pertumbuhan indeks saham hingga dua digit yaitu Indonesia (14,5%), Filipina (12,87%) dan Viet Nam (11,37%), bahkan Thailand yang mengalami krisis perpolitikan juga mampu mencatatkan pertumbuhan pasar saham hingga hampir mencapai dua digit (9,10%). Portofolio pasar saham di negara ASEAN yang mayoritas anggotanya adalah perusahaan swasta—kecuali di kawasan Indo-China yang umumnya masih didominasi perusahaan milik negara—menunjukkan secara umum bahwa investor global masih melihat potensi ekonomi yang besar dari aktor usaha swasta di negara ASEAN. Hingga kuartal I-2014, penguatan nilai tukar mata uang di kawasan belum secepat yang diharapkan. Kinerja mata uang negara-negara kawasan masih menunjukkan laju yang belum dapat mengkompensasi kecepatan penurunan nilai tukar sepanjang tahun 2013 yang lalu. Bahkan untuk Kamboja, Laos dan Vietnam ada kecenderungan nilai tukar mata uang 38 Tabel 14: Indeks Pasar Saham Negara ASEAN, 2009-2014 (y-o-y, %) Kawasan ASEAN masih menjadi destinasi favorit investasi pasar saham Catatan: Data posisi 2 Januari dan 30 Mei 2014 adalah pertumbuhan berbasis Year-to-Date Sumber: Bloomberg (2014)
  • 43. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada akan terus memburuk. Situasi ini menunjukkan bahwa investor melihat ASEAN sebagai kawasan yang belum menunjukkan tren yang menjanjikan untuk memberikan pada investor melalui kegiatan investasi di gain foreign exchange market. Kebijakan tapering off yang dilakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat dan defisit neraca perdagangan negara kawasan memberikan imbas negatif pada nilai tukar mata uang kawasan. tapering off Kebijakan yang dilakukan oleh di Amerika Serikat memberikan dampak pada The Fed terbangunnya sentimen positif untuk memiliki mata uang Dolar Amerika Serikat yang pada kelanjutannya memberikan tekanan pada nilai tukar mata uang di kawasan ASEAN. Rencana kenaikan suku bunga di sektor perbankan di Amerika Serikat sebagai bagian dari skema tapering off The Fed mendorong berbagai investor untuk mengalihkan investasi portofolio mereka keluar dari kawasan negara berkembang. Situasi tersebut kemudian diperparah dengan masih belum normalnya perdagangan internasional sehingga negara-negara di kawasan ASEAN masih mengalami defisit neraca perdagangan. Berbagai situasi global ini pada akhirnya memberikan tekanan berat pada mata uang negara-negara ASEAN. 39 Tabel 15: Nilai Tukar Mata Uang ASEAN Terhadap USD, 2009 – 2014 (y-o-y, %) Pada tahun 2013, seluruh nilai tukar mata uang di kawasan melemah terhadap USD Catatan: Data tersaji pada posisi 30 Mei 2014 adalah pertumbuhan berbasis Year-to-Date Angka (+) menunjukkan apresiasi mata uang dan angka (-) menunjukkan depresiasi mata uang * = Pada tahun 2012 Myanmar mengalami penyesuaian nilai mata uang Sumber: Bloomberg (2014) ASEAN
  • 44. Indonesian Economic Review and Outlook Berikut ini adalah pandangan saya mengenai judul di atas. Semaksimal mungkin, penulis menghindarkan diri dari sitasi-sitasi yang menjauhkan tulisan ini dari gagasan asli penulis serta menghindarkan diri dari padding yang akan mengaburkan gagasan orisinal. Membangun perekonomian Indonesia yang optimistik adalah membangun sumber daya manusianya. Sumber daya manusia ini saya bagi menjadi dua aspek. Pertama adalah aspek kerja-kerasnya, dan ini diarahkan terutama untuk menjaga stabilitas perekonomian. Dengan kerja keras yang optimal maka orang akan mendapatkan penghasilan cukup untuk memenuhi penghidupannya sehingga perekonomian nasional dalam tataran agregat menjadi stabil. Kedua, membangun manusia melalui optimisme otak kanannya. Ini artinya adalah bekerja dengan innovation, creativity, dan loncatan productivity. Kapasitas pengembangan diri manusia secara umum sesungguhnya baru mencapai 25%. Karena itu, 75% sisanya yang belum dikembangkan dapat diberdayakan untuk meningkatkan produktivitas nasional. Inilah mengapa kita harus meningkatkan semaksimal mungkin nilai tambah per unit sumber daya manusia supaya perekonomian mampu tumbuh jauh di atas nilai rata-ratanya. Mengapa saya fokus kepada aspek sumber daya insani ini? Karena sumber daya inilah yang sebenar-benarnya merupakan central-gravity dan pusat utama roda penggerak perekonomian nasional. Dengan sumber daya manusia yang berdaya-juang kuat, niscaya faktor produksi lainnya seperti kapital, tanah, dan teknologi menjadi jauh lebih produktif yang diubah olehnya sedemikian rupa sehingga memiliki nilai tambah yang mahabesar. Sebaliknya, dengan sumber daya manusia yang lemah, maka tiga faktor produksi lain tersebut tak akan meningkat pesat nilai tambahnya. 40 E. Isu Terkini Membangun Optimisme Ekonomi Kepemimpinan Nasional Muhammad Edhie PURNAWAN, PhD² ² Penulis adalah Wakil Dekan pada FEB UGM (Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada)
  • 45. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Membangun lonjakan nilai tambah sumber daya manusia berarti pula membangun perekonomian yang unggul. Hal ini bisa dimulai dengan mengembangkan tiga jenis kekuatan. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan kejujuran. Kekuatan yang kedua adalah kekuatan inovasi/imaginasi, dan kekuatan ketiga adalah kekuatan network. Dengan tiga jenis kekuatan ini, Indonesia akan menjadi bangsa yang kompetitif, tumbuh pesat, dan percaya diri menghadapi bangsa-bangsa lain yang sudah lebih dahulu maju. Penjelasan ketiga kekuatan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, kekuatan kejujuran. Kekuatan jenis ini adalah fondasi dasar dari segala jenis pembangunan sumber daya manusia. Dengan kekuatan kejujuran ini, maka bangunan ekonomi akan menjadi sangat kokoh. Tak mudah digoyang gempa, diterpa badai dan tak rontok diterjang bencana apapun. Tanpa kekuatan kejujuran sebagai fondasi, maka bangunan ekonomi yang berada di atasnya, meski terlihat megah nan kokoh, akan mudah roboh. Karena itu, jangan pernah menunda kejujuran karena kejujuran adalah ibu dari segala macam kebaikan. Kedua, kekuatan inovasi/imaginasi. Bayangkan saja dua peristiwa ini. Pertama adalah peristiwa Korea Selatan. Negara ini berdasarkan sejarah loncatan nilai tambahnya telah menaruh perhatian luar biasa pada inovasi teknologi semikonduktor. Founding fathers negara ini dahulu telah menancapkan gagasan besar semikonduktor untuk pembangunan industri dasarnya. Sekarang kita saksikan, inovasi semikonduktor ini telah melaju dahsyat menjadi industri telekomunikasi yang menggurita seperti Samsung dan LG serta industri otomotif yang spektakuler seperti Hyundai, Daewoo dan Kia. Rahasia terbesar mereka sehingga mampu melompat seperti saat ini adalah kekuatan inovasi technopreneur yang membudaya. Peristiwa kedua, adalah fenomena Steve Jobs. Dengan biaya produksi hanya sekitar 10 dollar US, iPhone dijual seharga 400 dollar US. Artinya, imaginasi lompatan nilai tambah 390 dollar adalah inovasi yang luar biasa, bukan keringat. Kecerdasan jenis ini tak akan pernah bisa disemai hanya melalui pengumpulan pengetahuan, namun dengan pengembangan daya imaginasi. Setelah jujur dan penuh inovasi memanfaatkan daya imaginasi, maka kekuatan ketiga adalah kekuatan network. Tak akan pernah ada burung 41 Isu Terkini
  • 46. Indonesian Economic Review and Outlook42 terbang sangat jauh melewati batas wilayah negara hanya dengan sayap- sayapnya sendiri. Karena itu, kekuatan network menjadi sedemikian sentral dalam pembangunan ekonomi. Dengan kekuatan ini maka sebuah bangsa tak hanya akan dikenal, namun juga akan dijadikan sahabat baik. Untuk menjadi sahabat baik diperlukan interpersonal skill yang baik. Menanamkan pola pikir yang didasari penghargaan kepada pihak lain adalah syarat utama membangun network yang luas. Telah terbukti sepanjang sejarah peradaban bahwa hubungan antarmanusia yang sangat baik mampu menghantarkan individu maupun institusi terbang tinggi. Karena itu, networking yang baik adalah syarat mutlak lompatan nilai tambah ekonomi. * * * Memandang dua calon pemimpin nasional yang bertarung saat ini (Prabowo vs Jokowi), saya menyampaikan gagasan supaya keduanya fokus dan antusias pada peningkatan nilai tambah manusia yang disuntikkan ke dalam perekonomian nasional. Hal ini bisa dimulai dari paradigma dan konsep dasar yang melambungkan nilai tambah dan setelah itu harus mampu mencari teknik implementasinya, sehingga bisa menggerakkan secara cepat roda perekonomian nasional. Keringnya paradigma dan konsep maupun visualisasi pencapaian nilai tambah yang berasal dari sumber daya manusia ini telah menjadi akut pada bangsa ini. Selayaknya, pemimpin nasional ke depan selain menjadi the father of central gravity, maka dia juga harus punya pemikiran besar yang dapat menggerakkan perekonomian dengan lonjakan yang besar, dan memecahkan kebuntuan solusi persoalan peningkatan nilai tambah sumber daya manusia. Karena itu, kunci utama pada semua jenis pintu-pintu pembangunan ekonomi nasional sejatinya terletak pada sumber daya manusianya dan ledakan nilai tambahnya. Setelah itu: Silakan kencangkan sabuk pengaman Anda, lalu dengan penuh optimistis kita saksikan, perekonomian nasional kita akan melaju dengan sangat kencang. InsyaAllah.
  • 47. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 43 F. Economic Outlook Hingga tulisan ini dimuat, perekonomian Indonesia masih tetap bergerak dalam tren yang positif, namun sejumlah indikator memberi sinyal yang mengkhawatirkan. Indikator daya saing Indonesia masih tetap lemah yang terefleksikan pada pelemahan kurs rupiah yang tidak diikuti oleh kenaikan nilai ekspor secara signifikan. Akibatnya, nilai impor yang melonjak tidak bisa diimbangi oleh kenaikan ekspor yang cukup, sehingga ekspor neto menjadi turun. Selain itu, Bank Indonesia tidak melakukan kebijakan moneter yang drastis karena upaya perbaikan pada neraca perdagangan dan neraca pembayaran juga harus diikuti dengan kebijakan pemerintah. Sementara itu, indikator lain menunjukkan beban keuangan negara yang meningkat akibat proyeksi penurunan target penerimaan negara dan subsidi BBM yang sangat tinggi. Pembahasan terakhir pada 13 Juni 2014 di Badan Anggaran DPR dan pemerintah memutuskan defisit 2,4% dari PDB ditutup dengan penerbitan SBN sebesar IDR 72 triliun. Menariknya, meskipun terdapat beban subsidi yang besar akibat impor BBM, namun subsidi dalam RAPBNP justru turun dari pagu awal dalam RAPBNP IDR 285 triliun menjadi IDR 246,49 triliun. Konsekuensinya, pemerintah baru nanti akan mendapat carry over beban subsidi ini sebesar IDR 46,26 triliun. Berbagai perkembangan ekonomi nasional ini kemudian ditangkap dalam GAMA LEI yang memprediksikan penurunan siklus perekonomian Indonesia. Perlu dicatat bahwa penurunan siklus perekonomian tidak serta merta berakibat pada penurunan pertumbuhan ekonomi karena siklus ekonomi sudah mengeluarkan faktor-faktor yang sifatnya . Seiring volatile dengan hal tersebut, konsensus ekonomi memperkirakan pertumbuhan ekonomi ( ) pada kuartal II-2014 masih akan meningkat meskipun y-o-y tinggi. Meskipun pertumbuhan ekonomi diproyeksikan naik, namun siklus PDB yang diperkirakan turun harus menjadi perhatian bagi pemangku kebijakan. Pembuat kebijakan tidak boleh hanya memperhatikan aspek teknis dari kebijakan, mereka juga harus terbuka dan tegas agar mendapat dari trust masyarakat. Terakhir, relatif suksesnya Pemilu Legislatif berhasil menghindarkan perekonomian Indonesia dari instabilitas, sehingga hal ini harus dipertahankan menjelang Pemilu Presiden pada 9 Juli nanti. Hal ini penting karena perekonomian yang tumbuh merupakan prasyarat bagi kesejahteraan sosial dan masyarakat yang berkeadilan.
  • 48. INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK TIM MACROECONOMIC DASHBOARD MACROECONOMIC DASHBOARD FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA Pertamina Tower Building Lt. 4 Ruang 4.1 Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp: +62 274 548 517 ext 373 Email: iero@email.macroeconomicdashboard.com Website: www.macroeconomicdashboard.com Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc. Head of Researcher sadining@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Prof. Dr. Samsubar Saleh, M.Soc. Sc. Senior Researcher samsubar@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Rosa Kristiadi, M.Comm Researcher rosa.kristiadi@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Zira Brenda Wiranti, S.E. Junior Researcher zirabrenda@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Ade Febriady Research Assistant febriady@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Dyah Savitri Pritadrajati Research Assistant dyah.prita@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Prof. Dr. Tri Widodo, M.Ec.Dev. Senior Researcher triwidodo@feb.ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Muhammad Ryan Sanjaya, MIntDevEc. Researcher m.ryan.sanjaya@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Galih Adhidharma, S.E. Junior Researcher galih@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Ganendra Widigdya Research Assistant ganendra@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Traheka Erdyas Bimanatya Research Assistant bimanatya@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Mohammad Rizki Hutomo Research Assistant, Web Developer and Layout hutomo.mr@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373