SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
Download to read offline
INDONESIAN ECONOMIC
REVIEW AND OUTLOOK
No 3/Tahun III/September2014
Macroeconomic Dashboard
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Harapan di Tengah Tantangan
dan Peluang Pemerintah Mendatang
Kata Pengantar
Selamat	membaca
Prof.	Dr.	Sri	Adiningsih,	M.Sc
Head	of	Researcher	
Macroeconomic	Dashboard
Indonesian	 Economic	 Review	 and	 Outlook	 (IERO)	
adalah	 buletin	 ilmiah	 kuartalan	 yang	 membahas	
gambaran	 umum	 terkini	 perekonomian	 Indonesia	
disertai	prospeknya	di	masa	mendatang,	Buletin	ini	
diterbitkan	 oleh	 Macroeconomic	 Dashboard	 yang	
merupakan	 fasilitas	 laboratorium	 ekonomi	 makro	
yang	dikembangkan	Fakultas	Ekonomika	dan	Bisnis	
Universitas	 Gadjah	 Mada	 bekerjasama	 dengan	 PT	
Bank	Mandiri	(Persero)	Tbk	sejak	tahun	2012.
Dalam	 melihat	 prospek	 perekonomian	 Indonesia,	
buletin	 ini	 menggunakan	 Konsensus	 Proyeksi	
Indikator	Makroekonomi	dari	para	akademisi	bidang	
ekonomi	 dan	 juga	 secara	 khusus	 mengembangkan	
Gadjah	Mada	Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI)	sebagai	instrumen	proyeksi	
perekonomian	 yang	 dikembangkan	 secara	 orisinil	 oleh	 tim	 Macroeconomic	
Dashboard.	 GAMA	 LEI	 yang	 telah	 terbukti	 mampu	 memprediksikan	 siklus	
perekonomian	Indonesia	secara	tepat	selama	enam	kuartal,	selalu	terus	mengalami	
penyempurnaan	 pada	 setiap	 edisinya	 agar	 dapat	 menjadi	 alat	 indikasi	 siklus	
perekonomian	Indonesia	yang	semakin	dapat	dipercaya	oleh	para	penggunanya.
Dengan	outreach	tiap	minggunya	mencapai	lebih	kurang	seribu	orang	pembaca	per-
minggu	baik	dalam	bentuk	fisik	maupun	versi	online	serta	outreach	total	yang	hampir	
mencapai	 hingga	 setengah	 juta	 pembaca,	 IERO	 pada	 edisi	 ini	 mengangkat	 tema:	
“Harapan	 di	 Tengah	 Tantangan	 dan	 Peluang	 Pemerintahan	 Mendatang”.	 Tema	 ini	
diangkat	untuk	menangkap	harapan	besar	dari	seluruh	lapisan	masyarakat	Indonesia	
akan	 masa	 depan	 ekonomi	 Indonesia	 yang	 penuh	 tantangan	 terutama	 dikaitkan	
dengan	 menjelangnya	 kehadiran	 ASEAN	 Economic	 Community	 2015	 namun	 di	
tengah	 kegentingan	 tren	 pertumbuhan	 ekonomi	 yang	 justru	 menunjukkan	
perlambatan.	 Semoga	 pemerintahan	 mendatang	 mampu	 mengubah	 momentum	
untuk	menjadikan	perekonomian	Indonesia	kembali	kuat	dan	berkelanjutan.
Daftar Isi
RINGKASAN	EKSEKUTIF	...........................................................................................	 1
A.		 PERKEMBANGAN	EKONOMI	MAKRO	DAN	FISKAL
	 1.	 Kontraksi	pengeluaran	pemerintah	berdampak	buruk	pada
	 	 perekonomian.....................................................................................................	 3
	 2.	 Keuangan	Pemerintah	masih	terus	tergerus	subsidi.........................	 6
	 3.	 Penurunan	tingkat	kemiskinan	belum	dibarengi	turunnya
	 	 tingkat	disparitas	antardaerah....................................................................	 9
B.	 SITUASI	MONETER	DAN	PASAR	KEUANGAN
	 1.	 Tidak	banyak	perkembangan	pada	sektor	moneter	Indonesia.....	 11
	 2.	 Utang	pemerintah	Indonesia	masih	terus	meningkat.......................	 18
	 3.	 Perbaikan	neraca	pembayaran	belum	diikuti	perbaikan	pada
	 	 neraca	perdagangan.........................................................................................	 22
C.	 GAMA	LEI	DAN	KONSENSUS	PROYEKSI	EKONOMI
	 1.	 GAMA	Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI).................................	 26
	 2.	 Konsensus	Proyeksi	Indikator	Makroekonomi.....................................	 27
D.	 PERKEMBANGAN	EKONOMI	REGIONAL....................................................	 30
E.	 ASEAN:	Memasuki	ASEAN	Economic	Community	2015
	 Di	Tengah	Bayang-Bayang	Tantangan	Perekonomian	Kawasan	 35
F.	 ISU	TERKINI..............................................................................................................	 42
G.	 ECONOMIC	OUTLOOK..........................................................................................	 46
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada iii
Daftar Istilah
	 AEC	 ASEAN	Economic	Community
	 APBN	 Anggaran	Penerimaan	dan	Belanja	Negara
	 APBNP	 Anggaran	Penerimaan	dan	Belanja	Negara	Perubahan
	 ASEAN	 Association	of	South	East	Asian	Nations
	 BBM	 Bahan	Bakar	Minyak
	 BI	 Bank	Indonesia
	 BPS	 Badan	Pusat	Statistik
	 bps	 basis	point
	 c.q.	 Casu	Quo	(dalam	hal	ini)
	 DPR	 Dewan	Perwakilan	Rakyat
	 ECB	 European	Central	Bank	(Bank	Sentral	Eropa)
	 EUR	 Euro
	 FFR	 Fed	Fund	Rate,	Suku	Bunga	Acuan	The	Fed
	 fob	 free	on	board
	 FOMC	 Federal	Open	Market	Committee,	Dewan	Pengambil	Kebijakan	
Moneter	The	Fed
	 GAMA	LEI	 Gadjah	Mada	Leading	Economic	Indicator
	 GST	 Goods	And	Service	Tax
	 HDI	 Human	Development	Index
	 IDR	 Indonesian	Rupiah
	 IHSG	 Indeks	Harga	Saham	Gabungan
	 IPM	 Indeks	Pembangunan	Manusia
	 JPKE	 Jabatan	Perancang	Kemajuan	Ekonomi
	 LHS	 Left	Hand	Side
	 LPS	 Lembaga	Penjamin	Simpanan
	 Migas	 Minyak	dan	Gas	Bumi
	 Minerba	 Mineral	dan	Batubara
	 MK	 Mahkamah	Konstitusi
	 MKB	 Makroekonomika	Konsensus	Baru
	 m-t-m	 month-to-month
	 NKRI	 Negara	Kesatuan	Republik	Indonesia
	 OJK	 Otoritas	Jasa	Keuangan
	 PDB	 Produk	Domestik	Bruto
	 q-t-q	 quarter-to-quarter
	 Rasio	Gini	 Alat	Ukur	Derajat	Ketidakmerataan	Distribusi	Penduduk
	 RHS	 Right	Hand	Side
	 RPJMN	 Rencana	Pembangunan	Jangka	Menengah	Nasional
	 SBI	 Sertifikat	Bank	Indonesia
	 SBN	 Surat	Berharga	Negara
	 SUN	 Surat	Utang	Negara
	 The	Fed	 The	Federal	Reserve	(Bank	Sentral	Amerika)
	 UBI	 Uang	Bank	Indonesia
	 UNKRI	 Uang	Negara	Kesatuan	Republik	Indonesia
	 USD	 Dolar	Amerika
	 UU	 Undang-Undang
	 y-o-y	 year-on-year
	 y-t-d	 year-to-date
Indonesian Economic Review and Outlookiv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tindakan	pemerintah	melalui	penghematan	anggaran	sebesar	IDR	43	triliun	
berdampak	 pada	 mengecilnya	 kontribusi	 sektor	 publik	 terhadap	
pertumbuhan	 ekonomi.	 Pada	 kuartal	 II-2014	 terjadi	 kontraksi	 konsumsi	
pemerintah	sebesar	-0,71%	(y-o-y),	padahal	ekonomi	tumbuh	sebesar	5,12%	
(y-o-y).	Begitu	pula	efek	multiplier	dari	Pemilu	ternyata	tidak	sebesar	yang	
diharapkan.	Sementara	itu	dari	sisi	perdagangan	internasional	juga	terjadi	
penurunan	kinerja	ekspor	yang	salah	satunya	disebabkan	oleh	UU	Minerba	
yang	membatasi	ekspor	bahan	tambang	mentah.
Pertumbuhan	 ekonomi	 yang	 lebih	 rendah	 dari	 asumsi	 APBNP	 2014	
berdampak	 pada	 penurunan	 penerimaan	 pemerintah	 dari	 pajak.	 Kabar	
buruk	 rendahnya	 penerimaan	 pemerintah	 hingga	 saat	 ini	 masih	 diiringi	
dengan	beban	subsidi	BBM	yang	terus	meningkat.	Pertamina	sebagai	BUMN	
yang	bertanggung	jawab	dalam	distribusi	BBM	bahkan	sempat	melakukan	
operasi	 pengendalian	 BBM	 bersubsidi	 jenis	 solar	 dan	 premium.	 Apabila	
permasalahan	 subsidi	 yang	 tidak	 tepat	 sasaran	 ini	 tidak	 segera	
ditindaklanjuti	maka	beban	fiskal	pemerintah	ke	depan	tentu	akan	makin	
berat.	Perlu	diingat	bahwa	dengan	adanya	subsidi	BBM	maka	sesungguhnya	
ada	 ongkos	 yang	 mesti	 ditanggung	 (opportunity	 cost)	 berupa	 program-
program	 pembangunan	 yang	 tidak	 terwujud	 seperti	 program	
pengembangan	infrastruktur	dan	pengentasan	orang	miskin.	Statistik	pada	
Maret	2014	menunjukkan	masih	ada	28,28	juta	orang	miskin,	dimana	tingkat	
kemiskinan	tertinggi	terjadi	di	luar	Pulau	Jawa	seperti	Maluku	dan	Papua	
(23,15%),	Bali	dan	Nusa	Tenggara	(14,42%),	dan	Sulawesi	(11,71%).
Perkembangan	dari	sisi	moneter	dan	keuangan	masih	menunjukkan	prospek	
yang	positif	dimana	IHSG	masih	terus	tumbuh	begitu	pula	dengan	cadangan	
devisa	 yang	 naik	 berkat	 penerbitan	 Eurobond	 perdana	 RI	 yang	
oversubscribed	hingga	6,7	kali.	Kebijakan	BI	masih	tetap	konsisten	dengan	
mempertahankan	BI	rate	pada	7,5%	meski	nilai	rupiah	yang	lemah	masih	
terus	berlanjut.	Apabila	tidak	ada	perubahan	signifikan	pada	kondisi	internal	
(defisit	 neraca	 perdagangan,	 pertumbuhan	 ekonomi)	 maupun	 kondisi	
eksternal	(ketidakstabilan	kawasan,	usainya	quantitative	easing	di	AS	tahun	
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1
depan)	 maka	 sepertinya	 kurs	 saat	 ini	 mungkin	 merupakan	 nilai	
keseimbangan	yang	baru	dan	akan	bertahan	lama.	Namun	demikian	nilai	
rupiah	di	dalam	negeri	(inflasi)	masih	tetap	terjaga	pasca-lebaran	lalu.
Prediksi	 GAMA	 LEI	 menunjukkan	 kecenderungan	 penurunan	 siklus	
perekonomian	(PDB)	Indonesia	pada	kuartal	III-2014.	Sementara	itu	hasil	
konsensus	memperkirakan	pertumbuhan	sebesar	5,22%	pada	kuartal	III-
2014	atau	5,68%	untuk	keseluruhan	tahun	2014.	Namun	perlu	dicatat	bahwa	
relatif	 suksesnya	 pelaksanaan	 Pemilu	 Presiden	 lalu	 seharusnya	 turut	
menyumbang	 optimisme	 pada	 perekonomian	 di	 masa	 depan,	 terutama	
pasca-pelantikan	presiden	baru	yang	rencananya	akan	dilakukan	pada	20	
Oktober	2014	yang	akan	datang.
Pada	 edisi	 kali	 ini	 Tim	 Macroeconomic	 Dashboard	 menyajikan	 liputan	
perdana	 perkembangan	 ekonomi	 regional.	 Telaah	 atas	 pertumbuhan	
ekonomi	di	33	provinsi	menunjukkan	hanya	12	provinsi	yang	mengalami	
ekspansi	 ekonomi	 sepanjang	 kuartal	 I	 dan	 II	 2014.	 UU	 Minerba	 kembali	
menjadi	 sorotan	 akibat	 belum	 siapnya	 daerah	 dalam	 menyiapkan	
infrastruktur	serta	sektor	swasta	dalam	investasi	pengolahan	hasil	tambang	
(termasuk	smelter).	Meskipun	inflasi	di	daerah	relatif	terjaga	terutama	di	
Sumatera	 dan	 Sulawesi,	 namun	 terjadi	 peningkatan	 ketimpangan	
pendapatan	terutama	di	Jawa	dan	Sulawesi.
Dalam	 bulan-bulan	 menjelang	 Masyarakat	 Ekonomi	 ASEAN	 2015	 kondisi	
kawasan	di	ASEAN	masih	menunjukkan	kerapuhan	struktur	fundamental	
ekonomi	 akibat	 belum	 terdiversifikasinya	 struktur	 perekonomian	 dan	
permasalahan	di	keuangan	pemerintah.	Sejumlah	tantangan	yang	dihadapi	
negara-negara	ASEAN	diantaranya	adalah	rencana	rasionalisasi	harga	BBM	
di	Indonesia	dan	Malaysia,	rencana	penerapan	Goods	and	Service	Tax	(GST)	
baru	di	Malaysia	pada	tahun	2015,	rencana	kenaikan	Value	Added	Tax	(VAT)	
sebesar	10%	dan	gaji	pegawai	negeri	sipil	sebesar	8%	di	Thailand	pada	tahun	
2015,	serta	stabilitas	politik	domestik	yang	masih	belum	kondusif	terutama	
di	Kamboja	dan	Thailand.	Begitu	juga	potensi	pembalikan	arus	modal	akibat	
rencana	kenaikan	Fed	Funds	Rate	turut	membayangi	pasar	saham	kawasan	
dan	 nilai	 tukar.	 Meskipun	 demikian,	 negara-negara	 ASEAN-5	 (kecuali	
Indonesia)	 mampu	 mencatatkan	 pertumbuhan	 ekonomi	 kuartal	 II-2014	
diatas	ekspektasi.	
Indonesian Economic Review and Outlook2
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 3
1.	 Kontraksi	pengeluaran	pemerintah	berdampak	buruk	pada	
perekonomian
Pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 pada	 kuartal	 II-2014	 melambat.	
Menurut	 data	 yang	 dilansir	 BPS,	 pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 pada	
kuartal	II-2014	hanya	tercatat	sebesar	5,12%	(y-o-y).	Angka	tersebut	jauh	
lebih	 rendah	 ketimbang	 pertumbuhan	 ekonomi	 pada	 periode	 yang	 sama	
tahun	sebelumnya	yang	mencapai	5,76%	(y-o-y).	Dalam	beberapa	kuartal	
terakhir,	pertumbuhan	ekonomi	Indonesia	memang	menunjukkan	tren	yang	
terus	 melambat,	 sehingga	 turut	 menyulitkan	 upaya	 pemerintah	 untuk	
mencapai	target	pertumbuhan	ekonomi	tahun	2014	sebesar	5,5%	(y-o-y).	
Hal	ini	menjadi	tantangan	yang	berat	bagi	pemerintah	mendatang.
A. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN FISKAL
Gambar	1:	Pertumbuhan	PDB	Indonesia	Atas	Dasar	Harga	Konstan	2000	
Menurut	Lapangan	Usaha,	2012	-	2014	(y-o-y,	dalam	%)	
Pertumbuhan	ekonomi	Indonesia	pada	kuartal	II-2014	menyentuh	angka	
terendah	selama	3	tahun	terakhir
Catatan:	
Sektor	Primer:	Sektor	Pertanian,	Peternakan,	Kehutanan	dan	Perikanan;	dan	Sektor	Pertambangan	
dan	Penggalian	
Sektor	Industri:	Sektor	Industri	Pengolahan;	Sektor	Listrik,	Gas	dan	Air	Bersih;	dan	Sektor	Konstruksi	
Sektor	Jasa:	Sektor	Perdagangan,	Hotel	dan	Restoran;	Sektor	Pengangkutan	dan	Komunikasi;	Sektor	
Keuangan,	Real	Estat	dan	Jasa	Perusahaan;	dan	Sektor	Jasa-jasa
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Indonesian Economic Review and Outlook4
Dari	 sisi	 lapangan	 usaha,	 perlambatan	 pertumbuhan	 ekonomi	 pada	
kuartal	II-2014	terutama	disebabkan	oleh	penurunan	kinerja	sektor	
pertambangan	 dan	 penggalian	 yang	 mengalami	 kontraksi	 sebesar	 -
0,15%	(y-o-y).	 	 	 	 	 	 	 	 	Hal	ini tidak lepas dari menurunnya ekspor batubara serta
dampak dari pemberlakuan	 Undang-Undang	 Mineral	 dan	 Batubara	 (UU		 	
Minerba).	Sejak diberlakukannya	UU	Minerba pada	12	Januari	2014	lalu,		 	
sektor pertambangan dan penggalian terus mengalami kontraksi	 (pada	 	 	 	 	 	 	
kuartal	 I-2014,	 Sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami	 	 	 	 	 	
kontraksi hingga mencapai	-0,26%	( )).	 	 y-o-y 	Meskipun	begitu,	Sektor	primer	
(yang	terdiri	dari	sektor	pertanian,	peternakan,	kehutanan	dan	perikanan	
dan	sektor	pertambangan	dan	penggalian)	mampu	tumbuh	mencapai	2,13%	
(y-o-y)	pada	kuartal	II-2014,	lebih	tinggi	dibandingkan	kuartal	I-2014	yang	
hanya	mencapai	1,93%	(y-o-y).
Pertumbuhan	sektor	primer	tersebut	ditopang	oleh	sektor	pertanian,	
peternakan,	kehutanan	dan	perikanan	yang	tumbuh	lebih	tinggi	pada	
kuartal	II-2014	hingga	mencapai	3,39%	(y-o-y).	Hal	ini	terkait	dengan	
masa	panen	raya	yang	berlangsung	pada	bulan	April	hingga	bulan	Juni	2014.	
Selanjutnya,	 pertumbuhan	 sektor	 ndustri	 dan	 sektor	 jasa	 pun	 turut	i
menurun	meskipun	perlambatan	yang	terjadi	tidak	terlalu	signifikan.	Pada	
kuartal	II-2014,	pertumbuhan	sektor	industri	dan	sektor	jasa	masing-masing	
mencatatkan	nilai	sebesar	5,37%	(y-o-y)	dan	6,19%	(y-o-y),	melambat	jika	
dibandingkan	dengan	kuartal	I-2014	di	mana	sektor	industri	dan	sektor	jasa	
yang	dapat	tumbuh	masing-masing	mencapai	5,44%	(y-o-y)	dan	6,44%	(y-o-
y).
Sementara	itu,	pada	sisi	pengeluaran,	perlambatan	pertumbuhan	pada	
kuartal	II-2014	terjadi	pada	hampir	semua	sektor.	Menurut	data	BPS,	
pertumbuhan	 ekonomi	 kuartal	 II-2014	 ditopang	 oleh	 konsumsi	 rumah	
tangga	yang	masih	tumbuh	stabil	(4,84%,	 ),	salah	satunya	disebabkan	y-o-y
oleh	 pelaksanaan	 	 yang	 ikut	 tercermin	 dari	Pemilihan	 Umum	 (Pemilu)
tumbuhnya	 industri	 kertas	 (6,70%,	 ) 	 makanan	 (11,27%,	 ) 	 dan	y-o-y , y-o-y ,
minuman	 (2,96%,	 )	 pada	 kuartal	 II-2014.	 	 	 	y-o-y Namun kontribusi Pemilu
tersebut tidak terlalu signifikan,	mengingat angka pertumbuhan konsumsi	 	 	 	 	 	 	
rumah tangga pada kuartal	 II-2014	 tidak setinggi kuartal	 I-2014	 yang		 	 	 	 	
mencapai	5,41%	(y-o-y).
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 5
Perkembangan Ekonomi Makro dan Fiskal
Selanjutnya,	perlambatan	pertumbuhan	ekonomi	pada	kuartal	II-2014	
juga	disebabkan	oleh	konsumsi	pemerintah	yang	mengalami	kontraksi	
sebesar	-0,71%	(y-o-y).	Hal	ini	terkait	dengan	penangguhan	penyaluran	
dana	Bantuan	Sosial	(Bansos)	yang	diimbau	Komisi	Pemberantasan	Korupsi	
(KPK)	 pada	 April	 2014	 hingga	 Pemilu	 usai	 serta	 penghematan	 belanja	
kementerian	 dan	 lembaga.	 Selain	 itu,	 sektor	 yang	 juga	 ikut	 mengalami	
penurunan	kinerja	pada	kuartal	II-2014	adalah	ekspor	neto.	Meskipun	impor	
mencatatkan	nilai	kontraksi	hingga	mencapai	-5,02%	(y-o-y)	pada	kuartal	II-
2014,	tekanan	pada	kinerja	ekspor	neto	tetap	terjadi	terutama	disebabkan	
oleh	kontraksi	pada	ekspor	yang	mencapai	-1,04%	(y-o-y).	Sementara	itu,	
Pemilihan	 Presiden	 (Pilpres)	 ikut	 memberikan	 dampak	 pada	 investasi	 di	
mana	 para	 investor	 masih	 mencari	 aman	 dan	 melakukan	 wait	 and	 see,	
sehingga	 pertumbuhan	 investasi	 juga	 ikut	 mengalami	 perlambatan	 pada	
kuartal	II-2014	menjadi	4,53%	(y-o-y)	dari	kuartal	I-2014	yang	mencapai	
5,41%(y-o-y).
Gambar	2:	Pertumbuhan	PDB	Indonesia	Atas	Dasar	Harga	Konstan	2000	
Menurut	Pengeluaran,	Tahun	2012	-	2014	(y-o-y,	dalam	%)
Kontraksi	konsumsi	pemerintah	serta	melambatnya	konsumsi	rumah	
tangga	pada	kuartal	II-2014	menunjukkan	Pemilu	belum	signifikan	dorong	
pertumbuhan	ekonomi
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Indonesian Economic Review and Outlook6
2.	 Keuangan	Pemerintah	masih	terus	tergerus	subsidi
Laporan	 terbaru	 realisasi	 anggaran	 Kementerian	 Keuangan	
menunjukkan,	 sepanjang	 kuartal	 II	 Januari-Juni	 2014,	 realisasi	
penyaluran	subsidi	BBM	mencapai	IDR	100,7	triliun	(43,9%	dari	pagu	
anggaran	APBNP	2014),	melonjak	tajam	dibanding	realisasi	periode	
kuartal	I-2014	yang	hanya	IDR	20,0	triliun.	Selain	itu	pemerintah	dan	DPR	
menyepakati	bahwa	volume	kuota	BBM	bersubsidi	dikurangi	dari	48	juta	kl	
(kiloliter)	menjadi	46	juta	kl.	Risiko	yang	harus	diterima	pemerintah	adalah	
ruang	fiskal	untuk	program	pembangunan	lainnya	menipis.	Apabila	tidak	ada	
perubahan	dalam	skema	subsidi	BBM,	maka	dikhawatirkan	anggaran	BBM	
bersubsidi	tidak	akan	bisa	memenuhi	kebutuhan	BBM	sampai	akhir	tahun.
Penurunan	pertumbuhan	ekonomi	mempengaruhi	penerimaan	pajak.	
Pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 menurun	 pada	 kuartal	 II-2014	 sebesar	
5,12%	( ),	lebih	rendah	dari	asumsi	APBNP	2014	sebesar	5,5%,	sehingga	y-o-y
berdampak	pada	turunnya	penerimaan	pajak.
Dari	 total	 penerimaan	 APBNP	 2014,	 target	 penerimaan	 perpajakan	
turun	IDR	34,3	miliar	dari	target	APBN	2014.	Penerimaan	pajak	dalam	
negeri	ditargetkan	mencapai	IDR	1.226,2	miliar	mengalami	penurunan	pada	
APBNP	2014	mencapai	IDR	1.189,6	miliar.	Penurunan	target	ini	dikarenakan	
realisasi	penerimaan	perpajakan	tahun	2013	yang	tidak	mencapai	target	
juga	menyebabkan	basis	perhitungan	untuk	penerimaaan	perpajakan	tahun	
2014	menjadi	lebih	rendah,	sehingga	penerimaan	perpajakan	dalam	APBNP	
2014	menjadi	lebih	rendah.	Di	sisi	lain,	penurunan	pertumbuhan	ekonomi,	
serta	 masih	 lemahnya	 kinerja	 ekspor	 juga	 menjadi	 pemicu	 turunnya	
Sumber:	Kementrian	keuangan	(2014)	
Tabel	1:	Penerimaan	Perpajakan	dalam	Negeri	2013-2014	(IDR	miliar)
Target	Penerimaan	Pajak	dari	hasil	pengesahan	APBNP	2014	mengalami	
penurunan
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 7
penerimaan	 pajak	 karena	 sebagian	 besar	 penerimaan	 pajak	 berasal	 dari	
perusahaan	komoditas	yang	berbasis	ekspor.
Proporsi	 penyerapan	 APBN	 per	 Juli	 kuartal	 II-2014	 tercatat	 lebih	
rendah	 dibandingkan	 dengan	 APBNP	 2013	 per	 Juli	 kuartal	 II.	 Pada	
kuartal	II	Juli	2014,	belanja	negara	baru	mencapai	47,3%	sedangkan	bila	
dibandingkan	 dengan	 periode	 yang	 sama	 dengan	 tahun ,	 sudah		 2013
terealisasi	 48,6%.	 Namun	 secara	 nominal,	 pada	 realisasi	 belanja	 di	 2014	
lebih	 tinggi	 dibandingkan	 periode	 yang	 sama	 pada	 tahun	 sebelumnya.	
Sementara	itu,	realisasi	penerimaan	APBNP	per	kuartal	II-2014	lebih	tinggi	
dibandingkan	 pada	 APBNP	 2013	 kuartal	 II.	 Penerimaan	 APBN	 tercatat	
mencapai	50,2%	dari	total	target	penerimaan	negara	dalam	APBN	2014.	
Angka	ini	lebih	tinggi	dari	APBNP	2013	sebesar	49,5%.	Hal	ini	menandakan	
adanya	perbaikan		penerimaan	pendapatan	negara	yang	cukup	baik.
Belanja	pemerintah	tahun	ini	dipotong	IDR	43	triliun.	Kondisi	tersebut	
dinilai	belum	bisa	memacu	pertumbuhan	ekonomi.	Target	anggaran	awal	
penghematan	belanja	yang	disepakati,	pemotongan	anggaran	Kementerian	
dan	 Lembaga	 (K/L)	 dari	 IDR	 100	 triliun	 hanya	 menjadi	 IDR	 43	 triliun.	
Pemotongan	belanja	diutamakan	pada	belanja	barang	serta	meminimumkan	
pemotongan	 belanja	 modal.	 Berdasarkan	 Surat	 Menteri	 Keuangan	 No.	 S-
3347/MK.02/2014	tentang	 rincian	perubahan	 belanja	 K/L	 APBN-P	2014	
ditetapkan	 perubahan	 pagu	 anggaran	 Kementerian	 Koordinator	
Kesejahteraan	 Rakyat	 yang	 semula	 IDR	 218,3	 miliar	 menjadi	 IDR	 194,3	
miliar	atau	hanya	berkurang	IDR	24	miliar.	Selain	itu,	anggaran	Kementerian	
Koordinator	Politik,	Hukum	dan	Keamanan	IDR	514,3	miliar	dipotong	IDR	66	
miliar	 menjadi	 IDR	 448,3	 dan	 anggaran	 Kementerian	 Koordinator	
Perekonomian	IDR	324,9	miliar	dipotong	IDR	33,6	miliar	menjadi	IDR	291,26	
miliar.
Tabel	2:	Realisasi	Belanja	APBNP	2014	Juli	2013:Q2	–	Juli	2014:Q2
Proporsi	realisasi	belanja	APBNP	2014:Q2	menurun,	namun	pencapaian	
penerimaan	APBNP	2014:Q2	meningkat
Sumber:	Kementrian	Keuangan,	I-account	(diolah,	2014)
Perkembangan Ekonomi Makro dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook8
Sejumlah	 asumsi	 makroekonomi	 Indonesia	 mengalami	 perubahan	
dalam	APBNP	2014. Pada		 18	Juni	2014	disepakati	Anggaran	Pendapatan	
dan	Belanja	Negara	Perubahan	(APBNP)	2014 	 	, beberapa	asumsi	ekonomi	
makro	 mengalami	 perubahan.	 Pada	 nilai	 tukar	 yang	 disetujui	 oleh	 DPR	
sebesar	IDR	11.600	yang	sebelumnya	sebesar	IDR	10.500.	Pelemahan	nilai	
tukar	ini	berpotensi	membengkak	pada	belanja	negara	khususnya	anggaran	
subsidi	listrik	dan	BBM.
Pemerintah	 sudah	 mengajukan	 RAPBN	 2015	 yang	 sekarang	 tengah	
didiskusikan	 dengan	 DPR.	 Penerimaan	 negara	 dalam	 RAPBN	 2015	
direncanakan	 mencapai	 IDR	 1.762,3	 triliun,	 sedangkan	 belanja	 negara	
direncanakan	mencapai	IDR	2.019,9	triliun.	Sehingga,	dalam	RAPBN	2015	
terdapat	defisit	anggaran	sebesar	IDR	257,3	triliun	atau	2,32%	terhadap	
PDB dengan	total	nilai	IDR	363	triliun	.	Sementara	itu,	besarnya	subsidi	energi	
telah	membuat	ruang	fiskal	 terbatas.	menjadi	 Beberapa	asumsi	makro	pada	
RAPBN	2015	dinilai	optimis	ketika	dikaitkan	dengan	kondisi	ekonomi	saat	
ini.	Selain	itu	 nanti	akan	fiscal	space	yang	sempit	membuat	pemerintah	baru	
sulit	 untuk	 mengalokasikan	 dana	 untuk	 mewujudkan	 visi	 misi	 yang	
dijanjikan	selama	masa	kampanye.
Tahun	 2015	 pemerintah	 harus	 bekerja	 keras	 untuk	 mendapatkan	
ruang	fiskal	untuk	membiayai	realisasi	visi	misinya.	Dalam	APBN	2015	
telah	ditetapkan	defisit	anggaran	sebesar	IDR	257,4	triliun	(2,32%	dari	PDB),	
lebih	besar	dibandingkan	APBN-P	2014	yaitu	IDR	241,3	triliun	(2,4%	dari	
PDB).	Rencana	belanja	negara	mengalami	kenaikan	dari	IDR	1.635,5	triliun	
pada	 APBN-P	 2014	 sampai	 pada	 RAPBN	 2015	 yaitu	 IDR	 1.762,3	 triliun.	
Tabel	3:	Perbandingan	Asumsi	Makro	dalam	APBN	2014,	APBN-P	2014	
dan	RAPBN	2015
Perekonomian	yang	kurang	stabil	akan	mempengaruhi	pencapaian	
asumsi	indikator	makro	RAPBN	2015
Sumber:	Kementrian	Keuangan,	2014
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 9
Namun	demikian,	semua	pos	sudah	dianggarkan	oleh	pemerintah	sekarang.	
Apalagi	 	 belanja	 pemerintah	 pusat	 juga	 mengalami	 kenaikan	 7,3%	
sedangkan	transfer	ke	daerah	jumlahnya	bertambah	7,8%	dari	APBN-P	2014.	
Sehingga	pemerintah	baru	akan	kesulitan	untuk	membiayai	program	atau	
proyek	untuk	melaksanakan	visi	misinya	jika	tidak	ada	pengendalian	pada	
pos-pos	pendapatan	maupun	belanja	negara,	termasuk	pengendalian	atas	
subsidi	energi	yang	menyerap	18%	dari	belanja	pemerintah.
3.	 Penurunan	 tingkat	 kemiskinan	 belum	 dibarengi	 turunnya	
tingkat	disparitas	antardaerah
Jumlah	 penduduk	 miskin	 pada	 Maret	 2014	 turun	 tipis	 jika	
dibandingkan	dengan	September	2013.	Jumlah	penduduk	miskin	pada	
Maret	2014	mencapai	28,28	juta	orang	atau	sebesar	11,25%	dari	total	jumlah	
penduduk.	 Berdasarkan	 data	 yang	 dilansir	 BPS,	 sejumlah	 faktor	 terkait	
dengan	penurunan	jumlah	penduduk	miskin	pada	Maret	2014	antara	lain	
tekanan	inflasi	yang	cenderung	rendah,	harga	eceran	beberapa	komoditas	
Tabel	4:	Defisit	Anggaran	dalam	APBNP	2014	DAN	RAPBN	2015	(IDR	Triliun)
Target	defisit	anggaran	RAPBN	2015	2,32%
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)	
Tabel	5:	Perkembangan	Kemiskinan	dan	Ketimpangan	di	Indonesia	2011	-	2014
Angka	kemiskinan	di	Indonesia	membaik
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)	
Perkembangan Ekonomi Makro dan Fiskal
Indonesian Economic Review and Outlook10
bahan	 pokok	 yang	 menurun—seperti	 daging	 ayam	 ras,	 gula	 pasir,	 cabai	
merah	 dan	 telur	 ayam	 ras—serta	 perbaikan	 penghasilan	 petani	 di	 mana	
terdapat	 kenaikan	 upah	 buruh	 tani	 sebesar	 4,52	 %	 selama	 periode	
September	2013	hingga	Maret	2014.
Meskipun	begitu,	disparitas	antarprovinsi	masih	kian	tinggi.	Menurut	
publikasi	 BPS,	 secara	 berurutan,	 jumlah	 persentase	 penduduk	 miskin	
terbesar	ada	di	Pulau	Maluku	dan	Papua	(23,15%),	Bali	dan	Nusa	Tenggara	
(14,42%),	 Sulawesi	 (11,71%),	 Sumatera	 (11,21%),	 Jawa	 (10,83%)	 dan	
Kalimantan	(6,57%).	Tidak	hanya	itu,	sebagian	besar	penduduk	miskin	juga	
masih	terkonsentrasi	di	pedesaan.	Tercatat,	jumlah	penduduk	miskin	pada	
Maret	2014	di	daerah	perdesaan	sebanyak	17,77	juta	orang	sementara	di	
daerah	perkotaan	hanya	10,51	juta	orang.
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 11
1.	 Tidak	banyak	perkembangan	pada	sektor	moneter	Indonesia
Pada	penutupan	29	Agustus	2014,	pasar	saham	Indonesia	(IHSG)	masih	
menunjukkan	tren	positif	meski	melandai.	Meski	naik	tipis	(0,94%)	dari	
bulan	sebelumnya,	IHSG	berada	pada	level	5.136	pada	Agustus	2014.	Selain	
itu,	IHSG	memulai	babak	baru	dengan	 	harga	di	atas	5.000	benchmark	level
poin.	Bahkan,	pada	21	Juli	2014	IHSG	ditutup	pada	level	5.206,	level	tertinggi	
IHSG,	bertepatan	dengan	pengumuman	hasil	pemilu	presiden	2014.	Meski	
begitu,	 pada	 akhir	 Juni	 2014	 IHSG	 sempat	 ditutup	 melemah	 -0.31%	
dibanding	bulan	sebelumnya.	Selain	dikarenakan	likuiditas	ketat,	kondisi	
tersebut	dapat	menjadi	indikasi	dampak	strategi	“ “	investor	yang	wait	and	see
masih	berlanjut.	Diharapkan,	hal	ini	akan	segera	berakhir	seiring	dengan	
proses	 pemilu	 yang	 relatif	 aman	 dan	 optimisme	 pasar	 menyambut	
pemerintahan	 baru.	 Sementara	 itu,	 pada	 kuartal	 II-2014	 investor	 asing	
membukukan	pembelian	neto	sebesar	IDR	19,5	triliun,	meski	angka	tersebut	
masih	lebih	rendah	jika	dibandingkan	pembelian	neto	investor	asing	kuartal	
I-2014	 yang	 tercatat	 IDR	 24,62	 triliun.	 Lebih	 lanjut,	 indeks	 syariah	
B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN
Gambar	3:	Pergerakan	IHSG	dan	Indeks	Imbal	Hasil	SUN	Tenor	10	Tahun,																				
Agustus	2011	–	Agustus	2014	(%)
IHSG	tumbuh	moderat,	yield	SUN	kembali	naik
Sumber:	IDX,	CEIC,	dan	Bloomberg	(2014)
Indonesian Economic Review and Outlook12
menyumbang	60%	dari	kinerja	tingkat	kapitalisasi	total	IHSG	yang	sebesar	
IDR	5.200	triliun	triliun	( )	pada	27	Agustus	2014.y-t-d
Di	 sisi	 lain,	 pasar	 obligasi	 mencatat	 terjadi	 kenaikan	 imbal	 hasil	
obligasi	(yield)	SUN	pada	akhir	Agustus	2014. Yield	 	SUN	naik	sebesar	11	
bps	menjadi	8,28%	dibanding	bulan	sebelumnya.	Pada	akhir	Juli	2014,	yield	
SUN	tercatat	di	level	8,16%	sedangkan	pada	akhir	Juni	tercatat	di	level	8,35%.	
Fluktuasi	 tersebut	 terjadi	 karena	 investor	 masih	 meraba-raba	 kondisi	
perekonomian	 kedepannya	 terkait	 pemilu	 presiden,	 meski	 tingkat	 harga	
dapat	terkendali	dengan	baik.	Sementara	itu,	pembelian	neto	investor	asing	
pada	SBN	tercatat	IDR	42,68	triliun	pada	kuartal	II-2014	yang	meningkat	dari	
kuartal	I-2014	dengan	nilai	IDR	37,08	triliun.
Kurs	 rupiah	 tercatat	 melemah.	 Pada	 akhir	 Agustus	 2014,	 nilai	 kurs	
mencapapai	IDR	11.717	per	USD,	melemah	1,09%	dibandingkan	bulan	Juli	
2014	yang	sempat	menguat	3,16%	ke	level	IDR	11.591	per	USD	dibanding	
bulan	sebelumnya.	Pelemahan	tersebut	masih	terkait	dengan	berbagai	isu	
baik	internal	maupun	eksternal	Indonesia.	Dari	sisi	internal,	para	pemegang	
dolar	masih	menanti	perkembangan	politik	terutama	menjelang	penentuan	
koalisi	(Juni	2014)	dan	pengumuman	hasil	pemilu	(Juli	2014).	Selain	itu,	
defisit	 transaksi	 berjalan	 akibat	 defisit	 neraca	 perdagangan	 barang	 dan	
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)	
Gambar	4:	Cadangan	Devisa	Indonesia	(miliar	USD)	dan	Perkembangan	
Nilai	Tukar	(IDR/USD),	Agustus	2011	–	Agustus	2014
Cadangan	Devisa	Tercatat	USD	111,2	miliar,	rupiah	masih	di	atas	level	
11.500	per	dolar	pada	Agustus	2014
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 13
defisit	 neraca	 perdagangan	 jasa	 yang	 berlanjut	 serta	 pola	 musiman	
pembayaran	 utang	 luar	 negeri	 dan	 dividen	 di	 kuartal	 II	 juga	 menjadi	
sentiment	 negatif	 di	 pasar	 keuangan.	 Sedangkan	 dari	 sisi	 eksternal,	 isu	
geopolitik	di	Irak	dan	Ukraina	menyebabkan	pasar	dunia	berspekulasi	harga	
minyak	 sehingga	 investor	 menahan	 dolar.	 Meski	 begitu,	 hasil	 pemilu	
presiden	yang	sesuai	ekspektasi	pasar	membuat	rupiah	sempat	menguat	di	
akhir	Juli	2014.	
Untuk	 dapat	 mengakhiri	 pelemahan	 rupiah,	 pemerintah	 sebaiknya	
dapat	tegas	mengatur	impor	agar	dapat	mengendalikan	pembayaran	
eksternal	jangka	pendek	dan	mengatur	transaksi	dalam	valuta	asing.	
Sejauh	ini,	transaksi	berjalan	pada	kuartal	II-2014	masih	defisit	meski	lebih	
baik	 dibandingkan	 kuartal	 II-2013.	 Sementara	 itu,	 pengaturan	 transaksi	
valuta	 asing	 di	 Indonesia	 mulai	 diterapkan	 dengan	 instruksi	 Menteri	
Koordinator	 Bidang	 Perekonomian	 tentang	 keharusan	 penggunaan	 mata	
uang	rupiah	sebagai	alat	transaksi	di	pelabuhan	dimulai	pada	September	
2014.	Hal	ini	sebagai	cara	pengendalian	kurs	serta	menegakkan	amanat	UU	
No.	7	tahun	2011	tentang	Mata	Uang.
Cadangan	devisa	tetap	konsisten	dengan	tren	positif.	Pada	Agustus	2014,	
cadangan	devisa	berada	di	posisi	USD	111,2	miliar,	meningkat	tipis	USD	0,68	
miliar.	Angka	tersebut	menjadi	angka	tertinggi	sepanjang	1,5	tahun	terakhir,	
meski	belum	dapat	menyamai	pencapaian	Agustus	2011	dengan	rekor	USD	
124,6	miliar.	Sedangkan	pada	Juli	2014,	cadangan	devisa	menembus	angka	
USD	110,5	miliar	meningkat	USD	2,8	miliar	dari	bulan	sebelumnya.	Kenaikan	
devisa	pada	kuartal	II-2014	khusus	pada	Juli	2014,	turut	didukung	positifnya	
neraca	 transaksi	 modal,	 dan	 finansial	 mengiringi	 penerbitan	 	Eurobond
perdana.	Penerbitan	tersebut	terbilang	sukses	meraih	EUR	1	miliar	atau	USD	
1,4	miliar	dengan	catatan	mendapat	penawaran	( )	hampir	tujuh	kali	lipat	bid
( ),	bertepatan	dengan	pemangkasan	suku	bunga	acuan	Bank	oversubscription
Sentral	 Eropa	 (ECB)	 dari	 0,25%	 menjadi	 titik	 terendah	 0,15%	 pada	 Juni	
2014.	 	perdana	tersebut	mendapat	 	yang	cukup	baik	dengan	Eurobond rating
nilai	“BBB-“	(Fitch),	“BB+”	(S&P)	dan	“Baa3”	(Moody's).
Hingga	 saat	 laporan	 ini	 ditulis,	 suku	 bunga	 penjaminan	 LPS	 belum	
berubah.	 Suku	 bunga	 penjaminan	 dipertahankan	 di	 level	 7,75%.	 LPS	
nampaknya	belum	melihat	terjadinya	kenaikan	suku	bunga	tabungan	yang	
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook14
signifikan	secara	agregat.	Meski	begitu,	kondisi	moneter	Indonesia	masih	
mengalami	 pengetatan	 yang	 ditandai	 semakin	 tingginya	 suku	 bunga	
deposito.
Pergerakan	 suku	 bunga	 deposito	 masih	 terus	 menanjak.	 Pada	 Juni	
(kuartal	II)	2014,	suku	bunga	deposito	berjangka	satu	bulan	berada	pada	
level	8,32%,	naik	16	bps	dari	bulan	sebelumnya	(8,1%)	atau	naik	33	bps	dari	
kuartal	I	(7,99%).	Sedangkan	pada	Juli	2014,	suku	bunga	deposito	berjangka	
satu	bulan	di	level	8,41%,	naik	9	bps	dari	bulan	sebelumnya.	Angka	tersebut	
jauh	 berada	 di	 atas	 suku	 bunga	 penjaminan	 LPS.	 Tingginya	 suku	 bunga	
deposito	 tersebut	 menyebabkan	 suku	 bunga	 kredit	 turut	 meningkat	 dan	
likuiditas	 perbankan	 mengetat.	 Rata-rata	 suku	 bunga	 kredit	 tertimbang	
dalam	beberapa	bulan	terakhir	sebagai	berikut:	12,82%	(Juli	2014);	12,76%	
(Juni	 2014);	 dan	 12,75%	 (Mei	 2014).	 Penyaluran	 kredit	 pun	 melambat	
dengan	pertumbuhan	15%	( )	pada	Juli	2014	dari	sebelumnya	16,65%	y-o-y
( )	 pada	 Juni	 2014	 dan	 17,4%	 ( )	 pada	 Mei	 2014.	 Jika	y-o-y y-o-y
diperbandingkan	 antarkuartal,	 suku	 bunga	 kredit	 pada	 kuartal	 II-2014	
meningkat	 20	 bps	 dari	 kuartal	 I-2014	 yang	 sebesar	 12,56%	 sedangkan	
Gambar	 5:	 Perkembangan	 Tingkat	 Suku	 Bunga	 Penjaminan	 LPS	 dan	
Deposito,	2011	–	2014*	(%)
Suku	bunga	penjaminan	tetap,	tren	kenaikan	suku	bunga	deposito	belum	
berhenti
Catatan:	
*	=	Juli	2014	(deposito	berjangka)	dan	Agustus	2014	(suku	bunga	penjaminan)
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 15
pertumbuhan	kredit	melambat	dari	19,06%	( )	di	kuartal	I-2014.	Total	y-o-y
kredit	yang	tersalurkan	hingga	Juli	2014	mencapai	IDR	3.516,7	triliun.
Belum	 ada	 perubahan	 pada	 kebijakan	 moneter	 Indonesia.	 Sesuai	
dengan	 keputusan	 Dewan	 Gubernur	 Bank	 Indonesia	 pada	 11	 September	
2014	lalu,	BI	 	masih	dipertahankan	pada	level	7,5%.	Kebijakan	tersebut	Rate
diputuskan	setelah	melalui	pertimbangan	dari	perkembangan	inflasi	yang	
terkendali,	pemulihan	perekonomian	global	yang	ditopang	Amerika	Serikat,	
konsumsi	 domestik	 yang	 tetap	 baik	 meski	 diperkirakan	 melambat,	 dan	
kondisi	 pasar	 finansial	 yang	 terus	 positif.	 Di	 	 sisi	 lain,	 perekonomian	
Indonesia	 masih	 memiliki	 resiko	 antara	 lain:	 ketidakpastian	 dampak	
ekonomi	global	yang	berkaitan	erat	dengan	keberlajutan	 	tahun	tapering	off
ini	 disertai	 kenaikan	 	 (FFR)	 pada	 2015	 serta	 pelambatan	Fed	 Fund	 Rate
ekonomi	 ;	 penurunan	 nilai	 ekspor	 dikarenakan	emerging	 market
menurunnya	permintaan	komoditas	sumber	daya	alam	terkait	UU	Minerba	
dan	 pelambatan	 ekonomi	 ;	 dan	 inflasi	 domestik	 yang	emerging	 market
terdampak	dari	kemungkinan	cuaca	buruk	akibat	perubahan	iklim	( )	El	Nino
serta	rencana	kenaikan	harga-harga	yang	diatur	pemerintah	(tarif	batas	atas	
angkutan	udara	dan	dan	upaya	pengendalian	BBM	bersubsidi).	Sementara	
itu,	defisit	transaksi	berjalan	di	kuartal	II	bertambah	akibat	pola	musiman	
pembayaran	utang	luar	negeri	dan	dividen.	Meski	begitu,	defisit	tersebut	
masih	lebih	baik	dibandingkan	dengan	periode	yang	sama	tahun	lalu.
Gambar	6:	Perkembangan	BI	Rate,	Agustus	2011	–	Agustus	2014	(%)
BI	rate	belum	berubah,	sektor	moneter	masih	ketat
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)	
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook16
Terkait	 FFR,	 ekonom	 peraih	 Nobel	 ekonomi,	 Joseph	 Stiglitz	
memperkirakan	tidak	akan	terjadi	kenaikan	pada	2014,	tetapi	pada	
kuartal	 II-2015.	 Lebih	 lanjut,	 Stiglitz	 memperingatkan	 kemungkinan	
terjadinya	tekanan	global	pada	 	akibat	kebijakan	 	emerging	market The	Fed
tersebut.	Untuk	itu,	Stiglitz	menyarankan	negara	berkembang	untuk	dapat	
mengelola	cadangan	devisa	dan	neraca	transaksi	modal	dan	finansial	dengan	
baik	 agar	 bisa	 bertahan.	 Pemulihan	 ekonomi	 Amerika	 Serikat	 membuat	
quantitative	easing	akan	berakhir	pada	akhir	tahun	ini	dan	kenaikan	FFR	
pada	tahun	depan.	 	pada	anggota	Dewan	Pengambil	Kebijakan	Median	survey
Moneter	(FOMC)	 	menghasilkan	perkiraan	kenaikan	FFR	antara	1	The	Fed
hingga	1,25%.
Pergerakan	tingkat	harga	umum	melambat	selama	kuartal	II.	Inflasi	
Agustus	2014	tercatat	sebesar	3,99%	( ).	Jika	dilihat	dekomposisinya,	y-o-y
inflasi	 inti	 dapat	 terkendali	 dengan	 besaran	 4,49%	 ( ),	 inflasi	 harga	y-o-y
bergejolak	 sebesar	 0,48%	 ( ),	 dan	 inflasi	 harga	 diatur	 pemerintah	y-o-y
sebesar	6,19%	( )	pada	Agustus	2014.	Secara	 ,	inflasi	y-o-y month-to-month
Agustus	sebesar	0,47%.	Penurunan	tingkat	harga	pada	Agustus	disebabkan	
oleh	 penurunan	 harga	 bawang	 merah,	 tomat	 dan	 bawang	 putih	 karena	
melimpahnya	stok.	Inflasi	Agustus	tersebut	lebih	rendah	dari	inflasi	Juli	yang	
sebesar	 4,5%	 ( )	 yang	 juga	 lebih	 rendah	 dari	 bulan	 sebelumnya.	y-o-y
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Gambar	7:	Tingkat	Inflasi,	Agustus	2011	–	Agustus	2014	(y-o-y,	%)
Tingkat	harga	umum	dapat	diredam,	inflasi	Agustus	menjadi	3,99	%	(y-o-y)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 17
Sementara	 itu,	 inflasi	 Juli	 2014	 dapat	 ditekan	 berkat	 keberhasilan	
pemerintah	 melalui	 instruksi	 Menteri	 Koordinator	 Bidang	 Perekonomian	
untuk	memperlancar	sistem	distribusi	barang.	Jika	dilihat	dekomposisinya,	
inflasi	inti	sebesar	5,07%	( ),	inflasi	harga	bergejolak	sebesar	1,97%	(y-o-y y-o-
y y-o-y),	dan	inflasi	harga	diatur	pemerintah	sebesar	6,18%	( )	pada	Juli	2014.
Musim	 Lebaran	 usai,	 harga-harga	 bahan	 pangan	 dan	 transportasi	
terkoreksi	pada	Agustus	2014.	Ditilik	secara	bulanan,	inflasi	tertinggi	pada	
Agustus	terjadi	pada	kelompok	pengeluaran	Pendidikan,	Rekreasi,	dan	Olah	
raga	sebesar	1,58%	( ).	Sementara	itu	kelompok	barang	dengan	inflasi	m-t-m
terendah	terjadi	di	kelompok	pengeluaran	untuk	Transportasi,	Komunikasi,	
dan	Jasa	Keuangan	sebesar	-0,12%	( ).	Sedangkan	pada	Juli	2014,	inflasi	m-t-m
tertinggi	adalah	kelompok	pengeluaran	Makanan	yang	sebesar	1,94%	(m-t-
m).	Inflasi	bulanan	terendah	pada	Juli	2014	adalah	kelompok	pengeluaran	
Kesehatan	dengan	nilai	0,39%	( ).m-t-m
Secara	umum,	kota-kota	di	Indonesia	mengalami	inflasi	pada	kuartal	II-
2014.	Inflasi	terjadi	di	66	kota	dari	82	kota	yang	disurvei	pada	Agustus	2014	
dan	82	kota	pada	Juli	2014.	Pada	Agustus	2014,	kota	dengan	tingkat	kenaikan	
Tabel	6:	Tingkat	Inflasi	Menurut	Kelompok	Pengeluaran,	2011	–	2014	
(2012=100,	m-t-m,	%)
Cooling	down	pasca	lebaran,	inflasi	bulanan	Agustus	2014	sebesar	0,47%	
(m-t-m)
Catatan:	
(1)	Bahan	Makanan;	(2)	Makanan	Olahan,	Minuman,	Tembakau;	(3)	Perumahan,	Listrik,	Gas,	dan	
Bahan	Bakar;	(4)	Sandang;	(5)	Kesehatan;	(6)	Pendidikan,	Rekreasi,	dan	Olah	Raga;	(7)	Transportasi,	
Komunikasi,	dan	Jasa	Keuangan
Sumber:	BPS	dan	CEIC	(2014)
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook18
harga	tertinggi	adalah	Kota	Tanjung	Pandan	dengan	nilai	1,98%	( ),	m-t-m
sedangkan	yang	terendah	adalah	Kota	Ternate	dengan	nilai	-1,02%	( ).	m-t-m
Kemudian	pada	Juli	2014,	kota	dengan	inflasi	tertinggi	adalah	Kota	Bengkulu	
sebesar	 2,92%	 ( ),	 sedangkan	 yang	 terendah	 adalah	 Kota	 Maumere	m-t-m
sebesar	0,03%	( ).m-t-m
2.	 Utang	pemerintah	Indonesia	masih	terus	meningkat
Utang	luar	negeri	Indonesia	naik	menjadi	USD	285	miliar	pada	Juni	
2014.	Angka	tersebut	mengalami	kenaikan	sebesar	19,24%	pada	bulan	yang	
sama	pada	tahun	2013.	Sementara	itu,	secara	 	utang	luar	month-to-month
negeri	Indonesia	mengalami	kenaikan	sebesar	0,21%	yang	disebabkan	oleh	
kenaikan	 utang	 luar	 negeri	 swasta	 sebesar	 0,76%	 ( ).	 Adanya	m-t-m
peningkatan	 utang	 luar	 negeri	 swasta	 diindikasikan	 karena	 ketatnya	
likuditas	 dalam	 negeri	 sehingga	 swasta	 lebih	 memilih	 untuk	 mencari	
pembiayaan	dari	luar	negeri.	Hal	yang	berbeda	justru	terjadi	pada	utang	luar	
negeri	pemerintah	dan	bank	sentral	yang	mengalami	penurunan	sebesar	
0,43%	( ).m-t-m
Sumber:	Bank	Indonesia	dan		CEIC	(diolah,	2014)
Gambar	8:	Utang	Luar	Negeri	Indonesia,		Juni	2012-Juni	2014	(USD	Miliar)
Total	utang	luar	negeri	meningkat	seiring	dengan	meningkatnya	utang	
luar	negeri	swasta,	meski	utang	luar	negeri	pemerintah	dan	bank	sentral	
mengalami	penurunan
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 19
Utang	 luar	 negeri	 jangka	 panjang	 masih	 menjadi	 favorit.	 Juni	 2014,	
utang	luar	negeri	jangka	panjang	masih	didominasi	oleh	pemerintah	dan	
bank	 sentral	 yang	 mencapai	 IDR	 114	 miliar.	 Namun	 jumlah	 tersebut	
menurun	sebesar	1,5%	dibandingkan	dengan	bulan	sebelumnya	pada	tahun	
2014.	 Sedangkan	 utang	 luar	 negeri	 swasta	 jangka	 panjang	 mengalami	
peningkatan	 sebesar	 5,3%	 dibandingkan	 dengan	 bulan	 sebelumnya	 pada	
tahun	2014.	Sementara	itu,	utang	luar	negeri	jangka	pendek	swasta	pada	
Bulan	Juni	2014	mengalami	kenaikan	sebesar	1,5%	( )	sedangkan	utang	m-t-m
luar	negeri	jangka	pendek	pemerintah	mengalami	kenaikan	sebesar	9,17%	
( ).m-t-m
Indonesia	masih	menjadi	daya	tarik	bagi	investor	asing.	Kepemilikan	
asing	atas	obligasi	pemerintah	mengalami	kenaikan	menjadi	sebesar	IDR	
1.012	triliun	pada	Juli	2014.	Jumlah	tersebut	mengalami	kenaikan	sebesar	
78,3%	pada	bulan	yang	sama	pada	tahun	2013	dan	mengalami	kenaikan	
sebesar	3,5%	dari	bulan	Juni	2014.	Hal	yang	berbeda	justru	terjadi	pada	
kepemilikan	 asing	 atas	 SBI	 di	 mana	 secara	 	 mengalami	month-to-month
penurunan	sebesar	46,7%.	Kepemilikan	SBI	mengalami	peningkatan	tajam	
pada	 periode	 Maret	 2014	 hingga	 Mei	 2014	 namun	 memasuki	 bulan	 Juni	
Gambar	9:	Utang	Luar	Negeri	Indonesia	Berdasarkan	Jangka	Waktu,	
Juni	12–Juni	14	(USD	Miliar)
Pemerintah	dan	bank	sentral	masih	mendominasi	utang	luar	negeri	
jangka	panjang	sedangkan	dalam	jangka	pendek	didominasi	oleh	swasta
Sumber:	Bank	Indonesia	(diolah,	2014)
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook20
2014,	kepemilikan	asing	atas	SBI	mengalami	penurunan	yang	tajam	hingga	
Juni	2014.	Salah	satu	indikasi	penyebab	penurunan	kepemilikan	SBI	oleh	
asing	tersebut	adalah	adanya	aksi	 	yang	dilakukan	oleh	asing	profit	taking
sehingga	lebih	memilih	untuk	menjual	kepemilikan	SBI	tersebut.	Sementara	
itu,	kepemilikan	asing	atas	ekuitas	mengalami	peningkatan	pada	Juli	2014	
atau	sebesar	6,44%	secara	 .	month-to-month
Surat	 berharga	 negara	 outstanding	 pada	 Agustus	 2014	 mengalami	
peningkatan	sebesar	1,67%	secara	month-to-month.	Kenaikan	tersebut	
diindikasikan	 karena	 terjadinya	 defisit	 neraca	 perdagangan	 dan	 juga	
menurunnya	 pertumbuhan	 ekonomi	 pada	 kuartal	 II-2014	 sehingga	
pemerintah	terus	mengeluarkan	surat	berharganya	guna	membiayai	belanja	
pembangunan.	Jika	dilihat	berdasarkan	komponennya,	terjadi	peningkatan		
pada	surat	berharga	negara	outstanding	tradable	sebesar	2,07%	(m-t-m).	
Sementara	 itu,	 surat	 berharga	 negara	 outstanding	 non-tradable	 justru	
mengalami	penurunan	sebesar	0,66%	dibandingkan	pada	bulan	Juli	2014.
Kemampuan	Indonesia	untuk	membayar	utang	melemah. Debt	service		
ratio	 Indonesia	 pada	 kuartal	 II-2014	 mencapai	 48%	 atau	 mengalami	
kenaikan	 sebesar	 4,01%	 dibandingkan	 dengan	 kuartal	 sebelumnya.	 Hal	
tersebut	 diperkuat	 oleh	 rasio	 utang	 terhadap	 ekspor	 maupun	 PDB	 yang	
Gambar	10:	Kepemilikan	Asing	atas	Surat	Berharga	di	Indonesia,	
Juli	2012-Juli	2014	(IDR	Triliun)
Kepemilikan	asing	atas	SBI	mengalami	penurunan	ketika	kepemilikan	
asing	atas	obligasi	pemerintah	dan	ekuitas	meningkat
Sumber:	Kementerian	Keuangan,	Bank	Indonesia,	OJK,	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 21
masing-masing	 mengalami	 kenaikan	 sebesar	 3,32%	 dan	 4,72%	
dibandingkan	dengan	kuartal	sebelumnya	pada	tahun	2014.	Peningkatan	
rasio	 utang	 terhadap	 ekspor	 mengalami	 peningkatan	 disebabkan	 oleh	
peningkatan	utang	yang	tidak	sebanding	dengan	peningkatan	ekspor.
Gambar	11:	Komposisi	Surat	Berharga	Indonesia	Juli	2012	–	Juli	2014	(IDR	
Triliun)
Surat	Berharga	Negara	Outstanding	mengalami	peningkatan
Sumber:	DJPU	Kementerian	Keuangan	dan	CEIC	(2014)
Gambar	12:	Indikator	Beban	Utang	Luar	Negeri	Indonesia,
Juni	2012-Juni	2014	(%)
Rasio	utang	luar	negeri	Indonesia	terhadap	ekspor,	PDB	dan	pembayaran	
utang		meningkat
Sumber:	Bank	Indonesia	(diolah,	2014)	
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook22
3.	 Perbaikan	neraca	pembayaran	belum	diikuti	perbaikan	pada	
neraca	perdagangan
Neraca	 pembayaran	 Indonesia	 pada	 kuartal	 II-2014	 mengalami	
perbaikan.	 Surplus	 neraca	 pembayaran	 tumbuh	 sebesar	 107,95%	 dari	
kuartal	 sebelumnya	 menjadi	 USD	 4,3	 miliar.	 Adapun	 secara	 year-on-year,	
kondisi	 neraca	 pembayaran	 saat	 ini	 jauh	 lebih	 baik	 dibanding	 kondisi	 di	
kuartal	II-2013	yang	tercatat	defisit	sebesar	USD	2,48	miliar.	Pada	kuartal	ini,	
kenaikan	 nilai	 surplus	 disebabkan	 oleh	 peningkatan	 surplus	 neraca	
transaksi	modal	dan	finansial	yang	melebihi	peningkatan	defisit	pada	neraca	
transaksi	berjalan.	Surplus	neraca	transaksi	modal	dan	finansial	meningkat	
USD	1,9	miliar,	lebih	besar	dibandingkan	 dengan	 kenaikan	 defisit	neraca	
transaksi	berjalan.
Defisit	pada	neraca	transaksi	berjalan	membesar	di	kuartal	II-2014.	
Defisit	tersebut	naik	dari	sebesar	USD	4,15	miliar	di	kuartal	I-2014	menjadi	
USD	 9,11	 miliar.	 Kenaikan	 defisit	 ini	 disebabkan	 oleh	 kinerja	 neraca	
perdagangan	barang,	neraca	jasa-jasa,	dan	neraca	pendapatan	primer	yang	
memburuk.	 Dari	 sisi	 neraca	 jasa-jasa,	 penurunan	 kinerja	 terjadi	 karena	
didorong	 oleh	 meningkatnya	 penggunaan	 jasa	 	 impor	 dan	 jasa	freight
keuangan	 asing.	 Sementara	 dari	 sisi	 neraca	 pendapatan	 primer,	
memburuknya	 kinerja	 dipicu	 oleh	 meningkatnya	 kewajiban	 pembayaran	
Gambar	13:	Neraca	Pembayaran	Indonesia	2011:Q2-2014:Q2	(USD	Miliar)
Kinerja	neraca	pembayaran	Indonesia	membaik
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 23
terhadap	investasi	asing	yang	ada	di	Indonesia,	baik	dalam	bentuk	investasi	
langsung	maupun	portofolio,	yakni	naik	sebesar	USD	1,19	miliar.
Surplus	neraca	transaksi	modal	dan	finansial	meningkat	pada	kuartal	
II-2014.	 Secara	 persentase	 surplus	 meningkat	 sebesar	 89,78%	 dari	
sebelumnya	surplus	USD	7,65	miliar	di	kuartal	I-2014 	saat	ini	mencapai	USD	,	
14,51	 miliar.	 Kinerja	 neraca	 ini	 meningkat	 seiring	 dengan	 naiknya	 arus	
masuk	 investasi	 langsung	 di	 Indonesia	 dan	 terjadinya	 surplus	 pada	 nilai	
bersih	 investasi	 lainnya.	 Demikian	 pula	 bila	 dilihat	 secara	 ,	 surplus	y-o-y
neraca	transaksi	modal	dan	finansial	Indonesia	juga	bertumbuh	lebih	dari	
lima	 puluh	 persen	 yakni	 sebesar	 68,23%	 (surplus	 pada	 kuartal	 II-2013	
adalah	USD	8,63	miliar).
Setelah	 sempat	 surplus	 selama	 tiga	 periode,	 neraca	 perdagangan	
barang	kini	kembali	defisit.	Pada	dua	kuartal	terakhir	neraca	perdagangan	
barang	mengalami	surplus	yang	relatif	besar	yaitu	masing-masing	sebanyak	
USD	 4,7	 miliar	 (kuartal	 IV-2013)	 dan	 USD	 3,35	 miliar	 (kuartal	 I-2014).	
Namun	di	kuartal	II-2014	ini	menjadi	berbalik	defisit	sebesar	USD	0,47	miliar	
karena	 terdapat	 kontraksi	 pada	 surplus	 neraca	 nonmigas.	 Selain	 itu	
peningkatan	defisit	pada	neraca	migas	juga	ikut	menekan	kinerja	neraca	
perdagangan	barang	Indonesia.	Meski	demikian	kondisi	ini	sedikit	lebih	baik	
dibandingkan	dengan	kuartal	II-2013	yang	defisit	sebesar	USD	0,56	miliar.		
Sumber:	Bank	Indonesia	dan	CEIC	(2014)	
Gambar	14:	Neraca	Perdagangan	Barang	2011:Q2-2014:Q2	(USD	Miliar)
Neraca	perdagangan	barang	kembali	defisit
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook24
Nilai	surplus	neraca	nonmigas	pada	kuartal	II-2014	hanya	setengah	
dari	nilai	surplus	kuartal	sebelumnya.	Pada	kuartal	I-2014,	nilai	surplus	
neraca	nonmigas	adalah	USD	5,58	miliar	sedangkan	saat	ini	surplus	telah	
turun	 sebanyak	 USD	 3,19	 miliar	 menjadi	 USD	 2,39	 miliar	 (pertumbuhan	
negatif	 	 sebesar	 57,2%).	 Penurunan	 surplus	 terjadi	 sebagai	 akibat	q-to-q
adanya	 kenaikan	 impor	 nonmigas	 (USD	 3,74	 miliar)	 yang	 lebih	 besar	
daripada	kenaikan	ekspor	nonmigas	(USD	0,55	miliar).	Pertumbuhan	nilai	
impor	nonmigas	secara	 	yang	terbesar	terjadi	pada	komoditas	biji	kopi	q-to-q
yaitu	mencapai	310,06%	kemudian	diikuti	oleh	komoditas	damar	dan	getah	
damar	sebesar	306,32%.
Defisit	neraca	minyak	dan	gas	kembali	bertambah	di	kuartal	II-2014.	
Pada	kuartal	I-2014	defisit	neraca	migas	adalah	sebesar	USD	2,75	miliar.	Kini	
defisit	 bertambah	 menjadi	 USD	 3,19	 miliar	 atau	 secara	 persentase		
meningkat	sebesar	16,08%.	Angka	peningkatan	 	tersebut	relatif	lebih	q-to-q
rendah	 dibandingkan	 angka	 pertumbuhan	 	 yang	 mencapai	 51,66%.	y-o-y
Penambahan	defisit	terjadi	karena	terdapat	peningkatan	nilai	impor	minyak	
bumi	(USD	0,45	miliar)	dan	kontraksi	pada	nilai	ekspor	gas	(USD	0,47	miliar).	
Meskipun	 juga	 terdapat	 peningkatan	 volume	 ekspor	 minyak	 mentah	 dan	
produk	 kilang	 namun	 hal	 tersebut	 belum	 mampu	 memperbaiki	 kinerja	
neraca	migas	karena	nilai	ekspornya	lebih	rendah	dibanding	nilai	impornya.
Pada	 kuartal	 II-2014	 Indonesia	 memperoleh	 ekspor	 bersih	 negatif	
dengan	mitra	dagang	terbesar	(Kawasan	Asia).	Setelah	sebelumnya	di	
kuartal	 I-2014	 Indonesia	 memperoleh	 surplus	 perdagangan	 sebesar	 USD	
1,13	miliar,	kini	Indonesia	mengalami	defisit	sebesar	USD	4,25	miliar	dengan	
Asia.	 Demikian	 pula	 kinerja	 perdagangan	 dengan	 kawasan	 lain	 yaitu	
Tabel	7:	Perkembangan	Ekspor-Impor	berdasarkan	Kawasan	tahun	2014	
(USD	Miliar)
Indonesia	mengalami	neraca	perdagangan	negatif	dengan	kawasan	Asia
Sumber:	Bank	Indonesia	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 25
Australia-Oseania	 dan	 Afrika,	 Indonesia	 juga	 memperoleh	 ekspor	 bersih	
negatif	 masing-masing	 sebesar	 USD	 0,16	 miliar	 dan	 USD	 0,67	 miliar.	
Indonesia	 memperoleh	 ekspor	 bersih	 positif	 hanya	 dengan	 kawasan	
Amerika	(USD	1,15	miliar)	dan	Eropa	(USD	0,64	miliar).	
Ekspor	 Indonesia	 tumbuh	 positif	 di	 semua	 kawasan	 kecuali	 Afrika.	
Tercatat	ekspor	Indonesia	ke	Afrika	turun	sebesar	13,86%	pada	kuartal	II-
2014	dibanding	kuartal	sebelumnya.	Adapun	peningkatan	ekspor	terbesar	
terjadi	 pada	 perdagangan	 dengan	 kawasan	 Australia-Oseania	 (4,56%)	
diikuti	 oleh	 perdagangan	 dengan	 kawasan	 Amerika	 (2,31%).	 Secara	
keseluruhan	 ekspor	 Indonesia	 meningkat	 sebesar	 0,59%	 dari	 USD	 43,94	
miliar	(Kuartal	I-2014)	menjadi	USD	44,2	miliar	(Kuartal	II-2014).
Secara	 q-to-q,	 terdapat	 pertumbuhan	 positif	 nilai	 impor	 Indonesia	
dengan	semua	kawasan.	Impor	dari	Afrika	meningkat	di	atas	lima	puluh	
persen	 yaitu	 sebesar	 84,20%.	 Pertumbuhan	 kedua	 terbesar	 diperoleh	
barang-barang	 impor	 yang	 berasal	 dari	 kawasan	 Amerika	 (28,46%).	
Sementara	 pertumbuhan	 impor	 terendah	 diperoleh	 Indonesia	 dari	
perdagangan	 dengan	 kawasan	 Eropa	 (6,9%).	 Namun	 demikian	 posisi	
importir	Indonesia	yang	terbesar	tetap	diduduki	oleh	kawasan	Asia	yang	
mencatatkan	nilai	impor	sebesar	USD	34,75	miliar	di	Indonesia	pada	kuartal	
ini.
Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
Indonesian Economic Review and Outlook26
1.	 GAMA	Leading	Economic	Indicator	(GAMA	LEI)
Leading	Economic	Indicator	merupakan	salah	satu	model	early	warning	
system	untuk	memprediksi	arah	pergerakan	ekonomi	di	masa	depan.	
GAMA	 Leading	 Economic	 Indicator	 (GAMA	 LEI)	 merupakan	 model	 yang	
dikembangkan	oleh	Tim	Macroeconomic	Dashboard	FEB	UGM.	Titik	balik	
serta	kenaikan/penurunan	garis	pada	model	GAMA	LEI	digunakan	untuk	
memprediksi	 arah	 pergerakan	 perekonomian	 Indonesia	 dalam	 beberapa	
waktu	kedepan.	Analisis	GAMA	LEI	berdasarkan	uji	kuantitatif	dan	kualitatif	
untuk	menghasilkan	prediksi	terbaik.
GAMA	LEI	disusun	dari	berbagai	macam	indikator	yang	telah	melewati	
uji	statistik	yang	ketat.	Kinerja	pada	variabel	seperti	investasi,	total	nilai	
penjualan	mobil,	dan	konsumsi	semen	dari	sisi	ekonomi	makro	serta	market	
capitalization	dan	IHSG	dari	pasar	modal	cukup	berpengaruh	pada	kondisi	
perekonomian.	Meskipun	demikian,	patut	dicatat	bahwa	beberapa	indikator	
ekonomi	makro	lainnya	dapat	berubah	dengan	cepat	dalam	beberapa	waktu	
kedepan.	
GAMA	LEI	mampu	memprediksi	siklus	perekonomian	(PDB)	Indonesia	
dengan	 cukup	 akurat	 pada	 beberapa	 waktu	 sebelumnya.	 Peramalan	
model	GAMA	LEI	mampu	memprediksi	arah	siklus	perekonomian	Indonesia	
selama	ini	dengan	baik.	Adanya	penurunan	kinerja	pada	beberapa	indikator	
kunci	 perekonomian	 Indonesia	 menyebabkan	 pertumbuhan	 ekonomi	 di	
2014:Q2	 	menurun	dibandingkan	dengan	2014:Q1.	Dalam	edisi	ini,	GAMA	
LEI	 akan	 memprediksi	 bagaimana	 perekonomian	 Indonesia	 berfluktuasi	
dalam	 tahun	 politik	 2014,	 terutama	 setelah	 terpilihnya	 pemimpin	 baru	
nasional.
Keberagaman	 pola	 pada	 pertumbuhan	 ekonomi	 Indonesia	 serta	
proyeksi	siklus	perekonomian	dalam	model	GAMA	LEI	menghasilkan	
peramalan	yang	komprehensif.	Peramalan	siklus	bisnis	menekankan	pada	
pergerakan	 siklus	 perekonomian	 apakah	 berada	 pada	 fase	 ekspansi	 atau	
kontraksi	dalam	beberapa	waktu	ke	depan.	Siklus	GAMA	LEI	2014:Q2	berada	
pada	fase	ekspansi	(berada	di	atas	nilai	100)	meskipun	mempunyai	arah	
C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 27
menurun.	Dalam	hal	ini	pertumbuhan	ekonomi	Indonesia	di	2014:Q2	secara	
year-on-year	tercatat	meningkat,	namun	siklus	PDB	yang	dihasilkan	dalam	
model	 tersebut	 mengalami	 pergerakan	 menurun	 walaupun	 dalam	 fase	
ekspansi.	
Hasil	 prediksi	 GAMA	 LEI	 pada	 edisi	 ini	 menghasilkan	 adanya	
kecenderungan	 penurunan	 siklus	 perekonomian	 (PDB)	 Indonesia.	
Model	GAMA	LEI	pada	2014:Q2	menunjukan	perubahan	arah	pergerakan	
perekonomian	 yang	 menurun.	 Pergerakan	 GAMA	 LEI	 yang	 menurun	
menghasilkan	 prediksi	 penurunan	 siklus	 perekonomian	 (PDB)	 Indonesia	
pada	2014:Q3.	Namun	demikian,	perhelatan	politik	2014,	terutama	setelah	
terpilihnya	presiden	dan	wakil	presiden	hasil	pemilu	bulan	Juli	yang	lalu,	
seharusnya	 mampu	 memberikan	 harapan	 dan	 optimisme	 bagi	
perekonomian	Indonesia.	Sehingga	pemerintah	baru	nantinya	diharapkan	
mampu	 memanfaatkan	 momentum	 dengan	 menjaga	 atau	 bahkan	
meningkatkan	kinerja	perekonomian	Indonesia.
2.	 Konsensus	Proyeksi	Indikator	Makroekonomi
Selain	 memprediksi	 pergerakan	 siklus	 PDB	 melalui	 GAMA	 LEI,	 tiga	
indikator	makro	utama	Indonesia	(pertumbuhan	ekonomi,	inflasi,	dan	
nilai	 tukar)	 juga	 diprediksi	 melalui	 survei	 di	 internal	 FEB	 UGM.	
Indikator	 pertumbuhan	 ekonomi	 dan	 nilai	 tukar	 bergerak	 membaik,	
Gambar	15:	GAMA	Leading	Economic	Indicator
GAMA	LEI	memprediksikan	kecenderungan	penurunan	siklus	
perekonomian	Indonesia
GAMA LEI dan Konsensus Proyeksi Ekonomi
Indonesian Economic Review and Outlook28
sedangkan	indikator	inflasi	bergerak	memburuk	dari	tahun	2014	ke	2015.	
Konsensus	 diperoleh	 berdasarkan	 	 dosen	 dan	 peneliti	 di	expert	 judgment
Fakultas	Ekonomika	dan	Bisnis	UGM.
Secara	umum,	prediksi	pertumbuhan	PDB	riil	(y-o-y)	kuartal	III-2014	
bergerak	membaik	dibandingkan	dengan	realisasi	pertumbuhan	PDB	
riil	kuartal	II-2014. y-o-y	PDB	riil	( )	diprediksi	tumbuh	sebesar	5,22%	±	
0,24%	 pada	 kuartal	 III-2014	 dan	 5,44%	 ±	 0,51%	 pada	 kuartal	 III-2014.	
Adapun	 secara	 tahunan,	 prediksi	 pertumbuhan	 PDB	 riil	 2014	 dan	 2015	
masing-masing	sebesar	5,68	%	±	0,43%	dan	5,9%	±	0.6%.	Menurut	survei	
yang	dilakukan,	tiga	faktor	utama	penentu	terjadinya	kenaikan	pertumbuhan	
PDB	riil	di	tahun	2014	adalah	kondisi	perekonomian	dunia,	tingkat	investasi	
domestik	dan	asing,	serta	kebijakan	pemerintah.
Inflasi	Indonesia	tahun	2014-2015	diprediksi	berada	pada	kisaran	5	
hingga	7	persen.	Tahun	2014,	hasil	prediksi	inflasi	Indonesia	adalah	sebesar	
6,54%	±	1,89%.	Tahun	2015	nilainya	bergerak	meningkat	menjadi	7,09%	±	
1,96%.	Sementara	itu	secara	kuartalan,	inflasi	di	Indonesia	pada	kuartal	III-
2014	 dan	 IV-2014	 masing-masing	 sebesar	 5,36%	 ±	 1,67%	 dan	 5,81%	 ±	
1,88%.	Menurut	survei	yang	dilakukan,	tiga	faktor	utama	penentu	terjadinya	
Tabel	8:	Estimasi	Pertumbuhan	PDB	Riil	(y-o-y,	dalam	%)
Sumber:	Data	Primer	(diolah	,	2014)
Tabel	9:	Estimasi	Inflasi	(y-o-y,	dalam	%)
Sumber:	Data	Primer	(diolah	,	2014)
Sumber:	Data	Primer	(diolah	,	2014)
Tabel	10:	Estimasi	Nilai	Tukar	Rupiah	(IDR/USD)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 29
kenaikan	 inflasi	 di	 tahun	 2014	 adalah	 kondisi	 nilai	 kurs	 rupiah,	 faktor	
musiman,	dan	harga	barang	yang	diatur	pemerintah.
Nilai	tukar	rupiah	diprediksi	mulai	membaik	dan	stabil	pada	tahun	
2014,	walaupun	masih	di	sekitar	nilai	Rp/USD	11.000.	Pada	kuartal	III-
2014	nilai	tukar	rupiah	diperkirakan	sebesar	IDR/USD	11.545	±	IDR/USD	
271.	 Di	 kuartal	 berikutnya,	 nilai	 tukar	 rupiah	 sedikit	 menguat	 menjadi	
IDR/USD	11.514	±	IDR/USD	365.	Sementara	itu	secara	tahunan,	nilai	tukar	
rupiah	tahun	2014	adalah	IDR/USD	11.513	±	IDR/USD	368	dan	tahun	2015	
menguat	menjadi	IDR/USD	11.275	±	IDR/USD	453.	Menurut	survei	yang	
dilakukan,	 tiga	 faktor	 utama	 penentu	 terjadinya	 kenaikan	 pertumbuhan	
apresiasi	nilai	tukar	rupiah	di	tahun	2014	adalah	kondisi	ekonomi	Indonesia,	
ekspektasi	pasar,	dan	kebijakan	makroekonomi.
GAMA LEI dan Konsensus Proyeksi Ekonomi
Indonesian Economic Review and Outlook30
Perekonomian	yang	sehat	adalah	perekonomian	dengan	pertumbuhan	
dan	inflasi	yang	stabil	dan	ketimpangan	antar	daerah	yang	menurun.	
Untuk	 mempertahankan	 pertumbuhan	 ekonomi	 yang	 stabil	 diperlukan	
kebijakan-kebijakan	 yang	 pro	 pertumbuhan,	 misalnya	 pengembangan	
infrastruktur	dan	penciptaan	iklim	usaha	yang	kompetitif.	Selain	itu	perlu	
adanya	 identifikasi	 mengenai	 sektor	 mana	 yang	 maju	 dan	 berpotensi	
berkembang	di	tiap-tiap	daerah.	
Dari	 33	 provinsi,	 hanya	 9	 provinsi	 yang	 mengalami	 peningkatan	
pertumbuhan	 ekonomi	 dari	 tahun	 2012	 ke	 2013.	 Provinsi	 tersebut	
adalah	Jambi	(7,88%),	DIY	(5,4%),	Kalimantan	Barat	(6,08%),	Kalimantan	
Tengah	(7,37%),	Sulawesi	Tengah	(9,38%),	Gorontalo	(7,76%),	NTB	(5,92%),	
NTT	 (5,56%),	 dan	 Papua	 (14,84%).	 Sedangkan	 provinsi	 lain	 mengalami	
perlambatan	pertumbuhan	ekonomi.	Menarik	untuk	diketahui	bahwa	ada	
beberapa	provinsi	yang	mengalami	percepatan	tersebut	secara	year-on-year	
pada	 2014	 ternyata	 melambatkuartal	 I- ,	 yaitu	 DIY,	 Kalimantan	 Barat,	
Kalimantan	Tengah,	Sulawesi	Tengah,	NTT,	dan	Papua.	Hal	ini	menunjukkan	
bahwa	fondasi	ekonomi	daerah	di	Indonesia	sejatinya	memang	belum	cukup	
kuat.	 Perlambatan	 regional	 ini	 tentu	 akan	 berpengaruh	 terhadap	
perekonomian	secara	nasional.
Jika	dilihat	dari	pertumbuhan	kuartalan	yang	sudah	terjadi	di	kuartal	I	
dan	 II-2014,	 hanya	 12	 provinsi	 yang	 mengalami	 ekspansi.	 Provinsi-
provinsi	 tersebut	 adalah	 DI	 Aceh	 (didukung	 oleh	 Sektor	 Jasa	 dan	
Perdagangan,	 Hotel	 dan	 Restoran) 	 (Sektor	,	 Kepulauan	 Riau,	 Lampung
industri	pengolahan) 	(Sektor	Perdagangan,	Hotel	dan	Restoran;	,	DKI	Jakarta
Transportasi	dan	Komunikasi;	dan	Jasa) 	(Sektor	Perdagangan,	Hotel	,	Banten
dan	Restoran) 	(Perdagangan,	Hotel	dan	Restoran),	Jawa	Barat ,	Kalimantan	
Tengah ,	 Bali	 (Sektor	 Pertambangan	 dan	 Jasa) 	 (Sektor	 Pertanian	 dan	
Perdagangan,	Hotel	dan	Restoran) 	(Sektor	Perdagangan,	,	Sulawesi	Tenggara
Hotel,	 dan	 Restoran) 	 (Sektor	 Perdagangan,	 Hotel	 dan	 Restoran	 dan	,	 NTT
Jasa) 	(Sektor	Industri	Pengolahan) 	(Sektor	Industri	,	Papua ,	dan	Papua	Barat
Pengolahan),	di	mana	Aceh	dan	NTT	pertumbuhan	ekonominya	masih	di	
bawah	nasional.	
D. PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 31
Tabel	11:	Pertumbuhan	Ekonomi	dan	Inflasi	di	33	Provinsi	(%,	y-o-y)
Pertumbuhan	ekonomi	melambat	di	berbagai	provinsi
Catatan:	
*		 =	y-o-y
**	 =	tahun	kalender
Sumber:	BPS	dan	BI	(2014)
Perkembangan Ekonomi Regional
Indonesian Economic Review and Outlook32
Salah	satu	kebijakan	yang	mempengaruhi	pertumbuhan	ekonomi	di	
daerah	adalah	UU	Minerba.	Undang-undang	Minerba	yang	disetujui	oleh	
DPR	16	Desember	2008	lalu	diharapkan	dapat	meningkatkan	 	value	added
pada	 komoditas	 pertambangan	 Indonesia.	 Komoditas	 tambang	 yang	
diregulasi	 dilarang	 untuk	 langsung	 diekspor	 tanpa	 melalui	 pengolahan	
terlebih	 dahulu.	 Diharapkan	 di	 masa	 mendatang	 kebijakan	 ini	 akan	
berdampak	positif	bagi	perekonomian	dan	kesejahteraan	rakyat.	Kebijakan	
yang	 diberlakukan	 sejak	 12	 Januari	 2014	 lalu	 ini	 atau	 	 tahun	 setelah	5
disahkan	 ternyata	 belum	 sesuai	 yang	 diharapkan.	 Banyak	 polemik	 yang	
terjadi	dimana	dalam	jangka	waktu	 	tahun	ternyata	masih	banyak	daerah	5
yang	 belum	 siap	 membangun	 	 atau	 instalasi	 pengolahan	 hasil	smelter
tambang.	 Akibatnya	 adalah	 banyak	 daerah	 mengalami	 gangguan	 dalam	
perekonomian,	 terutama	 daerah	 yang	 memiliki	 komoditas	 tambang	 dan	
pembangunan	smelter	yang	terhambat,	seperti	Sulawesi	Tengah.
UU	Minerba	ini	juga	akan	berdampak	pada	negara	mitra	perdagangan	
Indonesia,	 terutama	 mitra	 perdagangan	 komoditas	 tambang	 yang	
selama	 ini	 melakukan	 impor	 komoditas	 tambang	 mentah	 dari	
Indonesia.	 Pada	 masa	 perlambatan	 pertumbuhan	 ekonomi	 sejak	 tahun	
2012	(dan	diperkirakan	masih	akan	berlanjut),	kebijakan	yang	terkait	migas	
sangat	 sensitif	 terhadap	 pertumbuhan	 ekonomi.	 Terutama	 untuk	
menghadapi	 UU	 Minerba,	 dibutuhkan	 infrastruktur	 pabrik	 pengolahan	
barang	tambang	seperti	pembangunan	smelter	agar	ekspor	bahan	tambang	
Indonesia	memiliki	nilai	tambah	lebih.	Pembangunan	infrastruktur	sangat	
penting	 untuk	 dilaksanakan	 untuk	 meningkatkan	 daya	 dukung	
perekonomian	yang	diharapkan	akan	menjaga	pertumbuhan	di	atas	5%.
Perkembangan	inflasi	di	beberapa	provinsi	di	Indonesia	hingga	kuartal	
II-	2014	cukup	mengkhawatirkan	di	mana	12	provinsi	memiliki	inflasi	
yang	lebih	tinggi	dari	inflasi	nasional	(mencapai	2%	year-to-date	dari	
awal	 tahun	 hingga	 Juni	 2014).	 Provinsi	 tersebut	 adalah	 DKI	 Jakarta,	
Banten,	 Jawa	 Tengah,	 Jawa	 Timur,	 Kalimantan	 Barat,	 Kalimantan	 Tengah,	
Kalimantan	Selatan,	Bali,	Sulawesi	Tengah,	NTT,	Maluku,	Maluku	Utara.
Indeks	Pembangunan	Manusia	(IPM)	tahun	2013	di	berbagai	provinsi	
di	 Indonesia	 menunjukkan	 tren	 yang	 meningkat.	 Ini	 menunjukkan	
bahwa	kualitas	hidup	yang	terdiri	dari	faktor	kesehatan,	pengetahuan,	dan
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 33
Tabel	12:	Ketimpangan	Pendapatan	dan	Indeks	Pembangunan	Manusia	
Indonesia
Ketimpangan	Pendapatan	di	berbagai	provinsi	secara	umum	meningkat	
begitu	juga	dengan	IPM
Sumber:	BPS	(2014)
Perkembangan Ekonomi Regional
Indonesian Economic Review and Outlook34
penghidupan	 yang	 layak	 semakin	 baik.	 Dari	 33	 provinsi	 di	 Indonesia,	 5	
provinsi	dengan	IPM	tertinggi	dicapai	oleh	Provinsi	DKI	Jakarta	(78,59),	DI	
Yogyakarta	(77,37),	Kalimantan	Timur	(77.33),	Sulawesi	Utara	(77,36),	dan	
Riau	(77,25).
Ketimpangan	pendapatan	tahun	2013	yang	ditunjukkan	oleh	rasio	gini	
di	berbagai	provinsi	di	Indonesia	secara	umum	meningkat.	Penurunan	
ketimpangan	pendapatan	terjadi	di	9	provinsi	antara	lain	Sumatera	Selatan	
(dari	0,4	ke	0,38),	Riau	(dari	0,4	ke	0,37),	Jawa	Barat	(dari	0,41	ke	0,40),	
Kalimantan	Selatan	(dari	0,38	ke	0,36),	Bali	(dari	0,43	ke	0,4),	Sulawesi	Utara	
(dari	0,43	ke	0,42),	NTT	(dari	0,36	ke	0,35),	Maluku	(dari	0,38	ke	0,37),	dan	
Maluku	Utara	(dari	0,34	ke	0,32).	Provinsi	dengan	ketimpangan	pendapatan	
tertinggi	antara	lain	DI	Yogyakarta	(0,44),	Gorontalo	(0,44),	Papua	(0,44).		
Sedangkan	 ketimpangan	 pendapatan	 terendah	 ada	 di	 Provinsi	 Bangka	
Belitung	(0,31).	Menarik	untuk	diketahui	adalah	DI	Yogyakarta	dengan	IPM	
tertinggi	 di	 Indonesia	 ternyata	 mengalami	 masalah	 ketimpangan	
pendapatan .	Sedangkan		yang	dilihat	dari	tingginya	rasio	Gini	sebesar	0,44
Riau	 dan	 Sulawesi	 Utara	 sebagai	 provinsi	 dengan	 IPM	 tertinggi	 berhasil	
menurunkan	ketimpangan	pendapatannya.
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 35
ASEAN
Memasuki	 ASEAN	 Economic	 Community	 (AEC)	 2015,	 perekonomian	
kawasan	 masih	 belum	 tumbuh	 stabil	 bahkan	 beberapa	 negara	
menunjukkan	 kerapuhan	 struktur	 fundamental	 ekonomi.	 Situasi	
perekonomian	 ASEAN	 pada	 kuartal	 II-2014	 adalah	 potret	 perekonomian	
yang	 menunjukkan	 campuran	 optimisme	 dan	 pesimisme	 di	 saat	 yang	
bersamaan.	 Beberapa	 negara	 utama	 kawasan	 seperti	 Malaysia,	 Filipina,	
Thailand,	 Singapura	 dan	 Vietnam	 mampu	 mencatatkan	 pertumbuhan	
ekonomi	yang	melebihi	ekspektasi	awal	walaupun	masih	tidak	stabil	dari	
waktu	 ke	 waktu.	 Sementara	 Indonesia	 sebagai	 “motor	 utama”	 penggerak	
perekonomian	 kawasan	 menunjukkan	 gejala	 perlambatan	 pertumbuhan	
ekonomi	diikuti	dengan	Brunei	Darussalam,	Laos,	Kamboja	dan	Myanmar	
yang	 masih	 dihadapkan	 dengan	 berbagai	 permasalahan	 fundamental	
ekonomi	seperti	struktur	ekonomi	yang	belum	terdiversifikasi	dengan	baik	
serta	 keseimbangan	 anggaran	 pendapatan	 dan	 belanja	 yang	 buruk.	
Akibatnya,	situasi	ini	 terjadinya	pertumbuhan	ekonomi	yang	tidak	memicu	
berkualitas	bahkan	hingga	mencatatkan	kontraksi	perekonomian.	Situasi	ini	
menunjukkan	masih	rapuhnya	perekonomian	kawasan	dalam	menghadap	
AEC	2015	ditengah	situasi	perekonomian	global	yang	masih	memerlukan	
waktu	untuk	tumbuh	secara	lebih	optimal.
Berbagai	 tantangan	 membayangi	 perekonomian	 kawasan	 dalam	
memasuki	 AEC	 2015.	 Tantangan	 tersebut	 diantaranya	 bersumber	 dari	
fenomena	 internasional	 ataupun	 regional	 seperti	 rencana	 kenaikan	 suku	
bunga	Amerika	Serikat	pada	kisaran	100-115	basis	poin	yang	berpotensi	
akan	memutar	balik	arus	modal	dari	 	kembali	ke	Amerika	emerging	markets
Serikat	pada	tahun	2015,	situasi	perekonomian	global	yang	masih	belum	
pulih	secara	optimal	sehingga	 	beberapa	negara	utama	di	current	account
kawasan	yang	masih	belum	mencatatkan	nilai	positif,	serta	defisit	anggaran	
pendapatan	dan	belanja	negara	yang	lebih	dari	3%	pada	beberapa	negara	di	
kawasan.	Selain	hal	tersebut	terdapat	juga	tantangan	perekonomian	yang	
terkait	dengan	kebijakan	domestik	seperti	rencana	rasionalisasi	harga	Bahan	
Bakar	Minyak	(BBM)	di	Indonesia	dan	Malaysia,	rencana	penerapan	Goods	
E. ASEAN: Memasuki ASEAN Economic Community
2015 Di Tengah Bayang-Bayang Tantangan
Perekonomian Kawasan
Indonesian Economic Review and Outlook36
and	Service	Tax	(GST)	baru	di	Malaysia	pada	tahun	2015,	rencana	kenaikan	
Value	Added	Tax	(VAT)	sebesar	10%	dan	gaji	pegawai	negeri	sipil	sebesar	8%	
di	Thailand	pada	tahun	2015,	serta	stabilitas	politik	domestik	yang	masih	
belum	 kondusif	 terutama	 di	 Kamboja	 dan	 Thailand.	 Berbagai	 situasi	 ini	
membayangi	potensi	yang	bisa	dicapai	oleh	perekonomian	masing-masing	
negara	dalam	menghadapi	AEC	2015	yang	akan	secara	resmi	diberlakukan	
pada	akhir	tahun	2015.
Negara-negara	 utama	 di	 kawasan	 ASEAN	 mampu	 mencatatkan	
pertumbuhan	 ekonomi	 kuartal	 II-2014	 diatas	 ekspektasi.	 Negara-
negara	ASEAN-5	terkecuali	Indonesia	mampu	mencatatkan	pertumbuhan	
ekonomi	 pada	 kuartal	 II-2014	 diatas	 ekspektasi.	 Malaysia	 yang	
diproyeksikan	awal	oleh	Bank	Negara	Malaysia	hanya	mampu	tumbuh	5,8%	
dan	Filipina	yang	diproyeksikan	awal	oleh	Bangko	Sentral	ng	Pilipinas	hanya	
akan	 mampu	 tumbuh	 5,7%	 ternyata	 keduanya	 mampu	 mencatatkan	
pertumbuhan	 ekonomi	 tertinggi	 di	 kawasan	 yaitu	 hingga	 6,4%.	 Negara-
negara	ini	mendapatkan	momentum	perekonomiannya	pada	kuartal	II-2104	
melalui	pertumbuhan	yang	dialami	oleh	sektor	jasa	dan	sektor	konstruksi	
berdampingan	 dengan	 Singapura	 yang	 mencatatkan	 pertumbuhan	
ekonominya	melalui	pertumbuhan	pada	sektor	asuransi.	Sementara	hanya	
Tabel	13:	Pertumbuhan	PDB	atas	Dasar	Harga	Konstan	di	Negara-negara	
ASEAN,	1998–Q1	2014	(y-o-y,	%)
Kontribusi	Pelaku	Ekonomi	Swasta	Menjadi	Kunci	Dalam	Menjaga	
Momentum	Perekonomian	Kawasan
Sumber:	Bank	Indonesia	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 37
ASEAN
dalam	jangka	waktu	tiga	bulan	pasca	kudeta	pihak	militer,	Thailand	sebagai	
kekuatan	 ekonomi	 terbesar	 kedua	 di	 kawasan	 telah	 mampu	 lepas	 dari	
jeratan	resesi	dengan	kembali	mencatatkan	pertumbuhan	ekonomi	positif	
pada	 kuartal	 II-2104	 setelah	 sebelumnya	 mengalami	 kontraksi	 -2,1%.	
Pertumbuhan	yang	dialami	Thailand	ini	didorong	 membaiknya	tingkat	oleh	
keseimbangan	 perdagangan	 internasional	 Thailand	 serta	 membaiknya	
sentimen	 investor	 yang	 kembali	 melakukan	 penanaman	 modal	 pada	
berbagai	instrumen	keuangan	yang	dikeluarkan	oleh	pemerintah	maupun	
swasta.	 Sementara	 ,	 Indonesia	 	itu pada	 kuartal	 II-2014,	 mengalami
pertumbuhan	ekonomi	yang	melambat	dibandingkan	kuartal	sebelumnya.	
Hal	ini	diakibatkan	oleh	masih	belum	stabilnya	tingkat	kepercayaan	dunia	
usaha	terhadap	perekonomian	Indonesia	atas	dinamika	situasi	politik	pasca	
pemilihan	presiden	baru.	 pengetatan	berbagai	kebijakan	moneter	Selain	itu,	
maupun	fiskal	yang	salah	satunya	diwujudkan	melalui	penundaan	kebijakan	
pembayaran	gaji	ke-13	pegawai	negeri	sipil	oleh	pemerintah	dari	awalnya	
pada	kuartal	II-2014	menjadi	pada	kuartal	III-2014	yang	menekan	potensi	
pertumbuhan	konsumsi	masyarakat	Indonesia	pada	kuartal	berjalan	turut	
memberikan	dampak	pada	perlambatan	pertumbuhan	ekonomi	nasional
Kontribusi	 pelaku	 ekonomi	 swasta	 menjadi	 kunci	 pertumbuhan	
ekonomi	di	negara	utama	kawasan.	Momentum	pertumbuhan	ekonomi	
kuartal	II-2014	sebagaimana	yang	dialami	oleh	Malaysia,	Filipina,	Singapura,	
dan	 Thailand	 ditopang	 oleh	 pertumbuhan	 kinerja	 investasi	 swasta	 pada	
sektor	jasa	terutama	pada	sub-sektor	yang	terkait	dengan	perdagangan	dan	
sektor	 konstruksi	 yang	 dilatarbelakangi	 oleh	 membaiknya	 situasi	
perekonomian	 global	 secara	 umum.	 Hal	 ini	 ditunjukkan	 dengan	 capaian	
pertumbuhan	 sektor	 konstruksi	 hingga	 sebesar	 dua	 digit	 pada	 Malaysia	
sebesar	12,1%	dan	Filipina	sebesar	12,7%.	Meningkatnya	kontribusi	pelaku	
ekonomi	 swasta	 ini	 menjadi	 semakin	 dominan	 karena	 pada	 saat	 yang	
bersamaan	 kontribusi	 pengeluaran	 pemerintah	 pada	 kuartal	 berjalan	
menunjukkan	pelemahan	diakibatkan	 	pada	rantai	birokrasi.bottlenecking
Beberapa	negara	lainnya	di	kawasan	ASEAN	memerlukan	percepatan	
restrukturisasi	fundamental	ekonomi	agar	mencapai	potensi	optimal	
pertumbuhan	 ekonominya.	 Brunei	 sebagai	 satu-satunya	 negara	 di	
kawasan	yang	mencatatkan	kontraksi	ekonomi	sebesar	-3,3%	memerlukan	
restrukturisasi	 fundamental	 perekonomian	 dengan	 mempercepat
Indonesian Economic Review and Outlook38
diversifikasi	 sektor	 perekonomian	 yang	 saat	 ini	 sangat	 bergantung	 pada	
industri	 minyak	 bumi	 dan	 gas	 alam	 yang	 menurut	 Jabatan	 Perancang	
Kemajuan	Ekonomi	(JPKE)	Brunei	menguasai	lebih	kurang	70%	PDB	dan	
90%	total	ekspor.	Ketergantungan	pada	sektor	ini	yang	pada	kuartal	berjalan	
mencatatkan	kontraksi	-0,6%	tengah	dilakukan	upaya	pengalihan	kepada	
sektor-sektor	 potensial	 Brunei	 lainnya	 seperti	 pertanian,	 perikanan	 dan	
kehutanan	yang	pada	saat	bersamaan	mampu	mencatatkan	pertumbuhan	
hingga	 4,1%	 .	 Permasalahan	 fundamental	 ekonomi	 lainnya	year-on-year
seperti	defisit	anggaran	pendapatan	dan	belanja	negara	yang	terlalu	besar	
dialami	oleh	Laos	(5,8%	terhadap	PDB)	dan	Myanmar	(3,7%	terhadap	PDB)	
akibat	 kebijakan	 perlindungan	 sosial	 yang	 terlalu	 ekspansif,	 rekrutmen	
pegawai	negeri	sipil	secara	besar-besaran	dan	anggaran	pertahanan	yang	
masih	 terlalu	 tinggi	 sehingga	 menyebabkan	 terbatasnya	 ruang	 fiskal	
pemerintah	 dalam	 mengalokasikan	 anggaran	 untuk	 melakukan	 stimulus	
perekonomian.	 Vietnam	Sementara	itu,	konflik	perbatasan	antara	 dan	mitra	
ekonomi	utamanya,	Tiongkok,	membuat	perekonomian	Vietnam	terhambat.	
Oleh	karena	itu,	 saat	ini	berusaha	pemerintah	Vietnam	 untuk	melibatkan	
investor	asing	yang	lebih	beragam	demi	melepas	ketergantunganny 	secara	a
ekonomi	kepada	pemerintah	Tiongkok.
Inflasi	yang	didorong	oleh	harga	bahan	makanan	dan	produk	impor	
NEGARA 2011 2012 2013 Jul-14*
Brunei	Darussalam 1,8 0,4 0,38 0,2
Kamboja 4,9 2,9 4,65 4,85
Indonesia 3,8 4,3 8,38 3,99
Laos 7,7 4,2 6,37 3,7
Malaysia 3 1,6 3,2 3,2
Myanmar 5,1 6,1 5 5,96
Filipina 4,2 3,1 4,1 4,9
Singapura 5,5 4,3 2,4 1,2
Thailand 3,5 3 2,18 2,09
Vietnam 18,1 6,81 6,04 4,31
Tabel	14:	Tingkat	Inflasi	Negara-Negara	ASEAN,	2011-2014*	(y-o-y,	%)
Kenaikan	Harga	Barang	Diakibatkan	Masih	Banyaknya	Produk	Impor	
Pada	Berbagai	Komoditi	Konsumsi	Utama
Catatan:	Data-data	untuk	Brunei	Darussalam,	Kamboja,	Laos,	Malaysia,	Myanmar,	dan	Singapura	adalah	
posisi	per-Juli	2014	(y-o-y).	Data	untuk	Indonesia,	Filipina,	Thailand,	dan	Vietnam	adalah	posisi	
per-Agustus	2014	(y-o-y)
Sumber:	Bloomberg	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 39
ASEAN
dihadapi	dengan	kebijakan	beragam	oleh	negara-negara	di	kawasan.	
Secara	umum	negara-negara	di	kawasan	ASEAN	mencatatkan	pembentukan	
inflasi	tinggi	yang	disebabkan	oleh	meningkatnya	harga	bahan	makanan	dan	
minuman	non-alkohol	serta	beberapa	komponen	konsumtif	lainnya	seperti	
garmen	dan	elektronik	yang	masih	sangat	bergantung	pada	aktivitas	impor	
seiring	dengan	dibukanya	berbagai	fasilitas	 /Kawasan	Special	Economic	Zone
Ekonomi	Khusus	yang	terutama	terjadi	pada	negara-negara	yang	terletak	di	
area	 Sungai	 Mekong	 (Kamboja,	 Laos	 dan	 Myanmar).	 Tingkat	 inflasi	 yang	
relatif	tinggi	di	sub-kawasan	ini	juga	diperparah	dengan	adanya	bencana	
banjir	 tahunan	 serta	 instabilitas	 politik	 yang	 sempat	 terjadi	 di	 Thailand	
sebagai	 kekuatan	 ekonomi	 utama	 di	 sub-kawasan	 sehingga	 menghambat	
arus	 lalu	 lintas	 perdagangan.	 Tingkat	 inflasi	 di	 beberapa	 negara	 bahkan	
mengalami	tekanan	lebih	lanjut	dengan	terjadinya	kenaikan	harga	layanan	
listrik	sebesar	43%	di	Myanmar	pada	bulan	April	2014	serta	kenaikan	harga	
Bahan	Bakar	Minyak	(BBM)	di	Vietnam	sebanyak	dua	kali	yaitu	pada	26	Juni	
2014	dan	7	Juli	2014.	Pengendalian	inflasi	pada	negara-negara	di	kawasan	
tersebut	sebagian	besar	dilakukan	melalui	kebijakan	pengendalian	harga	
sebagaimana	 yang	 diterapkan	 oleh	 pemerintah	 militer	 Thailand	 dan	
pemerintah	 Vietnam	 yang	 terbukti	 cukup	 efektif	 untuk	 mencegah	
tercapainya	tingkat	inflasi	yang	lebih	tinggi	lagi	di	tengah	dinamika	yang	
terjadi.	 Lain	 halnya	 dengan	 pemerintah	 Laos	 menempuh	 kebijakan	
penghapusan	 	(VAT)	pada	beberapa	komoditi	yang	selama	ini	Value	Added	Tax
diimpor	 dengan	 harapan	 menumbuhkan	 produksi	 komersial	 secara	
domestik,	 kebijakan	 alternatif	 pengendalian	 inflasi	 juga	 dilakukan	 oleh	
pemerintah	 Brunei	 sebagai	 negara	 dengan	 tingkat	 inflasi	 terendah	 pada	
kuartal	 berjalan	 dengan	 melakukan	 kebijakan	 	 mata	 uang	 Dolar	pegging
Brunei	terhadap	Dolar	Singapura.
Potensi	 pembalikan	 arus	 modal	 membayangi	 pasar	 saham	 kawasan	
akibat	rencana	kebijakan	kenaikan	suku	bunga	The	Fed.	Pada	kuartal	II-
2014	 ini	 secara	 umum	 pasar	 saham	 di	 kawasan	 ASEAN	 menunjukkan	
pertumbuhan	 yang	 sangat	 menggembirakan	 dengan	 rerata	 pertumbuhan	
berada	 pada	 tingkat	 dua	 digit	 kecuali	 hanya	 pada	 Kamboja	 (-15,96%),	
Malaysia	(0,71%)	dan	Singapura	(4,80%).	Situasi	perlambatan	pertumbuhan	
pasar	saham	di	negara	Singapura	dan	Malaysia	sebagai	perwakilan	negara-
negara	dengan	tingkat	integrasi	ekonomi	internasional	yang	relatif	tinggi	di	
kawasan,	menunjukkan	adanya	gejala	perlambatan	aliran	arus	modal	masuk
Indonesian Economic Review and Outlook40
ke	pasar	saham	di	kawasan	ASEAN.	Situasi	ini	disinyalir	dikarenakan	sikap	
kehati-hatian	investor	terhadap	rencana	kenaikan	suku	bunga	The	Fed	yang	
diperkirakan	 oleh	 Bank	 Indonesia	 akan	 dilaksanakan	 pada	 Semester	
Pertama	2015	dengan	kisaran	kenaikan	100	hingga	115	basis	poin	sehingga	
berpotensi	 memicu	 terjadinya	 arus	 pembalikan	 modal	 dari	 emerging	
countries.	 Kementerian	 Keuangan	 Republik	 Indonesia,	 secara	 lebih	 lanjut	
mengindikasikan	 bahwa	 potensi	 pembalikan	 arus	 modal	 ini	 akan	 dapat	
mempengaruhi	 keseimbangan	 	 sebuah	 negara	 yang	 dapat	capital	 account
mengganggu	 perekonomian	 terutama	 bagi	 negara-negara	 yang	 saat	 ini	
sudah	mengalami	defisit	pada	 .	Situasi	potensi	pembalikan	current	account
arus	modal	ini	mengkhawatirkan	bagi	negara	Kamboja	dan	Laos	yang	justru	
saat	 ini	 sedang	 gencar-gencarnya	 merelaksasi	 regulasi	 di	 pasar	 saham	
mereka	agar	perusahaan	asing	tertarik	melakukan	 	di	pasar	saham	listing
tersebut	setelah	selama	ini	hanya	diisi	oleh	beberapa	perusahaan	yang	masih	
terafiliasi	dengan	negara	(Badan	Usaha	Milik	Negara).
Tingkat	 nilai	 tukar	 di	 kawasan	 masih	 sangat	 dipengaruhi	 oleh	
keseimbangan	perdagangan	internasional	dan	sentimen	pelaku	bisnis.	
Secara	umum	penguatan	atau	pelemahan	pada	nilai	tukar	negara-negara	di	
kawasan	ini	sangat	dipengaruhi	pada	kinerja	keseimbangan	perdagangan	
internasional	negara	tersebut	sebagaimana	yang	dialami	penguatan	pada	
mata	uang	Baht	Thailand,	Rupiah	Indonesia	dan	Ringgit	Malaysia.	Di	sisi	lain,	
Tabel	15:	Pertumbuhan	Indeks	Pasar	Saham	Negara	ASEAN,	2009-2014	
(y-o-y,	%)
Aliran	Arus	Modal	Dibayangi	Dengan	Rencana	Kenaikan	Suku	Bunga	The	Fed
Catatan:	Data	posisi	2	Januari	dan	29	Agustus	2014	adalah	pertumbuhan	berbasis	year-to-date
Sumber:	Bloomberg	(2014)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 41
fenomena	kontraksi	nilai	mata	uang	di	negara	Kamboja	lebih	disebabkan	
pada	demonstrasi	buruh	sektor	garmen	sebagai	industri	terbesar	di	Kamboja	
yang	telah	terjadi	selama	beberapa	bulan	terakhir	sehingga	menurunkan	
sentimen	 positif	 para	 pelaku	 bisnis	 terhadap	 proyeksi	 perekonomian	
Kamboja	kedepannya.	Khusus	untuk	Vietnam,	penurunan	nilai	mata	uang	
terjadi	 dikarenakan	 akibat	 kebijakan	 moneter	 yang	 ditempuh	 berupa	
devaluasi	Dong	Vietnam	sebesar	1%	yang	dilakukan	pada	19	Juni	2014	demi	
menjaga	daya	saing	produk-produk	Vietnam	di	luar	negeri	terhadap	mitra-
mitra	 dagang	 baru	 ditengah	 situasi	 perekonomiannya	 yang	 terguncang	
akibat	konflik	perbatasan	dengan	Tiongkok	yang	merupakan	mitra	dagang	
utama.	 Sementara	 fenomena	 sentimen	 positif	 dunia	 bisnis	 juga	
mempengaruhi	 nilai	 tukar	 Peso	 Filipina	 yang	 baru	 saja	 mendapatkan	
peningkatan	rating	oleh	Standard's	&	Poor	pada	awal	bulan	Mei	2014.
Tabel	16:	Pertumbuhan	Nilai	Tukar	Mata	Uang	Negara-Negara	di	ASEAN	
Terhadap	USD,	2009-2014	(y-o-y,	%)
Penguatan	Nilai	Tukar	Terutama	Ditopang	Oleh	Sentimen	Positif	Pasar
Catatan:	
*=	Pada	tahun	2012	Myanmar	mengalami	penyesuaian	nilai	mata	uang
Data	tersaji	pada	posisi	29	Agustus	2014	adalah	pertumbuhan	berbasis	year-to-date
Angka	(+)	menunjukkan	apresiasi	mata	uang	dan	angka	(-)	menunjukkan	depresiasi	mata	uang.
Sumber:	Bloomberg	(2014)
ASEAN
Indonesian Economic Review and Outlook42
Di	 bulan	 Agustus,	 paling	 tidak	 ada	 2	 tanggal	 penting	 dan	 menarik	 serta	
menjadi	perhatian	masyarakat,	yakni:	pertama,	17	Agustus	2014,	hari	HUT	
RI	 ke	 69	 dan	 sekaligus	 diluncurkannya	 uang	 NKRI	 (Negara	 Kesatuan	
Republik	Indonesia)	dan	kedua,	tg	21	Agustus	2014,	yang	ditandai	dengan	
keluarnya	 keputusan	 Makamah	 Konstitusi	 (MK)	 yang	 mengesahkan	
Presiden	 dan	 Wakil	 Presidan	 terpilih	 (Joko	 Widodo	 dan	 Jusuf	 Kala).	
Munculnya	 mata	 uang	 NKRI	 tidak	 saja	 sebagai	 perujudan	 UU	 No.7/2011		
tentang	Mata	Uang,	tetapi	sekaligus	merupakan	tonggak	perubahan	penting	
mengenai	konsep	uang	di	Indonesia	dari	uang	Bank	Indonesia	(UBI)	menjadi	
uang	NKRI	(UNKRI).	UBI—yang	selama	ini	dikenal	dan	digunakan	sebagai	
media	pertukaran,	alat	pembayaran	dan	pengukur	nilai—atau	uang	kartal	BI	
merupakan	kewajiban	moneter	otoritas	moneter	(BI)	kepada	masyarakat.	
Jadi	 memang	 sungguh	 luar	 biasa	 otoritas	 yang	 dimiliki	 BI,	 padahal	 BI	
hanyalah	lembaga	negara	yang	independen	terhadap	pemerintah.	Di	sisi	lain,	
munculnya	uang	NKRI	(UNKRI)	berarti	yang	mempunyai	kewajiban	moneter	
kepada	masyarakat	adalah	Negara	yakni	NKRI	yang	diwakili	oleh	pemerintah	
(c.q.	Menteri	Keuangan)	dan	lembaga	negara	BI.	UNKRI	tidak	saja	sebagai	
uang	kartal	tetapi	juga	menunjukan	keberadaan	negara	dalam	semua	sendi	
dan	 sisi	 kehidupan	 serta	 kegiatan	 ekonomi	 masyarakat	 selama	 mereka	
berada	di	NKRI.	Memang	munculnya	UNKRI	dapat	memberi	indikasi	semakin	
berkurangnya	 otoritas	 dan	 independensi	 yang	 dimiliki	 Bank	 Indonesia	
setelah	lahirnya	OJK	(Otoritas	Jasa	Keuangan)	dan	penetapan	target	inflasi	
oleh	pemerintah	(Insukindro,	2009).	Namun,	langkah	tsb	penting	dan	harus	
dilakukan	agar	biaya	pencetakan	dan	jumlah	uang	yang	dicetak,	misalnya,	
tidak	 saja	 dapat	 diketahui	 oleh	 BI	 dan	 pemerintah	 tetapi	 juga	 oleh	
masyarakat	melalui	wakil-wakil	mereka	di	DPR	(Dewan	Perwakilan	Rakyat).	
Di	masa	yang	akan	datang,	rasanya	akan	lebih	baik	lagi	jika	jumlah	UNKRI	
yang	dicetak	dan	diedarkan	juga	dikaitkan	dengan	rencana	pembangunan	
negara	baik	yang	tercantum	dalam	RPJMN	(Rencana	Pembangunan	Jangka	
F. Isu Terkini
Prospek	Dan	Tantangan	Pemerintahan	yang	Baru
Insukindro
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 43
Menengah	Nasional)	maupun	RAPBN	(Rencana	Anggaran	Penerimaan	dan	
Belanja	 Negara).	 Dua	 hal	 yang	 disebut	 terakhir,	 tentunya	 akan	 tercermin	
dalam	neraca	interen	(internal	balance)	seperti	tingkat	inflasi,	pertumbuhan	
ekonomi,	 kesempatan	 kerja	 dan	 kestabilan	 sistem	 keuangan,	 dan	 neraca	
eksteren	 (external	 balance),	 seperti	 keseimbangan	 neraca	 pembayaran	
internasional.	Tentu	saja	semua	ini	perlu	pula	diwujudkan	dalam	perubahan	
Undang-Undang	Bank	Indonesia.
Keputusan	MK	tg	21	Agustus	2014	memberi	asa	(harapan)	tersendiri,	tidak	
saja	karena	kita	akan	mempunyai	presiden	dan	wakil	presiden	baru	tetapi	
juga	asa-asa	baru	dengan	 nawa	cita 	(sembilan	agenda	prioritas)	beliau.	“ ”
Program-program	 pemerintah	 baru	 seperti	 Indonesia	 pintar	 dan	 sehat,	
subsidi	daerah	dan	desa,	secara	ekonomika	makro	berarti	bentuk-bentuk	
stimulus	 fiskal	 yang	 diharapkan	 dapat	 mendorong	 kualitas	 tenaga	 kerja,	
produktivitas	dan	pertumbuhan	ekonomi.	Namun	demikian,	tantangan	yang	
akan	dihadapi	pemerintah	yang	baru	juga	tidak	mudah,	RAPBN	2015	ini	
disusun	oleh	Kabinet	pimpinan	presiden	Susilo	Bambang	Yudoyono	yang	
tentu	saja	mempunyai	program	yang	tidak	sama	dengan	presiden	terpilih,	
terlebih	 lagi	 masalah-masalah	 yang	 harus	 segera	 diselesaikan,	 seperti	
subsidi	BBM	dan	listrik,	utang	luar	negeri	dan	sumber	pendanaan	RAPBN	
berkenaan
Pengurangan	 subsidi	 BBM,	 misalnya,	 dapat	 dilakukan	 dengan	 dua	
pendekatan	 yakni	 pendekatan	 kuantitas	 atau	 membatasi	 jumlah	 subsidi	
BBM	(seperti	yang	dilakukan	pemerintah	akhir-akhir	ini)	dan	pendekatan	
harga	 yakni	 dengan	 menaikkan	 harga	 BBM.	 Kedua	 pendekatan	 ini	 pada	
gilirannya	akan	menaikkan	harga	BBM	baik	langsung	(pendekatan	kedua)	
atau	 tidak	 langsung	 (pendekatan	 pertama).	 Dengan	 menggunakan	
pendekatan	 Makroekonomika	 Konsensus	 Baru	 (MKB)¹,	 dapat	 dianalisis	
bagaimana	pengaruh	stimulus	fiskal	dan	kenaikan	BBM	terhadap	variabel	
ekonomika	 makro,	 misalnya:	 suku	 bunga,	 inflasi	 dan	 fluktuasi	 ekonomi	
Isu Terkini
¹	Pendekatan	ekonomika	makro	baru,	seperti	Sentesis	Neoklasik	Baru	(New	Neoclassical	Synthesis)	
yang	dikembangkan	oleh	Goodfriend	dan	King	(1997)	dan/atau	Makroekonomika	Konsensus	
Baru	 (New	 Consensus	 Macroeconomics)	 (lihat	 misalnya:	 Arestis	 dan	 Sawyer,	 2008),	 dan	
kemudian	 diramu	 oleh	 Hubbard	 dkk	 (2012:	 Ch.9-13,	 15),	 memungkinkan	 digunakannya	
pendekatan	 IS-MP-MNKPC	 dalam	 menganalisis	 fenomena	 ekonomi	 di	 atas	 (lihat	 juga:	
Insukindro,	2013).
Indonesian Economic Review and Outlook44
(resesi	atau	ekspansi	ekonomi).	Stimulus	fiskal	akan	berpengaruh	terhadap	
kenaikan	output	(ekspansi),	namun	dapat	mendorong	inflasi.	Pertanyaannya	
haruskan	suku	bunga	dinaikkan?	Jawabannya	ada	dua.	Pertama,	suku	bunga	
dinaikkan	dengan	harapan	inflasi	turun²,	ataukah	yang	kedua,		suku	bunga	
tidak	dinaikkan	dan	output	lebih	meningkat	(ekspansi	ekonomi	lebih	lanjut)	
tetapi	dalam	jangka	pendek	akan	disertai	kenaikan	inflasi.		
Kenaikan	 BBM	 dalam	 jangka	 pendek	 akan	 mendorong	 kenaikan	 biaya	
produksi	dan	harga	atau	inflasi.	Pertanyaannya	adalah	haruskan	kenaikan	
BBM	ini	disertai	oleh	kenaikan	suku	bunga	oleh	Bank	Indonesia.	Jawabannya	
juga	ada	dua.	Pertama,	suku	bunga	dinaikkan	dengan	harapan	inflasi	turun,	
tetapi	terjadi	kelesuan	atau	resesi	ekonomi,	dan	kedua,	suku	bunga	tidak	
dinaikkan,	tetapi	kita	terhindar	dari	resesi	ekonomi	walaupun	dalam	jangka	
pendek	terjadi	kenaikan	harga	atau	inflasi.	
Dari	dua	contoh	di	atas,	memang	ada	dua	pilihan	apakah	kita	mengikuti	
aliran	baku	Neoklasik,	yang	nampaknya	banyak	diacu	di	Indonesia,	ataukah	
kita	 mengikuti	 ekonomika	 makro	 baru	 seperti	 MKB.	 Jika	 kita	 mengikuti	
ekonomika	makro	baru,	maka	kita	mempunyai	pilihan-pilihan	kebijakan	dan	
konsekuensi	yang	timbul	serta	kemungkinan	kita	terhindar	dari	sindrum	
inflasi	dan	lebih	pro	kepada	sektor	riil	atau	penawaran	agregat.	Tentu	saja,	
koordinasi	antara	pemerintah,	BI,	OJK	dll	perlu	dilakukan	dan	ditingkatkan,	
walaupun	 semua	 orang	 telah	 mahfum	 bahwa	 koordinasi	 adalah	 barang	
ekonomi	yang	mahal	dan	tidak	mudah.	
Studi	yang	dilakukan	oleh	Insukindro	dan	Makhfatih	(2013)	juga	mendukung	
perlunya	 koordinasi	 antara	 pemerintah	 dan	 BI	 dalam	 mengelola	 uang	
beredar	 agar	 mampu	 menggariahkan	 pertumbuhan	 ekonomi,	 dan	
koordinasi	ini	rasanya	dapat	dilakukan	karena	telah	lahir	UNKRI.	Pemerintah	
perlu	memperbaiki	tata	kelola	produksi dan	pasar	migas	dan	subsidi	serta		
pajak	 terkait.	 Pengeluaran	 pemerintah	 diharapkan	 tidak	 hanya	 mampu	
meningkatkan	 permintaan	 agregat 	 tetapi	 juga	 dapat	 mendorong	,
pen 	 produksi	 atau	 penawaran	 agregat,	 sehingga	 sindrum	 suku	ingkatan
bunga	tinggi	dan	inflasi	dapat	dikurangi.	Hal	lain	yang	perlu	dicermati	adalah	
²	Kebijakan	ini	biasanya	lebih	banyak	dipilih	oleh	ekonom	yang	percaya	pada	aliran	Neoklasik	yang	
telah	banyak	mendapat	kritikan	(lihat	misalnya:	Blanchard	dkk,	2010)
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 45
krisis	luar	negeri	dan	semakin	terbukanya	perekonomian	Indonesia.	Studi	di	
atas	 menunjukkan	 bagaimana	 pengaruh	 kedua	 besaran	 ini	 terhadap	
perekonomian	negara	kita,	dan	diharapkan	sampai	akhir	2014	telah	terjadi	
pembalikan	 keadaan	 krisis	 di	 luar	 negeri	 (USA	 dan	 Eropa)	 ke	 arah	
pertumbuhan	ekonomi	yang	positif	dan	meningkat.	
Yogyakarta,	24	Agustus	2014
Referensi
Arestis,	P	and	M.C.	Sawyer	(2008),	A	Critical	Reconsideration	of	Foundation	
of	 Monetary	 Policy	 in	 the	 New	 Consensus	 Macroeconomics	
Framework,	Cambridge	Journal	of	Economics,	31(5):	761-779.
Blanchard,	O.,	G.	Dell'Ariccia	and	P.	Mauro	(2010),	Rethinking	Macroeconomic	
Policy,	IMF	Staff	Position	Note,	SPN/10/03,	February	12
Goodfriend,	M.	and	R.G.	King	(1997),	The	New	Neoclassical	Synthesis	and	the	
Role	of	Monetary	Policy,	NBER	Macroeconomics	Annual:	971-987.	
Hubbard,	 R.G.,	 A.P.	 O'Brien	 and	 M.	 Rafferty	 (2012),	 Macroeconomics,	
Pearson	Education,	Inc.
Insukindro	(2009),	Bank	Indonesia	Masa	Depan,	Kompas,	22	Juli
Insukindro	(2013),	Makroekonomika	Baru:	Pendekatan	IS-MP-MNKPC	dan	
Sintesa	Neoklasik	Baru,	Materi	Ceramah	di	PRES	BI,	30-31	Juli
Insukindro	 dan	 A.	 Makhfatih	 (2013),	 Kajian	 Analisis	 Ekonomi	 dan	
Pembiayaan	Pembangunan,	Laporan	Akhir,	Konsultan	Tim	Kajian	
Staf	Ahli	Meneg	PPN/Ketua	Bappenas,	Jakarta
Indonesian Economic Review and Outlook46
G. Economic Outlook
Stabilitas ekonomi	Indonesia		sosial,	politik	dan	 pasca	pemilihan	Presiden	
dan	Wakil	Presiden	secara	umum	terjaga	dengan	baik.	Nilai	rupiah,	inflasi	
dan	indeks	harga	saham	gabungan	menyambut	positip	Presiden	dan	Wakil	
Presiden	terpilih.	Diharapkan	pemerintah	baru	akan	membawa	perbaikkan	
dalam	 pengelolaan	 ekonomi	 sehingga	 Indonesia	 bisa	 semakin	 maju,	
sejahtera	 dan	 adil.	 Namun	 demikian	 masalah,	 tantangan	 dan	 ancaman	
menghantui	 pemerintah	 baru	 nanti.	 Indonesia	 berada	 pada	 tren	
pertumbuhan	ekonomi	yang	menurun	sejak	2012	dan	neraca	perdagangan	
barang	 defisit,	 demikian	 juga	 defisit	 transaksi	 berjalan	 yang	 meningkat.	
Apalagi	debt	service	ratio	terus	naik	sehingga	berada	pada	posisi	48%	yang	
sudah	merupakan	lampu	merah	bagi	perekonomian	suatu	negara.	Padahal	
utang	luar	negeri	swasta	juga	terus	meningkat	dengan	utang	jangka	pendek	
yang	cukup	signifikan	jumlahnya.	Padahal	investasi	portfolio	asing	masuk	ke	
pasar	saham	ataupun	surat	berharga	negara	juga	semakin	besar,	yang	bisa	
keluar	 setiap	 saat.	 Apalagi	 Amerika	 Serikat	 yang	 ekonominya	 membaik	
diperkirakan	 akan	 melakukan	 kebijakan	 ta ering	 off	 pada	 tahun	 2015.	p
Dengan	 demikian	 meskipun	 pertumbuhan	 negara-negara	 ASEAN	 mulai	
menggeliat	 lagi,	 demikian	 juga	 India	 mulai	 meningkat	 pertumbuhan	
ekonominya,	namun	ancaman	masih	menghantui.	Sehingga	jika	tidak	ada	
perubahan	 dalam	 pengelolaan	 ekonomi	 Indonesia,	 tren	 pertumbuhan	
ekonomi	 yang	 menurun	 akan	 berlanjut	 karena	 kualitas	 pembangunan	
ekonomi	Indonesia	yang	rendah	seperti	yang	diramalkan	oleh	GAMA	LEI.	
Apalagi	kebijakan	fiskal	yang	diharapkan	dapat	menstimulus	pertumbuhan	
ekonomi	sudah	berat	oleh	anggaran	subsidi	energi.	
Pemerintah	baru	yang	dinakhodai	oleh	Jokowi	dan	JK	diharapkan	akan	dapat	
memperbaiki	 kualitas	 pertumbuhan	 ataupun	 pembangunan	 ekonomi.	
Pemerintah	 diharapkan	 mampu	 meletakkan	 dasar-dasar	 perekonomian	
yang	 sehat,	 kuat,	 dan	 berdaya	 saing	 tinggi.	 Untuk	 itu	 kebijakan	 fiskal	
diharapkan	 bisa	 dijadikan	 sebagai	 isntrumen	 selain	 untuk	 menjalankan	
fungsi	 alokasi,	 menjaga	 stabilitas	 ekonomi	 dan	 redistribusi	 juga	 dapat	
berfungsi	 dalam	 menstimulus	 pembangunan	 ekonomi.	 Pemerintah	 baru	
diharapkan	punya	keberanian	untuk	mengalihkan	subsidi	energi	yang	salah	
sasaran	kepada	pembangunan	manusia	seperti	pendidikan,	kesehatan,	dan	
jaminan	 sosial	 lainnya,	 serta	 pembangunan	 infrastruktur	 seperti	 irigasi,
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 47
jalan,	 jalur	 kereta	 api,	 dan	 waduk	 yang	 dapat	 meningkatkan	 daya	 saing	
Indonesia.	Selain	itu	berbagai	kebijakan	yang	dapat	menggerakkan	ekonomi	
domestik	 serta	 mengurangi	 ketergantungan	 pada	 komoditas	 luar	 negeri	
diperlukan	 agar	 Indonesia	 siap	 memasuki	 Masyarakat	 Ekonomi	 ASEAN	
2015. Sehingga	 meskipun	 tren	 penurunan	 ekonomi	 masih	 berlangsung		
namun		jika	pengelolaan	ekonomi	berubah	pro	manusia,	pro	daya	saing	dan	
pro	ekonomi	domestik,	serta	pemerintah	berani	mengambil	tindakan	yang	
diperlukan	meskipun	tidak	populer	untuk	itu,	diharapkan	ada		perbaikkan	
pada	 perekonomian	 Indonesia.	 Sehingga	 tren	 penurunan	 pertumbuhan	
ekonomi	 dapat	 dibalik	 menjadi	 peningkatan	 pertumbuhan	 ekonomi.	
Semoga.
INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK
TIM MACROECONOMIC DASHBOARD
MACROECONOMIC DASHBOARD
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pertamina Tower Building Lt. 4 Ruang 4.1
Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp: +62 274 548 517 ext 373
Email: iero@email.macroeconomicdashboard.com
Website: www.macroeconomicdashboard.com
Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc.
Head of Researcher
sadining@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Prof. Dr. Samsubar Saleh, M.Soc. Sc.
Senior Researcher
samsubar@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Rosa Kristiadi, M.Comm
Researcher
rosa.kristiadi@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Zira Brenda Wiranti, S.E.
Junior Researcher
zirabrenda@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Dyah Savitri Pritadrajati
Research Assistant
dyah.prita@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Dhian Karyantono
Research Assistant
dhian.k@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Prof. Dr. Tri Widodo, M.Ec.Dev.
Senior Researcher
triwidodo@feb.ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Muhammad Ryan Sanjaya, MIntDevEc.
Researcher
m.ryan.sanjaya@ugm.ac.id
+62 274 548 517 ext 373
Galih Adhidharma, S.E.
Junior Researcher
galih@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Traheka Erdyas Bimanatya
Research Assistant
bimanatya@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Umi Fitria Ridya Rahmawaty
Research Assistant
umi.fitria@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373
Mohammad Rizki Hutomo
Research Assistant, Web Developer and Layout
hutomo.mr@email.macroeconomicdashboard.com
+62 274 548 517 ext 373

More Related Content

What's hot

"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul TanjungBudi Rachmat
 
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.fileProspek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.fileIndra Yu
 
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKMBANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKMkhoiril anwar
 
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016iqbal haqiqi94
 
Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Rosa Kristiadi
 
Tugas belajar II
Tugas belajar IITugas belajar II
Tugas belajar IIfafa_zulfa
 
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Rosa Kristiadi
 
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Rosa Kristiadi
 
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Dameuli Silalahi
 
Indonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookIndonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookBambang Muliyadi
 
Indonesia economic outlook 2018
Indonesia economic outlook 2018Indonesia economic outlook 2018
Indonesia economic outlook 2018Bambang Muliyadi
 
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaKebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaBambang Muliyadi
 
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalBank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalYudy Yunardy
 
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)Nur Hasan Murtiaji
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014ekho109
 

What's hot (20)

"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
 
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.fileProspek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
 
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKMBANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
BANK WAKAF UMKM Bagi Investasi & Pendanaan UMKM
 
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
 
Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013
 
Tugas belajar II
Tugas belajar IITugas belajar II
Tugas belajar II
 
T
TT
T
 
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013
 
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
Majalah Keuangan Negara Edisi Juli-September 2015
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1 Tahun I/Desember 2012
 
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
 
Indonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and OutlookIndonesia Economic Review and Outlook
Indonesia Economic Review and Outlook
 
Indonesia economic outlook 2018
Indonesia economic outlook 2018Indonesia economic outlook 2018
Indonesia economic outlook 2018
 
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
Pendahuluan (Perekonomian Indonesia BAB 1)
 
Market update 20140224
Market update 20140224Market update 20140224
Market update 20140224
 
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaKebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
 
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalBank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
 
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
Bahan tayang press conf apbn kita april 2020 (tayang)
 
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
Ulasan Bank of Japan - KebanksentralanUlasan Bank of Japan - Kebanksentralan
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
 

Viewers also liked

Buku ii-bab-iii rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-iii rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-iii rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-iii rpjmn tahun 2010-2014PA Rianto
 
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesiaStatus lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesiaOswar Mungkasa
 
Teori ekonomi makro resume
Teori ekonomi makro resumeTeori ekonomi makro resume
Teori ekonomi makro resumeMonika Septian
 
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Mhd. Abdullah Hamid
 
The Race to 2021: The State of Autonomous Vehicles and a "Who's Who" of Indus...
The Race to 2021: The State of Autonomous Vehicles and a "Who's Who" of Indus...The Race to 2021: The State of Autonomous Vehicles and a "Who's Who" of Indus...
The Race to 2021: The State of Autonomous Vehicles and a "Who's Who" of Indus...Altimeter, a Prophet Company
 

Viewers also liked (7)

Buku ii-bab-iii rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-iii rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-iii rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-iii rpjmn tahun 2010-2014
 
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesiaStatus lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
 
Teori Ekonomi Makro
Teori Ekonomi MakroTeori Ekonomi Makro
Teori Ekonomi Makro
 
Teori ekonomi makro resume
Teori ekonomi makro resumeTeori ekonomi makro resume
Teori ekonomi makro resume
 
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiwResume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
 
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
 
The Race to 2021: The State of Autonomous Vehicles and a "Who's Who" of Indus...
The Race to 2021: The State of Autonomous Vehicles and a "Who's Who" of Indus...The Race to 2021: The State of Autonomous Vehicles and a "Who's Who" of Indus...
The Race to 2021: The State of Autonomous Vehicles and a "Who's Who" of Indus...
 

Similar to IERO NO 3/TAHUN III/ SEPTEMBER 2014

pembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerahpembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerahGilang Jupriono
 
Kelompok 1 teori ekonomi lanjutan
Kelompok 1 teori ekonomi lanjutanKelompok 1 teori ekonomi lanjutan
Kelompok 1 teori ekonomi lanjutankhairilaswandi
 
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...Abida Muttaqiena
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNandaTika
 
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Mellianae Merkusi
 
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionSinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionTri Cahyono
 
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdfMelyndaSriWulandari
 
Laporan Awal Kerangka Ekonomi Makro Kota Tanjungpinang
Laporan Awal Kerangka Ekonomi Makro Kota TanjungpinangLaporan Awal Kerangka Ekonomi Makro Kota Tanjungpinang
Laporan Awal Kerangka Ekonomi Makro Kota TanjungpinangShahril Budiman Png
 
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 20172017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017ThrustGen - Trust Generation
 
7.pembangunan ekonomi daerah
7.pembangunan ekonomi daerah7.pembangunan ekonomi daerah
7.pembangunan ekonomi daerahsitiaisah12140250
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTrifoniaApikaRirinPu1
 
PPT LAPDA INMAKRO 2020.pptx
PPT LAPDA INMAKRO 2020.pptxPPT LAPDA INMAKRO 2020.pptx
PPT LAPDA INMAKRO 2020.pptxAwanSenjahari1
 
Review artikel a financial inclusion index for indonesia
Review artikel a financial inclusion index for indonesiaReview artikel a financial inclusion index for indonesia
Review artikel a financial inclusion index for indonesiaIndika Farhatunnada
 
Ppt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingPpt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingRosa Kristiadi
 
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riauVellha Nurazizah
 

Similar to IERO NO 3/TAHUN III/ SEPTEMBER 2014 (20)

Percepatan Serapan Anggaran
Percepatan Serapan AnggaranPercepatan Serapan Anggaran
Percepatan Serapan Anggaran
 
Ppt iero juni 2013
Ppt iero juni 2013Ppt iero juni 2013
Ppt iero juni 2013
 
Strategi pencapaian rencana kerja pemerintah dan penganggarannya tahun 2018
Strategi pencapaian rencana kerja pemerintah dan penganggarannya tahun 2018Strategi pencapaian rencana kerja pemerintah dan penganggarannya tahun 2018
Strategi pencapaian rencana kerja pemerintah dan penganggarannya tahun 2018
 
pembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerahpembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerah
 
Kelompok 1 teori ekonomi lanjutan
Kelompok 1 teori ekonomi lanjutanKelompok 1 teori ekonomi lanjutan
Kelompok 1 teori ekonomi lanjutan
 
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docx
 
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
 
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionSinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
 
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
 
Laporan Awal Kerangka Ekonomi Makro Kota Tanjungpinang
Laporan Awal Kerangka Ekonomi Makro Kota TanjungpinangLaporan Awal Kerangka Ekonomi Makro Kota Tanjungpinang
Laporan Awal Kerangka Ekonomi Makro Kota Tanjungpinang
 
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 20172017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
 
7.pembangunan ekonomi daerah
7.pembangunan ekonomi daerah7.pembangunan ekonomi daerah
7.pembangunan ekonomi daerah
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
 
PPT LAPDA INMAKRO 2020.pptx
PPT LAPDA INMAKRO 2020.pptxPPT LAPDA INMAKRO 2020.pptx
PPT LAPDA INMAKRO 2020.pptx
 
Review artikel a financial inclusion index for indonesia
Review artikel a financial inclusion index for indonesiaReview artikel a financial inclusion index for indonesia
Review artikel a financial inclusion index for indonesia
 
Ppt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launchingPpt iero desember 2012 launching
Ppt iero desember 2012 launching
 
Ekonomi Mikro & Makro
Ekonomi Mikro & MakroEkonomi Mikro & Makro
Ekonomi Mikro & Makro
 
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
 
273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf
 

More from Rosa Kristiadi

IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014Rosa Kristiadi
 
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014Rosa Kristiadi
 
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014Rosa Kristiadi
 
Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Rosa Kristiadi
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Rosa Kristiadi
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Rosa Kristiadi
 
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Rosa Kristiadi
 
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...Rosa Kristiadi
 
Asean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisAsean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisRosa Kristiadi
 
Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Rosa Kristiadi
 

More from Rosa Kristiadi (11)

IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
IERO NO 3/YEAR III/SEPTEMBER 2014
 
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
IERO NO 2/YEAR III/JUNE 2014
 
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
IERO NO 1/YEAR III/MARCH 2014
 
Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013Iero no 2 year ii june 2013
Iero no 2 year ii june 2013
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
Indonesian Economic Review and Outlook No 1/Year I/December 2012
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 2 Year II/March 2013
 
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
Contributing to efforts for greater financial markets stability in apec econo...
 
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
The impact of global economic volatility on the size of portfolio investment ...
 
Asean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysisAsean+3 capital market swot analysis
Asean+3 capital market swot analysis
 
Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013Ppt iero desember 2013
Ppt iero desember 2013
 
Ppt iero maret 2013
Ppt iero maret 2013Ppt iero maret 2013
Ppt iero maret 2013
 

IERO NO 3/TAHUN III/ SEPTEMBER 2014

  • 1. INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 3/Tahun III/September2014 Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Harapan di Tengah Tantangan dan Peluang Pemerintah Mendatang
  • 2. Kata Pengantar Selamat membaca Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc Head of Researcher Macroeconomic Dashboard Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) adalah buletin ilmiah kuartalan yang membahas gambaran umum terkini perekonomian Indonesia disertai prospeknya di masa mendatang, Buletin ini diterbitkan oleh Macroeconomic Dashboard yang merupakan fasilitas laboratorium ekonomi makro yang dikembangkan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sejak tahun 2012. Dalam melihat prospek perekonomian Indonesia, buletin ini menggunakan Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi dari para akademisi bidang ekonomi dan juga secara khusus mengembangkan Gadjah Mada Leading Economic Indicator (GAMA LEI) sebagai instrumen proyeksi perekonomian yang dikembangkan secara orisinil oleh tim Macroeconomic Dashboard. GAMA LEI yang telah terbukti mampu memprediksikan siklus perekonomian Indonesia secara tepat selama enam kuartal, selalu terus mengalami penyempurnaan pada setiap edisinya agar dapat menjadi alat indikasi siklus perekonomian Indonesia yang semakin dapat dipercaya oleh para penggunanya. Dengan outreach tiap minggunya mencapai lebih kurang seribu orang pembaca per- minggu baik dalam bentuk fisik maupun versi online serta outreach total yang hampir mencapai hingga setengah juta pembaca, IERO pada edisi ini mengangkat tema: “Harapan di Tengah Tantangan dan Peluang Pemerintahan Mendatang”. Tema ini diangkat untuk menangkap harapan besar dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia akan masa depan ekonomi Indonesia yang penuh tantangan terutama dikaitkan dengan menjelangnya kehadiran ASEAN Economic Community 2015 namun di tengah kegentingan tren pertumbuhan ekonomi yang justru menunjukkan perlambatan. Semoga pemerintahan mendatang mampu mengubah momentum untuk menjadikan perekonomian Indonesia kembali kuat dan berkelanjutan.
  • 3. Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................... 1 A. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN FISKAL 1. Kontraksi pengeluaran pemerintah berdampak buruk pada perekonomian..................................................................................................... 3 2. Keuangan Pemerintah masih terus tergerus subsidi......................... 6 3. Penurunan tingkat kemiskinan belum dibarengi turunnya tingkat disparitas antardaerah.................................................................... 9 B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN 1. Tidak banyak perkembangan pada sektor moneter Indonesia..... 11 2. Utang pemerintah Indonesia masih terus meningkat....................... 18 3. Perbaikan neraca pembayaran belum diikuti perbaikan pada neraca perdagangan......................................................................................... 22 C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI 1. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI)................................. 26 2. Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi..................................... 27 D. PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL.................................................... 30 E. ASEAN: Memasuki ASEAN Economic Community 2015 Di Tengah Bayang-Bayang Tantangan Perekonomian Kawasan 35 F. ISU TERKINI.............................................................................................................. 42 G. ECONOMIC OUTLOOK.......................................................................................... 46 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada iii
  • 4. Daftar Istilah AEC ASEAN Economic Community APBN Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara APBNP Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan ASEAN Association of South East Asian Nations BBM Bahan Bakar Minyak BI Bank Indonesia BPS Badan Pusat Statistik bps basis point c.q. Casu Quo (dalam hal ini) DPR Dewan Perwakilan Rakyat ECB European Central Bank (Bank Sentral Eropa) EUR Euro FFR Fed Fund Rate, Suku Bunga Acuan The Fed fob free on board FOMC Federal Open Market Committee, Dewan Pengambil Kebijakan Moneter The Fed GAMA LEI Gadjah Mada Leading Economic Indicator GST Goods And Service Tax HDI Human Development Index IDR Indonesian Rupiah IHSG Indeks Harga Saham Gabungan IPM Indeks Pembangunan Manusia JPKE Jabatan Perancang Kemajuan Ekonomi LHS Left Hand Side LPS Lembaga Penjamin Simpanan Migas Minyak dan Gas Bumi Minerba Mineral dan Batubara MK Mahkamah Konstitusi MKB Makroekonomika Konsensus Baru m-t-m month-to-month NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia OJK Otoritas Jasa Keuangan PDB Produk Domestik Bruto q-t-q quarter-to-quarter Rasio Gini Alat Ukur Derajat Ketidakmerataan Distribusi Penduduk RHS Right Hand Side RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional SBI Sertifikat Bank Indonesia SBN Surat Berharga Negara SUN Surat Utang Negara The Fed The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika) UBI Uang Bank Indonesia UNKRI Uang Negara Kesatuan Republik Indonesia USD Dolar Amerika UU Undang-Undang y-o-y year-on-year y-t-d year-to-date Indonesian Economic Review and Outlookiv
  • 5. RINGKASAN EKSEKUTIF Tindakan pemerintah melalui penghematan anggaran sebesar IDR 43 triliun berdampak pada mengecilnya kontribusi sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal II-2014 terjadi kontraksi konsumsi pemerintah sebesar -0,71% (y-o-y), padahal ekonomi tumbuh sebesar 5,12% (y-o-y). Begitu pula efek multiplier dari Pemilu ternyata tidak sebesar yang diharapkan. Sementara itu dari sisi perdagangan internasional juga terjadi penurunan kinerja ekspor yang salah satunya disebabkan oleh UU Minerba yang membatasi ekspor bahan tambang mentah. Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari asumsi APBNP 2014 berdampak pada penurunan penerimaan pemerintah dari pajak. Kabar buruk rendahnya penerimaan pemerintah hingga saat ini masih diiringi dengan beban subsidi BBM yang terus meningkat. Pertamina sebagai BUMN yang bertanggung jawab dalam distribusi BBM bahkan sempat melakukan operasi pengendalian BBM bersubsidi jenis solar dan premium. Apabila permasalahan subsidi yang tidak tepat sasaran ini tidak segera ditindaklanjuti maka beban fiskal pemerintah ke depan tentu akan makin berat. Perlu diingat bahwa dengan adanya subsidi BBM maka sesungguhnya ada ongkos yang mesti ditanggung (opportunity cost) berupa program- program pembangunan yang tidak terwujud seperti program pengembangan infrastruktur dan pengentasan orang miskin. Statistik pada Maret 2014 menunjukkan masih ada 28,28 juta orang miskin, dimana tingkat kemiskinan tertinggi terjadi di luar Pulau Jawa seperti Maluku dan Papua (23,15%), Bali dan Nusa Tenggara (14,42%), dan Sulawesi (11,71%). Perkembangan dari sisi moneter dan keuangan masih menunjukkan prospek yang positif dimana IHSG masih terus tumbuh begitu pula dengan cadangan devisa yang naik berkat penerbitan Eurobond perdana RI yang oversubscribed hingga 6,7 kali. Kebijakan BI masih tetap konsisten dengan mempertahankan BI rate pada 7,5% meski nilai rupiah yang lemah masih terus berlanjut. Apabila tidak ada perubahan signifikan pada kondisi internal (defisit neraca perdagangan, pertumbuhan ekonomi) maupun kondisi eksternal (ketidakstabilan kawasan, usainya quantitative easing di AS tahun Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1
  • 6. depan) maka sepertinya kurs saat ini mungkin merupakan nilai keseimbangan yang baru dan akan bertahan lama. Namun demikian nilai rupiah di dalam negeri (inflasi) masih tetap terjaga pasca-lebaran lalu. Prediksi GAMA LEI menunjukkan kecenderungan penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia pada kuartal III-2014. Sementara itu hasil konsensus memperkirakan pertumbuhan sebesar 5,22% pada kuartal III- 2014 atau 5,68% untuk keseluruhan tahun 2014. Namun perlu dicatat bahwa relatif suksesnya pelaksanaan Pemilu Presiden lalu seharusnya turut menyumbang optimisme pada perekonomian di masa depan, terutama pasca-pelantikan presiden baru yang rencananya akan dilakukan pada 20 Oktober 2014 yang akan datang. Pada edisi kali ini Tim Macroeconomic Dashboard menyajikan liputan perdana perkembangan ekonomi regional. Telaah atas pertumbuhan ekonomi di 33 provinsi menunjukkan hanya 12 provinsi yang mengalami ekspansi ekonomi sepanjang kuartal I dan II 2014. UU Minerba kembali menjadi sorotan akibat belum siapnya daerah dalam menyiapkan infrastruktur serta sektor swasta dalam investasi pengolahan hasil tambang (termasuk smelter). Meskipun inflasi di daerah relatif terjaga terutama di Sumatera dan Sulawesi, namun terjadi peningkatan ketimpangan pendapatan terutama di Jawa dan Sulawesi. Dalam bulan-bulan menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 kondisi kawasan di ASEAN masih menunjukkan kerapuhan struktur fundamental ekonomi akibat belum terdiversifikasinya struktur perekonomian dan permasalahan di keuangan pemerintah. Sejumlah tantangan yang dihadapi negara-negara ASEAN diantaranya adalah rencana rasionalisasi harga BBM di Indonesia dan Malaysia, rencana penerapan Goods and Service Tax (GST) baru di Malaysia pada tahun 2015, rencana kenaikan Value Added Tax (VAT) sebesar 10% dan gaji pegawai negeri sipil sebesar 8% di Thailand pada tahun 2015, serta stabilitas politik domestik yang masih belum kondusif terutama di Kamboja dan Thailand. Begitu juga potensi pembalikan arus modal akibat rencana kenaikan Fed Funds Rate turut membayangi pasar saham kawasan dan nilai tukar. Meskipun demikian, negara-negara ASEAN-5 (kecuali Indonesia) mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2014 diatas ekspektasi. Indonesian Economic Review and Outlook2
  • 7. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 3 1. Kontraksi pengeluaran pemerintah berdampak buruk pada perekonomian Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2014 melambat. Menurut data yang dilansir BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2014 hanya tercatat sebesar 5,12% (y-o-y). Angka tersebut jauh lebih rendah ketimbang pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,76% (y-o-y). Dalam beberapa kuartal terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang menunjukkan tren yang terus melambat, sehingga turut menyulitkan upaya pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 5,5% (y-o-y). Hal ini menjadi tantangan yang berat bagi pemerintah mendatang. A. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN FISKAL Gambar 1: Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2012 - 2014 (y-o-y, dalam %) Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2014 menyentuh angka terendah selama 3 tahun terakhir Catatan: Sektor Primer: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; dan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri: Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi Sektor Jasa: Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan; dan Sektor Jasa-jasa Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 8. Indonesian Economic Review and Outlook4 Dari sisi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2014 terutama disebabkan oleh penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi sebesar - 0,15% (y-o-y). Hal ini tidak lepas dari menurunnya ekspor batubara serta dampak dari pemberlakuan Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba). Sejak diberlakukannya UU Minerba pada 12 Januari 2014 lalu, sektor pertambangan dan penggalian terus mengalami kontraksi (pada kuartal I-2014, Sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami kontraksi hingga mencapai -0,26% ( )). y-o-y Meskipun begitu, Sektor primer (yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dan sektor pertambangan dan penggalian) mampu tumbuh mencapai 2,13% (y-o-y) pada kuartal II-2014, lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2014 yang hanya mencapai 1,93% (y-o-y). Pertumbuhan sektor primer tersebut ditopang oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tumbuh lebih tinggi pada kuartal II-2014 hingga mencapai 3,39% (y-o-y). Hal ini terkait dengan masa panen raya yang berlangsung pada bulan April hingga bulan Juni 2014. Selanjutnya, pertumbuhan sektor ndustri dan sektor jasa pun turut i menurun meskipun perlambatan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Pada kuartal II-2014, pertumbuhan sektor industri dan sektor jasa masing-masing mencatatkan nilai sebesar 5,37% (y-o-y) dan 6,19% (y-o-y), melambat jika dibandingkan dengan kuartal I-2014 di mana sektor industri dan sektor jasa yang dapat tumbuh masing-masing mencapai 5,44% (y-o-y) dan 6,44% (y-o- y). Sementara itu, pada sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan pada kuartal II-2014 terjadi pada hampir semua sektor. Menurut data BPS, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2014 ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh stabil (4,84%, ), salah satunya disebabkan y-o-y oleh pelaksanaan yang ikut tercermin dari Pemilihan Umum (Pemilu) tumbuhnya industri kertas (6,70%, ) makanan (11,27%, ) dan y-o-y , y-o-y , minuman (2,96%, ) pada kuartal II-2014. y-o-y Namun kontribusi Pemilu tersebut tidak terlalu signifikan, mengingat angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2014 tidak setinggi kuartal I-2014 yang mencapai 5,41% (y-o-y).
  • 9. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 5 Perkembangan Ekonomi Makro dan Fiskal Selanjutnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2014 juga disebabkan oleh konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi sebesar -0,71% (y-o-y). Hal ini terkait dengan penangguhan penyaluran dana Bantuan Sosial (Bansos) yang diimbau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada April 2014 hingga Pemilu usai serta penghematan belanja kementerian dan lembaga. Selain itu, sektor yang juga ikut mengalami penurunan kinerja pada kuartal II-2014 adalah ekspor neto. Meskipun impor mencatatkan nilai kontraksi hingga mencapai -5,02% (y-o-y) pada kuartal II- 2014, tekanan pada kinerja ekspor neto tetap terjadi terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor yang mencapai -1,04% (y-o-y). Sementara itu, Pemilihan Presiden (Pilpres) ikut memberikan dampak pada investasi di mana para investor masih mencari aman dan melakukan wait and see, sehingga pertumbuhan investasi juga ikut mengalami perlambatan pada kuartal II-2014 menjadi 4,53% (y-o-y) dari kuartal I-2014 yang mencapai 5,41%(y-o-y). Gambar 2: Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran, Tahun 2012 - 2014 (y-o-y, dalam %) Kontraksi konsumsi pemerintah serta melambatnya konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2014 menunjukkan Pemilu belum signifikan dorong pertumbuhan ekonomi Sumber: BPS dan CEIC (2014)
  • 10. Indonesian Economic Review and Outlook6 2. Keuangan Pemerintah masih terus tergerus subsidi Laporan terbaru realisasi anggaran Kementerian Keuangan menunjukkan, sepanjang kuartal II Januari-Juni 2014, realisasi penyaluran subsidi BBM mencapai IDR 100,7 triliun (43,9% dari pagu anggaran APBNP 2014), melonjak tajam dibanding realisasi periode kuartal I-2014 yang hanya IDR 20,0 triliun. Selain itu pemerintah dan DPR menyepakati bahwa volume kuota BBM bersubsidi dikurangi dari 48 juta kl (kiloliter) menjadi 46 juta kl. Risiko yang harus diterima pemerintah adalah ruang fiskal untuk program pembangunan lainnya menipis. Apabila tidak ada perubahan dalam skema subsidi BBM, maka dikhawatirkan anggaran BBM bersubsidi tidak akan bisa memenuhi kebutuhan BBM sampai akhir tahun. Penurunan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penerimaan pajak. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun pada kuartal II-2014 sebesar 5,12% ( ), lebih rendah dari asumsi APBNP 2014 sebesar 5,5%, sehingga y-o-y berdampak pada turunnya penerimaan pajak. Dari total penerimaan APBNP 2014, target penerimaan perpajakan turun IDR 34,3 miliar dari target APBN 2014. Penerimaan pajak dalam negeri ditargetkan mencapai IDR 1.226,2 miliar mengalami penurunan pada APBNP 2014 mencapai IDR 1.189,6 miliar. Penurunan target ini dikarenakan realisasi penerimaan perpajakan tahun 2013 yang tidak mencapai target juga menyebabkan basis perhitungan untuk penerimaaan perpajakan tahun 2014 menjadi lebih rendah, sehingga penerimaan perpajakan dalam APBNP 2014 menjadi lebih rendah. Di sisi lain, penurunan pertumbuhan ekonomi, serta masih lemahnya kinerja ekspor juga menjadi pemicu turunnya Sumber: Kementrian keuangan (2014) Tabel 1: Penerimaan Perpajakan dalam Negeri 2013-2014 (IDR miliar) Target Penerimaan Pajak dari hasil pengesahan APBNP 2014 mengalami penurunan
  • 11. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 7 penerimaan pajak karena sebagian besar penerimaan pajak berasal dari perusahaan komoditas yang berbasis ekspor. Proporsi penyerapan APBN per Juli kuartal II-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan APBNP 2013 per Juli kuartal II. Pada kuartal II Juli 2014, belanja negara baru mencapai 47,3% sedangkan bila dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun , sudah 2013 terealisasi 48,6%. Namun secara nominal, pada realisasi belanja di 2014 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi penerimaan APBNP per kuartal II-2014 lebih tinggi dibandingkan pada APBNP 2013 kuartal II. Penerimaan APBN tercatat mencapai 50,2% dari total target penerimaan negara dalam APBN 2014. Angka ini lebih tinggi dari APBNP 2013 sebesar 49,5%. Hal ini menandakan adanya perbaikan penerimaan pendapatan negara yang cukup baik. Belanja pemerintah tahun ini dipotong IDR 43 triliun. Kondisi tersebut dinilai belum bisa memacu pertumbuhan ekonomi. Target anggaran awal penghematan belanja yang disepakati, pemotongan anggaran Kementerian dan Lembaga (K/L) dari IDR 100 triliun hanya menjadi IDR 43 triliun. Pemotongan belanja diutamakan pada belanja barang serta meminimumkan pemotongan belanja modal. Berdasarkan Surat Menteri Keuangan No. S- 3347/MK.02/2014 tentang rincian perubahan belanja K/L APBN-P 2014 ditetapkan perubahan pagu anggaran Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat yang semula IDR 218,3 miliar menjadi IDR 194,3 miliar atau hanya berkurang IDR 24 miliar. Selain itu, anggaran Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan IDR 514,3 miliar dipotong IDR 66 miliar menjadi IDR 448,3 dan anggaran Kementerian Koordinator Perekonomian IDR 324,9 miliar dipotong IDR 33,6 miliar menjadi IDR 291,26 miliar. Tabel 2: Realisasi Belanja APBNP 2014 Juli 2013:Q2 – Juli 2014:Q2 Proporsi realisasi belanja APBNP 2014:Q2 menurun, namun pencapaian penerimaan APBNP 2014:Q2 meningkat Sumber: Kementrian Keuangan, I-account (diolah, 2014) Perkembangan Ekonomi Makro dan Fiskal
  • 12. Indonesian Economic Review and Outlook8 Sejumlah asumsi makroekonomi Indonesia mengalami perubahan dalam APBNP 2014. Pada 18 Juni 2014 disepakati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 , beberapa asumsi ekonomi makro mengalami perubahan. Pada nilai tukar yang disetujui oleh DPR sebesar IDR 11.600 yang sebelumnya sebesar IDR 10.500. Pelemahan nilai tukar ini berpotensi membengkak pada belanja negara khususnya anggaran subsidi listrik dan BBM. Pemerintah sudah mengajukan RAPBN 2015 yang sekarang tengah didiskusikan dengan DPR. Penerimaan negara dalam RAPBN 2015 direncanakan mencapai IDR 1.762,3 triliun, sedangkan belanja negara direncanakan mencapai IDR 2.019,9 triliun. Sehingga, dalam RAPBN 2015 terdapat defisit anggaran sebesar IDR 257,3 triliun atau 2,32% terhadap PDB dengan total nilai IDR 363 triliun . Sementara itu, besarnya subsidi energi telah membuat ruang fiskal terbatas. menjadi Beberapa asumsi makro pada RAPBN 2015 dinilai optimis ketika dikaitkan dengan kondisi ekonomi saat ini. Selain itu nanti akan fiscal space yang sempit membuat pemerintah baru sulit untuk mengalokasikan dana untuk mewujudkan visi misi yang dijanjikan selama masa kampanye. Tahun 2015 pemerintah harus bekerja keras untuk mendapatkan ruang fiskal untuk membiayai realisasi visi misinya. Dalam APBN 2015 telah ditetapkan defisit anggaran sebesar IDR 257,4 triliun (2,32% dari PDB), lebih besar dibandingkan APBN-P 2014 yaitu IDR 241,3 triliun (2,4% dari PDB). Rencana belanja negara mengalami kenaikan dari IDR 1.635,5 triliun pada APBN-P 2014 sampai pada RAPBN 2015 yaitu IDR 1.762,3 triliun. Tabel 3: Perbandingan Asumsi Makro dalam APBN 2014, APBN-P 2014 dan RAPBN 2015 Perekonomian yang kurang stabil akan mempengaruhi pencapaian asumsi indikator makro RAPBN 2015 Sumber: Kementrian Keuangan, 2014
  • 13. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 9 Namun demikian, semua pos sudah dianggarkan oleh pemerintah sekarang. Apalagi belanja pemerintah pusat juga mengalami kenaikan 7,3% sedangkan transfer ke daerah jumlahnya bertambah 7,8% dari APBN-P 2014. Sehingga pemerintah baru akan kesulitan untuk membiayai program atau proyek untuk melaksanakan visi misinya jika tidak ada pengendalian pada pos-pos pendapatan maupun belanja negara, termasuk pengendalian atas subsidi energi yang menyerap 18% dari belanja pemerintah. 3. Penurunan tingkat kemiskinan belum dibarengi turunnya tingkat disparitas antardaerah Jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 turun tipis jika dibandingkan dengan September 2013. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang atau sebesar 11,25% dari total jumlah penduduk. Berdasarkan data yang dilansir BPS, sejumlah faktor terkait dengan penurunan jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 antara lain tekanan inflasi yang cenderung rendah, harga eceran beberapa komoditas Tabel 4: Defisit Anggaran dalam APBNP 2014 DAN RAPBN 2015 (IDR Triliun) Target defisit anggaran RAPBN 2015 2,32% Sumber: BPS dan CEIC (2014) Tabel 5: Perkembangan Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia 2011 - 2014 Angka kemiskinan di Indonesia membaik Sumber: BPS dan CEIC (2014) Perkembangan Ekonomi Makro dan Fiskal
  • 14. Indonesian Economic Review and Outlook10 bahan pokok yang menurun—seperti daging ayam ras, gula pasir, cabai merah dan telur ayam ras—serta perbaikan penghasilan petani di mana terdapat kenaikan upah buruh tani sebesar 4,52 % selama periode September 2013 hingga Maret 2014. Meskipun begitu, disparitas antarprovinsi masih kian tinggi. Menurut publikasi BPS, secara berurutan, jumlah persentase penduduk miskin terbesar ada di Pulau Maluku dan Papua (23,15%), Bali dan Nusa Tenggara (14,42%), Sulawesi (11,71%), Sumatera (11,21%), Jawa (10,83%) dan Kalimantan (6,57%). Tidak hanya itu, sebagian besar penduduk miskin juga masih terkonsentrasi di pedesaan. Tercatat, jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 di daerah perdesaan sebanyak 17,77 juta orang sementara di daerah perkotaan hanya 10,51 juta orang.
  • 15. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 11 1. Tidak banyak perkembangan pada sektor moneter Indonesia Pada penutupan 29 Agustus 2014, pasar saham Indonesia (IHSG) masih menunjukkan tren positif meski melandai. Meski naik tipis (0,94%) dari bulan sebelumnya, IHSG berada pada level 5.136 pada Agustus 2014. Selain itu, IHSG memulai babak baru dengan harga di atas 5.000 benchmark level poin. Bahkan, pada 21 Juli 2014 IHSG ditutup pada level 5.206, level tertinggi IHSG, bertepatan dengan pengumuman hasil pemilu presiden 2014. Meski begitu, pada akhir Juni 2014 IHSG sempat ditutup melemah -0.31% dibanding bulan sebelumnya. Selain dikarenakan likuiditas ketat, kondisi tersebut dapat menjadi indikasi dampak strategi “ “ investor yang wait and see masih berlanjut. Diharapkan, hal ini akan segera berakhir seiring dengan proses pemilu yang relatif aman dan optimisme pasar menyambut pemerintahan baru. Sementara itu, pada kuartal II-2014 investor asing membukukan pembelian neto sebesar IDR 19,5 triliun, meski angka tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan pembelian neto investor asing kuartal I-2014 yang tercatat IDR 24,62 triliun. Lebih lanjut, indeks syariah B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN Gambar 3: Pergerakan IHSG dan Indeks Imbal Hasil SUN Tenor 10 Tahun, Agustus 2011 – Agustus 2014 (%) IHSG tumbuh moderat, yield SUN kembali naik Sumber: IDX, CEIC, dan Bloomberg (2014)
  • 16. Indonesian Economic Review and Outlook12 menyumbang 60% dari kinerja tingkat kapitalisasi total IHSG yang sebesar IDR 5.200 triliun triliun ( ) pada 27 Agustus 2014.y-t-d Di sisi lain, pasar obligasi mencatat terjadi kenaikan imbal hasil obligasi (yield) SUN pada akhir Agustus 2014. Yield SUN naik sebesar 11 bps menjadi 8,28% dibanding bulan sebelumnya. Pada akhir Juli 2014, yield SUN tercatat di level 8,16% sedangkan pada akhir Juni tercatat di level 8,35%. Fluktuasi tersebut terjadi karena investor masih meraba-raba kondisi perekonomian kedepannya terkait pemilu presiden, meski tingkat harga dapat terkendali dengan baik. Sementara itu, pembelian neto investor asing pada SBN tercatat IDR 42,68 triliun pada kuartal II-2014 yang meningkat dari kuartal I-2014 dengan nilai IDR 37,08 triliun. Kurs rupiah tercatat melemah. Pada akhir Agustus 2014, nilai kurs mencapapai IDR 11.717 per USD, melemah 1,09% dibandingkan bulan Juli 2014 yang sempat menguat 3,16% ke level IDR 11.591 per USD dibanding bulan sebelumnya. Pelemahan tersebut masih terkait dengan berbagai isu baik internal maupun eksternal Indonesia. Dari sisi internal, para pemegang dolar masih menanti perkembangan politik terutama menjelang penentuan koalisi (Juni 2014) dan pengumuman hasil pemilu (Juli 2014). Selain itu, defisit transaksi berjalan akibat defisit neraca perdagangan barang dan Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Gambar 4: Cadangan Devisa Indonesia (miliar USD) dan Perkembangan Nilai Tukar (IDR/USD), Agustus 2011 – Agustus 2014 Cadangan Devisa Tercatat USD 111,2 miliar, rupiah masih di atas level 11.500 per dolar pada Agustus 2014
  • 17. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 13 defisit neraca perdagangan jasa yang berlanjut serta pola musiman pembayaran utang luar negeri dan dividen di kuartal II juga menjadi sentiment negatif di pasar keuangan. Sedangkan dari sisi eksternal, isu geopolitik di Irak dan Ukraina menyebabkan pasar dunia berspekulasi harga minyak sehingga investor menahan dolar. Meski begitu, hasil pemilu presiden yang sesuai ekspektasi pasar membuat rupiah sempat menguat di akhir Juli 2014. Untuk dapat mengakhiri pelemahan rupiah, pemerintah sebaiknya dapat tegas mengatur impor agar dapat mengendalikan pembayaran eksternal jangka pendek dan mengatur transaksi dalam valuta asing. Sejauh ini, transaksi berjalan pada kuartal II-2014 masih defisit meski lebih baik dibandingkan kuartal II-2013. Sementara itu, pengaturan transaksi valuta asing di Indonesia mulai diterapkan dengan instruksi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang keharusan penggunaan mata uang rupiah sebagai alat transaksi di pelabuhan dimulai pada September 2014. Hal ini sebagai cara pengendalian kurs serta menegakkan amanat UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang. Cadangan devisa tetap konsisten dengan tren positif. Pada Agustus 2014, cadangan devisa berada di posisi USD 111,2 miliar, meningkat tipis USD 0,68 miliar. Angka tersebut menjadi angka tertinggi sepanjang 1,5 tahun terakhir, meski belum dapat menyamai pencapaian Agustus 2011 dengan rekor USD 124,6 miliar. Sedangkan pada Juli 2014, cadangan devisa menembus angka USD 110,5 miliar meningkat USD 2,8 miliar dari bulan sebelumnya. Kenaikan devisa pada kuartal II-2014 khusus pada Juli 2014, turut didukung positifnya neraca transaksi modal, dan finansial mengiringi penerbitan Eurobond perdana. Penerbitan tersebut terbilang sukses meraih EUR 1 miliar atau USD 1,4 miliar dengan catatan mendapat penawaran ( ) hampir tujuh kali lipat bid ( ), bertepatan dengan pemangkasan suku bunga acuan Bank oversubscription Sentral Eropa (ECB) dari 0,25% menjadi titik terendah 0,15% pada Juni 2014. perdana tersebut mendapat yang cukup baik dengan Eurobond rating nilai “BBB-“ (Fitch), “BB+” (S&P) dan “Baa3” (Moody's). Hingga saat laporan ini ditulis, suku bunga penjaminan LPS belum berubah. Suku bunga penjaminan dipertahankan di level 7,75%. LPS nampaknya belum melihat terjadinya kenaikan suku bunga tabungan yang Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 18. Indonesian Economic Review and Outlook14 signifikan secara agregat. Meski begitu, kondisi moneter Indonesia masih mengalami pengetatan yang ditandai semakin tingginya suku bunga deposito. Pergerakan suku bunga deposito masih terus menanjak. Pada Juni (kuartal II) 2014, suku bunga deposito berjangka satu bulan berada pada level 8,32%, naik 16 bps dari bulan sebelumnya (8,1%) atau naik 33 bps dari kuartal I (7,99%). Sedangkan pada Juli 2014, suku bunga deposito berjangka satu bulan di level 8,41%, naik 9 bps dari bulan sebelumnya. Angka tersebut jauh berada di atas suku bunga penjaminan LPS. Tingginya suku bunga deposito tersebut menyebabkan suku bunga kredit turut meningkat dan likuiditas perbankan mengetat. Rata-rata suku bunga kredit tertimbang dalam beberapa bulan terakhir sebagai berikut: 12,82% (Juli 2014); 12,76% (Juni 2014); dan 12,75% (Mei 2014). Penyaluran kredit pun melambat dengan pertumbuhan 15% ( ) pada Juli 2014 dari sebelumnya 16,65% y-o-y ( ) pada Juni 2014 dan 17,4% ( ) pada Mei 2014. Jika y-o-y y-o-y diperbandingkan antarkuartal, suku bunga kredit pada kuartal II-2014 meningkat 20 bps dari kuartal I-2014 yang sebesar 12,56% sedangkan Gambar 5: Perkembangan Tingkat Suku Bunga Penjaminan LPS dan Deposito, 2011 – 2014* (%) Suku bunga penjaminan tetap, tren kenaikan suku bunga deposito belum berhenti Catatan: * = Juli 2014 (deposito berjangka) dan Agustus 2014 (suku bunga penjaminan) Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014)
  • 19. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 15 pertumbuhan kredit melambat dari 19,06% ( ) di kuartal I-2014. Total y-o-y kredit yang tersalurkan hingga Juli 2014 mencapai IDR 3.516,7 triliun. Belum ada perubahan pada kebijakan moneter Indonesia. Sesuai dengan keputusan Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 11 September 2014 lalu, BI masih dipertahankan pada level 7,5%. Kebijakan tersebut Rate diputuskan setelah melalui pertimbangan dari perkembangan inflasi yang terkendali, pemulihan perekonomian global yang ditopang Amerika Serikat, konsumsi domestik yang tetap baik meski diperkirakan melambat, dan kondisi pasar finansial yang terus positif. Di sisi lain, perekonomian Indonesia masih memiliki resiko antara lain: ketidakpastian dampak ekonomi global yang berkaitan erat dengan keberlajutan tahun tapering off ini disertai kenaikan (FFR) pada 2015 serta pelambatan Fed Fund Rate ekonomi ; penurunan nilai ekspor dikarenakan emerging market menurunnya permintaan komoditas sumber daya alam terkait UU Minerba dan pelambatan ekonomi ; dan inflasi domestik yang emerging market terdampak dari kemungkinan cuaca buruk akibat perubahan iklim ( ) El Nino serta rencana kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah (tarif batas atas angkutan udara dan dan upaya pengendalian BBM bersubsidi). Sementara itu, defisit transaksi berjalan di kuartal II bertambah akibat pola musiman pembayaran utang luar negeri dan dividen. Meski begitu, defisit tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Gambar 6: Perkembangan BI Rate, Agustus 2011 – Agustus 2014 (%) BI rate belum berubah, sektor moneter masih ketat Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 20. Indonesian Economic Review and Outlook16 Terkait FFR, ekonom peraih Nobel ekonomi, Joseph Stiglitz memperkirakan tidak akan terjadi kenaikan pada 2014, tetapi pada kuartal II-2015. Lebih lanjut, Stiglitz memperingatkan kemungkinan terjadinya tekanan global pada akibat kebijakan emerging market The Fed tersebut. Untuk itu, Stiglitz menyarankan negara berkembang untuk dapat mengelola cadangan devisa dan neraca transaksi modal dan finansial dengan baik agar bisa bertahan. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat membuat quantitative easing akan berakhir pada akhir tahun ini dan kenaikan FFR pada tahun depan. pada anggota Dewan Pengambil Kebijakan Median survey Moneter (FOMC) menghasilkan perkiraan kenaikan FFR antara 1 The Fed hingga 1,25%. Pergerakan tingkat harga umum melambat selama kuartal II. Inflasi Agustus 2014 tercatat sebesar 3,99% ( ). Jika dilihat dekomposisinya, y-o-y inflasi inti dapat terkendali dengan besaran 4,49% ( ), inflasi harga y-o-y bergejolak sebesar 0,48% ( ), dan inflasi harga diatur pemerintah y-o-y sebesar 6,19% ( ) pada Agustus 2014. Secara , inflasi y-o-y month-to-month Agustus sebesar 0,47%. Penurunan tingkat harga pada Agustus disebabkan oleh penurunan harga bawang merah, tomat dan bawang putih karena melimpahnya stok. Inflasi Agustus tersebut lebih rendah dari inflasi Juli yang sebesar 4,5% ( ) yang juga lebih rendah dari bulan sebelumnya. y-o-y Sumber: BPS dan CEIC (2014) Gambar 7: Tingkat Inflasi, Agustus 2011 – Agustus 2014 (y-o-y, %) Tingkat harga umum dapat diredam, inflasi Agustus menjadi 3,99 % (y-o-y)
  • 21. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 17 Sementara itu, inflasi Juli 2014 dapat ditekan berkat keberhasilan pemerintah melalui instruksi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk memperlancar sistem distribusi barang. Jika dilihat dekomposisinya, inflasi inti sebesar 5,07% ( ), inflasi harga bergejolak sebesar 1,97% (y-o-y y-o- y y-o-y), dan inflasi harga diatur pemerintah sebesar 6,18% ( ) pada Juli 2014. Musim Lebaran usai, harga-harga bahan pangan dan transportasi terkoreksi pada Agustus 2014. Ditilik secara bulanan, inflasi tertinggi pada Agustus terjadi pada kelompok pengeluaran Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 1,58% ( ). Sementara itu kelompok barang dengan inflasi m-t-m terendah terjadi di kelompok pengeluaran untuk Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar -0,12% ( ). Sedangkan pada Juli 2014, inflasi m-t-m tertinggi adalah kelompok pengeluaran Makanan yang sebesar 1,94% (m-t- m). Inflasi bulanan terendah pada Juli 2014 adalah kelompok pengeluaran Kesehatan dengan nilai 0,39% ( ).m-t-m Secara umum, kota-kota di Indonesia mengalami inflasi pada kuartal II- 2014. Inflasi terjadi di 66 kota dari 82 kota yang disurvei pada Agustus 2014 dan 82 kota pada Juli 2014. Pada Agustus 2014, kota dengan tingkat kenaikan Tabel 6: Tingkat Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran, 2011 – 2014 (2012=100, m-t-m, %) Cooling down pasca lebaran, inflasi bulanan Agustus 2014 sebesar 0,47% (m-t-m) Catatan: (1) Bahan Makanan; (2) Makanan Olahan, Minuman, Tembakau; (3) Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; (4) Sandang; (5) Kesehatan; (6) Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga; (7) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS dan CEIC (2014) Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 22. Indonesian Economic Review and Outlook18 harga tertinggi adalah Kota Tanjung Pandan dengan nilai 1,98% ( ), m-t-m sedangkan yang terendah adalah Kota Ternate dengan nilai -1,02% ( ). m-t-m Kemudian pada Juli 2014, kota dengan inflasi tertinggi adalah Kota Bengkulu sebesar 2,92% ( ), sedangkan yang terendah adalah Kota Maumere m-t-m sebesar 0,03% ( ).m-t-m 2. Utang pemerintah Indonesia masih terus meningkat Utang luar negeri Indonesia naik menjadi USD 285 miliar pada Juni 2014. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 19,24% pada bulan yang sama pada tahun 2013. Sementara itu, secara utang luar month-to-month negeri Indonesia mengalami kenaikan sebesar 0,21% yang disebabkan oleh kenaikan utang luar negeri swasta sebesar 0,76% ( ). Adanya m-t-m peningkatan utang luar negeri swasta diindikasikan karena ketatnya likuditas dalam negeri sehingga swasta lebih memilih untuk mencari pembiayaan dari luar negeri. Hal yang berbeda justru terjadi pada utang luar negeri pemerintah dan bank sentral yang mengalami penurunan sebesar 0,43% ( ).m-t-m Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (diolah, 2014) Gambar 8: Utang Luar Negeri Indonesia, Juni 2012-Juni 2014 (USD Miliar) Total utang luar negeri meningkat seiring dengan meningkatnya utang luar negeri swasta, meski utang luar negeri pemerintah dan bank sentral mengalami penurunan
  • 23. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 19 Utang luar negeri jangka panjang masih menjadi favorit. Juni 2014, utang luar negeri jangka panjang masih didominasi oleh pemerintah dan bank sentral yang mencapai IDR 114 miliar. Namun jumlah tersebut menurun sebesar 1,5% dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada tahun 2014. Sedangkan utang luar negeri swasta jangka panjang mengalami peningkatan sebesar 5,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada tahun 2014. Sementara itu, utang luar negeri jangka pendek swasta pada Bulan Juni 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,5% ( ) sedangkan utang m-t-m luar negeri jangka pendek pemerintah mengalami kenaikan sebesar 9,17% ( ).m-t-m Indonesia masih menjadi daya tarik bagi investor asing. Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah mengalami kenaikan menjadi sebesar IDR 1.012 triliun pada Juli 2014. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 78,3% pada bulan yang sama pada tahun 2013 dan mengalami kenaikan sebesar 3,5% dari bulan Juni 2014. Hal yang berbeda justru terjadi pada kepemilikan asing atas SBI di mana secara mengalami month-to-month penurunan sebesar 46,7%. Kepemilikan SBI mengalami peningkatan tajam pada periode Maret 2014 hingga Mei 2014 namun memasuki bulan Juni Gambar 9: Utang Luar Negeri Indonesia Berdasarkan Jangka Waktu, Juni 12–Juni 14 (USD Miliar) Pemerintah dan bank sentral masih mendominasi utang luar negeri jangka panjang sedangkan dalam jangka pendek didominasi oleh swasta Sumber: Bank Indonesia (diolah, 2014) Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 24. Indonesian Economic Review and Outlook20 2014, kepemilikan asing atas SBI mengalami penurunan yang tajam hingga Juni 2014. Salah satu indikasi penyebab penurunan kepemilikan SBI oleh asing tersebut adalah adanya aksi yang dilakukan oleh asing profit taking sehingga lebih memilih untuk menjual kepemilikan SBI tersebut. Sementara itu, kepemilikan asing atas ekuitas mengalami peningkatan pada Juli 2014 atau sebesar 6,44% secara . month-to-month Surat berharga negara outstanding pada Agustus 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,67% secara month-to-month. Kenaikan tersebut diindikasikan karena terjadinya defisit neraca perdagangan dan juga menurunnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2014 sehingga pemerintah terus mengeluarkan surat berharganya guna membiayai belanja pembangunan. Jika dilihat berdasarkan komponennya, terjadi peningkatan pada surat berharga negara outstanding tradable sebesar 2,07% (m-t-m). Sementara itu, surat berharga negara outstanding non-tradable justru mengalami penurunan sebesar 0,66% dibandingkan pada bulan Juli 2014. Kemampuan Indonesia untuk membayar utang melemah. Debt service ratio Indonesia pada kuartal II-2014 mencapai 48% atau mengalami kenaikan sebesar 4,01% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal tersebut diperkuat oleh rasio utang terhadap ekspor maupun PDB yang Gambar 10: Kepemilikan Asing atas Surat Berharga di Indonesia, Juli 2012-Juli 2014 (IDR Triliun) Kepemilikan asing atas SBI mengalami penurunan ketika kepemilikan asing atas obligasi pemerintah dan ekuitas meningkat Sumber: Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan CEIC (2014)
  • 25. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 21 masing-masing mengalami kenaikan sebesar 3,32% dan 4,72% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya pada tahun 2014. Peningkatan rasio utang terhadap ekspor mengalami peningkatan disebabkan oleh peningkatan utang yang tidak sebanding dengan peningkatan ekspor. Gambar 11: Komposisi Surat Berharga Indonesia Juli 2012 – Juli 2014 (IDR Triliun) Surat Berharga Negara Outstanding mengalami peningkatan Sumber: DJPU Kementerian Keuangan dan CEIC (2014) Gambar 12: Indikator Beban Utang Luar Negeri Indonesia, Juni 2012-Juni 2014 (%) Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap ekspor, PDB dan pembayaran utang meningkat Sumber: Bank Indonesia (diolah, 2014) Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 26. Indonesian Economic Review and Outlook22 3. Perbaikan neraca pembayaran belum diikuti perbaikan pada neraca perdagangan Neraca pembayaran Indonesia pada kuartal II-2014 mengalami perbaikan. Surplus neraca pembayaran tumbuh sebesar 107,95% dari kuartal sebelumnya menjadi USD 4,3 miliar. Adapun secara year-on-year, kondisi neraca pembayaran saat ini jauh lebih baik dibanding kondisi di kuartal II-2013 yang tercatat defisit sebesar USD 2,48 miliar. Pada kuartal ini, kenaikan nilai surplus disebabkan oleh peningkatan surplus neraca transaksi modal dan finansial yang melebihi peningkatan defisit pada neraca transaksi berjalan. Surplus neraca transaksi modal dan finansial meningkat USD 1,9 miliar, lebih besar dibandingkan dengan kenaikan defisit neraca transaksi berjalan. Defisit pada neraca transaksi berjalan membesar di kuartal II-2014. Defisit tersebut naik dari sebesar USD 4,15 miliar di kuartal I-2014 menjadi USD 9,11 miliar. Kenaikan defisit ini disebabkan oleh kinerja neraca perdagangan barang, neraca jasa-jasa, dan neraca pendapatan primer yang memburuk. Dari sisi neraca jasa-jasa, penurunan kinerja terjadi karena didorong oleh meningkatnya penggunaan jasa impor dan jasa freight keuangan asing. Sementara dari sisi neraca pendapatan primer, memburuknya kinerja dipicu oleh meningkatnya kewajiban pembayaran Gambar 13: Neraca Pembayaran Indonesia 2011:Q2-2014:Q2 (USD Miliar) Kinerja neraca pembayaran Indonesia membaik Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014)
  • 27. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 23 terhadap investasi asing yang ada di Indonesia, baik dalam bentuk investasi langsung maupun portofolio, yakni naik sebesar USD 1,19 miliar. Surplus neraca transaksi modal dan finansial meningkat pada kuartal II-2014. Secara persentase surplus meningkat sebesar 89,78% dari sebelumnya surplus USD 7,65 miliar di kuartal I-2014 saat ini mencapai USD , 14,51 miliar. Kinerja neraca ini meningkat seiring dengan naiknya arus masuk investasi langsung di Indonesia dan terjadinya surplus pada nilai bersih investasi lainnya. Demikian pula bila dilihat secara , surplus y-o-y neraca transaksi modal dan finansial Indonesia juga bertumbuh lebih dari lima puluh persen yakni sebesar 68,23% (surplus pada kuartal II-2013 adalah USD 8,63 miliar). Setelah sempat surplus selama tiga periode, neraca perdagangan barang kini kembali defisit. Pada dua kuartal terakhir neraca perdagangan barang mengalami surplus yang relatif besar yaitu masing-masing sebanyak USD 4,7 miliar (kuartal IV-2013) dan USD 3,35 miliar (kuartal I-2014). Namun di kuartal II-2014 ini menjadi berbalik defisit sebesar USD 0,47 miliar karena terdapat kontraksi pada surplus neraca nonmigas. Selain itu peningkatan defisit pada neraca migas juga ikut menekan kinerja neraca perdagangan barang Indonesia. Meski demikian kondisi ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan kuartal II-2013 yang defisit sebesar USD 0,56 miliar. Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Gambar 14: Neraca Perdagangan Barang 2011:Q2-2014:Q2 (USD Miliar) Neraca perdagangan barang kembali defisit Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 28. Indonesian Economic Review and Outlook24 Nilai surplus neraca nonmigas pada kuartal II-2014 hanya setengah dari nilai surplus kuartal sebelumnya. Pada kuartal I-2014, nilai surplus neraca nonmigas adalah USD 5,58 miliar sedangkan saat ini surplus telah turun sebanyak USD 3,19 miliar menjadi USD 2,39 miliar (pertumbuhan negatif sebesar 57,2%). Penurunan surplus terjadi sebagai akibat q-to-q adanya kenaikan impor nonmigas (USD 3,74 miliar) yang lebih besar daripada kenaikan ekspor nonmigas (USD 0,55 miliar). Pertumbuhan nilai impor nonmigas secara yang terbesar terjadi pada komoditas biji kopi q-to-q yaitu mencapai 310,06% kemudian diikuti oleh komoditas damar dan getah damar sebesar 306,32%. Defisit neraca minyak dan gas kembali bertambah di kuartal II-2014. Pada kuartal I-2014 defisit neraca migas adalah sebesar USD 2,75 miliar. Kini defisit bertambah menjadi USD 3,19 miliar atau secara persentase meningkat sebesar 16,08%. Angka peningkatan tersebut relatif lebih q-to-q rendah dibandingkan angka pertumbuhan yang mencapai 51,66%. y-o-y Penambahan defisit terjadi karena terdapat peningkatan nilai impor minyak bumi (USD 0,45 miliar) dan kontraksi pada nilai ekspor gas (USD 0,47 miliar). Meskipun juga terdapat peningkatan volume ekspor minyak mentah dan produk kilang namun hal tersebut belum mampu memperbaiki kinerja neraca migas karena nilai ekspornya lebih rendah dibanding nilai impornya. Pada kuartal II-2014 Indonesia memperoleh ekspor bersih negatif dengan mitra dagang terbesar (Kawasan Asia). Setelah sebelumnya di kuartal I-2014 Indonesia memperoleh surplus perdagangan sebesar USD 1,13 miliar, kini Indonesia mengalami defisit sebesar USD 4,25 miliar dengan Asia. Demikian pula kinerja perdagangan dengan kawasan lain yaitu Tabel 7: Perkembangan Ekspor-Impor berdasarkan Kawasan tahun 2014 (USD Miliar) Indonesia mengalami neraca perdagangan negatif dengan kawasan Asia Sumber: Bank Indonesia (2014)
  • 29. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 25 Australia-Oseania dan Afrika, Indonesia juga memperoleh ekspor bersih negatif masing-masing sebesar USD 0,16 miliar dan USD 0,67 miliar. Indonesia memperoleh ekspor bersih positif hanya dengan kawasan Amerika (USD 1,15 miliar) dan Eropa (USD 0,64 miliar). Ekspor Indonesia tumbuh positif di semua kawasan kecuali Afrika. Tercatat ekspor Indonesia ke Afrika turun sebesar 13,86% pada kuartal II- 2014 dibanding kuartal sebelumnya. Adapun peningkatan ekspor terbesar terjadi pada perdagangan dengan kawasan Australia-Oseania (4,56%) diikuti oleh perdagangan dengan kawasan Amerika (2,31%). Secara keseluruhan ekspor Indonesia meningkat sebesar 0,59% dari USD 43,94 miliar (Kuartal I-2014) menjadi USD 44,2 miliar (Kuartal II-2014). Secara q-to-q, terdapat pertumbuhan positif nilai impor Indonesia dengan semua kawasan. Impor dari Afrika meningkat di atas lima puluh persen yaitu sebesar 84,20%. Pertumbuhan kedua terbesar diperoleh barang-barang impor yang berasal dari kawasan Amerika (28,46%). Sementara pertumbuhan impor terendah diperoleh Indonesia dari perdagangan dengan kawasan Eropa (6,9%). Namun demikian posisi importir Indonesia yang terbesar tetap diduduki oleh kawasan Asia yang mencatatkan nilai impor sebesar USD 34,75 miliar di Indonesia pada kuartal ini. Situasi Moneter dan Pasar Keuangan
  • 30. Indonesian Economic Review and Outlook26 1. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) Leading Economic Indicator merupakan salah satu model early warning system untuk memprediksi arah pergerakan ekonomi di masa depan. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) merupakan model yang dikembangkan oleh Tim Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Titik balik serta kenaikan/penurunan garis pada model GAMA LEI digunakan untuk memprediksi arah pergerakan perekonomian Indonesia dalam beberapa waktu kedepan. Analisis GAMA LEI berdasarkan uji kuantitatif dan kualitatif untuk menghasilkan prediksi terbaik. GAMA LEI disusun dari berbagai macam indikator yang telah melewati uji statistik yang ketat. Kinerja pada variabel seperti investasi, total nilai penjualan mobil, dan konsumsi semen dari sisi ekonomi makro serta market capitalization dan IHSG dari pasar modal cukup berpengaruh pada kondisi perekonomian. Meskipun demikian, patut dicatat bahwa beberapa indikator ekonomi makro lainnya dapat berubah dengan cepat dalam beberapa waktu kedepan. GAMA LEI mampu memprediksi siklus perekonomian (PDB) Indonesia dengan cukup akurat pada beberapa waktu sebelumnya. Peramalan model GAMA LEI mampu memprediksi arah siklus perekonomian Indonesia selama ini dengan baik. Adanya penurunan kinerja pada beberapa indikator kunci perekonomian Indonesia menyebabkan pertumbuhan ekonomi di 2014:Q2 menurun dibandingkan dengan 2014:Q1. Dalam edisi ini, GAMA LEI akan memprediksi bagaimana perekonomian Indonesia berfluktuasi dalam tahun politik 2014, terutama setelah terpilihnya pemimpin baru nasional. Keberagaman pola pada pertumbuhan ekonomi Indonesia serta proyeksi siklus perekonomian dalam model GAMA LEI menghasilkan peramalan yang komprehensif. Peramalan siklus bisnis menekankan pada pergerakan siklus perekonomian apakah berada pada fase ekspansi atau kontraksi dalam beberapa waktu ke depan. Siklus GAMA LEI 2014:Q2 berada pada fase ekspansi (berada di atas nilai 100) meskipun mempunyai arah C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI
  • 31. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 27 menurun. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2014:Q2 secara year-on-year tercatat meningkat, namun siklus PDB yang dihasilkan dalam model tersebut mengalami pergerakan menurun walaupun dalam fase ekspansi. Hasil prediksi GAMA LEI pada edisi ini menghasilkan adanya kecenderungan penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia. Model GAMA LEI pada 2014:Q2 menunjukan perubahan arah pergerakan perekonomian yang menurun. Pergerakan GAMA LEI yang menurun menghasilkan prediksi penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia pada 2014:Q3. Namun demikian, perhelatan politik 2014, terutama setelah terpilihnya presiden dan wakil presiden hasil pemilu bulan Juli yang lalu, seharusnya mampu memberikan harapan dan optimisme bagi perekonomian Indonesia. Sehingga pemerintah baru nantinya diharapkan mampu memanfaatkan momentum dengan menjaga atau bahkan meningkatkan kinerja perekonomian Indonesia. 2. Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi Selain memprediksi pergerakan siklus PDB melalui GAMA LEI, tiga indikator makro utama Indonesia (pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar) juga diprediksi melalui survei di internal FEB UGM. Indikator pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar bergerak membaik, Gambar 15: GAMA Leading Economic Indicator GAMA LEI memprediksikan kecenderungan penurunan siklus perekonomian Indonesia GAMA LEI dan Konsensus Proyeksi Ekonomi
  • 32. Indonesian Economic Review and Outlook28 sedangkan indikator inflasi bergerak memburuk dari tahun 2014 ke 2015. Konsensus diperoleh berdasarkan dosen dan peneliti di expert judgment Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Secara umum, prediksi pertumbuhan PDB riil (y-o-y) kuartal III-2014 bergerak membaik dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan PDB riil kuartal II-2014. y-o-y PDB riil ( ) diprediksi tumbuh sebesar 5,22% ± 0,24% pada kuartal III-2014 dan 5,44% ± 0,51% pada kuartal III-2014. Adapun secara tahunan, prediksi pertumbuhan PDB riil 2014 dan 2015 masing-masing sebesar 5,68 % ± 0,43% dan 5,9% ± 0.6%. Menurut survei yang dilakukan, tiga faktor utama penentu terjadinya kenaikan pertumbuhan PDB riil di tahun 2014 adalah kondisi perekonomian dunia, tingkat investasi domestik dan asing, serta kebijakan pemerintah. Inflasi Indonesia tahun 2014-2015 diprediksi berada pada kisaran 5 hingga 7 persen. Tahun 2014, hasil prediksi inflasi Indonesia adalah sebesar 6,54% ± 1,89%. Tahun 2015 nilainya bergerak meningkat menjadi 7,09% ± 1,96%. Sementara itu secara kuartalan, inflasi di Indonesia pada kuartal III- 2014 dan IV-2014 masing-masing sebesar 5,36% ± 1,67% dan 5,81% ± 1,88%. Menurut survei yang dilakukan, tiga faktor utama penentu terjadinya Tabel 8: Estimasi Pertumbuhan PDB Riil (y-o-y, dalam %) Sumber: Data Primer (diolah , 2014) Tabel 9: Estimasi Inflasi (y-o-y, dalam %) Sumber: Data Primer (diolah , 2014) Sumber: Data Primer (diolah , 2014) Tabel 10: Estimasi Nilai Tukar Rupiah (IDR/USD)
  • 33. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 29 kenaikan inflasi di tahun 2014 adalah kondisi nilai kurs rupiah, faktor musiman, dan harga barang yang diatur pemerintah. Nilai tukar rupiah diprediksi mulai membaik dan stabil pada tahun 2014, walaupun masih di sekitar nilai Rp/USD 11.000. Pada kuartal III- 2014 nilai tukar rupiah diperkirakan sebesar IDR/USD 11.545 ± IDR/USD 271. Di kuartal berikutnya, nilai tukar rupiah sedikit menguat menjadi IDR/USD 11.514 ± IDR/USD 365. Sementara itu secara tahunan, nilai tukar rupiah tahun 2014 adalah IDR/USD 11.513 ± IDR/USD 368 dan tahun 2015 menguat menjadi IDR/USD 11.275 ± IDR/USD 453. Menurut survei yang dilakukan, tiga faktor utama penentu terjadinya kenaikan pertumbuhan apresiasi nilai tukar rupiah di tahun 2014 adalah kondisi ekonomi Indonesia, ekspektasi pasar, dan kebijakan makroekonomi. GAMA LEI dan Konsensus Proyeksi Ekonomi
  • 34. Indonesian Economic Review and Outlook30 Perekonomian yang sehat adalah perekonomian dengan pertumbuhan dan inflasi yang stabil dan ketimpangan antar daerah yang menurun. Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil diperlukan kebijakan-kebijakan yang pro pertumbuhan, misalnya pengembangan infrastruktur dan penciptaan iklim usaha yang kompetitif. Selain itu perlu adanya identifikasi mengenai sektor mana yang maju dan berpotensi berkembang di tiap-tiap daerah. Dari 33 provinsi, hanya 9 provinsi yang mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2012 ke 2013. Provinsi tersebut adalah Jambi (7,88%), DIY (5,4%), Kalimantan Barat (6,08%), Kalimantan Tengah (7,37%), Sulawesi Tengah (9,38%), Gorontalo (7,76%), NTB (5,92%), NTT (5,56%), dan Papua (14,84%). Sedangkan provinsi lain mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Menarik untuk diketahui bahwa ada beberapa provinsi yang mengalami percepatan tersebut secara year-on-year pada 2014 ternyata melambatkuartal I- , yaitu DIY, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, NTT, dan Papua. Hal ini menunjukkan bahwa fondasi ekonomi daerah di Indonesia sejatinya memang belum cukup kuat. Perlambatan regional ini tentu akan berpengaruh terhadap perekonomian secara nasional. Jika dilihat dari pertumbuhan kuartalan yang sudah terjadi di kuartal I dan II-2014, hanya 12 provinsi yang mengalami ekspansi. Provinsi- provinsi tersebut adalah DI Aceh (didukung oleh Sektor Jasa dan Perdagangan, Hotel dan Restoran) (Sektor , Kepulauan Riau, Lampung industri pengolahan) (Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; , DKI Jakarta Transportasi dan Komunikasi; dan Jasa) (Sektor Perdagangan, Hotel , Banten dan Restoran) (Perdagangan, Hotel dan Restoran), Jawa Barat , Kalimantan Tengah , Bali (Sektor Pertambangan dan Jasa) (Sektor Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran) (Sektor Perdagangan, , Sulawesi Tenggara Hotel, dan Restoran) (Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan , NTT Jasa) (Sektor Industri Pengolahan) (Sektor Industri , Papua , dan Papua Barat Pengolahan), di mana Aceh dan NTT pertumbuhan ekonominya masih di bawah nasional. D. PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL
  • 35. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 31 Tabel 11: Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi di 33 Provinsi (%, y-o-y) Pertumbuhan ekonomi melambat di berbagai provinsi Catatan: * = y-o-y ** = tahun kalender Sumber: BPS dan BI (2014) Perkembangan Ekonomi Regional
  • 36. Indonesian Economic Review and Outlook32 Salah satu kebijakan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah adalah UU Minerba. Undang-undang Minerba yang disetujui oleh DPR 16 Desember 2008 lalu diharapkan dapat meningkatkan value added pada komoditas pertambangan Indonesia. Komoditas tambang yang diregulasi dilarang untuk langsung diekspor tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Diharapkan di masa mendatang kebijakan ini akan berdampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Kebijakan yang diberlakukan sejak 12 Januari 2014 lalu ini atau tahun setelah 5 disahkan ternyata belum sesuai yang diharapkan. Banyak polemik yang terjadi dimana dalam jangka waktu tahun ternyata masih banyak daerah 5 yang belum siap membangun atau instalasi pengolahan hasil smelter tambang. Akibatnya adalah banyak daerah mengalami gangguan dalam perekonomian, terutama daerah yang memiliki komoditas tambang dan pembangunan smelter yang terhambat, seperti Sulawesi Tengah. UU Minerba ini juga akan berdampak pada negara mitra perdagangan Indonesia, terutama mitra perdagangan komoditas tambang yang selama ini melakukan impor komoditas tambang mentah dari Indonesia. Pada masa perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2012 (dan diperkirakan masih akan berlanjut), kebijakan yang terkait migas sangat sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi. Terutama untuk menghadapi UU Minerba, dibutuhkan infrastruktur pabrik pengolahan barang tambang seperti pembangunan smelter agar ekspor bahan tambang Indonesia memiliki nilai tambah lebih. Pembangunan infrastruktur sangat penting untuk dilaksanakan untuk meningkatkan daya dukung perekonomian yang diharapkan akan menjaga pertumbuhan di atas 5%. Perkembangan inflasi di beberapa provinsi di Indonesia hingga kuartal II- 2014 cukup mengkhawatirkan di mana 12 provinsi memiliki inflasi yang lebih tinggi dari inflasi nasional (mencapai 2% year-to-date dari awal tahun hingga Juni 2014). Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, Sulawesi Tengah, NTT, Maluku, Maluku Utara. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2013 di berbagai provinsi di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat. Ini menunjukkan bahwa kualitas hidup yang terdiri dari faktor kesehatan, pengetahuan, dan
  • 37. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 33 Tabel 12: Ketimpangan Pendapatan dan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Ketimpangan Pendapatan di berbagai provinsi secara umum meningkat begitu juga dengan IPM Sumber: BPS (2014) Perkembangan Ekonomi Regional
  • 38. Indonesian Economic Review and Outlook34 penghidupan yang layak semakin baik. Dari 33 provinsi di Indonesia, 5 provinsi dengan IPM tertinggi dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta (78,59), DI Yogyakarta (77,37), Kalimantan Timur (77.33), Sulawesi Utara (77,36), dan Riau (77,25). Ketimpangan pendapatan tahun 2013 yang ditunjukkan oleh rasio gini di berbagai provinsi di Indonesia secara umum meningkat. Penurunan ketimpangan pendapatan terjadi di 9 provinsi antara lain Sumatera Selatan (dari 0,4 ke 0,38), Riau (dari 0,4 ke 0,37), Jawa Barat (dari 0,41 ke 0,40), Kalimantan Selatan (dari 0,38 ke 0,36), Bali (dari 0,43 ke 0,4), Sulawesi Utara (dari 0,43 ke 0,42), NTT (dari 0,36 ke 0,35), Maluku (dari 0,38 ke 0,37), dan Maluku Utara (dari 0,34 ke 0,32). Provinsi dengan ketimpangan pendapatan tertinggi antara lain DI Yogyakarta (0,44), Gorontalo (0,44), Papua (0,44). Sedangkan ketimpangan pendapatan terendah ada di Provinsi Bangka Belitung (0,31). Menarik untuk diketahui adalah DI Yogyakarta dengan IPM tertinggi di Indonesia ternyata mengalami masalah ketimpangan pendapatan . Sedangkan yang dilihat dari tingginya rasio Gini sebesar 0,44 Riau dan Sulawesi Utara sebagai provinsi dengan IPM tertinggi berhasil menurunkan ketimpangan pendapatannya.
  • 39. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 35 ASEAN Memasuki ASEAN Economic Community (AEC) 2015, perekonomian kawasan masih belum tumbuh stabil bahkan beberapa negara menunjukkan kerapuhan struktur fundamental ekonomi. Situasi perekonomian ASEAN pada kuartal II-2014 adalah potret perekonomian yang menunjukkan campuran optimisme dan pesimisme di saat yang bersamaan. Beberapa negara utama kawasan seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura dan Vietnam mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang melebihi ekspektasi awal walaupun masih tidak stabil dari waktu ke waktu. Sementara Indonesia sebagai “motor utama” penggerak perekonomian kawasan menunjukkan gejala perlambatan pertumbuhan ekonomi diikuti dengan Brunei Darussalam, Laos, Kamboja dan Myanmar yang masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan fundamental ekonomi seperti struktur ekonomi yang belum terdiversifikasi dengan baik serta keseimbangan anggaran pendapatan dan belanja yang buruk. Akibatnya, situasi ini terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tidak memicu berkualitas bahkan hingga mencatatkan kontraksi perekonomian. Situasi ini menunjukkan masih rapuhnya perekonomian kawasan dalam menghadap AEC 2015 ditengah situasi perekonomian global yang masih memerlukan waktu untuk tumbuh secara lebih optimal. Berbagai tantangan membayangi perekonomian kawasan dalam memasuki AEC 2015. Tantangan tersebut diantaranya bersumber dari fenomena internasional ataupun regional seperti rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada kisaran 100-115 basis poin yang berpotensi akan memutar balik arus modal dari kembali ke Amerika emerging markets Serikat pada tahun 2015, situasi perekonomian global yang masih belum pulih secara optimal sehingga beberapa negara utama di current account kawasan yang masih belum mencatatkan nilai positif, serta defisit anggaran pendapatan dan belanja negara yang lebih dari 3% pada beberapa negara di kawasan. Selain hal tersebut terdapat juga tantangan perekonomian yang terkait dengan kebijakan domestik seperti rencana rasionalisasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia dan Malaysia, rencana penerapan Goods E. ASEAN: Memasuki ASEAN Economic Community 2015 Di Tengah Bayang-Bayang Tantangan Perekonomian Kawasan
  • 40. Indonesian Economic Review and Outlook36 and Service Tax (GST) baru di Malaysia pada tahun 2015, rencana kenaikan Value Added Tax (VAT) sebesar 10% dan gaji pegawai negeri sipil sebesar 8% di Thailand pada tahun 2015, serta stabilitas politik domestik yang masih belum kondusif terutama di Kamboja dan Thailand. Berbagai situasi ini membayangi potensi yang bisa dicapai oleh perekonomian masing-masing negara dalam menghadapi AEC 2015 yang akan secara resmi diberlakukan pada akhir tahun 2015. Negara-negara utama di kawasan ASEAN mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2014 diatas ekspektasi. Negara- negara ASEAN-5 terkecuali Indonesia mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2014 diatas ekspektasi. Malaysia yang diproyeksikan awal oleh Bank Negara Malaysia hanya mampu tumbuh 5,8% dan Filipina yang diproyeksikan awal oleh Bangko Sentral ng Pilipinas hanya akan mampu tumbuh 5,7% ternyata keduanya mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan yaitu hingga 6,4%. Negara- negara ini mendapatkan momentum perekonomiannya pada kuartal II-2104 melalui pertumbuhan yang dialami oleh sektor jasa dan sektor konstruksi berdampingan dengan Singapura yang mencatatkan pertumbuhan ekonominya melalui pertumbuhan pada sektor asuransi. Sementara hanya Tabel 13: Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan di Negara-negara ASEAN, 1998–Q1 2014 (y-o-y, %) Kontribusi Pelaku Ekonomi Swasta Menjadi Kunci Dalam Menjaga Momentum Perekonomian Kawasan Sumber: Bank Indonesia (2014)
  • 41. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 37 ASEAN dalam jangka waktu tiga bulan pasca kudeta pihak militer, Thailand sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di kawasan telah mampu lepas dari jeratan resesi dengan kembali mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif pada kuartal II-2104 setelah sebelumnya mengalami kontraksi -2,1%. Pertumbuhan yang dialami Thailand ini didorong membaiknya tingkat oleh keseimbangan perdagangan internasional Thailand serta membaiknya sentimen investor yang kembali melakukan penanaman modal pada berbagai instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun swasta. Sementara , Indonesia itu pada kuartal II-2014, mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh masih belum stabilnya tingkat kepercayaan dunia usaha terhadap perekonomian Indonesia atas dinamika situasi politik pasca pemilihan presiden baru. pengetatan berbagai kebijakan moneter Selain itu, maupun fiskal yang salah satunya diwujudkan melalui penundaan kebijakan pembayaran gaji ke-13 pegawai negeri sipil oleh pemerintah dari awalnya pada kuartal II-2014 menjadi pada kuartal III-2014 yang menekan potensi pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia pada kuartal berjalan turut memberikan dampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional Kontribusi pelaku ekonomi swasta menjadi kunci pertumbuhan ekonomi di negara utama kawasan. Momentum pertumbuhan ekonomi kuartal II-2014 sebagaimana yang dialami oleh Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand ditopang oleh pertumbuhan kinerja investasi swasta pada sektor jasa terutama pada sub-sektor yang terkait dengan perdagangan dan sektor konstruksi yang dilatarbelakangi oleh membaiknya situasi perekonomian global secara umum. Hal ini ditunjukkan dengan capaian pertumbuhan sektor konstruksi hingga sebesar dua digit pada Malaysia sebesar 12,1% dan Filipina sebesar 12,7%. Meningkatnya kontribusi pelaku ekonomi swasta ini menjadi semakin dominan karena pada saat yang bersamaan kontribusi pengeluaran pemerintah pada kuartal berjalan menunjukkan pelemahan diakibatkan pada rantai birokrasi.bottlenecking Beberapa negara lainnya di kawasan ASEAN memerlukan percepatan restrukturisasi fundamental ekonomi agar mencapai potensi optimal pertumbuhan ekonominya. Brunei sebagai satu-satunya negara di kawasan yang mencatatkan kontraksi ekonomi sebesar -3,3% memerlukan restrukturisasi fundamental perekonomian dengan mempercepat
  • 42. Indonesian Economic Review and Outlook38 diversifikasi sektor perekonomian yang saat ini sangat bergantung pada industri minyak bumi dan gas alam yang menurut Jabatan Perancang Kemajuan Ekonomi (JPKE) Brunei menguasai lebih kurang 70% PDB dan 90% total ekspor. Ketergantungan pada sektor ini yang pada kuartal berjalan mencatatkan kontraksi -0,6% tengah dilakukan upaya pengalihan kepada sektor-sektor potensial Brunei lainnya seperti pertanian, perikanan dan kehutanan yang pada saat bersamaan mampu mencatatkan pertumbuhan hingga 4,1% . Permasalahan fundamental ekonomi lainnya year-on-year seperti defisit anggaran pendapatan dan belanja negara yang terlalu besar dialami oleh Laos (5,8% terhadap PDB) dan Myanmar (3,7% terhadap PDB) akibat kebijakan perlindungan sosial yang terlalu ekspansif, rekrutmen pegawai negeri sipil secara besar-besaran dan anggaran pertahanan yang masih terlalu tinggi sehingga menyebabkan terbatasnya ruang fiskal pemerintah dalam mengalokasikan anggaran untuk melakukan stimulus perekonomian. Vietnam Sementara itu, konflik perbatasan antara dan mitra ekonomi utamanya, Tiongkok, membuat perekonomian Vietnam terhambat. Oleh karena itu, saat ini berusaha pemerintah Vietnam untuk melibatkan investor asing yang lebih beragam demi melepas ketergantunganny secara a ekonomi kepada pemerintah Tiongkok. Inflasi yang didorong oleh harga bahan makanan dan produk impor NEGARA 2011 2012 2013 Jul-14* Brunei Darussalam 1,8 0,4 0,38 0,2 Kamboja 4,9 2,9 4,65 4,85 Indonesia 3,8 4,3 8,38 3,99 Laos 7,7 4,2 6,37 3,7 Malaysia 3 1,6 3,2 3,2 Myanmar 5,1 6,1 5 5,96 Filipina 4,2 3,1 4,1 4,9 Singapura 5,5 4,3 2,4 1,2 Thailand 3,5 3 2,18 2,09 Vietnam 18,1 6,81 6,04 4,31 Tabel 14: Tingkat Inflasi Negara-Negara ASEAN, 2011-2014* (y-o-y, %) Kenaikan Harga Barang Diakibatkan Masih Banyaknya Produk Impor Pada Berbagai Komoditi Konsumsi Utama Catatan: Data-data untuk Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, dan Singapura adalah posisi per-Juli 2014 (y-o-y). Data untuk Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam adalah posisi per-Agustus 2014 (y-o-y) Sumber: Bloomberg (2014)
  • 43. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 39 ASEAN dihadapi dengan kebijakan beragam oleh negara-negara di kawasan. Secara umum negara-negara di kawasan ASEAN mencatatkan pembentukan inflasi tinggi yang disebabkan oleh meningkatnya harga bahan makanan dan minuman non-alkohol serta beberapa komponen konsumtif lainnya seperti garmen dan elektronik yang masih sangat bergantung pada aktivitas impor seiring dengan dibukanya berbagai fasilitas /Kawasan Special Economic Zone Ekonomi Khusus yang terutama terjadi pada negara-negara yang terletak di area Sungai Mekong (Kamboja, Laos dan Myanmar). Tingkat inflasi yang relatif tinggi di sub-kawasan ini juga diperparah dengan adanya bencana banjir tahunan serta instabilitas politik yang sempat terjadi di Thailand sebagai kekuatan ekonomi utama di sub-kawasan sehingga menghambat arus lalu lintas perdagangan. Tingkat inflasi di beberapa negara bahkan mengalami tekanan lebih lanjut dengan terjadinya kenaikan harga layanan listrik sebesar 43% di Myanmar pada bulan April 2014 serta kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Vietnam sebanyak dua kali yaitu pada 26 Juni 2014 dan 7 Juli 2014. Pengendalian inflasi pada negara-negara di kawasan tersebut sebagian besar dilakukan melalui kebijakan pengendalian harga sebagaimana yang diterapkan oleh pemerintah militer Thailand dan pemerintah Vietnam yang terbukti cukup efektif untuk mencegah tercapainya tingkat inflasi yang lebih tinggi lagi di tengah dinamika yang terjadi. Lain halnya dengan pemerintah Laos menempuh kebijakan penghapusan (VAT) pada beberapa komoditi yang selama ini Value Added Tax diimpor dengan harapan menumbuhkan produksi komersial secara domestik, kebijakan alternatif pengendalian inflasi juga dilakukan oleh pemerintah Brunei sebagai negara dengan tingkat inflasi terendah pada kuartal berjalan dengan melakukan kebijakan mata uang Dolar pegging Brunei terhadap Dolar Singapura. Potensi pembalikan arus modal membayangi pasar saham kawasan akibat rencana kebijakan kenaikan suku bunga The Fed. Pada kuartal II- 2014 ini secara umum pasar saham di kawasan ASEAN menunjukkan pertumbuhan yang sangat menggembirakan dengan rerata pertumbuhan berada pada tingkat dua digit kecuali hanya pada Kamboja (-15,96%), Malaysia (0,71%) dan Singapura (4,80%). Situasi perlambatan pertumbuhan pasar saham di negara Singapura dan Malaysia sebagai perwakilan negara- negara dengan tingkat integrasi ekonomi internasional yang relatif tinggi di kawasan, menunjukkan adanya gejala perlambatan aliran arus modal masuk
  • 44. Indonesian Economic Review and Outlook40 ke pasar saham di kawasan ASEAN. Situasi ini disinyalir dikarenakan sikap kehati-hatian investor terhadap rencana kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan oleh Bank Indonesia akan dilaksanakan pada Semester Pertama 2015 dengan kisaran kenaikan 100 hingga 115 basis poin sehingga berpotensi memicu terjadinya arus pembalikan modal dari emerging countries. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, secara lebih lanjut mengindikasikan bahwa potensi pembalikan arus modal ini akan dapat mempengaruhi keseimbangan sebuah negara yang dapat capital account mengganggu perekonomian terutama bagi negara-negara yang saat ini sudah mengalami defisit pada . Situasi potensi pembalikan current account arus modal ini mengkhawatirkan bagi negara Kamboja dan Laos yang justru saat ini sedang gencar-gencarnya merelaksasi regulasi di pasar saham mereka agar perusahaan asing tertarik melakukan di pasar saham listing tersebut setelah selama ini hanya diisi oleh beberapa perusahaan yang masih terafiliasi dengan negara (Badan Usaha Milik Negara). Tingkat nilai tukar di kawasan masih sangat dipengaruhi oleh keseimbangan perdagangan internasional dan sentimen pelaku bisnis. Secara umum penguatan atau pelemahan pada nilai tukar negara-negara di kawasan ini sangat dipengaruhi pada kinerja keseimbangan perdagangan internasional negara tersebut sebagaimana yang dialami penguatan pada mata uang Baht Thailand, Rupiah Indonesia dan Ringgit Malaysia. Di sisi lain, Tabel 15: Pertumbuhan Indeks Pasar Saham Negara ASEAN, 2009-2014 (y-o-y, %) Aliran Arus Modal Dibayangi Dengan Rencana Kenaikan Suku Bunga The Fed Catatan: Data posisi 2 Januari dan 29 Agustus 2014 adalah pertumbuhan berbasis year-to-date Sumber: Bloomberg (2014)
  • 45. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 41 fenomena kontraksi nilai mata uang di negara Kamboja lebih disebabkan pada demonstrasi buruh sektor garmen sebagai industri terbesar di Kamboja yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir sehingga menurunkan sentimen positif para pelaku bisnis terhadap proyeksi perekonomian Kamboja kedepannya. Khusus untuk Vietnam, penurunan nilai mata uang terjadi dikarenakan akibat kebijakan moneter yang ditempuh berupa devaluasi Dong Vietnam sebesar 1% yang dilakukan pada 19 Juni 2014 demi menjaga daya saing produk-produk Vietnam di luar negeri terhadap mitra- mitra dagang baru ditengah situasi perekonomiannya yang terguncang akibat konflik perbatasan dengan Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama. Sementara fenomena sentimen positif dunia bisnis juga mempengaruhi nilai tukar Peso Filipina yang baru saja mendapatkan peningkatan rating oleh Standard's & Poor pada awal bulan Mei 2014. Tabel 16: Pertumbuhan Nilai Tukar Mata Uang Negara-Negara di ASEAN Terhadap USD, 2009-2014 (y-o-y, %) Penguatan Nilai Tukar Terutama Ditopang Oleh Sentimen Positif Pasar Catatan: *= Pada tahun 2012 Myanmar mengalami penyesuaian nilai mata uang Data tersaji pada posisi 29 Agustus 2014 adalah pertumbuhan berbasis year-to-date Angka (+) menunjukkan apresiasi mata uang dan angka (-) menunjukkan depresiasi mata uang. Sumber: Bloomberg (2014) ASEAN
  • 46. Indonesian Economic Review and Outlook42 Di bulan Agustus, paling tidak ada 2 tanggal penting dan menarik serta menjadi perhatian masyarakat, yakni: pertama, 17 Agustus 2014, hari HUT RI ke 69 dan sekaligus diluncurkannya uang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan kedua, tg 21 Agustus 2014, yang ditandai dengan keluarnya keputusan Makamah Konstitusi (MK) yang mengesahkan Presiden dan Wakil Presidan terpilih (Joko Widodo dan Jusuf Kala). Munculnya mata uang NKRI tidak saja sebagai perujudan UU No.7/2011 tentang Mata Uang, tetapi sekaligus merupakan tonggak perubahan penting mengenai konsep uang di Indonesia dari uang Bank Indonesia (UBI) menjadi uang NKRI (UNKRI). UBI—yang selama ini dikenal dan digunakan sebagai media pertukaran, alat pembayaran dan pengukur nilai—atau uang kartal BI merupakan kewajiban moneter otoritas moneter (BI) kepada masyarakat. Jadi memang sungguh luar biasa otoritas yang dimiliki BI, padahal BI hanyalah lembaga negara yang independen terhadap pemerintah. Di sisi lain, munculnya uang NKRI (UNKRI) berarti yang mempunyai kewajiban moneter kepada masyarakat adalah Negara yakni NKRI yang diwakili oleh pemerintah (c.q. Menteri Keuangan) dan lembaga negara BI. UNKRI tidak saja sebagai uang kartal tetapi juga menunjukan keberadaan negara dalam semua sendi dan sisi kehidupan serta kegiatan ekonomi masyarakat selama mereka berada di NKRI. Memang munculnya UNKRI dapat memberi indikasi semakin berkurangnya otoritas dan independensi yang dimiliki Bank Indonesia setelah lahirnya OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan penetapan target inflasi oleh pemerintah (Insukindro, 2009). Namun, langkah tsb penting dan harus dilakukan agar biaya pencetakan dan jumlah uang yang dicetak, misalnya, tidak saja dapat diketahui oleh BI dan pemerintah tetapi juga oleh masyarakat melalui wakil-wakil mereka di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Di masa yang akan datang, rasanya akan lebih baik lagi jika jumlah UNKRI yang dicetak dan diedarkan juga dikaitkan dengan rencana pembangunan negara baik yang tercantum dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka F. Isu Terkini Prospek Dan Tantangan Pemerintahan yang Baru Insukindro
  • 47. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 43 Menengah Nasional) maupun RAPBN (Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara). Dua hal yang disebut terakhir, tentunya akan tercermin dalam neraca interen (internal balance) seperti tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan kestabilan sistem keuangan, dan neraca eksteren (external balance), seperti keseimbangan neraca pembayaran internasional. Tentu saja semua ini perlu pula diwujudkan dalam perubahan Undang-Undang Bank Indonesia. Keputusan MK tg 21 Agustus 2014 memberi asa (harapan) tersendiri, tidak saja karena kita akan mempunyai presiden dan wakil presiden baru tetapi juga asa-asa baru dengan nawa cita (sembilan agenda prioritas) beliau. “ ” Program-program pemerintah baru seperti Indonesia pintar dan sehat, subsidi daerah dan desa, secara ekonomika makro berarti bentuk-bentuk stimulus fiskal yang diharapkan dapat mendorong kualitas tenaga kerja, produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, tantangan yang akan dihadapi pemerintah yang baru juga tidak mudah, RAPBN 2015 ini disusun oleh Kabinet pimpinan presiden Susilo Bambang Yudoyono yang tentu saja mempunyai program yang tidak sama dengan presiden terpilih, terlebih lagi masalah-masalah yang harus segera diselesaikan, seperti subsidi BBM dan listrik, utang luar negeri dan sumber pendanaan RAPBN berkenaan Pengurangan subsidi BBM, misalnya, dapat dilakukan dengan dua pendekatan yakni pendekatan kuantitas atau membatasi jumlah subsidi BBM (seperti yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini) dan pendekatan harga yakni dengan menaikkan harga BBM. Kedua pendekatan ini pada gilirannya akan menaikkan harga BBM baik langsung (pendekatan kedua) atau tidak langsung (pendekatan pertama). Dengan menggunakan pendekatan Makroekonomika Konsensus Baru (MKB)¹, dapat dianalisis bagaimana pengaruh stimulus fiskal dan kenaikan BBM terhadap variabel ekonomika makro, misalnya: suku bunga, inflasi dan fluktuasi ekonomi Isu Terkini ¹ Pendekatan ekonomika makro baru, seperti Sentesis Neoklasik Baru (New Neoclassical Synthesis) yang dikembangkan oleh Goodfriend dan King (1997) dan/atau Makroekonomika Konsensus Baru (New Consensus Macroeconomics) (lihat misalnya: Arestis dan Sawyer, 2008), dan kemudian diramu oleh Hubbard dkk (2012: Ch.9-13, 15), memungkinkan digunakannya pendekatan IS-MP-MNKPC dalam menganalisis fenomena ekonomi di atas (lihat juga: Insukindro, 2013).
  • 48. Indonesian Economic Review and Outlook44 (resesi atau ekspansi ekonomi). Stimulus fiskal akan berpengaruh terhadap kenaikan output (ekspansi), namun dapat mendorong inflasi. Pertanyaannya haruskan suku bunga dinaikkan? Jawabannya ada dua. Pertama, suku bunga dinaikkan dengan harapan inflasi turun², ataukah yang kedua, suku bunga tidak dinaikkan dan output lebih meningkat (ekspansi ekonomi lebih lanjut) tetapi dalam jangka pendek akan disertai kenaikan inflasi. Kenaikan BBM dalam jangka pendek akan mendorong kenaikan biaya produksi dan harga atau inflasi. Pertanyaannya adalah haruskan kenaikan BBM ini disertai oleh kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia. Jawabannya juga ada dua. Pertama, suku bunga dinaikkan dengan harapan inflasi turun, tetapi terjadi kelesuan atau resesi ekonomi, dan kedua, suku bunga tidak dinaikkan, tetapi kita terhindar dari resesi ekonomi walaupun dalam jangka pendek terjadi kenaikan harga atau inflasi. Dari dua contoh di atas, memang ada dua pilihan apakah kita mengikuti aliran baku Neoklasik, yang nampaknya banyak diacu di Indonesia, ataukah kita mengikuti ekonomika makro baru seperti MKB. Jika kita mengikuti ekonomika makro baru, maka kita mempunyai pilihan-pilihan kebijakan dan konsekuensi yang timbul serta kemungkinan kita terhindar dari sindrum inflasi dan lebih pro kepada sektor riil atau penawaran agregat. Tentu saja, koordinasi antara pemerintah, BI, OJK dll perlu dilakukan dan ditingkatkan, walaupun semua orang telah mahfum bahwa koordinasi adalah barang ekonomi yang mahal dan tidak mudah. Studi yang dilakukan oleh Insukindro dan Makhfatih (2013) juga mendukung perlunya koordinasi antara pemerintah dan BI dalam mengelola uang beredar agar mampu menggariahkan pertumbuhan ekonomi, dan koordinasi ini rasanya dapat dilakukan karena telah lahir UNKRI. Pemerintah perlu memperbaiki tata kelola produksi dan pasar migas dan subsidi serta pajak terkait. Pengeluaran pemerintah diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan permintaan agregat tetapi juga dapat mendorong , pen produksi atau penawaran agregat, sehingga sindrum suku ingkatan bunga tinggi dan inflasi dapat dikurangi. Hal lain yang perlu dicermati adalah ² Kebijakan ini biasanya lebih banyak dipilih oleh ekonom yang percaya pada aliran Neoklasik yang telah banyak mendapat kritikan (lihat misalnya: Blanchard dkk, 2010)
  • 49. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 45 krisis luar negeri dan semakin terbukanya perekonomian Indonesia. Studi di atas menunjukkan bagaimana pengaruh kedua besaran ini terhadap perekonomian negara kita, dan diharapkan sampai akhir 2014 telah terjadi pembalikan keadaan krisis di luar negeri (USA dan Eropa) ke arah pertumbuhan ekonomi yang positif dan meningkat. Yogyakarta, 24 Agustus 2014 Referensi Arestis, P and M.C. Sawyer (2008), A Critical Reconsideration of Foundation of Monetary Policy in the New Consensus Macroeconomics Framework, Cambridge Journal of Economics, 31(5): 761-779. Blanchard, O., G. Dell'Ariccia and P. Mauro (2010), Rethinking Macroeconomic Policy, IMF Staff Position Note, SPN/10/03, February 12 Goodfriend, M. and R.G. King (1997), The New Neoclassical Synthesis and the Role of Monetary Policy, NBER Macroeconomics Annual: 971-987. Hubbard, R.G., A.P. O'Brien and M. Rafferty (2012), Macroeconomics, Pearson Education, Inc. Insukindro (2009), Bank Indonesia Masa Depan, Kompas, 22 Juli Insukindro (2013), Makroekonomika Baru: Pendekatan IS-MP-MNKPC dan Sintesa Neoklasik Baru, Materi Ceramah di PRES BI, 30-31 Juli Insukindro dan A. Makhfatih (2013), Kajian Analisis Ekonomi dan Pembiayaan Pembangunan, Laporan Akhir, Konsultan Tim Kajian Staf Ahli Meneg PPN/Ketua Bappenas, Jakarta
  • 50. Indonesian Economic Review and Outlook46 G. Economic Outlook Stabilitas ekonomi Indonesia sosial, politik dan pasca pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara umum terjaga dengan baik. Nilai rupiah, inflasi dan indeks harga saham gabungan menyambut positip Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Diharapkan pemerintah baru akan membawa perbaikkan dalam pengelolaan ekonomi sehingga Indonesia bisa semakin maju, sejahtera dan adil. Namun demikian masalah, tantangan dan ancaman menghantui pemerintah baru nanti. Indonesia berada pada tren pertumbuhan ekonomi yang menurun sejak 2012 dan neraca perdagangan barang defisit, demikian juga defisit transaksi berjalan yang meningkat. Apalagi debt service ratio terus naik sehingga berada pada posisi 48% yang sudah merupakan lampu merah bagi perekonomian suatu negara. Padahal utang luar negeri swasta juga terus meningkat dengan utang jangka pendek yang cukup signifikan jumlahnya. Padahal investasi portfolio asing masuk ke pasar saham ataupun surat berharga negara juga semakin besar, yang bisa keluar setiap saat. Apalagi Amerika Serikat yang ekonominya membaik diperkirakan akan melakukan kebijakan ta ering off pada tahun 2015. p Dengan demikian meskipun pertumbuhan negara-negara ASEAN mulai menggeliat lagi, demikian juga India mulai meningkat pertumbuhan ekonominya, namun ancaman masih menghantui. Sehingga jika tidak ada perubahan dalam pengelolaan ekonomi Indonesia, tren pertumbuhan ekonomi yang menurun akan berlanjut karena kualitas pembangunan ekonomi Indonesia yang rendah seperti yang diramalkan oleh GAMA LEI. Apalagi kebijakan fiskal yang diharapkan dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi sudah berat oleh anggaran subsidi energi. Pemerintah baru yang dinakhodai oleh Jokowi dan JK diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pertumbuhan ataupun pembangunan ekonomi. Pemerintah diharapkan mampu meletakkan dasar-dasar perekonomian yang sehat, kuat, dan berdaya saing tinggi. Untuk itu kebijakan fiskal diharapkan bisa dijadikan sebagai isntrumen selain untuk menjalankan fungsi alokasi, menjaga stabilitas ekonomi dan redistribusi juga dapat berfungsi dalam menstimulus pembangunan ekonomi. Pemerintah baru diharapkan punya keberanian untuk mengalihkan subsidi energi yang salah sasaran kepada pembangunan manusia seperti pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial lainnya, serta pembangunan infrastruktur seperti irigasi,
  • 51. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 47 jalan, jalur kereta api, dan waduk yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia. Selain itu berbagai kebijakan yang dapat menggerakkan ekonomi domestik serta mengurangi ketergantungan pada komoditas luar negeri diperlukan agar Indonesia siap memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Sehingga meskipun tren penurunan ekonomi masih berlangsung namun jika pengelolaan ekonomi berubah pro manusia, pro daya saing dan pro ekonomi domestik, serta pemerintah berani mengambil tindakan yang diperlukan meskipun tidak populer untuk itu, diharapkan ada perbaikkan pada perekonomian Indonesia. Sehingga tren penurunan pertumbuhan ekonomi dapat dibalik menjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Semoga.
  • 52. INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK TIM MACROECONOMIC DASHBOARD MACROECONOMIC DASHBOARD FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA Pertamina Tower Building Lt. 4 Ruang 4.1 Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp: +62 274 548 517 ext 373 Email: iero@email.macroeconomicdashboard.com Website: www.macroeconomicdashboard.com Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc. Head of Researcher sadining@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Prof. Dr. Samsubar Saleh, M.Soc. Sc. Senior Researcher samsubar@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Rosa Kristiadi, M.Comm Researcher rosa.kristiadi@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Zira Brenda Wiranti, S.E. Junior Researcher zirabrenda@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Dyah Savitri Pritadrajati Research Assistant dyah.prita@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Dhian Karyantono Research Assistant dhian.k@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Prof. Dr. Tri Widodo, M.Ec.Dev. Senior Researcher triwidodo@feb.ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Muhammad Ryan Sanjaya, MIntDevEc. Researcher m.ryan.sanjaya@ugm.ac.id +62 274 548 517 ext 373 Galih Adhidharma, S.E. Junior Researcher galih@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Traheka Erdyas Bimanatya Research Assistant bimanatya@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Umi Fitria Ridya Rahmawaty Research Assistant umi.fitria@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373 Mohammad Rizki Hutomo Research Assistant, Web Developer and Layout hutomo.mr@email.macroeconomicdashboard.com +62 274 548 517 ext 373