SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
BAB III
                            ANALISIS BEBAN

       Beban dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: beban dari alam/
lingkungan, beban operasional, dan beban sustain (berat mesin dan peralatannya).
Beban dari alam adalah beban yang diterima mesin/ peralatan, selama beroperasi
maupun tidak beroperasi, dari lingkungan dimana mesin/ peralatan itu berada, seperti
beban angin, gempa dll. Beban operasional adalah beban akibat beroperasinya mesin/
peralatan sesuai dengan fungsi kerjanya ketika mesin tersebut beroperasi. Beban sustain
        ht


adalah beban berat mesin/ peralatan yang terus-menerus diterima mesin/ peralatan
tersebut ketika beroperasi maupun tidak beroperasi.
           tp
             ://


3.1. Kelas Pembebanan
                ru


       Mesin atau peralatan serta komponen-komponenya pasti menerima beban
                           m


operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya. Beban dapat dalam
bentuk gaya, momen, defleksi, temperatur, tekanan dan lain-lain. Analisis pembebanan
                            ah


dalam perancangan mesin atau komponen mesin sangatlah penting, karena jika beban
                              -b


telah diketahui maka dimensi, kekuatan, material, serta variabel design lainnya dapat
ditentukan.
                                el


       Jenis beban pada suatu mesin/peralatan dapat dibagi menjadi beberapa kelas
                                   aj


berdasarkan karakter beban yang bekerja dan adanya gerakan atau perpindahan. Jika
                                      a


konfigurasi umum dari mesin telah didefinisikan dan gerakan kinematikanya telah
                                                       r.o


dihitung, maka tugas berikutnya adalah menganalisis besar dan arah semua gaya,
momen, dan beban lainnya. Beban-beban ini dapat saja konstan atau bervariasi terhadap
                                                             rg


waktu. Komponen mesin dimana gaya tersebut bekerja juga bisa dalam keadaaan diam
(statik) atau bergerak. Dengan demikian kelas pembebanan dapat dibedakan menjadi
empat yaitu :



                                      Beban statik                Beban dinamik

       Elemen diam                      Kelas 1                      Kelas 2

     Elemen bergerak                    Kelas 3                      Kelas 3




                                          3-1
Tugas :
   Tuliskan contoh peralatan/komponen untuk masing-masing kelas pembebanan di atas


       Aplikasi beban berdasarkan daerah pembebanan dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu
   Beban terkonsentrasi : beban yang diaplikasikan pada daerah yang sangat kecil
   dibandingkan dengan luas komponen yang dibebani, dapat diidealisasikan menjadi
   beban terkonsentrasi pada suatu titik.
          ht
             tp
               ://


                            Gambar 3. 1 Beban terkonsentrasi
                  ru


   Beban terdistribusi : beban didistribusikan pada suatu daerah tertentu.
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a


                              Gambar 3. 2 Beban terdistribusi
                                                          r.o


       Berdasarkan lokasi dan metoda aplikasi beban serta arah pembebanan, beban
dapat diklasifikasikan menjadi : beban normal, beban geser, beban lentur, beban torsi,
                                                                rg


dan beban kombinasi. Ilustrasi masing-masing beban ini ditunjukkan pada gambar 2.1.




                                            3-2
ht
           tp


 Gambar 3. 3 Klasifikasi beban berdasarkan lokasi dan metoda aplikasinya : (a) normal tarik, (b)
             ://


                    normal tekan, (c) geser, (d) lentur, (e) torsi, (f) kombinasi
                ru
                              m


3.2. Diagram Benda Bebas dan Persamaan Kesetimbangan
                               ah


       Untuk    mendapatkan      identifikasi    semua    gaya    dan   momen      pada    suatu
sistem/peralatan, maka kita perlu menggambar diagram benda beban (DBB) setiap
                                 -b


elemen dari sistem tersebut. DBB haruslah menunjukkan bentuk umum komponen serta
                                   el


semua gaya dan momen yang bekerja pada elemen tersebut. Perlu diingat juga bahwa
akan ada gaya dan momen luar yang bekerja, dan juga gaya atau momen yang timbul
                                      aj


pada sambungan satu elemen dengan yang lain.
                                         a


       Sebagai tambahan, gaya-gaya dan momen pada DBB, baik yang diketahui
                                                             r.o


maupun yang tidak diketahui nilainya, dimensi dan sudut setiap element harus
                                                                     rg


didefinisikan dalam koordinat lokal. Sistem koordinat diletakkan pada pusat gravitasi
elemen (CG). Untuk beban dinamik, percepatan kinematik baik linear maupun angular
pada CG, perlu diketahui atau dihitung sebelum melakukan analisis beban.
       Hukum Newton dan persamaan Euler adalah dasar yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis beban, baik untuk 3 dimensi maupun 2 dimensi.

Hukum Newton I : “a body at rest tends to remain at rest and abody in motion at
constant velocity will tend to maintain that velocity unless acted upon by an
external force”

Hukum Newton II : “The time rate of change of momentum of a body is equal to the
magnitude of the applied force and acts in the direction of the force”



                                                3-3
Untuk sebuah benda kaku yang tidak mengalami percepatan (statik), hukum
Newton I & II dapat dinyatakan dalam persamaan

                ∑F = 0                                   ∑M = 0                   (3.1)

dan untuk benda yang mengalami percepatan

                ∑F = ma                                  ∑ M = Iα                 (3.2)

Dengan F = gaya, m = massa, I = momen inersia massa, dan α = percepatan sudut.
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan kesetimbangan statik (2.1) dan persamaan
kesetimbangan dinamik (2.2).
       Untuk menganalisis gaya-gaya dan momen pada sambungan yang merupakan
interaksi antara body satu dengan yang lainnya dapat digunakan prinsip dari hukum
        ht


Newton yang berbunyi :
           tp


Hukum Newton III : “When two particles interact, apair of equal and opposite
             ://


reaction forces will exist at their contact point. This force pair will have the same
                ru


magnitude and act along the same direction line, but have opposite sense”
                                    m


Konsep aksi-reaksi pada setiap sambungan ini dapat digunakan untuk menentukan besar
                                     ah


dan arah gaya dan momen pada sambungan.
                                       -b


   Analisis Beban 3 Dimensi
                                         el


       Untuk sistem tiga dimensi dari beberapa benda yang saling berhubungan,
                                            aj


persamaan vektor diatas dapat ditulis dalam tiga persamaan skalar sesuai dengan
                                               a


komponen orthogonal koordinat lokal x, y, dan z. titik awal sistem koordinat lokal
                                                                    r.o


sebaiknya pada pusat gravitasi. Persamaan tersebut untuk kondisi statik adalah

       ∑F = 0 ∑F = 0 ∑F = 0
                                                                             rg


            x                   y                   z


       ∑M = 0 ∑M = 0 ∑M = 0
            x                    y                  z                             (3.3)



Sedangkan untuk kondisi dinamik, dimana benda mengalami percepatan

       ∑F   x   = ma x               ∑F    y   = ma y         ∑F    z   = ma z    (3.4)

dan

       ∑M   x               (        )
                = I x α x − I y − Iz ω y ω z

       ∑M   y   = I y α y − (Iz − I x )ω z ω x                                    (3.5)




                                                        3-4
∑M      z              (        )
                    = Iz α z − I x − I y ω x ω y

Persamaan (2.5) dikenal dengan nama persamaan Euler. ω adalah kecepatan sudut.


    Analisis Beban 2 Dimensi
        Pada kenyataannya semua mesin berada dalam 3 dimensi. Akan tetapi untuk
beberapa kondisi khusus, kondisi 3 dimensi ini dapat diidealkan menjadi 2 dimensi
gerakan dan gaya/momen yang terjadi hanya pada satu bidang atau bidang-bidang yang
paralel. Sebagai contoh, jika semua gerakan dan gaya-gaya dan moment yang bekerja
hanya terjadi pada bidang x-y maka persamaan dari hukum Newton dan persamaan Euler
dapat direduksi menjadi
         ht


        ∑F          = ma x             ∑F        = ma y         ∑M       = I zα z   (3.6)
            tp


               x                             y                       z
              ://
                 ru


3.3. Studi Kasus I : Kendaraan bergerak Lurus dengan kecepatan konstan
                                     m


        Sebuah kendaraan dengan berat (Wmobil) 300 lb, bergerak dengan kecepatan
                                      ah


konstan 60 mph. Pada kecepatan ini drag aerodinamis adalah 16 HP. Titik pusat gravitasi
dan titik tangkap tahanan aerodinamis ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah gaya-gaya
                                        -b


reaksi yang bekerja pada roda kendaraan.
                                          el
                                             aj
                                                a                    r.o
                                                                               rg



                     A

               Gambar 3. 4 DBB kendaraan yang bergerak dengan kecepatan konstan
Idealisasi :
        Kecepatan konstan
        Roda belakang sebagai roda penggerak
        Gaya aerodinamik dalam arah vertikal diabaikan
        Tahanan rolling roda diabaikan




                                                          3-5
Analisis :
1. Hitung gaya drag aerodinamik
               33 000 ft ⋅ lb
    Daya (hp )                = Gaya Drag (Fd ) ⋅ Kecepa tan (mph )
                   min                                              88 ft / min
                    hp                                                 mph


          33 000 ft ⋅ lb
              min                      88 ft / min        16 ⋅ 33 000 lb
    16 hp                = Fd ⋅ 60 mph             ⇒ Fd =
               hp                         mph                  5280


    Fd = 100 lb
         ht


2. Gunakan kesetimbangan gaya dalam arah horizontal
                                                                                           δV
            tp


    Kesetimbangan gaya:            ∑F    hor   = m ⋅ a ⇒ untuk kecepatan konstan a =
                                                                                           δt
                                                                                              =0
              ://


    Sehingga diperoleh: Ft − Fd = 0 ⇒ Ft = 100 lb
                 ru


3. Gunakan kesetimbangan momen
                                    m


    Kesetimbangan momen terhadap titik kontak roda belakang dengan jalan (titik A)
                                     ah


   ∑M        A   = 0 ⇒ W f ⋅ 100 in + Fd ⋅ 25 in − Wmobil ⋅ 50 in = 0

                                        (3000 lb ⋅ 50 in ) − (100 lb ⋅ 25 in ) = 1475 lb
                                       -b


    Sehingga diperoleh: W f =
                                                         100 in
                                         el


4. Gunakan kesetimbangan gaya dalam arah vertical
                                            aj


    Kesetimbangan gaya:           ∑F              = 0 ⇒ Wmobil − (Wr + W f ) = 0   ⇒ Wr = Wmobil − W f
                                               a


                                       Vertikal


    Sehingga diperoleh: Wr = (3000 − 1475) ⋅ lb = 1525 lb
                                                                       r.o
                                                                               rg


3.4. Studi Kasus II : Kendaraan bergerak Lurus dipercepatan

        Kendaraan pada kasus I yang bergerak dengan kecepatan 60 mph tiba-tiba di
“gas” dengan sehingga daya mesin naik menjadi 96 HP (total). Tentukanlah gaya-gaya
reaksi yang bekerja pada roda kendaraan dan percepatan kendaraan.




                                                         3-6
A

                     Gambar 3. 5 DBB kendaraan yang bergerak dipercepat
         ht


Idealisasi :
            tp


        Roda belakang sebagai roda penggerak
              ://


        Efek inersia rotasional adalah ekivalen 7% berat kendaraan. (hanya 100/107
        bagian daya yang berfungsi untuk mempercepat kendaraan)
                 ru


Analisis :
                                 m


    1. Efek inersia rotasional
                                  ah


        Hanya 100/107 bagian daya yang berfungsi untuk mempercepat kendaraan
        secara linear.
                                    -b


    2. Tentukan gaya dorong yang digunakan untuk mempercepat kendaraan.
                                      el


        Daya 16 hp memberikan gaya dorong roda kedepan (Ft) sebesar 100 lb yang
                                         aj


        diperlukan untuk menjaga kecepatan selalu konstan.
        Daya yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan:
                                            a                   r.o


        (96 hp − 16 hp ) ⋅ 100 = 74,8 hp
                           107
                                                                        rg


        Maka diperoleh gaya dorong (trust) penyebab akselerasi (Ft_acc):
        16 hp ⇒ 100 lb                                             74,8 hp
                                  Dengan interpolasi: Ft _ acc =           ⋅ 100 lb = 467,5 lb
        74,8 hp ⇒ Ft_acc                                            16 hp
    3. Tentukan percepatan
                                                                             Ft _ acc       Ft _ acc
         Dengan kesetimbangan gaya:        ∑F t   _ acc = mmobil ⋅ a ⇒ a =
                                                                               m
                                                                                        =
                                                                                             W
                                                                                               g
                                                                      467,5 lb
         Sehingga diperoleh percepatan mobil sebesar: a =                           = 5,0 ft / sec 2
                                                                      3000 lb
                                                                    32,2 ft / sec 2
    4. Gunakan kesetimbangan gaya & momen untuk menghitung reaksi pada roda



                                                  3-7
Diperoleh gaya dorong: Ft= Ft(kec. konstan)+Ft_acc=100 lb+ 467,5 lb= 567,5 lb
        Kesetimbangan gaya arah horizontal:          ∑F        hor   = 0 ⇒ Ft − Fd − Fi = 0

        Diperoleh: Fi = Ft − Fd = (567,5 − 100 ) ⋅ lb = 467,5 lb

        Kesetimbangan momen di titik kontak roda belakang dengan jalan (titik A):

        ∑M     A   = 0 ⇒ W ⋅ 50 − (Fi ⋅ 20 in + Fd ⋅ 25 in + W f ⋅ 100 in ) = 0

                                    3000 lb ⋅ 50 in − 467,5 lb ⋅ 20 in + 100 lb ⋅ 25 in
        Maka diperoleh: W f =                                                           = 1381,5 lb
                                                         100 in

        Kesetimbangan gaya arah vertikal:         ∑F     ver   = 0 ⇒ W − Wr − W f = 0

        Diperoleh: Wr = W − W f = (3000 − 1381,5) ⋅ lb = 1618,5 lb
           ht
              tp


3.5. Studi Kasus III : Analisis Beban pada Brake Lever Sepeda
                ://


        Geometry “brake lever” sepeda diberikan pada gambar 2.4 . Rata-rata tangan
                   ru


manusia dapat menimbulkan gaya cengkeram sekitar 267 N. Tangan yang sangat kuat
                                  m


dapat memberikan gaya cengkeram sekitar 712 N. Hitunglah gaya-gaya yang bekerja
                                   ah


pada sambungan pivot.
                                     -b
                                       el
                                          aj
                                             a                          r.o
                                                                               rg



                              Gambar 3. 6 Susunan “brake lever sepeda”
Idealisasi :
      Percepatan diabaikan
      Berat tiap komponen diabaikan
      Semua gerakan dan gaya beban adalah coplanar sehingga dapat dianggap problem
      2D
      Gaya cengkeram yang lebih besar digunakan untuk perhitungan karena lebih kritis
      Gesekan diabaikan



                                                   3-8
Analisis :
    1.   Buat DBB masing-masing komponen (Asumsi berat diabaikan)




             DBB 2 Brake
             Lever




                                                                                                           DBB 3 Cable
          ht
             tp
               ://
                  ru


                                                                                                Gambar 3. 7 DBB Brake
                                             m


                                                                                                Lever
                                              ah


          DBB 1 Handlebar
Keterangan:
                                                -b


•   Notasi Fb2 → Gaya di B pada komponen 2
•   Notasi F12→ Gaya dari komponen 1 ke komponen 2
                                                  el


•   Notasi R12→ Jarak/ posisi vektor gaya F12 terhadap Center of Gravity (CG)
                                                     aj


•   Notasi diatas konsisten untuk seluruh DBB
                                                        a                           r.o


    2.   Gunakan prinsip kesetimbangan 2 dimensi
•   DBB 1 Handlebar
                                                                                                rg


    Pada CG:    ∑F = F + F
                     x           21 x        b1 x    + F31x + Px = 0                                                a1

                ∑F = F + F
                     y            21 y        b1 y   + F31 y + Py = 0                                              a2

                ∑ M = M + (R z          h       21   × F21 ) + (Rb1 × Fb1 ) + (R31 × F31 ) + (R p × F p ) = 0       a3

•   DBB 2 Brake Lever b.4
    Pada CG:     ∑F = F + F + F
                     x           12 x         b2 x       c2x    =0                                                  b.1

                 ∑F = F + F + F
                         y        12 y        b2 y       c2 y   =0                                                  b.2

                 ∑ M = (R × F ) + (R
                             z          12     12         b2    × Fb 2 ) + (Rc 2 × Fc 2 ) = 0                       b.3

    Arah Fc2 diketahui, sehingga diperoleh: Fc 2 y = Fc 2 x tan φ                                                   b.4




                                                                   3-9
•   DBB 3 Cable
    Pada CG:       ∑F       x   = Fcable x + F13 x + Fc 3 x = 0                                   c1

                   ∑F       y   = Fcable y + F13 y + Fc 3 y = 0                                   c2

Dari 9 persamaan diatas terdapat 19 variabel yang tidak diketahui (Fb1x, Fb1y, F12x, F12y,
F21x, F21y, Fc2x, Fc2y, Fc3x,Fc3y, F13x, F13y, F31x, F31y, Fcable x, Fcable y, Px, Py, dan Mh). Untuk
menyelesaikannya 19 variabel yang tidak diketahui diperlukan 19 persamaan. Sudah ada
9 persamaan sehingga diperlukan 10 persamaan lagi:
•   Berdasarkan Hukum III Newton:
    (1) Fc 3 x = − Fc 2 x                  (2) Fc 3 y = − Fc 2 y    (3) F21x = − F12 x

    (4) F21 y = − F12 y                    (5) F31x = − F13 x       (6) F31 y = − F13 y
           ht


•   Gaya yang diberikan tangan pada brake lever dan handgrip sama dan berlawanan
              tp


    arah:
                ://


    (7) Fb1x = − Fb 2 x                   (8) Fb1 y = − Fb 2 y
                   ru


•   Arah gaya pada cable (Fcable) sama dengan arah pada ujung cable, terlihat pada DBB
                                         m


    dengan arah horizontal:
                                          ah


    (9) Fcable y = 0
                                            -b


•   Dengan asumsi gesekan diabaikan, gaya F31 berarah normal terhadap permukaan
                                              el


    kontak cable dengan hole (DBB 1):
                                                 aj


    (10) F31x = 0
                                                    a               r.o


Diperoleh 19 persamaan, sehingga 19 variabel yang tidak diketahui dapat diselesaikan
                                                                          rg


3.6. Studi Kasus IV : Analisis Beban pada Autombile Scissors Jack

         Scissors jack yang digunakan untuk mengangkat mobil seperti pada gambar 2.6.
Scissors jack menahan beban (P) sebesar 1000 lb. Hitung gaya pada komponen scissors
jack.




                                                             3-10
ht


                           Gambar 3. 8 Scissors Jack pada mobil
              tp


Idealisasi :
      Percepatan diabaikan
                ://


      Berat tiap komponen diabaikan
                   ru


      Semua gerakan dan gaya beban adalah coplanar sehingga dapat dianggap problem
                             m


      2D
                              ah


      Sudut elevasi bodi mobil tidak memberikan momen pada scissors jack
Analisis :
                                -b


    1. Buat DBB masing-masing komponen (Asumsi berat diabaikan)
                                  el


Karena setengah bagian atas simetri dengan setengah bagian bawah, maka hanya
                                     aj


dilakukan analisis pada setengah bagian saja. Setengah bagian yang lain akan mendapat
                                        a


beban yang identik.
                                                         r.o
                                                                  rg




               Gambar 3. 9 DBB setengah bagian atas Scissors Jack pada mobil




                                           3-11
ht
           tp
             ://
                ru


               Gambar 3. 10 DBB komponen setengah bagian atas Scissors Jack
                                           m


    2. Gunakan prinsip kesetimbangan 2 dimensi
                                            ah


Dengan asumsi batang 1 sebagai ground, diperoleh
                                              -b


•   DBB 2
    Pada CG: ∑F = F + F + F = 0                                                                                                                 a1
                                                el


                      x       12 x            32 x           42 x


              ∑F = F + F + F = 0
                                                   aj


                      y         12 y           32 y              42 y                                                                           a2
                                                      a


              ∑ M = ( R × F ) + (R × F ) + ( R                                                     × F42 ) = 0                                  a3
                                                                                                        r.o


                          z           21        12                   32        32             42


            ∑ M = (R F − R F ) + (R F
                  z           21 x     12 x           21 y       12 y               32 x   32 x   − R32 y F32 y ) + (R42 x F42 x − R42 y F42 y ) = 0
                                                                                                                 rg


•   DBB 3
    Pada CG:   ∑F = F + F + P = 0
                      x        23 x           43 x           x                                                                                  b1

               ∑F = F + F + P = 0
                      y         23 y           43 y              y                                                                              b2

               ∑ M = (R × F ) + (R × F ) + (R
                          z           23        23                   43        43             P    × P) = 0                                     b3

•   DBB 4
    Pada CG:   ∑F = F + F + F
                      x       14 x            24 x           34 x         =0                                                                    c1

               ∑F = F + F + F
                      y         14 y           24 y              34 y     =0                                                                    c2

               ∑ M = ( R × F ) + (R
                          z          14        14                    24   × F24 ) + (R34 × F34 ) = 0                                            c3




                                                                            3-12
Dari 9 persamaan diatas terdapat 16 variabel yang tidak diketahui (F12x, F12y, F32x, F32y,
F23x, F23y, F43x, F43y, F14x, F14y, F34x, F34y, F24x, F24y, F42x, F42y). Untuk menyelesaikannya 16
variabel yang tidak diketahui diperlukan 16 persamaan. Sudah ada 9 persamaan
sehingga diperlukan 7 persamaan lagi:
•   Berdasarkan Hukum III Newton:
    (1) F32 x = − F23 x          (2) F32 y = − F23 y             (3) F34 x = − F43 x

    (4) F34 y = − F43 y          (5) F42 x = − F24 x             (6) F42 y = − F24 y

•   Gaya pada titik kontak roda gigi (F24 atau F42) pada gambar b, dengan asumsi tidak
    ada friksi akan berada sepanjang sumbu transmisi (common normal).
    (7) F24 y = F24 x tan φ
          ht
             tp


Diperoleh 16 persamaan, sehingga 16 variabel yang tidak diketahui dapat diselesaikan
               ://
                  ru


3.7. Studi Kasus V : Analisis Beban Komponen Power Train Otomotif
                               m


        Mesin mobil memberikan torsi (T) ke transmisi dengan rasio kecepatan transmisi
                                ah


R=ωin/ωout dan ke poros penggerak seperti pada gambar di bawah. Tentukan beban pada
mesin mobil, transmisi, dan poros penggerak.
                                  -b
                                    el
                                       aj
                                          a                    r.o
                                                                         rg




    Gambar 3. 11 Kesetimbangan momen terhadap sumbu-x pada mesin mobil, transmisi dan
             propeler shaft front engine untuk mobil berpenggerak roda belakang.
                              (T=torsi mesin mobil, R=rasio transmisi)
Idealisasi :
      Mesin mobil dikunci/ disokong pada dua titik seperti pada gambar.
      Berat tiap komponen diabaikan
      Rugi-rugi gesekan pada transmisi diabaikan




                                                 3-13
Analisis :
    1. Transmisi
                 Transmisi menerima torsi dari mesin dan memberikan torsi sebesar RT ke
        poros penggerak dan poros penggerak memberikan reaksi torsi sebesar RT pada
        transmisi dengan arah yang berlawanan. Sehingga untuk kesetimbangan torsi
        sebesar RT-T harus ditanggung oleh rumah transmisi pada titik dimana struktur
        mesin dipasang
    2. Mesin
                 Berdasarkan prinsip aksi-reaksi, mesin menerima torsi T dan RT dari
        transmisi. Momen RT ditahan oleh kerangka mesin melalui tempat pemasangan
        mesin.
         ht


    3. Poros penggerak
            tp


        Poros penggerak dalam keadaan setimbang akibat torsi pada kedua ujungnya
              ://


        yang sama besar dan berlawanan arah.
                 ru


3.8. Studi Kasus VI : Analisis Beban Komponen Transmisi Otomotif
                             m


        Mesin mobil memberikan torsi sebesar 3000 lb ke transmisi yang mempunyai rasio
                              ah


torsi (R=Tout/Tin) di low gear sebesar 2,778. Susunan roda gigi, poros dan bantalan serta
diameter roda gigi di dalam transmisi diketahui seperti dalam gambar. Tentukan semua
                                -b


beban yang bekerja pada tiap komponen transmisi.
                                  el
                                     aj
                                        a               r.o
                                                               rg




                                           3-14
ht
               tp
                 ://
                    ru
                               m
                                ah
                                  -b
                                    el
                                       aj


                       Gambar 3. 12 DBB transmisi dan komponen utamanya
                                          a


Idealisasi :
                                                           r.o


      Gaya yang bekerja diantara pasangan roda gigi adalah gaya tangensial.
                                                                 rg


      Transmisi tunak (kecepatan konstan/ percepatan=0)
Analisis :
    1. Langkah awal adalah menentukan kesetimbangan transmisi total.
        Pada DBB a tidak tergantung pada segala sesuatu yang ada di rumah transmisi,
        sehingga pada DBB a menyinggung transmisi R=2,778 tanpa adanya roda gigi
        didalamnya (seperti transmisi hidrolik atau elektrik). Agar transmisi bekerja, maka
        bagian dalam rumah transmisi (gear) harus memberikan torsi sebesar 5333 lb.in
        yang direaksikan oleh rumah transmisi.
    2. Gunakan kesetimbangan momen terhadap sumbu putar (         ∑M = 0)
        •      untuk input portion main shaft pada DBB b, diperoleh gaya tangensial 2667 lb
               pada roda gigi A agar seimbang dengan torsi input (3000 lb in). Roda gigi A



                                             3-15
memberikan gaya yang sama dan berlawanan arah pada roda gigi B di
            countershaft.
       •    Untuk countershaft pada DBB c, diperoleh gaya tangensial 4444 lb pada roda
            gigi C agar seimbang dengan gaya pada roda gigi B. Roda gigi C memberikan
            gaya yang sama dan berlawanan arah pada roda gigi D di mainshfat.
   3. Menentukan gaya pada bantalan dengan menggunakan kesetimbangan momen
       (   ∑M = 0)
       •    Untuk mainshaft dilakukan dengan menggunakan kesetimbangan momen
            terhadap bantalan I:   ∑M   I   = 0 (2667 lb )(2 in ) − (4444 lb )(7 in ) + (FII )(9 in ) = 0

            diperoleh FII= 2864 lb. Dengan menggunakan kesetimbangan gaya                     ∑F = 0
           ht


            (atau kesetimbangan momen terhadap bantalan II                ∑M          = 0) diperoleh FI=
              tp


                                                                                 II

            1087 lb.
                ://


       •    Untuk countershaft dilakukan dengan cara yang sama dengan cara pada
                   ru


            mainshaft.
                             m


   4. Pada DBB d pada rumah transmisi terdapat gaya dari poros melewati bantalan
       yang besarnya sama dan berlawanan arah dengan gaya pada poros yang
                              ah


       melewati bantalan yang ada di DBB b dan DBB c.
                                -b


3.9. Studi Kasus VII: Analisis Beban Internal
                                  el


       Dua contoh load-carrying member ditunjukkan pada gambar. Tentukan dan
                                     aj


tunjukkan beban yang ada pada potongan melintang A-A.
                                        a                        r.o
                                                                         rg




                Gambar 3. 13 Beban yang bekerja pada bagian dalam komponen




                                                3-16
Gambar 3. 14 Beban yang bekerja pada bagian dalam komponen
         ht


Idealisasi :
            tp


      Tidak terjadi perubahan geometri secara signifikan akibat defleksi.
              ://


Analisis :
    Gambar b diatas menunjukkan salah satu bagian sisi potongan A-A sebagai DBB
                 ru


    dalam      keadaan   setimbang.   Gaya    dan   momen     diperoleh     dari   persamaan
                             m


    kesetimbangan (Hukum Newton II).
                              ah
                                -b


3.10. Studi Kasus VIII: Analisis Beban Internal Transmission Countershaft
                                  el


         Temukan potongan melintang poros pada gambar dibawah yang menerima
                                     aj


beban terbesar dan tentukan besar beban tersebut.
                                        a                 r.o
                                                                 rg



                    Gambar 3. 15 Beban Internal Transmission Countershaft




                                             3-17
ht
            tp
              ://
                 ru
                             m
                              ah


               Gambar 3. 16 Diagram gaya geser, momen bending dan momen torsi
Idealisasi :
                                -b


      Poros dan roda gigi berputar dengan kecepatan seragam.
                                  el


      Transverse shear stress diabaikan.
                                     aj


Analisis :
                                        a


    1. Langkah awal adalah membuat diagram beban, gaya geser, momen bending, dan
                                                         r.o


        momen torsi untuk poros countershaft seperti terlihat pada DBB diatas.
    2. Menentukan daerah kritis.
                                                                rg


        Daerah kritis adalah daerah yang mendapat beban terbesar. Dari DBB diatas
        terlihat bahwa beban terbesar terletak pada bagian kanan roda gigi C, yang mana
        terjadi momen bending dan momen torsi terbesar dengan asumsi transverse shear
        stress diabaikan (tidak penting dibandingkan beban bending). Transverse shear
        stress pada daerah ini lebih kecil dari nilai maksimum transverse shear stress
        pada countershaft.



3.11. Pembebanan pada Beam

    Beam adalah elemen yang menahan beban melintang dengan geometri yang relatif
panjang dalam sumbu utamanya dibandingkan dimensi penampangnya. Beam juga dapat



                                           3-18
dibebani secara aksial torsional. Konstruksi beam yang sering digunakan antara lain
adalah :
       Simply supported
       Cantilever beam
       Overhung beam
       Indeterminate beam
Beam dapat menerima beban terkonsentrasi maupun beban yang terdistribusi atau
kombinasi antara keduanya. Beban gaya melintang akan menimbulkan efek gaya geser
dan momen bending pada beam. Analisis beban untuk beam harus dapat menghitung
besar, arah, dan distribusi gaya geser dan momen bending pada beam. Hubungan antara
gaya geser dan momen bending didalam beam dengan fungsi beban q(x) adalah
           ht


                                       dV d 2M
                             q(x ) =     =                                    (3.7)
              tp


                                       dx dx 2
                ://
                   ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a                r.o
                                                                  rg




                          Gambar 3. 17 Berbagai konstruksi beam




                                          3-19
Fungsi beban adalah parameter yang biasanya diketahui, sehingga untuk mendapatkan
gaya dalam geser V dan momen dalam M, perlu dilakukan integrasi persamaan 2.7.
Hasilnya adalah
                          VB      xB

                          ∫ dV = ∫ qdx = V
                          VA      xA
                                                 B   − VA                       (3.8)


                          MB      xB

                           ∫ dM = ∫ Vdx = M
                          MA      xA
                                                  B    − MA                     (3.9)


Persamaan (2.8) dan (2.9) diatas menunjukkan bahwa perbedaan gaya geser dalam
antara dua titik A dan B sepanjang beam adalah sama dengan luas daerah dibawah grafik
fungsi beban. Sedangkan perbedaan momen dalam antara posisi A dan B adalah sama
        ht


dengan luas daerah dibawah grafik gaya geser dalam seperti diilustrasikan pada gambar
           tp


3.16.
             ://
                ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a                      r.o
                                                               rg




           Gambar 3. 18 Diagram gaya geser dalam dan momen dalam pada beam
Fungsi singular:
  Keterangan                      Fungsi                       Keterangan
  Beban terdistribusi kuadratik    x − a → unit parabolic
                                            2                  x≤ a→ =0
                                                               x>a→ =(x-a)2
                                  fuction




                                                3-20
Beban terdistribusi linear                      x − a → Unit ramp
                                                            1                     x≤ a→ =0
                                                                                  x>a→ =(x-a)
                                                  function
   Beban terdistribusi seragam                     x − a → Unit step function x≤ a→ =0
                                                        0


                                                                                  x>a→ =1
                                                                                  x=a→ tidak terdefinisi
   Gaya terkonsentrasi                             x−a
                                                            −1
                                                                 → Unit impuls    x≤ a→ =0
                                                                                  x>a→ =0
                                                  function
                                                                                  x=a→ = ∞
   Momen terkonsentrasi                            x−a
                                                            −2
                                                                 → Unit doublet   x≤ a→ =0
                                                                                  x>a→ =0
                                                  fuction
            ht


                                                                                  x=a→ = ∞
               tp
                 ://


Integral fungsi singular:
                    ru


                                 x−a
                                         3
            x
        ∫       λ − a dλ =
                       2
                                                                                                      (3.10)
         −∞                        3
                                    m


                                 x−a
                                         2
                                     ah


            x
        ∫       λ − a dλ =
                       1
                                                                                                      (3.11)
         −∞                        2
                                       -b


            x
        ∫       λ − a dλ = x − a
                       0                 1
                                                                                                      (3.12)
         −∞
                                         el


            x          −1
        ∫       λ −a        dλ = x − a
                                             0
                                                                                                     (3.13)
                                            aj


         −∞
                                               a


                       −2                    −1
        ∫
            x
                λ −a        dλ = x − a                                                               (3.14)
         −∞
                                                                                 r.o


3.12. Studi Kasus Beam Tumpuan Sederhana Dengan Beban Terdistribusi Seragam
                                                                                  rg


      Beam dengan tumpuan sederhana mendapat beban terdistribusi seragam. Panjang
beam l=10 in, lokasi beban a= 4 in, dan beban terdistribusi seragam w= 10 lb/ in.
Tentukan dan plot diagram beban, diagram gaya geser, dan diagram momen dengan
metoda grafik dan dengan menggunakan fungsi singular.




                                                                 3-21
Gambar 3. 19 Beam dengan tumpuan sederhana mendapat beban
                                          terdistribusi seragam
Idealisasi :
      Berat beam diabaikan.
            ht


Analisis :
               tp


    1. Metode grafik:
      Membuat diagram beban
                 ://


      Kesetimbangan momen terhadap ujung kanan beam pada sumbu z:
                    ru


                       w(l − a )
                                      2

      ∑ M z = 0 ⇒ R1l − 2 = 0
                                 m
                                  ah


                          w(l − a )   10(10 − 4 )
                                  2              2
      diperoleh: R1 =               =             = 18
                              2l         2(10 )
                                    -b


      Kesetimbangan gaya dalam arah sumbu-y:
                                      el


      ∑F     y   = 0 ⇒ R1 − w(l − a ) + R2 = 0
                                         aj


      diperoleh: R2 = w(l − a ) − R1 = 10(10 − 4 ) − 18 = 42
                                            a


      Diperoleh diagram beban seperti grafik a disamping.
                                                                  r.o


      Membuat diagram geser
                                                                       rg


      Kita bayangkan kita berjalan mundur melewati diagram beban
      dimulai dari ujung sebelah kiri dengan langkah kecil sebesar dx
                                                                   .
      sambil mencatat daerah yang telah dilewati (gaya                 dx) pada
      diagram geser.
        •      Pada saat awal melangkah (X=0), diagram geser mengalami kenaikan tiba-tiba
               sebesar R1.
        •      Kita lanjutkan dari x=0 ke x=a, didapatkan bahwa tidak ada perubahan yang
               terjadi karena tidak ada tambahan gaya.
        •      Selangkah melewati x=a, kita dapatkan daerah pada diagram beban sebesar
               –w . dx, yang akan dijumlahkan dengan harga R1 (nilai gaya geser awal).




                                                 3-22
•   Ketika mencapai x=l, total area w(l-a) diambil sebagai nilai gaya geser sampai
       –R2. Selangkah (dx) kebelakang keluar dari beam dapat kita jumpai bahwa
       akibat gaya R2 didapatkan gaya geser bernilai nol. Gaya geser terbesar terjadi
       untuk R2 pada x=l.
  Membuat diagram momen
 Kita bayangkan kita jatuh dan ingin mencapai diagram geser dengan cara
 memanjatnya, dan kemudian berjalan mundur seperti trik pada saat membuat
 diagram geser.
   •   Dari x=0 ke x=a, fungsi momen adalah berupa garis lurus dengan kemiringan
       sebesar R1.
   •   Lewat titik x=a, diagram geser segitiga (dengan kemiringan –w), sehingga
       ht


       integrasinya berupa parabola. Puncak momen terjadi pada saat gaya geser
          tp


       bernilai nol pada titik:
            ://


                        R1      18
        x@ V =0 = a +      = 4+    = 5,8
               ru


                        w       10
       Daerah positif pada diagram momen akan menambah besar momen dan
                                    m


       daerah negatif pada diagram momen akan mengurangi besar momen.
                                     ah


   •   Besar momen maksimum dengan cara menambahkan daerah persegi panjang
       dan daerah segitiga pada diagram geser dari x=0 sampai x=5,8 (gaya geser
                                       -b


       nol).
                                         el


       M @ X =5,8 = R1 (a ) + R1              = 18(4 ) + 18
                                          1,8               1,8
                                                                = 88,2
                                            aj


                                           2                 2
                                               a


2. Metode fungsi singular
                                                                            r.o


   Beban seragam digambarkan sebagai fungsi (x-a) 0
  Persamaan untuk fungsi beban
                                                                                  rg


                      − w(x − a ) + R2 x − l
                 −1                                      −1
  q = R1 x − 0
                                      0
                                                                                       a

 V = ∫ qdx = R1 x − 0               − w(x − a ) + R2 x − l
                            0                                    0
                                                                     + C1
                                                1
                                                                                       b

                                      w
  M = ∫ Vdx = R1 x − 0 −                x−a             + R2 x − l + C1 x + C 2
                                1                   2                1
                                                                                       c
                                      2
 Integrasi dilakukan dari − ∞ ke x. Untuk kondisi infinitesimal disebelah kiri x=0
 ( x = 0 − ), tegangan geser dan momen bernilai nol. Untuk kondisi infinitesimal

 disebelah kanan x ( x = l + ) tegangan geser dan momen bernilai 0.
  Mencari nilai konstanta




                                                         3-23
Konstanta C1 dan C2 diperoleh dengan memasukkan kondisi batas x = 0 − , V=0,
     M=0 pada persamaan b dan c.
                              0                  1                   0
     V = 0 = R1 0 − − 0           − w 0 − − a + R2 0 − − l               + C1 ⇒ C1 = 0

     M = 0 = R1 0 − − 0 −
                              1       w −
                                      2
                                        0 −a
                                                      2
                                                          + R2 0 − − l
                                                                         1
                                                                                  ( )
                                                                             + C1 0 − + C 2 ⇒ C 2 = 0

     Menghitung gaya reaksi
     Gaya reaksi R1 dan R2 diperoleh dengan memasukkan kondisi batas x = l + , V=0,
     M=0 pada persamaan b dan c.

                                           + R2 (l − l ) = 0
                          w
     M = R1 l − 0 −         l−a
                     1                 2                      1

                          2
         ht


                 w l−a                                          10(10 − 4 )
                          2
                                           w l−a
                                                          2                   2
     0 = R1l −                ⇒ R1 =                          =             = 18
                                                                   2(10 )
            tp


                     2                           2l

     V = R1 (l ) − w l − a + R2 l
              ://


                                                 =0
                 0                1          0


     0 = R1 − w(l − a ) + R2
                 ru


      R2 = w(l − a ) − R1 = 10(10 − 4 ) − 18 = 42
                                      m


     Diagram beban, gaya geser, dan momen dapat dibuat dengan mengevaluasi
                                       ah


     persamaan b dan c yang telah disubstitusi dengan nilai C1, C2, R1, R2 pada selang
     x=0 sampai x=l
                                         -b


3.13. Pembebanan Getaran
                                           el


       Mesin atau peralatan yang medapat beban dinamik pasti mengalami beban
                                              aj


tambahan akibat adanya fenomena getaran. Getaran dapat disebabkan oleh banyak hal
                                                 a


seperti adanya massa unbalance, sifat komponen yang elastik, fenomena resonansi,
                                                                                  r.o


sambungan-sambungan yang tidak sempurna, dan lain-lain. Contoh karakteristik beban
getaran ditunjukkan pada gambar 2.8. Beban getaran tidak akan dibahas lebih lanjut
                                                                                        rg


dalam dalam kuliah ini.




                                                              3-24
ht
           tp
             ://
                ru
                            m


                  Gambar 3. 20 Beban getaran pada crankshaft sebuah engine
                             ah


3.14. Beban Impak
                               -b


       Beban statik maupun beban dinamik yang telah dibahas pada sub bab
                                 el


sebelumnya semuanya mengasumsikan bahwa aplikasi beban terjadi secara perlahan.
                                    aj


Banyak mesin atau peralatan memiliki elemen yang harus menerima beban secara tiba-
                                       a


tiba dalam waktu yang sangat singkat. Contohnya adalah mekanisme crank-slider.dan
                                                          r.o


blok silinder engine, mesin skrap, jackhammer, beban tabrakan antara dua kendaraan,
dan lain-lain. Analisis beban impact pada komponen mesin memerlukan metoda
                                                                 rg


perhitungan yang kompleks karena karakteristik sifat material yang mendapat beban
impak sangat berbeda dibandingkan akibat beban statik. Fenomena impak juga selalu
harus dikaitkan dengan plastisitas material yang merupakan suatu fenomena yang sangat
kompleks. Dengan demikian beban impak tidak akan dibahas lebih lanjut dalam kuliah ini.




                                           3-25
Gambar 3. 21 Kecelakaan mobil (mobil mendapat beban impak)

3.15. Soal-soal Latihan

1. Kelas beban apakah yang cocok dengan sistem mechanical berikut ?
      a. Rangka sepeda                          b. Tiang bendera
        ht


      c. skate board                            d. stick golf
           tp


      e. wrench
             ://


   Gambarkanlah diagram benda bebas masing-masing sistem di atas.
                ru


2. Sebuah sepeda dengan pengendara seberat 800 N. Posisi titik berat pengendara
                          m


   segaris vertikal dengan titik pusat sproket depan. Pengendara memberikan beban
                           ah


   beratnya pada salah satu pedal seperti pada gambar (satuan mm). Dengan
   mengasumsikan problem adalah dua dimensi, gambarkanlah diagram benda bebas
                             -b


   dan hitung gaya-gaya yang bekerja pada (a) pedal bersama sproket depan, (b) roda
                               el


   belakang dan sproketnya, (c)    roda depan, (d) sepeda dan pengendara secara
                                  aj


   keseluruhan
                                     a                r.o
                                                                rg




3. Buat DBB rakitan pedal-lengan sepeda dalam posisi horizontal. Pedal, lengan dan
   pivot sebagai satu kesatuan. Dengan asumsi gaya dari pengendara ke pedal (F)




                                       3-26
sebesar 1500 N, tentukan besar torsi pada sprocket rantai dan momen (torsi dan
   bending) maksimum pada pedal.



       ht
          tp
            ://


4. Sebuah plier-wrench seperti ditunjukkan pada gambar umum digunakan untuk
   mencekam komponen mesin.
               ru


   a. Berapakah besarnya gaya F yang dibutuhkan untuk menghasilkan gaya
                         m


      pencekaman P = 4000 N ?. Apakah menurut anda besarnya gaya F mampu
                          ah


      diberikan oleh tangan manusia dewasa ?
                            -b
                              el
                                 aj
                                    a              r.o
                                                         rg




                                      3-27
5. Fan electric dibaut pada titik A dan B. Motor
   listrik memberikan torsi sebesar 1 N-m ke
   sudu    fan    sehingga     sudu-sudu   dapat
   mendorong udara dengan gaya 10 N.
   Dengan        mengabaikan     gaya   gravitasi
   gambarkan lah diagram benda bebas fan
   tersebut serta hitunglah gaya-gaya reaksi
   tumpuan.
          ht
             tp


6. Sebuah poros seperti yang ditunjukkan pada gambar, meneruskan daya sebesar 20
               ://


   HP pada putaran 300 rpm. Poros tersebut juga mendapat beban lentur P sebesar
   1000 pounds. Gambarkan diagram gaya geser dan momen lentur sepanjang poros
                  ru
                               m
                                ah
                                  -b
                                    el
                                       aj
                                          a          r.o


7. Papan loncat indah menggunakan konstruksi (a) overhang dan (b) cantilever seperti
   ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah gaya-gaya reaksi tumpuan, diagram gaya
                                                           rg


   geser dan diagram momen lentur jika orang dengan berat 100 kg berdiri diujung
   papan. Tentukan nilai dan lokasi gaya geser maksimum dan momen lentur maksimum
   untuk masing-masing konstruksi




                                           3-28
8. Konstruksi     poros     dengan       dua   buah
   rodagigi dalam keadaan setimbang. Gaya-
   gaya    yang        bekerja     pada     rodagigi
   ditunjukkan    pada     gambar.        Asumsikan
   tumpuan O adalah pin dan tumpuan B
   adalah rol. Tentukanlah gaya-gaya reaksi
   tumpuan. Gambarkan diagram gaya geser
   dan diagram momen lentur pada poros
   pada bidang x-y.
          ht


9. Konstruksi mesin pesawat terbang, reduction gear, dan propeller. Mesin dan propeler
             tp


   berputar clockwise dilihat dari sisi propeler. Reduction gear dibaut pada rumah mesin
               ://


   seperti pada gambat. Mesin memiliki daya 150 hp pada kecepatan 3600 rpm dan
   dengan asumsi rugi-rugi gesekan pada reduction gear tentukan:
                  ru


   a. Arah dan besar torsi dari
                                 m


       rumah reduction gear pada
                                  ah


       rumah mesin.
   b. Besar dan arah torsi reaksi
                                    -b


       yang     cenderung        memutar
                                      el


       (roll) pesawat.
                                         aj


   c. Keuntungan           penggunaan
       opposite-rotating          engine
                                            a          r.o


       dengan twin engine propeler
       sebagai penggerak pesawat.
                                                              rg


10. Gambar DBB rakitan roda
   gigi-poros    dan     DBB      tiap
   komponen (roda gigi 1, roda
   gigi 2, dan poros).




                                               3-29
11. Roda mobil dengan dua jenis kunci pengencang mur-baut (lug wrench), yaitu single-
   ended wrench (gambar a) dan double-ended wrench (gambar b). Dipakai dua tangan
   untuk memberikan gaya pada titik A dan B dengan jarak titik A-B adalah 1 ft. Mur-baut
   memerlukan torsi sebesar 70 ft-lb.
   a. Gambar DBB untuk kedua
      jenis pengencang mur-baut
      dan tentukan besar semua
      gaya dan momen.
   b. Adakah     perbedaan     cara
      kerja       kedua        jenis
      pengencang? Adakah salah
        ht


      satu pengencang lebih baik
           tp


      dari yang lain? Jika ada,
             ://


      jelaskan alasannya!
                ru


12. Cari Gaya reaksi tiap tumpuan, gaya geser maksimum dan momen bending
                            m


   maksimumuntuk kasus beam berikut:
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a               r.o
                                                              rg




                                         3-30

More Related Content

What's hot

Bab 7 analisis eksergi
Bab 7 analisis eksergi Bab 7 analisis eksergi
Bab 7 analisis eksergi Arya Perdana
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbdSyahrir Qoim
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanJenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanAdy Purnomo
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorAli Hasimi Pane
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaAlen Pepa
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
 
Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesinEko Purwanto
 
Persamaan gelombang
Persamaan gelombangPersamaan gelombang
Persamaan gelombang240297
 
KESETIMBANGAN
KESETIMBANGANKESETIMBANGAN
KESETIMBANGANDwi Ratna
 

What's hot (20)

Bab 7 analisis eksergi
Bab 7 analisis eksergi Bab 7 analisis eksergi
Bab 7 analisis eksergi
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Perpindahan panasd
Perpindahan panasdPerpindahan panasd
Perpindahan panasd
 
Diktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanikDiktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanik
 
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanJenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
 
Mekanika Fluida
Mekanika FluidaMekanika Fluida
Mekanika Fluida
 
Material teknik dan proses
Material teknik dan prosesMaterial teknik dan proses
Material teknik dan proses
 
Lingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk teganganLingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk tegangan
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
Isi makalah uji kuat tarik
Isi makalah uji kuat tarikIsi makalah uji kuat tarik
Isi makalah uji kuat tarik
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
 
Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesin
 
Persamaan gelombang
Persamaan gelombangPersamaan gelombang
Persamaan gelombang
 
Deformasi
DeformasiDeformasi
Deformasi
 
KESETIMBANGAN
KESETIMBANGANKESETIMBANGAN
KESETIMBANGAN
 

Viewers also liked

desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mmdesain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mmRoby Andria
 
Mikrokontroler pertemuan 2
Mikrokontroler pertemuan 2Mikrokontroler pertemuan 2
Mikrokontroler pertemuan 2Rumah Belajar
 
Perubahan panjang batang yang tidak seragam
Perubahan panjang batang yang tidak seragamPerubahan panjang batang yang tidak seragam
Perubahan panjang batang yang tidak seragamWidhy Black Guns
 
Kuliah 07 Contoh 01 Balok
Kuliah 07 Contoh 01 BalokKuliah 07 Contoh 01 Balok
Kuliah 07 Contoh 01 BalokSenot Sangadji
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusCharis Muhammad
 
Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2 Rumah Belajar
 
Listrik statis-fix
Listrik statis-fixListrik statis-fix
Listrik statis-fixBudi Santoso
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Dewi Izza
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiRumah Belajar
 
1 kuliah-pertama-statika
1 kuliah-pertama-statika1 kuliah-pertama-statika
1 kuliah-pertama-statikasentupz
 
statika struktur diktat
statika struktur diktatstatika struktur diktat
statika struktur diktatWayan Yase
 
Kelas 10 smk_mekanika_teknik_2
Kelas 10 smk_mekanika_teknik_2Kelas 10 smk_mekanika_teknik_2
Kelas 10 smk_mekanika_teknik_2Catur Prasetyo
 
Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Ibrahim Husain
 
Mekanika Teknik
Mekanika TeknikMekanika Teknik
Mekanika TekniklombkTBK
 
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013 zainal abidin
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013   zainal abidinSiap menghadapi ujian nasional fisika 2013   zainal abidin
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013 zainal abidinZainal Abidin Mustofa
 

Viewers also liked (19)

Osn 2009 final soal
Osn 2009 final soalOsn 2009 final soal
Osn 2009 final soal
 
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mmdesain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
 
Mikrokontroler pertemuan 2
Mikrokontroler pertemuan 2Mikrokontroler pertemuan 2
Mikrokontroler pertemuan 2
 
Bilangan bulat
Bilangan bulatBilangan bulat
Bilangan bulat
 
Perubahan panjang batang yang tidak seragam
Perubahan panjang batang yang tidak seragamPerubahan panjang batang yang tidak seragam
Perubahan panjang batang yang tidak seragam
 
Kuliah 07 Contoh 01 Balok
Kuliah 07 Contoh 01 BalokKuliah 07 Contoh 01 Balok
Kuliah 07 Contoh 01 Balok
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
 
Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
 
Elemen mesin 1
Elemen mesin 1Elemen mesin 1
Elemen mesin 1
 
Elemen mesin 1
Elemen mesin 1Elemen mesin 1
Elemen mesin 1
 
Listrik statis-fix
Listrik statis-fixListrik statis-fix
Listrik statis-fix
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksi
 
1 kuliah-pertama-statika
1 kuliah-pertama-statika1 kuliah-pertama-statika
1 kuliah-pertama-statika
 
statika struktur diktat
statika struktur diktatstatika struktur diktat
statika struktur diktat
 
Kelas 10 smk_mekanika_teknik_2
Kelas 10 smk_mekanika_teknik_2Kelas 10 smk_mekanika_teknik_2
Kelas 10 smk_mekanika_teknik_2
 
Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1
 
Mekanika Teknik
Mekanika TeknikMekanika Teknik
Mekanika Teknik
 
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013 zainal abidin
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013   zainal abidinSiap menghadapi ujian nasional fisika 2013   zainal abidin
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013 zainal abidin
 

Similar to ANALISIS BEBAN MESIN

2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 1Jaka Jaka
 
2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 17abidin
 
ANALISIS BEBAN dan TEGANGAN Elemen Mesin
ANALISIS BEBAN dan TEGANGAN Elemen MesinANALISIS BEBAN dan TEGANGAN Elemen Mesin
ANALISIS BEBAN dan TEGANGAN Elemen Mesinedikosasih
 
Dasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahanDasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahanIshak Enginer
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan PPGHybrid1
 
02 MEKANIKA TEKNIK-Pengantar Statika.pdf
02 MEKANIKA TEKNIK-Pengantar Statika.pdf02 MEKANIKA TEKNIK-Pengantar Statika.pdf
02 MEKANIKA TEKNIK-Pengantar Statika.pdfJoyaSaddani
 
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)Fani Diamanti
 
Bab i-konsep-konsep-dasar-analisa-struktur
Bab i-konsep-konsep-dasar-analisa-strukturBab i-konsep-konsep-dasar-analisa-struktur
Bab i-konsep-konsep-dasar-analisa-strukturKrisman TheKyto-Ryu
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodWidya arsy
 
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034Nur Latifah
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Rezki Amaliah
 
getaran-mekanik 1
getaran-mekanik 1getaran-mekanik 1
getaran-mekanik 1555
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngFransiska Puteri
 
Bab ii-sistem-perletakan-dan-gaya-reaksi
Bab ii-sistem-perletakan-dan-gaya-reaksiBab ii-sistem-perletakan-dan-gaya-reaksi
Bab ii-sistem-perletakan-dan-gaya-reaksiMasnia Siti
 

Similar to ANALISIS BEBAN MESIN (20)

2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 1
 
2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 1
 
ANALISIS BEBAN dan TEGANGAN Elemen Mesin
ANALISIS BEBAN dan TEGANGAN Elemen MesinANALISIS BEBAN dan TEGANGAN Elemen Mesin
ANALISIS BEBAN dan TEGANGAN Elemen Mesin
 
Fisika industri 10
Fisika industri 10Fisika industri 10
Fisika industri 10
 
Dinamika
DinamikaDinamika
Dinamika
 
Dasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahanDasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahan
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
02 MEKANIKA TEKNIK-Pengantar Statika.pdf
02 MEKANIKA TEKNIK-Pengantar Statika.pdf02 MEKANIKA TEKNIK-Pengantar Statika.pdf
02 MEKANIKA TEKNIK-Pengantar Statika.pdf
 
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
 
Bab i-konsep-konsep-dasar-analisa-struktur
Bab i-konsep-konsep-dasar-analisa-strukturBab i-konsep-konsep-dasar-analisa-struktur
Bab i-konsep-konsep-dasar-analisa-struktur
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwood
 
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
 
MEDIA PRESENTASE
MEDIA PRESENTASEMEDIA PRESENTASE
MEDIA PRESENTASE
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
 
getaran-mekanik 1
getaran-mekanik 1getaran-mekanik 1
getaran-mekanik 1
 
Modul Bab 01.pdf
Modul Bab 01.pdfModul Bab 01.pdf
Modul Bab 01.pdf
 
Matlab bab 2
Matlab bab 2Matlab bab 2
Matlab bab 2
 
Dinamik am
Dinamik amDinamik am
Dinamik am
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
 
Bab ii-sistem-perletakan-dan-gaya-reaksi
Bab ii-sistem-perletakan-dan-gaya-reaksiBab ii-sistem-perletakan-dan-gaya-reaksi
Bab ii-sistem-perletakan-dan-gaya-reaksi
 

More from Rumah Belajar

Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyRumah Belajar
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrixRumah Belajar
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysisRumah Belajar
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detectionRumah Belajar
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurementRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahRumah Belajar
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif Rumah Belajar
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Rumah Belajar
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 1
Mikrokontroler pertemuan 1Mikrokontroler pertemuan 1
Mikrokontroler pertemuan 1Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 6
Mikrokontroler pertemuan 6Mikrokontroler pertemuan 6
Mikrokontroler pertemuan 6Rumah Belajar
 

More from Rumah Belajar (20)

Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
 
point processing
point processingpoint processing
point processing
 
03 image transform
03 image transform03 image transform
03 image transform
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrix
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurement
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4
 
Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3
 
Mikrokontroler pertemuan 1
Mikrokontroler pertemuan 1Mikrokontroler pertemuan 1
Mikrokontroler pertemuan 1
 
Mikrokontroler pertemuan 6
Mikrokontroler pertemuan 6Mikrokontroler pertemuan 6
Mikrokontroler pertemuan 6
 

Recently uploaded

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 

ANALISIS BEBAN MESIN

  • 1. BAB III ANALISIS BEBAN Beban dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: beban dari alam/ lingkungan, beban operasional, dan beban sustain (berat mesin dan peralatannya). Beban dari alam adalah beban yang diterima mesin/ peralatan, selama beroperasi maupun tidak beroperasi, dari lingkungan dimana mesin/ peralatan itu berada, seperti beban angin, gempa dll. Beban operasional adalah beban akibat beroperasinya mesin/ peralatan sesuai dengan fungsi kerjanya ketika mesin tersebut beroperasi. Beban sustain ht adalah beban berat mesin/ peralatan yang terus-menerus diterima mesin/ peralatan tersebut ketika beroperasi maupun tidak beroperasi. tp :// 3.1. Kelas Pembebanan ru Mesin atau peralatan serta komponen-komponenya pasti menerima beban m operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya. Beban dapat dalam bentuk gaya, momen, defleksi, temperatur, tekanan dan lain-lain. Analisis pembebanan ah dalam perancangan mesin atau komponen mesin sangatlah penting, karena jika beban -b telah diketahui maka dimensi, kekuatan, material, serta variabel design lainnya dapat ditentukan. el Jenis beban pada suatu mesin/peralatan dapat dibagi menjadi beberapa kelas aj berdasarkan karakter beban yang bekerja dan adanya gerakan atau perpindahan. Jika a konfigurasi umum dari mesin telah didefinisikan dan gerakan kinematikanya telah r.o dihitung, maka tugas berikutnya adalah menganalisis besar dan arah semua gaya, momen, dan beban lainnya. Beban-beban ini dapat saja konstan atau bervariasi terhadap rg waktu. Komponen mesin dimana gaya tersebut bekerja juga bisa dalam keadaaan diam (statik) atau bergerak. Dengan demikian kelas pembebanan dapat dibedakan menjadi empat yaitu : Beban statik Beban dinamik Elemen diam Kelas 1 Kelas 2 Elemen bergerak Kelas 3 Kelas 3 3-1
  • 2. Tugas : Tuliskan contoh peralatan/komponen untuk masing-masing kelas pembebanan di atas Aplikasi beban berdasarkan daerah pembebanan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Beban terkonsentrasi : beban yang diaplikasikan pada daerah yang sangat kecil dibandingkan dengan luas komponen yang dibebani, dapat diidealisasikan menjadi beban terkonsentrasi pada suatu titik. ht tp :// Gambar 3. 1 Beban terkonsentrasi ru Beban terdistribusi : beban didistribusikan pada suatu daerah tertentu. m ah -b el aj a Gambar 3. 2 Beban terdistribusi r.o Berdasarkan lokasi dan metoda aplikasi beban serta arah pembebanan, beban dapat diklasifikasikan menjadi : beban normal, beban geser, beban lentur, beban torsi, rg dan beban kombinasi. Ilustrasi masing-masing beban ini ditunjukkan pada gambar 2.1. 3-2
  • 3. ht tp Gambar 3. 3 Klasifikasi beban berdasarkan lokasi dan metoda aplikasinya : (a) normal tarik, (b) :// normal tekan, (c) geser, (d) lentur, (e) torsi, (f) kombinasi ru m 3.2. Diagram Benda Bebas dan Persamaan Kesetimbangan ah Untuk mendapatkan identifikasi semua gaya dan momen pada suatu sistem/peralatan, maka kita perlu menggambar diagram benda beban (DBB) setiap -b elemen dari sistem tersebut. DBB haruslah menunjukkan bentuk umum komponen serta el semua gaya dan momen yang bekerja pada elemen tersebut. Perlu diingat juga bahwa akan ada gaya dan momen luar yang bekerja, dan juga gaya atau momen yang timbul aj pada sambungan satu elemen dengan yang lain. a Sebagai tambahan, gaya-gaya dan momen pada DBB, baik yang diketahui r.o maupun yang tidak diketahui nilainya, dimensi dan sudut setiap element harus rg didefinisikan dalam koordinat lokal. Sistem koordinat diletakkan pada pusat gravitasi elemen (CG). Untuk beban dinamik, percepatan kinematik baik linear maupun angular pada CG, perlu diketahui atau dihitung sebelum melakukan analisis beban. Hukum Newton dan persamaan Euler adalah dasar yang dapat digunakan untuk melakukan analisis beban, baik untuk 3 dimensi maupun 2 dimensi. Hukum Newton I : “a body at rest tends to remain at rest and abody in motion at constant velocity will tend to maintain that velocity unless acted upon by an external force” Hukum Newton II : “The time rate of change of momentum of a body is equal to the magnitude of the applied force and acts in the direction of the force” 3-3
  • 4. Untuk sebuah benda kaku yang tidak mengalami percepatan (statik), hukum Newton I & II dapat dinyatakan dalam persamaan ∑F = 0 ∑M = 0 (3.1) dan untuk benda yang mengalami percepatan ∑F = ma ∑ M = Iα (3.2) Dengan F = gaya, m = massa, I = momen inersia massa, dan α = percepatan sudut. Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan kesetimbangan statik (2.1) dan persamaan kesetimbangan dinamik (2.2). Untuk menganalisis gaya-gaya dan momen pada sambungan yang merupakan interaksi antara body satu dengan yang lainnya dapat digunakan prinsip dari hukum ht Newton yang berbunyi : tp Hukum Newton III : “When two particles interact, apair of equal and opposite :// reaction forces will exist at their contact point. This force pair will have the same ru magnitude and act along the same direction line, but have opposite sense” m Konsep aksi-reaksi pada setiap sambungan ini dapat digunakan untuk menentukan besar ah dan arah gaya dan momen pada sambungan. -b Analisis Beban 3 Dimensi el Untuk sistem tiga dimensi dari beberapa benda yang saling berhubungan, aj persamaan vektor diatas dapat ditulis dalam tiga persamaan skalar sesuai dengan a komponen orthogonal koordinat lokal x, y, dan z. titik awal sistem koordinat lokal r.o sebaiknya pada pusat gravitasi. Persamaan tersebut untuk kondisi statik adalah ∑F = 0 ∑F = 0 ∑F = 0 rg x y z ∑M = 0 ∑M = 0 ∑M = 0 x y z (3.3) Sedangkan untuk kondisi dinamik, dimana benda mengalami percepatan ∑F x = ma x ∑F y = ma y ∑F z = ma z (3.4) dan ∑M x ( ) = I x α x − I y − Iz ω y ω z ∑M y = I y α y − (Iz − I x )ω z ω x (3.5) 3-4
  • 5. ∑M z ( ) = Iz α z − I x − I y ω x ω y Persamaan (2.5) dikenal dengan nama persamaan Euler. ω adalah kecepatan sudut. Analisis Beban 2 Dimensi Pada kenyataannya semua mesin berada dalam 3 dimensi. Akan tetapi untuk beberapa kondisi khusus, kondisi 3 dimensi ini dapat diidealkan menjadi 2 dimensi gerakan dan gaya/momen yang terjadi hanya pada satu bidang atau bidang-bidang yang paralel. Sebagai contoh, jika semua gerakan dan gaya-gaya dan moment yang bekerja hanya terjadi pada bidang x-y maka persamaan dari hukum Newton dan persamaan Euler dapat direduksi menjadi ht ∑F = ma x ∑F = ma y ∑M = I zα z (3.6) tp x y z :// ru 3.3. Studi Kasus I : Kendaraan bergerak Lurus dengan kecepatan konstan m Sebuah kendaraan dengan berat (Wmobil) 300 lb, bergerak dengan kecepatan ah konstan 60 mph. Pada kecepatan ini drag aerodinamis adalah 16 HP. Titik pusat gravitasi dan titik tangkap tahanan aerodinamis ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah gaya-gaya -b reaksi yang bekerja pada roda kendaraan. el aj a r.o rg A Gambar 3. 4 DBB kendaraan yang bergerak dengan kecepatan konstan Idealisasi : Kecepatan konstan Roda belakang sebagai roda penggerak Gaya aerodinamik dalam arah vertikal diabaikan Tahanan rolling roda diabaikan 3-5
  • 6. Analisis : 1. Hitung gaya drag aerodinamik 33 000 ft ⋅ lb Daya (hp ) = Gaya Drag (Fd ) ⋅ Kecepa tan (mph ) min 88 ft / min hp mph 33 000 ft ⋅ lb min 88 ft / min 16 ⋅ 33 000 lb 16 hp = Fd ⋅ 60 mph ⇒ Fd = hp mph 5280 Fd = 100 lb ht 2. Gunakan kesetimbangan gaya dalam arah horizontal δV tp Kesetimbangan gaya: ∑F hor = m ⋅ a ⇒ untuk kecepatan konstan a = δt =0 :// Sehingga diperoleh: Ft − Fd = 0 ⇒ Ft = 100 lb ru 3. Gunakan kesetimbangan momen m Kesetimbangan momen terhadap titik kontak roda belakang dengan jalan (titik A) ah ∑M A = 0 ⇒ W f ⋅ 100 in + Fd ⋅ 25 in − Wmobil ⋅ 50 in = 0 (3000 lb ⋅ 50 in ) − (100 lb ⋅ 25 in ) = 1475 lb -b Sehingga diperoleh: W f = 100 in el 4. Gunakan kesetimbangan gaya dalam arah vertical aj Kesetimbangan gaya: ∑F = 0 ⇒ Wmobil − (Wr + W f ) = 0 ⇒ Wr = Wmobil − W f a Vertikal Sehingga diperoleh: Wr = (3000 − 1475) ⋅ lb = 1525 lb r.o rg 3.4. Studi Kasus II : Kendaraan bergerak Lurus dipercepatan Kendaraan pada kasus I yang bergerak dengan kecepatan 60 mph tiba-tiba di “gas” dengan sehingga daya mesin naik menjadi 96 HP (total). Tentukanlah gaya-gaya reaksi yang bekerja pada roda kendaraan dan percepatan kendaraan. 3-6
  • 7. A Gambar 3. 5 DBB kendaraan yang bergerak dipercepat ht Idealisasi : tp Roda belakang sebagai roda penggerak :// Efek inersia rotasional adalah ekivalen 7% berat kendaraan. (hanya 100/107 bagian daya yang berfungsi untuk mempercepat kendaraan) ru Analisis : m 1. Efek inersia rotasional ah Hanya 100/107 bagian daya yang berfungsi untuk mempercepat kendaraan secara linear. -b 2. Tentukan gaya dorong yang digunakan untuk mempercepat kendaraan. el Daya 16 hp memberikan gaya dorong roda kedepan (Ft) sebesar 100 lb yang aj diperlukan untuk menjaga kecepatan selalu konstan. Daya yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan: a r.o (96 hp − 16 hp ) ⋅ 100 = 74,8 hp 107 rg Maka diperoleh gaya dorong (trust) penyebab akselerasi (Ft_acc): 16 hp ⇒ 100 lb 74,8 hp Dengan interpolasi: Ft _ acc = ⋅ 100 lb = 467,5 lb 74,8 hp ⇒ Ft_acc 16 hp 3. Tentukan percepatan Ft _ acc Ft _ acc Dengan kesetimbangan gaya: ∑F t _ acc = mmobil ⋅ a ⇒ a = m = W g 467,5 lb Sehingga diperoleh percepatan mobil sebesar: a = = 5,0 ft / sec 2 3000 lb 32,2 ft / sec 2 4. Gunakan kesetimbangan gaya & momen untuk menghitung reaksi pada roda 3-7
  • 8. Diperoleh gaya dorong: Ft= Ft(kec. konstan)+Ft_acc=100 lb+ 467,5 lb= 567,5 lb Kesetimbangan gaya arah horizontal: ∑F hor = 0 ⇒ Ft − Fd − Fi = 0 Diperoleh: Fi = Ft − Fd = (567,5 − 100 ) ⋅ lb = 467,5 lb Kesetimbangan momen di titik kontak roda belakang dengan jalan (titik A): ∑M A = 0 ⇒ W ⋅ 50 − (Fi ⋅ 20 in + Fd ⋅ 25 in + W f ⋅ 100 in ) = 0 3000 lb ⋅ 50 in − 467,5 lb ⋅ 20 in + 100 lb ⋅ 25 in Maka diperoleh: W f = = 1381,5 lb 100 in Kesetimbangan gaya arah vertikal: ∑F ver = 0 ⇒ W − Wr − W f = 0 Diperoleh: Wr = W − W f = (3000 − 1381,5) ⋅ lb = 1618,5 lb ht tp 3.5. Studi Kasus III : Analisis Beban pada Brake Lever Sepeda :// Geometry “brake lever” sepeda diberikan pada gambar 2.4 . Rata-rata tangan ru manusia dapat menimbulkan gaya cengkeram sekitar 267 N. Tangan yang sangat kuat m dapat memberikan gaya cengkeram sekitar 712 N. Hitunglah gaya-gaya yang bekerja ah pada sambungan pivot. -b el aj a r.o rg Gambar 3. 6 Susunan “brake lever sepeda” Idealisasi : Percepatan diabaikan Berat tiap komponen diabaikan Semua gerakan dan gaya beban adalah coplanar sehingga dapat dianggap problem 2D Gaya cengkeram yang lebih besar digunakan untuk perhitungan karena lebih kritis Gesekan diabaikan 3-8
  • 9. Analisis : 1. Buat DBB masing-masing komponen (Asumsi berat diabaikan) DBB 2 Brake Lever DBB 3 Cable ht tp :// ru Gambar 3. 7 DBB Brake m Lever ah DBB 1 Handlebar Keterangan: -b • Notasi Fb2 → Gaya di B pada komponen 2 • Notasi F12→ Gaya dari komponen 1 ke komponen 2 el • Notasi R12→ Jarak/ posisi vektor gaya F12 terhadap Center of Gravity (CG) aj • Notasi diatas konsisten untuk seluruh DBB a r.o 2. Gunakan prinsip kesetimbangan 2 dimensi • DBB 1 Handlebar rg Pada CG: ∑F = F + F x 21 x b1 x + F31x + Px = 0 a1 ∑F = F + F y 21 y b1 y + F31 y + Py = 0 a2 ∑ M = M + (R z h 21 × F21 ) + (Rb1 × Fb1 ) + (R31 × F31 ) + (R p × F p ) = 0 a3 • DBB 2 Brake Lever b.4 Pada CG: ∑F = F + F + F x 12 x b2 x c2x =0 b.1 ∑F = F + F + F y 12 y b2 y c2 y =0 b.2 ∑ M = (R × F ) + (R z 12 12 b2 × Fb 2 ) + (Rc 2 × Fc 2 ) = 0 b.3 Arah Fc2 diketahui, sehingga diperoleh: Fc 2 y = Fc 2 x tan φ b.4 3-9
  • 10. DBB 3 Cable Pada CG: ∑F x = Fcable x + F13 x + Fc 3 x = 0 c1 ∑F y = Fcable y + F13 y + Fc 3 y = 0 c2 Dari 9 persamaan diatas terdapat 19 variabel yang tidak diketahui (Fb1x, Fb1y, F12x, F12y, F21x, F21y, Fc2x, Fc2y, Fc3x,Fc3y, F13x, F13y, F31x, F31y, Fcable x, Fcable y, Px, Py, dan Mh). Untuk menyelesaikannya 19 variabel yang tidak diketahui diperlukan 19 persamaan. Sudah ada 9 persamaan sehingga diperlukan 10 persamaan lagi: • Berdasarkan Hukum III Newton: (1) Fc 3 x = − Fc 2 x (2) Fc 3 y = − Fc 2 y (3) F21x = − F12 x (4) F21 y = − F12 y (5) F31x = − F13 x (6) F31 y = − F13 y ht • Gaya yang diberikan tangan pada brake lever dan handgrip sama dan berlawanan tp arah: :// (7) Fb1x = − Fb 2 x (8) Fb1 y = − Fb 2 y ru • Arah gaya pada cable (Fcable) sama dengan arah pada ujung cable, terlihat pada DBB m dengan arah horizontal: ah (9) Fcable y = 0 -b • Dengan asumsi gesekan diabaikan, gaya F31 berarah normal terhadap permukaan el kontak cable dengan hole (DBB 1): aj (10) F31x = 0 a r.o Diperoleh 19 persamaan, sehingga 19 variabel yang tidak diketahui dapat diselesaikan rg 3.6. Studi Kasus IV : Analisis Beban pada Autombile Scissors Jack Scissors jack yang digunakan untuk mengangkat mobil seperti pada gambar 2.6. Scissors jack menahan beban (P) sebesar 1000 lb. Hitung gaya pada komponen scissors jack. 3-10
  • 11. ht Gambar 3. 8 Scissors Jack pada mobil tp Idealisasi : Percepatan diabaikan :// Berat tiap komponen diabaikan ru Semua gerakan dan gaya beban adalah coplanar sehingga dapat dianggap problem m 2D ah Sudut elevasi bodi mobil tidak memberikan momen pada scissors jack Analisis : -b 1. Buat DBB masing-masing komponen (Asumsi berat diabaikan) el Karena setengah bagian atas simetri dengan setengah bagian bawah, maka hanya aj dilakukan analisis pada setengah bagian saja. Setengah bagian yang lain akan mendapat a beban yang identik. r.o rg Gambar 3. 9 DBB setengah bagian atas Scissors Jack pada mobil 3-11
  • 12. ht tp :// ru Gambar 3. 10 DBB komponen setengah bagian atas Scissors Jack m 2. Gunakan prinsip kesetimbangan 2 dimensi ah Dengan asumsi batang 1 sebagai ground, diperoleh -b • DBB 2 Pada CG: ∑F = F + F + F = 0 a1 el x 12 x 32 x 42 x ∑F = F + F + F = 0 aj y 12 y 32 y 42 y a2 a ∑ M = ( R × F ) + (R × F ) + ( R × F42 ) = 0 a3 r.o z 21 12 32 32 42 ∑ M = (R F − R F ) + (R F z 21 x 12 x 21 y 12 y 32 x 32 x − R32 y F32 y ) + (R42 x F42 x − R42 y F42 y ) = 0 rg • DBB 3 Pada CG: ∑F = F + F + P = 0 x 23 x 43 x x b1 ∑F = F + F + P = 0 y 23 y 43 y y b2 ∑ M = (R × F ) + (R × F ) + (R z 23 23 43 43 P × P) = 0 b3 • DBB 4 Pada CG: ∑F = F + F + F x 14 x 24 x 34 x =0 c1 ∑F = F + F + F y 14 y 24 y 34 y =0 c2 ∑ M = ( R × F ) + (R z 14 14 24 × F24 ) + (R34 × F34 ) = 0 c3 3-12
  • 13. Dari 9 persamaan diatas terdapat 16 variabel yang tidak diketahui (F12x, F12y, F32x, F32y, F23x, F23y, F43x, F43y, F14x, F14y, F34x, F34y, F24x, F24y, F42x, F42y). Untuk menyelesaikannya 16 variabel yang tidak diketahui diperlukan 16 persamaan. Sudah ada 9 persamaan sehingga diperlukan 7 persamaan lagi: • Berdasarkan Hukum III Newton: (1) F32 x = − F23 x (2) F32 y = − F23 y (3) F34 x = − F43 x (4) F34 y = − F43 y (5) F42 x = − F24 x (6) F42 y = − F24 y • Gaya pada titik kontak roda gigi (F24 atau F42) pada gambar b, dengan asumsi tidak ada friksi akan berada sepanjang sumbu transmisi (common normal). (7) F24 y = F24 x tan φ ht tp Diperoleh 16 persamaan, sehingga 16 variabel yang tidak diketahui dapat diselesaikan :// ru 3.7. Studi Kasus V : Analisis Beban Komponen Power Train Otomotif m Mesin mobil memberikan torsi (T) ke transmisi dengan rasio kecepatan transmisi ah R=ωin/ωout dan ke poros penggerak seperti pada gambar di bawah. Tentukan beban pada mesin mobil, transmisi, dan poros penggerak. -b el aj a r.o rg Gambar 3. 11 Kesetimbangan momen terhadap sumbu-x pada mesin mobil, transmisi dan propeler shaft front engine untuk mobil berpenggerak roda belakang. (T=torsi mesin mobil, R=rasio transmisi) Idealisasi : Mesin mobil dikunci/ disokong pada dua titik seperti pada gambar. Berat tiap komponen diabaikan Rugi-rugi gesekan pada transmisi diabaikan 3-13
  • 14. Analisis : 1. Transmisi Transmisi menerima torsi dari mesin dan memberikan torsi sebesar RT ke poros penggerak dan poros penggerak memberikan reaksi torsi sebesar RT pada transmisi dengan arah yang berlawanan. Sehingga untuk kesetimbangan torsi sebesar RT-T harus ditanggung oleh rumah transmisi pada titik dimana struktur mesin dipasang 2. Mesin Berdasarkan prinsip aksi-reaksi, mesin menerima torsi T dan RT dari transmisi. Momen RT ditahan oleh kerangka mesin melalui tempat pemasangan mesin. ht 3. Poros penggerak tp Poros penggerak dalam keadaan setimbang akibat torsi pada kedua ujungnya :// yang sama besar dan berlawanan arah. ru 3.8. Studi Kasus VI : Analisis Beban Komponen Transmisi Otomotif m Mesin mobil memberikan torsi sebesar 3000 lb ke transmisi yang mempunyai rasio ah torsi (R=Tout/Tin) di low gear sebesar 2,778. Susunan roda gigi, poros dan bantalan serta diameter roda gigi di dalam transmisi diketahui seperti dalam gambar. Tentukan semua -b beban yang bekerja pada tiap komponen transmisi. el aj a r.o rg 3-14
  • 15. ht tp :// ru m ah -b el aj Gambar 3. 12 DBB transmisi dan komponen utamanya a Idealisasi : r.o Gaya yang bekerja diantara pasangan roda gigi adalah gaya tangensial. rg Transmisi tunak (kecepatan konstan/ percepatan=0) Analisis : 1. Langkah awal adalah menentukan kesetimbangan transmisi total. Pada DBB a tidak tergantung pada segala sesuatu yang ada di rumah transmisi, sehingga pada DBB a menyinggung transmisi R=2,778 tanpa adanya roda gigi didalamnya (seperti transmisi hidrolik atau elektrik). Agar transmisi bekerja, maka bagian dalam rumah transmisi (gear) harus memberikan torsi sebesar 5333 lb.in yang direaksikan oleh rumah transmisi. 2. Gunakan kesetimbangan momen terhadap sumbu putar ( ∑M = 0) • untuk input portion main shaft pada DBB b, diperoleh gaya tangensial 2667 lb pada roda gigi A agar seimbang dengan torsi input (3000 lb in). Roda gigi A 3-15
  • 16. memberikan gaya yang sama dan berlawanan arah pada roda gigi B di countershaft. • Untuk countershaft pada DBB c, diperoleh gaya tangensial 4444 lb pada roda gigi C agar seimbang dengan gaya pada roda gigi B. Roda gigi C memberikan gaya yang sama dan berlawanan arah pada roda gigi D di mainshfat. 3. Menentukan gaya pada bantalan dengan menggunakan kesetimbangan momen ( ∑M = 0) • Untuk mainshaft dilakukan dengan menggunakan kesetimbangan momen terhadap bantalan I: ∑M I = 0 (2667 lb )(2 in ) − (4444 lb )(7 in ) + (FII )(9 in ) = 0 diperoleh FII= 2864 lb. Dengan menggunakan kesetimbangan gaya ∑F = 0 ht (atau kesetimbangan momen terhadap bantalan II ∑M = 0) diperoleh FI= tp II 1087 lb. :// • Untuk countershaft dilakukan dengan cara yang sama dengan cara pada ru mainshaft. m 4. Pada DBB d pada rumah transmisi terdapat gaya dari poros melewati bantalan yang besarnya sama dan berlawanan arah dengan gaya pada poros yang ah melewati bantalan yang ada di DBB b dan DBB c. -b 3.9. Studi Kasus VII: Analisis Beban Internal el Dua contoh load-carrying member ditunjukkan pada gambar. Tentukan dan aj tunjukkan beban yang ada pada potongan melintang A-A. a r.o rg Gambar 3. 13 Beban yang bekerja pada bagian dalam komponen 3-16
  • 17. Gambar 3. 14 Beban yang bekerja pada bagian dalam komponen ht Idealisasi : tp Tidak terjadi perubahan geometri secara signifikan akibat defleksi. :// Analisis : Gambar b diatas menunjukkan salah satu bagian sisi potongan A-A sebagai DBB ru dalam keadaan setimbang. Gaya dan momen diperoleh dari persamaan m kesetimbangan (Hukum Newton II). ah -b 3.10. Studi Kasus VIII: Analisis Beban Internal Transmission Countershaft el Temukan potongan melintang poros pada gambar dibawah yang menerima aj beban terbesar dan tentukan besar beban tersebut. a r.o rg Gambar 3. 15 Beban Internal Transmission Countershaft 3-17
  • 18. ht tp :// ru m ah Gambar 3. 16 Diagram gaya geser, momen bending dan momen torsi Idealisasi : -b Poros dan roda gigi berputar dengan kecepatan seragam. el Transverse shear stress diabaikan. aj Analisis : a 1. Langkah awal adalah membuat diagram beban, gaya geser, momen bending, dan r.o momen torsi untuk poros countershaft seperti terlihat pada DBB diatas. 2. Menentukan daerah kritis. rg Daerah kritis adalah daerah yang mendapat beban terbesar. Dari DBB diatas terlihat bahwa beban terbesar terletak pada bagian kanan roda gigi C, yang mana terjadi momen bending dan momen torsi terbesar dengan asumsi transverse shear stress diabaikan (tidak penting dibandingkan beban bending). Transverse shear stress pada daerah ini lebih kecil dari nilai maksimum transverse shear stress pada countershaft. 3.11. Pembebanan pada Beam Beam adalah elemen yang menahan beban melintang dengan geometri yang relatif panjang dalam sumbu utamanya dibandingkan dimensi penampangnya. Beam juga dapat 3-18
  • 19. dibebani secara aksial torsional. Konstruksi beam yang sering digunakan antara lain adalah : Simply supported Cantilever beam Overhung beam Indeterminate beam Beam dapat menerima beban terkonsentrasi maupun beban yang terdistribusi atau kombinasi antara keduanya. Beban gaya melintang akan menimbulkan efek gaya geser dan momen bending pada beam. Analisis beban untuk beam harus dapat menghitung besar, arah, dan distribusi gaya geser dan momen bending pada beam. Hubungan antara gaya geser dan momen bending didalam beam dengan fungsi beban q(x) adalah ht dV d 2M q(x ) = = (3.7) tp dx dx 2 :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 3. 17 Berbagai konstruksi beam 3-19
  • 20. Fungsi beban adalah parameter yang biasanya diketahui, sehingga untuk mendapatkan gaya dalam geser V dan momen dalam M, perlu dilakukan integrasi persamaan 2.7. Hasilnya adalah VB xB ∫ dV = ∫ qdx = V VA xA B − VA (3.8) MB xB ∫ dM = ∫ Vdx = M MA xA B − MA (3.9) Persamaan (2.8) dan (2.9) diatas menunjukkan bahwa perbedaan gaya geser dalam antara dua titik A dan B sepanjang beam adalah sama dengan luas daerah dibawah grafik fungsi beban. Sedangkan perbedaan momen dalam antara posisi A dan B adalah sama ht dengan luas daerah dibawah grafik gaya geser dalam seperti diilustrasikan pada gambar tp 3.16. :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 3. 18 Diagram gaya geser dalam dan momen dalam pada beam Fungsi singular: Keterangan Fungsi Keterangan Beban terdistribusi kuadratik x − a → unit parabolic 2 x≤ a→ =0 x>a→ =(x-a)2 fuction 3-20
  • 21. Beban terdistribusi linear x − a → Unit ramp 1 x≤ a→ =0 x>a→ =(x-a) function Beban terdistribusi seragam x − a → Unit step function x≤ a→ =0 0 x>a→ =1 x=a→ tidak terdefinisi Gaya terkonsentrasi x−a −1 → Unit impuls x≤ a→ =0 x>a→ =0 function x=a→ = ∞ Momen terkonsentrasi x−a −2 → Unit doublet x≤ a→ =0 x>a→ =0 fuction ht x=a→ = ∞ tp :// Integral fungsi singular: ru x−a 3 x ∫ λ − a dλ = 2 (3.10) −∞ 3 m x−a 2 ah x ∫ λ − a dλ = 1 (3.11) −∞ 2 -b x ∫ λ − a dλ = x − a 0 1 (3.12) −∞ el x −1 ∫ λ −a dλ = x − a 0 (3.13) aj −∞ a −2 −1 ∫ x λ −a dλ = x − a (3.14) −∞ r.o 3.12. Studi Kasus Beam Tumpuan Sederhana Dengan Beban Terdistribusi Seragam rg Beam dengan tumpuan sederhana mendapat beban terdistribusi seragam. Panjang beam l=10 in, lokasi beban a= 4 in, dan beban terdistribusi seragam w= 10 lb/ in. Tentukan dan plot diagram beban, diagram gaya geser, dan diagram momen dengan metoda grafik dan dengan menggunakan fungsi singular. 3-21
  • 22. Gambar 3. 19 Beam dengan tumpuan sederhana mendapat beban terdistribusi seragam Idealisasi : Berat beam diabaikan. ht Analisis : tp 1. Metode grafik: Membuat diagram beban :// Kesetimbangan momen terhadap ujung kanan beam pada sumbu z: ru w(l − a ) 2 ∑ M z = 0 ⇒ R1l − 2 = 0 m ah w(l − a ) 10(10 − 4 ) 2 2 diperoleh: R1 = = = 18 2l 2(10 ) -b Kesetimbangan gaya dalam arah sumbu-y: el ∑F y = 0 ⇒ R1 − w(l − a ) + R2 = 0 aj diperoleh: R2 = w(l − a ) − R1 = 10(10 − 4 ) − 18 = 42 a Diperoleh diagram beban seperti grafik a disamping. r.o Membuat diagram geser rg Kita bayangkan kita berjalan mundur melewati diagram beban dimulai dari ujung sebelah kiri dengan langkah kecil sebesar dx . sambil mencatat daerah yang telah dilewati (gaya dx) pada diagram geser. • Pada saat awal melangkah (X=0), diagram geser mengalami kenaikan tiba-tiba sebesar R1. • Kita lanjutkan dari x=0 ke x=a, didapatkan bahwa tidak ada perubahan yang terjadi karena tidak ada tambahan gaya. • Selangkah melewati x=a, kita dapatkan daerah pada diagram beban sebesar –w . dx, yang akan dijumlahkan dengan harga R1 (nilai gaya geser awal). 3-22
  • 23. Ketika mencapai x=l, total area w(l-a) diambil sebagai nilai gaya geser sampai –R2. Selangkah (dx) kebelakang keluar dari beam dapat kita jumpai bahwa akibat gaya R2 didapatkan gaya geser bernilai nol. Gaya geser terbesar terjadi untuk R2 pada x=l. Membuat diagram momen Kita bayangkan kita jatuh dan ingin mencapai diagram geser dengan cara memanjatnya, dan kemudian berjalan mundur seperti trik pada saat membuat diagram geser. • Dari x=0 ke x=a, fungsi momen adalah berupa garis lurus dengan kemiringan sebesar R1. • Lewat titik x=a, diagram geser segitiga (dengan kemiringan –w), sehingga ht integrasinya berupa parabola. Puncak momen terjadi pada saat gaya geser tp bernilai nol pada titik: :// R1 18 x@ V =0 = a + = 4+ = 5,8 ru w 10 Daerah positif pada diagram momen akan menambah besar momen dan m daerah negatif pada diagram momen akan mengurangi besar momen. ah • Besar momen maksimum dengan cara menambahkan daerah persegi panjang dan daerah segitiga pada diagram geser dari x=0 sampai x=5,8 (gaya geser -b nol). el M @ X =5,8 = R1 (a ) + R1 = 18(4 ) + 18 1,8 1,8 = 88,2 aj 2 2 a 2. Metode fungsi singular r.o Beban seragam digambarkan sebagai fungsi (x-a) 0 Persamaan untuk fungsi beban rg − w(x − a ) + R2 x − l −1 −1 q = R1 x − 0 0 a V = ∫ qdx = R1 x − 0 − w(x − a ) + R2 x − l 0 0 + C1 1 b w M = ∫ Vdx = R1 x − 0 − x−a + R2 x − l + C1 x + C 2 1 2 1 c 2 Integrasi dilakukan dari − ∞ ke x. Untuk kondisi infinitesimal disebelah kiri x=0 ( x = 0 − ), tegangan geser dan momen bernilai nol. Untuk kondisi infinitesimal disebelah kanan x ( x = l + ) tegangan geser dan momen bernilai 0. Mencari nilai konstanta 3-23
  • 24. Konstanta C1 dan C2 diperoleh dengan memasukkan kondisi batas x = 0 − , V=0, M=0 pada persamaan b dan c. 0 1 0 V = 0 = R1 0 − − 0 − w 0 − − a + R2 0 − − l + C1 ⇒ C1 = 0 M = 0 = R1 0 − − 0 − 1 w − 2 0 −a 2 + R2 0 − − l 1 ( ) + C1 0 − + C 2 ⇒ C 2 = 0 Menghitung gaya reaksi Gaya reaksi R1 dan R2 diperoleh dengan memasukkan kondisi batas x = l + , V=0, M=0 pada persamaan b dan c. + R2 (l − l ) = 0 w M = R1 l − 0 − l−a 1 2 1 2 ht w l−a 10(10 − 4 ) 2 w l−a 2 2 0 = R1l − ⇒ R1 = = = 18 2(10 ) tp 2 2l V = R1 (l ) − w l − a + R2 l :// =0 0 1 0 0 = R1 − w(l − a ) + R2 ru R2 = w(l − a ) − R1 = 10(10 − 4 ) − 18 = 42 m Diagram beban, gaya geser, dan momen dapat dibuat dengan mengevaluasi ah persamaan b dan c yang telah disubstitusi dengan nilai C1, C2, R1, R2 pada selang x=0 sampai x=l -b 3.13. Pembebanan Getaran el Mesin atau peralatan yang medapat beban dinamik pasti mengalami beban aj tambahan akibat adanya fenomena getaran. Getaran dapat disebabkan oleh banyak hal a seperti adanya massa unbalance, sifat komponen yang elastik, fenomena resonansi, r.o sambungan-sambungan yang tidak sempurna, dan lain-lain. Contoh karakteristik beban getaran ditunjukkan pada gambar 2.8. Beban getaran tidak akan dibahas lebih lanjut rg dalam dalam kuliah ini. 3-24
  • 25. ht tp :// ru m Gambar 3. 20 Beban getaran pada crankshaft sebuah engine ah 3.14. Beban Impak -b Beban statik maupun beban dinamik yang telah dibahas pada sub bab el sebelumnya semuanya mengasumsikan bahwa aplikasi beban terjadi secara perlahan. aj Banyak mesin atau peralatan memiliki elemen yang harus menerima beban secara tiba- a tiba dalam waktu yang sangat singkat. Contohnya adalah mekanisme crank-slider.dan r.o blok silinder engine, mesin skrap, jackhammer, beban tabrakan antara dua kendaraan, dan lain-lain. Analisis beban impact pada komponen mesin memerlukan metoda rg perhitungan yang kompleks karena karakteristik sifat material yang mendapat beban impak sangat berbeda dibandingkan akibat beban statik. Fenomena impak juga selalu harus dikaitkan dengan plastisitas material yang merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks. Dengan demikian beban impak tidak akan dibahas lebih lanjut dalam kuliah ini. 3-25
  • 26. Gambar 3. 21 Kecelakaan mobil (mobil mendapat beban impak) 3.15. Soal-soal Latihan 1. Kelas beban apakah yang cocok dengan sistem mechanical berikut ? a. Rangka sepeda b. Tiang bendera ht c. skate board d. stick golf tp e. wrench :// Gambarkanlah diagram benda bebas masing-masing sistem di atas. ru 2. Sebuah sepeda dengan pengendara seberat 800 N. Posisi titik berat pengendara m segaris vertikal dengan titik pusat sproket depan. Pengendara memberikan beban ah beratnya pada salah satu pedal seperti pada gambar (satuan mm). Dengan mengasumsikan problem adalah dua dimensi, gambarkanlah diagram benda bebas -b dan hitung gaya-gaya yang bekerja pada (a) pedal bersama sproket depan, (b) roda el belakang dan sproketnya, (c) roda depan, (d) sepeda dan pengendara secara aj keseluruhan a r.o rg 3. Buat DBB rakitan pedal-lengan sepeda dalam posisi horizontal. Pedal, lengan dan pivot sebagai satu kesatuan. Dengan asumsi gaya dari pengendara ke pedal (F) 3-26
  • 27. sebesar 1500 N, tentukan besar torsi pada sprocket rantai dan momen (torsi dan bending) maksimum pada pedal. ht tp :// 4. Sebuah plier-wrench seperti ditunjukkan pada gambar umum digunakan untuk mencekam komponen mesin. ru a. Berapakah besarnya gaya F yang dibutuhkan untuk menghasilkan gaya m pencekaman P = 4000 N ?. Apakah menurut anda besarnya gaya F mampu ah diberikan oleh tangan manusia dewasa ? -b el aj a r.o rg 3-27
  • 28. 5. Fan electric dibaut pada titik A dan B. Motor listrik memberikan torsi sebesar 1 N-m ke sudu fan sehingga sudu-sudu dapat mendorong udara dengan gaya 10 N. Dengan mengabaikan gaya gravitasi gambarkan lah diagram benda bebas fan tersebut serta hitunglah gaya-gaya reaksi tumpuan. ht tp 6. Sebuah poros seperti yang ditunjukkan pada gambar, meneruskan daya sebesar 20 :// HP pada putaran 300 rpm. Poros tersebut juga mendapat beban lentur P sebesar 1000 pounds. Gambarkan diagram gaya geser dan momen lentur sepanjang poros ru m ah -b el aj a r.o 7. Papan loncat indah menggunakan konstruksi (a) overhang dan (b) cantilever seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah gaya-gaya reaksi tumpuan, diagram gaya rg geser dan diagram momen lentur jika orang dengan berat 100 kg berdiri diujung papan. Tentukan nilai dan lokasi gaya geser maksimum dan momen lentur maksimum untuk masing-masing konstruksi 3-28
  • 29. 8. Konstruksi poros dengan dua buah rodagigi dalam keadaan setimbang. Gaya- gaya yang bekerja pada rodagigi ditunjukkan pada gambar. Asumsikan tumpuan O adalah pin dan tumpuan B adalah rol. Tentukanlah gaya-gaya reaksi tumpuan. Gambarkan diagram gaya geser dan diagram momen lentur pada poros pada bidang x-y. ht 9. Konstruksi mesin pesawat terbang, reduction gear, dan propeller. Mesin dan propeler tp berputar clockwise dilihat dari sisi propeler. Reduction gear dibaut pada rumah mesin :// seperti pada gambat. Mesin memiliki daya 150 hp pada kecepatan 3600 rpm dan dengan asumsi rugi-rugi gesekan pada reduction gear tentukan: ru a. Arah dan besar torsi dari m rumah reduction gear pada ah rumah mesin. b. Besar dan arah torsi reaksi -b yang cenderung memutar el (roll) pesawat. aj c. Keuntungan penggunaan opposite-rotating engine a r.o dengan twin engine propeler sebagai penggerak pesawat. rg 10. Gambar DBB rakitan roda gigi-poros dan DBB tiap komponen (roda gigi 1, roda gigi 2, dan poros). 3-29
  • 30. 11. Roda mobil dengan dua jenis kunci pengencang mur-baut (lug wrench), yaitu single- ended wrench (gambar a) dan double-ended wrench (gambar b). Dipakai dua tangan untuk memberikan gaya pada titik A dan B dengan jarak titik A-B adalah 1 ft. Mur-baut memerlukan torsi sebesar 70 ft-lb. a. Gambar DBB untuk kedua jenis pengencang mur-baut dan tentukan besar semua gaya dan momen. b. Adakah perbedaan cara kerja kedua jenis pengencang? Adakah salah ht satu pengencang lebih baik tp dari yang lain? Jika ada, :// jelaskan alasannya! ru 12. Cari Gaya reaksi tiap tumpuan, gaya geser maksimum dan momen bending m maksimumuntuk kasus beam berikut: ah -b el aj a r.o rg 3-30