SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB IX
                    KEKUATAN SAMBUNGAN LAS
                        DAN PAKU KELING


9.1.   Sambungan Las
       Sambungan las adalah sambungan antara dua atau lebih permukaan logam
dengan cara mengaplikasikan pemanasan lokal pada permukaan benda yang disambung.
Perkembangan teknologi pengelasan saat ini memberikan alternatif yang luas untuk
        ht


penyambungan komponen mesin atau struktur. Beberapa komponen mesin tertentu
sering dapat difabrikasi dengan pengelasan, dengan biaya yang lebih murah
           tp


dibandingkan dengan pengecoran atau tempa. Saat ini banyak part yang sebelumnya
             ://


dibuat dengan cor atau tempa, difabrikasi dengan menggunakan pengelasan seperti
                ru


ditunjukkan pada gambar 9.1. Sebagian besar komponen mesin yang difabrikasi
                           m


menggunakan las, menggunakan teknik pengelasan dengan fusion, dimana dua benda
kerja yang disambung dicairkan permukaannya yang akan disambung.
                            ah
                              -b
                                el
                                   aj
                                      a               r.o
                                                             rg



         Gambar 9.1 Komponen mesin yang dibuat dengan fusion welding[juvinal]



       Beberapa kelebihan sambungan las dibandingkan sambungan baut-mur atau
sambungan keling (rivet) adalah lebih murah untuk pekerjaan dalam jumlah besar, tidak
ada kemungkinan sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue, ketahanan korosi yang
lebih baik. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah adanya tegangan sisa (residual
stress), kemungkinan timbul distorsi, perubahan struktur metalurgi pada sambungan, dan
masalah dalam disasembling.




                                         9-1
Metoda pengelasan diklasifikasikan berdasarkan metoda pemanasan untuk
mencairkan logam pengisi serta permukaan yang disambung.
1. Electric Arc Welding : panas diaplikasikan oleh busur listrik antara elektroda las
     dengan benda kerja (lihat gambar 9.1). Berdasarkan (1) aplikasi logam pengisi dan (2)
     perlindungan logam cair thd atmosfir, electric arc welding diklasifikasikan menjadi :
        a. Shielded Metal Arc welding (SMAW)
        b. Gas Metal Arc Welding (GMAW)
        c. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)
        d. Flux-cored Arc Welding (FCAW)
        e. Submerged Arc Welding (SAW)
          ht
             tp
               ://
                  ru
                              m


                   Gambar 9.2 Electric Arc welding dengan coated electrode[spott]
                               ah


2. Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R, melalui
                                 -b


     kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di cekam dengan baik.
                                   el


     Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield, tetapi proses pengelasan dapat
     dilakukan pada ruang vakum atau dalam inert gas. Metoda pengelasan ini cocok
                                      aj


     untuk produksi masa dengan pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok
                                         a


     untuk pengelasan ini adalah 0,004 s/d 0,75 inchi.
                                                            r.o


3. Gas Welding : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene untuk
                                                                   rg


     memanaskan logam pengisi dan permukaan benda kerja yang disambung. Proses
     pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok untuk pengelasan ringan dan
     perbaikan.
4.   Laser beam welding : plasma arc welding, electron beam welding, dan electroslag
     welding : adalah teknologi pengelasan modern yang juga menggunakan metoda fusi
     untuk aplikasi yang sangat spesifik.
5. Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan panas dan
     tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur logam saat dipanaskan
     biasanya dibawah titik cair material.




                                             9-2
Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga komponen
dapat difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh AWS (American Welding
Society). Komponen utama simbol las sesuai dengan standard AWS adalah (1)
Reference line, (2) tanda panah, (3) basic weld symbols, (4) dimensi dan data tambahan
lainnya, (5) supplementary symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8) spesifikasi atau
proses. Simbol las selengkapnya ditunjukkan pada gambar 9.3. Contoh aplikasi simbol las
dan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan ditunjukkan pada gambar 9.4.
        ht
           tp
             ://
                ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a                 r.o
                                                               rg




                      Gambar 9.3 Simbol las sesuai standard AWS




                                           9-3
Las fillet, (a) angka
                                                       menunjukkan ukuran leg,
                                                       (b) menunjukkan jarak




                                                       Lingkaran menandakan
                                                       bahwa pengelasan dilakukan
                                                       berkeliling
        ht
           tp
             ://
                ru


                                                       Konfigurasi pengelasan tipe
                                                       butt atau groove (a) square,
                              m


                                                       (b) V tunggal dengan root
                                                       2mm dan sudut 600, (c) V
                               ah


                                                       ganda, (d) bevel
                                 -b
                                   el
                                      aj
                                         a             r.o


                         Gambar 9.4 Contoh aplikasi simbol las
                                                             rg


Pemilihan metoda pengelasan untuk fabrikasi komponen mesin perlu mempertimbangkan
mampu las dari material. Kemampuan logam untuk disambung dengan pengelasan
ditampilkan pada tabel 9.1.




                                         9-4
Tabel 9.1 Mampu las logam yang umum digunakan untuk komponen mesin[juv]



        ht
           tp
             ://
                ru
                           m
                            ah
                              -b
                                el
                                   aj


Terdapat banyak sekali konfigurasi sambungan las, tetapi dalam buku ini kita hanya
                                      a               r.o


membahas tegangan dan kekuatan sambungan jenis fillet weld. Diharapkan setelah
memahai konfigurasi ini dengan baik, maka aplikasi untuk konfigurasi sambungan yang
                                                             rg


lain dapat dipelajari dengan mudah. Beberapa sambungan dengan konfigurasi fillet weld
dan jenis beban paralel, dan beban melintang ditunjukkan pada gambar 9.5.




                                         9-5
ht
            tp
              ://
                 ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a               r.o


       Gambar 9.5 Konfigurasi Fillet Weld dengan berbagai kondisi Pembebanan[juv]
                                                              rg



9.2.   Tegangan Pada Sambungan Las yang Mendapat Beban Statik
Beban yang bekerja pada struktur sambungan dengan tipe fillet dapat berbentuk beban
paralel, beban melintang (transverse), beban torsional, dan beban bending. Untuk
menganalisis tegangan yang terjadi pada sambungan las terlebih dahulu perlu
diperhatikan geometri sambungan las. Konfigurasi sambungan las jenis fillet dinyatakan
dengan panjang leg, he seperti ditunjukkan pada gambar 9.6. Umumnya panjang leg
adalah sama besar, tetapi tidak selalu harus demikian. Untuk keperluan engineering
praktis, tegangan pada sambungan las yang terpenting adalah tegangan geser pada leher



                                          9-6
fillet (throat). Panjang leher, te didefinisikan sebagai jarak terpendek dari interseksi pelat
ke garis lurus yang menghubungkan leg atau kepermukaan weld bead. Untuk kasus yang
umum yaitu las convex, panjang leher adalah pada posisi 450 dari leg, atau te = 0,707 he.
Jadi luas leher yang digunakan untuk perhitungan tegangan adalah Aw = teL, dimana L
adalah panjang las.
         ht
            tp
              ://
                 ru


              Gambar 9.6 Geometri dan bidang geser sambungan fillet weld
                              m
                               ah


9.2.1. Beban Paralel dan Beban Melintang
                                 -b


Struktur sambungan las akan mengalami kegagalan geser pada penampang terkecil yaitu
                                   el


pada bagian leher. Hal ini berlaku baik untuk pembebanan paralel maupun pembebanan
melintang. Nilai tegangan geser pada penampang leher dapat dihitung dengan
                                      aj


persamaan :
                                         a                  r.o


                                P       P        1,414 P
                        τ=         =           =                                         (9.1)
                             t e Lw 0,707he Lw    h e Lw
                                                                  rg


dengan
       te = panjang leher
       he = panjang leg
       Lw = panjang sambungan las
Jadi untuk menghindari kegagalan pada sambungan, maka tegangan yang terjadi
haruslah lebih kecil dari kekuatan luluh geser material :



                                         < (S sy )las
                                     P
                             τ=                                                          (9.2)
                                  t e Lw




                                                    9-7
Mengingat   geometri   sambungan      las,   maka   efek   konsentrasi   tegangan   perlu
dipertimbangkan dalam perancangan konstruksi las. Penelitian yang dilakukan oleh
Salakian dan Norris tentang distribusi tegangan di sepanjang leher las fillet menunjukkan
adanya fenomena konsentrasi tegangan tersebut. Bentuk distribusi tegangan ditunjukkan
pada gambar 9.7. Untuk keperluan praktis dalam perancangan sambungan las, harga
faktor konsentrasi tegangan ditunjukkan pada gambar 9.7.
        ht
           tp
             ://
                ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj


    Gambar 9.7 Distribusi tegangan pada sambungan las fillet yang mendapat beban
                                       a


                                       melintang
                                                           r.o
                                                               rg




              Gambar 9.8 Faktor konsentrasi tegangan sambungan las fillet



9.2.2. Beban Torsional

Untuk struktur sambungan las yang mendapat beban torsional maka resultan tegangan
geser yang terjadi pada suatu grup sambungan las adalah jumlah vektor tegangan geser




                                             9-8
melintang dengan tegangan geser torsional. Tegangan geser akibat gaya melintang
(transverse load) dapat dihitung dengan persamaan :

                                  V      Gaya geser
                           τd =     =                                               (9.3)
                                  A luas penampangl eher

Sedangkan tegangan geser torsional adalah

                                  Tr
                           τt =                                                     (9.4)
                                  J

dengan
       T = torsi yang bekerja, N-m
       r = jarak dari titik pusat massa ke titik terjauh, m
         ht


       J = momen inersia polar penampang las, m3
            tp


Seperti halnya pada beban paralel dan melintang, penampang kritis untuk beban torsional
              ://


adalah pada penampang leher. Momen inersia polar penampang lasa dapat dinyatakan
                 ru


dalam satuan momen inersia polar grup las sebagai
                              m


                           J = t e J u = 0,707he J u                                (9.5)
                               ah


dengan Ju adalah satuan momen inersia polar yang ditunjukkan pada gambar 9.6 untuk
berbagai konstruksi sambungan las fillet yang umum digunakan. Tabel tersebut dapat
                                 -b


mempermudah perhitungan tegangan akibat beban torsional.
                                   el


Jadi untuk mengindarkan struktur sambungan gagal akibat beban torsional maka haruslah
                                      aj


dirancang sedemikian rupa sehingga resultan tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
                                         a


kekuatan geser material.
                                                              r.o


                            τ = τ d + τ t < (Ssy )                                  (9.6)
                                                               rg



9.2.3. Beban Bending

Pada pembebanan bending, sambungan lasa akan mengalami tegangan geser melintang
dan juga tegangan normal akibat momen bending. Tegangan geser langsung akibat gaya
geser dapat dihitung dengan persamaan (9.1). Sedangkan tegangan normal dapat
dihitung dengan persamaan
                                            Mc
                                       σ=                                           (9.7)
                                             I
dimana c adalah jarak dari sumbu netral, dan I adalah momen inersia penampang yang
dapat dinyatakan dalam satuan momen inersia penampanng las, Iu sebagai


                                                 9-9
I = t e I u Lw = 0,707he I u Lw                            (9.8)

Tabel 9.2 Parameter geometri konstruksi sambungan las fillet untuk berbagai kondisi
                                       pembebanan

     ht
        tp
          ://
             ru
                         m
                          ah
                            -b
                              el
                                 aj
                                    a                   r.o
                                                            rg




                                            9-10
Tabel 9.2 (sambungan)



        ht
           tp
             ://
                ru
                           m
                            ah
                              -b
                                el
                                   aj
                                      a               r.o
                                                            rg



Lw adalah panjang las, dan Iu untuk beberapa konstruksi sambungan ditunjukkan pada
tabel 9.2. Gaya persatuan panjang dari las adalah
                                       Pa
                                w' =                                            (9.9)
                                       Iu

dimana a adalah jarak antara posisi sambungan dengan aplikasi beban.

Setelah tegangan geser dan tegangan normal yang terjadi didapatkan, maka selanjutnya
dapat ditentukan principal stress tertinggi pada sambungan. Kegagalan sambungan dapat




                                            9-11
ditentukan dengan menggunakan teori tegangan geser maksimum (MSST) atau teori
energi distorsi (DET).

9.3.   Kekuatan Material Sambungan Las
Elektroda yang digunakan pada electric arc welding ditandai dengan huruf E dan diikuti
empat digit angka. Contoh E6018. Dua angka pertama menandaka kekuatan material
setelah menjadi sambungan dalam ribuan pound per inchi kuadrat (ksi). Angka ke tiga
menunjukkan posisi las seperti misalnya posisi flat, vertikal, atau overhead. Sedangkan
angka terakhir menandakan variabel dalam pengelasan seperti misalnya besarnya arus.
Tabel 9.3 menampilkan kekuatan minimum untuk beberapa elektroda yang banyak
digunakan untuk komponen mesin. Dengan diketahuinya kekuatan yield material dan
         ht


tegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja, maka perancang dapat menentukan
tegangan perancangan dan faktor keamanan yang diinginkan.
            tp
              ://


                            Tabel 9.3 Kekuatan elektroda las
                 ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a


Contoh Soal # 1 :
                                                         r.o


Sebuah pelat tebal t = 20 mm dilas (convex fillet) ke dinding tebal dengan panjang las L =
50 mm. Pelat terbuat dari baja dengan kekuatan yield Sy = 350 Mpa. Tentukanlah
                                                               rg


besarnya beban yang dapat ditahan jika digunakan elektroda las dengan kekuatan yield
350 Mpa. Diinginkan faktor keamanan 3,0 dan panjang leg adalah 6mm.




                          Gambar 9.9 Problem contoh soal #1


                                          9-12
Contoh Soal # 2 :
Sebuah bracket di-las pad beam seperti ditunjukkan pada gambar mendapat beban statik
sebesar 20 kN. Sambungan las adalah jenis fillet dan menggunakan elektroda nomor
E60XX.   Rancanglah     panjang leg untuk kondisi       pembebanan tersebut dengan
mengabaikan efek bending. Diinginkan faktor keamanan 2,5.
         ht
            tp
              ://
                 ru
                            m
                             ah
                               -b


                          Gambar 9.10 Problem contoh soal #2
                                 el


9.4. Kekuatan Fatigue Sambungan Las
                                    aj


Pada saat konstruksi sambungan las mendapat beban bolak-balik (cyclic) maka
kemungkinan kegagalan fatigue adalah merupakan pertimbangan utama dalam
                                       a                 r.o


perancangan. Adanya void dan inklusi pada sambungan las memberikan efek yang tidak
terlalu signifikan pada beban statik, tetapi menurukan kekuatan fatigue secara signifikan.
                                                               rg


Retak biasanya merambat pada daerah heat-affected-zone (HAZ), karena daerar ini
merupakan daerah yang paling lemah dalam sambungan. Sangat jarang sekali
perambatan retak terjadi pada logam pengisi. Beberapa textbooks menyarankan tidak
menggunakan sambungan las untuk komponen yang mendapat beban fatigue. Hal ini
tidak membantu engineer dalam perancangan karena komponen mesin umumnya
mendapat beban dinamik. Untuk keperluan praktis, nilai faktor konsentrasi tegangan
fatigue untuk beberapa jenis sambungan las diberikan pada tabel 9.4 berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Jennings.




                                           9-13
Tabel 9.4 Faktor konsentrasi tegangan fatigue sambungan las

                                                             Fatigue stress
        Type of Weld                                         concentration
                                                               factors, Kf
        Reinforced but weld                                        1,2
        Toe of Transverse fillet weld                              1,5
        End of parallel fillet weld                                2,7
        T-butt joint with sharp corner                             2,0
         ht
            tp


9.5. Sambungan Keling (Rivet)
              ://


Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur boiler, kapal, jembatan,
                 ru


bangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll. Dalam perancangan sambungan keling,
diameter keling yang dijadikan parameter design, walaupun setelah dipasang diameter
                              m


rivet akan ekpansi memenuhi ukuran lubang. Beberapa kelebihan sambungan keling
                               ah


antara lain adalah :
    •   Tidak akan longgar karena adanya getaran atau beban kejut
                                 -b


    •   Relatif murah dan pemasangan yang cepat
                                   el


    •   Ringan
                                      aj


    •   Dapat diasembling dari sisi “blind”
                                         a


    •   Lebih tahan korosi dibandingkan sambungan baut
                                                         r.o


    •   Kekuatan fatigue lebih baik dari sambungan las
                                                                rg


Sedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan pencekaman
tidak sekencang sambungan baut.

Jarak minimum antar keling biasanya adalah sekitar tiga kali diameter (kecuali pada
strukutr boiler), sedangkan jarak maksimum adalah 16 kali tebal pelat. Jarak antar keling
yang terlalu jauh akan mengakibatkan terjadi plate buckling. Untuk menjamin
keselamatan, prosedur perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan paku
keling haruslah mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah disusun
oleh AISC dan ASME.
Paku keling dapat dibuat dari bahan yang bersifat ulet seperti baja karbon, aluminium,
dan brass. Untuk mengurangi efek lingkungan, paku keling sering di coating, plating , atau
di cat. Konfigurasi paku keling yang banyak digunakan ada dua jenis yaitu (1) jenis tubular


                                              9-14
dan (2) jenis blind seperti ditunjukkan pada gambar 9.10. Sedangkan gambar 9.11
menunjukkan metoda pemasangan beberapa jenis paku keling.



        ht
           tp
             ://


   Gambar 9.11 Tipe dasar paku keling jenis tubular (a) semi tubular, (b) self piercing,
                                     (c) compression
                ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a                 r.o
                                                                rg




                Gambar 9.12 Berbagai metoda pemasangan paku keling



                                           9-15
Tegangan yang terjadi pada paku keling yang mendapat beban tarik dapat dihitung
dengan persamaan sederhana
                                P
                         σ=                                                        (9.10)
                                Ac

dimana P adalah gaya tarik yang dialami paku keling dan Ac adalah luas paku keling
sebelum dipasang. Perlu diingat bahwa paku keling biasanya dipang dalam grup,
sehingga diperlukan analisis beban yang diterima tiap paku keling terlebih dulu.

Mode kegagalan yang mungkin terjadi pada konstruksi keling akibat beban geser dapat
diklasifikasikan menjadi enam jenis yaitu (1) mode bending pada pelat, (2) mode geser
pada keling, (3) mode tarik pada pelat, dan (4) bearing pada rivet atau pelat, (5) shear
        ht


tear-out pada pelat, dan (6) tensile tear-out pada pelat. Keenam jenis mode kegagalan ini
ditunjukkan pada gambar 9.11.
           tp
             ://
                ru
                              m
                               ah
                                 -b
                                   el
                                      aj


        Gambar 9.13 Beban geser dan mode kegagalan pada sambungan keling
                                         a                   r.o


Dalam praktek, mode kegagalan pertama sampai ke-empat yang paling sering terjadi.
Sedangkan dua mode kegagalan terakhir dapat dihindari dengan memberikan jarak
                                                                rg


minimum sebesar 1,5 x diameter paku keling ke ujung pelat.

1. Mode bending pada komponen : untuk menghindari kegagalan ini maka persamaan
   berikut harus dipenuhi :
                                      PLg
                                 σ=          < 0,6(S y ) j                         (9.10)
                                      2Z m
   dengan
       Lg = panjang grip, [m]
       Zm = scetion modulus pelat yang paling lemah, I/c [m3]
       (Sy)j = kekuatan yield komponen terlemah, [Pa]
2. Mode geser pada paku keling : untuk menghindari kegagalan ini, maka persamaan
   berikut harus dipenuhi :


                                                9-16
4P
                                  τ=        < Ssy ≈ 0,4S y                               (9.11)
                                       πd c
                                          2


   dengan
       dc = crest diameter, [m]
       Ssy = kekuatan luluh geser bahan paku keling, [Pa].
    Dalam analisis, diameter yang digunakan adalah diameter paku keling sebelum
    terpasang. Kegagala geser pada sambungan paku keling adalah merupakan
    pertimbangan utama dalam perancangan konstruksi sambungan paku keling.


3. Mode tensile pada komponen pelat : untuk menghindari kegagalan ini, maka
         ht


   persamaan berikut harus dipenuhi :
            tp
              ://


                                             P
                                  σ=                     < (S y ) j                      (9.12)
                                       (b − N r d c )t m
                 ru


dengan
                            m


       b = lebar komponen pelat, [m]
                             ah


       Nr = jumlah paku keling sepanjang lebar komponen
       tm = tebal komponen pelat yang paling kecil, [m].
                               -b
                                 el


4. Mode compressive bearing failure : untuk menghindari kegagalan ini, maka
                                    aj


   persamaan berikut harus dipenuhi :
                                       a                              r.o


                                        P
                                  σ=        < 0,9(S y ) j                                (9.12)
                                       dctm
                                                                        rg


Formula untuk menentukan kegagalan sambungan keling di atas adalah untuk masing-
masing paku keling atau masing-masing komponen. Pada kenyataan, biasanya
sambungan paku keling terdiri dari beberapa buah sehingga kegagalan akibat beban
geser torsional perlu dimasukkan dalam perancangan.                    Sehingga tegangan geser
maksimuk pada paku keling selanjutnya dapat dihitung dengan penjumlahan vektor
tegangan geser langsung (τd) dan tegangan geser torsional (τ t) :


                                           τ = τd + τt                                   (9.12)




                                                9-17
Untuk paku keling yang mendapat kombinasi beban normal dan beban geser, maka dapat
digunakan teori energi distorsi atau teori tegangan geser maksimum untuk menentukan
kekuatan sambungan.


Contoh Soal 3:
Trotoar untuk pejalan kaki pada jembatan ditumpu dengan konstruksi sambungan keling
seperti ditunjukkan pada gambar. Beban maksimum diperkirakan sebesar 3000 N pada
jarak 2 m dari sambungan.Tentukanlah diameter paku keling yang diperlukan jika
bahannya adalah baja AISI 1040, dan dinginkan faktor keamanan sebesar 5,0.
         ht
            tp
              ://
                 ru
                            m
                             ah


                    Gambar 9.14 Struktur penumpu trotoar pada jembatan
                               -b


Soal-soal :
9.1   Batang baja horizontal (tebal 3/8 in) pada gambar dibawah dengan beban tarik dilas
                                 el


      pada penumpu vertikal. Tentukan beban F yang menyebabkan tegangan geser
                                    aj


      pada sambungan las 20 kpsi
                                       a                 r.o
                                                                rg




9.2   Gambar dibawah menunjukkan batang baja 3/8 in pada penumpu vertikal dengan
      dua sambungan las fillet. Tentukan gaya lentur yang aman jika gaya geser yang
      diijinkan pada sambungan las adalah 20 kpsi




                                          9-18
9.3   Gambar dibawah menunjukkan batang dan penumpu dengan empat sambungan las
      fillet. Tunjukkan bahwa kekuatan sambungan las dua kali lebih kuat dibandingkan
      soal no.2
         ht
            tp
              ://
                 ru
                            m
                             ah
                               -b


9.4   Gaya bolak-balik bekerja pada member dengan beban tarik yang dilas. Member
                                 el


      (baja AISI 1010, dirol panas, tebal10mm) dengan sambungan las fillet paralel 6mm.
                                    aj


      Jika limit ketahanan bar dan sambungan las 52 Mpa dan faktor desain 2.8, estimasi
                                       a


      besar F yang aman
                                                       r.o
                                                             rg




9.5   Balok panjang (AISI 1010, dirol panas, tebal 10mm) pada gambar dibawah pada
      tumpuan dengan 3 sambungan las fillet 6mm. Beam dibebani dengan gaya bolak-
      balik Fa = 2 kN. Estimasi faktor keamanan




                                          9-19
9.6   Tegangan ijin terhadap geser pada sambungan las pada gambar dibawah 140 Mpa.
      Estimasi beban lentur F yang menyebabkan tegangan tersebut
         ht
            tp
              ://
                 ru
                           m
                            ah
                              -b
                                el


9.7   Torsi sebesar 20 (103) bekerja pada sambungan las pada gambar dibawah.
                                   aj


      Tentukan tegangan geser maksimum pada sambungan las
                                      a              r.o
                                                           rg




9.8   Tentukan beban statik F yang aman pada sambungan las dengan elektroda E6010
      pada gambar dibawah. Gunakan teori tegangan geser maksimum dengan faktor
      keamanan 2




                                        9-20
9.9   Balok baja (AISI 1018, dirol panas) pada gambar dibawah dilas pada frame dengan
      elektroda E6010. Estimasi besar gaya bolak-balik yang dapat diterima jika faktor
         ht


      desain 2
            tp
              ://
                 ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj


9.10 Pelat (AISI 1010, tebal 3/8in) dihubungkan dengan balok AISI 1015 dengan
                                       a


      sambungan las T-butt memakai elektroda E6010. Tentukan beban bolak-balik yang
                                                         r.o


      dapat diterima sambungan las jika faktor desain nd = 2
                                                               rg




                                           9-21

More Related Content

What's hot

Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014WSKT
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGMira Pemayun
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Muhammad Umari
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Mukhamad Suwardo
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasSandra Prasetyo
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearingoto09
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingGraham Atmadja
 
Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Ibrahim Husain
 
Struktur baja-dasar
Struktur baja-dasarStruktur baja-dasar
Struktur baja-dasarUmar Fathoni
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaFajar Istu
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Dewi Izza
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautEdhot Badhot
 

What's hot (20)

Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
 
Materi Dasar Gambar Teknik
Materi Dasar Gambar TeknikMateri Dasar Gambar Teknik
Materi Dasar Gambar Teknik
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gording
 
Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1
 
Tabel standard ulir
Tabel standard ulirTabel standard ulir
Tabel standard ulir
 
Struktur baja-dasar
Struktur baja-dasarStruktur baja-dasar
Struktur baja-dasar
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
 

Similar to Bab 09 kekuatan sambungan las

Kekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingKekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingRycson Sianturi
 
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1Dhipta Emerald
 
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxTikaIka7
 
Las busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusLas busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusnur cholis
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary Rumah Belajar
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif Rumah Belajar
 

Similar to Bab 09 kekuatan sambungan las (8)

Kekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingKekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kelling
 
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
 
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
 
Sambungan las (1)
Sambungan las (1)Sambungan las (1)
Sambungan las (1)
 
Las busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusLas busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkus
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
 
Unit9
Unit9Unit9
Unit9
 

More from Rumah Belajar

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2 Rumah Belajar
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyRumah Belajar
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrixRumah Belajar
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysisRumah Belajar
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detectionRumah Belajar
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurementRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahRumah Belajar
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyRumah Belajar
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Rumah Belajar
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiRumah Belajar
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysisRumah Belajar
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Rumah Belajar
 

More from Rumah Belajar (20)

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
 
point processing
point processingpoint processing
point processing
 
03 image transform
03 image transform03 image transform
03 image transform
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrix
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurement
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksi
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysis
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4
 

Recently uploaded

PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 

Recently uploaded (20)

PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 

Bab 09 kekuatan sambungan las

  • 1. BAB IX KEKUATAN SAMBUNGAN LAS DAN PAKU KELING 9.1. Sambungan Las Sambungan las adalah sambungan antara dua atau lebih permukaan logam dengan cara mengaplikasikan pemanasan lokal pada permukaan benda yang disambung. Perkembangan teknologi pengelasan saat ini memberikan alternatif yang luas untuk ht penyambungan komponen mesin atau struktur. Beberapa komponen mesin tertentu sering dapat difabrikasi dengan pengelasan, dengan biaya yang lebih murah tp dibandingkan dengan pengecoran atau tempa. Saat ini banyak part yang sebelumnya :// dibuat dengan cor atau tempa, difabrikasi dengan menggunakan pengelasan seperti ru ditunjukkan pada gambar 9.1. Sebagian besar komponen mesin yang difabrikasi m menggunakan las, menggunakan teknik pengelasan dengan fusion, dimana dua benda kerja yang disambung dicairkan permukaannya yang akan disambung. ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.1 Komponen mesin yang dibuat dengan fusion welding[juvinal] Beberapa kelebihan sambungan las dibandingkan sambungan baut-mur atau sambungan keling (rivet) adalah lebih murah untuk pekerjaan dalam jumlah besar, tidak ada kemungkinan sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue, ketahanan korosi yang lebih baik. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah adanya tegangan sisa (residual stress), kemungkinan timbul distorsi, perubahan struktur metalurgi pada sambungan, dan masalah dalam disasembling. 9-1
  • 2. Metoda pengelasan diklasifikasikan berdasarkan metoda pemanasan untuk mencairkan logam pengisi serta permukaan yang disambung. 1. Electric Arc Welding : panas diaplikasikan oleh busur listrik antara elektroda las dengan benda kerja (lihat gambar 9.1). Berdasarkan (1) aplikasi logam pengisi dan (2) perlindungan logam cair thd atmosfir, electric arc welding diklasifikasikan menjadi : a. Shielded Metal Arc welding (SMAW) b. Gas Metal Arc Welding (GMAW) c. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) d. Flux-cored Arc Welding (FCAW) e. Submerged Arc Welding (SAW) ht tp :// ru m Gambar 9.2 Electric Arc welding dengan coated electrode[spott] ah 2. Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R, melalui -b kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di cekam dengan baik. el Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield, tetapi proses pengelasan dapat dilakukan pada ruang vakum atau dalam inert gas. Metoda pengelasan ini cocok aj untuk produksi masa dengan pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok a untuk pengelasan ini adalah 0,004 s/d 0,75 inchi. r.o 3. Gas Welding : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene untuk rg memanaskan logam pengisi dan permukaan benda kerja yang disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok untuk pengelasan ringan dan perbaikan. 4. Laser beam welding : plasma arc welding, electron beam welding, dan electroslag welding : adalah teknologi pengelasan modern yang juga menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat spesifik. 5. Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur logam saat dipanaskan biasanya dibawah titik cair material. 9-2
  • 3. Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga komponen dapat difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh AWS (American Welding Society). Komponen utama simbol las sesuai dengan standard AWS adalah (1) Reference line, (2) tanda panah, (3) basic weld symbols, (4) dimensi dan data tambahan lainnya, (5) supplementary symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8) spesifikasi atau proses. Simbol las selengkapnya ditunjukkan pada gambar 9.3. Contoh aplikasi simbol las dan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan ditunjukkan pada gambar 9.4. ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.3 Simbol las sesuai standard AWS 9-3
  • 4. Las fillet, (a) angka menunjukkan ukuran leg, (b) menunjukkan jarak Lingkaran menandakan bahwa pengelasan dilakukan berkeliling ht tp :// ru Konfigurasi pengelasan tipe butt atau groove (a) square, m (b) V tunggal dengan root 2mm dan sudut 600, (c) V ah ganda, (d) bevel -b el aj a r.o Gambar 9.4 Contoh aplikasi simbol las rg Pemilihan metoda pengelasan untuk fabrikasi komponen mesin perlu mempertimbangkan mampu las dari material. Kemampuan logam untuk disambung dengan pengelasan ditampilkan pada tabel 9.1. 9-4
  • 5. Tabel 9.1 Mampu las logam yang umum digunakan untuk komponen mesin[juv] ht tp :// ru m ah -b el aj Terdapat banyak sekali konfigurasi sambungan las, tetapi dalam buku ini kita hanya a r.o membahas tegangan dan kekuatan sambungan jenis fillet weld. Diharapkan setelah memahai konfigurasi ini dengan baik, maka aplikasi untuk konfigurasi sambungan yang rg lain dapat dipelajari dengan mudah. Beberapa sambungan dengan konfigurasi fillet weld dan jenis beban paralel, dan beban melintang ditunjukkan pada gambar 9.5. 9-5
  • 6. ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o Gambar 9.5 Konfigurasi Fillet Weld dengan berbagai kondisi Pembebanan[juv] rg 9.2. Tegangan Pada Sambungan Las yang Mendapat Beban Statik Beban yang bekerja pada struktur sambungan dengan tipe fillet dapat berbentuk beban paralel, beban melintang (transverse), beban torsional, dan beban bending. Untuk menganalisis tegangan yang terjadi pada sambungan las terlebih dahulu perlu diperhatikan geometri sambungan las. Konfigurasi sambungan las jenis fillet dinyatakan dengan panjang leg, he seperti ditunjukkan pada gambar 9.6. Umumnya panjang leg adalah sama besar, tetapi tidak selalu harus demikian. Untuk keperluan engineering praktis, tegangan pada sambungan las yang terpenting adalah tegangan geser pada leher 9-6
  • 7. fillet (throat). Panjang leher, te didefinisikan sebagai jarak terpendek dari interseksi pelat ke garis lurus yang menghubungkan leg atau kepermukaan weld bead. Untuk kasus yang umum yaitu las convex, panjang leher adalah pada posisi 450 dari leg, atau te = 0,707 he. Jadi luas leher yang digunakan untuk perhitungan tegangan adalah Aw = teL, dimana L adalah panjang las. ht tp :// ru Gambar 9.6 Geometri dan bidang geser sambungan fillet weld m ah 9.2.1. Beban Paralel dan Beban Melintang -b Struktur sambungan las akan mengalami kegagalan geser pada penampang terkecil yaitu el pada bagian leher. Hal ini berlaku baik untuk pembebanan paralel maupun pembebanan melintang. Nilai tegangan geser pada penampang leher dapat dihitung dengan aj persamaan : a r.o P P 1,414 P τ= = = (9.1) t e Lw 0,707he Lw h e Lw rg dengan te = panjang leher he = panjang leg Lw = panjang sambungan las Jadi untuk menghindari kegagalan pada sambungan, maka tegangan yang terjadi haruslah lebih kecil dari kekuatan luluh geser material : < (S sy )las P τ= (9.2) t e Lw 9-7
  • 8. Mengingat geometri sambungan las, maka efek konsentrasi tegangan perlu dipertimbangkan dalam perancangan konstruksi las. Penelitian yang dilakukan oleh Salakian dan Norris tentang distribusi tegangan di sepanjang leher las fillet menunjukkan adanya fenomena konsentrasi tegangan tersebut. Bentuk distribusi tegangan ditunjukkan pada gambar 9.7. Untuk keperluan praktis dalam perancangan sambungan las, harga faktor konsentrasi tegangan ditunjukkan pada gambar 9.7. ht tp :// ru m ah -b el aj Gambar 9.7 Distribusi tegangan pada sambungan las fillet yang mendapat beban a melintang r.o rg Gambar 9.8 Faktor konsentrasi tegangan sambungan las fillet 9.2.2. Beban Torsional Untuk struktur sambungan las yang mendapat beban torsional maka resultan tegangan geser yang terjadi pada suatu grup sambungan las adalah jumlah vektor tegangan geser 9-8
  • 9. melintang dengan tegangan geser torsional. Tegangan geser akibat gaya melintang (transverse load) dapat dihitung dengan persamaan : V Gaya geser τd = = (9.3) A luas penampangl eher Sedangkan tegangan geser torsional adalah Tr τt = (9.4) J dengan T = torsi yang bekerja, N-m r = jarak dari titik pusat massa ke titik terjauh, m ht J = momen inersia polar penampang las, m3 tp Seperti halnya pada beban paralel dan melintang, penampang kritis untuk beban torsional :// adalah pada penampang leher. Momen inersia polar penampang lasa dapat dinyatakan ru dalam satuan momen inersia polar grup las sebagai m J = t e J u = 0,707he J u (9.5) ah dengan Ju adalah satuan momen inersia polar yang ditunjukkan pada gambar 9.6 untuk berbagai konstruksi sambungan las fillet yang umum digunakan. Tabel tersebut dapat -b mempermudah perhitungan tegangan akibat beban torsional. el Jadi untuk mengindarkan struktur sambungan gagal akibat beban torsional maka haruslah aj dirancang sedemikian rupa sehingga resultan tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari a kekuatan geser material. r.o τ = τ d + τ t < (Ssy ) (9.6) rg 9.2.3. Beban Bending Pada pembebanan bending, sambungan lasa akan mengalami tegangan geser melintang dan juga tegangan normal akibat momen bending. Tegangan geser langsung akibat gaya geser dapat dihitung dengan persamaan (9.1). Sedangkan tegangan normal dapat dihitung dengan persamaan Mc σ= (9.7) I dimana c adalah jarak dari sumbu netral, dan I adalah momen inersia penampang yang dapat dinyatakan dalam satuan momen inersia penampanng las, Iu sebagai 9-9
  • 10. I = t e I u Lw = 0,707he I u Lw (9.8) Tabel 9.2 Parameter geometri konstruksi sambungan las fillet untuk berbagai kondisi pembebanan ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg 9-10
  • 11. Tabel 9.2 (sambungan) ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg Lw adalah panjang las, dan Iu untuk beberapa konstruksi sambungan ditunjukkan pada tabel 9.2. Gaya persatuan panjang dari las adalah Pa w' = (9.9) Iu dimana a adalah jarak antara posisi sambungan dengan aplikasi beban. Setelah tegangan geser dan tegangan normal yang terjadi didapatkan, maka selanjutnya dapat ditentukan principal stress tertinggi pada sambungan. Kegagalan sambungan dapat 9-11
  • 12. ditentukan dengan menggunakan teori tegangan geser maksimum (MSST) atau teori energi distorsi (DET). 9.3. Kekuatan Material Sambungan Las Elektroda yang digunakan pada electric arc welding ditandai dengan huruf E dan diikuti empat digit angka. Contoh E6018. Dua angka pertama menandaka kekuatan material setelah menjadi sambungan dalam ribuan pound per inchi kuadrat (ksi). Angka ke tiga menunjukkan posisi las seperti misalnya posisi flat, vertikal, atau overhead. Sedangkan angka terakhir menandakan variabel dalam pengelasan seperti misalnya besarnya arus. Tabel 9.3 menampilkan kekuatan minimum untuk beberapa elektroda yang banyak digunakan untuk komponen mesin. Dengan diketahuinya kekuatan yield material dan ht tegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja, maka perancang dapat menentukan tegangan perancangan dan faktor keamanan yang diinginkan. tp :// Tabel 9.3 Kekuatan elektroda las ru m ah -b el aj a Contoh Soal # 1 : r.o Sebuah pelat tebal t = 20 mm dilas (convex fillet) ke dinding tebal dengan panjang las L = 50 mm. Pelat terbuat dari baja dengan kekuatan yield Sy = 350 Mpa. Tentukanlah rg besarnya beban yang dapat ditahan jika digunakan elektroda las dengan kekuatan yield 350 Mpa. Diinginkan faktor keamanan 3,0 dan panjang leg adalah 6mm. Gambar 9.9 Problem contoh soal #1 9-12
  • 13. Contoh Soal # 2 : Sebuah bracket di-las pad beam seperti ditunjukkan pada gambar mendapat beban statik sebesar 20 kN. Sambungan las adalah jenis fillet dan menggunakan elektroda nomor E60XX. Rancanglah panjang leg untuk kondisi pembebanan tersebut dengan mengabaikan efek bending. Diinginkan faktor keamanan 2,5. ht tp :// ru m ah -b Gambar 9.10 Problem contoh soal #2 el 9.4. Kekuatan Fatigue Sambungan Las aj Pada saat konstruksi sambungan las mendapat beban bolak-balik (cyclic) maka kemungkinan kegagalan fatigue adalah merupakan pertimbangan utama dalam a r.o perancangan. Adanya void dan inklusi pada sambungan las memberikan efek yang tidak terlalu signifikan pada beban statik, tetapi menurukan kekuatan fatigue secara signifikan. rg Retak biasanya merambat pada daerah heat-affected-zone (HAZ), karena daerar ini merupakan daerah yang paling lemah dalam sambungan. Sangat jarang sekali perambatan retak terjadi pada logam pengisi. Beberapa textbooks menyarankan tidak menggunakan sambungan las untuk komponen yang mendapat beban fatigue. Hal ini tidak membantu engineer dalam perancangan karena komponen mesin umumnya mendapat beban dinamik. Untuk keperluan praktis, nilai faktor konsentrasi tegangan fatigue untuk beberapa jenis sambungan las diberikan pada tabel 9.4 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jennings. 9-13
  • 14. Tabel 9.4 Faktor konsentrasi tegangan fatigue sambungan las Fatigue stress Type of Weld concentration factors, Kf Reinforced but weld 1,2 Toe of Transverse fillet weld 1,5 End of parallel fillet weld 2,7 T-butt joint with sharp corner 2,0 ht tp 9.5. Sambungan Keling (Rivet) :// Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur boiler, kapal, jembatan, ru bangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll. Dalam perancangan sambungan keling, diameter keling yang dijadikan parameter design, walaupun setelah dipasang diameter m rivet akan ekpansi memenuhi ukuran lubang. Beberapa kelebihan sambungan keling ah antara lain adalah : • Tidak akan longgar karena adanya getaran atau beban kejut -b • Relatif murah dan pemasangan yang cepat el • Ringan aj • Dapat diasembling dari sisi “blind” a • Lebih tahan korosi dibandingkan sambungan baut r.o • Kekuatan fatigue lebih baik dari sambungan las rg Sedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan pencekaman tidak sekencang sambungan baut. Jarak minimum antar keling biasanya adalah sekitar tiga kali diameter (kecuali pada strukutr boiler), sedangkan jarak maksimum adalah 16 kali tebal pelat. Jarak antar keling yang terlalu jauh akan mengakibatkan terjadi plate buckling. Untuk menjamin keselamatan, prosedur perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan paku keling haruslah mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah disusun oleh AISC dan ASME. Paku keling dapat dibuat dari bahan yang bersifat ulet seperti baja karbon, aluminium, dan brass. Untuk mengurangi efek lingkungan, paku keling sering di coating, plating , atau di cat. Konfigurasi paku keling yang banyak digunakan ada dua jenis yaitu (1) jenis tubular 9-14
  • 15. dan (2) jenis blind seperti ditunjukkan pada gambar 9.10. Sedangkan gambar 9.11 menunjukkan metoda pemasangan beberapa jenis paku keling. ht tp :// Gambar 9.11 Tipe dasar paku keling jenis tubular (a) semi tubular, (b) self piercing, (c) compression ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.12 Berbagai metoda pemasangan paku keling 9-15
  • 16. Tegangan yang terjadi pada paku keling yang mendapat beban tarik dapat dihitung dengan persamaan sederhana P σ= (9.10) Ac dimana P adalah gaya tarik yang dialami paku keling dan Ac adalah luas paku keling sebelum dipasang. Perlu diingat bahwa paku keling biasanya dipang dalam grup, sehingga diperlukan analisis beban yang diterima tiap paku keling terlebih dulu. Mode kegagalan yang mungkin terjadi pada konstruksi keling akibat beban geser dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis yaitu (1) mode bending pada pelat, (2) mode geser pada keling, (3) mode tarik pada pelat, dan (4) bearing pada rivet atau pelat, (5) shear ht tear-out pada pelat, dan (6) tensile tear-out pada pelat. Keenam jenis mode kegagalan ini ditunjukkan pada gambar 9.11. tp :// ru m ah -b el aj Gambar 9.13 Beban geser dan mode kegagalan pada sambungan keling a r.o Dalam praktek, mode kegagalan pertama sampai ke-empat yang paling sering terjadi. Sedangkan dua mode kegagalan terakhir dapat dihindari dengan memberikan jarak rg minimum sebesar 1,5 x diameter paku keling ke ujung pelat. 1. Mode bending pada komponen : untuk menghindari kegagalan ini maka persamaan berikut harus dipenuhi : PLg σ= < 0,6(S y ) j (9.10) 2Z m dengan Lg = panjang grip, [m] Zm = scetion modulus pelat yang paling lemah, I/c [m3] (Sy)j = kekuatan yield komponen terlemah, [Pa] 2. Mode geser pada paku keling : untuk menghindari kegagalan ini, maka persamaan berikut harus dipenuhi : 9-16
  • 17. 4P τ= < Ssy ≈ 0,4S y (9.11) πd c 2 dengan dc = crest diameter, [m] Ssy = kekuatan luluh geser bahan paku keling, [Pa]. Dalam analisis, diameter yang digunakan adalah diameter paku keling sebelum terpasang. Kegagala geser pada sambungan paku keling adalah merupakan pertimbangan utama dalam perancangan konstruksi sambungan paku keling. 3. Mode tensile pada komponen pelat : untuk menghindari kegagalan ini, maka ht persamaan berikut harus dipenuhi : tp :// P σ= < (S y ) j (9.12) (b − N r d c )t m ru dengan m b = lebar komponen pelat, [m] ah Nr = jumlah paku keling sepanjang lebar komponen tm = tebal komponen pelat yang paling kecil, [m]. -b el 4. Mode compressive bearing failure : untuk menghindari kegagalan ini, maka aj persamaan berikut harus dipenuhi : a r.o P σ= < 0,9(S y ) j (9.12) dctm rg Formula untuk menentukan kegagalan sambungan keling di atas adalah untuk masing- masing paku keling atau masing-masing komponen. Pada kenyataan, biasanya sambungan paku keling terdiri dari beberapa buah sehingga kegagalan akibat beban geser torsional perlu dimasukkan dalam perancangan. Sehingga tegangan geser maksimuk pada paku keling selanjutnya dapat dihitung dengan penjumlahan vektor tegangan geser langsung (τd) dan tegangan geser torsional (τ t) : τ = τd + τt (9.12) 9-17
  • 18. Untuk paku keling yang mendapat kombinasi beban normal dan beban geser, maka dapat digunakan teori energi distorsi atau teori tegangan geser maksimum untuk menentukan kekuatan sambungan. Contoh Soal 3: Trotoar untuk pejalan kaki pada jembatan ditumpu dengan konstruksi sambungan keling seperti ditunjukkan pada gambar. Beban maksimum diperkirakan sebesar 3000 N pada jarak 2 m dari sambungan.Tentukanlah diameter paku keling yang diperlukan jika bahannya adalah baja AISI 1040, dan dinginkan faktor keamanan sebesar 5,0. ht tp :// ru m ah Gambar 9.14 Struktur penumpu trotoar pada jembatan -b Soal-soal : 9.1 Batang baja horizontal (tebal 3/8 in) pada gambar dibawah dengan beban tarik dilas el pada penumpu vertikal. Tentukan beban F yang menyebabkan tegangan geser aj pada sambungan las 20 kpsi a r.o rg 9.2 Gambar dibawah menunjukkan batang baja 3/8 in pada penumpu vertikal dengan dua sambungan las fillet. Tentukan gaya lentur yang aman jika gaya geser yang diijinkan pada sambungan las adalah 20 kpsi 9-18
  • 19. 9.3 Gambar dibawah menunjukkan batang dan penumpu dengan empat sambungan las fillet. Tunjukkan bahwa kekuatan sambungan las dua kali lebih kuat dibandingkan soal no.2 ht tp :// ru m ah -b 9.4 Gaya bolak-balik bekerja pada member dengan beban tarik yang dilas. Member el (baja AISI 1010, dirol panas, tebal10mm) dengan sambungan las fillet paralel 6mm. aj Jika limit ketahanan bar dan sambungan las 52 Mpa dan faktor desain 2.8, estimasi a besar F yang aman r.o rg 9.5 Balok panjang (AISI 1010, dirol panas, tebal 10mm) pada gambar dibawah pada tumpuan dengan 3 sambungan las fillet 6mm. Beam dibebani dengan gaya bolak- balik Fa = 2 kN. Estimasi faktor keamanan 9-19
  • 20. 9.6 Tegangan ijin terhadap geser pada sambungan las pada gambar dibawah 140 Mpa. Estimasi beban lentur F yang menyebabkan tegangan tersebut ht tp :// ru m ah -b el 9.7 Torsi sebesar 20 (103) bekerja pada sambungan las pada gambar dibawah. aj Tentukan tegangan geser maksimum pada sambungan las a r.o rg 9.8 Tentukan beban statik F yang aman pada sambungan las dengan elektroda E6010 pada gambar dibawah. Gunakan teori tegangan geser maksimum dengan faktor keamanan 2 9-20
  • 21. 9.9 Balok baja (AISI 1018, dirol panas) pada gambar dibawah dilas pada frame dengan elektroda E6010. Estimasi besar gaya bolak-balik yang dapat diterima jika faktor ht desain 2 tp :// ru m ah -b el aj 9.10 Pelat (AISI 1010, tebal 3/8in) dihubungkan dengan balok AISI 1015 dengan a sambungan las T-butt memakai elektroda E6010. Tentukan beban bolak-balik yang r.o dapat diterima sambungan las jika faktor desain nd = 2 rg 9-21