1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit infark miokard (IM) atau serangan jantung, termasuk pengertian, penyebab, gejala klinis, dan diagnosisnya. 2. IM terjadi ketika sel-sel otot jantung mati karena kekurangan oksigen yang berkepanjangan akibat hambatan aliran darah. 3. Diagnosis IM didasarkan pada riwayat nyeri dada, peningkatan enzim jantung, dan perubahan pada EKG.
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
1. 1
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos, yaitu
diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Pekerjaan jantung
adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh setiap saat, baik saat istirahat maupun saat bekerja atau menghadapi beban.
Satu dari tiga penderita AMI meninggal karena gagal jantung. Gagal jantung
adalah suatu keadan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung
setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat makanan. Insiden penyakit pada
pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita dengan rata-rata mortalitas selama
lima tahun untuk pria 60% dan wanita 40%. Selain gagal jantung kebanyakan dari
penderita AMI juga mengalami serangan jantung. Serangan Jantung (infark
miokardial) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau
pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung (miokardium)
mati karena kekurangan oksigen. Proses iskemik miokardium lama yang
mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miokardium tiba-tiba.
Infark miokard akut merupakan sindrom klinis dengan dua dari tiga
kombinasi karakteristik yaitu gejala tipikal infark miokard (nyeri maupun
ketidaknyamanan dada), peningkatan kadar enzim jantung, dan perubahan
gambaran elektrokardiogram yang mendeskripsikan suatu infark termasuk
gambaran Q patologis. Semua karakteristik itu menggambarkan daerah infark di
jantung (miokard) akibat berkurangnya suplai darah ke area tersebut. Akibatnya,
akan terjadi kerusakan miokard secara progresif dan irreversible, yang dapat
menyebabkan gagal jantung hingga kematian. Infark Miokard Akut (IMA) adalah
nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
2. 2
Penyakit yang satu ini adalah merupakan salah satu penyakit jantung yang
banyak menimbulkan kematian, bahkan seringkali menimbulkan kematian
mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta pengobatan yang tepat
dan cepat. IMA ini atau disebut juga dengan AMI (akut miokard infark) adalah
sebuah kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke
bagian otot jantung terhambat atau juga terganggu. Infark miokard akut ini
disebabkan adanya penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah koroner. Dan
pembuluh darah koroner ini adalah pembuluh darah yang memberikan makan
serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya.
Konsekuensi jangka panjang dari Acut Miocard Infark(AMI) cacat fisik,
psikologis, sosial, dan pekerjaan telah lama diabaikan, karena pasien dengn AMI
curah jantungnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan
nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas, maka kebutuhan
oksigen dan nutrisi tubuh semakin meningkat, sedangkan curah jantung tidak
mampu memenuhi kebutuhan tubuh, maka pesien dengan AMI intoleransi
aktivitas. Komplikasi penyakit miocardium tak terbatas hanya saat pasien dirawat
di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli kesehatan agar pasien
hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien dari rumah
sakit.
Dalam bidang praktik keperawatan profesional, salah satu masalah
keperawatan penderita Acut Myocard Infark (AMI) adalah intoleransi aktivitas.
Peran perawat sebagai komunitas pelayanan profesional yaitu mengembangkan
dan memberikan metode dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang
profesional, tepat, akurat dan meningkatkan kualitas layanan, salah satunya
pemenuhan kebutuhan aktivitas yang tepat dan akurat dalam mempertahankan
fungsi optimal jantung sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut dan
menurunkan angka mortalitas pada pasien dengan diagnosa Acut Myocard Infark
(AMI).
3. 3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
dengan Acut Myocard Infark (AMI) serta dalam pemberian asuhan
keperawatan yang benar supaya penderita AMI tidak mengalami komplikasi
yang semakin berat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang penyakit Akut Miokard Infark (AMI)
b. Mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan kepada
penderita AMI dan menentukan Intervensi keperawatan yang tepat untuk
mencapai hasil yang optimal.
4. 4
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Infark Miokard
Infark miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardum yang terjadiakibat
kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir terhadap
iskemia miokar yang tidak teratasi. Sel-sel miokardum mulai mati seelah sekitar
dua puluh menit megalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan
sel untuk menghasilkan ATP secara aerobik leyap, dan sel tidak dapat memenuhi
kebutuhan energinya.
Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sell terisi ion natrium dan
air yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis, sel melepaskan
simpanan kalium intrasel dan enzim intrasel, yang mencederai sel-sel
disekitarnya. Protein intrasel mulai mendapat akses kesirkulasi sistemik dan ruang
interstisial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan interstisial disekitar
sel miokardum. Akibat kematian sel, percetus reaksi inflamasi. Ditempat
inflamasi, terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan faktor pembekuan. Terjadi
degranulasi sel masp yang menyebabkan pelepasan histamin dan berbagai
prostaglandin. Sebagian bersifat vasokonstriktif dan sebagian merangsang
pembekuan (tromboksan).
B. Efek IM pada depolarisasi jantung, kontraktilitas jantung, dan tekanan
darah
Dengan dilepaskannya berbagai enzim itrasel dan ion kalium srta
penimbunan asam laktat, jalur hantaran listrik jantung terganggu. Al ini
dapatmenyebabkan hambatan epolarisasiaktrium atau ventrikel, atau terjadinya
disritmia. Dengan matinya sel otot, dan karena pola listrik jantung berubah,
pemompaan jantung menjadi kurang terkoordiansi sehingga kontraktilitasnya
menurun. Volume sekuncup menurun sehingga terjadi penurunan tekana darah
sistemik.
5. 5
C. Respons refleks terhadap penurunan tekanan darah
Penurunan tekanan darah merangsang respons baroreseptor, sehingga
terjadipengaktifan sistem syaraf simpatis, sistem renin-angiotensis, dan
peningkatan pelepasan hormon antidiuretik.hormon stres (ACTH dan kortisol)
juga dilepaskan, disertai peningkatan produksi glukosa. Pengaktifan sistem saraf
parasimpatis berkurang.
Dengan berkurangnya perangsangan saraf parasimpatis dan meningkatnya
perangsangan simpatis ke nodus SA, kecepatan denyut jantung meningkat.
Demikian juga, perangsangan simpatis dan angiotensin pada artiol menyebabkan
peningkatan TPR. Aloran darah keginjal berkurang sehingga produksi urin
berkurang dan ikut berperan merangsang sistem renin-angiotensin.
Kontriksiarteriol menyebabkan penurunan tekanan kapiler sehingga menurunkan
gaya-gaya yang mendorong filtrasi. Reabsorbsi netto cairan interstisial terjadi
sehingga volume plasma meningkat dan aliran balik vena meningkat. Sintesis
aldosteron merangsang reabrsobsi natrium, yang dengan adanya ADH, emakin
meningkatkan volume plasma. Perangsangan simpatis ke kelenjar keringat dan
kulit menyebabkan individu berkeringat dan merasa dingin.
Secara singkat, semakin banyak darah (peningkatan preload) disalurkan ke
jantung, jantung akan mempompa lebih cepat untuk meawan arteri yang
menyempit (peningkatan afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks
tersebut, yang terjadi akibat penurunan kontraktilitas jantung dan tekanan darah,
adalah meningkatnya beban kerja jantung yang telah rusak. Kebutuhan oksigen
jantung meningkat . hal ini dapat sanngat merugikan karena masalah awal yang
menyebabkan infark miokard adalah insufisiensi suplai oksigen ke sel-sel jantung.
Karena reflkes tersebut semakin meningkat kebutuhan oksigen pada jantung yang
rusak, semakin banyak sel jantung yang mengalami hipoksia. Apabila kebutuhan
oksigen dari lebih banyak sel tidak dapat dipenuhi, maka terjadi perluasan daerah
(zona) sel yang cedera dan iskemik disekitar zona nekrotik (mati). Sel-sel yang
mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan mempompa
6. 6
jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ,
termasuk bagian jantung yang masih sehat. Akhirnya karena darah dipompa
secara tida efektif dan kacau maka darah mulai mengalir secara lambat dalam
pembuluh jantung. Hal ini, disertai akumulasi trombosit dan faktor pembekuan
lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan bekuan darah.
D. Penyebab infark miokard
Terlepasnya suatu plak aterosklerotik dari salah satu arteri koroner, dan
kemudian tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh
miokardum yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark
miokard. Infark miokard juga dapat terjadi apabila lesi trombosit yang melekat
kesuatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total
aliran kebagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami hipertropi berat
sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat terpenuhi.
E. Gambaran klinis
Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda infark miokard
yang nyata (suatu serangan jantung tersamar), biasanya timbul manifestasi klini
yang bermakna:
1. Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering gambarkan memiliki
sifat meremukkan dan parah. Nyeri dapat menyebar kebagian atas tubuh
manasaja, berarti sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau rahang.
Nitrat dan istirahat dapat menghilangkan iskemia diluar zona nekrotik dengan
menurunkan beban kerja jantung.
2. Terjadi mal dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat.
3. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka.
4. Kulit yang dingin, pucat akibat vasokonstriksi simpatis.
5. Pengeluaran urin berkuranng karena penurunan aliran darah ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH.
6. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.
7. 7
7. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan mendekati
kematian sering terjadi, mungkin berhubungan dengan pelepasan hormon
stres dan ADH (vasopresin).
F. Perangkat diasnotik
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik, termasuk riwayat penyakit jantung
dalam keluarga, penting terutama untuk mendiagnosis IM pada pasien yang
dianggap berisiko rendah,seperti wanita pramenopause.
2. Tekanan darah mungkin berkurang atau normal bergantung pada luasnya
kerusakan miokardum dan keberhasilan refleks baroreseptor. Kecepatan
denyut jantung biasanya meningkat. Bunyi jantung keempat dapat terdengar.
3. EKG dapat memperlihatkan perubahan akut digelombang ST dan T seiring
dengan terjadinya infark. Dalam satu atau dua hari infark, terjadi pendalaman
gelombang Q. Walaupun perubahan gelombang ST dan T akan menghilang
seiring dengan waktu, perubahan gelombang Q menetap dan dapat digunakan
untuk mendeteksi infark sebelumnya.
4. Timbul gejala inflamasi sistemik, termasuk demam, peninhkatan jumlah
leukosit, dan peningkatan laju endap darah. Tanda-tanda ini dimulai sekitar
dua4 jam setelah infark dan menetap sampai dua minggu.
5. Kadar enzim-enzim jantung (kreatinin fosfokinase,glutamat oksaloasetat
transaminase serum,dan laktat dehidrogenase) didalam serum meningkat
akibat kematian sel miokardum. Peningkatan tersebut terjadi dalam suatu pola
khas, yang dimulai segera setelah infark dan berlanjut sampai sekitar
seminggu.
6. Kadar troponin T dan troponin I dapat dideteksi dalam darah dalam 15-dua0
menit. Mioglobin terdeteksi dalam 1 jam dan memuncak dalam 4-6 jam
setelah infark.
G. Komplikasi
1. Dapat terjadi tromboembolus akibat kontraktilitas miokard berkurang.
Embolus tersebut dapat menghambat aliran darah ke bagian jantung yang
sebelumnya tidk rusak oleh infark pertama. Embolus tersebut juga dapat
8. 8
mengalir ke organ lain, menghambat aliran darahnya dan menyebabkan infark
di organ tersebut.
2. Dapat terjadi gagal jantung kongesti apabila jantung tidak dapat memompa
keluar semua darah yag diterimanya. Gagal jantung dapat terjadi segera
setelah infark apabila infark awal berukuran sangat luas, atau setelah
pengaktifan refleks baroreseptor. Dengan diaktifkannya reflek baroreseptor
terjadi peningkatan darah ya ng kembali ke jantung yang rusak serta
konstriksi arteri dan arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan darah
berkumpul dijantung dan menimbulkan peregangan berlebihan pada sel-sel
otot jantung. Aoabila peregangan tersebut cukup hebat, maka kontraktilitas
jantung dapat berkurang karena sel-sel otot tertinggal pada kurva panjang
tegangan.
3. Disritmia adalah komplikasi tersering pada infark. Disritmia dapat terjadi
akibat perubahan keseimbangan elektrolitan penurunan pH. Daerah dijantung
yang mudah teriritasi dapat mulai melepaskan potensial aksi sehingga terjadi
disritmia. Nodus SA dan AV, atau jalur transduksi (seraput purkinje atau
berkas his ), dapat metupakan bagian dari zona sistemik atau nekrotik yang
mempengaruhi pencetus atau penghantar sinyal. Fibrilasi adalah sebab utama
kematian pada infark miokardum diluar rumah sakit.
4. Dapat terjadi syok kardiogenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam
waktu lama. Syok kardiogenik dapat fatal pada waktu infark, atau
menyebabkan kematian atau kelemahan beberapa hari atau minggu kemudian
akibat gagal paru atau ginjal karena organ-organ ini mengalami iskemia. Syok
kardiogenik biasanya berkaitan dengan kerusakan sebanyak 40% masa otot
jantung.
5. Dapat terjadi ruptur miokardum selama atau segera setelah suatu infark besar.
6. Dapat terjadi perikarditis, peradangan selaput jantung, (biasanya beberapa
hari setelah infark). Perikarditis terjadi sebagai bagian dari reaksi inflamasi
setelah cidera dan kematian sel. Sebagian jenis perikarditis dapat terjadi
beberapa minggu setelah infark, dan mungkin mencerminkan suatu reaksi
hipersesitifitas imun terhadap nekrosis jaringan
9. 9
7. Setelah infark miokard se,buh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan
sel-sel miokardum yang mati. Apabila jaringan parut ini cukup luas,
kontraktilitas jantung dapat bekurang secara permanen. Pada sebagian kasus,
jaringan parut tersebut lemah sehingga dapat terjadi ruptur miokardum
atauaneurisma.
H. Penatalaksanaan
Pencegahan penyakit jantung adalah penting. Tindakan pencegahan antara
lain :
1. Menurunkan atau mengurangi faktor resiko yang dapat diubah. Karena faktor
resiko kardiovaskular saling berkaitan ssatu sama lain, bahkan penurunan
moderat beberapa faktor resiko dapat lebih efektif dibandingkan dengan
upaya penurunan mayor satu faktor resiko. Sebagai contoh, penurunan faktor
resiko serangan jantung yang bermakna terjadi pada tingkat olahraga ringan
(termasuk berjalan kaki), menghentikan kebiasaan merokok, dan pembatasan
sedang makanan berlemak. Panduan penatalaksanaan resiko kardiovaskular
yang memasukkan upaya penurunan resiko harus dlakukan secara rutin.
2. Individu yang mengalami stres, dan terutama mereka yang memiliki riwayat
penyakit jantung dalam keluarga, harus diajarkan untuk menurunkan resiko
dan mencari pertolongan medis segera jika terjadi infark miokard.
untuk pasien yang mengalami sindrom koroner akut, panduan terapi
berikut, menggunakan pertolongan akronim ABCD, dapat dilakukan:
1. A untuk terapi antiplatelet, antikoagulan,penghambat enzim,pengubah-
angiotensin,dan penyekat reseptor-angiotensin.
2. B untuk penyekat –beta dan pengendalian tekanan darah (blood pressure).
3. C untuk terapi kolesterol (cholesterol) dan menghentikan rokok (cigarette
smoking cessation).
4. D untuk penatalaksanaan diabetes dan diet.
5. E untuk eksercise atau olahraga.
10. 10
Untuk pasien yang mendapat serangan jantung, terapi dibawah iniharus
dilakukan:
1. Penghentian aktivitas fisikuntuk mengurangi beban kerja jantung membantu
membatasi luas kerusakan.
2. Resusitasi jantung-paru (cardiopulmonary resuscitation,CPR ) mungkin
diperlukan apabila terjadi fibrilasi jantung atau henti jantung. Defibrilasi
listrik untuk memulihkan irama listrik dalam beberapa menit pertama henti
jantung sangat bermanfaat dalam menyelamatkan IM. Upaya yang besar dari
komunitas terkini yang berfokus pada pelatihan masyarakat yang intensif
mnegenai penggunaan defibrilator terbukti menggandakan angka bertahan
hidup pada penderita henti jantung.
3. Infus intra vena atau intrakoroner sgera dengan obattrombolitik (penghancur
bekuan) akan menghancurkan embolus penyebab penggunaa n obat ini secara
dini (sebaiknya dalam satu jam setelah infark) mnyebabkan peningkatan
dramatis angka bertahan hidup dan pembatasan luas cedera miokardum lebih
lanjut. Obat-obat yang mencegah pembentukan bekuan baru, misalnya
heparin,juga diperlukan. Disamping menggunakan obat-obat penghancur
bekuan, angioplasti koroner mungkin digunakan untuk membuka arteri
koroner.
4. Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban atas
jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat.
5. Obat untuk menghilangkan nyeri (biasanya morfin dan meperidin
{demerol}) digunakan untuk menenangkan pasien dan karena nyeri akut
menstimulasi saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan kecepatan
denyut jantung dan resistensi vaskular. Selain itu, nyeri meningkatkan stres
mental dan rasa cemas. Morfin juga bersifat vasolidator yang bekerja yang
bekerja menurunkan preload dan afterload.
11. 11
6. Diberikan nitrat untuk mengurangi aliran balik vena dan melemaskan ateri-
arteri sehingga preload dan afterload berkurang dan aliran darah koroner
meningkat .
7. Diberikan diuretik untuk meningkatkan aliran darah ginjal. Hal ini
mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kelebihan volume serta terjadi
gagal jantung kongesti. Peningkatan aliran darah ginjal juga menurunkan
pelepasan renin.
8. Obat inetropik positif (digitalis) digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas
jantung.
9. Bypass arteri koroner mungkin dipertimbangkan jika infark yang terjadi
akibat sumbatan trombotik.
Setelah infark miokard, pertimbangan tambahan antara lain:
1. Rehabilitasi jantung, termasuk keseimbangan antara istirahat dan aktivitas
serta modifikasi gaya hidup untuk menurunkan resiko ateros klerosis dan
hipertensi. Tindakan ABCDE untuk sindrom koroner akut adalah penting.
Kebutuhan keluarga harus dipertimbangkan dan dilibatkan.
2. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa jantung mengandung sel benih
(stem cell) yang dapat meregenerasi sel otot jantung, sehingga mampu
memperbaiki dirinya sendiri. Temuan ini memberi harapan untuk pasien
infark miokard.
12. 12
BAB III.
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :
Tuan Z (50 tahun) dirawat di RS Maju terus, karena menderita akut
miokard infark. Tuan Z menderita penyakit ini sudah 6 bulan yang lalu. Tuan Z
mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri dirasa menjalar ke bahu hingga lengan
kiri, nyeri hilang dengan istirahat, nyeri dan sesak nafas bertambah saat aktifitas,
klien selalu bertanya tentang keadaanya sekarang. Didapatkan data klien Tuan Z
merasa nyeri, terlihat meringis menahan sakit, selalu memegang area nyeri, klien
membatasi nyerinya dengan membatasi aktifitas karenanya nyerinya berskala 7,
wajah klien terlihat pucat, cemas, keluar keringat dingin, terpaang kateter,
terpasang oksigen 3 lt/menit, suhu 37,5o C, Nadi 88 kali/menit, posisi semifowler,
terpasang infuse 20 tpm, TD 120/70 mmHg, RR 28 kali/menit, ADL dibantu dan
terpasang terapi nitrogliserinsublingual.
ASUHAN KEPERAWATAN :
PENGKAJIAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Tn. Z
2. Umur : 50 tahun.
3. Alamat : Pandan sari, Mertoyudan
4. Agama : Islam.
5. Tanggal masuk RS/RB : 30 November 2011
6. Nomor Rekam Medis : 300123456.
7. Bangsal : Melati
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
13. 13
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Alasan masuk rumah sakit:
Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, nyeri dirasa menjalar ke
bahu hingga lngan kiri, nyeri hilang dengan istirahat, nyeri
bertambah saat beraktivitas.
- Tekanan darah : 120/70 mmHg.
- Nadi : 88x/menit
- Suhu : 37,5oC.
- Respirasi : 28x/menit.
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
Klien mengatakan dahulu pernah sesak nafas dan merokok.
c. Kemampuan mengontrol kesehatan:
- Yang dilakukan bila sakit : klien mengatakan tidur.
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
Klien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol tetapi klien suka
merokok.
d. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):
Klien mengatakan masuk rumah sakit menggunakan askes.
2. NUTRITION
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi
nasi, lauk, dan sayur.
Selama sakit : Klien mengatakan makan hanya 2 sendok sekali makan.
Diit : nasi tim.
3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAK 4-5 kali sehari, warna
kuning jernih.
14. 14
Selama sakit : 220cc/hari, terpasang kateter.
b. Sistem Gastrointestinal
Klien mengatakan BAB 11x/hari sebelum dan sesudah sakit.
c. Sistem Integument
Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu) : Klien tampak
pucat, lemas, keluar keringat dingin, suhu 37,5oC.
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Klien mengatakan biasanya tidur 8 jam/hari.
2) Insomnia : Klien mengatakan tidak mengalami insomnia.
3) Pertolongan untuk merangsang tidur:
Klien mengatakan tidak menggunakan apapun untuk merangsang
tidurnya.
b. Aktivitas
1) Kebiasaan olah raga : Klien mengatakan tidak pernah olahraga.
2) ADL
a) Makan : Klien mengatakan dibantu oleh istri.
b) Toileting : Klien mengatakan dibantu oleh istri.
c) Kebersihan : Klien mengatakan dibantu oleh istri.
d) Berpakaian : Klien mengatakan dibantu oleh istri.
3) Bantuan ADL : Klien terpasang Terapi
Nitrogliserinsublingual.
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : Klien mengatakan mempunyai riwayat
penyakit jantung.
2) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
b) Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat.
c) Perkusi : Pekak.
d) Auskultasi : BJ I = BJ II, Reguler.
15. 15
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : Klien mengatakan sesak nafas.
2) Penggunaan O2 : Terpasang oksigen 3 liter/menit.
3) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri,
frekuensi pernafasan cepat dan dangkal.
b) Palpasi : Fremitus, raba kanan dan kiri sama.
c) Perkusi : Bunyi ronchi.
d) Auskultasi : Wheezing.
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : Klien mengatakan lulusan SD.
2) Kurang pengetahuan : Klien mengatakan kurang
pengetahuan.
3) Pengetahuan tentang penyakit: Klien mengatakan tidak tahu
tentang penyakit yang dialaminya.
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Klien dalam keadaan sadar.
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : Klien mengatakan mempunyai
riwayat penyakit 6 bulan yang lalu.
2) Penggunaan alat bantu : Klien mengatakan tidak memakai
alat bantu.
3) Penginderaan : Klien tidak menggunakan alat bantu
kacamata.
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : Klien mengatakan menggunakan
bahasa Indonesia.
2) Kesulitan berkomunikasi : Klien tidak mengalami kesulitan
berkomunikasi.
16. 16
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : Klien mengatakan merasa cemas,
takut yang ditandai dengan wajah pucat dan keringat dingin.
2) Perasaan putus asa/kehilangan: Klien mengatakan tidak putus asa.
3) Keinginan untuk mencederai : Klien mengatakan tidak ingin
mencederai dirinya sendiri.
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : Klien mengatakan sudah menikah.
2) Orang terdekat : Klien mengatakan orang terdekat
adalah istri.
3) Perubahan konflik/peran : Klien mengatakan peran klien
terganggu dalam mencari nafkah.
4) Perubahan gaya hidup : Klien mengatakan mengalami
perubahan dalam gaya hidup.
5) Interaksi dengan orang lain : Klien mengatakan interaksi dengan
orang lain baik.
8. SEXUALITY
Identitas seksual : Klien berjenis kelamin laki-laki.
9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : Klien mengatakan sedih dan
cemas.
17. 17
2) Kemampan untuk mengatasi : Klien mengatakan sering
berdoa.
3) Perilaku yang menampakkan cemas : Klien mengatakan
berkeringat dingin dan pucat.
10. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : Klien mengatakan tidak
mengikuti kegiatan keagamaan.
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : Klien mengatakan mampu
untuk berpartisipasi.
3) Kegiatan kebudayaan : Klien mengatakan tidak
mengikuti kegiatan kebudayaan.
4) Kemampuan memecahkan masalah : Klien mengatakan mampu
memecahkan masalahnya.
11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki alergi.
b. Penyakit autoimune : Klien mengatakan tidak memiliki penyakit
autoimune.
c. Tanda infeksi : Klien tidak mempunyai tanda infeksi.
12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Agens cidera fisik (penyakit
jantung)
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk.
3) Regio (dimana letaknya) : Klien mengatakan nyeri
berada di bagian dada sebelah kiri dan nyeri menjalar ke bahu
hingga lengan kiri.
18. 18
4) Scala (berapa skalanya) : 7
5) Time (waktu) : Klien mengatakan kadang-
kadang nyerinya terasa.
13. GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan perkembangan : Pertumbuhan dan perkembangan
klien baik dan normal.
C. DATA LABORATORIUM
Tanggal
& Jam
Jenis
Pemeriksaan
Hasil
Pemeriksaan
Harga
Normal
Satuan Interpretasi
19. 19
ANALISA DATA
No.
Data Fokus
Etiologi Problem
D. Subyektif D. Obyektif
1. - Klien merasa
nyeri dada
sebelah kiri.
- - Klien merasa
nyeri menjalar
ke bahu hingga
ke lengan kiri.
- - Klien merasa
sesak nafas.
-Nadi : 88 kl/mnt
(irregular)
-TD:120/70mmHg
-RR : 28 kl/mnt
-Klien selalu
memegang area
nyeri.
NANDA :
(Aritmia )
(Dypsnea)
(Ortopnea)
Perubahan
Volume isi
sekuncup
Penurunan
Curah Jantung
20. 20
2. - Klien merasa
nyeri dada
sebelah kiri
(angina
pectoris).
-Klien merasa
nyerinya hilang
jika beristirahat.
-Nyeri dan
sesak nafas
bertambah jika
berkatifitas.
-Pasien terlihat
meringis
kesakitan.
-Klien terlihat
selalu memegang
area nyeri.
-Skala nyeri 7
NANDA :
-(Wajah terlihat
meringis)
-(Perilaku
menjaga/
melindungi area
nyeri)
-(Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri)
-(Melaporkan
nyeri secara
Verbal)
Agen Injury Nyeri Akut
3. -Semua aktifitas
personal hyhige
dibantu.
-Terpasang O2
3lt/mnt.
-Terpasang kateter.
-Posisi semi
fowler.
-Terapi
Hambatan
mobilitas
Difisit
Perawatan diri.
22. 22
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume isi
sekuncup.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury.
3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.
IMPLEMENTASI
NOC (Nursing Outcomes Clasification)
1. Dx.1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
volume isi sekuncup.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam,
diharapakan curah jantung normal.
Dengan criteria hasil :
Cardiac Pump Effectiveness
Indikator IR ER
- Tekanan Darah dalam batas yang
diharapkan 140/ 90 mmHg.
- RR dalam batas yang diharapkan 16-
24 x/menit.
- Tidak terdapat angina.
- Kelemahan ekstermitas tidak ada.
5
5
5
Keterangan :
1. : Keluhan ekstrim
2. : Keluhan berat
3. : Keluhan sedang
4. : Keluhan ringan
5. : Tidak ada keluhan
23. 23
NIC (Nursing Interventions Classification)
Cardiac Care :
a. Evaluasi adanya nyeri dada.
b. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output.
c. Monitor / melihat monitor untuk melihat adanya perubahan tekanan darah.
d. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan.
e. Monitor / melihat toleransi aktifitas pasien.
f. Monitor / melihat adanya dypsnea, patigue, takipnea dan ortopnea.
g. Anjurkan untuk menurunkan stress.
2. Dx. 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam,
diharapakan curah jantung normal.
Dengan criteria hasil :
Pain Level
Indikator IR ER
- Melaporkan adanya nyeri (sudah
teratasi)
- Frekuensi nyeri anatar 1-2
- Panjang episode nyeri
- Pernyataan nyeri (verbal)
- Ekspresi nyeri pada wajah
- Perubahan Nadi
- Perubahab frekuensi pernafasan
- Perubahan TD
- Keringat berlebih
Keterangan :
1 : Keluhan ekstrim
2 : Keluhan berat
3 : Keluhan sedang
24. 24
4 : Keluhan ringan
5 : Tidak ada keluhan
NIC (Nursing Intervensi Classification)
Pain Management :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, kualitas dan factor presitasi.
b. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien.
c. Evaluasi pengalaman nyeri di masa lampau.
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri.
e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
f. Ajarkan klien tentang teknik non farmakologi.
g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
h. Evaluasi keefektifan control nyeri.
i. Tingkatkan istirahat.
3. Dx. 3 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam,
diharapakan curah jantung normal.
Dengan criteria hasil :
Self Care Activity Of Daily Living
Indikator IR ER
- Makan
- Berpakaian
- Mandi
- Toileting
-Oral Hygiene
- Kebersihan diri
Keterangan :
1 : Keluhan ekstrim
25. 25
2 : Keluhan berat
3 : Keluhan sedang
4 : Keluhan ringan
5 :Tidak ada keluhan
NIC (Nursing Intervensi Classification)
Self Care Assistance : ADL
a. Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
b. Pantau kebutuhan klien untuk penyesuaian penggunaan alat untuk personal
hygiene, toileting dan makan.
c. Sediakan bantuan hingga klien dapat melakukan perawatan pribadi secara
penuh.
d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya sesuai
dengan tingkat kemampuan.
e. Menentukan aktivitas perawatan diri yang sesuai dengan kondisinya secara
rutin.
4. Dx. 4 : Ansietas yang berhubungan dengan ancaman pada status
kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam,
diharapakan curah jantung normal.
Dengan criteria hasil :
Anxiety Control
Indikator IR ER
26. 26
- Monitoring intensitas kecemasan.
- Menyingkirkan tanda kecemasan.
- Mencari informasi untuk menurunkan
cemas.
- Melaporkan tidak adanya manifestasi
fisik dari kecemasan.
- Tidak ada manifestasi perilaku
kecemasan.
-Menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan kecemasan.
Keterangan :
1 : Keluhan ekstrim
2 : Keluhan berat
3 : Keluhan sedang
4 : Keluhan ringan
5 : Tidak ada keluhan
NIC (Nursing Intervensi Classification)
Anxiety Reduction :
a. Identifikasi tingkat kecemasan.
b. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
c. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
d. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
e. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
EVALUASI
1. Evaluasi Formatif
No. Tanggal Implementasi Respon /Formatif
27. 27
1. 30-11-2011
08.00
08.30
09.00
-Monitor / melihat
monitor untuk melihat
adanya perubahan
tekanan darah.
-Mengajarkan latihan
nafas dalam.
-memberikan
pelatihan personal
hygien.
S : -
O : 120/70 mmHg
S : Klien mengatakan
nyaman dilakukan nafas
dalam.
O : RR (16-24 x/menit)
Perb I : E = 1 : 2
Irama : regular
S : Klien mengatakan
sudah bisa melakukan
toileting secara mandiri.
2. Evaluasi Sumatif
No. Tanggal Diagnosa Evaluasi (SOAP
28. 28
1. 30-11-
2011
Penurunan curah
jantung yang
berhubungan
dengan
perubahan isi
sekuncup.
S :
-Klien merasa nyeri dada
sebelah kiri.
- - klien merasa nyeri menjalar ke
bahu hingga ke lengan kiri.
- Klien merasa sesak nafas.
O :
-Nadi : 88 kl/mnt (irregular)
-TD:120/70 mmHg
-RR : 28 kl/mnt
-Klien selalu
memegang area
nyeri.
A :
Indikator IR ER
-T D dalam
batas yang
diharapkan
140/ 90
mmHg.
- RR dalam
batas yang
diharapkan
16-24
x/menit
30. 30
BAB IV.
PEMBAHASAN
PenyakitAMI ( InfarkMiokardAkut ) merupakan salah satu penyakit
jantung yang banyakmenimbulkankematian, bahkan sering kali menimbulkan
kematian mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta pengobatan
yang tepat dan cepat.Infarkmiokard akut ini atau disebut juga dengan AMI (akut
miokard infark) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard ( otot jantung )
akibat dari aliran darah kebagian otot jantung terhambat atau juga terganggu.
Infarkmiokard akut disebabkan penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah
koroner. Dan pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang memberikan
makan serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya.
Dalam asuhan keperawatan Tn. Z diatas evaluasi formatif mengajarkan
nafas dalam klien mengatakan nyaman dilakukan nafas dalam dan pada saat
dilakukan pemberian pelatihan personal hygiene klien mengatakan dapat
melakukan kegiatan toileting sendiri. Jadi evaluasi formatif dapat dilatakan
berhasil karena klien mengalami perubahan yang membaik bagi dirinya.
Dalam asuhan keperawatan sumatif klien mengatakan masih nyeri pada
dada sebelah kiri dan nyeri yang dirasakan menjalar sampai lengan tangan sebelah
kiri. Klien juga mengatakan merasa sesak nafas. Klien selalu memegang pada area
nyeri yang dirasakan, kelemahan ekstremitas tidak ada dan penurunan curah
jantung yang berhubungan dengan sekuncup belum teratasi.
Karena dalam asuhan keperawatan pada saat implementasi didapatkan
beberapa evaluasi yang belum teratasi maka dapat dilakukan rencana keperawatan
yang lain seperti mengajarkan teknik distraksi relaksasi untuk dapat mengurangi
nyeri yang dirasakan klien.
31. 31
BAB V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. AMI (Akut Infark Miokard) atau bisa juga disebut IMA (Infark Miokard
Akut) dapat mengakibatkan serangan jantung dan gagal jantung apabila tidak
ditindaklanjuti untuk mendapatkan perawatan, apabila dibiarkan terlalu lama
dapat mengakibatkan kematian.
2. AMI (Akut Infark Miokard) biasanya menyerang pada pria usia lebih dari 40
tahun dan juga bisa menyerang pada pria dan wanita muda sekitar umur 30
dan 20 tahunan. AMI juga bisa menyerang pada wanita yang merokok dan
mengkonsumsi pil KB.
B. Saran
1. Seharusnya petugas kesehatan memberikan sosialisasi dan pengetahuan
seputar penyakit AMI kepada masyarakat untuk lebih mengetahui tentang
bahaya penyakit tersebut.
2. Masyarakat seharusnya menerapkan pola hidup sehat dan mengkonsumsi
makanan yang sehat pula untuk mencegah penyakit AMI tersebut.
32. 32
DAFTAR PUSTAKA
J, Elizabeth. Crowin. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:2009
H, Kalim. Dkk. 2009. Mieloperoksidase Pada Penderita Infark Miokard
Akut. Jakarta: Tidak Diterbitkan.
http://ibrahimalirsyad.blogspot.com/2012/04/sm3-cardio-kasus-ami-nanda-
nic-noc.html?m=1
Smeltzer, Suzanne C. Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddarath. Jakarta:EGC