Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur pemeriksaan dada (thoraks) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan dada dilakukan saat pasien duduk dan berbaring untuk memperoleh informasi mengenai kondisi paru-paru dan organ dalam dada. Teknik perkusi dan auskultasi digunakan untuk mendeteksi kelainan pada paru-paru.
1. 2.4 Pemeriksaan Thoraks (Dada)
Pemeriksaan dada hendaknya dilakukan se-efisien mungkin. Tidak baik membuat pasien duduk
kemudian berbaring secara terus menerus. Lebih baik, selesaikan pemeriksaan yang
mengharuskan pasien dalam keadaan duduk, setelah itu lakukan pemeriksaan pasien dalam
keadaan berbaring.
1. Pemeriksaan Thorax saat pasien duduk
a. Inspeksi
Melihat bentuk dada anterior dan posterior
Melihat ada tidaknya deviasi
Melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada
b. Palpasi
NOTE : Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam keadaan terbuka
untuk memperluas lapang pemeriksaan. *minta pasien untuk meletakkan kedua tangannya pada
bahu
Membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri
Merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan "tujuh –
tujuh"
Gambar posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior :
2. c. Perkusi
Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari phalange
(tulang jari).
Ada beberapa jenis suara yang mungkin dihasilkan dari perkusi
Prosedur perkusi
Tempatkan jari pleksi meter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk menghasilkan
bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik dari pada
melakukan pengetukan lebih keras.
Pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan pengetukan
dengan cepat dan seperti refleks)
3. Pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari
dengan cepat agar getaran tidak teredam.
Pemeriksaan :
Membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan
Menentukan batas bawah paru
d. Auskultasi
Auskultasi dinding dada posterior kurang kuat terdengar dibandingkan auskultasi anterior.
(kecuali di triangle of auscultation) walau begitu biasanya, pemeriksaan ini tetap dilakukan oleh
para dokter muda.
Auskultasi pada pernafasan normal :
2. Pemeriksaan Paru pada saat berbaring
4. a. Inspeksi
Melihat keadaan selaigase waktu bernafas (secara normal : sela iga akan ekspansi atau meregang
saat inspirasi dan kembali keposisi semula sewaktu ekspirasi)
b. Palpasi
Membandingkan gerakan dinding dada sewaktu bernafas dan merasakan getaran fremitus suara
Gambar posisi kedua tangan sewaktu palpasi thorax anterior
c. Perkusi
Membandingkan bunyi perkusi paru kanan - kiri anterior secara berurutan
Menentukan batas paru - hepar
5. Perkusi dilakukan di sepanjang garis midklavikula dextra. Batas paru hepar ditentukan
setelah terjadi perubahan suara dari sonor kepekak
Menentukan batas paru - lambung
Perkusi dilakukan di sepanjang garis axilla anterior sinistra. Batas paru – lambung
ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonorke timpani. (secara normal : batasparu -
lambung orang Indonesia berada di Intercostae VII atau intercostae VIII)
Menentukan batas peranjakan paru
Perkusi dilakukan di batas paru - hepar. Setelah pasien diminta untuk menahan nafas, batas
paru- hepar yang semula berbunyi perkusi "pekak" akan berganti menjadi "sonor".
Perkusi dilanjutkan sampai ditemukan batas paru - hepar yang baru, kemudian tentukan
seberapa besar batas peranjakan paru. (secara normal : batas peranjakan paru adalah 2 cm atau
sebesar 2 jari orang dewasa).
d. Auskultasi
Membandingkan bunyi nafas dasar paru anterior dan bronchial pada pasien
6. PERKUSI THORAKS
Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari suara yang dihasilkan
oleh ketukan pada dinding thoraks. Tekniknya : Pasien dalam posisi tidur dan bisa juga dalam
posisi duduk. Pemeriksa menggunakan jari tengah tangan kiri yang menempel pada permukaan
dinding thoraks, tegak lurus dan sejajar dengan iga sebut sebagai fleksi meter. Sementara jari
tengah tangan kanan digunakan sebagai pemukul (pengetok) disebut fleksor pada fleksi meter
tadi. Jika pasien duduk, kedua tangan pasien pada paha dengan fleksi pada sendi siku. Jika pasien
tidur oleh karena tidak dapat duduk, maka untuk perkusi daerah punggung, pasien dimiringkan
ke kiri dan ke kanan secar bergantian. Perkusi dimulai dari lapangan atas paru menuju ke
lapangan bawah sambil membandingkan bunyi perkusi anatara hemi thoraks kanan dan kiri.
Kekuatan perkusi disesuaikan, pada dinding dada yang ototnya tebal, maka perkusi agak lebih
kuat. Sedangkan pada daerah yang ototnya lebih tipis seperti daerah axilla dan lapangan bawah
paru, kekuatan perkusi tidak terlalu kuat.
Suara perkusi normal dari thoraks pada lapangan paru adalah sonor. Hiperinflasi dari paru
dimana udara tertahan lebih banyak dalam alveoli menghasilkan perkusi yang hipersonor.
Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid (padat/mengandung sedikit udara)
perkusi akan menghasilkan redup (dullness). Perkusi pada efusi pleura akan menghasilkan suara
pekak (flatness), pada keadaan ini rongga pleura berisi cairan yang merupakan struktur yang
solid.
Adanya udara di dalam rongga pleura (pneumothoraks) akan menimbulkan suara perkusi yang
timpani atau hipersonor.
Bagian anterior thoraks bunyi sonor mulai dari clavikula ke arah arcus costarum, kecuali pada
daerah jantung dan hati yang memberikan perkusi redup atau pekak. Pada daerah anterior kanan
pada RIC 4-6 akan didapatkan overlap anatar parenkim paru dengan hati (perkusi dilakukan pada
linea midclavikula kanan). Dari RIC 6 sampai arcus costarum kanan, perkusi adalah pekak
(daerah hati) yang tidak ditutupi parenkim paru. Pada bagian anterior kiri bawah, didapatkan
perkusi timpani (daerah lambung). Daerah posterior thoraks, bunyi perkusi sonor dari apeks paru
sampai batas bawah.
AUSKULTASI THORAKS
Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai stetoskop. Posisi pasien
sebaiknya duduk seperti melakukan perkusi, jika pasien tidak bisa duduk, auskultasi dapat
dilakukan dalam posisi tidur. Pasien dapat disuruh bernapas dengan mulut, tidak melalui hidung.
Yang diperiksa waktu auskultasi adalah :
- Suara napas/ bunyi pernapasan
- Ronchi (rales)
- Pleura Friction (bunyi gesekan pleura)
- Voice sounds (bunyi bersuara)
Untuk mendengar suara napas, maka perhatikan intensitas, durasi dan pitch (nada) dari inspirasi
dibandingkan dengan ekspirasi. Pada orang sehat, maka dapat didengar suara napas yaitu
vesikuler, trakeal, bronkial dan bronkovesikuler.
7. Pada pernapasan vesikuler, suara inspirasi jauh lebih panjang dibandingkan ekspirasi yang jauh
lebih lemah dan seringkali tidak terdengar. Bunyi vesikuler ini merupakan bunyi lemah dengan
tinggi nada rendah yang terdengar di atas kebanyakan lapangan paru.
Bunyi pernapasan trakeal adalah bunyi yang sangat kasar, keras, dan dengan nada tinggi yang
terdengar pada bagian trakea ekstratoraks. Kedua komponen baik inspirasi maupun ekspirasi
sama panjangnya.
Bunyi pernapasan bronkial adalah bunyi yang keras dengan tinggi nada tinggi, seperti udara
mengalir melalui pipa. Komponen ekspirasinya lebih keras dan lebih lama dibandingkan dengan
komponen inspirasi. Bunyi ini biasanya ada bila kita mendengarkan di atas manubrium.
Bunyi pernapasan bronkovesikuler adalah campuran bunyi bronkial dan vesikuler. Komponen
inspirasi dan ekspirasinya sama panjang. Dalam keadaan normal, bunyi ini hanya terdengar pada
sela iga pertama dan kedua di bagian depan dan diantara skapula di bagian belakang, disekat
karina dan bronkus utama.
Ronki (Rales)
Ronki adalah bunyi tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran napas yang
berisi sekret/eksudat atau akibat saluran napas yang menyempit atau oleh oedema saluran napas.
Ronki merupakan bunyi yang singkat, tidak kontinu, tidak musikal, banyak terdengar selama
inspirasi. Bunyi ronki seperti bunyi yang dibuat dengan menggosokkan rambut di dekat telinga.