2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Manusia sebagai Makhluk Berbudaya berarti manusia adalah
makhluk yang memiliki kelebihan dari makhluk – makhluk lain
yang diciptakan di muka bumi ini yaitu manusia memiliki akal
yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan
gagasan yang selalu berkembang seiring dengan berjalannya
waktu
3. Fungsi Kebudayaan Bagi Manusia
Melindungi masyarakat terhadap
lingkungannya
Mengatur manusia untuk
mengerti bagaimana seharusnya
bertindak dan berbuat
menetukan sikap
Ciri-Ciri Manusia Sebagai Makhluk
Berbudaya
Dilihat dari empat wujud yang
dihasilkan oleh manusia:
Ide/ gagasan
Aktivitas
Hasil Karya
Nilai dan norma
4. Integrasi Islam-Politik
Masa Kesultanan Demak- Mataram
Ulama-Raja
Harmonis
Abdi Dalem,
mendapat tanah
perdikan
Posisi
Strategis
Ulama
pesantren besar,
pesantren takhasus
(keahlian khusus)
dan perguruan
tariqat
300an jumlahnya
Pesantren
Mobilisasi Santri
Para ulama penasihat
tidak agama, politik
pemerintahan dan
militer
1624, Sultan Agung
mengerahkan 30.000
tentara yang terdiri atas
prajurit kraton dan
Wiratani binaan kaum
ulama pedesaan
6. KONSEP KEKUASAAN JAWA
Kekuasaan raja yang besar ditandai oleh ;
1. Luas wilayah kerajaannya
2. Luasnya daerah taklukan dan berbagai persembahan yang
disampaikan raja taklukan
3. Kesetiaan para bupati dan punggawa dalam menunaikan tugas
kerajaan dan kehadiran mereka dalam paseban.
4. Kebesaran dan kemeriahan upacara kerajaan.
5. Besarnya tentara dengan segala jenis dan perlengkapannya
6. Kekayaan, gelar dan kemasyhuran namanya
7. Seluruh kekuasaan menjadi satu ditangannya tanpa ada yang
menyamai/menandingi.
10. POLITIK INTEGRASI MATARAM
1. Pengembangan Birokrasi
2. Kontrak feodal
3. Politik perkawinan/perkawinan politik
4. Penempatan bupati-bupati penting di Mataram
5. Dinas rahasia/telik sandi/abdi kajineman
6. Pengembangan etika
7. Agama Islam sebagai media integrasi
8. Ekspedisi Militer
13. STRUKTUR BIROKRASI WILAYAH MATARAM
1. Kutagara/Kutanegara
Negara/siti Narawita dengan keraton sebagai titik pusat
2. Negara Agung: daerah sekitar kutanegara yang masih termasuk inti kerajaan. Didaerah ini
terdapat tanah lungguh(jabatan) bagi bangsawan yang bertempat tinggal di kutagara
Daerah ini dikepalai oleh wedana jawi dibawah komando patih
3. Mancanegara : daerah diluar negaragung
Mancanegara wetan: Panaraga ke timur
Mancanegara kulon: Purworejo ke barat
Dikepalai oleh 1 bupati/lebih
4. Daerah pasisiran:
Pasisiran Kulon: Demak ke barat
Pasisiran wetan: Demak ke timur
dikepalaiseorang bupati/syahbandar,berpangkat: Tumenggung, Kyai Demang/Kyai Ngabehi.
14. Kesenian = Ekspresi keislaman
Seni bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan dan
setelah tujuan dicapai, seni dibuang. Seni tidak
pernah bisa dibuang.
Sebab seni menurut Kuntowijoyo, juga ekspresi,
impresi dan pemikiran yang mempunyai tiga fungsi:
a. Sebagai ibadah, tasbih untuk
mengagungkan Allah.
b. Menjadi identitas kelompok.
c. Berarti Syiar (lambang kejayaan).
Berdakwah menggunakan seni, dakwahnya menjadi
sejuk. Berkampanye menggunakan seni, menjadi
damai, tenteram. Mengajar menggunakan seni,
menjadi menyenangkan. Bela diri menggunakan
seni, enak dilihat.
16. SEJARAH BATIK DI INDONESIA
Kata batik sendiri dalam bahasa Jawa berarti menulis.
Batik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
kain bermotif yang dibuat dengan teknik resist
menggunakan material lilin (malam). Teknik
membatik sendiri telah dikenal sejak ribuan silam.
Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas
tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini
berasal dari Sumeria dan dikembangkan di Jawa
setelah dibawa oleh pedagang India.
17. Motif Batik Kawung, Yogyakarta: Kesucian dan Panjang Umur
Kawung berasal dari kata dalam
bahasa Jawa, “kwangwung” atau
dalam Bahasa Indonesia dikenal
sebagai “kumbang tanduk”.
motif batik kawung memiliki
makna yang sangat dalam, yakni
kemurnian, kesempurnaan, dan
kesucian.
18. Motif Batik Parang, Yogyakarta dan Solo:
Keberanian dan Pantang
Menyerah
Batik ini melambangkan simbol
dan semangat saat turun ke
medan perang, penuh keberanian,
dan pantang menyerah seperti
ombak yang memecah karang.
19. Batik Sekar Jajad: Jogja-Solo
• Secara harfiah, sekar jagad
dimaknai sebagai gambaran
keindahan dari keragaman
berbagai jenis suku bangsa di
muka bumi ini.
• Ciri dari motif sekar jagad adalah
bentuknya yang digambarkan
sebagai peta dunia, hal ini
terlihat dari adanya garis-garis
lengkung yang menyerupai
bentuk pulau yang
berdampingan satu sama lain.
20. Motif Batik Sidoasih, Yogyakarta
• Sidoasih berasal dari dua kata dalam
bahasa Jawa, yaitu “sido” yang berarti
jadi, terus menerus, atau
berkelanjutan, dan “asih” yang berarti
kasih sayang.
• Makna dari motif sidoasih adalah
harapan agar manusia
mengembangkan rasa saling
menyayangi dan mengasihi antar
sesama. Motif batik sidoasih biasanya
kerap dipakai pada upacara
pernikahan, dengan harapan
pengantin akan membangun
kehidupan rumah tangga yang penuh
cinta kasih
21. Motif Batik Truntum, Solo
Batik bergambar kuntum atau
kembang di langit ini memiliki
falsafah ‘cinta yang tumbuh
kembali’.
Alasannya, dahulu Permaisuri dari
Sunan Pakubuwana III, Raden
Kanjeng Ratu Kencana, sedih atas
keputusan sang sunan untuk
memperistri selir agar
mendapatkan keturunan.
22. Sarung di Nusantara
Sarung telah menjadi salah satu
pakaian penting dansimbol
identitas kolektif, sosial-budaya,
dan politik santri.
Saat ini, sarung telah menjadi
simbol persatuan dalam
keberagaman. Hampir setiap
daerah memiliki aneka motif
sarung.