Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang kerangka dasar ajaran Islam yang mencakup tiga bagian pokok yaitu aqidah, syariat, dan akhlak.
2. Bagian pertama membahas tentang pengertian dan dalil-dalil aqidah sebagai bagian pokok iman yang harus dianut.
3. Bagian selanjutnya membahas tentang pengertian dan dalil syariat sebagai aturan-aturan yang
1. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerangka ialah gambaran ringkas yang menunjukan ciri pembeda dari benda atau
orang. Dasar ialah alas suatu benda geometris. Kerangka dasar juga dapat diartika
garis besar suatu pembicaraan atau rute perjalanan yang akan ditempuh atau bagian-
bagian pokok yang menyangga suatu bangunan.
Ajaran Islam adalah sekumpulan pesan ketuhanan yang dterima oleh Nabi Muhmmad
SAW untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk perjalanan hidupnya
semenjak lahir sampai mati. Dengan demikian pengertian kerangka dasar ajaran Islam
ialah gambaran asli, garis besar, tute perjalanan, atau bagian pokok dari pesan
ketuhanan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada manusia.
Bagian-bagian pokok ajaran islam adalah aqidah yang isinya percaya kepada hal
gaib,syari‟ah yang isinya perbuatan sebagai bukti percaya kepada hal gaib,dan akhlak
yang isinya dorongan hati untuk berbuat sebaik-baiknya meskipun tanpa pengawasan
pihak lain,larena percaya tuhan maha melihat dan maha mengetahui.
BAB II PEMBAHASAN
A. Aqidah
1. Pengertian
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [ - - ] artinya
adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah
adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas
serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat
(keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah dalam islam berisi
tentang perjanjian manusia dengan Tuhanya atau kesediaan untuk tunduk dan patuh
secara sukarela pada kehendak Allah SWT.
Aqidah dalam Al-Quran berarti sumpahsetia diantara manusia(Qs, an-Nisa 4:33; al-
maidah, 5:1&89). Misalnya dalam hal pembagian harta waris, orang yang
terikatsumpah setia dengan orang yang meninggal dunia tersebut berhak menerima
harta waris. Apabila sumpah dilanggar maka harus menggantinya dengan Kifarat.
Kifarat sendiri adalah memberi makan/pakaian kepada 10 orang miskin, atau
membebaskan seorang manusia dari status perbudakan, atau puasa 3 hari.
2. Dalil
2. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, (Al Quran Al Kariim Surah Ali Imran ayat 103)
Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi
musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Al
Quran Al Kariim Surah Thahaa ayat 123)
3. Contoh
a. Aqidah dalam individu
Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman dalam
kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt, berbuat
kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat, mengamalkan ayat- ayat
Al Quran, menjalani risalah nabi, dan bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi
kesalahan, serta berikhtiar sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri
akan membuat hubungan kita dengan Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.
b. Aqidah dalam keluarga
Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling
menyayangi sesuai dengan ajaran islam.
Contoh implementasi aqidah dalam keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin oleh
ayah, dan berdoa sebelum melakukan sesuatu.
c. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat
Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga hubungan
dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain dengan
saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram dan
harmonis.
Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong menolong,
toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia itu sama di
depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.
d. Aqidah dalam kehidupan bernegara
Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul kehidupan bernegara
yang lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu sendiri. Tak perlu lagi
3. menjual tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah memiliki SDM yang tinggi
berkat penerapan aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana dengan baik, maka
negara tersebut akan memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua warganya akan
hidup layak dan sejahtera.
e. Aqidah dalam pemerintahan
Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap pemerintahan yang
dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan negaranya. Contohnya saat
menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan. Dalam menyelesaikan masalah pemerintahan,
semuanya disandarkan pada ketetapan Al-qur‟an dan hadist. Apabila permasalahan tersebut
tidak memiliki penyelesaian yang pasti dalam Al-qur‟an dan hadist, maka akan dibuat
keputusan bersama yang berasaskan kedua sumber ajaran tersebut. Segala keputusan yang
didasarkan pada Al-Quran dan Hadist adalah benar dan diridhoi Allah. Dengan begitu,
nantinya akan dihasilkan suatu kehidupan berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan
diridhoi Allah SWT.
B. Syari‟ah
1. Pengertian
Dalam arti luas “al-syari‟ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma
ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem kepercayaan/doktrinal)
maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual dan kolektif.
Dalam arti ini, al-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh cabang
pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih, usul fikih,
dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih)
Sedang dalam arti sempit al-syari‟ah berarti norma-norma yang mengatur sistem
tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian ini, al-
syari‟ah dibatasi hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih.
Sementara syari'ah dalam arti sempit (fikih) itu sendiri dapat dibagi menjadi empat
bidang: (1) „ibadah, (2) mu‟amalah, (3) „uqubah dan (4) lainnya.
Ibn Jaza al-Maliki, seorang ulama dari mazhab Maliki mengelompokkan fikih menjadi
dua, yakni: (1) „ibadah, dan (2) mu‟amalah. Adapun cakupan mu‟amalah adalah: (a)
perkawinan dan perceraian, (b) pidana (uqubah), yang mencakup hudud, qisas dan
ta‟ zir, (c) jual beli (buyu‟), (d) bagi hasil (qirad), (e) gadai (alrahn), (f) perkongsian
pepohonan (al-musaqah), (g) perkongsian pertanian (almuzara‟ah), (h) upah dan sewa
(al-ijarah), (i) pemindahan utang (al-hiwalah), (j) hak prioritas pemilik lama/tetangga
(al-shuf‟ah), (k) perwakilan dalam melakukan akad (al-wakalah), (l) pinjam meminjam
(al-„ariyah), (m) barang titipan (alwadi‟ah), (n) al-gasb, (o) barang temuan (luqathah),
(p) jaminan (al-kafalah), (q) sayembara (al-ji‟alah), (r) perseroan (syirkah wa
mudlorabah), (s) peradilan (alqadla‟), (t) wakaf (al-waqf atau al-habs), (u) hibah, (v)
penahanan dan pemeliharaan (al-hajr), (w) wasiat, (x) pembagian harta pusaka
(fara‟id).
4. Secara normatif, syari‟ah merupakan hukum Tuhan yang dengan prinsip-prinsipnya
mengatur semua aspek hubungan antar manusia, dari ekonomi sampai politik, serta dari
kehidupan batin sampai pertalian suami dan istri. Hukum Tuhan ini juga disertai prinsip
adanya keyakinan akan Tuhan yang hadir di mana-mana dan Dia juga mengetahui apa
yang tidak diketahui manusia. Dalam hal ini, syari‟ah adalah jalan menuju sumber
kehidupan selama dua puluh empat jam agar manusia senantiasa dekat dan dilindungi
penciptanya.
2. Dalil
Allah Ta‟ala berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia:
“Pada hari ini, Aku sempurnakan bagi kamu agama kamu, dan Aku cukupkan
ni‟mat-Ku kepadamu, dan Aku ridla Islam jadi agamamu..”(QS. Al Maidah 3)
Ibnu Katsir rahimahullahu Ta‟ala mengatakan:”Ini adalah ni‟mat Allah Ta‟ala paling
besar terhadap ummat ini, di mana Allah Ta‟ala telah menyempurnakan agama
mereka, sehingga tidak lagi membutuhkan agama yang lain, dan tidak pula
memerlukan Nabi selain Nabi mereka Muhammad shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa
sallam. Karena itulah Allah Ta‟ala mengutus beliau sebagai penutup para Nabi dan
mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Tidak ada sesuatu yang halal kecuali
apa yang dihalalkannya. Tidak ada perkara yang haram melainkan apa yang
diharamkannya. Dan tidak ada agama (yang benar) kecuali apa yang disyari‟atkannya.
Semua berita yang disampaikannya adalah benar dan pasti. Bukan dusta dan
pertentangan. (Ibnu Katsir 2/13)
Firman Allah Ta‟ala:
“Tidaklah ada yang Kami lewatkan dalam Kitab ini sedikitpun….”(QS. Al An’am 38)
Firman Allah Ta‟ala:
“Dan telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab sebagai penjelas segala sesuatu,
petunjuk, rahmat dan berita gembira bagi kaum muslimin..”( QS. An Nahl 89)
Firman Allah Ta‟ala:
“Dan segala sesuatu telah Kami terangkan secara terperinci..”( QS. Al Isra` 12)
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1/16), Ahmad (4/126), Al Hakim (1/175), Ath
Thabrani dalam Mu‟jamul Kabir (18/247), dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
takhrij As Sunnah karya Ibnu Abi „Ashim (hal 19) dari hadits „Irbadl bin Sariyah
radliyallahu „anhu, bahwa Nabi shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam bersabda:
“Sungguh, aku tinggalkan kalian di atas yang putih bersih, malamnya seperti
siangnya. Tidak akan menyimpang daripadanya sepeninggalku kecuali orang yang
celaka.”
5. Diriwayatkan oleh Imam Muslim (3/1472, 1844), An Nasai dalam Al Kubra (4/431),
Ibnu Majah (2/2956), dan Al Baihaqi (8/169), dari hadits „Abdullah bin „Amr bin Al
„Ash radliyallahu „anhuma dari Nabi shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam, beliau
bersabda:
“Sesungguhnya tidak seorangpun dari Nabi yang datang sebelumku melainkan wajib
atasnya menunjukkan ummatnya kebaikan yang diketahuinya dan memperingatkan
mereka dari kejahatan yang diketahuinya.”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5/152), Ath Thabrani (2/354) dari Abu Dzar
radliyallahu „anhu, katanya:
“Rasulullah shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam telah wafat. Dan tidak ada
seekor burungpun yang mengepakkan sayapnya di angkasa melainkan telah beliau
terangkan kepada kami ilmunya.” (Al Haitsami mengatakan rawi-rawi Thabrani rawi
yang shahih kecuali Muhammad bin ‘Abdullah bin Yazid Al Muqri, dia tsiqah
(terpercaya), sedangkan dalam musnad Ahmad ada rawi yang tidak disebutkan
namanya. (Majma’uz Zawaid 8/264).)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim (1/223,262), At Tirmidzi (1/16,24), An Nasai (1/40,
72), Abu Daud (1/3,7), Ibnu Majah (1/15,115) dari Salman Al Farisi radliyallahu
„anhu, katanya:
“Seorang musyrik berkata kepadanya sambil mengejek:”Sungguh, saya lihat Shahabat
kalian ini (Rasulullah shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam) mengajarkan segala-
galanya kepada kalian sampai urusan buang air besar?” Salman mengatakan:”Betul.
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam memerintahkan kami agar tidak
menghadap kiblat (Ka‟bah) atau memunggunginya ketika buang air besar, dan agar
kami jangan istinja` (cebok) dengan tangan kanan, serta agar kami mencukupkan
dengan tiga buah batu (istijmar) tidak dengan tulang dan kotoran hewan yang kering.”
(Redaksi hadits dari Ibnu Majah)
Diriwayatkan oleh Al Baghawi (Syarhus Sunnah 14/303-305), dari Zaid Al Yami dan
„Abdul Malik bin „Umair dari Ibnu Mas‟ud radliyallahu „anhu, katanya:”Rasulullah
shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, tidak ada satupun yang mendekatkan kalian kepada surga dan
menjauhkan kalian dari neraka melainkan telah aku perintahkan kepada kalian. Dan
tidak ada satupun yang mendekatkan kalian kepada neraka dan menjauhkan kalian
dari surga melainkan telah aku larang kalian daripadanya..”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (Al Fath 6/2739), dari Masruq dari „Aisyah
radliyallahu „anha, katanya:”Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa Muhammad
shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari wahyu Allah
Ta‟ala, maka janganlah kamu percayai, karena sesungguhnya Allah Ta‟ala berfirman:
6. “Wahai Rasul. Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Kalau
tidak kamu kerjakan, berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya..”( Al Maidah 67)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim (1/160), dari „Aisyah, katanya:”Seandainya
Muhammad shallallahu „alaihi wa „ala alihi wa sallam menyembunyikan sesuatu yang
diturunkan oleh Allah kepadanya, tentunya akan dia sembunyikan ayat ini:
“Dan ingatlah ketika kamu mengatakan kepada orang yang telah Allah melimpahkan
keni‟matan kepadanya dan kamu (juga) memberi ni‟mat kepadanya: “Tahanlah
isterimu, dan bertakwalah kepada Allah.” Kamu sembunyikan dalam dirimu apa yang
Allah akan menampakkannya. Kamu takut kepada (omongan) manusia, padahal Allah
yang lebih berhak kamu takut kepada-Nya.”( Al Ahzab 37)
3. Contoh
a. Syari‟at sebagai Aturan hidup
Sebagian Muslim Indonesia meyakini bahwa syari‟at adalah tuntunan hidup yang
bersifat baku dan abadi. Oleh karena itu, jika kita ingin memperoleh jalan keselamatan,
haruslah mematuhi tuntunan syari‟at Islam yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan
Hadist. Dalam pemahaman seperti ini, menegakkan syari‟at Islam dalam semua lini
kehidupan adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. Dan mereka yang
menentangnya dengan sendirinya mengingkari ajaran Islam.
b. Syari‟ah: Suatu Penjelasan Umum
Syari‟ah berasal dari kata syari‟a, berarti mengambil jalan yang memberikan akses
pada sumber. Istilah syari‟ah juga berarti jalan hidup atau cara hidup. Akar kata
syari‟ah dan turunannya dalam pengertian yang umum digunakan hanya dalam lima
ayat al-Qur‟an (QS. 5:48, 7:163, 42:13, 42:31, dan 45:18). Secara umum, syari‟ah
berarti “cara hidup Islam yang ditetapkan berdasarkan wahyu Ilahi”. Jadi, ia tidak
hanya mencakup persoalan-persoalan legal dan jurisprudensial, tapi juga praktik-
praktik ibadah ritual, teologi, etik dan juga kesehatan personal dan tatakrama yang baik.
C. Akhlaq
1. Pengertian
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan
“akhlak” berasal dari bahasa Arab jama‟ dari bentuk mufradnya “Khuluqun”
yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun”
yang berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan
“Makhluk” yang berarti yang diciptakan.
7. Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu
maka kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang
yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan
semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu
seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang
dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam.
Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan
seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika
seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan
baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati
(sadar)2 .Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan
moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang
buruk.
2. Dalil
Firman Allah subhanahu wa ta‟ala :
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak yang agung. ( QS. Al-Qalam :
4 )
Firman Allah Subhanahu wa ta‟ala :
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada
negeri akhirat.(QS.Shaad : 46 )
Hadits dari Rasulullah shalallahu‟alaihi wa sallam :
Sunan Tirmidzi 1941: dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang
8. tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang
akhlaknya paling bagus. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan
paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat ialah orang yang paling
banyak bicara (kata-kata tidak bermanfaat dan memperolok manusia)." Para
shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling banyak
bicara itu?" Nabi menjawab: "Yaitu orang-orang yang sombong."
Hadits dari Ibnu Abu Mulaikah :
Sunan Tirmidzi 1896: dari Ibnu Abu Mulaikah dari Aisyah ia berkata; Tidak ada
akhlak yang paling dibenci Allah melebihi sifat dusta.
Hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi rahimahulaah :
Sunan Tirmidzi 1910: dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana
saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat
menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik."
Di hadits lain diririwayatkan pula :
Sunan Tirmidzi 1925: dari Abu Darda` bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang
mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah
amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi jahat."
Sungguh bahwa akhlak yang buruk itu sangat tidak disukai sehingga
Rasulullahshalallahu‟alaihi wa sallam sendiri berlindung dari akhlah yang buruk
sebagaimana diriwayatkan dalam hadits sebagai berikut:
9. Sunan Tirmidzi 3515: dari Mis'ar dari Ziyad bin 'Ilaqah dari pamannya dia
berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan: "ALAAHUMMA
INNII A'UUDZU BIKA MIN MUNKARAATIL AKHLAAQ WAL A'MAALI WAL
AHWAAAI" (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari berbagai kemungkaran
akhlak, amal maupun hawa nafsu)."
Diriwayatkan bahwa sesuatu yang paling berat dalam timbangan seorang
mukmin pada hari kiamat adalah akhlak yang baik, sebagaimana disebutkan
dalam hadits Rasulullah shalallahu‟alaihi wa sallam :
س
Sunan Tirmidzi 1925: dari Abu Darda` bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang
mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah
amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi jahat."
Hadits yang menyebutkan bahwa yang paling banyak memasukkan orang-orang
kedalam surga adalah akhlak yang mulia sebagaimana hadits sebagai berikut :
Sunan Tirmidzi 1927: dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak
memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab: "Takwa
kepada Allah dan akhlak yang mulia." Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu
yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau
menjawab: "Mulut dan kemaluan."
3. Contoh
a. Akhlaq terpuji(Akhlakul karimah)
a.1. Akhlakul karimah(sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya adalah
husnuzzan,gigih,berinisiatif,rela berkorban,tata karma terhadap makhluk
Allah,adil,ridho,amal shaleh,sabar,tawakal,qona‟ah,bijaksana,percaya diri,dan masih
banyak lagi.
10. a.2. Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive
thinking.Lawan dari kata ini adalah su‟uzzan yang artinya berprasangka buruk ataup
negative thinking.
a.3. Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni
percaya akan hasil positif dalam segala usaha.
a.4. Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti mampu
berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan sikap terburu-buru
bertindak kedalam situasi sulit,bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu
perintah,dan selalu menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi
guna kepentingan masyarakat.
a.5. Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu
atau demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud atau dilandasi niat dan tujuan
yang baik.
a.6. Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT ini sangat dianjurkan
kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran Allah kepada kaumnya.
a.7. Adil dalam bahasa arab dikelompokkan menjadi dua yaitu kata al-„adl dan al-
„idl.Al-„adl adalah keadilan yang ukurannya didasarkan kalbu atau rasio,sedangkan
al-„idl adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh
pancaindera seperti hitungan atau timbangan.
a.8. Ridho adalah suka,rela,dan senang.Konsep ridho kepada Allah mengajarkan
manusia untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita.
a.9. Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal
positif atau bermanfaat.
a.10. Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi
dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
a.11. Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi
atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
a.12. Qona‟ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri
dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..
a.13. Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan
cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi,baik itu
terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.
a.14. Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang
dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu
kelebihan postur tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan.
b. Akhlaq Terccela
11. b.1. Penyakit syubhat.
Penyakit ini menimpa wilayah akal manusia, dimana kebenaran tidak menjadi
jelas (samar) dan bercampur dengan kebatilan (talbis). Penyakit ini menghilangkan
kemampuan dasar manusia memahami secara baik dan memilih secara tepat.
b.2. Penyakit syahwat.
Penyakit ini menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan kekuatan
kejahatan dalam hatinya mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit ini
menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk mengendalikan diri dan bertekad secara
kuat.