Teks tersebut membahas batas-batas aurat dan aturan berpakaian untuk laki-laki menurut Islam. Aurat laki-laki adalah antara pusar hingga lutut, dan laki-laki dilarang memakai pakaian yang menyerupai wanita atau menggunakan emas dan sutera. Laki-laki juga harus menghindari berpakaian seperti orang-orang kafir.
1. Batas-batas Aurat Laki-laki (muslim) dan Hukum
Berpakaian Bagi Laki-laki
Dalam masalah aurat, sudah banyak sekali pembahasan mengenai aurat umuslimah terhadap sesamanya.
Baik aurat muslimah terhadap muslimah yang lain, muslimah terhadap perempuan kafir, muslimah terhadap
lawan jenis yang merupakan mahramnya, maupun muslimah terhadap lawan jenis non-mahram. Namun sangat
disayangkan sangat sedikit bahasan mengenai batas aurat laki-laki bahkan hal ini cenderung disepelekan.
Betapa banyak aktifis dakwah yang dengan tenangnya memakai celana pendek atau ¾ yang kependekan
ke pertemuan-pertemuan resmi, seolah tidak takut auratnya tersingkap. Atau ketika hanya berada diantara para
ikhwan melepas baju seenaknya sehingga menampakkan aurat yang seharusnya ditutupi. Atau memakai
pakaiaan yang terlalu ketat dan “pas pinggang” sehingga ketika menunduk auratnya tersingkap. Karena itu,
saya merasa perlu untuk menuliskan hal ini karena seakan-akan hal ini disepelekan dan dianggap tidak penting.
Padahal Allah telah menyuruh kita untuk masuk ke dalam islam secara menyeluruh;
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS 2;208)
Batas Aurat Laki-laki :
Batas aurat laki-laki menurut jumhur ulama adalah antara pusar dan lutut baik kepada laki-laki
muslim dan non-muslim atau wanita muslim dan non-muslim.
Aurat laki-laki ialah antara pusat sampai dua lutut. [HR. ad-Daruquthni dan al-Baihaqi, lihat
Fiqh Islam, Sulaiman Rasyid].
Dari Muhammad bin Jahsyi, ia berkata: Rasulullah Saw melewati Ma’mar, sedang kedua pahanya
dalam keadaan terbuka. Lalu Nabi bersabda:
“Wahai Ma’mar, tutuplah kedua pahamu itu, karena sesungguhnya kedua paha itu aurat.” [HR.
Ahmad dan Bukhari, lihat Ahkamush Sholat, Ali Raghib].
Jahad al-Aslami (salah seorang ashabus shuffah) berkata: pernah Rasulullah Saw duduk di dekat
kami sedang pahaku terbuka, lalu beliau bersabda:
“Tidakkah engkau tahu bahwa paha itu aurat?” [HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Malik, lihat
Shafwât at-Tafâsir, Muhammad Ali ash-Shabuni].
Juga Rasulullah Saw pernah berkata kepada Ali ra: “Janganlah engkau menampakkan pahamu dan
janganlah engkau melihat paha orang yang masih hidup atau yang sudah mati.” [HR. Abu Dawud
dan Ibnu Majah, lihat Shafwât at-Tafâsir, Muhammad Ali ash-Shabuni].
Empat dalil diatas sudah menjelaskan tentang batas-batas aurat bagi seorang laki-laki. Dan definisi aurat
adalah bagian tubuh yang wajib di tutupi dan haram untuk diperlihatkan kepada orang lain yang tidak berhak
melihatnya. Adapun pengucualian khusus adalah bagi istrinya yang boleh melihat seluruh anggota badannya.
Karena istrinya adalah pakaian baginya dan fungsi pakaiaan adalah menutup aurat. Menutup berarti menyentuh,
bagaimana mungkin tidak boleh melihat sementara menyentuh hukumnya lebih berat daripada melihat”.
2. Batas Berpakaian bagi laki-laki
Ada tiga batas bagi laki-laki dalam berpakaian yaitu :
1. Tidak menyerupai wanita
Jujur, saya miris sekali melihat kenyataan bahwa sekarang laki-laki yang berpakaian seperti wanita
dianggap sebagai sebuah lelucon dan bercandaan. Mereka tertawa dan bercanda ria, padahal yang
dilanggar adalah aturan Allah!?
2. Tidak mengunakan Sutera dan Emas
Laki-laki dilarang mengunakan sutera dan emas baik berupa cincin, jam tangan atau kalung. Hmmp, harus lebih
selektif nih dalam memilih aksesoris.
3. Tidak menyerupai orang-orang kafir
Bila ada kesalahan dalam penulisan fiqh ini, tolong diperbaiki dan dikoreksi, karena penulis juga masih
Batas Berpakaian bagi laki-laki
Ada tiga batas bagi laki-laki dalam berpakaian yaitu :
1. Tidak menyerupai wanita
Dalilnya adalah hadits riwayat Ibnu Abbas RA bahwasanya "Rasulullah SAW telah melaknat para lelaki yang
menyerupai
para wanita dan [melaknat] para wanita yang menyerupai para lelaki." (la’ana rasulullah SAW al-
mutasyabbihiina min arrijaal
bi an-nisaa` wa al-mutasyabbihaat min an-nisaa` bi ar-rijaal). (HR Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Juz I
hal.
227 & 339, dan HR al-Bukhari Shahih al-Bukhari hadits no. 5886 & 6834). (Imam Syaukani, Nailul Authar,
[Dar Ibn Hazm
: Beirut, 2000], hal. 1306).
Imam Syaukani memberi syarah (penjelasan) hadits di atas dengan mengatakan, "Dalam hadits itu terdapat dalil
bahwa
haram atas laki-laki menyerupai wanita, dan haram pula atas perempuan menyerupai laki-laki, dalam hal cara
bicara,
pakaian, cara berjalan, dan lain-lain…" (fiihi dalil[un] ‘ala annahu yuhramu ‘ala ar-rijaal[i] at-tasyabbuhu
bi an-nisaa`[i] wa
‘ala an-nisaa`[i] at-tasyabbuhu bi ar-rijaal[i] fi al-kalaam[i] wa al-libaas[i] wa al-masyi wa ghairi dzaalika)
(Imam Syaukani,
Nailul Authar, hal. 1306)
3. 2. Tidak mengunakan Sutera dan Emas
Para ulama semua sepakat untuk mengharamkan laki-laki memakai emas dan perak, seperti dalam bentuk
cincin, kalung, anting, gelang, jam atau pun asesoris yang menempel pada pakaian.
Nyaris tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini untuk keharamannya. Hal itu lantaran dalil-dalilnya
memang sangat jelas dan tegas. Di antaranya adalah:
Dari Abi Musa ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Telah diharamkan memakai sutera dan emas bagi laki-
laki dari umatku dan dihalalkan bagi wanitanya.” (HR Turmuzi dengan sanad hasan shahih)
Ali bin Abu Thalib berkata, ”Aku melihat Rasulullah saw memegang sutera di tangan kanan dan emas di
tangan kiri seraya bersabda,”Keduanya ini haram bagi laki-laki dari umatku.” (HR Abu Daud dengan sanad
hasan).
Umumnya para ulama tidak membedakan apakah kadar emas itu 24 karat atau kurang dari itu. Sebab nama
emas tetap saja lekat meski kadarnya berkurang.
Namun benda yang dicat dengan warna emas, tidak bisa dikatakan sebagai emas. Sehingga tidak menjadi
masalah bila seorang laki-laki menggunakan pakaian atau perlengkapan imitasi emas. Hukumnya tidak
haram, sebab kenyataannya memang bukan emas, melainkan hanya rupa dan warnya saja. Yang haram
adalah emasnya, bukan kemiripannya.
3. Tidak menyerupai orang-orang kafir