SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
PERAN K3 DALAM EKSPLORASI TAMBANG
BAWAH LAUT

Disusun Oleh

1. SUSANTO
2. SYLVESTER SARAGIH
3. BINSAR REZEKI SINAGA
4. SYAICHU ROZIN A
5. UDIN MUHRUDIN
6. MEY TRISONI SILALAHI
7. RAJIKIN NOOR
8. E PERIKO
9. WENDRA BANGSAWAN
10. EDDY S MANURUNG
11. IRVAN W SITANGGANG
12. FRANS GANDA UJUNG

DBD 111 0106
DBD 111 0105
DBD 111 0119
DBD 111 0011
DBD 111 0067
DBD 111 0123
DBD 111 0054
DBD 111 0101
DBD 111 0107
DBD 111 0137
DBD 111 0078
DBD 111 0129

Universitas Palangkaraya
Fakultas Teknik Pertambangan
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap eksplorasi tambang
bawah laut. Salah satu metode yang digunakan adalah eksplorasi seismik.
Eksplorasi seismik adalah istilah yang dipakai di dalam bidang geofisika
untuk menerangkan aktivitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang
ada di bawah permukaan bumi dengan bantuan gelombang seismik. Hasil
rekaman yang diperoleh dari survei ini disebut dengan penampang seismik.
Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan menggunakan metode seismik
banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan minyak untuk melakukan
pemetaan struktur di bawah permukaan bumi untuk bisa melihat kemungkinan

2
adanya jebakan-jebakan minyak berdasarkan interpretasi dari penampang
seismiknya.
Di dalam eksplorasi seismik dikenal 2 macam metode, yaitu:
1. Metode seismik pantul
2. Metode seismik bias
1.2 Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana perlunya manajemen
K3 untuk mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja pada kegiatan eksplorasi tambang bawah air menggunakan
metoda seismik.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran dan fungsi
K3 dalam proses kegiatan eksplorasi tambang bawah laut dalam mengatasi
kecelakaan, serta meningkatkan kesehatan dan keselamatan para pekerja.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Eksplorasi Pendahuluan Tambang Bawah Laut
Penambangan bawah laut adalah proses pengambilan mineral yang
relatif baru yang dilakukan di lantai samudra. Situs penambangan samudra
biasanya berada di sekitar kawasan nodul polimetalik atau celah hidrotermal
aktif dan punah pada kedalaman 1.400 - 3.700 meter di bawah permukaan
laut. Celah tersebut menciptakan deposit sulfida, yang berisikan logam mulia
seperti perak, emas, tembaga, mangan, kobalt, dan seng. Deposit tersebut
ditambang menggunakan pompa hidraulik atau sistem ember yang
mengangkut bijih ke permukaan untuk diproses. Mengenai operasi
penambangan, penambangan bawah laut memunculkan pertanyaan mengenai
kerusakan lingkungan terhadap daerah sekitar.
2.2 Studi Literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan
studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei
terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dan lain-lain, lalu
dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan
langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah
eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan
tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tandatandanya dapat dilihat di lapangan.

4
2.3 Survei dan Pemetaan

Dalam kegiatan ekplorasi penambangan bawah laut ada 2 metode yang
dapat digunakan untuk survei dan pemetaan diantaranya metode seismik dan
sonar.
Metode Seismik
A.

Akuisisi Data Seismik
Secara garis besar eksplorasi seismik dibagi menjadi eksplorasi
seismik dangkal dan eksplorasi seismik dalam. Eksplorasi seismik
yang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon (minyak dan gas bumi)
adalah eksplorasi seismik dalam.Sedangkan eksplorasi seismik
dangkal (shallow seismic reflection) biasa digunakan untuk eksplorasi
batubara dan bahan tambang lainnya.Akuisisi data adalah untuk
memperoleh data seismik dari area yang disurvey.
Refraksi Seismologi (Pembiasan seismik) adalah prinsip geofisika
yang diatur oleh hukum Snell.Digunakan dalam bidang geologi
teknik , rekayasa
refraksi

geoteknik dan geofisika

seismik

( garis

seismik )

eksplorasi.
dilakukan

Transverse
dengan

menggunakan seismograf atau geopone dalam array dan sumber
energi. Metode refraksi seismik refraksi memanfaatkan gelombang
seismik pada lapisan geologi dan batuan / unit tanah untuk mencirikan
kondisi geologi bawah permukaan dan struktur geologi .
Sumber seismik adalah sebuah alat yang menggenerate kontrol
energi seismik yang digunakan untuk melakukan survey seismik baik
itu refleksi maupun refraksi.Sebuah sumber seismik dapat merupakan
alat yang sederhana seperti bahan peledak (dinamit), atau dapat
merupakan teknologi yang lebih canggih seperti Airgun. Sumber
seismik dapat menyediakan pulsa tunggal atau sweep energi yang
terus menerus menghasilkan gelombang seismik, yang perjalanan
5
melalui media seperti air atau lapisan batuan. Beberapa gelombang
kemudian mencerminkan dan membiaskan.
Source signature adalah karakteristik pulsa akustik (acoustic
pulse) yang dihasilkan oleh sumber gelombang seismik.Pada akusisi
seismik marine, source signature diukur dengan meletakkan perekam
(hydrophone) pada kedalaman tertentu yang biasanya 90 meter di
bawah sumber gelombang (air gun). Marine source signature memiliki
tiga elemen penting yakni direct arrival atau gelombang yang
merambat dari sumber langsung ke penerima, source ghost yang
terefleksikan oleh batas air udara dan bubble pulse yang dihasilkan
oleh gelembung udara akibat ledakan.Gambar di bawah ini adalah
arsitektur marine source signaturedalam domain waktu dan domain
frekuensi.

Gambar 2.1 Arsitektur marine source signaturedalam domain waktu
dan domain frekuensi.

Hubungan

antara

frekuensi ghost dengan

digambarkan dengan persamaan sebagai berikut :

6

kedalaman

dapat
Dimana,
K

= integer 0, 1, 2, 3, dst

Vair

= kecepatan gelombang seismik pada air(~1485m/s)

dperekam

= kedalaman hydrophone (biasanya 7 meter)

θ

= sudut arah penjalaran gelombang terhadap garis

vertikal
Jika diasumsikan θ=70o maka akan diperoleh fghost pertama=0 dan
fghost berikutnya ~110Hz. Pada kondisi ini, jika rentang frekuensi seismik
yang umumnya 3-85Hz akan terhindar dari interferensi ghost notch.
Pengaruh intereferensi bubbles dapat dihindari dengan mendesain
volume airgun yang berbeda-beda. Sehingga, selain memiliki keuntungan
jumlah energi yang besar, rangkaian sumber dengan perbedaan volume
tersebut akan memberikan efek destructive interference antara satu bubble
dengan bubble yang lainnya. Hal ini disebabkan karena waktu munculnya
bubble merupakan fungsi dari dari volume, untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar di bawah ini:

7
Gambar 2.2 Rangkaian sumber dengan perbedaan volume tersebut
dalam memberikan efek destructive interference antara satu bubble dengan
bubble yang lainnya.

Parameter akusisi data seismik terdiri dari lintasan seismik, sumber
getar, receiver, peralatan perekaman, dan media penyimpanan data. Ditinjau
dari jenis survei yang sering dilakukan, maka parameter akusisi seismik
dibagi atas :
1. Jenis source : - Dinamit
- Vibrator
- Air gun
- Weight drop
2. Jenis receiver : - Geophone (single, array)
- Hidrophone (single, array)
- Geophone 3-C (single, array)
3. Instrument perekaman : - Analog
- Digital
4. Media penyimpanan data : - Round tape
- Cartridge
- Hexabyte
5. Format data : - Multiplex (SEG-A, SEG-B)
8
- Demultiplex (SEG-D, SEG-Y)
6. Geometri : - Split spread (Simetri, Asymetri)
- Off-end (double, alternating)
7. Navigasi : - Pengukuran stake

B. Desain Parameter Akusisi Seismik
Parameter awal yang pertama kali ditentukan adalah jenis sumber
getar dan penerima, hal ini disesuaikan dengan kondisi permukaan
(daratan, rawa, transisi atau laut). Pada tahap berikutnya, adalah
menentukan atau menghitung parameter perekaman yang terdiri atas :
1.

Offset maksimum, yaitu panjang bentangan perekaman

2.

Offset minimum, yaitu jarak terdekat antara sumber

3.

Grup interval, yaitu arak antar receiver

4.

Shot interval, yaitu jarak antar sumber getar

5.

Jumlah chanel, yaitu jumlah sambungan titik rekam pada setiap

perekaman
6.

Sample rate, yaitu laju pencuplikan data.

7.

Record length, yaitu panjang perekaman

8.

Instrument, yaitu peralatan yang akan digunakan pada perekaman data

C. Tahapan Akusisi Data (Darat)
1. Pembuatan Lintasan Seismik
a.Pembuatan Kerangka Horizontal GPS
Pembuatan Kerangka GPS adalah pembuatan kerangka yang
berisi titik-titik ikat yang akan dijadikan ikatan pengukuran lintasan
seismik.
b. Pengukuran Lintasan
Merupakan pembuatan lintasan berupa garis lurus dengan lebar
lintasan ± 2 meter yang dapat dilalui oleh orang berjalan guna
mengangkut peralatan.

9
c. Pemboran dan Penanaman Dinamit
1. Pembuatan lubang bor sedalam 20 – 40 meter yang akan
digunakan untuk menanam dinamit sebagai sumber getar.
Pembuatan lubang bor ditentukan dari patok yang sudah
ditentukan sebagai titik tembak ( SP / shot point).
2. Pada titik tembak yang telah dibor dilakukan penanaman dinamit
yang ukurannya telah ditentukan.
2. Tes Instrumen
Merupakan pengujian alat rekam agar spesifikasi alat tersebut sesuai
dengan standar spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik.
3. Tes Parameter
Beberapa pengujian yang harus dilakukan sebelum perekaman antara lain :
a) Cap undershoot, yaitu pengujian terhadap ketepatan waktu peledakan
dinamit dan perekaman. Mengingat setiap perekaman menggunakan
Alat tembak (blaster) lebih dari satu, maka peralatan tersebut dibuat
memiliki karakter yang sama.
b) Charge size, pengujian besarnya charge dinamit yang akan digunakan.
c) Array, pemilihan bentuk array geopon untuk meningkatkan S/N..
4. Perekaman dan Kendali Mutu
a) Melakukan perekaman seluruh lintasan sesuai dengan parameter yang
telahditentukan.
b) Melakukan pengamatan / analisis terhadap hasil perekaman data.
c) Secara umum kendali mutu dilakukan pada seluruh pekerjaan seismik,
karenaseluruh tahapan pekerjaan seismik dapat mempengaruhi kualitas
data seismik.
D. Seismic Data Processing
CDP (Common Deep Point) Method
CDP (Common Deep Point) adalah istilah dalam pengambilan
data seismik untuk konfigurasi sumber-penerima dimana terdapat satu
titik tetap dibawah permukaan bumi.

10
Gambar 2.3 CDP (Common Deep Point)

1. Deconvolution
Dekonvolusi adalah proses pengolahan data seismik yang
bertujuan untuk meningkatkan resolusi temporal (baca: vertikal)
dengan cara mengkompres wavelet seismik. Deconvolusi dilakukan
dengan melakukan konvolusi antara data

seismik dengan sebuah

filter yang dikenal dengan Wiener Filter .
Filter Wiener diperoleh melalui permasaan matriks berikut:

axb=c


a adalah hasil autokorelasi wavelet input (wavelet input
diperoleh dengan mengekstrak dari data seismik)



b adalah Filter Wiener



c adalah kros korelasi antara wavelet input dengan output yang

dikehendaki.
Output yang dikehendaki terbagi

menjadi

beberapa

jenis

[Yilmaz,1987]:
1. Zero lag spike (spiking deconvolution)2. Spike pada lag tertentu.
2. time advanced form of input series (predictive deconvolution)
3. Zero phase wavelet5. Wavelet dengan bentuk tertentu (Wiener
Shaping Filters)
11
Zero lag spike memiliki bentuk [1 , 0, 0, 0, ..., 0] yakni amplitudo bukan
nol terletak para urutan pertama. Jika Output yang dikehendaki memiliki
bentuk [0 , 0, 1, 0, ..., 0] maka disebut spike pada lag 2 (amplitudo bukan nol
terletak para urutan ketiga) dan seterusnya.Dalam bentuk matrix, Persamaan
Filter Wiener dituliskan sbb:

dimana n adalah jumlah elemen. Matriks a diatas merupakan matriks dengan
bentuk spesial yakni matriks Toeplitz, dimana solusi persamaan diatas secara
efisien dapat dipecahkan dengan solusi Levinson.
2. Interpretation
a. Interpretasi Struktur Geologi
i. Sesar
• Adanya ketidakmenerusan pada pola refleksi (offset pada horison)
• Penyebaran kemiringan yang tidak sesuai dengan atau tidak
berhubungan dengan stratigrafi
• Adanya pola difraksi pada zona patahan
• Adanya perbedaan karakter refleksi pada kedua zona dekat sesar.
ii. Lipatan
Adanya pelengkungan horison seismik yang membentuk suatu antiklin
maupun sinklin
12
iii. Diapir (kubah garam)
• Adanya dragging effect yang kuat pada refleksi horison di kanan atau di
kiri

tubuh

diapir

sehingga

membentuk flank di

kedua

sisi.

• Adanya penipisan lapisan batuan diatas tubuh diaper
• Dapat terjadi pergeseran sumbu lipatan akibat dragging effect
iv. Intrusi
• dragging effect tidak jelas / sangat kecil.
• batuan sedimen yang tererobos intrusi mengalami melting sehingga
struktur perlapisannya menjadi tidak jelas / cenderung chaotic di kanankiri intrusi.
b. Interpretasi Stratigrafi
c. Langkah interpretasi stratigrafi seismik
d. Analisis sekuen seismik
Sekuen seismik dibatasi oleh terminasi horizon seismik (toplap,
downlap, dan lain-lain) yang membatasi sekuen pada bagian atas dan
bawahnya.
e. Analisis fasies seismik
Deskripsi dan interpretasi geologi berdasarkan parameter – parameter
konfigurasi pantulan, kontinuitas pantulan, amplitudo, frekuensi, kecepatan
interval dan geometri.Analisa yang dapat secara langsung dilakukan pada
sayatan seismik adalah konfigurasi pantulan. Satu sekuen seismik dapat
terdiri dari beberapa fasies seismik
e. Analisis muka air laut
Penafsiran perubahan muka air laut relatif berdasarkan analisa sekuen dan
fasies seismik
f. Analisis sekuen seismic
• Stratigrafi sekuen : pembagian sedimen berdasarkan kesamaan genetik
yang dibatasi dari satuan genetik lain oleh suatu ketidakselarasan atau
bidang non deposisi dan keselarasan padanannya.
• Penampang seismik dibagi menjadi unit-unit sekuen pengendapan

13
Unit-unit sekuen pengendapan dapat diketahui dengan melihat batas sikuen
datau pola pengakhiran seismik.
• Erotional truncation : pengakhiran suatu seismik oleh lapisan erosi,
merupakan batas sekuen yang paling reliable
•Toplap : pengakhiran updip lapisan pada permukaan yang menutupinya
(karena non deposisi atau erosi minor)
• Downlap : lapisan miring yang berakhir secara downdip pada permukaan
horisontal/miring (dominan karena non deposisi)
• Onlap : lapisan yang relatif horisontal berakhir pada permukaan miring atau
pengakhiran updip lapisan miring pada permukaan yang lebih miring
(dominan karena non deposisi)downlap dan onlap yang kurang dapat
dibedakan satusama lain sering dinamakan sebagai baselap.

Gambar 2.4 Analisis sekuen seismic

3. Seismic Stratigraphic Surfaces
• Maximum Flooding Surface (MFS) : permukaan yang mencerminkan
keadaan maximum transgression (kolom air tinggi maksimum). secara
stratigrafi merupakan pengendapan dengan laju yang rendah berupa
sedimen pelagic – hemipelagic yang membentuk condensed section. Dari
seismik dapat terlihat sebagai permukaan downlap, namun tidak semua
permukaan downlap merupakan MFS

14
• Transgresive Surface (TS): merupakan awal dari transgresive system track
yang memiliki bentuk stacking patern retrogradasi. TS sukar dikaitkan
dengan terminasi horizon.
• Lowstand System Tract (LST) : dibatasi SB dibagian bawah dan TS
dibagian atas. Merupakan keadaan rising sea level dan high sedimentation
sehingga memiliki stacking patern agradasi atau slightly prograde.
Transgresive System Tract (TST) : berada diatas LST dan dibawah HST,
dibatas TS dibagian bawah dan MFS dibagian atas. Menunjukkan keadaan
rapid sea level rise dan low sedimentation sehingga menunjukkan stacking
patern retrogradasi.
Highstand System Tract (HST) : berada diatas TST, dibawah LST,
dibatasi SB dibagian atas dan MFS dibagian bawah. Menunjukkan
keadaan sealevel stand still dan low sedimentation, memiliki stacking
patern progradasiTidak semua system tract dapat dijumpai, misalkan LST
tidak dijumpai dan diatas TST langsung didapati HST.

Gambar 2.3 Keadaan sealevel stand still dan low sedimentation

15
4. Analisis fasies seismic

Analisis fasies seismik : deskripsi dan interpretasi geologi dari parameterparameter pantulan seismik yang meliputi konfigurasi pantulan, kontinuitas
pantulan, amplitudo, frekuensi, kecepatan internal, dan geometri eksternal.
Parameter seismik yang dapat dianalisis secara visual/langsung di sayatan
seismik terutama adalah konfigurasi pantulan seismik
a. Konfigurasi pantulan seismik dalam analisis stratigrafi seismic PARAREL
& SUBPARAREL.
b. - Relatif sejajar
- Kecepatan pengendapan yang seragam pada paparan yang menurun
secara

seragam

atau

dalam

cekungan

sedimen

yang

stabil

- Variasi : even dan wavy
c. Divergen
- Berbentuk membaji dimana penebalan lateral dari seluruh unit
disebabkan

oleh

penebalan

dari

pantulan

itu

sendiri

- Variasi lateral kecepatan pengendapan atau pengangkatan/pemiringan
secara progresif bidang pengendapan
Metode sonar
Sonar (Sound Navigation and Ranging) adalah sistem penginderaan
bawah

air

dengan

perkembangannya

menggunakan

teknologi

gelombang

penginderaan

suara

bawah

air

(akustik).Dalam
sangat

banyak

dipengaruhi oleh kemajuan teknologi lainnya, terutama teknologi sensor,
elektronika dan microprocessor.Dengan kemajuan teknik pemrosesan sinyal
maka penerapan dalam bidang non-militer mulai dikembangkan untuk berbagai
aplikasi misalnya untuk pemetaan dasar laut, perikanan dan sebagainya.
Berikut adalah penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi
dan eksploitasi sumberdaya non-hayati laut, berikut ini merupakan bagian dari
peranan sonar yaitu :
16
1) Pengukuran Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry)
Pengukuran

kedalaman

dasar

laut

dapat

dilakukan

dengan

Conventional Depth Echo Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat
dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa
suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini,
pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan
bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan
pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut
(subbottom profilers).

2) Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom
Profilers)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa dengan teknologi akustik
bawah air, peralatan side-scan sonar yang mutahir dilengkapi dengan
subbottom profilers dengan menggunakan prekuensi yang lebih rendah
dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi yang digunakan untuk penetrasi
kedalam lapisan-lapisan sedimen dibawah dasar laut. Dengan adanya
klasifikasi lapisan sedimen dasar laut dapat menunjang dalam
menentukkan kandungan mineral dasar laut dalam.Dengan demikian
teknologi akustik bawah air dapat menunjang esplorasi sumberdaya non
hayati laut.
3) Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping)
Dengan teknologi side-scan sonar dalam pemetaan dasar laut, dapat
menghasilkan tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi. Dengan
teknologi akustik bawah air yang canggih ini dan dikombinasikan dengan
data dari subbottom profilers, akan diperoleh peta dasar laut yang lengkap
dan rinci. Peta dasar laut yang lengkap dan rinci ini dapat digunakan untuk
menunjang penginterpretasian struktur geologi bawah dasar laut dan
kemudian dapat digunakan untuk mencari mineral bawah dasar laut.

17
4) Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.
Dengan diperolehnya peta dasar laut secara tiga dimensi dan ditunjang
dengan data subbottom profiler, jalur pipa dan kabel sebagai sarana utama
atau penunjang dapat ditentrukan dengan optimal dengan mengacu kepada
peta geologi dasar laut. Jalur pipa dan kabel tersebut harus melalui jalur yang
secara geologi stabil, karena sarana-sarana tersebut sebagai penunjang dalam
eksplorasi dan eksploitasi di Laut.
5) Analisa Dampak Lingkungan di Dasar Laut
Teknologi akustik bawah air Side-Scan Sonar ini dapat juga
menunjang analisa dampak lingkungan di dasar laut. Sebagai contoh adalah
setelah eksplorasi dan ekploitasi sumber daya hayati di dasar laut dapat
dilakukan, Side-Scan Sonar dapat digunakan untuk memonitor perubahanperubahan yang terjadi disekitar daerah eksplorasi tersebut. Pemetaan dasar
laut yang dilakukan setelah eksplorasi sumber daya non-hayati tersebut, dapat
menunjang analisa dampak lingkungan yang telah terjadi yang akan terjadi.
Ekplorasi Detail
Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya
peledakan (blow aut) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan terjadi
kecelekaan pada saat melakukan pengeboran.
1.

Tahapan Kegiatan Pemboran Eksplorasi

Tahapan-tahapan secara umum yang dilakukan sebelum kegiatan pemboran
eksplorasi adalah sebagai berikut :


Kajian Peta Geologi dan Struktur Geologi daerah rencana pemboran.



Orentasi/survey lapangan berdasarkan penafsiran dari pemetaan geologi fisik

bawah permukaan air, peta topografi ataupun peta geomorfologi yang ada.
18


Menentukan titik lokasi rencana pemboran dengan cara membuat estimasi

kedalaman bahan galian.


Melakukan pemasangan titik-titik pemboran dengan GPS.



Pengawasan pemboran, dilakukan baik pada Open Hole maupun Coring dan

hasil pemeriannya dibuat pada Log Bor.

2.4 Contoh Studi Kasus:
1. PERUT TERPUKUL DRILL COLAR

Telah terjadi kecelakaan yang menyebabkan seorang Roustabout meninggal
dunia. Kecelakaan terjadi ketika sedang mengeluarkan drill colar dari dalam box
penyimpanan dengan bantuan alat angkat (crane).

a) Kronologi kecelakaan :
1. Drill Colar (DC) adalah salah satu rangkaian pipa bor yang dipasang di atas
pahat. Gunanya sebagai pemberat, sehingga pemboran lebih mudah untuk
menembus lapisan tanah.
2. Biasanya drill colar diletakkan di atas rak pipa atau disimpan dalam sebuah
kotak.
3. Pada instalasi pemboran di lepas pantai yang tempatnya serba terbatas, drill
colar disimpan di dalam kotak.
4. Untuk mengeluarkan drill colar dari dalam kotak tidak mungkin diangkat
oleh manusia, karena drill colar sangat berat, sehingga digunakan pesawat
angkat.
5. Cara mengangkatnya dengan kawat baja (sling) yang diujungnya dipasang
pengait.
6. Pengait dicantolkan di kedua ujung pipa (dc), kemudian diangkat dengan
pesawat angkat (crane).

19
7. Pada saat pengangkatan inilah terjadi kecelakaan, dimana posisi sling tidak
center dengan pipa, sehingga pipa terayun dan ujungnya menumbur perut
seorang Roustabout yang berada di dekatnya.

b) Sebab-sebab kecelakaan :

1. Posisi sling tidak center dengan drill colar yang diangkat, sehingga bergeser
pada titik imbangnya.
2. Posisi korban yang tidak tepat, sehingga terbentur oleh drill colar yang
terayun.
3. Korban kurang paham atas aspek keselamatan kerja pada pengangkatan
barang dengan crane.
4. Korban tidak paham pada aspek keselamatan kerja karena kurangnya
sosialisasi prosedur pengangkatan dengan crane.

c) Saran-saran :

1. Semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan harus diberikan petunjuk
keselamatan (safety talk) termasuk bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
2. Prosedur kerja dalam hal ini mengangkat barang dengan crane harus
disosialisasikan kepada para pekerja yang terlibat.
3. Semua pekerja harus dilengkapi dengan Personal Protection Equipment dan
dipakai saat bekerja.

2. SURGE TANK TUMBANG MENIMPA COMPANYMAN
Terjadi peristiwa kecelakaan yang menimpa seorang Companyman di lokasi
pemboran minyak dan gas bumi, yang mengakibatkan korban meninggal dunia.

20
1. Kronologi:
1. Saat proses mixing cement di surge tank independent (kaki 3), surge tank
tidak mempunyai skit dan diganjal dengan kayu eks palet, tangki goyang
dan kaki surge tank bergeser meleset dari ganjalan, kemudian amblas,
sehingga surge tank roboh menimpa korban.
2. Korban berada di sekitar surge tank yang roboh sedang mengawasi
pekerjaan mud boy yang sedang menimbang berat sampel cement.
3. Sebagai informasi surge tank tersebut didesign untuk dipasang di anjungan
lepas pantai, dimana kaki-kakinya dilas pada sebuah deck. Kaki surge tank
terbuat dari besi pipa. Karena kebutuhan, surge tank dibawa ke sebuah
lokasi pemboran darat dan hanya diganjal dengan kayu, tidak dilas pada alas
yang terbuat dari plat.

2. Penyebab kecelakaan :

1. Penggunaan surge tank di darat tidak sesuai dengan peruntukannya
2. Surge tank tidak dimodifikasi untuk digunakan di darat.
3. Posisi korban kurang beruntung, berada pada jangkauan jatuhnya surge tank

3. Saran-saran :

1. Pengawasan lebih ketat terhadap alat-alat yang akan digunakan di lapangan
2. Gunakan alat yang sesuai dengan peruntukannya
3. Melengkapi surge tank dengan guy line
4. Melengkapi surge tank dengan alas yang memadai

21
3. PEKERJA TERTIMPA TUBING BOWL

Terjadi kecelakaan yang menyebabkan seorang pekerja perawatan sumur luka
berat dan akhirnya meninggal dunia setelah dirawat secara intensif selama 10 hari
di rumah sakit.

1. Kronologi :

1. Pekerjaan yang dilakukan adalah perawatan sumur
2. Ketika mencabut tubing bowl, tiba-tiba tubing terlepas dari elevator dan
menimpa korban
3. Posisi korban berada di sekitar rak pipa
2. Penyebab kecelakaan :

1. Lock elevator tidak berfungsi dengan baik
2. Kurangnya pemeriksaan teknis terhadap elevator.
3. Saran-saran

1. Memeriksa secara teknis terhadap peralatan elevator, termasuk alat
penguncinya.
2. Membuat prosedur kerja dan disosialisasikan kepada seluruh pekerja
3. Meningkatkan safety meeting kepada seluruh pekerja

22
4. TERPERANGKAP DALAM TANGKI UNLOADING NITROGEN

Terjadi kecelakaan yang sangat tragis, dimana lima orang terperangkap di
dalam sebuah tangki undloading nitrogen. Empat orang diantaranya meninggal
dunia dan satu orang dapat diselamatkan.

1. Kronologi :

1. Pekerjaan yang dilakukan adalah fracturing sumur minyak.
2. Sekitar pukul 15.00 seorang pekerja kontraktor berlari ke arah portacamp
sambil minta tolong bahwa ada lima orang pingsan di dalam tangki
amblasan.
3. Pekerjaan dihentikan, semua crew menolong mengangkat kelima orang yang
pingsan di dalam tangki.
4. Korban pertama yang berhasil diangkat adalah orang yang terakhir masuk ke
dalam tangki, akhirnya dapat diselamatkan.
5. Empat orang yang lain dalam kondisi kritis, segera dievakuasi ke
Puskesma/Rumah sakit terdekat, namun akhirnya semua meninggal dunia.
2. Sebab-sebab kecelakaan :

1. Tangki tersebut untuk menampung unloading nitrogen dan cairan yang
keluar dari dalam sumur.
2. Tangki berbentuk persegi panjang dan lobang tangki berukuran 40 cm X 40
cm terletak di bagian sudut atas tangki.
3. Orang yang pertama masuk ke dalam tangki diduga mengambil sesuatu
barang miliknya yang terjatuh ke dalam tangki.
4. Korban-korban berikutnya adalah orang-orang yang berusaha untuk
menolong korban pertama.

23
5. Para korban diduga kekurangan oksigen, dimana di dalam tangki tersebut
banyak berisi nitrogen.
6. Ketidaktahuan korban tentang bahaya gas nitrogen dan tidak mengerti
prosedur memasuki ruang terbatas.
3. Saran-saran :

1.

Memberitahukan kepada seluruh pekerja tentang bahaya bahan kimia.

2.

Melakukan pelatihan dan pemahaman mengenai prosedur masuk kedalam
ruang terbatas (confined space).

2.5 Undang-Undang Yang Mengatur K3
KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI
No. 555.K/26/M.PE/1995
TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PERTAMBANGAN UMUM
Pasal 13
Kewajiban pengawas teknis

Pengawas teknik wajib:
a. Bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang untuk keselamatan
pemasangan dan pekerjaan serta pemeriharan yang benar dari semua peralatan
yang menjadi tugasnya;
b. Mengawasi dan memeriksa semua permesinan dan kelistrikan dalam ruang
lingkup yang menjadi tanggung jawabnya;
c. Menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian
dari pekerjaan permesinan dan kelistrikan serta peralatan;

24
d. Membuat dan menandatangani laporan dari penyelidikan, pemeriksaan, dan
pengujian;
e. Melaksanakan penyelidikan dan pengujian pada semua permesinan dan peralatan
sebelum digunakan, setelah dipasang, kembali atau diperbaiki dan
f. Merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang telah
direncanakan serta semua perbaikan permesinan tambang, pengangkutan,
pembuat jalan, dan semua mesin-mesin lainnya yang dipergunakan.

Pasal 23
Bagian Keenam
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Pada Setiap kegiatan usaha pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja
serta sifat atau luasnya pekerjaan, Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dapat
mewajibkan pengusaha untuk membentuk unit organisasi yang menangani
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berada di bawah pengawasan Kepala Teknik
Tambang.

Pasal 24
Tugas Bagian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tanggung jawab sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kecelakaan atau kejadian
yang berbahaya, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab kecelakaan,
menganalisis kecelakaan, dan pencegahan kecelakaan;
b. Mengumpulkan data mengenai daerah-daerah dan kegiatan-kegiatan yang
memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan maksud untuk memberi saran

25
kepada Kepala Teknik Tambang tentang tatacara kerja, alat-alat penambangan,
dan penggunaan alat-alat deteksi serta alat-alat pelindung diri;
c. Memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

kepada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan

pertemuan-pertemuan,

ceramah-ceramah,

diskusi-diskusi,

pemutaran

film,

publikasi, dan lain sebagainya;
d. Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota Tim Penyelamat
Tambang;
e. Menyusun statistik kecelakaan dan
f. Melakukan evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 25
Komite
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Untuk melengkapi tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 23, dalam
pelaksanaannya dapat membentuk kelompok kerja (komite) pada setiap jenjang
struktural yang mempunyai tugas:
a. Secara teratur melakukan pemeriksaan bersama-sama mengenai setiap aspek
keselamatan dan kesehatan kerja serta masala-masalah yang ada kaitannya yang
telah ditemukan di Tambang dan mengusulkan tindakan-tindakan untuk
mengatasi masalah tersebut dan
b. Mengatur inspeksi terpadu seperlunya ke tempat-tempat kerja di Tambang dalam
melaksanakan fungsinya.

26
2.6 Perlakuan K3 Terhadap Kegiatan Tambang bawah laut

Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri yang harus ada di sebuah
pengeboran minyak lepas pantai untuk menjamin keselamatan para pekerja:

1. Pakaian pelindung: pakaian pelindung adalah COVERALL yang melindungi
tubuh anggota awak dari bahan berbahaya
2. Helmet: Bagian yang paling penting dari tubuh manusia adalah kepala. Perlu
perlindungan terbaik yang disediakan oleh helm plastik keras di atas kapal.
Sebuah tali dagu juga disediakan dengan helm yang menjaga helm di tempat
ketika ada perjalanan atau jatuh.
3. Safety Shoes: maksimum dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan
mesin, yang terbuat dari logam keras dan yang membuatnya canggung untuk
awak untuk berjalan di sekitar. Safety Shoes memastikan bahwa tidak ada
luka yang terjadi di kaki para pekerja atau crew di atas Kapal
4. Sarung tangan (Hand safety): Berbagai jenis sarung tangan yang disediakan
Di Kapal. sarung tangan ini digunakan dalam operasi dimana hal ini menjadi
keharusan untuk melindungi tangan orang-orang. Beberapa sarung tangan
yang diberikan sarung tangan tahan panas untuk bekerja pada permukaan
yang panas, kapas sarung tangan untuk operasi normal, sarung tangan las,
sarung tangan bahan kimia dan lain-lain.
5. Goggles: Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia dan dalam
operasi sehari-hari pada kemungkinan kapal sangat tinggi untuk memiliki
cedera mata. kaca pelindung atau kacamata yang digunakan untuk
perlindungan mata, sedangkan kacamata las digunakan untuk operasi
pengelasan yang melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.
6. Plug: Di Ruang Mesin kapal menghasilkan suara 110-120 db ini merupakan
frekuensi suara yang sangat tinggi untuk telinga manusia. Bahkan beberapa
menit paparan dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi dan gangguan
pendengaran kadang-kadang sebagian atau penuh. Sebuah penutup telinga

27
atau steker telinga digunakan pada kapal yang mengimbangi suara yang dapat
di dengar oleh manusia dengan aman,
7. Safety harness: operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecatan
permukaan yang tinggi yang memerlukan anggota kru untuk menjangkau
daerah-daerah yang tidak mudah diakses. Untuk menghindari jatuh dari
daerah tinggi seperti itu, maka menggunakan Safety harness. Safety harness
adalah di kenakan oleh operator di satu ujung dan diikat pada titik kuat di
ujunglainnya. Face mask: Baik yang Bekerja di permukaan insulasi,
pengecetan atau membersih
8. Kan karbon yang melibatkan partikel berbahaya dan minor yang berbahaya
bagi tubuh manusia jika dihirup langsung. Untuk menghindari hal ini, masker
wajah diberikan hal ini di gunakan sebagai perisai muka dari partikel
berbahaya.
9. Chemical suit: Penggunaan bahan kimia di atas kapal sangat sering dan
beberapa bahan kimia yang sangat berbahaya bila berkontak langsung dengan
kulit manusia. Chemical suit dipakai untuk menghindari situasi seperti itu.
10. Welding perisai: Welding adalah kegiatan yang sangat umum di atas kapal
untuk perbaikan struktural.

28
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Dalam kegiatan ekplorasi penambangan bawah laut ada 2 metode yang dapat
digunakan diantaranya metode seismik dan sonar. Sonar (Sound Navigation and
Ranging) adalah sistem penginderaan bawah air dengan menggunakan gelombang
suara (akustik).
Untuk menjamin keselamatan kerja pada kegiatan eksplorasi tambang bawah
air adalah dengan menggunakan APD (Alat pelindung Diri), Alat-alat yang perlu
diperhatikan untuk menjamin keselamatan para pekerjadiantaranya :Pakaian
pelindung, Helmet,Safety Shoes, Sarung tangan, Goggles, Plugs, Safety harness,
Kan karbon, Chemical suit, Welding perisai.
Alat Pelindung Diri ini merupakan pilihan terakhir untuk mengendalikan
bahaya sebab APD bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya sekedar
mengurangi efek atau keparahan kecelakaan.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurang
didalamnya dalam mengembangkan materinya, dikarenakan keterbatasan
reverensi dan bahan yang diperoleh.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

29
30

More Related Content

What's hot

Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah I
Zul Anwar
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Rpbowo
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambangan
heny novi
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
Miftakhul Yaqin
 
Analisis VES Resistivity dengan IP2WIN
Analisis VES Resistivity dengan IP2WINAnalisis VES Resistivity dengan IP2WIN
Analisis VES Resistivity dengan IP2WIN
Dery Marsan
 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Fajar Perdana
 
Isi laporan rod mill
Isi laporan rod millIsi laporan rod mill
Isi laporan rod mill
Irwin Maulana
 

What's hot (20)

Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah I
 
Pemadatan tanah
Pemadatan tanahPemadatan tanah
Pemadatan tanah
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambangan
 
Uji berat titik (point load test) UNPAR
Uji berat titik (point load test) UNPARUji berat titik (point load test) UNPAR
Uji berat titik (point load test) UNPAR
 
Hidrologi 3. hujan
Hidrologi 3. hujanHidrologi 3. hujan
Hidrologi 3. hujan
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
257759909 seismologi
257759909 seismologi257759909 seismologi
257759909 seismologi
 
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangPertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
 
Analisis VES Resistivity dengan IP2WIN
Analisis VES Resistivity dengan IP2WINAnalisis VES Resistivity dengan IP2WIN
Analisis VES Resistivity dengan IP2WIN
 
Laporan praktikum Fislab porositas dan densitas batuan
Laporan praktikum Fislab porositas dan densitas batuanLaporan praktikum Fislab porositas dan densitas batuan
Laporan praktikum Fislab porositas dan densitas batuan
 
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
 
Sistem Penambangan
Sistem PenambanganSistem Penambangan
Sistem Penambangan
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPAPETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
 
Kuat geser
Kuat geserKuat geser
Kuat geser
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
 
Produktivitas Alat Berat Dozer
Produktivitas Alat Berat DozerProduktivitas Alat Berat Dozer
Produktivitas Alat Berat Dozer
 
Isi laporan rod mill
Isi laporan rod millIsi laporan rod mill
Isi laporan rod mill
 

Similar to Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2

Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut i
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut iPeran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut i
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut i
Sylvester Saragih
 
Metode Geofisika
Metode GeofisikaMetode Geofisika
Metode Geofisika
keynahkhun
 
Materi manfaat gelombang bunyi
Materi manfaat gelombang bunyiMateri manfaat gelombang bunyi
Materi manfaat gelombang bunyi
Inten Aja Deh
 
Wireline log
Wireline logWireline log
Wireline log
ubaii
 
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiunAgroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Riski Lubis
 
Draft peraturan gempa
Draft peraturan gempaDraft peraturan gempa
Draft peraturan gempa
Nufrizal H
 

Similar to Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2 (20)

metode reflaksi.pdf
metode reflaksi.pdfmetode reflaksi.pdf
metode reflaksi.pdf
 
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut i
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut iPeran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut i
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut i
 
Gambar 20
Gambar 20Gambar 20
Gambar 20
 
Metode Seismik
Metode Seismik Metode Seismik
Metode Seismik
 
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisikaMETODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
 
Metode Geofisika
Metode GeofisikaMetode Geofisika
Metode Geofisika
 
Tugas geofisika
Tugas geofisikaTugas geofisika
Tugas geofisika
 
Inling 2018
Inling 2018Inling 2018
Inling 2018
 
Materi manfaat gelombang bunyi
Materi manfaat gelombang bunyiMateri manfaat gelombang bunyi
Materi manfaat gelombang bunyi
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)
 
GEOFISIKA EKSPLORASI.pdf
GEOFISIKA EKSPLORASI.pdfGEOFISIKA EKSPLORASI.pdf
GEOFISIKA EKSPLORASI.pdf
 
Wireline log
Wireline logWireline log
Wireline log
 
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiunAgroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
 
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
 
Pengantar teknologi mineral 2
Pengantar teknologi mineral 2Pengantar teknologi mineral 2
Pengantar teknologi mineral 2
 
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
 
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumi
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumiMitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumi
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumi
 
Draft peraturan gempa
Draft peraturan gempaDraft peraturan gempa
Draft peraturan gempa
 
Revisi peta gempa
Revisi peta gempaRevisi peta gempa
Revisi peta gempa
 
Tugas eksplorasi lanjut
Tugas eksplorasi lanjutTugas eksplorasi lanjut
Tugas eksplorasi lanjut
 

More from Sylvester Saragih

More from Sylvester Saragih (20)

Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...
Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...
Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...
 
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
 
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi dan prinsip ...
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi  dan prinsip ...Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi  dan prinsip ...
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi dan prinsip ...
 
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industriBahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
 
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...
 
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)
 
186703099 petrologi-batubara
186703099 petrologi-batubara186703099 petrologi-batubara
186703099 petrologi-batubara
 
Kamus istilah tambang
Kamus istilah tambangKamus istilah tambang
Kamus istilah tambang
 
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambangTugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
 
Mine plan
Mine planMine plan
Mine plan
 
Ptm
PtmPtm
Ptm
 
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
 
Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1
 
Uu 32 tahun 2009 (pplh)
Uu 32 tahun 2009 (pplh)Uu 32 tahun 2009 (pplh)
Uu 32 tahun 2009 (pplh)
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
 
Humprey spiral 2
Humprey spiral 2Humprey spiral 2
Humprey spiral 2
 
Humprey spiral
Humprey spiralHumprey spiral
Humprey spiral
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
 
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantanTugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
 
Bahan kuliah materi 8
Bahan kuliah materi 8Bahan kuliah materi 8
Bahan kuliah materi 8
 

Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2

  • 1. PERAN K3 DALAM EKSPLORASI TAMBANG BAWAH LAUT Disusun Oleh 1. SUSANTO 2. SYLVESTER SARAGIH 3. BINSAR REZEKI SINAGA 4. SYAICHU ROZIN A 5. UDIN MUHRUDIN 6. MEY TRISONI SILALAHI 7. RAJIKIN NOOR 8. E PERIKO 9. WENDRA BANGSAWAN 10. EDDY S MANURUNG 11. IRVAN W SITANGGANG 12. FRANS GANDA UJUNG DBD 111 0106 DBD 111 0105 DBD 111 0119 DBD 111 0011 DBD 111 0067 DBD 111 0123 DBD 111 0054 DBD 111 0101 DBD 111 0107 DBD 111 0137 DBD 111 0078 DBD 111 0129 Universitas Palangkaraya Fakultas Teknik Pertambangan 2013 1
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap eksplorasi tambang bawah laut. Salah satu metode yang digunakan adalah eksplorasi seismik. Eksplorasi seismik adalah istilah yang dipakai di dalam bidang geofisika untuk menerangkan aktivitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan bantuan gelombang seismik. Hasil rekaman yang diperoleh dari survei ini disebut dengan penampang seismik. Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan menggunakan metode seismik banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan minyak untuk melakukan pemetaan struktur di bawah permukaan bumi untuk bisa melihat kemungkinan 2
  • 3. adanya jebakan-jebakan minyak berdasarkan interpretasi dari penampang seismiknya. Di dalam eksplorasi seismik dikenal 2 macam metode, yaitu: 1. Metode seismik pantul 2. Metode seismik bias 1.2 Permasalahan Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana perlunya manajemen K3 untuk mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan eksplorasi tambang bawah air menggunakan metoda seismik. 1.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran dan fungsi K3 dalam proses kegiatan eksplorasi tambang bawah laut dalam mengatasi kecelakaan, serta meningkatkan kesehatan dan keselamatan para pekerja. 3
  • 4. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Eksplorasi Pendahuluan Tambang Bawah Laut Penambangan bawah laut adalah proses pengambilan mineral yang relatif baru yang dilakukan di lantai samudra. Situs penambangan samudra biasanya berada di sekitar kawasan nodul polimetalik atau celah hidrotermal aktif dan punah pada kedalaman 1.400 - 3.700 meter di bawah permukaan laut. Celah tersebut menciptakan deposit sulfida, yang berisikan logam mulia seperti perak, emas, tembaga, mangan, kobalt, dan seng. Deposit tersebut ditambang menggunakan pompa hidraulik atau sistem ember yang mengangkut bijih ke permukaan untuk diproses. Mengenai operasi penambangan, penambangan bawah laut memunculkan pertanyaan mengenai kerusakan lingkungan terhadap daerah sekitar. 2.2 Studi Literatur Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dan lain-lain, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tandatandanya dapat dilihat di lapangan. 4
  • 5. 2.3 Survei dan Pemetaan Dalam kegiatan ekplorasi penambangan bawah laut ada 2 metode yang dapat digunakan untuk survei dan pemetaan diantaranya metode seismik dan sonar. Metode Seismik A. Akuisisi Data Seismik Secara garis besar eksplorasi seismik dibagi menjadi eksplorasi seismik dangkal dan eksplorasi seismik dalam. Eksplorasi seismik yang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon (minyak dan gas bumi) adalah eksplorasi seismik dalam.Sedangkan eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasa digunakan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya.Akuisisi data adalah untuk memperoleh data seismik dari area yang disurvey. Refraksi Seismologi (Pembiasan seismik) adalah prinsip geofisika yang diatur oleh hukum Snell.Digunakan dalam bidang geologi teknik , rekayasa refraksi geoteknik dan geofisika seismik ( garis seismik ) eksplorasi. dilakukan Transverse dengan menggunakan seismograf atau geopone dalam array dan sumber energi. Metode refraksi seismik refraksi memanfaatkan gelombang seismik pada lapisan geologi dan batuan / unit tanah untuk mencirikan kondisi geologi bawah permukaan dan struktur geologi . Sumber seismik adalah sebuah alat yang menggenerate kontrol energi seismik yang digunakan untuk melakukan survey seismik baik itu refleksi maupun refraksi.Sebuah sumber seismik dapat merupakan alat yang sederhana seperti bahan peledak (dinamit), atau dapat merupakan teknologi yang lebih canggih seperti Airgun. Sumber seismik dapat menyediakan pulsa tunggal atau sweep energi yang terus menerus menghasilkan gelombang seismik, yang perjalanan 5
  • 6. melalui media seperti air atau lapisan batuan. Beberapa gelombang kemudian mencerminkan dan membiaskan. Source signature adalah karakteristik pulsa akustik (acoustic pulse) yang dihasilkan oleh sumber gelombang seismik.Pada akusisi seismik marine, source signature diukur dengan meletakkan perekam (hydrophone) pada kedalaman tertentu yang biasanya 90 meter di bawah sumber gelombang (air gun). Marine source signature memiliki tiga elemen penting yakni direct arrival atau gelombang yang merambat dari sumber langsung ke penerima, source ghost yang terefleksikan oleh batas air udara dan bubble pulse yang dihasilkan oleh gelembung udara akibat ledakan.Gambar di bawah ini adalah arsitektur marine source signaturedalam domain waktu dan domain frekuensi. Gambar 2.1 Arsitektur marine source signaturedalam domain waktu dan domain frekuensi. Hubungan antara frekuensi ghost dengan digambarkan dengan persamaan sebagai berikut : 6 kedalaman dapat
  • 7. Dimana, K = integer 0, 1, 2, 3, dst Vair = kecepatan gelombang seismik pada air(~1485m/s) dperekam = kedalaman hydrophone (biasanya 7 meter) θ = sudut arah penjalaran gelombang terhadap garis vertikal Jika diasumsikan θ=70o maka akan diperoleh fghost pertama=0 dan fghost berikutnya ~110Hz. Pada kondisi ini, jika rentang frekuensi seismik yang umumnya 3-85Hz akan terhindar dari interferensi ghost notch. Pengaruh intereferensi bubbles dapat dihindari dengan mendesain volume airgun yang berbeda-beda. Sehingga, selain memiliki keuntungan jumlah energi yang besar, rangkaian sumber dengan perbedaan volume tersebut akan memberikan efek destructive interference antara satu bubble dengan bubble yang lainnya. Hal ini disebabkan karena waktu munculnya bubble merupakan fungsi dari dari volume, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini: 7
  • 8. Gambar 2.2 Rangkaian sumber dengan perbedaan volume tersebut dalam memberikan efek destructive interference antara satu bubble dengan bubble yang lainnya. Parameter akusisi data seismik terdiri dari lintasan seismik, sumber getar, receiver, peralatan perekaman, dan media penyimpanan data. Ditinjau dari jenis survei yang sering dilakukan, maka parameter akusisi seismik dibagi atas : 1. Jenis source : - Dinamit - Vibrator - Air gun - Weight drop 2. Jenis receiver : - Geophone (single, array) - Hidrophone (single, array) - Geophone 3-C (single, array) 3. Instrument perekaman : - Analog - Digital 4. Media penyimpanan data : - Round tape - Cartridge - Hexabyte 5. Format data : - Multiplex (SEG-A, SEG-B) 8
  • 9. - Demultiplex (SEG-D, SEG-Y) 6. Geometri : - Split spread (Simetri, Asymetri) - Off-end (double, alternating) 7. Navigasi : - Pengukuran stake B. Desain Parameter Akusisi Seismik Parameter awal yang pertama kali ditentukan adalah jenis sumber getar dan penerima, hal ini disesuaikan dengan kondisi permukaan (daratan, rawa, transisi atau laut). Pada tahap berikutnya, adalah menentukan atau menghitung parameter perekaman yang terdiri atas : 1. Offset maksimum, yaitu panjang bentangan perekaman 2. Offset minimum, yaitu jarak terdekat antara sumber 3. Grup interval, yaitu arak antar receiver 4. Shot interval, yaitu jarak antar sumber getar 5. Jumlah chanel, yaitu jumlah sambungan titik rekam pada setiap perekaman 6. Sample rate, yaitu laju pencuplikan data. 7. Record length, yaitu panjang perekaman 8. Instrument, yaitu peralatan yang akan digunakan pada perekaman data C. Tahapan Akusisi Data (Darat) 1. Pembuatan Lintasan Seismik a.Pembuatan Kerangka Horizontal GPS Pembuatan Kerangka GPS adalah pembuatan kerangka yang berisi titik-titik ikat yang akan dijadikan ikatan pengukuran lintasan seismik. b. Pengukuran Lintasan Merupakan pembuatan lintasan berupa garis lurus dengan lebar lintasan ± 2 meter yang dapat dilalui oleh orang berjalan guna mengangkut peralatan. 9
  • 10. c. Pemboran dan Penanaman Dinamit 1. Pembuatan lubang bor sedalam 20 – 40 meter yang akan digunakan untuk menanam dinamit sebagai sumber getar. Pembuatan lubang bor ditentukan dari patok yang sudah ditentukan sebagai titik tembak ( SP / shot point). 2. Pada titik tembak yang telah dibor dilakukan penanaman dinamit yang ukurannya telah ditentukan. 2. Tes Instrumen Merupakan pengujian alat rekam agar spesifikasi alat tersebut sesuai dengan standar spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik. 3. Tes Parameter Beberapa pengujian yang harus dilakukan sebelum perekaman antara lain : a) Cap undershoot, yaitu pengujian terhadap ketepatan waktu peledakan dinamit dan perekaman. Mengingat setiap perekaman menggunakan Alat tembak (blaster) lebih dari satu, maka peralatan tersebut dibuat memiliki karakter yang sama. b) Charge size, pengujian besarnya charge dinamit yang akan digunakan. c) Array, pemilihan bentuk array geopon untuk meningkatkan S/N.. 4. Perekaman dan Kendali Mutu a) Melakukan perekaman seluruh lintasan sesuai dengan parameter yang telahditentukan. b) Melakukan pengamatan / analisis terhadap hasil perekaman data. c) Secara umum kendali mutu dilakukan pada seluruh pekerjaan seismik, karenaseluruh tahapan pekerjaan seismik dapat mempengaruhi kualitas data seismik. D. Seismic Data Processing CDP (Common Deep Point) Method CDP (Common Deep Point) adalah istilah dalam pengambilan data seismik untuk konfigurasi sumber-penerima dimana terdapat satu titik tetap dibawah permukaan bumi. 10
  • 11. Gambar 2.3 CDP (Common Deep Point) 1. Deconvolution Dekonvolusi adalah proses pengolahan data seismik yang bertujuan untuk meningkatkan resolusi temporal (baca: vertikal) dengan cara mengkompres wavelet seismik. Deconvolusi dilakukan dengan melakukan konvolusi antara data seismik dengan sebuah filter yang dikenal dengan Wiener Filter . Filter Wiener diperoleh melalui permasaan matriks berikut: axb=c  a adalah hasil autokorelasi wavelet input (wavelet input diperoleh dengan mengekstrak dari data seismik)  b adalah Filter Wiener  c adalah kros korelasi antara wavelet input dengan output yang dikehendaki. Output yang dikehendaki terbagi menjadi beberapa jenis [Yilmaz,1987]: 1. Zero lag spike (spiking deconvolution)2. Spike pada lag tertentu. 2. time advanced form of input series (predictive deconvolution) 3. Zero phase wavelet5. Wavelet dengan bentuk tertentu (Wiener Shaping Filters) 11
  • 12. Zero lag spike memiliki bentuk [1 , 0, 0, 0, ..., 0] yakni amplitudo bukan nol terletak para urutan pertama. Jika Output yang dikehendaki memiliki bentuk [0 , 0, 1, 0, ..., 0] maka disebut spike pada lag 2 (amplitudo bukan nol terletak para urutan ketiga) dan seterusnya.Dalam bentuk matrix, Persamaan Filter Wiener dituliskan sbb: dimana n adalah jumlah elemen. Matriks a diatas merupakan matriks dengan bentuk spesial yakni matriks Toeplitz, dimana solusi persamaan diatas secara efisien dapat dipecahkan dengan solusi Levinson. 2. Interpretation a. Interpretasi Struktur Geologi i. Sesar • Adanya ketidakmenerusan pada pola refleksi (offset pada horison) • Penyebaran kemiringan yang tidak sesuai dengan atau tidak berhubungan dengan stratigrafi • Adanya pola difraksi pada zona patahan • Adanya perbedaan karakter refleksi pada kedua zona dekat sesar. ii. Lipatan Adanya pelengkungan horison seismik yang membentuk suatu antiklin maupun sinklin 12
  • 13. iii. Diapir (kubah garam) • Adanya dragging effect yang kuat pada refleksi horison di kanan atau di kiri tubuh diapir sehingga membentuk flank di kedua sisi. • Adanya penipisan lapisan batuan diatas tubuh diaper • Dapat terjadi pergeseran sumbu lipatan akibat dragging effect iv. Intrusi • dragging effect tidak jelas / sangat kecil. • batuan sedimen yang tererobos intrusi mengalami melting sehingga struktur perlapisannya menjadi tidak jelas / cenderung chaotic di kanankiri intrusi. b. Interpretasi Stratigrafi c. Langkah interpretasi stratigrafi seismik d. Analisis sekuen seismik Sekuen seismik dibatasi oleh terminasi horizon seismik (toplap, downlap, dan lain-lain) yang membatasi sekuen pada bagian atas dan bawahnya. e. Analisis fasies seismik Deskripsi dan interpretasi geologi berdasarkan parameter – parameter konfigurasi pantulan, kontinuitas pantulan, amplitudo, frekuensi, kecepatan interval dan geometri.Analisa yang dapat secara langsung dilakukan pada sayatan seismik adalah konfigurasi pantulan. Satu sekuen seismik dapat terdiri dari beberapa fasies seismik e. Analisis muka air laut Penafsiran perubahan muka air laut relatif berdasarkan analisa sekuen dan fasies seismik f. Analisis sekuen seismic • Stratigrafi sekuen : pembagian sedimen berdasarkan kesamaan genetik yang dibatasi dari satuan genetik lain oleh suatu ketidakselarasan atau bidang non deposisi dan keselarasan padanannya. • Penampang seismik dibagi menjadi unit-unit sekuen pengendapan 13
  • 14. Unit-unit sekuen pengendapan dapat diketahui dengan melihat batas sikuen datau pola pengakhiran seismik. • Erotional truncation : pengakhiran suatu seismik oleh lapisan erosi, merupakan batas sekuen yang paling reliable •Toplap : pengakhiran updip lapisan pada permukaan yang menutupinya (karena non deposisi atau erosi minor) • Downlap : lapisan miring yang berakhir secara downdip pada permukaan horisontal/miring (dominan karena non deposisi) • Onlap : lapisan yang relatif horisontal berakhir pada permukaan miring atau pengakhiran updip lapisan miring pada permukaan yang lebih miring (dominan karena non deposisi)downlap dan onlap yang kurang dapat dibedakan satusama lain sering dinamakan sebagai baselap. Gambar 2.4 Analisis sekuen seismic 3. Seismic Stratigraphic Surfaces • Maximum Flooding Surface (MFS) : permukaan yang mencerminkan keadaan maximum transgression (kolom air tinggi maksimum). secara stratigrafi merupakan pengendapan dengan laju yang rendah berupa sedimen pelagic – hemipelagic yang membentuk condensed section. Dari seismik dapat terlihat sebagai permukaan downlap, namun tidak semua permukaan downlap merupakan MFS 14
  • 15. • Transgresive Surface (TS): merupakan awal dari transgresive system track yang memiliki bentuk stacking patern retrogradasi. TS sukar dikaitkan dengan terminasi horizon. • Lowstand System Tract (LST) : dibatasi SB dibagian bawah dan TS dibagian atas. Merupakan keadaan rising sea level dan high sedimentation sehingga memiliki stacking patern agradasi atau slightly prograde. Transgresive System Tract (TST) : berada diatas LST dan dibawah HST, dibatas TS dibagian bawah dan MFS dibagian atas. Menunjukkan keadaan rapid sea level rise dan low sedimentation sehingga menunjukkan stacking patern retrogradasi. Highstand System Tract (HST) : berada diatas TST, dibawah LST, dibatasi SB dibagian atas dan MFS dibagian bawah. Menunjukkan keadaan sealevel stand still dan low sedimentation, memiliki stacking patern progradasiTidak semua system tract dapat dijumpai, misalkan LST tidak dijumpai dan diatas TST langsung didapati HST. Gambar 2.3 Keadaan sealevel stand still dan low sedimentation 15
  • 16. 4. Analisis fasies seismic Analisis fasies seismik : deskripsi dan interpretasi geologi dari parameterparameter pantulan seismik yang meliputi konfigurasi pantulan, kontinuitas pantulan, amplitudo, frekuensi, kecepatan internal, dan geometri eksternal. Parameter seismik yang dapat dianalisis secara visual/langsung di sayatan seismik terutama adalah konfigurasi pantulan seismik a. Konfigurasi pantulan seismik dalam analisis stratigrafi seismic PARAREL & SUBPARAREL. b. - Relatif sejajar - Kecepatan pengendapan yang seragam pada paparan yang menurun secara seragam atau dalam cekungan sedimen yang stabil - Variasi : even dan wavy c. Divergen - Berbentuk membaji dimana penebalan lateral dari seluruh unit disebabkan oleh penebalan dari pantulan itu sendiri - Variasi lateral kecepatan pengendapan atau pengangkatan/pemiringan secara progresif bidang pengendapan Metode sonar Sonar (Sound Navigation and Ranging) adalah sistem penginderaan bawah air dengan perkembangannya menggunakan teknologi gelombang penginderaan suara bawah air (akustik).Dalam sangat banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi lainnya, terutama teknologi sensor, elektronika dan microprocessor.Dengan kemajuan teknik pemrosesan sinyal maka penerapan dalam bidang non-militer mulai dikembangkan untuk berbagai aplikasi misalnya untuk pemetaan dasar laut, perikanan dan sebagainya. Berikut adalah penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya non-hayati laut, berikut ini merupakan bagian dari peranan sonar yaitu : 16
  • 17. 1) Pengukuran Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry) Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers). 2) Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers) Seperti telah disebutkan diatas bahwa dengan teknologi akustik bawah air, peralatan side-scan sonar yang mutahir dilengkapi dengan subbottom profilers dengan menggunakan prekuensi yang lebih rendah dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi yang digunakan untuk penetrasi kedalam lapisan-lapisan sedimen dibawah dasar laut. Dengan adanya klasifikasi lapisan sedimen dasar laut dapat menunjang dalam menentukkan kandungan mineral dasar laut dalam.Dengan demikian teknologi akustik bawah air dapat menunjang esplorasi sumberdaya non hayati laut. 3) Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping) Dengan teknologi side-scan sonar dalam pemetaan dasar laut, dapat menghasilkan tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi. Dengan teknologi akustik bawah air yang canggih ini dan dikombinasikan dengan data dari subbottom profilers, akan diperoleh peta dasar laut yang lengkap dan rinci. Peta dasar laut yang lengkap dan rinci ini dapat digunakan untuk menunjang penginterpretasian struktur geologi bawah dasar laut dan kemudian dapat digunakan untuk mencari mineral bawah dasar laut. 17
  • 18. 4) Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut. Dengan diperolehnya peta dasar laut secara tiga dimensi dan ditunjang dengan data subbottom profiler, jalur pipa dan kabel sebagai sarana utama atau penunjang dapat ditentrukan dengan optimal dengan mengacu kepada peta geologi dasar laut. Jalur pipa dan kabel tersebut harus melalui jalur yang secara geologi stabil, karena sarana-sarana tersebut sebagai penunjang dalam eksplorasi dan eksploitasi di Laut. 5) Analisa Dampak Lingkungan di Dasar Laut Teknologi akustik bawah air Side-Scan Sonar ini dapat juga menunjang analisa dampak lingkungan di dasar laut. Sebagai contoh adalah setelah eksplorasi dan ekploitasi sumber daya hayati di dasar laut dapat dilakukan, Side-Scan Sonar dapat digunakan untuk memonitor perubahanperubahan yang terjadi disekitar daerah eksplorasi tersebut. Pemetaan dasar laut yang dilakukan setelah eksplorasi sumber daya non-hayati tersebut, dapat menunjang analisa dampak lingkungan yang telah terjadi yang akan terjadi. Ekplorasi Detail Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya peledakan (blow aut) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan terjadi kecelekaan pada saat melakukan pengeboran. 1. Tahapan Kegiatan Pemboran Eksplorasi Tahapan-tahapan secara umum yang dilakukan sebelum kegiatan pemboran eksplorasi adalah sebagai berikut :  Kajian Peta Geologi dan Struktur Geologi daerah rencana pemboran.  Orentasi/survey lapangan berdasarkan penafsiran dari pemetaan geologi fisik bawah permukaan air, peta topografi ataupun peta geomorfologi yang ada. 18
  • 19.  Menentukan titik lokasi rencana pemboran dengan cara membuat estimasi kedalaman bahan galian.  Melakukan pemasangan titik-titik pemboran dengan GPS.  Pengawasan pemboran, dilakukan baik pada Open Hole maupun Coring dan hasil pemeriannya dibuat pada Log Bor. 2.4 Contoh Studi Kasus: 1. PERUT TERPUKUL DRILL COLAR Telah terjadi kecelakaan yang menyebabkan seorang Roustabout meninggal dunia. Kecelakaan terjadi ketika sedang mengeluarkan drill colar dari dalam box penyimpanan dengan bantuan alat angkat (crane). a) Kronologi kecelakaan : 1. Drill Colar (DC) adalah salah satu rangkaian pipa bor yang dipasang di atas pahat. Gunanya sebagai pemberat, sehingga pemboran lebih mudah untuk menembus lapisan tanah. 2. Biasanya drill colar diletakkan di atas rak pipa atau disimpan dalam sebuah kotak. 3. Pada instalasi pemboran di lepas pantai yang tempatnya serba terbatas, drill colar disimpan di dalam kotak. 4. Untuk mengeluarkan drill colar dari dalam kotak tidak mungkin diangkat oleh manusia, karena drill colar sangat berat, sehingga digunakan pesawat angkat. 5. Cara mengangkatnya dengan kawat baja (sling) yang diujungnya dipasang pengait. 6. Pengait dicantolkan di kedua ujung pipa (dc), kemudian diangkat dengan pesawat angkat (crane). 19
  • 20. 7. Pada saat pengangkatan inilah terjadi kecelakaan, dimana posisi sling tidak center dengan pipa, sehingga pipa terayun dan ujungnya menumbur perut seorang Roustabout yang berada di dekatnya. b) Sebab-sebab kecelakaan : 1. Posisi sling tidak center dengan drill colar yang diangkat, sehingga bergeser pada titik imbangnya. 2. Posisi korban yang tidak tepat, sehingga terbentur oleh drill colar yang terayun. 3. Korban kurang paham atas aspek keselamatan kerja pada pengangkatan barang dengan crane. 4. Korban tidak paham pada aspek keselamatan kerja karena kurangnya sosialisasi prosedur pengangkatan dengan crane. c) Saran-saran : 1. Semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan harus diberikan petunjuk keselamatan (safety talk) termasuk bahaya-bahaya yang mungkin terjadi. 2. Prosedur kerja dalam hal ini mengangkat barang dengan crane harus disosialisasikan kepada para pekerja yang terlibat. 3. Semua pekerja harus dilengkapi dengan Personal Protection Equipment dan dipakai saat bekerja. 2. SURGE TANK TUMBANG MENIMPA COMPANYMAN Terjadi peristiwa kecelakaan yang menimpa seorang Companyman di lokasi pemboran minyak dan gas bumi, yang mengakibatkan korban meninggal dunia. 20
  • 21. 1. Kronologi: 1. Saat proses mixing cement di surge tank independent (kaki 3), surge tank tidak mempunyai skit dan diganjal dengan kayu eks palet, tangki goyang dan kaki surge tank bergeser meleset dari ganjalan, kemudian amblas, sehingga surge tank roboh menimpa korban. 2. Korban berada di sekitar surge tank yang roboh sedang mengawasi pekerjaan mud boy yang sedang menimbang berat sampel cement. 3. Sebagai informasi surge tank tersebut didesign untuk dipasang di anjungan lepas pantai, dimana kaki-kakinya dilas pada sebuah deck. Kaki surge tank terbuat dari besi pipa. Karena kebutuhan, surge tank dibawa ke sebuah lokasi pemboran darat dan hanya diganjal dengan kayu, tidak dilas pada alas yang terbuat dari plat. 2. Penyebab kecelakaan : 1. Penggunaan surge tank di darat tidak sesuai dengan peruntukannya 2. Surge tank tidak dimodifikasi untuk digunakan di darat. 3. Posisi korban kurang beruntung, berada pada jangkauan jatuhnya surge tank 3. Saran-saran : 1. Pengawasan lebih ketat terhadap alat-alat yang akan digunakan di lapangan 2. Gunakan alat yang sesuai dengan peruntukannya 3. Melengkapi surge tank dengan guy line 4. Melengkapi surge tank dengan alas yang memadai 21
  • 22. 3. PEKERJA TERTIMPA TUBING BOWL Terjadi kecelakaan yang menyebabkan seorang pekerja perawatan sumur luka berat dan akhirnya meninggal dunia setelah dirawat secara intensif selama 10 hari di rumah sakit. 1. Kronologi : 1. Pekerjaan yang dilakukan adalah perawatan sumur 2. Ketika mencabut tubing bowl, tiba-tiba tubing terlepas dari elevator dan menimpa korban 3. Posisi korban berada di sekitar rak pipa 2. Penyebab kecelakaan : 1. Lock elevator tidak berfungsi dengan baik 2. Kurangnya pemeriksaan teknis terhadap elevator. 3. Saran-saran 1. Memeriksa secara teknis terhadap peralatan elevator, termasuk alat penguncinya. 2. Membuat prosedur kerja dan disosialisasikan kepada seluruh pekerja 3. Meningkatkan safety meeting kepada seluruh pekerja 22
  • 23. 4. TERPERANGKAP DALAM TANGKI UNLOADING NITROGEN Terjadi kecelakaan yang sangat tragis, dimana lima orang terperangkap di dalam sebuah tangki undloading nitrogen. Empat orang diantaranya meninggal dunia dan satu orang dapat diselamatkan. 1. Kronologi : 1. Pekerjaan yang dilakukan adalah fracturing sumur minyak. 2. Sekitar pukul 15.00 seorang pekerja kontraktor berlari ke arah portacamp sambil minta tolong bahwa ada lima orang pingsan di dalam tangki amblasan. 3. Pekerjaan dihentikan, semua crew menolong mengangkat kelima orang yang pingsan di dalam tangki. 4. Korban pertama yang berhasil diangkat adalah orang yang terakhir masuk ke dalam tangki, akhirnya dapat diselamatkan. 5. Empat orang yang lain dalam kondisi kritis, segera dievakuasi ke Puskesma/Rumah sakit terdekat, namun akhirnya semua meninggal dunia. 2. Sebab-sebab kecelakaan : 1. Tangki tersebut untuk menampung unloading nitrogen dan cairan yang keluar dari dalam sumur. 2. Tangki berbentuk persegi panjang dan lobang tangki berukuran 40 cm X 40 cm terletak di bagian sudut atas tangki. 3. Orang yang pertama masuk ke dalam tangki diduga mengambil sesuatu barang miliknya yang terjatuh ke dalam tangki. 4. Korban-korban berikutnya adalah orang-orang yang berusaha untuk menolong korban pertama. 23
  • 24. 5. Para korban diduga kekurangan oksigen, dimana di dalam tangki tersebut banyak berisi nitrogen. 6. Ketidaktahuan korban tentang bahaya gas nitrogen dan tidak mengerti prosedur memasuki ruang terbatas. 3. Saran-saran : 1. Memberitahukan kepada seluruh pekerja tentang bahaya bahan kimia. 2. Melakukan pelatihan dan pemahaman mengenai prosedur masuk kedalam ruang terbatas (confined space). 2.5 Undang-Undang Yang Mengatur K3 KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI No. 555.K/26/M.PE/1995 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN UMUM Pasal 13 Kewajiban pengawas teknis Pengawas teknik wajib: a. Bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang untuk keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta pemeriharan yang benar dari semua peralatan yang menjadi tugasnya; b. Mengawasi dan memeriksa semua permesinan dan kelistrikan dalam ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya; c. Menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian dari pekerjaan permesinan dan kelistrikan serta peralatan; 24
  • 25. d. Membuat dan menandatangani laporan dari penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian; e. Melaksanakan penyelidikan dan pengujian pada semua permesinan dan peralatan sebelum digunakan, setelah dipasang, kembali atau diperbaiki dan f. Merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang telah direncanakan serta semua perbaikan permesinan tambang, pengangkutan, pembuat jalan, dan semua mesin-mesin lainnya yang dipergunakan. Pasal 23 Bagian Keenam Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Setiap kegiatan usaha pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja serta sifat atau luasnya pekerjaan, Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dapat mewajibkan pengusaha untuk membentuk unit organisasi yang menangani Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berada di bawah pengawasan Kepala Teknik Tambang. Pasal 24 Tugas Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kecelakaan atau kejadian yang berbahaya, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab kecelakaan, menganalisis kecelakaan, dan pencegahan kecelakaan; b. Mengumpulkan data mengenai daerah-daerah dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan maksud untuk memberi saran 25
  • 26. kepada Kepala Teknik Tambang tentang tatacara kerja, alat-alat penambangan, dan penggunaan alat-alat deteksi serta alat-alat pelindung diri; c. Memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah-ceramah, diskusi-diskusi, pemutaran film, publikasi, dan lain sebagainya; d. Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota Tim Penyelamat Tambang; e. Menyusun statistik kecelakaan dan f. Melakukan evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pasal 25 Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk melengkapi tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 23, dalam pelaksanaannya dapat membentuk kelompok kerja (komite) pada setiap jenjang struktural yang mempunyai tugas: a. Secara teratur melakukan pemeriksaan bersama-sama mengenai setiap aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta masala-masalah yang ada kaitannya yang telah ditemukan di Tambang dan mengusulkan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dan b. Mengatur inspeksi terpadu seperlunya ke tempat-tempat kerja di Tambang dalam melaksanakan fungsinya. 26
  • 27. 2.6 Perlakuan K3 Terhadap Kegiatan Tambang bawah laut Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri yang harus ada di sebuah pengeboran minyak lepas pantai untuk menjamin keselamatan para pekerja: 1. Pakaian pelindung: pakaian pelindung adalah COVERALL yang melindungi tubuh anggota awak dari bahan berbahaya 2. Helmet: Bagian yang paling penting dari tubuh manusia adalah kepala. Perlu perlindungan terbaik yang disediakan oleh helm plastik keras di atas kapal. Sebuah tali dagu juga disediakan dengan helm yang menjaga helm di tempat ketika ada perjalanan atau jatuh. 3. Safety Shoes: maksimum dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan mesin, yang terbuat dari logam keras dan yang membuatnya canggung untuk awak untuk berjalan di sekitar. Safety Shoes memastikan bahwa tidak ada luka yang terjadi di kaki para pekerja atau crew di atas Kapal 4. Sarung tangan (Hand safety): Berbagai jenis sarung tangan yang disediakan Di Kapal. sarung tangan ini digunakan dalam operasi dimana hal ini menjadi keharusan untuk melindungi tangan orang-orang. Beberapa sarung tangan yang diberikan sarung tangan tahan panas untuk bekerja pada permukaan yang panas, kapas sarung tangan untuk operasi normal, sarung tangan las, sarung tangan bahan kimia dan lain-lain. 5. Goggles: Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia dan dalam operasi sehari-hari pada kemungkinan kapal sangat tinggi untuk memiliki cedera mata. kaca pelindung atau kacamata yang digunakan untuk perlindungan mata, sedangkan kacamata las digunakan untuk operasi pengelasan yang melindungi mata dari percikan intensitas tinggi. 6. Plug: Di Ruang Mesin kapal menghasilkan suara 110-120 db ini merupakan frekuensi suara yang sangat tinggi untuk telinga manusia. Bahkan beberapa menit paparan dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi dan gangguan pendengaran kadang-kadang sebagian atau penuh. Sebuah penutup telinga 27
  • 28. atau steker telinga digunakan pada kapal yang mengimbangi suara yang dapat di dengar oleh manusia dengan aman, 7. Safety harness: operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecatan permukaan yang tinggi yang memerlukan anggota kru untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak mudah diakses. Untuk menghindari jatuh dari daerah tinggi seperti itu, maka menggunakan Safety harness. Safety harness adalah di kenakan oleh operator di satu ujung dan diikat pada titik kuat di ujunglainnya. Face mask: Baik yang Bekerja di permukaan insulasi, pengecetan atau membersih 8. Kan karbon yang melibatkan partikel berbahaya dan minor yang berbahaya bagi tubuh manusia jika dihirup langsung. Untuk menghindari hal ini, masker wajah diberikan hal ini di gunakan sebagai perisai muka dari partikel berbahaya. 9. Chemical suit: Penggunaan bahan kimia di atas kapal sangat sering dan beberapa bahan kimia yang sangat berbahaya bila berkontak langsung dengan kulit manusia. Chemical suit dipakai untuk menghindari situasi seperti itu. 10. Welding perisai: Welding adalah kegiatan yang sangat umum di atas kapal untuk perbaikan struktural. 28
  • 29. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 KESIMPULAN Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dalam kegiatan ekplorasi penambangan bawah laut ada 2 metode yang dapat digunakan diantaranya metode seismik dan sonar. Sonar (Sound Navigation and Ranging) adalah sistem penginderaan bawah air dengan menggunakan gelombang suara (akustik). Untuk menjamin keselamatan kerja pada kegiatan eksplorasi tambang bawah air adalah dengan menggunakan APD (Alat pelindung Diri), Alat-alat yang perlu diperhatikan untuk menjamin keselamatan para pekerjadiantaranya :Pakaian pelindung, Helmet,Safety Shoes, Sarung tangan, Goggles, Plugs, Safety harness, Kan karbon, Chemical suit, Welding perisai. Alat Pelindung Diri ini merupakan pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya sebab APD bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan. 3.2 SARAN Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurang didalamnya dalam mengembangkan materinya, dikarenakan keterbatasan reverensi dan bahan yang diperoleh.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. 29
  • 30. 30