Dokumen tersebut membahas beberapa teori makna, yaitu teori pemberian makna menurut Palmer yang melihat makna dari 4 aspek, teori referensial menurut Alston yang mengaitkan makna kata dengan acuannya, teori mentalis yang melihat makna kata menunjuk pada ide dalam pikiran, dan pendekatan Wittgenstein yang menyatakan bahwa makna hanya dapat dipahami dari penggunaannya dalam konteks.
3. Teori pemberian makna ini memiliki aspek dalam pendekatan makna
yang menurut Palmer (1976) dapat dibedakan atas :
1. Sense (pengertian) = disebut juga tema, yang melibatkan ide atau pesan yang
dimaksud. Contoh : Hari ini hujan. Informasi ini memiliki persoalan inti.
2. Feeling (perasaan) = berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi
pembicaraan. Misalnya, ekspresi turut berduka cita tidak muncul pada situasi
gembira tapi pada situasi kemalangan. Kata tersebut memiliki makna yang
sesuai dengan perasaan.
3. Tone (nada) = sikap pembicara terhadap kawan bicara. Aspek ini melibatkan
pemilihan kata yang sesuai dengan keadaan kawan bicara dan pembicara.
Contoh : Pergi!, kata tersebut menggunakan aspek makna nada yang tinggi
karena pembicara jengkel.
4. Intension (tujuan) = Apa yang kita ungkapkan memiliki aspek tujuan.
Contoh: “Penipu kau!” tujuannya supaya kawan bicara mengubah kelakuan
buruk itu.
4. Alston :
Teori referensial merupakan salah satu jenis teori makna yang
mengenali atau mengidentifikasi makna suatu ungkapan dengan
apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan itu.
(b)
Konsep
(a)
Kata
Teori
Referensial
(c)
Acuan
5. Teori ini disebut teori pemikiran, karena kata itu
menunjuk pada ide yang ada dalam pemikiran. Karena
itu, penggunaan suatu kata hendaknya merupakan
penunjukkan yang mengarah pada pemikiran.
Kata kuda memiliki makna konspetual sejenis binatang
berkaki empat yang dapat dikendarai. Jadi,
sesungguhnya makna konseptual sama saja dengan
makna leksikal, makna denotatif, makna referensial.
6. Wittgenstein adalah tokoh pendekatan makna secara operasional.
Makna dalam Penggunaan (meaning in use) - Wittgenstein II : Philosophical
Investigations ;
pemahaman terhadap bahasa mesti dianalisis berdasarkan
penggunaannya dalam konteks-konteks tertentu.
Kata menunjukkan sesuatu yang dapat diinderai keberadaannya misalnya
kambing, kuda, kursi. Kata-kata ini bermakna karena menamakan sesuatu
tetapi terdapat juga banyak kata yang tidak menunjukkan sesuatu seperti
sudah, boleh, maka, dan. Oleh karena itu, jangan ditanyakan apa arti sebuah
kata tetapi bagaimana sebuah kata digunakan.