Dokumen tersebut merangkum materi pelatihan mengenai perencanaan RF jaringan 2G untuk optimasi jaringan yang akan diselenggarakan pada tanggal 11-12 Mei 2013 di Hotel Paragon Jakarta. Materi pelatihan meliputi proses perencanaan RF secara berlangkah, propagasi gelombang radio, perhitungan anggaran taut, dan pengenalan tentang perencanaan frekuensi dan parameter jaringan."
6. Proses Belajar
Belajar merupakan hak
setiap orang, akan tetapi
kesempatan mengikuti
program pengembangan
diri di Floatway
Learning Center adalah
suatu privilege.
Perlu dicatat bahwa belajar
merupakan kegiatan individual.
Yang diharapkan bahwa peserta
juga melakukan kegiatan mandiri
seperti membaca, menerapkan
teori pada praktek nyata,
menganalisis dan hal-hal lain
yang mengembangkan
kemandirian belajar di luar kelas
formal.
Privilege bahwa
seseorang secara formal
telah menjalani kegiatan
belajar dan
mendapatkan
pengakuan atas hasil
belajarnya.
Sehingga harapannya tidak terjadi
kesenjangan antara pemberi
materi dan peserta program dan
terjadi pertukaran informasi di
antara peserta di dalam kelas dan
akhirnya kegiatan training class
menjadi kegiatan yang
menyenangkan tanpa
meninggalkan semangat dan
kegigihan atau profesional.
8. What is RF Engineer?
RF Engineer atau
Radio Frequency
Engineer adalah
seseorang yang
bertanggung jawab
segala sesuatu hal
pada jaringan seluler
yang berhubungan
dengan sisi radio.
di sisi radio kita dapat
mengetahui user
perception atau
“rasa” yang dialami
oleh pengguna
jaringan operator
10. RF Planning
Site Data (Engineering
Parameter)
Map Tools :
MapInfo
Google
Earth
Necto
SiteSee
Common
Map Tools
Planning Tools
Planning Tools :
NetAct Planner (NSN)
Unet (Huawei)
TEMS Cell Planner
(Ericsson)
Asset3G (Aircom)
Digunakan oleh
RF Optimization
team dan
Drivetest team.
Planning Team
Site Data dari Planning
(Engineering Parameter)
Untuk OSS tim
11. OSS Engineer or Database
Engineer
Parameter
Database
Alarm
Database
Capacity and
Utilization
Database
OSS Tools
Digunakan
oleh Planning
Team salah
satunya untuk
membuat map
dengan relasi
adjacent
BTS BSC
2G Network
Data-data dari OSS digunakan
oleh RF Optimization untuk
proses optimisasi
Site Data dari Planning team dan
Parameter Database digunakan
untuk membuat Drivetest Cell File
OSS Engineer
Performance
Database
OSS Tools :
NetAct OSS (NSN)
M2000 (Huawei)
LMT (Huawei)
Citrix (Ericsson)
WINFIOL (Ericsson)
Batrana (Siemens)
Ms Access & Ms Excell
Site Data dari Planning
(Engineering Parameter)
12. Drivetest Engineer
Drive Test
Cell File
Drivetest Tools
Drivetest Tools :
TEMS
Investigation
Nemo
Probe
Drive Test
Logfile
Drivetest team
mengambil
data “user
experience”
dengan
Drivetest Tool
Drivetester
Team
Data Logfile digunakan
RF Optimization untuk
dianalisis.
RF Optimization
Team
Site Data dari Planning team dan
Parameter Database digunakan
untuk membuat Drivetest Cell File
Logfile dari
Drivetester
Untuk RF
Optimization
13. Rigger Team
Site Audit Tools
Site Audit Tools :
Kompas
GPS
Kamera
Meteran
Tilt meter
Site Audit Data/
Physical Data
Rigger Team
Physical data selain
digunakan oleh RF
Optimization, juga
oleh Planning Team
untuk mengupdate
Site Data.
Data-data physical
seperti antenna height,
antenna downtilt,
azimuth dan panoramic
picture diambil oleh
tim Rigger.
14. Proposal and
Reporting
Parameter CR
Neighbour CR
Physical CR
Alarm Clearance
RF Optimization
Drivetest Post
Processing Tools
Measurement
Analysis Tools
Parameter Change Request akan dieksekusi oleh
tim OSS, Physical Change oleh tim Rigger,
Hardware clearance akan diekskalasi ke tim BSS.
Physical site
data dari rigger
atau dari
planning team
RF Optimization Team
Logfile dari
Drivetester
Performance
Statistik dari OSS
15. RF Planning Scope of Work
RF
Planning
Scrambling
Code
Planning in
3G
Frequency
Planning in
2G
Physical
Parameter
for New
Site
Database
Parameter
for New
site
Neighbour
Planning
Planning
for add
new site
Planning
for
Capacity
Expansion
16. RF Optimization Scope of
Work
RF
Optimization
Knowing and
Reporting
Network
Performance
Knowing and
tuning for
optimal
Network
Parameter
Acessibility
Performance
Improvement
Retainability
Performance
Improvement
Integrity
Performance
Improvement
Drivetest
analysis and
recommenda
tion
Support for
newsite and
capacity
expansion
requirement
19. Step by step proses RF
Planning
Analisis trafik dan
coverage
Trafik dan
Coverage
Perencanaan
Rollout
Link Budget
Model Trafik
Kebutuhan
coverage
Konfigurasi
BTS
Perencanaan
pasar
operator
20. Step by step proses RF Planning
Analisis trafik dan
coverage
21. Step by step proses RF Planning
Pada saat penentuan Nominal Cell Plan
data-data mengenai perangkat yang
akan digunakan seperti tipe BTS, tipe
antena, tipe feeder sudah harus
didefinisikan, juga data-data mengenai
lokasi site dan juga coverage
predictions dengan model propagasi
yang telah di-tuning sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
Plan juga harus memperhitungkan site
yang sudah ada atau existing site agar
tidak terjadi pemborosan biaya dengan
penambahan site baru padahal site yang
sudah ada dapat lebih dimaksimalkan
kapasitasnya.
Nominal cell plan
22. Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey adalah
survey awal untuk
menentukan bahwa titik
pada nominal plan benar-
benar cocok untuk
diimplementasikan site.
Pada saat penentuan posisi site
biasanya terdapat tiga titik yang
akan di survey. Dari ketiga titik
tersebut terdapat batas toleransi
biasanya 20% dari jarak antar
site. Misalnya pada jaringan GSM
dengan jarak rata-rata 800 meter
di area urban maka lokasi yang
di-survey dari titik awal
maksimum dengan radius 160
meter.
Radio Site Survey
Hal-hal yang
perlu di survey :
1. Koordinat GPS
2. Informasi
Ketinggian
3. Informasi antena,
posisi, tinggi, azimuth
4. Informasi adanya
halangan
5. Sketsa dan gambar
sekeliling site
23. Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey
Equipment yang diperlukan : GPS,
Kompas, Teropong, Kamera Digital,
Papper Maps yang akurat, Meteran,
Inklinometer, Coverage Plot dan Form isian
site survey.
24. Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey
Equipment yang diperlukan :
GPS, Kompas, Teropong, Kamera
Digital, Papper Maps yang akurat,
Meteran, Inklinometer, Coverage
Plot dan Form isian site survey.
25. Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey
Equipment yang diperlukan :
GPS, Kompas, Teropong, Kamera
Digital, Papper Maps yang akurat,
Meteran, Inklinometer, Coverage
Plot dan Form isian site survey.
26. Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey
Equipment yang diperlukan :
GPS, Kompas, Teropong, Kamera
Digital, Papper Maps yang akurat,
Meteran, Inklinometer, Coverage
Plot dan Form isian site survey.
27. Step by step proses RF Planning
Kegiatan Sipil dan
keperluan instalasi perlu
melakukan survei
tersendiri yang
dinamakan Site
Investigation antara lain
menginvestigasi kekuatan
tanah, instalasi antena
yang cocok, Informasi
luas area dan informasi
sumber daya yang akan
digunakan apakah
menggunakan jaringan
PLN atau harus
menggunakan genset.
Site Investigation
28. Step by step proses RF
Planning
Setelah survey
selesai dilakukan
maka penentuan
frekuensi BCCH
dan frekuensi
TCH dilakukan.
Sistem Desain
Implementasi
Pada tahap ini
dilakukan
pekerjaan
instalasi,
commisioning dan
testing.
29. Step by step proses RF
Planning
Setelah site on-air maka
dilakukan proses optimisasi
pada site tersebut.
Sering juga disebut new
site optimization atau PLO
Karena trafik terus meningkat maka kegiatan
optimasi harus terus berjalan. Pada suatu saat
perlu penambahan kapasitas untuk mengakomodir
trafik yang terus naik. Pada poin ini analisis trafik
dan coverage perlu dilakukan dan proses planning
berjalan berulang lagi.
Proses Optimasi Hal-hal dilakukan
saat PLO antara
lain :
1. Konfigurasi dilapangan
sudah terimplementasi sesuai
dengan Final Cell Plan
2. Performance sudah
mencapai KPI yang diinginkan
3. Melakukan initial tuning
parameter
4. Mengambil Drive test
Measurement
31. Radio Wave Propagation
Radio Frekuensi dengan rentang
frekuensi antara 3Hz sampai 3000 GHz
dibagi klasifikasinya menjadi 12 bagian.
Komunikasi seluler GSM 900 MHz dan
1800 MHz termasuk dalam kategori
UHF.
32. Radio Wave Propagation
Meskipun gelombang
radio merambat di
udara tanpa impedansi
sama sekali. Tetapi
bukan berarti
pentransmissian
gelombang radio tanpa
loss sama sekali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Radio
Wave Propagation antara lain :
1. Fakta bahwa gelombang radio dipantulkan oleh permukaan bumi (karena
permukaan bumi bersifat konduktif)
2. Loss pada saat pentransmissian karena terdapat halangan gedung atau
pepohonan
3. Variasi topografi seperti hutan, pedesaan atau perkotaan
33. Radio Wave Propagation
Short Term (fast) dan Long Term (slow)
fading
Receiving Level
distanceVariations due
to shadowing
Global mean
Variations due
to Rayleigh fading
Longandshort term fading
Fast fading muncul karena
halangan-halangan yang
bersifat sebagai pemantul.
Dan akhirnya diterima
pada antena penerima
berbagai macam sinyal
dengan berbagai macam
fase, amplitudo dan
kadang-kadang saling
menghilangkan satu
dengan lainnya. Hal ini
dapat mengakibatkan
lemahnya sinyal.
Beberapa solusi dapat
digunakan untuk
mengurangi efek
Fast/Short/Rayleight fading
antara lain dengan
menambah power output
dan juga penggunaan space
diversity pada antena.
34. Radio Wave Propagation
Space Diversity
Diversity dapat diartikan
penggunaan dua sinyal di
sisi penerimaan yang
memiliki perbedaan history
pada saat pentransmissian,
sehingga salah satu sinyal
dengan kualitas yang
terbaik yang digunakan.
Gambar disamping
menunjukkan Receive
Diversity pada sistem GSM
dengan menggunakan
teknik Space Diversity atau
dua RX yang terpisah
sejauh L
36. Link Budgeting
Pada praktek nyata
perbedaan antara
coverage uplink dan
downlink sering
terjadi karena
perbedaan power
antara MS dan BTS.
Tetapi
bagaimanapun
system balancing
antara uplink dan
downlink harus
diperhatikan
sebelum melakukan
kalkulasi coverage.
37. Link Budgeting
Maka balancing sistem untuk
GSM900 power class 4 dengan
Pout MS = 2W atau 33 dBm
dan GdBTS = 3.5 dB dan
sensitivitas MS sens = -104
dBm dan sensitivitas BTS BTS
sens = -110 dBm maka
didapatkan output power
maksimum BTS = 42.5 dBm
38. Link Budgeting
EiRP (Effective Radiated Power)
Power efektif yang
diradiasikan pada sisi
antena atau yang disebut
ERP atau EiRP
Huruf i pada EiRP
menginterprestasikan apabila
power yang sama diberikan
kepada antena isotropik yang
mempunyai power yang sama
dengan antena dengan gain Ga
BTS. Seperti telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya EiRP
dan ERP mempunyai selisih
sebesar 2.15 dB
39. Link Budgeting
MS Power Classes
MS Power Class Output Power (dBm) Sensitivity (dBm)
2 39 -106
3 37 -106
4 (handheld) 33 -104
5 (handheld) 29 -104
MS Power Class Output Power (dBm) Sensitivity (dBm)
1 30 -104
2 24 -104
BTS Output Power
GSM 900
GSM 1800
Output power (dBm) Sensitivity (dBm)
43.5 -110
33 -106
22 -100
40. Link Budgeting
Feeder Loss
Feeder Type 800/900 (dB/100m) 1800/1900 (dB/100m)
LCF 1/2” 7.0/7.2 10.5
LCF 7/8” 4.0 6.5
LCF 1-1/4” 3.3 5.3
LCF 1-5/8” 2.6 4.2
Feeder length VS Feeder type
Feeder Length (m) Feeder Type
MiniMacro GSM900 DCS1800 WCDMA2100
1 - 20 LDF 1/2" AVA 7/8" AVA 7/8" AVA 7/8"
21 - 30 - AVA 7/8" AVA 7/8" AVA 7/8"
31 - 40 - AVA 7/8" AVA 7/8" AVA 7/8"
41 - 50 - AVA 7/8" AVA 7/8" AVA 7/8"
51 - 60 - AVA 7/8" LDF 1 1/4" LDF 1 1/4"
60 - 70 - LDF 1 1/4" LDF 1 1/4" LDF 1 1/4"
70 - 80 - LDF 1 1/4" AVA 1 5/8" AVA 1 5/8"
> 80 - AVA 1 5/8" AVA 1 5/8" AVA 1 5/8"
41. Short Quiz 1 (Link Budgeting)
Sebuah jaringan indoor multi operator GSM 900 dipasangkan ke
sebuah gedung. Berapakah EIRP pada sebuah antena, dimana
antena tersebut disambungkan dengan feeder LCF 7/8” dengan
panjang 200 meter melewati combiner dengan loss 9 dB, sebuah
splitter dengan loss 3 db dan gain antenna 3 dBi?
43. dB Review
Decibel (dB) adalah satuan
(unit) yang menyatakan
perbandingan (ratio) dalam
bentuk logaritma basis 10. Unit
ini sering digunakan untuk
menyatakan penguatan (gain)
atau redaman (losses) level
sinyal, daya dan tegangan.
Decibel (dB) digunakan agar
representasi gain lebih
sederhana. Misal penguatan
10*log (1,000,000,000/1) dapat
dituliskan 90 dB. Contoh lain
penguatan dari 1ke
0,000000001 dapat dituliskan
menjadi -90 dB. Ini
memudahkan dalam penulisan
penguatan sinyal pada
telekomunikasi
44. dBm Review
Unit dBm mengekspresikan
absolute value dari power.
Untuk mengubah dari power
(watts) ke dBm
Satuan ini sering digunakan
dalam telekomunikasi untuk
merepresentasikan nilai yang
sangat besar atau sangat kecil
dalam bentuk yang lebih
sederhana.
Kesimpulannya gunakan db
untuk mengekspresikan ratio
antara dua nilai power. Dan
gunakan dBm untuk
mengekspresikan absolute
value dari power.
45. Short Quiz 2 (dB Review)
1. Sebuah output RF dengan power 40 watt dimasukkan
ke dalam combiner dengan loss 3 dB berapa watt kah
keluaran dari combiner?
2. Jika diketahui power output maksimum sebuah BTS
adalah 20 Watt berapa dBm-kah output maksimum BTS
tersebut ?
47. GSM Frequency Allocation
Pada standar
jaringan GSM
frekuensi yang lebih
tinggi digunakan
untuk komunikasi
downlink dan
frekuensi yang lebih
rendah digunakan
untuk komunikasi
uplink. Hal ini
berhubungan
dengan power
uplink yang
biasanya lebih
rendah daripada
power downlink
Guard band
sebesar 200 kHz
diaplikasikan di
batas-batas
frekuensi antar
operator untuk
menghindari
terjadinya saling
interference pada
operator penyedia
layanan GSM.
49. Frequency & Wavelength
Panjang
gelombang ()
adalah jarak
yang di ukur dari
satu titik dari
sebuah
gelombang ke
titik yang sama
di gelombang
selanjutnya.
= kecepatan
cahaya /
frekuensi
( c = 3 x 108
m/s)
Perilaku Gelombang Radio :
• Semakin panjang panjang gelombang, semakin jauh gelombang radio merambat.
• Semakin panjang panjang gelombang, semakin mudah gelombang radio melalui
atau mengitari penghalang.
• Semakin pendek panjang gelombang, semakin banyak data yang dapat di kirim.
50. Short Quiz 3 (Frequency Spectrum)
1. Untuk penetrasi indoor dan coverage bagaimana
perbandingan antara sinyal frekuensi GSM dan
frekuensi DCS apabila kedua site tersebut memiliki
power, ketinggian dan konfigurasi antenna yang sama ?
2. Apakah keuntungan operator dengan frekuensi GSM
1800 yang contiguous (berdampingan) dibandingkan
dengan frekuensi yang tidak berdampingan seperti
yang dialami oleh operator-operator GSM di Indonesia
?
52. Frequency Planning Rules
Setiap operator
seluler akan
mendapatkan
sekumpulan
ARFCN (satu
ARFCN = 200 kHz)
dan dibagi menjadi
dua kelompok yaitu
BCCH carriers dan
TCH carriers.
Misalkan sebuah
operator mendapatkan
40 carriers dari channel 1
sampai 40. Maka
pembagian channelnya
akan tampak seperti
gambar diatas,
BCCH carriers TCH carriers
BCCH frequency TCH frequency
Spacing Frequency
53. Frequency Planning Rules
Maka didapatkan
pembagian
1. 15 carriers digunakan untuk BCCH
frequency
2. 24 carriers digunakan untuk TCH
frequency
3. 1 carrier digunakan untuk guard band antara BCCH carriers dan TCH
carriers
54. Frequency Planning Rules
Sektor yang saling
berhadapan atau
berada dalam satu site
minimal harus berselisih
2 ARFCN, sektor yang
memiliki azimuth sama
dan bersebelahan
langsung juga harus
berselisih 2 ARFCN.
Jaringan pada real
network jauh lebih rumit
dimana orientasi setiap
antena tidak homogen
dan jumlah konfigurasi
TCH jauh lebih lebih
banyak.
56. Co-channel Interference
Co-Channel Interference
adalah interferensi yang
disebabkan karena
penggunaan frequensi
yang sama oleh cell carrier
dan juga cell yang lain.
Pada GSM Spesification rasio antara carrier dan
interference atau disebut C/I harus lebih besar dari
9dB. Tetapi biasanya operator menentukan bahwa
rasio C/I harus lebih besar dari 12 dB. Apabila
digunakan frequency hopping maka margin berkurang
3dB
57. Adjacent Channel Interference
Setiap frekuensi ARFCN mempunyai
bandwidth 200 kHz. Dan setiap frequency
yang adjacent (berbeda 200 kHz atau 1
ARFCN) tidak diperbolehkan memiliki sinyal
yang terlalu kuat juga. Meskipun berbeda
frekuensi beberapa sinyal yang berhimpitan
frekuensinya dapat mempengaruhi kualitas.
Pada GSM Spesification rasio antara
carrier dan adjacent frekuensi harus lebih
besar dari 9dB. Adjacent Channel
Interference harus dihindari pada cells di
site yang sama dan juga pada
neighbouring cells.
59. Short Quiz 4 ( Frequency Planning)
1. Sebuah operator memiliki site GSM dengan sector heterogen seperti tampak
pada gambar dibawah. Apabila ditentukan ARFCN BCCH : 51 – 68, ARFCN
TCH : 70 -87, ARFCN 69 sebagai guard band. Dan konfigurasi cell 2/2/2.
Lakukan alokasi frequency untuk cell-cell dibawah ini.
61. Frequency Hopping
Frequency hopping
adalah teknik
penggunaan sistem
spread spectrum untuk
mengurangi efek
interferensi, multipath
fading dan juga untuk
menghindari frequency
jamming.
Dalam Frequency
hopping setiap
frequency carrier
berubah dalam
sekuensial yang
bersifat
pseudorandom.
Ada dua macam
frequency hopping
yaitu Baseband
Hopping dan juga
Synthesizer hopping.
62. Frequency Hopping
Keuntungan frequency hopping
1. Frekuensi hopping memudahkan dalam proses planning karena
enginner tidak perlu lagi mem-plan satu-persatu frekuensi untuk setiap
TCH carrier
2. Karena frekuensi hopping terdiri dari sekumpulan frekuensi maka
dengan mengatur tabrakan antar frekuensi seminimal mungkin bisa
meningkatkan performansi jaringan.
3. Dengan frekuensi hopping mengurangi loss-loss yang disebabkan
dari fading, multipath propagation dan karena co-channel interference.
63. Frequency Hopping
Synthesizer Hopping 1 x 1
Semua site
menggunakan
frekuensi grup yang
sama.
Semua sektor dalam
satu site
menggunakan HSN
(Hopping Sequence
Number) yang identik
tetapi antar site HSN
harus berbeda.
Ada konfigurasi
tertentu untuk MAIO
untuk menghindari
interferensi co-
channel dan adjacent
channel.
64. Frequency Hopping
Synthesizer Hopping 1 x 3
Setiap sector memiliki
frekuensi grup yang
berbeda.
Jarak minimal antar
frekuensi dalam group
2 ARFCN.
Jarak minimal antar
frekuensi beda sektor
dalam satu site 2
ARFCN. Semua
sektor dalam satu site
menggunakan HSN
(Hopping Sequence
Number) yang identik
tetapi antar site HSN
harus berbeda.
65. Frequency HoppingSynthesizer Hopping 1 x 1 MAIO
Management
P = jumlah TRX per
sektor
n = urutan TRX
Jumlah TRX Sector 1 Sector 2 Sector 3
TRX1 0 2p 4p
TRX2 2 2p + 2 4p + 2
TRX3 4 2p + 4 4p + 4
…. …. …. ….
TRXn 2n-2 2p+(2n-2) 4p+(2n-2)
Jumlah TRX Sector 1 Sector 2 Sector 3
TRX1 0 6 12
TRX2 2 8 14
TRX3 4 10 16
Contoh site
dengan konfigurasi
3/3/3
66. Frequency HoppingSynthesizer Hopping 1 x 3 MAIO
Management
n = urutan TRX
Jumlah TRX Sector 1 Sector 2 Sector 3
TRX1 0 1 0
TRX2 2 3 2
TRX3 4 5 4
…. …. …. ….
TRXn 2n – 2 4n – 2 6n – 2
67. Frequency HoppingCyclic Hopping dan Random
Hopping
Pada Synthesizer
Hopping ada dua
macam lompatan
frekuensi yaitu Cyclic
Hopping dan Random
Hopping. Pada Cyclic
Hopping lompatan
berdasarkan pattern
tertentu sedangkan
pada Random Hopping
lompatan frekuensi
bersifat Random.
68. Frequency Hopping
Kalkulasi Fractional Load
Perhitungan fractional load
digunakan untuk
menentukan Apakah
dengan jumlah frekuensi
yang tersedia dapat
digunakan untuk
penggunaan teknik SFH
karena berhubungan
dengan probabilitas
frekuensi yang sama
dipancarkan pada saat
yang bersamaan.
Oleh sebab itu semakin
besar pengalokasian
frekuensi untuk teknik SFH
1 x1 atau 1 x 3 maka
kualitas RF semakin baik.
Untuk menggunakan teknik
SFH 1 x 3 maksimum
Fractional Load adalah
sebesar 50%.
69. Frequency Hopping
Kalkulasi Fractional Load
Perbandingan FER antara SFH 1 x 3 dengan Fractional Load 30% dan 60%. FER atau
Frame Erasure Rate adalah perhitungan persentase sebuah blok pada sebuah frame
yang dihapus karena kesalahan pada saat parity check (CRC). Dapat dilihat dengan
Fractional Load 30% memberikan kualitas jaringan yang lebih baik.
70. Short Quiz 5 (Frequency Hopping)
1. Bandingkan Fractional Load cell-cell GSM
pada ketiga operator besar Telkomsel, Indosat,
XL apabila ketiganya menggunakan SFH 1 x 1,
alokasi BCCH 15 ARFCN dan maksimum
konfigurasi TRX 4/4/4 ?
2. Bandingkan Fractional Load cell-cell GSM
pada ketiga operator besar Telkomsel, Indosat,
XL apabila ketiganya menggunakan SFH 1 x 3,
alokasi BCCH 15 ARFCN dan maksimum
konfigurasi TRX 4/4/4 ?
3. Apabila maksimum fractional load untuk SFH
adalah 60% baik untuk SFH 1 x 1 maupun
SFH 1 x 3 berapa maksimum konfigurasi TRX
untuk DCS tiap operator apabila alokasi BCCH
ARFCN 29 dan guard band 1 ?
71. Short Quiz 6 (Frequency Hopping)
1. Pelajari kembali materi mengenai SFH 1 x 1 dan SFH 1 x 3. Kemudian
tentukan MAIO , frequency group dan HSN pada kumpulan site-site GSM
900 dibawah ini apabila diketahui ARFCN yang digunakan untuk frekuensi
TCH adalah 2 sampai 28. Dan teknik SFH yang digunakan adalah SFH 3 x 3
?
72. Agenda Day Two
08.00-08.30 :
Review Materi
08.30-10.00 :
Traffic Engineering in GSM
TCH and SDCCH Channel Dimensioning
10.00-10.15 (Coffee Break)
10.15-12.00 :
GSM Architecture & BTS Type
12.00-13.00 (Makan siang, sholat)
13.00-15.00 :
Handover and Cell Reselection Concept
GSM Radio Optimization
15.00-15.30 (Coffee Break, Sholat)
15.30-17.00 :
Drivetest Optimization
Post Test
74. GSM Channel Type TCH/F dan TCH/H
Traffic Channels
digunakan untuk
transmisi data.
BCH (Broadcast
Channels) hanya
digunakan pada saat DL
untuk sinkronisasi MS
dan informasi broadcast.
CCCH (Common
Control Channel)
digunakan untuk
komunikasi dua arah
downlink dan uplik pada
saat pengaksesan awal
sebelum MS melakukan
panggilan telepon, SMS
dll
DCCH (Dedicated
Control Channel)
digunakan untuk
komunikasi dua arah
downlink dan uplink
untuk sinyal dedicated.
76. Traffic Channel
Trafik
merepresentasika
n penggunaan
kanal dan dapat
diartikan holding
time tiap unit
waktu atau
besaran panggilan
per jam untuk
setiap satu sirkuit
(kanal).
Sebagai contoh sebuah
cell memiliki dua
carrier/TRX dan alokasi
untuk kanal TCH misalkan
14 TCH (didapat dari 2 x 8
-2 = 14, dua kanal yang
lain diperuntukkan untuk
kanal BCCH dan SDCCH)
maka dengan GOS 2%
berdasarkan tabel erlang
B trafik yang dilewatkan
sebesar 8.2003 Erlang.
Trafik dihitung
dalam Erlang (E),
sebagai contoh
seorang
subscriber
menggunakan
telepon selama
satu jam maka
akan
menghasilkan
trafik sebesar 1E.
GOS 2% disini
diartikan dari 100
antrian panggilan
masuk hanya 2
panggilan yang
mengalami
congestion
(kepenuhan).
Seorang ilmuwan
berkebangsaan
Denmark, Erlang,
menemukan Erlang
B Table untuk
mengasumsikan
banyaknya erlang
yang dapat
ditampung
berdasarkan jumlah
kanal dan GOS.
Hal sebaliknya juga
bisa dilakukan.
Contoh apabila kita
memiliki besaran
trafik dan ingin
diketahui besaran
kanal yang
dibutuhkan. Misalkan
trafik 33 Erlang
dengan GOS 2%
maka channel yang
dibutuhkan 43 kanal.
77. Tabel Erlang
B
Traffic Channel
Dengan alokasi 14 kanal dan
menggunakan GOS 2% maka
berdasarkan tabel erlang B trafik yang
dilewatkan sebesar 8.2003 Erlang.
78. Erlang Calculator
Menggunakan Calcucel
Tools seperti
calcucel
dapat
digunakan
untuk
menghitung
Traffic dari
sebuah
kanal
dengan
menggunaka
n tabel
erlang B.Bagaimana
perhitungan
dimensionin
g kanal TCH
atau SDCCH
apabila data
yang perlu
dihitung
dalam
jumlah besar
?
79. Short Quiz 7 (Traffic Channel)
1. Sebuah cell mengalami SDCCH Blocking. Saat
ini cell tersebut dialokasikan satu kanal
SDCCH. Pada saat busy hour traffic SDCCH
yang harus dilewatkan sebesar 14.5 erlang.
Dengan menggunakan GOS 2% berapa
jumlah kanal SDCCH harus ditambah ?
2. Sebuah cell mengalami TCH Blocking. Saat ini
terdapat 14 kanal TCH pada cell tersebut.
Pada saat busy hour traffic TCH yang harus
dilewatkan sebesar 18 erlang. Dengan
menggunakan GOS 2% berapa jumlah TRX
yang harus ditambah pada cell tersebut ?
82. Capacity Dimensioning (TCH Channel)
Step by step proses (1)
Jumlah
kanal Full
Rate
Jumlah
kanal Half
Rate
Jumlah kanal
GPRS
Dedicated
2
Erlang
Offered
(TCH)
Erlang Offered (TCH)=npErlbTraf(2%,Full Rate+(Half Rate*2)-Dedicated GPRS
Channel)
Erlang
Offered
(TCH)
TCH Traffic
Busy Hour
TCH
Utilization
83. Capacity Dimensioning (TCH Channel)
Step by step proses (2)
TCH Traffic
Busy Hour
Kebutuhan kanal TCH
dengan utilisasi 80%
dari Busy Hour Traffic
Kebutuhan kanal TCH =npErlbChs(TCH Traffic Busy Hour+(20%*TCH Traffic Busy
Hour),2%)
Add/Reduce TCH
Kebutuhan kanal TCH
dengan utilisasi 80%
dari Busy Hour Traffic
Jumlah
kanal Full
Rate
Jumlah
kanal Half
Rate
Jumlah kanal
GPRS
Dedicated
2
84. Capacity Dimensioning (SDCCH
Channel)
Step by step proses (1)
Jumlah
kanal
SDCCH
8
Erlang
Offered
(SDCCH)
Erlang Offered (SDCCH)=npErlbTraf(2%,(Jumlah kanal
SDCCH*8))
SDCCH
Traffic Busy
Hour
Max SDCCH
TrafficVS
Average
SDCCH
Traffic
Erlang
Offered
(SDCCH)
Max SDCCH
Traffic
SDCCH
Utilization
85. Capacity Dimensioning (SDCCH
Channel)
Step by step proses (2)
Max SDCCH
Traffic
Kebutuhan kanal
SDCCH dengan
utilisasi 80% dari
Busy Hour Traffic
Kebutuhan kanal SDCCH =ROUNDUP(npErlbChs(Max SD+(20%*Max
SD),2%)/8,0)
Kebutuhan kanal
SDCCH dengan
utilisasi 80% dari
Busy Hour Traffic
Jumlah
SDCCH
8
Add/Reduce
SDCCH
88. GSM Architecture
Mobile Switching
Center (MSC)
berfungsi sebagai
switch dan
penghubung
dengan jaringan
fixed.
Network
Switching
Systems
Home Location
Register (HLR)
HLR merupakan
database yang
berisi data-data
pelanggan yang
tetap.
Visitor Location
Register (VLR)
VLR merupakan
database yang
berisi informasi
sementara
mengenai
pelanggan,
terutama saat
lokasi dari
pelanggan diluar
cakupan area
jaringan HLR-nya
Base Transceiver
Station (BTS)
BTS merupakan
perangkat pemancar
dan penerima yang
memberikan pelayanan
radio kepada MS.
Base Station
Systems
Base Station
Controller (BSC)
BSC membawahi satu
atau lebih BTS serta
mengatur trafik yang
datang dan pergi dari
BSC menuju MSC atau
BTS.
92. Tower Type 1. BTS Greenfield
dengan struktur berkaki
empat, biasanya untuk
BTS dengan ketinggian
lebih dari 30 meter di
daerah rural
2. BTS Greenfield
dengan struktur berkaki
tiga, lebih hemat tempat
dan cocok untuk daerah
perkotaan
3. BTS kamuflase yang
menyerupai pohon untuk
keindahan estetika
4. BTS monopole
5. Ericsson Tower Tube,
tower yang ramah
lingkungan.
6. BTS yang difungsikan
juga sebagai lampu
penerangan
93. Indoor BTS
Gambar Antena indoor building.
Beberapa gedung-gedung tinggi di
kota besar seperti Jakarta misalnya
diharuskan menggunakan antena
indoor karena penetrasi sinyal BTS
macro biasanya sangat lemah
didalam gedung.
94. Short Quiz 9 ( Architecture)
1. Si A (MOC) menelepon si B (MTC). Si A menggunakan
jaringan 2G sedangkan si B menggunakan 3G. Gambarkan
aliran data A ke B pada arsitektur jaringan seluler !
2. Si A kembali menelepon si B menggunakan Google Talk. Si A
menggunakan jaringan 3G sedangkan si B menggunakan 2G.
Gambarkan aliran data dari A ke B pada arsitektur jaringan
seluler !
96. Idle Mode and Dedicated Mode
Idle mode
adalah kondisi
dimana MS
tidak sedang
melakukan
panggilan
telepon.
Sedangkan
dedicated
mode adalah
kondisi dimana
MS sedang
melakukan
panggilan.
97. Cell Selection
Cell Selection adalah
proses sinkronisasi
awal saat MS
dinyalakan sehingga
terhubung ke operator
jaringan seluler dan
layanan jaringan dapat
digunakan
sepenuhnya.
Proses Cell Selection
menggunakan kanal
logika BCCH untuk
sikronisasi frekuensi
antara MS dan cell.
98. Cell Selection
MCC MNC Brand Operator Status Bands (MHz)
510 00 PSN PT Pasifik Satelit Nusantara
(ACeS)
Operational Satellite
510 01 INDOSAT PT Indonesian Satellite
Corporation Tbk (INDOSAT)
Operational GSM 900 / GSM 1800 /
UMTS 2100
510 03 StarOne PT Indosat Tbk Operational CDMA 800
510 07 TelkomFlexi PT Telkom Operational CDMA 800
510 08 AXIS PT Natrindo Telepon Seluler Operational GSM 1800 / UMTS 2100
510 09 SMART PT Smart Telecom Operational CDMA 1900
510 10 Telkomsel PT Telekomunikasi Selular Operational GSM 900 / GSM 1800 /
UMTS 2100
510 11 XL PT XL Axiata Tbk Operational GSM 900 / GSM 1800 /
UMTS 2100
510 20 TELKOMMobile PT Telkom Indonesia Tbk Unknown GSM 1800
510 21 IM3 PT Indonesian Satellite
Corporation Tbk (INDOSAT)
Not operational GSM 1800
510 27 Ceria PT Sampoerna
Telekomunikasi Indonesia
Operational CDMA 450
510 28 Fren/Hepi PT Mobile-8 Telecom Operational CDMA 800
510 89 3 PT Hutchison CP
Telecommunications
Operational GSM 1800 / UMTS 2100
510 99 Esia PT Bakrie Telecom Operational CDMA 800
PLMN
(Public Land
Mobile
Network)
selection
adalah
proses
pertama kali
saat
dilakukan
cell selection
PLMN, atau
istilah
mudahnya
adalah operator,
dibedakan
dengan MCC
(Mobile
Country Code)
dan MNC
(Mobile
Network Code).
99. Cell Re-Selection
Cell Reselection
adalah proses
perpindahan
mobile user dari
satu cell ke cell
yang lain pada
saat idle mode
Cell awal yang
ditinggalkan
disebut source
cell sedangkan
cell tujuan
disebut dengan
target cell.
100. Handover
Handover adalah proses
perpindahan mobile user dari satu
cell ke cell yang lain pada saat
dedicated mode.
Handover berfungsi untuk tetap menjaga
koneksi sewaktu melakukan panggilan
ketika mobile user berada diluar
jangkauan source cell.
Terdapat beberapa kriteria yang
menyebabkan terjadinya handover antara
lain sinyal yang lemah pada source cell
yang telah melewati batas yang telah
ditentukan, kualitas yang kurang bagus dll.
Pada saat terjadi handover koneksi dengan
source cell diputus dan dipindahkan ke target
cell oleh sebab itu handover adalah proses yang
sangat komplek dan kritis pada sistem GSM.
101. Handover Handover Type
Intra cell
handover
Inter cell
handover
Inter BSC
handover
Inter MSC
handover
Inter PLMN
102. Paging
Paging adalah proses broadcast
pesan dari jaringan seluler kepada
spesifik mobile user untuk
mengetahui posisi tepatnya mobile
user dalam suatu cell.
Pendekatan yang sangat baik
adalah sistem harus melakukan
paging ke semua cell untuk
mengetahui dimana tepatnya
mobile user berada.
Tetapi apabila ini dilakukan maka
kapasitas radio yang digunakan
akan sangat besar.
Hal ini dapat diatasi dengan
adanya Location Area dan
Location Update.
103. Location Update
Location Update
digunakan untuk
mengurangi jumlah
proses paging yang
harus dilakukan
oleh sistem
jaringan seluler.
Setiap proses Location
update dilakukan
update data-data
tepatnya posisi MS
berada dalam suatu cell
akan disimpan dalam
VLR (Visitor Location
Register). Update data
pada VLR diambil dari
data subscriber pada
HLR (Home Location
Register).
Sistem jaringan
seluler dibagi
menjadi beberapa
location area,
setiap BSC dapat
terdiri dari
beberapa location
area dan minimal
terdiri dari satu
location area.
Dengan adanya
Location Update proses
paging tidak harus
dilakukan di semua cell
di satu jaringan seluler
tetapi hanya dilakukan
oleh cell-cell yang
berada dalam satu
Location Area.
Setiap mobile user
mengidentifikasikan
location area yang
baru, dan
berpindah ke
location area yang
baru maka MS
akan melakukan
Location Update.
Proses Location update
tidak hanya terjadi
apabila terjadi
perpindahan Location
Area tetapi juga terjadi
secara periodik apabila
MS masih terletak pada
Location Area yang
sama agar data selalu
ter-update.
107. Short Quiz 10 (Handover & Cell
Reselection)
Site A
Site A adalah sebuah newsite dengan Cell Id (CI) 64451, 5632,
5633 buatlah neighbour relation dengan mencantumkan CI
source dan CI target agar newsite Site A dapat memproses
handover dan cell reselection dengan cell-cell sekitarnya.
111. Why Optimization ?
• Parameter yang di-set pada proses planning harus ditinjau ulang
menurut statistik jaringan
• Saat jumlah pengguna meningkat, ekspansi jaringan harus
dipertimbangkan juga implementasi strategi baru
• Frekuensi mungkin harus diubah untuk menghindari interferensi
dan meminimalisir degradasi kualitas jaringan selama
pertumbuhan user
Why optimize a network?
Hasn’t everything been
done during planning
phase?
NO!
112. Why Optimization ?
Dari sisi operator, Optimization dapat memaksimalkan efisiensi jaringan,
meminimalisir churn rate (pergantian kartu oleh user), menarik customer
baru, meningkatkan kepuasan pelanggan dan menaikkan revenue.
113. Revenue Example :
Berikut adalah suatu contoh perhitungan bagaimana dengan menaikkan CSSR (Call Setup
Success Rate) dapat menaikkan revenue yang tidak sedikit ke operator.
Skenario :
Sebuah jaringan pada suatu Propinsi dengan 36 BSC
Jumlah Trafik pada saat Busy Hour : 21.353 Erlang/BH
Mean Call Holding Time (Rata-rata lama panggilan telepon) : 60 Detik
CSSR Improvement sebesar 1,43 % dari 88,3 % ke 89,73 %
Diasumsikan 50 % pengulangan panggilan dan 50 % kenaikan panggilan
Harga adalah per menit adalah 100 IDR dan lama Busy Hour per day = 8
Berapakah Kenaikan Revenue yang diperoleh selama setahun?
Perhitungan :
Jumlah kenaikan panggilan pada Busy Hour : 21.353 Erlang × 3600/60 × 1,43 % = 18320
call/BH
Jumlah kenaikan revenue per Busy Hour : 18320 × 50 % × 100 x 60/60 = 916000 IDR/BH
Jumlah kenaikan revenue per tahun : 916000 × 8 × 365 = 2.674.720.000 IDR/Year
Kesimpulan :
Why Optimization ?
115. Key Performance Indicator
Menurut rekomendasi dari ITU (International Telecommunication Union) terdapat 3
kategori pengklasifikasian Key Performance Indicator (KPI) untuk evaluasi sebuah
jaringan yaitu Accessibility, Retainability dan Integrity.
116. Key Performance Indicator
Accessibility adalah kemampuan user untuk memperoleh servis sesuai dengan
layanan yang disediakan oleh pihak penyedia jaringan. Contoh pada jaringan 2G
yang termasuk dalam kategori Accessibility adalah Random Access Success Rate
(RACH Success Rate), SD Drop Rate, SDCCH Success Rate, SDCCH Blocking
Rate dan TCH Blocking Rate.
Retainability adalah kemampuan user dan sistem jaringan untuk
mempertahankan layanan setelah layanan tersebut berhasil diperoleh sampai
batas waktu layanan tersebut dihentikan oleh user. Contoh pada jaringan 2G
yang termasuk dalam kategori Retainability adalah TCH Drop Rate, Erlang per
Minute Drop.
Integrity adalah derajat pengukuran disaat layanan berhasil diperoleh oleh user.
Contoh pada jaringan 2G yang termasuk dalam kategori Integrity adalah
Handover Succes rate, FER, RxQual, SQI.
*Mobility adalah derajat pengukuran yang berkaitan pada mobilitas. Beberapa
operator memasukkan beberapa KPI yang beruhubungan dengan mobilitas dalam
group KPI mobility.
120. Worst Cell
Definisi Worst cell adalah
sebuah site/cell yang memiliki
performance jelek dan secara
wajar mempengaruhi
performance pada jaringan.
Worst cell didefinisikan setelah KPI
ditentukan. Apabila Key Performance
Indicator telah didefinisikan maka proses
selanjutnya adalah perumusan formula
untuk KPI tersebut. Dan penentuan Worst
cell dapat dibuat setelah diketahuinya
formula dari setiap KPI.
Untuk menghasilkan sebuah Worst
cell yang tepat maka diharuskan
menggunakan dua kriteria yaitu
kriteria value dan kontribusinya.
Kontribusi dapat menggunakan
kontribusi fail atau kontribusi trafik.
124. Cell Reselection
Salah satu kriteria yang
harus dipenuhi adalah C1 >
0
C1 = (A-Max (B, 0))
A = Rata-rata power yang diterima –
RXLEV_ACCESS_MIN
= RLA_P – RXLEVAMI (Siemens)
= Received signal level – ACCMIN (Ericsson)
B = MS_TXPWR_MAX_CCH – P
= MSTXPMAXCH – P (Siemens)
= CCHPWR – P (Ericsson)
RXLEVAMI atau
ACCMIN adalah
parameter cell level
yang mengindikasikan
sinyal level minimum
yang dibutuhkan MS
untuk mengakses ke
sistem.
MSTXPMAXCH/ CCHPWR
adalah parameter yang
mengindikasikan power
transmit maksimum MS
untuk mengakses ke sistem
dan P adalah output power
maksimum MS tergantung
dari MS Class.
C1 Parameter
125. Cell Reselection
MS akan mengkalkulasi kriteria path loss pada serving
cell dan non serving cell paling tidak selama 5 detik.
Kriteria path loss terpenuhi jika C1> 0 (jika C1 < 0
pada periode paling tidak 5 detik maka cell dihilangkan
dari list). Jika C1 pada neighbour cell lebih tinggi
daripada C1 pada serving cell maka akan terjadi cell
reselection dari serving cell ke neighbour cell.
Terdapat parameter CELLRESH(Siemens) dimana terdapat
histerisis value pada perhitungan path loss C1. Sehingga
apabila C1 neighbour cell > C1 serving cell + CELLRESH paling tidak
selama 5 detik maka baru akan terjadi cell reselection.
Parameter CELLRESH(Siemens) berfungsi untuk menghindari
terjadinya kejadian cell reselection yang tidak perlu (ping-
pong cell reselection).
C1 Parameter
126. Cell Reselection
C2 Parameter
C2 berguna pada saat penggunaan strategi load sharing antara
GSM dan DCS dan juga untuk menghindari cell reselection yang
tidak perlu pada fast moving MS dimana terdapat coverage
microcell dan coverage macrocell.
C2 = C1 + CRESOFF (Siemens) - TEMPOFF
(Siemens)
C2 = C1 + CRO (Ericcson) - TO (Ericsson)
PENTIME ( Siemens) /
PT (Ericsson) < 31
C2 = C1 + CRESOFF (Siemens)
C2 = C1 + CRO (Ericcson)
PENTIME ( Siemens) / PT (Ericsson) expired
C2 = C1 - CRESOFF (Siemens)
C2 = C1 - CRO (Ericcson)
PENTIME = 31
Untuk kasus load sharing strategy antara GSM dan DCS biasanya akan dilakukan
seting dimana C2 DCS > C2 GSM. Dengan TEMPOFF (Siemens) / TO (Ericsson) = 0
dan PENTIME ( Siemens) / PT (Ericsson) = 0. Sehingga hanya parameter
CRESOFF(Siemens) / CRO (Ericcson) saja yang digunakan.
128. Short Quiz 11 (Traffic Sharing)
Cell A GSM memiliki traffic utilization 90% dan Cell B DCS memiliki
traffic utilization 40 %. Keduanya berdekatan. Bagaimana setting
parameter yang disarankan agar utilization kedua site balance?
Cell C GSM memiliki traffic utilization 40% dan Cell D DCS memiliki
traffic utilization 90 %. Keduanya berdekatan. Bagaimana setting
parameter yang disarankan agar utilization kedua site balance?
Push ke DCS Push ke GSM
CRO
PT
TO
130. Power Control
Untuk menghindari dominasi interferensi dari user yang memiliki
sinyal sangat kuat dan biasanya berada pada jarak yang lebih
dekat dengan base station, digunakan konsep power control.
Power control akan mengatur daya pancar tiap-tiap user sehingga
daya yang diterima oleh base station adalah sama untuk semua
user yang tersebar secara acak pada setiap lokasi di dalam sel
yang dicakup oleh base station.
Power control akan memerintahkan mobile station untuk
menaikkan daya pancarnya ketika level RxLevel atau RxQual
menurun dan akan memerintahkan MS untuk menurunkan daya
pancarnya ketika RxLevel tinggi.
132. Handover & Power Control Parameter
Ini adalah daerah dimana terjadi handover karena low RxLevel.1
Dimana threshold ini diatur oleh parameter HOLTHLVDL (Siemens) / threshold
level downlink Rx level (LDR) (Nokia) pada sisi downlink dan parameter
HOLTHLVUL (Siemens) / threshold level uplink Rx level (LUR) (Nokia) pada sisi
uplink.
Ini adalah threshold dimana power control untuk menaikkan RxLevel
bekerja.2
Threshold pada daerah ini diatur oleh parameter LOWTLEVD (Siemens) / pc
lower thresholds lev dl Rxlevel (LDR) (Nokia) pada sisi downlink. Dan
LOWTLEVU (Siemens) / pc lower thresholds lev ul Rxlevel (LUR) (Nokia) pada sisi
uplink.
Ini adalah kondisi dimana MS dalam level dan kualitas yang baik
sehingga tidak perlu adanya power control yang bekerja.
3
Ini adalah threshold dimana power control untuk menurunkan RxLevel
bekerja.4
Threshold pada daerah ini diatur oleh parameter UTLEVD (Siemens) / pc
upper thresholds lev dl Rx level (UDR) (Nokia) pada sisi downlink. Dan
UTLEVU (Siemens) / pc upper thresholds lev ul Rxlevel (UUR) (Nokia) pada sisi
uplink.
133. Ini adalah daerah dimana level sinyal bagus tetapi kualitas jelek karena
terdapat adanya interferensi. Pada daerah ini akan terjadi handover
dapat berupa intracell handover atau intercell handover.
Ini adalah threshold terjadinya handover yang diakibatkan karena low
RxQual.
Handover & Power Control Parameter
Ini adalah threshold dimana power control untuk menaikkan RxLevel
bekerja dan juga power control untuk menaikkan RxQual bekerja.
5
Ini adalah threshold dimana power control untuk menaikkan RxQual
bekerja.
6
Threshold pada daerah ini diatur oleh parameter LOWTQUAD (Siemens) / pc
lower thresholds qual dl Rx qual (LDR) (Nokia) pada sisi downlink. Dan
LOWTQUAU (Siemens) / pc lower thresholds qual ul Rx qual (LUR) (Nokia) pada
sisi uplink.
7
8
Dimana threshold ini diatur oleh parameter HOLTHQUDL (Siemens) / threshold
qual downlink Rx qual (QDR) (Nokia) pada sisi downlink dan parameter
HOTHQUUL (Siemens) / threshold qual uplink Rx qual (QUR) (Nokia) pada sisi
uplink.
134. Short Quiz 12 (Power Control & Handover)
Tentukan aksi yang akan terjadi pada jaringan apabila setting
threshold untuk handover dan power control ditentukan seperti
pada slide 18.
1. Kondisi Rx Level DL -100 dBm, Rx Qual DL 3?
2. Kondisi Rx Level DL -85 dBm, Rx Qual DL 6 ?
3. Kondisi Rx Level DL -78 dBm, Rx Qual DL 2 ?
4. Kondisi Rx Level UL -95 dBm, Rx Qual UL 3?
5. Kondisi Rx Level UL -92 dBm, Rx Qual UL 4?
136. Coverage and Quality Issue
Pada jaringan 2G kita dapat memperhitungkan RF Coverage dan RF Quality
dengan menganalisa sebaran Rx Level dan Rx Qual. Rx Level
dipergunakan untuk mengukur kuat sinyal yang diterima oleh MS (dalam
satuan dBm) sedangkan Rx Qual menunjukkan kualitas sinyal yang diterima
oleh MS. Diukur dari Bit Error Rate sinyal yang diterima. Skala yang
digunakan pada Rx Qual adalah 0 sampai 7.
RxQual Bit Error Rate (BER)
0 BER < 0, 2 %
1 0,2 % < BER < 0,4 %
2 0,4 % < BER < 0,8 %
3 0,8 % < BER < 1,6 %
4 1,6 % < BER < 3,2 %
5 3,2 % < BER < 6,4 %
6 6,4 % < BER < 12,8 %
7 12,8 % < BER
Rx Level and Rx
Qual
137. Coverage and Quality Issue
Bad Air Quality DL (RxLevel >=-85dBm & Rx Qual DL >= 5)
Dengan memperhitungkan distribusi trafik dimana banyak subscriber berada
pada RxLevel yang bagus tetapi dengan RxQual jelek, interferensi
mungkin saja terjadi pada area ini. Jika lebih dari 50% measurement berada
pada kondisi ini (seperti terlihat pada gambar diatas) perlu dilakukan
pengechekan dengan menggunakan drivetest, frequency scanning dan
pengechekan adanya frekuensi co-channel dan adjacent channel/near
channel pada map.
138. Coverage and Quality Issue
Poor Coverage DL (TA<1.5 km & Rx Level <-85dBm)
Apabila lebih dari 50% measurement pada jarak yang dekat (TA < 2 atau
dibawah 1.5 kilometer) tetapi diserving pada RxLevel yang rendah perlu di
check adanya permasalahan pada instalasi hardware seperti pada instalasi
connector, semirigid atau feeder antena, atau problem pada output power
(combiner/TRX). Juga perlu dilakukan site audit untuk melihat apakah
terdapat obstacle yang menyebabkan RxLevel yang diterima oleh
subscriber sangat lemah.
139. Coverage and Quality Issue
Poor Coverage DL (Rx Level <=-85dBm & Rx Qual>=5)
Apabila lebih dari 50% measurement subscriber terdistribusi pada RxLevel yang rendah dan
RxQual yang jelek maka perlu di check adanya permasalahan pada instalasi hardware
seperti pada instalasi connector, semirigid atau feeder antena, atau problem pada output
power (combiner/TRX), atau perlu dilakukan pengechekan konfigurasi hardware seperti
antena tilt, arah antena, ketinggian antena, dan kesesuaian konfigurasi antena sesuai
dengan yang diajukan oleh tim RF Planning.
Apabila tidak terdapat problem pada hardware bisa dilakukan pengechekan distribusi Timing
Advance untuk mengetahui ada tidaknya overshooting.
140. Coverage and Quality Issue
Overshooting Coverage
Apabila lebih dari 50% measurement pada jarak yang jauh (TA > 5 atau diatas 5 kilometer)
maka dapat diasumsikan banyak terjadi overshooting coverage. Sebenarnya definisi dari
overshooting coverage pada sebuah cell adalah suatu kondisi dimana coverage area sebuah
cell sampai melebihi coverage area adjacent relasinya. Yang akhirnya kondisi ini dapat
menyebabkan terjadinya inteferensi atau handover fail.
141. Coverage and Quality Issue
Site to site distance
Untuk memperhitungkan presentase overshoot coverage
sebuah cell kita dapat membandingkan antara jarak
maksimum sebuah cell dengan relasinya dan distribusi
TA cell tersebut. Jika trafik distribusi melebihi jarak
maksimum sebuah cell dengan relasinya maka cell
tersebut mengalami overshoot coverage. Jika
persentasenya besar atau lebih dari 50 % maka perlu
dilakukan coverage tuning.
Rumus :
Rumus pada
excel :
1 degree = 111.1211
km
142. Short Quiz 13 (Coverage
Issue)
1. Sebuah Cell A memiliki relasi adjacent dengan
Cell B, Cell C, Cell D, Cell E. Apabila diketahui
longitude dan latitude Cell A dan relasinya
adalah sebagai berikut :
Longitude Latitude
Cell A 106.8555922 -6.27588375
Cell B 106.8527082 -6.28311818
Cell C 106.8700848 -6.27815585
Cell D 106.8679064 -6.28808216
Cell E 106.8721099 -6.29614116
Hitung pada TA ke berapakah sebuah MS yang
diserving oleh cell A mulai mengalami overshoot
coverage?
144. Accessibility Performance
Optimization
Random Access (RACH) Success Rate (1/4)
Random Access Channel
(RACH) digunakan oleh
MS pada sisi uplink untuk
me-request alokasi
SDCCH. Request ini dapat
dikarenakan MS ter-
paging pada saat adanya
panggilan masuk atau saat
MS mencoba mengakses
jaringan. Availability
SDCCH pada sisi BTS
tidak berpengaruh pada
Random Access Success
Rate.
Pengulangan percobaan MS untuk
mengakses ke jaringan (apabila pada
percobaan akses belum ada respon dari
sisi BTS pada channel AGCH baik berupa
jawaban immediate assignment atau
immediate assignement reject) dapat
ditentukan oleh paremeter MAXRET
(ericsson) / MAXRETR (siemens) / MAX
NUMBER OF RETRANSMISSION (RET)
(nokia) dan waktu interval antara akses
request yang satu dengan yang lain
ditentukan oleh parameter TX (ericsson) /
NSLOTST (siemens) / NUMBER OF SLOTS
SPREAD TRANS (SLO) (nokia).
145. Accessibility Performance
Optimization
Random Access (RACH) Success Rate (2/4)
Start
Change
BSIC
YES
Poor BSIC Plan ?
Poor BCCH Plan
?
NO
NOYES
BCCH Retune/
Frequency
Retune
2
2
Low Random Access
Success rate
3
146. Accessibility Performance
Optimization
Random Access (RACH) Success Rate (3/4)
Poor Coverage /
Overshooting ?
YES
Do site audit and
physical/parameter
tuning related to
coverage
NO
2
Phantom RACH
problem ?
YES
Optimizing filtering in
hardware and tuning
for CRO (Ericcson) and
ACCMIN (Ericcson)
NO
2
Faulty on
Antenna or
cable ?
YES
Fix hardware
problem
NO
2
4
3
147. Accessibility Performance
Optimization
Random Access (RACH) Success Rate (4/4)
4
Tuning for CRO
(Ericcson) and
ACCMIN (Ericcson)
YES Unapropriate
setting for CRO
and ACCMIN ?
Unapropriate
setting for MAXRET
and TX ?
NO
YES
Tuning for
MAXRET (Ericcson)
and TO (Ericcson)
2
2
Performance
Monitoring to see
impact after
troubleshooting
activities
2
148. Accessibility Performance
Optimization
SDCCH Congestion Rate/SDCCH Blocking Rate (1/4)
SDCCH adalah control
channel yang
digunakan oleh sistem
pada saat Location
Update (dengan mean
holding time 3,5 detik),
IMSI Detach (2,9 detik),
Mobile Originated Calls
(2,7 detik), Mobile
Terminated Calls (2,9
detik), SMS (6,2 detik).
Secara keseluruhan
channel SDCCH
memainkan peranan
penting dimana pada
proses call setup
setiap user pasti
menggunakan kanal
ini sebelum
memperoleh kanal
TCH.
149. Accessibility Performance
Optimization
SDCCH Congestion Rate/SDCCH Blocking Rate (2/4)
Start
Fix Hardware/TRX
Problem
YES
Hardware/TRX
Problem?
Lack SDCCH
Channel?
NO
YES
Add SDCCH
Channel
2
2
High SDCCH
Congestion/Blocking Rate
3
NO
150. Accessibility Performance
Optimization
SDCCH Congestion Rate/SDCCH Blocking Rate (3/4)
Coverage
Problem/
Overshooting?
YES
Do site audit and
physical/parameter
tuning related to
coverage
NO
2
High Location
Area Update?
YES
Check LAC Border,
Check parameter
related to
location update
NO
2
Load
Sharing/Traffic
Sharing already
implemented?
NO
Implement Traffic
Sharing Strategy
YES
2
3
3
151. Accessibility Performance
Optimization
SDCCH Congestion Rate/SDCCH Blocking Rate (4/4)
3
Implemented
adaptive logical
channel
NO Adaptive Logical
Channel already
implemented?
Immediate
Assignment on
TCH?
YES
NO
Activate feature
and monitor the
performance
2
2
Performance
Monitoring to
see impact
after
troubleshooting
activities
2
OPTIONAL FEATURE
152. Accessibility Performance
Optimization
SDCCH Drop Rate (1/7)
Pada saat proses-
proses MOC SDCCH
dapat mengalami
drop yang
disebabkan karena
faktor hardware,
interferensi, poor
coverage, overshoot
coverage atau
lainnya.
Dan apabila
kontribusinya besar
dapat mempengaruhi
turunnya KPI
accessibility sebuah
cell.
156. Accessibility Performance
Optimization
SDCCH Drop Rate (5/7)
Start
Fix Hardware/TRX
Problem
YES
Hardware/TRX
Problem?
Low signal
strength UL/DL
(RF Problem)?
NO
YES
Do site audit and
physical/parameter
tuning related to
coverage
2
2
High SDCCH
Drop Rate
3
NO
157. Accessibility Performance
Optimization
SDCCH Drop Rate (6/7)
Bad Quality UL/DL
(RF Problem)?
YES NO
2
Excessive Timing
Advance/Distance
to Limit?
YESCheck TRX quality,
check interfrence
from other sites,
check if any
eksternal
interference
NO
2
Due to Abis
Failure?
YES
Fix problem related
to Abis link, Check
transmision alarm,
check transmisi
availability.
NO
3
Antenna
Downtilt/Red
uce antenna
height/
reduce BTS
power
2
3
158. Accessibility Performance
Optimization
SDCCH Drop Rate (7/7)
3
Fix problem related
to A-if link, Check
alarm, check
availability. Check
that configuration
already correct in
MSS side.
YES Due to A-if
Failure?
Other Reason?
NO
YES
Check LAPD,
Remote
transcoder,
BCSU and
other element
2
2
Performance
Monitoring to
see impact after
troubleshooting
activities
2
159. Accessibility Performance
Optimization
TCH Congestion Rate (1/5)
Alokasi kanal TCH dilakukan
setelah proses immediate
assignment berhasil. TCH
Blocking/Congestion terjadi apabila
tidak tersedia kanal TCH yang
available. Beberapa faktor seperti
kerusakan hardware, kurang
baiknya dimensioning untuk kanal
TCH adalah beberapa faktor
penyebab terjadinya TCH
Blocking/TCH Congestion.
160. Accessibility Performance
Optimization
TCH Congestion Rate (2/5)
Start
Fix Hardware/TRX
Problem
YES
Hardware/TRX
Problem?
Any site down
in surrounding
area?
NO
YES NO
Fix site down2
2
High TCH
Congestion/Blocking Rate
3
161. Accessibility Performance
Optimization
TCH Congestion Rate (3/5)
Half Rate already
implemented?
NO
Implement
half rate
YES
2
Coverage
problem/
overshooting?
YES
Do site audit and
physical/paramet
er tuning related
to coverage
NO
2
Any missing
adjacencies ?
YES
Add neighbour
NO
2
4
3
162. Accessibility Performance
Optimization
TCH Congestion Rate (4/5)
4
Implement Traffic
Sharing Strategy
NO Load Sharing/Traffic
Sharing already
implemented?
Too many
SDCCH
allocation?
YES
YES
Change SDCCH
to TCH2
2
NO
5
163. Accessibility Performance
Optimization
TCH Congestion Rate (5/5)
Performance
Monitoring to see
impact after
troubleshooting
activities
2
Implement
assignment to
another cell
2
Upgrade TRX
2
Already
Implemented
assignment to
another cell?
NO YES
Possible for TRX
Upgrade?
YES NO
Plan new site with
reason capacity
OPTIONAL FEATURE
TRX configuration already full
5
168. Retainability Performance
Optimization
TCH Drop Rate (4/7)
Start
Fix Hardware/TRX
Problem
YES
Hardware/TRX
Problem?
Low signal
strength UL/DL
(RF Problem)?
NO
YES
Do site audit and
physical/paramete
r tuning related to
coverage
2
2
High TCH
Drop Rate
3
169. Retainability Performance
Optimization
TCH Drop Rate (5/7)
Bad Quality UL/DL
(RF Problem)?
YES NO
2
Any Missing
neighbour?
YESCheck TRX quality,
check interfrence
from other sites,
check if any
eksternal
interference
NO
2
Many handover
Failure?
YES
Check if there is any
swapped sector,
check handover per
relation, fix problem
on target cell
NO
2
4
Do neighbour
audit and add
neighbour
3
171. Check LAPD,
Remote
transcoder, BCSU
and other element
Retainability Performance
Optimization
TCH Drop Rate (7/7)
YES
Due to A-if
Failure?
Other Reason?
NO
YES
2
2
Performance
Monitoring to
see impact after
troubleshooting
activities
2
Due to Abis
Failure?
YES
Fix problem related
to Abis link, Check
transmision alarm,
check transmisi
availability.
2
NO
Fix problem related
to A-if link, Check
alarm, check
availability. Check
that configuration
already correct in
MSS side.
5
173. Integrity Performance Optimization
Handover Success Rate (1/4)
Start
Add neighbour if any
missing neighbor/
Reduce if too many
neighbour
YES Missing Neighbour/
Too many Neighbour
?
NO
2
Low Handover
Success Rate
Low Handover
Attempt ?
NO
Check Handover
parameter / Do
site audit / Cell in
remote island
2
3
174. Integrity Performance Optimization
Handover Success Rate (2/4)
Low for overall
relation ?
YES NO
5
4
Check if any co
BCCH/BSIC with
surrounding
cells ?
NO
Do frequency
retune/ BSIC retune
Check Handover Success
Rate per relation
3
2
YES
175. Integrity Performance Optimization
Handover Success Rate (3/4)
4
Performance
Monitoring to see
impact after
troubleshooting
activities
2
Hardware Problem
on Target cell ?
YES NO
2
Incorrect
Handover
Parameter per
cell?
YES
Handover
Parameter tuning
2
Solve Hardware Problem
/ Handover parameter
tuning per relation
TCH Congestion
on Target Cell ?
YESNO
Solve TCH congestion /
Handover parameter
tuning per relation
2
176. Integrity Performance Optimization
Handover Success Rate (4/4)
5
2
Low signal
strength UL/DL
(RF Problem)?
YES NO
2
Incorrect Handover
Parameter/
Threshold ?
YES
Handover
Parameter tuning
Do site audit and
physical/parameter tuning
related to coverage
Any
Swapped
Sector ?
YESNO
Solve Swapped
sector
2
178. Tools : TEMS Investigation
TEMS sangat
powerfull dan
mudah
digunakan.
Sampai saat ini
rilis TEMS
Investigation
sudah sampai rilis
ke 11.
Pada umumnya
drivetest
membutuhkan Laptop
yang telah terinstal
software TEMS,
Handphone dan kabel
datanya, dongle, serta
USB GPS.
Drivetest berguna
untuk analisis
coverage sebuah
cakupan jaringan atau
cakupan sebuah cell.
Drivetest
menggunakan sampel
data user perception
pada coverage
tertentu.
180. Info Element Preparation
Serving and Neighbour
menunjukkan informasi seperti Cell
name, BSIC, ARFCN, RxLev, C1,
C2, serving cell dan juga enam
neighbour list dengan Rxlevel
terbagus.
Radio Parameter menunjukkan
informasi kondisi radio saat ini
seperti RxLevel, RxQual, FER,
SQI, TA dll
Current Channel menunjukkan
informasi yang berkaitan dengan
channel yang digunakan. Disini
akan didapatkan informasi
mengenai CGI, BSIC, BCCH
ARFCN dan juga Time Slot yang
dipergunakan.
2G
181. Info Element Preparation
C/A menunjukkan level interferensi
dari adjacent channel.
C/I diartikan Carrier-to-interference
ratio yang menunjukkan rasio
antara kuat sinyal bit-bit informasi
dan kuat sinyal bit-bit interference
yang tidak diinginkan. C/I
disebabkan karena adanya
interferensi yang disebabkan
karena penggunaan frequensi
yang sama oleh cell carrier dan
juga cell yang lain.
Current Channel menunjukkan
informasi yang berkaitan dengan
channel yang digunakan. Disini
akan didapatkan informasi
mengenai CGI, BSIC, BCCH
ARFCN dan juga Time Slot yang
dipergunakan.
2G
182. What to measure?
RxLev dipergunakan
untuk mengukur kuat
sinyal yang diterima
oleh MS (dalam
satuan dBm).
RxQual menunjukkan
kualitas sinyal yang
diterima oleh MS.
Diukur dari Bit Error
Rate sinyal yang
diterima. Skala yang
digunakan pada
RxQual adalah 0
sampai 7.
184. Interference Check
Untuk mengecek adanya interferensi dapat dilakukan dengan
pengamatan pada jendela Radio Parameter dan Jendela
Current Channel, apabila RxQual atau C/I atau SQI pada
TRX yang dilakukan pengetesan jelek tetapi RxLevel pada
kondisi baik. Kemungkinan terjadi adanya interferensi. Perlu
adanya pengecekan frekuensi dan perlu dilakukannya frequeny
retune pada TRX tersebut.
185. Frequency Scanning
Baik buruknya kualitas jaringan
GSM ditentukan dari baik-
buruknya perencanaan frekuensi.
Co-BCCH ataupun Adjacent-
BCCH antara dua site yang
berdekatan dapat menimbulkan
tingginya interferensi diantara
kedua site tersebut. Adanya
overshooting coverage juga
dapat menimbulkan tingginya
interferensi.
Dengan melakukan drivetest kita
dapat mengetahui daerah
dimana terdapat kuat sinyal yang
bagus (RxLevel bagus) tetapi
kualitas sinyalnya buruk (RxQual
jelek), hal ini dapat disebabkan
oleh karena adanya interferensi
di daerah atau spot tersebut.
Dengan menggunakan metode
GSM Scanning kita dapat
mengetahui list BCCH ARCFN
pada suatu daerah/spot dan
mengetahui list BCCH ARFCN
yang menjadi interference
frequency.
186. Frequency Scanning
Untuk memulai scanning pada Combo Box
Scanning Task pilih Frequency Scanning.
Klik pada tombol Scan Properties.
Klik Pada tab Scanned
Channels centang pada Scan
selected channels kemudian
centang pada Manual
selection lalu klik Select dan
masukkan list ARFCN yang
ingin di-scan. Masukkan hanya
BCCH ARFCN yang
bersesuaian dangan BCCH
ARFCN pada operator yang
ingin diinvestigasi.
Klik tombol Start Scanning untuk memulai
scanning.
klik tombol Stop Scanning untuk
menghentikan proses scanning.
187. Frequency Scanning ...
Neighbour List Scanning
Mode
Neighbour list scanning
dapat digunakan sebagai
referensi sebuah cell yang
memiliki kuat sinyal bagus
tetapi belum ter-create
sebagai neighbour.
Pendeteksian berdasarkan
kuat sinyal BCCH ARFCN
yang terukur oleh sebab itu
hanya masukan list BCCH
pada operator yang ingin
diinvestigasi. Berikut
tampilan Neighbour List
Scanning Mode.
189. Drivetest KPI
Call Setup Success Rate (CSSR)
Call Setup Successful Rate (%) = ((Total number of successful setup)/
(Total number of calls attempt))*100
Total number of successful setup = Jumlah mobile originating calls yang berhasil
menempati kanal trafik (TCH).
Total number of calls attempt = Jumlah total percobaan attempt untuk
melakukan mobile orginating call.
Dropped Call Rate (DCR)
Dropped Call Rate, dikenal juga sebagai TCH drop rate
Dropped Call Rate (%) = ((Call set-up Success) – (number of completed
calls)) / (Call set-up Success)*100
190. Drivetest KPI
Handover Success Rate (HOSR)
Handover Success Rate (%) = ((Total number of successful handovers) /
(Total number of handover attempts))*100
Handover per Call
Handover per call = (Total number of Handover success / total number of
call setup success)
Rx Level dan Rx Qual
Pada jaringan 2G kita dapat memperhitungkan RF Coverage dan RF Quality
dengan menganalisa sebaran Rx Level dan Rx Qual. Rx Level dipergunakan
untuk mengukur kuat sinyal yang diterima oleh MS (dalam satuan dBm)
sedangkan Rx Qual menunjukkan kualitas sinyal yang diterima oleh MS.
Diukur dari Bit Error Rate sinyal yang diterima. Skala yang digunakan pada Rx
Qual adalah 0 sampai 7.
191. Drivetest KPI
Rx Qual VS SQI
SQI (Speech Quality Index)
Adalah pengukuran quality yang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan RxQual.
Berikut beberapa kelemahan RxQual :
BER yang berfluktuasi (tinggi ke rendah atau sebaliknya) menyebabkan perceived
quality lebih rendah daripada BER yang konstan. Sedangkan RxQual hanya mengukur
rata-rata dari BER dan tidak dapat mengukur fluktuasi (deviasi) ini.
RxQual tidak memperhitungkan Frame Erasure Rate (FER).
Saat terjadi handover selalu mengakibatkan hilangnya sebuah frame, yang dapat
menyebabkan menurunnya kualitas di sisi user. Hal ini tidak terlihat pada RxQual.
Pemilihan speech code, level kualitas akan bervariasi setiap speech codec. Dimana
setiap speech codec memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Sedangkan pengukuran SQI juga memperhitungkan :
BER (bit Error Rate)
FER (Frame Erasure Rate)
Handover events
Komputasi yang berbeda untuk setiap speech codec
192. Speech Coding
FR, HR, EFR and AMR
Voice
Speech
Coding
(FR, HR,
EFR)
Modulasi
GMSK
Burst
Full Rate (FR), speech coding dengan bit rate : 13 kbit/s
Half Rate (HR), speech coding dengan bit rate : 5.6
kbit/s, kapasitasnya dapat dua kali full rate
Enhanced Full Rate (EFR),speech coding dengan bit
rate : 12,2 kbit/s. Ada peningkatan kualitas dibandingkan
dengan Full Rate dengan adanya noise free
Adaptive Multi Rate (AMR), speech codec bersifat
adaptif
194. Drive Test Improvements
Signal Strength Analysis
Shadowed Antenna Faulty Hardware
Height/down Tilt
Output Power
Visit site
Check antenna installation
Is there a better antenna
position at same site?
Add reduce down tilt?
Can antenna be placed
lower or higher to give
better coverage?
Check output power
Parameters
BSPWRT - NON BCCH FREQ
BSPWRB - BCCH FREQ
Site Location
Possible to move site?
New antenna location at
same site? Is it necessary
to expand and build a new
site?
Check alarm & BTS Error
log
Visit site
Missing Neighbor
Is the call dragged?
Is low SS due to missing
neighbor relations
195. Drive Test Improvements
Interference Analysis
From DT logfile & map:
What channel group suffer from
interference? HOP or Non HOP?
Check Current channel information
in TEMS INV, hopping channel and
hopping frequency.
Where does the interference come
from? Cell name?
Study map and logfile, look for co-
channel or adjacent channel
interference.
Does the interference lead to lower
SQI?
Look at SQI measurement during
high RxQual.
Use OSS statistic to assist analysis.
Possible Solutions:
Enable Frequency Hopping or add
frequencies to Hopping group.
Enable BTS Power Control, MS
power control and make it less
aggressive.
Change frequency of interferer or
interfered cell:
Possible to find new frequency by
using TEMS Scanning.
Down tilt or change antenna of
interferer.
Redo frequency plan.
Add new site.
196. Drive Test Improvements
Handover Analysis (ping pong)
Analysis ..
• Identify UL/DL interference
• Imbalance link, e.g. most cases UL signal strength issue
• H/W defect, e.g. TRX, combiner, VSWR, etc.
• Cross or swap feeder
• Wrong handover parameter, e.g. UL/DL signal strength or quality
threshold
• Bad neighboring hysteresis parameters, e.g. HOM, etc
197. Drive Test Improvements
Call Setup Failure Analysis
Analysis:
• Low Signal Strength
• Interference
• High Congestion on SDCCH
• High Congestion on TCH
• Transmission Fault
• Faulty TRX/Hardware
• BSC Processor Overload
• Cell is not defined in MSC.
Possible Solutions:
• Signal strength analysis
• Interference analysis
• Define more SDCCH or adaptive
SDCCH or direct TCH
assignment
• Traffic sharing, redefine SDCCH
to TCH, coverage tuning
• Fix the transmission problem
• Replace faulty TRX
• BTS re-homing, upgrade BSC
capacity
• Define missing cell database in
MSC
198. Drive Test Improvements
Drop Call Analysis
Analysis ..
• Check the Radio environment just before drop:
If High Rxqual for a longer period of time and RLINKT expire
Interference problem.
If Low SS DL, SSDL < MSSENS ( -104dBm) low signal
strength problem.
If TA > 63 too far from the cell.
• If DL radio is good, check the TX power. If there is MS power down
regulation when the MS is close to the cell. If full power suspect
uplink interference or antenna, TMA problem.
• Verify or isolate the problem using OSS Statistic (Drop call and
reasons).
199. Drive Test Improvements
Sample Case: Missing Neighbor
Hal ini dapat
menyebabkan efek
"cell dragging“ ;
dimana MS
bergerak tetapi
masih dipegang
oleh cell lama
meskipun telah
melewati jarak
tertentu dan
seharusnya dilayani
oleh cell tetangga
yang RXLevel-nya
lebih bagus. Efek
ini juga dapat
menyebabkan
RXQual dan SQI
buruk karena
interferensi co-
channel.
200. Drive Test Improvements
Sample Case: Non-mutual Relation
Hal ini dapat
menimbulkan efek
yang sama dengan
efek "Missing
Neighbour".
Pastikan neighbour
relation dibuat “both
way” apabila
ditinjau dari site
database.
Untuk alasan
tertentu, hubungan
“one way”
diperbolehkan,
misalnya pada
lokasi penjara, dll
201. Drive Test Improvements
Sample Case: Co-channel BCCHFrequency
scanning adalah
cara yang paling
praktis untuk
menemukan
sumber interferensi.
Jika lebih dari satu
BSIC terkodekan
untuk satu ARFCN
BCCH yang
diamati, kita dapat
menyimpulkan
adanya "co-channel
interference".
Dengan
mengetahui BSIC
dan memeriksa
pada site database
kita dapat
mengetahui cell
yang menjadi
sumber interferensi.
202. Drive Test Improvements
Sample Case: Swap Feeder and Crossed Feeder
Sebuah kasus
cross feeder, dapat
diidentifikasi
melalui Drive Test
dan biasanya
menunjukkan
banyak ping-pong
HO.
Kasus swap
feeder,
mangakibatkan MS
dilayani oleh Cell
yang salah,
misalnya pada
saat MS berada di
area main lobe
sektor 1, MS tidak
dilayani oleh sektor
1, tetapi diserving
oleh sektor 2.
203. Drive Test Improvements
Sample Case: Low Level Signal at Near Site
Adanya
halangan/medan
perbukitan menjadi
penyebab terjadinya
kasus ini, meskipun
tidak semuanya
disebabkan oleh
kondisi medan.
Seting CRO yang
terlalu tinggi
dibandingkan dengan
BTS yang dekat
dapat menjadi
penyebabnya. MS
akan “camp” pada
BTS yang jauh
meskipun Rx
Levelnya tidak terlalu
kuat tetapi karena
nilai C2 yang tinggi.
205. See you in other training class…
TELECOMMUNICATION TRAINING
GSM Planning
3G/WCDMA Planning
GSM Optimization
3G/WCDMA Optimization
Wireless Broadband
ELECTRONICS TRAINING
PCB Design with Eagle/Protel/OrCAD
Microcontroller System For Beginners
Microcontroller System For Advanced
TECHNOPRENEURSHIP TRAINING Contact Person :
Lingga Wardhana
Phone : +62 8562893622
Email : lingga.wardhana@floatway.com
Floatway Learning Centre Address :
Cipinang Elok 2 Blok BJ No. 2C
Cipinang Jakarta Timur
Phone : (+62 21) 85911547
Fax : (+62 21) 85911547
www.floatway.com