[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas empat paradigma pembangunan yaitu paradigma pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, ekonomi-politik, dan pembangunan manusia. Paradigma-paradigma tersebut bergeser dari fokus pada pertumbuhan ekonomi menjadi pembangunan manusia yang berkelanjutan dan berkeadilan. Pergeseran paradigma tersebut mempengaruhi kebijakan makro untuk mencapai tujuan pembangunan.
3. Paradigma pertumbuhan ekonomi.
Paradigma pembangunan sosial.
Paradigma ekonomi-politik.
Paradigma pembangunan manusia.
1. Paradigma Pembangunan
Paradigma
Pertumbuhan
Ekonomi
Paradigma
Pembangunan
Sosial
Paradigma
Ekonomi-
Politik
Paradigma
Pembangunan
Manusia ?Pembangunan
Berkelanjutan
Gender
4. PARADIGMA PERTUMBUHAN EKONOMI
Teori pertumbuhan klasik.
Teori pertumbuhan ekonomi modern.
Teori pertumbuhan neo-klasik.
TEORI PERTUMBUHAN KLASIK
Adam Smith (1776): Pembagian Kerja dan Skala Ekonomi.
Disempurnakan oleh Thomas Malthus (1798) dan David Ricardo (1917).
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI MODERN
Akumulasi modal dan peningkatan SDM oleh Harrod (1948) dan Domar (1946):
Pertumbuhan ekonomi = tingkat tabungan dan produktivitas modal.
Arthur Lewis (1954): Model “Surplus of Labor”.
TEORI PERTUMBUHAN NEO-KLASIK
Solow (1957): Memasukkan unsur teknologi.
Becker (1964): Peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat didorong dg
pendidikan, pelatihan, peningkatan kesehatan.
Romer (1990): New Growth Theory: Teknologi bukan faktor eksogen tapi endogen.
Nurkse (1953): Perdagangan adl mesin pertumbuhan kemajuan ekonomi negara
maju, memberi imbas pada negara yang kaya sumberdaya alam oleh sebab
meningkatnya permintaan.
Rostow (1960): Lima tahap pembangunan: 1) traditional society, 2) precondition for
growth, 3) the take off, 4) the drive to maturity, 5) the age of high mass
consumption.
Chenery & Syrquin: Transformasi ekonomi dari dominasi sektor pertanian ke
dominasi sektor industri dan jasa.
1. Paradigma Pembangunan #2
Pembagian kerja
Skala ekonomi
Transaksi
Akumulasi modal
Peningkatan SDM
Tabungan
Produktivitas modal
Pekerjaan domestik
Teknologi
Produktivitas tenaga kerja
Pendidikan, Pelatihan
Kesehatan
Teknologi endogen
Perdagangan (mainstream)
Tahapan kemajuan
Modernisasi
5. PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL
Chenery, et.al. (1974): Memadukan konsep pertumbuhan
dan pemerataan.
Streeten, et.al. (1981): Konsep basic human need sbg
strategi penyediaan pelayanan dasar.
Todaro (1985): Kaitan antara pengangguran,
ketidakmerataan pendapatan, dan kemiskinan.
1. Paradigma Pembangunan #3
Keterpaduan pendekatan
Pelayanan dasar
Pengangguran
Ketidakmerataan pendapatan
Kemiskinan
Ketertinggalan
6. PARADIGMA EKONOMI POLITIK
Kesenjangan dan kemiskinan dipengaruhi oleh ideologi
dan politik.
Eksploitasi terhadap negara pra-kapitalis oleh negara
kapitalis.
Polarisasi hubungan “Center” dan “Periphery”.
MARXIS & NEO-MARXIS
Andre Gunder Frank (1967): Revolusi sebagai resep
pembangunan pinggiran.
Dos Santos (1969), Tavares & Serra (1970), Cariola &
Sunkel (1982): Pembangunan masyarakat bangsa.
NON-MARXIS
Goulet (1974??): Pembangunan harus menghasilkan: 1)
solidaritas baru, 2) memelihara keragaman budaya, 3)
menjunjung tinggi martabat serta kebebasan manusia.
Korten (1984): Pembangunan yang berpusat pada
masyarakat.
1. Paradigma Pembangunan #3
Ideologi politik
Perlindungan warga negara
Depolarisasi
Revolusi
Nation building
Solidaritas baru
Keragaman budaya
Martabat tinggi
Kebebasan manusia
Community centered
7. •Tingkat kehidupan yang rendah
(pendapatan per kapita rendah, kondisi perumahan tidak
memadahi, sarana kesehatan terbatas, tingkat pendidikan
rendah, tingkat kematian bayi tinggi, tingkat harapan
hidup rendah, perasaan tidak aman, dan rasa putus asa).
•Tingkat produktivitas yang rendah
(disebabkan oleh kurangnya input komplementer seperti
modal fisik, dan manajemen yang baik)
•Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban
tanggungan yang tinggi
(tingginya tingkat kelahiran menyebabkan proporsi
penduduk muda sehingga rasio beban tanggungan
menjadi tinggi)
•Tingginya tingkat perkembangan pengangguran dan
pengangguran semu
(penggunaan tenaga kerja tidak sesuai dan tidak efisien)
•Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan
ekspor produk primer
(tahun 1997 sebesar 60-80 Persen penduduk di NSB
tinggal di Perdesaan sehingga pada umumnya
perekonomian berorientasi kepada kepada produk-
produk primer).
•Kekuasaan, ketergantungan, dan vulnerabiliti dalam
hubungan-hubungan internasional
(akibat dari kelemahan-kelemahan yang ada maka NSB
mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi kepada
negara maju)
Gambaran Pembangunan di Negara Berkembang (Todaro, 1997)
Miskin
Pendidikan
Rendah
Ketrampilan
Rendah
Tidak
Bekerja
Tidak
Punya
Uang
Tidak
Punya
Uang
MalasKesibukan
Tidak
Produktif
Sakit-
sakitan
Tidak
Bisa
Makan
Bergizi
Gizi
Buruk
Tidak
Bisa
Menabung
Tidak
Bisa
Kontribusi
Apa-apa
8. PARADIGMA PEMBANGUNAN MANUSIA
Menciptakan lingkungan yang
memungkinkan masyarakat untuk
menikmati kehidupan kreatif, sehat dan
berumur panjang.
Ul Haq (1995): Pembangunan = memperluas
pilihan: meningkatkan kemampuan,
menggunakan kemampuan untuk bekerja,
menikmati kehidupan, aktif dalam
kegiatan sosial-budaya dan politik.
1. Paradigma Pembangunan #4
Kehidupan kreatif
Kehidupan sehat
Umur panjang
Perluasan pilihan
Peningkatan kemampuan
Penggunaan kemampuan bekerja
Menikmati kehidupan
Aktivitas sosial-budaya-politik
Paradigma
Pembangunan
Manusia
9. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pengertian Pemberdayaan Masyarakat:
1. Konsep pembangunan ekonomi yang merangkum
nilai-nilai sosial (people centered, participatory,
empowering, & sustainable).
2. Lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan dasar
atau sekedar mekanisme mencegah proses
pemiskinan tetapi merupakan pembangunan
alternatif untuk mencapai: inclusive, democracy,
appropriate economic growth, gender equality,
and intergenerational equity (Friedman 1992).
Upaya Pemberdayaan Masyarakat:
1. Menciptakan iklim yang kondusif (enabling).
2. Memperkuat potensi-daya yang dimiliki
masyarakat (empowering).
3. Melindungi-mencegah penindasan yang kuat
terhadap yang lemah.
1. Paradigma Pembangunan #5
People centered
Participatory
Empowering
Sustainable
Inclusive
Democracy
Appropriate economic growth
Gender equality
Intergenerational equity
Tripilar pemberdayaan
• Kondusivitas
• Penguatan daya
• Melindungi
Paradigma
Pembangunan
Manusia
10. PARADIGMA PEMBANGUNAN MANUSIA dan
PEMBERDAYAAN
terkait dengan solusi masalah kesenjangan:
MASALAH KESENJANGAN
• 1 dari 7 orang masuk golongan miskin sekali (kurang 14%).
• >77% pekerja berpendidikan hingga SD.
• 3,2% angkatan kerja menganggur.
• 36,5% pekerja setengah menganggur.
• >97% unit usaha (1992) beromzet < Rp. 50 juta per tahun.
• 51,6% rumahtangga petani adalah petani gurem.
• Rakyat di perdesaan & daerah tertinggal hidup terbelakang.
• Peningkatan pendapatan penduduk berpenghasilan tinggi lebih cepat
ketimbang peningkatan pendapatan penduduk berpenghasilan rendah.
• Tidak terjadi pergeseran berarti dalam presentase jumlah penduduk
golongan atas (42%) dan golongan bawah (58%).
• Laju penurunan kemiskinan semakin lambat, selama 3 tahun menurun
1,4%.
1. Paradigma Pembangunan #4 Paradigma
Pembangunan
Manusia
13. • Secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan
struktur secara sengaja dan terukur misal tingkat
kesejahteraan.
• Agar perubahan struktur dapat dilakukan secara
terukur, maka diperlukan perencanaan.
• Namun sudahkah perencanaan yang telah kita lakukan
membawa perubahan struktur?
Resume Makna Pembangunan?
13
15. 1. Perencanaan memastikan
perubahan struktur terjadi.
Perubahan struktur harus dipastikan dapat
terjadi pada diri kita, keluarga/rumah tangga,
masyarakat, daerah, negara.
Perencanaan dapat berarti memanajemeni pencapaian tujuan
Pembangunan.
Bagaimana memastikannya?
• Dengan memperkecil peluang munculnya
ketidakpastian (Harrod-Domar, Rostow, etc)
15
Prinsip 1
16. Kerja + Pendapatan + Konsumsi + Tabungan + Perubahan Teknologi
Menjamin setiap
kebijakan sebagai
intervensi ke
dalam kehidupan
warga negara.
•Setiap program dan
kegiatan merupakan
bentuk kebijakan.
•Setiap program dan
kegiatan merupakan
intervensi ke dalam
kehidupan warga
negara.
•Setiap intervensi harus
menjamin 5 nilai tambah.
PEMBANGUNAN =
Konsep Perencanaan #1
17. Intervensi program dan kegiatan adalah
buah dari pelaksanaan kebijakan yang
dilakukan oleh K/L atau Dinas terkait.
Pendekatan Rumah Tangga dapat
digunakan sebagai standard penentuan
intervensi kebijakan.
18. Intervensi program dan kegiatan dalam skala masif dilakukan ketika Kebutuhan
(Need) bertemu dengan jumlah Populasi (Target) dalam beberapa Lokasi (Places).
Intervensi
Program dan
Kegiatan
Kegiatan n
G1
G2
G3
Gn
T?
Target
t+n
20. 2.Perencanaan efisiensi faktor
produksi m
t
Alam
Manusia
Pengalokasian sumberdaya harus
cermat, karena:
(A) Mobilitas massa alam 0;
(B) Mobilitas massa manusia ~;
(C) Sehingga apabila:
(D) Kehidupan manusia dan alamnya
pasti menuju titik 0. Manusia hanya
bisa menunda atau memperlama
agar alam lebih lambat bergerak
ke titik nol. Atau jumlah
manusianya dibatasi.
Teknologi, modal, kapasitas
manusia (Solow)
Prinsip 2
Kegiatan n
G1
G2
G3
Gn
T?
Target
t+n
Gunakan
sumberdaya secara
efektif dalam
penentuan Tujuan
(Goals) untuk
mencapai Target (T)
secara maximal.
21. Target
t+nTarget
t+n
Target
t+n
Kegiatan n
G1
G2
G3
Gn
T1
T2
T3
Tn
Target
t+n
Paralel
Kegiatan n
G1
G2
G3
Gn
T1
Tn
Target
t+n
Paralel-mixed
Kegiatan n
G1
G2
G3
Gn
T1
Tn?
Multi-line
?
Kegiatan n
G1
G2
G3
Gn
T1
Tb
Single-line
(Focus)
Kegiatan n
G1
G2
G3
Gn
T1
Single-line Branch
(Focus + Bonus)
Boros
Hemat
CepatLambat
Waktu vs Dana dalam Penentuan Goal
dan Target
T
Rp
Masih untung ada yang
bisa bersinergi.
Tapi boros, karena ada
kegiatan lain yang
Need-nya harus
dipertanyakan.
Masing-masing punya
Target sendiri-sendiri.
Berpotensi
hemat, tapi
pencapaianny
a lambat,
karena masih
ada tujuan
lain yang
belum tentu
sesuai Need.
22. 3.Perencanaan menetapkan visi,
dalam arti luas (1) merupakan upaya manusia meminimalkan
ketidakpastian, (2) memfungsikan kemampuan foresight yaitu kemampuan
”melihat jauh ke depan”. Langkah paling purba yang dilakukan manusia
dalam pengambil kebijakanan. Kemajuan peradaban manusia ditentukan
oleh kemampuan pengambil kebijakanan ini.
Tugas pengambil kebijakan ”melihat jauh ke depan”!!!
Konsep pengambil kebijakanan #3Prinsip 3
G1
G2
G3
G4
Target
t+n
T1
T2
T3
G1
G2
G4
T1
T2
T3
G1
G2
G4
T1
T2
G1
G2 T1
t1 t2t0 t3
G1 T1
tn
Kegiatan n
23. STRUKTUR
SUBSTANSI
Hirarki Kegiatan menuju Kebijakan
KP
KP
KP
KP
KP
KP
KP
KP
KP
KP
KP
PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM
SAR BAB/PRIO
SAR BAB/PRIO
SAR BAB/PRIO
AGENDA 1
AGENDA 2
KP
KP
KP
KP
PROGRAM
PROGRAM
SAR BAB/PRIO
KP
KP
KP
KP PROGRAM
PEMBANGUNAN
SEKTOR ISU LINTASSEKTOR
EVALUASI
OUTPUT
EVALUASI
OUTCOME
EVALUASI
DAMPAK
PEMANTAUAN
PP 39PP 39
Lampiran
Pidato
Laporan
3 Tahunan
Rapid
Assessment
HARUS
DITENTUKAN
DAN
DISEPAKATI
Menteri K/LEselon I di KLPimpro KL/Eselon IIIMPLEMENTATOR
IMPACT (3-4 th)OUTCOME Sar Bab/Prio (2 th)OUTPUT Program (2 th)INPUT KP (1 th) IMPACT (5 thn)LEVEL INDIKATOR
Presiden Pres + DPR (Kesepakatan Politis)TUGAS SIAPA
Proyeksi Impact per AgendaProyeksi Output per K/LDisain Teknis (Eselon I)Operasional (Eselon II) Proyeksi PembangunanFUNGSI APA
Eselon II KL & Bappenas Eselon I KL dan Bappenas Menteri K/L dan Bappenas
Presiden Pres + DPRAKUNTABLITAS Eselon II KL & Bappenas Eselon I KL dan Bappenas Menteri K/L dan Bappenas
RPJMN RPJMNDOKUMEN KEBIJAKAN RKP (terinci dan terukur) RPJMN dan RKP RPJMN
DOKUMEN ANGGARAN APBN
24. 4. Perencanaan mengukur
Perencanaan, dalam arti sempit derivat dari
foresight, yaitu kemampuan ”mengukur” (measuring).
Persoalannya adalah bahwa tidak semua ”sesuatu” itu bersifat
materi, sehingga sifatnya ”tersembunyi”, sehingga sulit diukur.
Tugas perencana ”mendefinisikan” sesuatu yang ”tersembunyi”
menjadi terukur, sehingga menjadi ”nyata”.
Contoh paling sederhana tentang hal ini adalah apabila kita ditanya
persoalan mendefinisikan ”bahagia”. Bahagia –barangkali—lebih
sulit diukur dibandingkan mendefinisikan ”sejahtera”.
Inilah tugas perencana itu. Bagaimana perencana menuntaskan tugasnya itu, maka
terdapatlah beberapa jenis perencanaan, yang dapat kita sebut sebagai beberapa cara agar
kita dapat memilih perencanaan yang ”ideal” (dalam tanda kutip keras).
24
Prinsip 4
28. 5. Perencanaan merasionalkan
fenomena, perencanaan harus rasional, bukan
berdasakan emosi dan tebak-tebakan (kira-kira).
Apa yang diperlukan agar ”rasional” (rationality approach):
(1) Tujuan harus jelas socio-economy welfare.
(2) Sumberdaya yang akan dialokasikan jelas pemerintah,
swasta, swadaya masyarakat.
(3) Penggunaan sumberdaya selalu melihat efisiensi dalam
alokasi sumberdaya, memaksimumkan output, dalam jumlah
input tertentu atau meminimisasi input untuk memperoleh output
tertentu.
(4) Asumsi informasi sempurna data tersedia, data akurat
libatkan partisipasi masyarakat dalam penggalian data.
28
Prinsip 5
29. 6. Perencanaan proses
• Pengorganisasian masalah mengklasifikasi dan pengorganisasian dari beberapa
tujuan, nilai dan sasaran yang berhubungan dengan masalah.
• Merumuskan tujuan mengidentifikasi dan menentukan masalah.
• Merumuskan sasaran menentukan apa yang diinginkan.
• Mengumpulkan dan menganalisis data informasi dan argumentasi pendukung.
• Identifikasi serangkaian alternatif kegiatan Identifikasi alternatif dari serangkaian
kegiatan untuk memecahkan masalah dalam rangkaian pemecahan dalam rangka
mencapai sasaran.
• Menilai serangkaian alternatif kegiatan Perkiraan akibat dari setiap alternatif dari
serangkaian kegiatan yang mungkin terjadi.
• Memilih alternatif yang paling memungkinkan Bandingkan setiap perkiraan akibat
alternatif dari serangkaian kegiatan dalam hubungan dengan tujuan-tujuan dan sasaran
yang sfesifik.
• Melaksanakan memilih dari serangkaian alternatif kegiatan tersebut yang akibatnya
paling dekat dengan tujuan dengan sasaran atau yang paling bisa menyelesaikan
masalah atau yang paling mengumntungkan atau tidak merugikan.
• Monitoring dan evaluasi menjamin pencapaian apa yang diinginkan.
29
Prinsip 6
31. 31
Prinsip 7
7. Perencanaan
mempertahankan
siklus
kehidupan
manusia
• Rekayasa Sosial mengubah
pola pikir, perilaku, dan gaya hidup
dalam kerangka peningkatan
kualitas hidup.
• Perubahan Sistematis
perubahan dilakukan menurut
langkah-langkah yang paling
mungkin dan meminimalkan ekses
yang bersifat mengganggu.
• Sasaran Pada Kualitas Yang
Terukur kemanfaatan dapat
diukur.
32. s s s
Simbol-simbol
Tabulasi
Bangun Teori Policy and Program
Rekomendasi M&E
Kegunaan
Pengumpulan dan
Manipulasi data
Penentuan
Model
Analisis
Data
Fenomena
Proyek/
Kegiatan
8. Perencanaan Harus bisa dievaluasi!!
Prinsip 8
32
34. Variabel Pokok
“Dinamisator”
1. Uang dana
2. Barang fisik
3. Orang pelaku, penerima
4. Borang manajemen, regulasi
5. Luang waktu, peluang kesempatan/timing, waktu sedikit (jarang), waktu
banyak (girang)
6. Ruang lokasi, sarang = enclave (kantong tujuan)
“Katalisator”
7. Piutang good will, pendukung
8. Juang niat, motivasi, usaha (garang), komitmen (sayang), sungguh-sunggu
semangat (perang).
9. Matang tujuan jelas. Jangan lekang = usang = hancur musnah, tidak ada gunanya.
10. Bilang ada evaluasinya, katakan benar meskipun berasa pahit. Hasil positif =
dendang, hasil negatif = buang.
35. Sumberdaya Keuangan
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena sumberdaya
liquid yang paling dibutuhkan
dalam memastikan kesuksesan
sebuah upaya kebijakan.
• Formatnya: uang kartal (dana in-
cash), uang giral (surat berharga).
• Sifatnya: uang (liquid)
Variabel Pokok
3 4 5 6 7 8 9 101 2
“Dinamisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
36. Sumberdaya Fisik
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena sumberdaya
tidak liquid yang paling
dibutuhkan dalam memastikan
kesuksesan sebuah upaya
kebijakan.
• Formatnya: benda fisik (in-kind).
• Sifatnya: barang.
Variabel Pokok
3 4 5 6 7 8 9 1021
“Dinamisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
37. Sumberdaya Person
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena orang yang
terlibat aktif dalam memastikan
kesuksesan sebuah upaya
kebijakan.
• Formatnya: pelaku kebijakan,
penerima manfaat kebijakan.
• Sifatnya: orang.
Variabel Pokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
“Dinamisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
38. Regulasi
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena pengelolaan
(manajemen) dalam memastikan
kesuksesan sebuah upaya
kebijakan.
• Formatnya: perundang-undangan,
peraturan, regulasi, keputusan,
beleid, beziking recht.
• Sifatnya: borang, tertulis.
Variabel Pokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
“Dinamisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
39. Waktu
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena waktu yang
dibutuhkan dalam memastikan
kesuksesan sebuah upaya
kebijakan.
• Formatnya: kesempatan (timing),
waktu sedikit (jarang), waktu
panjang (girang).
• Sifatnya: luang, peluang.
Variabel Pokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
“Dinamisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
40. Lokasi
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena ruang yang
dibutuhkan dalam memastikan
kesuksesan sebuah upaya
kebijakan.
• Formatnya: lokasi terbatas
(enclave, sarang), lokasi sasaran
(wilayah, kluster, kawasan).
• Sifatnya: statik.
Variabel Pokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
“Dinamisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
41. Dukungan Eksternal
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena dukungan
eksternal yang dibutuhkan dalam
memastikan kesuksesan sebuah
upaya kebijakan.
• Formatnya: niat baik (good will),
janji (promise) piutang.
• Sifatnya: orang.
Variabel Pokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
“Katalisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
42. Dukungan Internal
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena dukungan
internal yang dibutuhkan dalam
memastikan kesuksesan sebuah
upaya kebijakan.
• Formatnya: motivasi tinggi,
kesungguhan usaha (“garang”),
komitmen (sayang), semangat
juang (“perang”).
• Sifatnya: orang.
Variabel Pokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
“Katalisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
43. Kejelasan Konsep
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena kejelasan
konsep yang dibutuhkan dalam
memastikan kesuksesan sebuah
upaya kebijakan.
• Formatnya: kematangan konsep
(tidak mudah usang/useless),
argumentasi kuat (tidak mudah
lekang/hancur) TUJUAN
KEBIJAKAN sesuai dengan kebutuhan
• Sifatnya: dokumen fisik.
Variabel Pokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
“Katalisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
44. 10
Informatif
• Variabel yang dipakai untuk
memahami fenomena keterbukaan
informasi yang dibutuhkan dalam
memastikan kesuksesan sebuah
upaya kebijakan.
• Formatnya: laporan pemantauan,
laporan evaluasi, penelaahan
kebijakan katakan benar meskipun
berasa pahit Hasil positif
(“berdendang”), hasil negatif (“dibuang”).
• Sifatnya: dokumen fisik.
Variabel Pokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
“Katalisator”
Penerima kebijakan:
UNTUNGPengelola kebijakan:
RUGI
PENGUJIAN
60. Pemahaman Perencanaan Skenario
Skenario (mininal) merupakan fungsi dari:
• Variabel hasil (expected result)
• Variabel kegunaan waktu (time utility)
• Variabel kebutuhan sumberdaya (resources needed)
Expanded variabel:
• Variabel Target
• Variabel Konsep/Materi
• Variabel Manajemen Pembangunan
Hasil Yang
Diharapkan
Kegunaan
Waktu
Kebutuhan
Sumber Daya
Target
Konsep Manajemen
Pembangunan
62. 62
Apa yang HARUS terjadi
MISALNYA:
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua:
Pendekatan “biasa” (trend):
Baseline tahun 2010 Rp 87,78 triliun (BHB) Rp 172,67 triliun (2025 BHB) Rp 553,77 triliun (2045
BHB) (garis kuning).
Pendekatan “yang tidak biasanya” (skenario):
Baseline tahun 2010 Rp 87,78 triliun (BHB) ‘sama di atas’ Rp 809,28 triliun (2025 BHB) Rp 3.569
triliun (2045 BHB) (garis merah).
Persyaratan pertumbuhan ekonomi “yang tidak biasanya”:
• Hanya dapat dilakukan apabila pembangunan di Papua dilakukan dengan
strategi “yang tidak biasanya”, mengedepankan pertumbuhan ekonomi tinggi
yang inklusif.
• Menstimulasi ekonomi menuju ekonomi yang BUKAN SEKEDAR
mengandalkan sumberdaya alam (misal: ekonomi inovatif).
• Mendorong transformasi ekonomi menuju ekonomi yang mengandalkan
daya saing kompetitif (ketimbang komparatif).
• Mengedepankan pengembangan SDM Papua yang unggul berdasarkan
kebutuhan pengembangan daya saing kompetitif.
64. 64
Apa yang HARUS terjadi
Magnitud Target:
Baseline Rp 87,78 triliun (2010 BHB) Rp 809,28 triliun (2025 BHB)
Rp 3.569 triliun (2045 BHB) (garis merah).
Sektor apa saja yang HARUS BERKONTRIBUSI?
•Industri pangan dan pertanian
•Industri energi
•Industri barang modal
•Industri barang jadi
•Sistem logistik
•Jasa
65. BERAPA LAMA HARUS terjadi
Baseline
Rp 87,78 triliun
(2010 BHB)
Rp 809,28 triliun
(2025 BHB)
Rp 3.569 triliun
(2045 BHB)
2010
2014
2025
2045
2010-2014 2015-2019 2010-2014 2015-2019
66. Penentuan Konsep
• Apa saja keunggukan komparatif yang
ada dalam suatu wilayah?
• Bagaimana strategi menjadikannya
sebagai keunggulan kompetitif.
• Bagaimana keunggulan kompetitif itu
MAMPU mendorong pencapaian
TARGET.
Variabel Skenario
1 2 3 4 5 6
69. Variabel kegunaan waktu
(time utility)
• Berapa lama waktu yang diperlukan
untuk mencapai YANG HARUS TERJADI
itu?
• Dapatkah dipercepat?
• Bagaimana Strategi Percepatannya?
• SIAPA YANG MELAKSANAKAN?
Variabel Skenario
1 2 3 4 5 6
70. Daya Saing
Tinggi
Unggul di 5
Bidang
1000 S3
• Kualitas dunia
• Pengisi pembangunan
• Sesuai kebutuhan.
500 S2
• Berkualitas dunia dan sesuai
kebutuhan
100 S3
• Pemacu pembangunan.
Papua sebagai
“Indonesian
Center of
Excellent” dan
“Papua is
Modern
Indonesian
Gateway”.
Pengembangan 5
center of excellent
sebagai pemicu
peningkatan daya
saing Provinsi Papua
di tingkat global.
Pembinaan S1+S2
100 S2
30 S3
Persiapan
pembangunan 5
center of excellent dan
center of knowledge di
Provinsi Papua.
2010 2020 2025
Jangka Panjang
(20-25 tahun)
Jangka Menengah
(10-20 tahun)
Jangka Panjang
(5-10 tahun)
Penerapan
Pada Sektor
Unggulan
Penguasaan
Iptek
Pembentukan
SDM Unggul
BERAPA LAMA HARUS terjadi Dalam Jangka Panjang
71. Alternatif 1: Pola Percepatan 240 Doktor per tahun
Target Tercapai Dalam 13 Tahun
Alternatif 2: Pola Seleksi S1 Untuk Beasiswa S2 dan S3
122 Doktor per tahun Tercapai Dalam
17 Tahun
Alternatif 3: Pola Kombinasi Percepatan Pendidikan
Dasar/Menengah dan Pendidikan Tinggi
Untuk Beasiswa S2 dan S3 300 Doktor
per tahun Target Tercapai Dalam 12
Tahun
Alternatif 4: Pola Normal 30 Doktor per tahun
Target Tercapai Dalam 43 Tahun
BERAPA LAMA HARUS terjadi Dalam Jangka Panjang
72. Variabel kebutuhan
sumberdaya (resources
needed)
• Apa saja yang diperlukan dan HARUS ADA
dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai
yang HARUS ADA dalam jangka waktu tertentu.
• Perencanaan kebijakan!
Variabel Skenario
1 2 3 4 5 6
73. Manajemen pembangunan
Variabel Skenario
1 2 3 4 5 6
• Strategi
Kelembagaan
• Strategi
Pengendalian
(disiplin kebijakan)
• Strategi Mind-set
(soft-power)
15
Sukses
Kelola
76. (2) Meningkatkan Nilai Tambah Multisektor ketimbang Monosektor
Sudut pandang 1 proyek saja.
Tambang
Pelsus
Kapal
GB
1
2
3
4
(1) Nilai Tambah Sektor
Pertambangan
(2) Nilai Tambah Sektor
Konstruksi (Jalan)
(3) Nilai Tambah Sektor
Transportasi
(4) Nilai Tambah Sektor
Jasa Transportasi
Total Nilai Tambah
Proyek
+
PLTU
Nilai Tambah Sektor Listrik
tidak masuk hitungan.
Tambang
Pelsus
Kapal
GB KPI
8
(1) Nilai Tambah Sektor
Pertambangan
(7) Nilai Tambah Sektor
Transportasi
(8) Nilai Tambah Sektor
Jasa Transportasi
Total Nilai Tambah KPI
+
KoperasiManufaktur
Gudang
Kawasan
Industri
PLTU
(2) Nilai
Tambah
Sektor Jasa
(3) Nilai
Tambah
Sektor
Manufaktur
(4) Nilai Tambah Sektor
Keuangan, Real Estat &
Jasa Perusahaan
(5) Nilai Tambah Sektor
Jasa
(6) Nilai Tambah
Sektor Listrik
123
4
5
6
7
9
(9) Nilai Tambah
Sektor Konstruksi
(Jalan)
Hotel &
Hiburan
10
(10) Nilai Tambah Sektor
Perhotelan dan Restoran.
Institusi
Diklat
Nilai Tambah Sektor
Jasa Pendidikan.
Sudut pandang 1 KPI.
Tambang
Pelsus
Kapal
GB KPI
8
(1) Nilai Tambah Sektor
Pertambangan
(7) Nilai Tambah Sektor
Transportasi
(8) Nilai Tambah Sektor
Jasa Transportasi
Total Nilai Tambah KPI
+
KoperasiManufaktur
Gudang
Kawasan
Industri
PLTU
(2) Nilai
Tambah
Sektor Jasa
(3) Nilai
Tambah
Sektor
Manufaktur
(4) Nilai Tambah Sektor
Keuangan, Real Estat &
Jasa Perusahaan
(5) Nilai Tambah Sektor
Jasa
(6) Nilai Tambah
Sektor Listrik
123
4
5
6
7
9
(9) Nilai Tambah
Sektor Konstruksi
(Jalan)
Hotel &
Hiburan
10
(10) Nilai Tambah Sektor
Perhotelan dan Restoran.
Institusi
Diklat
Nilai Tambah Sektor
Jasa Pendidikan.
(11) Nilai Kurang
Beban Lingkungan
Nilai Kurang Beban
Lingkungan
-
“Sustainable
Development-
based Resource
Accounting”
“Resource
Accounting”
77. (3) Menyusun Rencana Aksi
Rencana Aksi
• Memastikan jadwal
pencapaian.
• Memastikan siapa yang
paling bertanggung-jawab
dalam pencapaian itu.
• Memastikan apa yang
harus dikerjakan dan
kapan harus diselesaikan.
(3) Apa Saja Yang
Dilakukan?
• Memastikan apa
saja yang yang
harus dikerjakan.
(4) Pelaporan
Affirmative action
Memastikan apa saja
yang yang harus
dikerjakan.
(1) Apa Yang Harus Dikembangkan?
• Memastikan siapa yang paling
bertanggung-jawab dalam
pencapaian itu.
• Memastikan apa yang harus
dikerjakan dan kapan harus
diselesaikan.
(2) Dimana Harus Dilakukan?
• Dimana titik koordinatnya?
• Dibangun apa dan dimana?
79. (5) Mengajak peranserta masyarakat
Format Peranserta
• Memastikan mereka menjadi bagian dari
pembangunan.
• Memastikan mereka memperoleh dan
memanfaatkan hasil pembangunan.
• Memastikan bentuk kelembagaan
peranserta mereka dalam proses
pembangunan.
80. (6) Memastikan kesejahteraan kelompok menengah ke bawah dijamin
Meningkatkan
pelayanan publik
untuk meringankan
beban konsumsi
masyarakat.
Kesejahteraan
Masyarakat
Luas
Ilmu pengetahuan
dan teknologi
Aneka kebijakan
publik pro-poor.
Memastikan
kesempatan
kerja seluas-
luasnya bagi
kelompok usia
produktif baru.
Meningkatkan
penghasilan
kelompok pekerja
berpenghasilan
menengah ke bawah.
Debottlenecking
Regulasi
Mempercepat
pembangunan
ekonomi di
masing-masing
koridor ekonomi.
Not business as
usual!
81. Jumlah Tabungan
Bersih
Jumlah Jenis
Usaha
Jumlah Jaminan Hari Tua
Jumlah Modal
Jumlah Laba Bersih
Usaha
Jumlah Aset
Jumlah Pajak
Jumlah Omset
Jumlah
Konsumsi
2
3
4
5
6
7
9
8
Jumlah
Produksi
Jumlah Penjualan
12
10
11
Jumlah Anggota Pokmas
Yang Terlibat1
Ukuran: Skala Kelompok Lokal
82. Perkebunan PenyulinganPenggilingan Hilir
Perkebunan
Kelapa Sawit
Penggilingan
Kelapa Sawit
Perdagangan dan Logistik
Penyulingan
& Fraksionasi
Minyak dan
Lemak
Oleo-chemicals
Oleo-chemicals
Bio-fuels
USD 0,03 Miliar5
(0,6%)
USD 0,08
Miliar4
(1,4%)
USD 5,25
Miliar3
(98%)
Nilai Tambah2
(USD Miliar)
Mata rantai peningkatan nilai tambah produksi Kepala Sawit ke industri hilirnya.
Margin dari Setiap Rantai Nilai
• Tandan Buah
Segar (Fresh
Fruit
Bunch/FFB)
• Crude Palm Oil
(CPO)
• Biji Kelapa Sawit
• Biji Minyak Kelapa
Sawit
• RBD Palm Oil
• RBD Olein
• RBD Stearin
• PFAD1
Bio-fuel
Glycerine
Fatty Acids
Fatty Alcohol
Minyak Masak
Margarin
Masyarakat
+ Pemda
BUMS
Perusda
BUMS BUMS
Koperasi Angkutan
(7) Memastikan meluasnya dampak kegiatan ekonomi ke ekonomi lokal
Contoh:
hilirisasi
sektor kelapa
sawit
83. (8) Institutional setting Menjadi Tantangan dan Peluang sekaligus
Sei Mangkei Economic
Zone – Kabupaten
Simalungun Sumatera
Utara
• Palm oil derivative
• Managing industrial
activities, export, import,
and other economic
activities
• In proxy to future global
hub port Kuala Tanjung
Tanjung Lesung
Special
Economic Zone
– Kabupaten
Serang Banten
• Water front tourism
city development
• International
standard resort
• In proxy to the
national capital-
jakarta
Contoh Manajemen Kawasan Sei Mangke, Tanjung
Lesung, Waesulamu Buli Manajemen Kawasan
• Penyediaan utilitas
untuk menjamin
kepastian dan
keberlangsungan
pelaksanaan proyek
didukung iptek dan
SDM lokal difasilitasi
regulasi yang kondusif.
84. (9) Manajemen dan Leadership Keharusan
2012
2032
2022
Kebutuhan
jangka
menengah:
• Stabilitas
produksi.
• Transportasi
dan
perhubungan.
• SDM.
• Regulasi.
Kebutuhan jangka
panjang:
• Bahan baku.
• Pasokan energi.
• Jalur distribusi.
• Utilitas lainnya.
• Keamanan.
Kebutuhan
jangka
pendek:
• Ijin.
• Konstruksi.
Menjamin implementasi
sub-Masterplan Profesional
•Dukungan jangka panjang.
•Jaminan konsistensi.
•Kebersamaan dalam
masyarakat – saling
bermanfaat.
•Tim yang kompak dan
cerdas!
Personal
Leadership
Group
Leadership
Visioner
Leadership
85. (10) Ikutkan seluruh potensi untuk kembangkan SDM
Jika sudah dipilih dan disepakati
sektor ekonomi penggerak
pembangunan di kawasan, maka:
• Tancapkan “bendera SDM” sebagai
misi!
• Kerahkah seluruh potensi untuk
mengembangkan SDM.
• Arahkan APBD untuk mendukung
aktivitas SKPD dalam pengembangan
SDM yang dipilih.
• Koordinasikan dengan kuat.
Institut Pertambangan
Nemangkawi
86. (11) Feasibility Study Business is business
1. Skema
kerjasama.
2. Skema
pembiayaan.
3. Skema
kemanfaatan.
4. Kebutuhan
konektivitas.
5. Kebutuhan SDM.
6. Kebutuhan iptek.
7. Regulasi yang
diperlukan.
8. Dampak sosial.
9. Dampak
lingkungan.
10. Detail
engineering
design.
Menjamin mutual benefit dengan mempertimbangkan dan menanggung resiko secara
bersama Maju bersama...!
87. (12) Menarik sumber-sumber investasi baru
Format investasi:
• Road-show.
• Investor forum.
• Executive-club.
• Concorsium.
• Local partner.
• Partnership.
Kunci pokok: Jangan jual potensi
sumberdaya alam dalam keadaan
mentah, tapi tawarkan prospek
pengembangan hilirisasi sektor
kegiatan ekonomi utama yang
menjadi andalan di suatu daerah!!!
88. (13) Pemantauan dan Pengendalian Berkala.
Format Pemantauan:
• Site-visit.
• Diskusi para-pihak (FGD).
• Independen grup.
• On-line (e-monev).
• Affirmative-action controled system.
Grafik 1. Lembaga Yang Diobservasi
Pemerintah
Pusat
7%
BUMN/Sw asta
40%
Pemerintah
Daerah
53%
Grafik 2. Pandangan Terhadap MP3EI
Sudah cukup
13.3%
Sangat tidak
setuju
0.0%
Sangat setuju
86.7%
Kategori KPI fn f%
KPI Berkinerja Tinggi 24 29,3%
KPI Berkinerja Sedang 6 7,3%
KPI Berkinerja Rendah 52 63,4%
Jumlah 82 100,0%
Affirmative action-based
evaluation and reporting
Onlined controling
and reporting
mechanism
Focussed monitoring
90. (14) Memperkirakan Dampaknya
• Dampak ekonomi proyek
langsung dan tidak langsung.
• Dampak ekonomi wilayah.
• Dampak regional dan nasional.
• Dampak tenaga kerja, sosial, dan
kemiskinan.
Tabel 1
Perkiraan Penyerapan Kerja Tahunan Menurut Rencana Aksi Tahun 2013.
Sektor
Nilai
Investasi
(Dalam Miliar
Rp)
Rerata Masa
Pelaksanaan
Proyek
(Dalam
Tahun)
Rerata UMP
Setempat (Dalam
Rp/Tahun/Pekerja)
Perkiraan
Jumlah Pekerja
Manajemen
(Dalam 1
Tahun)
Perkiraan
Jumlah Pekerja
Produksi (Dalam
1 Tahun)
Perkiraan Jumlah
Pekerja Produksi
dan Manajemen
(Dalam 1 Tahun)
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.233.002 4 15.808.614 334 97.616 97.950
2 Pertambangan dan Penggalian 1.588.667 4 15.651.269 342 100.023 100.365
3 Industri Pengolahan 1.669.127 4 15.707.059 403 124.761 125.164
4 Konstruksi 1.132.332 4 15.865.040 327 95.239 95.565
5 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
dan Peraw atan Mobil dan Sepeda Motor
30.971 1 17.379.000 25 6.780 6.805
6 Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan
Makan Minum
10.500 10 14.400.000 1 176 177
7 Real Estat 154.222 2 15.000.441 126 45.182 45.308
8 Administrasi Pemerintahan,Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
309.674 2 15.875.530 200 68.269 68.469
Total 6.128.496 4 15.710.869 1.758 538.046 539.804
Skenario Kebijakan Pertumbuhan PDB (%)
2012 2013 2014
1
Dampak kenaikan investasi infrastruktur
pemerintah di semua sektor (sebesar
15%).
0,36 0,36 0,38
2
Dampak kenaikan investasi infrastruktur
pemerintah di sektor transportasi saja
(sebesar 15%).
0,06 0,05 0,12
3
Dampak kenaikan investasi infrastruktur
pemerintah di semua sektor (sebesar
15%), ditambah kenaikan investasi
transportasi (15%).
0,38 0,38 0,4
Impelementasi MP3EI secara
nasional mampu mempercepat
penambahan pertumbuhan
ekonomi secara nasional
sebesar 0,38% - 0,4%.
0,17
0,22
0,16
0,21
0,30
0,11
0,30
Indonesia KE
Sumatera
KE Jawa KE
Kalimantan
KE
Sulawesi
KE Bali - NTKE Papua &
Kep
Maluku
Tambahan Penurunan Tingkat Kemiskinan dari MP3EI
Dibandingkan Business as Usual
Titik Persen
Impelementasi MP3EI secara
nasional mampu mempercepat
penurunan tingkat kemiskinan
sebasar 0,17% dari populasi
penduduk.
Koridor Ekonomi Sulawesi
dan Papua-Maluku akan
memperoleh percepatan
penurunan kemiskinan
terbesar apabila MP3EI
dilakukan di KE tersebut.
Hasil evaluasi (terestimasi): MP3EI dapat mengurangi
kesenjangan kemiskinan antar-koridor ekonomi.
Hasil evaluasi (terestimasi):
• MP3EI akan berdampak mengurangi kesenjangan
antar-wilayah lebih besar apabila pembangunan
infrastruktur di semua sektor dilakukan ditambah
pembangunansektor transportasi di semua koridor
ekonomi.
• Koridor ekonomi Papua-Maluku akan memperoleh
manfaat pertumbuhan paling besar dibandingkan
wilayah lain.
91. (15) Mendengarkan Suara Khalayak
Grafik 1. Lembaga Yang Diobservasi
Pemerintah
Pusat
7%
BUMN/Sw asta
40%
Pemerintah
Daerah
53%
Sebagian besar isi pemberitaan online tentang
MP3EI bersumber dari Pemerintah Daerah dan
BUMN/Swasta. Jajaran pemerintah pusat justru
kurang menjadi sumber pemberitaan. Artinya:
“sosialisasi” MP3EI justru “dilakukan” oleh bukan
Pemerintah Pusat.
Rekomendasi: perlu “sosialisasi” MP3EI lebih
gencar dari jajaran Pemerintah Pusat yang harus
dirilis oleh media massa.
Grafik 2. Pandangan Terhadap MP3EI
Sudah cukup
13.3%
Sangat tidak
setuju
0.0%
Sangat setuju
86.7%
Sebagian besar isi pemberitaan online tentang
MP3EI bernada positif terhadap MP3EI. Tidak ada
yang tidak setuju terhadap kebijakan MP3EI.
Momentum ini harus tetap dijaga agar dukungan
terhadap pelaksanaan MP3EI tetap positif.
Rekomendasi: perlu terus menghidupkan
pertemuan dengan para pihak dalam pelaksanaan
MP3EI agar kebijakan MP3EI dapat diklaim
sebagai “milik bersama”.
N = 104 media online (Januari – September 2012)
Pandangan positif tentang MP3EI terbanyak keluar dari
pihak pemerintah daerah disusl BUMN/swasta. Artinya
bahwa dukungan terhadap kebijakan MP3EI dari sebagian
besar kalangan masyarakat sangat besar.
Pandangan positif tentang MP3EI yang baik ini didukung
oleh persepsi mereka yang cukup baik tentang kesiapan
kelembagaan KP3EI dalam menangani program MP3EI.
Meskipun pandangan terhadap MP3EI baik dan terhadap
KP3EI cukup baik, sebagai besar kelompok terobservasi
masih mengharapkan perbaikan kinerja kelembagaan
KP3EI (khususnya semua Tim Kerja).
• Mengamati
pembicaraan:
- siapa?
- berbicara apa?
- penilaian apa?
- Harapan apa?
• Jumlah media
yang menjadi
sampel 104
media online
(Januari –
September
2012)
96. 1. Portal Katalog
• Portal Katalog berisi semua data semua proyek/kegiatan dalam MP3EI dan yang mendukung MP3EI
(++4000 proyek/kegiatan).
• Data proyek meliputi seluruh variabel spasial (mulai dari level provinsi sampai level kecamatan) dan
variabel tematik (seperti nilai investasi, kapasitas peroyek, dst), dan variabel sektor ekonomi (PDB).
97. 2. Dashboard KP3EI
• Dashboard KP3EI berisi informasi perkembangan setiap proyek/kegiatan MP3EI yang sedang difasilitasi
pelaksanaan rencana aksinya (sekitar 1000 proyek/kegiatan yang dipantau).
• Informasi yang ditampilkan dalam Dashboard KP3EI meliputi status kinerja proyek/kegiatan, status
kinerja Kawasan Perhatian Investasi, dan kinerja dampak proyek/kegiatan ybs.
98. 3. Portal Pemantauan (Monitoring)
• Portal Monitoring KP3EI berisi detail informasi perkembangan setiap proyek/kegiatan MP3EI dan
instrumen pemutakhiran perkembangan proyek/kegiatan yang sedang dipantau.
99. • Portal Geospasial KP3EI berisi informasi perkembangan setiap
proyek/kegiatan MP3EI yang ditampilkan secara geospasial di atas peta
kepulauan Indonesia. Ketersediaan informasi geospasial membantu
analisis spasial keterhubungan antar-proyek/kegiatan MP3EI dalam
suatu kawasan perhatian investasi (KPI) mampun dalam satu provinsi
atau satu koridor ekonomi.
4. Portal Geospasial
100. 5. Portal Analisis Dampak
• Portal Analisis Dampak berisi simulasi dan potensi dampak dari setiap proyek/kegiatan MP3EI baik
proyek/kegiatan yang akan/sedang/sudah dilaksanakan. Dampak yang diukur adalah: kesempatan kerja,
penghasilan kotor, pertambahan nilai industri, dan pertumbuhan ekonomi wilayah.
101. 6. Website KP3EI.go.id
• Website KP3EI berisi informasi yang bersifat umum tentang MP3EI dan informasi populer tentang
perkembangan pelaksanaan proyek/kegiatan yang sedang dipantau dan difasilitasi oleh KP3EI.
102. 7. Manajemen Media
MP3EI
• Portal Manajemen Media mampu melakukan analisis responsi khalayak dari seluruh dunia tentang
MP3EI baik seputar pelaksanaan proyek/kegiatan MP3EI, seputar pelaku MP3EI, dan sentimen khalayak
terhadap pelaku dan terhadap kebijakan MP3EI. Sumber informasi berasal dari 800-an media online.
103. Terima kasih
Randy R. Wrihatnolo
Kepala Divisi Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan MP3EI
Sekretariat KP3EI – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Jalan Medan Merdeka Barat No. 7,
Jakarta Pusat – Indonesia 10110
email: wrihatnolo@yahoo.com