SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
MAKALAH PSIKOLOGI EMOSI

   “EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI”




                Oleh:

     Dido Efga Putma (54353/2010)

       Yelfy Yazid (01399/2008)




    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

   FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

   UNIVERSITAS NEGERI PADANG

            TAHUN 2012
EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI

       Patologi menunjukkan suatu penyakit atau abnormalitas. Detak jantung
yang sangat cepat, temperature tubuh 39º Celcius, borok, atau TBC dipandang
sebagai tanda-tanda adanya patologi dan dengan demikian dianggap abnormal dari
segi pandangan medis. Penyakit-penyakit mental (psikosis) termasuk dalam
kategori yang sama.

       Psikopatologi   (psychopatholopgy)     adalah   cabang    psikologi   yang
berkepentingan dengan penyelidikan penyakit mental, gangguan mental, dan
gejala-gejala abnormal lainnya (J.P Chaplin, 2009).

       Dipandang dari psikopatologik, seseorang dikatakan normal kalau ia bebas
dari simtom-simtom penyakit. Sebaliknya, seseorang dikatakan abnormal kalau
tingkah lakunya menunjukkan simtom-simtom gangguan atau penyakit tertentu.
Misalnya, ada banyak unsur ketakutan dan kecemasan yang kronis yang tidak
beralasan pada pasien psikoneurotik, simtom ilusi, delusi, dan halusinasi pada
pasien psikotik (Yustinus Semiun, 2006).

       Ada banyak contoh ketidakmampuan menyesuaikan diri, yang jelas
abnormal dilihat dari segi pandangan patologik atau medis juga dari segi
pandangan statistik. Tetapi ada sejumlah contoh ketidakmampuan menyesuaikan
diri biasa yang tidak menjadi patologik, dan tidak menjadi ciri dari abnormalitas.
Misalnya, cacat dalam membaca, bolos sekolah, tidak taat, dan agresi termasuk
kategori tidak mampu menyesuaikan diri, tetapi tidak dianggap abnormal menurut
pengertian penyakit fisik ataupun mental. Dengan kata lain, tidak semua
abnormalitas dianggap patologik,

       Emosi dan psikopatologi memiliki hubungan yang saling berkaitan. Saat
emosi menjadi berlarut-larut dan tidak bisa diabaikan atau menjadi sangat ekstrim
sehingga mengganggu kehidupan normal, hal ini disebut sebagai abnormal. Oatley
dan Jenkins (dalam K.T Strongman) membuat analisis yang meyakinkan
mengenai emosi manusia, dimana emosi dapat menjadi pemicu terjadinya
disfungsi atau emosi berkontribusi dalam munculnya psikopatologis. Mereka
berpendapat bahwa emosi dalam kondisi psikiatrik dapat menjadi normal sesuai
dengan keadaan yang dialami. Dengan latar belakang ini mereka merujuk pada
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sifat-sifat emosional itu stabil, akan tetapi
temperamen dapat mengubahnya.

       Greenberg dan Paivio (dalam K.T Strongman) mengemukakan sebuah
analisis terepeutik penyebab gangguan emosi. Menurut mereka ada 5 (lima)
sumber disfungsi dari gangguan emosi:

       1. Stres muncul dari ketidakmampuan untuk melakukan perubahan dalam
          hubungan dengan lingkungannya yang berasal dari kecenderungan
          tindakan emosi,
       2. Disorientasi atau ketidaksesuaian berasal dari penghindaran atau
          pengelakan emosi,
       3. Coping yang buruk didapatkan dari kesulitan dalam mengatur
          intensitas emosional,
       4. Gangguan stress paska-trauma berasal dari trauma emosional,
       5. Respon emosional yang maladaptif mengikuti konstruksi disfungsional
          dari emosional.


   A. GANGGUAN EMOSI PADA PERILAKU PSIKOPATIK

          Oatley dan Jenkins (dalam K.T Strongman) menyebutkan bahwa kita
   akan lebih mudah melihat hubungan antara emosi dengan psikopatologi ketika
   melihat hubungan seseorang dengan orang lain. Contohnya, anak yang
   memiliki ibu yang depresi akan berbeda kondisi emosionalnya dengan anak
   yang    memiliki   ibu   pemarah     dan   anak   yang   dikelilingi     dengan
   ketidakharmonisan. Jadi, setiap permasalahan atau latar belakang emosional
   seseorang dapat menjadi relevansi terhadap adanya perilaku psikopatik.

          Secara epistimologi, psikopat berasal dari kata psyche yang berarti
   jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Kata psikopat berfokus pada gagasan
   bahwa ada sesuatu yang tidak benar (patologis) pada fungsi psikologis
individu. Gejala psikopat disebut dengan psikopatik, sedangkan pengidapnya
seringkali disebut dengan “orang gila tanpa gangguan mental”.

       Psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu dianggap
berbahaya dan mengganggu masyarakat. Istilah psikopat yang dikenal
masyarakat tidak ditemukan dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual
of Mental disorder) IV. Artinya psikopat tidak tercantum dalam daftar
penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli kedokteran jiwa.
Psikopat dalam kedokteran jiwa masuk kedalam klasifikasi gangguan
kepribadian antisosial. Namun sejumlah klinisi terus menggunakan istilah
psikopat dan kepribadian antisosial secara bergantian.

       Seorang psikopat atau orang dengan gangguan kepribadian antisosial
secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan
sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial,
impulsif, serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Meski
demikian mereka sering menunjukkan kharisma dalam penampilan luar
mereka dan paling tidak memiliki inteligensi rata-rata (Cleckley, dalam
Jeffrey S.Nevid, Dkk).

       Ciri yang paling menonjol dari penderita psikopat adalah ketumpulan
emosi, ditunjukkan dengan tingkat kecemasan yang rendah ketika berhadapan
dengan situasi yang mengancam dan kurangnya rasa bersalah atau penyesalan
atas kesalahan yang mereka lakukan. Adapun hukuman yang diberikan oleh
orangtua atau orang lain atas kesalahan yang dilakukan tidak banyak memiliki
dampak positif , mereka tetap menjalani kehidupan yang tidak bertanggung
jawab dan impulsif.

       Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun
sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki
respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti
tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar, bagi
psikopat hal tersebut tidak berlaku karena itu psikopat seringkali disebut
dengan istilah dingin.

       Ciri-ciri diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial atau psikopat
menurut DSM IV-TR (APA, dalam Jeffrey S. Nevid) adalah:

       1. Paling tidak berusia 18 tahun.
       2. Ada bukti gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukkan
           dengan perilaku seperti membolos, kabur, memulai perkelahian
           fisik, menggunakan senjata, memaksa seseorang untuk melakukan
           aktivitas seksual, kekejaman fisik pada orang atau hewan, merusak
           atau membakar bangunan secara sengaja, berbohong, mencuri, atau
           merampok.
       3. Sejak usia 15 tahun menunjukkan kepedulian yang kurang dan
           pelanggaran terhadap hak-hak orang lain, yang ditunjukkan oleh
           beberapa perilaku sebagai berikut:
           a. Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum,
               ditunjukkan dengan perilaku melanggar hukum yang dapat atau
               tidak dapat mengakibatkan penahanan, seperti merusak
               bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan dengan
               hukum, mencuri atau menganiaya orang lain.
           b. Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan
               dengan orang lain, ditunjukkan dengan terlibat dalam
               perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang,
               termasuk penganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak.
           c. Secara konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukkan dengan
               kegagalan memeprtahankan pekerjaan karena ketidakhadiran
               berulangkali, keterlambatan, mengabaikan kesempatan kerja
               atau      memperpanjang   periode   pengangguran   meski   ada
               kesempatan kerja; dan atau kegagalan untuk mematuhi
               tanggung jawab keuangan seperti gagal membiayai anak atau
membayar hutang; dan atau kurang dapat bertahan dalam
          hubungan monogami.
       d. Gagal membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas,
          tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan
          yang akan mereka lakukan, mudah terpicu amarah akan hal-hal
          kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik,
          mudah menyerang karena hal sepele, dan tidak memikirkan
          masa depan.
       e. Tidak menghormati kebenaran, ditunjukkan dengan berulang
          kali berbohong, memperdaya, atau menggunakan orang lain
          untuk mencapai tujuan pribadi atau kesenangan.
          Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar berbicara, secara
          khas berusaha tampil dengan pengetahun dibidang sosiologi,
          psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dll.
          Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya terlihat
          positif, dan apabila ketahuan berbohong mereka tidak peduli
          dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya
          dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
       f. Tidak menghargai keselamatan diri sendiri atau keselamatan
          orang lain, ditunjukkan dengan berkendara saat mabuk atau
          berulang kali mengebut.
       g. Kurangnya penyesalan atas kesalahan yag dibuat, ditunjukkan
          dengan ketidak pedulian akan kesulitan yang ditimbulkan pada
          orang lain, dan atau membuat alasan untuk kesulitan tersebut.

       Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab
psikopat. Berbagai teori dikemukakan oleh para peneliti. Teori kelainan
struktural otak seperti penurunan intensitas bagian otak di daerah
prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian posterior
hippocampal dan peningkatan intensitas otak bagian callosal white matter.
Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin, gangguan fungsi otak
dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter monster seorang
psikopat.

       Para peneliti memandang bahwa kepribadian psikopat terdiri dari
dua dimensi yang agak terpisah. Yang pertama adalah dimensi
kepribadian. Dimensi ini terdiri dari trait-trait seperti kharisma yang
tampak di luaran saja, mementingkan diri sendiri, kurangnya empati, keji
dan tidak ada penyesalan meski telah memanfaatkan orang lain, serta tidak
menghargai perasaan dan kesejahteraan orang lain. Tipe kepribadian
psikopat ini dikenakan pada orang yang memiliki trait psikopatik namun
tidak menjadi pelanggar hukum.

       Dimensi kedua yang dipertimbangkan adalah dimensi perilaku.
Dimensi ini ditandai oleh gaya hidup yang tidak stabil dan antisosial,
termasuk sering berhadapan dengan hukum, riwayat pekerjaan yang
minim, hubungan yang tidak stabil. Kedua dimensi ini tidak sepenuhnya
terpisah, banyak individu psikopatik menunjukkan bukti memiliki kedua
macam trait itu.

       Sebuah hal yang harus diperhatikan adalah bahwa orang menjadi
kriminalitas atau pelanggar hukum bisa saja bukan karena kepribadian
yang terganggu tapi karena mereka diasuh dalam lingkungan atau
subbudaya yang mendorong terjadinya perilaku kriminal. Selain itu, kita
harus mengenali behwa kurangnya rasa penyesalan, yang merupakan ciri
utama dari psikopat, tidak menandai sebuah kriminalitas. Sejumlah
kriminalis menyesali kejahatan mereka, dan bukti dari penyesalan
ditunjukkan saat masa hukuman berakhir. Dengan kata lain orang dengan
psikopatik belum pasti melanggar hukum, akan tetapi tidak semua
kriminal menunjukkan tanda-tanda psikopat atau tidak semua orang
dengan kepribadian psikopat menjadi kriminal.
B. GANGGUAN EMOSI PADA PENDERITA DEPRESI

           Merupakan sesuatu yang normal dan tepat untuk merasa senang
  terhadap kejadian yang menggembirakan dan juga sama normal dan
  tepatnya untuk merasa depresi ketika kejadian yang menyedihkan. Bahkan
  akan menjadi “abnormal” bila kita tidak depresi saat menghadapi kesulitan
  hidup.

           Depresi merupakan gangguan emosi yang kompleks, seperti
  kecemasan, yang terkadang-kadang merupakan salah satu bentuk yang
  lebih ringan dialami oleh kebanyakan orang. Kondisi depresi tidak sama
  dengan emosi umum lainnya, seperti emosi cinta atau kesedihan yang
  dianggap sebagai kondisi yang lebih umum dari berbagai emosi. Dalam
  hal ini, emosi yang terlibat dalam depresi adalah campuran kesedihan, dan
  beberapa emosi lain yang lebih mereflektifkan diri, seperti malu.

           Depresi merupakan bagian dari gangguan mood. Mood adalah
  kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita.
  Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks
  peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang dengan gangguan
  mood yang mengalami gangguan yang luar biasa parah atau berlangsung
  lama akan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam
  memenuhi tanggung jawab secara normal.

           Depresi merupakan salah satu jenis gangguan psikotis. Ciri
  khasnya adalah perasaan sedih yang mendalam yang menenggelamkan
  individu. Kondisi ini kerap dipacu oleh sesuatu yang menimbulkan
  kegelisahan. Dalam beberapa bentuk, depresi merupakan komponen dari
  semua gangguan mental dan emosi. Depresi menjadi gejala gangguan
  emosi, ketika penderita kehilangan hubungan dengan realitas. Depresi
  merupakan fluktuasi emosi yang bersifat dinamik, mengikuti suasana
  perasaan internal dan eksternal individu.
Penderita depresi umumnya memiliki gejala klinis berupa
kehilangan minat, menarik diri dari aktivitas sehari-hari, pemurung,
kelelahan, mafsu makan hilang atau malah berlebihan, sulit konsentrasi,
ingin bunuh diri. Penderita juga mudah tersinggung, merasa bersalah, tak
berharga, dan pesimistis.

       Sebanyak 50% - 60% pasien depresi mengeluhkan gejala somatik,
seperti pusing, mual, keluhan lambung, saluran nafas, dan nyeri yang tidak
jelas sumbernya. Kerena itu, perlu diwaspasai gejala-gejala depresi seperti
fatigue, insomnia, sesak nafas, nyeri punggung, diare, sakit kepala. Pasien
juga bisa menderita nyeri dada, gangguan seksual, nyeri pinggang, dan
gangguan saraf otonom.

       Gejala depresi dapat memburuk, mengganggu perilaku sehari-hari
dan muncul bersama penyakit lain seperti paru kronik, gangguan
neurologik, gangguan pencernaan, kanker, pascastroke, diabetes melitus,
jantung koroner, dan parkinson. Depresi dan penyakit fisik ini sering
muncul.

       K.T    Strongman     menyebutkan      depresi    melibatkan    lima
karakteristik, meskipun dapat diperburuk oleh kondisi emosional yang lain
dan sering terjadi dalam kecemasan:

       1. Sedih, mood apatis
       2. Sebuah konsep diri yang negatif, menyalahkan diri, dsb
       3. Keinginan untuk menghindari orang lain
       4. Hilangnya keinginan untuk tidur, mafsu makan dan gairah
           seksual
       5. Perubahan tingkat aktivitas, biasanya dalam arah kemunduran,
           tapi kadang kadang dalam bentuk agitasi.

       Jeffrey S. Nevid, dkk mengemukakan ciri-ciri umum dari depresi
adalah sebagai berikut :
Perubahan   pada    kondisi- Perubahan pada mood (periode terus menerus
emosional                    dari perasaan terpuruk, depresi, sedih, atau
                             muram).
                           - Penuh dengan air mata atau menangis.
                           - Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung),
                             kegelisahan, atau kehilangan kesabaran.
Perubahan dalam motivasi   - Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki
                             kesulitan untuk memulai kegiatan di pagi hari
                             atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur.
                           - Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau
                             minat pada aktivitas sosial.
                           - Kehilangan kenikmatan atau minat dalam
                             aktivitas menyenangkan.
                           - Menurunnya minat pada seks.
                           - Gagal dalam merespon pada pujian atau
                             reward.
Perubahan dalam fungsi dan - Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan
perilaku motorik             dari biasanya.
                           - Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu
                             banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal
                             dari biasanya dan merasa kesulitan untuk
                             kembali tidur dipagi buta).
                           - Perubahan dalam selera makan (makan terlalu
                             banyak atau terlalu sedikit).
                           - Perubahan dalam berat badan (bertambah atau
                             kehilangan berat badan).
                           - Berfungsi secara kurang efektif daripada
                             biasanya di tempat kerja atau sekolah.
Perubahan kognitif         - Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih.
                           - Berpikir negatif mengenai diri sendiri atau
                             masa depan.
                           - Perasaan bersalah atau menyesal mengenai
                             kesalahan masa lalu.
                           - Kurangnya self esteem atau merasa tidak
                             adekuat.
                           - Berpikir akan kematian atau bunuh diri.



       Depresi terbagi atas 2(dua) jenis gangguan, yaitu depresi mayor
dan gangguan distimik. Gangguan depresi mayor adalah tipe yang paling
umum dari gangguan mood yang dapat didiagnosis, dengan perkiraan
prevalensi semasa hidup berkisar antara 10% hingga 20 % untuk wanita
dan 5% hingga 12% untuk pria (APA, dalam Jeffrey S.Nevid).
Ciri-ciri diagnostik dari suau episode depresi mayor menurut DSM
IV-TR (APA, dalam Jeffrey S. Nevid) adalah sebagai berikut :

        Suatu episode depresi mayor ditandai dengan munculnya lima atau
lebih ciri-ciri atau simtom di bawah ini selama suatu periode 2 minggu,
yang mencerminkan suatu perubahan fungsi sebelumnya. Paling tidak satu
dari ciri tersebut harus melibatkan mood yang depresi, atau kehilangan
minat atau kesenangan dalam beraktivitas. Simtom tersebut harus
menyebabkan baik tingkat distres yang signifikan secara klinis maupun
hendaya paling tidak dalam suatu area pernting dari fungsi, seperti fungsi
sosial atau pekerjaan, dan harus bukan merupakan akibat langsung dari
penggunaan obat-obatan atau medikasi, dari suatu kondisi medis, atau dari
gangguan kondisi psikologis lain. Episode tersebut tidak boleh mewakili
auatu reaksi berduka yang normal terhadap kematian seseorang yang
dicintai.

        1. Mood yang depresi hampir sepanjang hari, dan hampir setiap
            hari. Dapat berupa mood yang mudah tersinggung pada anak-
            anak atau remaja.
        2. Penurunan kesenangan aatau minat secara drastis dalam semua
            atau hampir semua aktivitas, hampir setiap hari, hampir
            sepanjang hari.
        3. Suatu kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan
            (5% lebih dari berat tubuh dalam sebulan) tanpa upaya apapun
            untuk berdiet, atau suatu peningkatan atau penurunan dalam
            selera makan.
        4. Setiap hari (atau hampir setiap hari) mengalami insomnia atau
            hipersomnia.
        5. Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan
            hampir setiap hari.
        6. Perasaan lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau salah tempat ataupun rasa
          bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari.
       8. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berpikir
          jernih atau untuk membuat keputusan hampir setiap hari.
       9. Pikiran yang muncul berulang tentang kematian tanpa suatu
          rencana yang spesifik, atau munculnya suatu rencana bunuh
          diri, atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri.

       Episode-episode depresi mayor dapat berlangsung dalam jangka
bulanan atau satu tahun atau bahkan lebih (APA, dalam Jeffrey S.Nevid).
Sejumlah orang mengalami sebuah episode tunggal dengan tingkat
berfungsi yang sepenuhnya kembali seperti semula. Namun sebagian besar
orang dengan depresi mayor, sebanyak 85 %, kambuh secara berulang-
ulang (Mueller dkk, dalam Jeffrey S.Nevid). Rata-rata orang dengan
depresi mayor dapat mengalami empat episode selama hidupnya. Orang
yang terus memiliki simtom-simtom sisa depresi pertama cenderung lebih
sering kambuh. Dengan adanya pola kemunculan berulang dari episode
depresi mayor dan simtom-simtom yang terus bertahan, banyak ahli
memandang depresi mayor sebagai suatu gangguan kronis, bahkan
sepanjang hidup.    Dari     sis   positifnya, semakin panjang periode
kesembuhan depresi mayor, semakin rendah resiko untuk kambuh
dikemudian hari (Solomon, dalam Jeffrey S.Nevid).

       Gangguan    depresi     selanjutnya   adalah   gangguan   distimik.
Gangguan distimik adalah suatu gangguan depresi yang ringan namun
kronis. Orang dengan gangguan distimik merasakan spirit yang buruk,
keterpurukan sepanjang waktu, namun mereka tidak mengalami depresi
yang parah sperti yang terjadi pada orang dengan gangguan depresi mayor.
Sementara gangguan depresi mayor cenderung parah dan terbatas
waktunya, gangguan distimik relatif ringan dan kronis, biasanya
berlangsung selama beberapa tahun (Klein dkk, dalam Jeffrey S.Nevid).
Perasaaan depresi dan kesulitan terus ada bahkan setelah orang
tersebut menampakkan kesembuhan, resiko dari kambuh lembali juga
cukup tinggi.

       Pada gangguan distimik, keluhan mengenai depresi dapat menjadi
smecam pelengkap dari kehidupan orangvtersbut sehingga sepertinya
sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari struktur kepribadian mereka.
Keluhan yang terus menerus dapat membuat orang lain menganggap
mereka perengek dan pengeluh (Akiskal, dalam Jeffrey S.Nevid). Meski
gangguan distimik lebih ringan daripada gangguan depresi mayor, mood
tertekan dan self esteem yang rendah yang terus menerus dapat
memeprngaruhi fungsi pekerjaan dan sosial orang tersebut.

       Sebagian orang mengalami distimik sekaligus depresi mayor pada
waktu yang bersamaan. Istilah depresi ganda (double depression) dapat
dikenakan pada mereka yang mengalami depresi mayor yang berlapis
dengan gangguan distimik yang bertahan lebih lama. Orang dengan
depresi ganda umumnya mengalami episode depresi yang lebih parah dari
depresi mayor saja. Bukti-bukti menunjukkan bahwa tampaknya hampir
semua orang dengan distimia pada akhirnya juga akan mengalami depresi
ganda (Klein, dalam Jeffrey S.Nevid).

       Ditinjau dari psikoanalitik. Freud mengemukakan pendekatan
psikoanalitik tentang depresi dengan baik. Ia menyatakan jika kebutuhan
oral anak lebih dari atau dibawah puas maka ia dapat mengembangkan
suatu ketergantungan yang berlebihan untuk harga diri. Kemudian, jika
orang yang dicintai hilang, orang yang ditinggalkan akan memikirkan
secara penuh. Sebagaimana halnya perasaan terhadap orang yang dicintai
telah menjadi negatif, maka kebencian dan kemarahan mengembang pada
dirinya. Bersamaan dengan itu, ada pengembangan kebencian di depresi
melalui perasaan bersalah pada dosa-dosa yang dilakukan terhadap orang
yang hilang. Pada mereka yang berusia lebih dewasa, hal ini dapat
mengakibatkana hukuman diri, menyalahkan diri dan karenanyalah terjadi
depresi. Jadi Freud melihat depresi sebagai kemarahan berbalik melawan
diri.

        Ditinjau dari teori belajar. Teori-teori pembelajaran memandang
depresi sebagai suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan aktivitas
yang mengikut penarikan atau kehilangan besar dan kondisi tersebut terus
diperkuat. Setelah ada perilaku tertekan diperkuat oleh adanya perhatian
dan simpati.

        Teori pembelajaran berbasis paling berpengaruh terhadap depresi
yang tergantung pada gagasan utama ketidakberdayaan yang dipelajari.
Hal ini menunjukkan kecemasan yang merupakan respon awal terhadap
situasi stres dan kemudian jika orang datang untuk percaya bahwa situasi
tidak terkendali, kecamasan diganti oleh depresi.

        Ditinjau dari teori kognitif. Beck (dalam K.T Stongman)
mencontohkan toeri kognitif depresi dengan titik awal bahwa pikiran dan
keyakinan menyebabkan kondisi emosional. Dia berpendapat bahwa orang
menjadi depresi melalui membuat kesalahan yang logis, kemudian mereka
menyalahkan diri sendiri. Sebuah peristiwa yang biasanya dilihat sebagai
hanya menjengkelkan dipandang sebagai contoh lain dari keputusasaan
menjalani kehidupan. Jadi, seorang yang depresi cenderung membuat
sebuah kesimpulan yang tidak logis tentang dirinya.

        Ditinjau dari kondisi fisiologis. Sebanyak 50% hingga 60%
pasien depresi mengeluhkan gejala somatik, seperti pusing, mual, keluhan
lambung, saluran nafas, dan nyeri yang tidak jelas sumbernya. Karena itu,
perlu diwaspadai gejala-gejala depresi sperti fatigue, insomnia, sesak
nafas, nyeri punggung, diare dan sakit kapala. Pasien bisa juga menderita
nyeri dada, gangguan seksual, nyeri pinggang, dan gangguan saraf
otonom.
C. GANGGUAN EMOSI PADA PENDERITA ANXIETY

         Dari perspektif fisiologis, Gray (dalam K T. Strongman) telah
  memberikan kontribusi paling signifikan tentang kecemasan. Gray
  menganggap sistem inhibisi yang mendasari perilaku kecemasan, tidak
  seperti Pankseep (dalam K T. Strongman), yang menempatkan kecemasan
  dalam perang antar sistem di otak. Kontras antara dua pandangan ini
  adalah bahwa kecemasan melibatkan respon dari sistem inhibisi perilaku,
  atau menjadi cara melarikan diri yang dimediasi oleh hipotalamus.

         Kirkeegard (dalam K T. Strongman) memandang kecemasan
  sebagai keadaaan alami individu. Hal ini tampak pada gagasan bahwa
  perkembangan dan kematangan tergantung pada kebebasan, dan pada
  gilirannya     tergantung   pada      kesadaran   terhadap   kemungkinan-
  kemungkinan yang ada dalam kehidupan. Kecemasan berkembang setelah
  pengembangan kesadaran diri dan memungkinkan seseorang membentuk
  sebuah kemandirian.

         Barlow (dalam K T. Strongman) mencirikan kecemasan sebagai
  struktur kognitif-afektif yang melibatkan emosi negatif yang tinggi yang
  tidak terkontrol, fokus diri dan keasyikan diri. Ia juga berpendapat bahwa
  sulit untuk membedakan antara kecemasan dan depresi, karena
  kebanyakan pasien depresi juga cemas, tapi tidak semua pasien cemas
  mengalami depresi. Barlow menamakan kembali kecemasan sebagai
  “anxious apprehension” sebuah masa depa berorientasi pada tingkatan
  suasana hati. Inilah kondisi yang telah dpersiapkan dengan peristiwa
  negatif untuk seterusnya.

         Tipe progresi dalam “anxious apprehension” ini menuju kepada :

         1. Kecenderungan       untuk     menghindari    pernyataan   (seperti
               menghindari tes atau menghindari seks).
2. Keraguan, tentang usaha yang sia-sia untuk mengintrol
                       kecemasan.

                    Kecemasan kronis juga diasosiasikan dengan kegugupan atau
           keterbangkitan dan kekakuan otonomik walaupun terus menerus siap
           untuk melawan bahaya.

                    Teori Barlow memasukkan pertimbangan asal usul kecemasan,
           ketakutan, cemas, dan gangguan terkait. Dia melihat tiga proses tahapan
           atau dengan kata lain tiga sumber utama pengaruh. Genetika kita
           menciptakan kerentanan biologis umum. Pengalaman hidup membuat
           kerentanan psikologis. Keduanya menyebabkan kecemasan umum dan
           depresi. Kemudian pada tahap ketiga didapatkan fokus kecemasan pada
           situasi kehidupan tertentu. Kecemasan tidak dapat sepenuhnya dipahami
           tanpa mengambil beberapa aspek kognitif yang mempengaruhinya.

                    Selain itu, walaupun kecemasan jelas merupakan emosi negatif
           yang tidak menyenangkan, namun memotivasi, bisa menjadi pengait
           dengan stimuli baru atau peristiwa dan tampaknya menjadi tak terelakkan
           atau bahkan di beberapa pandangan merupakan bagian penting dari
           kondisi manusia.

                    Ciri-ciri kecemasan menurut Jeffrey S. Nevid, dkk adalah sebagai
           berikut:


Ciri-ciri fisik :                               Ciri-ciri behavioral dari kecemasan :

Kegelisahan, kegugupan.                         Perilaku menghindar

Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau Perilaku melekat dan dependen
gemetar.
                                                 Perilaku terguncang
Sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar
dahi.

Kekencangan pada pori-pori perut atau dada.     Ciri-ciri kognitif dari kecemasan :
Banyak berkeringat                                 Khawatir tentang sesuatu

Telapak tangan yang berkeringat                    Perasaan terganggu akan ketakutan atau
                                                   apprehensi terhadap sesuatu yang terjadi dimasa
Pening atau pingsan                                depan

Mulut atau kerongkongan terasa kering              Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan
                                                   akan segera terjadi. Tanpa ada penjelasan yang
Sulit berbicara                                    jelas

Sulit bernafas                                     Terpaku pada sensasi kebutuhan

Berbafas pendek                                    Sangat waspada terhadap sensasi kebutuhan

Jantung yang berdebar keras                        Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang
                                                   normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat
Suara yang bergetar                                perhatian

Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin   Ketakutan akan kehilangan kontrol

Pusing                                             Ketakutan akan       ketidakmampuan      untuk
                                                   mengatasi masalah
Merasa lemas atau mati rasa
                                                   Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan
Sulit menelan
                                                   Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa
Kerongkongan terasa tersekat                       dikendalikan
Leher atau punggung terasa kaku                    Berpikir bahwa semuanya terasa sangat
                                                   membingungkan tanpa tanpa bisa diatasi
Sensasi seperti tercekik atau tertahan
                                                   Khawatir terhadap hal-hal yang sepele
Tangan yang dingin dan lembab
                                                   Berpikir tentang hal mengganggu yang sama
Terdapat gangguan sakit perut atau mual            secara berulang
Panas dingin                                       Berpikir bahwa harus kabur dari keramaian,
                                                   kalau tidak pasti akan pingsan
Sering buang air kecil
                                                   Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan
Wajah terasa memerah
                                                   Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikran
Diare                                              terganggu
Merasa sensitif atau mudah marah                   Berpikir akan segera mati, meskipun dokter
                                                   tidak menemukan sesuatu yang salah secara
                                                   medis

                                                   Khawatir akan ditinggal sendirian
Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran



Ciri-ciri diagnostik dari gangguan-gangguan kecemasan :

1. Agorafobia. Adalah ketakutan dan penghindaran terhadap
   tempat atau situasi dimana akan sulit atau memalukan bila
   harus melarikan diri, atau dimana bantuan tidak mungkin
   ditemukan bila terjadi serangan panik atau simtom seperti
   panik.
2. Gangguan panik tanpa agorafobia. Timbulnya serangan panik
   yang tidak terduga dan berulang, dan adanya keprihatinan yang
   persisten tentang suatu hal tersebut, tetapi tanpa disertai
   agorafobia.
3. Gangguan panik dengan agorafobia. Timbulnya serangan-
   serangan panik yang tidak terduga dan berulang dan adanya
   keprihatinan yang persisten tentang suatu hal tersebut, disertai
   agorafobia.
4. Gangguan kecamasan menyeluruh. Tingkat kecemasan dan
   kekhawatiran yang berlebihan serta persisten yang tidak terkait
   dengan suatu objek, sitiuasi atau aktivitas tertentu.
5. Fobia spesifik. Kecemasan yang secara klinis signifikan,
   berhubungan dengan pemaparan terhadap situasi atau ibjek
   yang spesifik, seringkali disertai dengan penghindaran stimuli
   tersebut.
6. Fobia sosial. Kecemasan yang secara klinis signifikan,
   berhubungan dengan pemaparan terhadap situasi sosial atau
   situasi performa (harus melakukan sesuatu) seringkali disertai
   penghindaran terhadap situasi tersebut.
7. Gangguan obsesif kompulsif. Obsesi atau kompulsif yang
   berulang.
8. Gangguan stress pasca trauma. Pengalaman mengalami
   kembali suatu peristiwa yang sangat traumatis disertai dengan
   meningkatnya keterangsangan dan penghindaran stimuli yang
   diasosiasikan dengan peristiwa tersebut.
9. Gangguan stress akut. Ciri yang serupa dengan gangguan stres
   pascatrauma tetapi terbatas pada hari-hari atau minggu-minggu
   sesudah pemaparan terhadap trauma.

Tipe-tipe gangguan kecemasan :

1. Gangguan panik. Terjadinya serangan panik berulang yang
   merupakan episode teror yang luar biasa disertai dengan respon
   fisiologis yang kuat, pikiran-pikiran tentang bahaya yang egera
   datang atau melapetaka yang akan tiba, dan dorongan untuk
   melarikan diri. Ciri-cirinya adalah :
   a. Ketakutan     untuk    terjadinya    serangan   lagi   mungkin
       mendorong penghindaran situasi dimana hal itu terjadi atau
       setting di mana bantuan mungkin tidak didapatkan.
   b. Serangan panik mulai secara tak terduga tetapi mungkin
       diasosiasikandengan sinyal tertentu atau suatu situasi
       spesifik.
2. Gangguan kecemasan menyeluruh. Kecemasan yang persisten
   yang tidak terbatas pada situasi tertentu. Ciri-cirinya adalah :
   a. Kecemasan yang belebihan adalah kuncinya.
   b. Diasosiaikan dengan peningkatan ketegangan, perasaan
       tidak nyaman.
3. Gangguan fobia. Ketakutan yang berlebihan terhadap objek
   atau situasi tertentu. Ciri-cirinya adalah :
   a. Mencakup komponen menghindar yang kuat dimana
       individu berusaha untuk menghindari kontak dengan
       stimulus atau situasi fobik.
b. Subtipe, mencakup fobia spesifik (misalnya acrophobia,
       claustrophobia, ketakutan pada serangga, atau ular); fobia
       sosial (ketakutan yang berlebihan pada interaksi sosial) dan
       agorafobia (ketakutan pada tempat terbuka).
4. Gangguan obsesif kompulsif. Obsesi berulang (pikiran intrusif
   yang berulang) dan atau kompulsif (tingkah laku repetitif yang
   dirasakan sebagai sesuatu yang harus dilakukan). Ciri-cirinya
   adalah:
   a. Dua tipe kompulsi mayor : ritual pengecekan dan ritual
       bersih-bersih.
   b. Obsesi menimbulkan kecemasan yang mungkin sebagian
       dapat dikurangi dengan melakukan ritual kompulsif.
5. Gangguan stres traumatis. Reaksi maladaptif akut yang segera
   timbul setelah peristiwa traumatis (gangguan stres akut) atau
   reaksi maladaptif berkelanjutan terhadap suatu peristiwa
   traumatis (gangguan stres pasca trauma). Ciri-cirinya adalah:
   a. Menghindari kembali peristiwa traumatis, menghindari
       sinyal atau stimuli yang diasosiasikan dengan trauma, mati
       rasa emosional atau secara umum, mudah terangsang,
       distres emosional, dan fungsi yang terganggu.
   b. Kerentanan        tergantung   kepada   faktor-faktor   sperti
       keparahan trauma, taraf pemaparan, gaya coping, dan
       ketersediaan dukungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA



James P. Chaplin. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. (Dr. Kartini Kartono.
Terjemahan). Jakarta: Rajawali Pers. Buku asli diterbitkan tahun 1981.

Jeffrey S. Nevid, Dkk. 2005. Psikologi Abnormal jilid 1 (ed.5) (Tim
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Terjemahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga. Buku asli diterbitkan tahun 2003.

K.T. Strongman. 2003. The Psychology of Emotion. From everyday life to
theory. (ed5). Inggris: John Wiley & Sons Ltd.

Yustinius Semiun, OFM. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

More Related Content

What's hot

Kognisi sosial dalam psikologi sosial
Kognisi sosial dalam psikologi sosialKognisi sosial dalam psikologi sosial
Kognisi sosial dalam psikologi sosialPotpotya Fitri
 
Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Mustaqim Furohman
 
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, Eropa
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, EropaKode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, Eropa
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, EropaErnita Mijil
 
Biopsikologi & Proses sensori-motorik
Biopsikologi & Proses sensori-motorikBiopsikologi & Proses sensori-motorik
Biopsikologi & Proses sensori-motorikpjj_kemenkes
 
Tat & rorschach full MAKALAH
Tat & rorschach full MAKALAHTat & rorschach full MAKALAH
Tat & rorschach full MAKALAHDD's Dindils
 
#12 Neuropsikologi Kognitif_part1.pdf
#12 Neuropsikologi Kognitif_part1.pdf#12 Neuropsikologi Kognitif_part1.pdf
#12 Neuropsikologi Kognitif_part1.pdfLuckyAdeSessiani1
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docNofrida Atika
 
Teori Belajar Pavlov PPT
Teori Belajar Pavlov PPTTeori Belajar Pavlov PPT
Teori Belajar Pavlov PPTFaridatul Lail
 
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiContoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiTyaseta Sardjono
 
Makalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiMakalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiIrvan Khoerul
 
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi BelajarTeori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi BelajarRifqi 8
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theorymankoma2012
 
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan Kesadaran
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan KesadaranKognisi: Sensasi, Persepsi, dan Kesadaran
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan KesadaranMuhammad Akhyar
 
Konsep biopsikologi
Konsep biopsikologiKonsep biopsikologi
Konsep biopsikologiMissty II
 
Bentuk apersepsi
Bentuk apersepsiBentuk apersepsi
Bentuk apersepsiswirawan
 
Agresi (Psikologi Sosial)
Agresi (Psikologi Sosial)Agresi (Psikologi Sosial)
Agresi (Psikologi Sosial)atone_lotus
 

What's hot (20)

Kognisi sosial dalam psikologi sosial
Kognisi sosial dalam psikologi sosialKognisi sosial dalam psikologi sosial
Kognisi sosial dalam psikologi sosial
 
Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)
 
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, Eropa
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, EropaKode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, Eropa
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, Eropa
 
Personologi
PersonologiPersonologi
Personologi
 
Biopsikologi & Proses sensori-motorik
Biopsikologi & Proses sensori-motorikBiopsikologi & Proses sensori-motorik
Biopsikologi & Proses sensori-motorik
 
Tat & rorschach full MAKALAH
Tat & rorschach full MAKALAHTat & rorschach full MAKALAH
Tat & rorschach full MAKALAH
 
#12 Neuropsikologi Kognitif_part1.pdf
#12 Neuropsikologi Kognitif_part1.pdf#12 Neuropsikologi Kognitif_part1.pdf
#12 Neuropsikologi Kognitif_part1.pdf
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - doc
 
Teori Belajar Pavlov PPT
Teori Belajar Pavlov PPTTeori Belajar Pavlov PPT
Teori Belajar Pavlov PPT
 
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiContoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
 
Makalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiMakalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologi
 
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi BelajarTeori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
 
Rational Emotive Therapy by Dwitias Titi
Rational Emotive Therapy by Dwitias TitiRational Emotive Therapy by Dwitias Titi
Rational Emotive Therapy by Dwitias Titi
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
 
Memori/Ingatan
Memori/IngatanMemori/Ingatan
Memori/Ingatan
 
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan Kesadaran
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan KesadaranKognisi: Sensasi, Persepsi, dan Kesadaran
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan Kesadaran
 
Psikologi Kognitif
Psikologi KognitifPsikologi Kognitif
Psikologi Kognitif
 
Konsep biopsikologi
Konsep biopsikologiKonsep biopsikologi
Konsep biopsikologi
 
Bentuk apersepsi
Bentuk apersepsiBentuk apersepsi
Bentuk apersepsi
 
Agresi (Psikologi Sosial)
Agresi (Psikologi Sosial)Agresi (Psikologi Sosial)
Agresi (Psikologi Sosial)
 

Viewers also liked

Investasi Prasarana Publik Untuk Kesejahteraan Rakyat
Investasi Prasarana Publik Untuk Kesejahteraan RakyatInvestasi Prasarana Publik Untuk Kesejahteraan Rakyat
Investasi Prasarana Publik Untuk Kesejahteraan RakyatDeddy Supriady Bratakusumah
 
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwaKp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwaAhmad Muhtar
 
SEHAT MENTAL DAN KLASIFIKASI GANGGUAN KEJIWAAN MENURUT DSM IV
SEHAT MENTAL DAN KLASIFIKASI GANGGUAN KEJIWAAN MENURUT DSM IVSEHAT MENTAL DAN KLASIFIKASI GANGGUAN KEJIWAAN MENURUT DSM IV
SEHAT MENTAL DAN KLASIFIKASI GANGGUAN KEJIWAAN MENURUT DSM IVHusna Sholihah
 
Dekorasi interior & eksterior
Dekorasi interior & eksteriorDekorasi interior & eksterior
Dekorasi interior & eksteriorSri Handayani
 
Personality theories
Personality theoriesPersonality theories
Personality theoriesDani Cathro
 
2016 Pengantar Desain Interior
2016 Pengantar Desain Interior2016 Pengantar Desain Interior
2016 Pengantar Desain InteriorLiesbeth Aritonang
 
Personality theories and determinants of psychopathology
Personality theories and determinants of psychopathologyPersonality theories and determinants of psychopathology
Personality theories and determinants of psychopathologyEric Pazziuagan
 
3. penerimaan pasien rawat inap
3. penerimaan pasien rawat inap3. penerimaan pasien rawat inap
3. penerimaan pasien rawat inapranti1986
 
Hans Eysenck theory of Personality
Hans Eysenck theory of PersonalityHans Eysenck theory of Personality
Hans Eysenck theory of PersonalityTami Binger
 
Eysenck’s Hierarchial Model of Personality
Eysenck’s Hierarchial Model of PersonalityEysenck’s Hierarchial Model of Personality
Eysenck’s Hierarchial Model of PersonalityManavJyothi00
 
Psychology - Psychopathology
Psychology - PsychopathologyPsychology - Psychopathology
Psychology - PsychopathologyMya007
 
Psychopathology
PsychopathologyPsychopathology
Psychopathologycandyvdv
 
Theories of Psychopathology
Theories of PsychopathologyTheories of Psychopathology
Theories of PsychopathologyAbigail Abalos
 
Extroversion introversion
Extroversion introversionExtroversion introversion
Extroversion introversionahfameri
 

Viewers also liked (19)

Perspektif psikopatologi
Perspektif psikopatologiPerspektif psikopatologi
Perspektif psikopatologi
 
Pengantar
PengantarPengantar
Pengantar
 
Investasi Prasarana Publik Untuk Kesejahteraan Rakyat
Investasi Prasarana Publik Untuk Kesejahteraan RakyatInvestasi Prasarana Publik Untuk Kesejahteraan Rakyat
Investasi Prasarana Publik Untuk Kesejahteraan Rakyat
 
Ppt tentang perasaan
Ppt tentang perasaanPpt tentang perasaan
Ppt tentang perasaan
 
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwaKp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
 
Interior
InteriorInterior
Interior
 
SEHAT MENTAL DAN KLASIFIKASI GANGGUAN KEJIWAAN MENURUT DSM IV
SEHAT MENTAL DAN KLASIFIKASI GANGGUAN KEJIWAAN MENURUT DSM IVSEHAT MENTAL DAN KLASIFIKASI GANGGUAN KEJIWAAN MENURUT DSM IV
SEHAT MENTAL DAN KLASIFIKASI GANGGUAN KEJIWAAN MENURUT DSM IV
 
Pengembangan sikap profesional
Pengembangan sikap profesionalPengembangan sikap profesional
Pengembangan sikap profesional
 
Dekorasi interior & eksterior
Dekorasi interior & eksteriorDekorasi interior & eksterior
Dekorasi interior & eksterior
 
Personality theories
Personality theoriesPersonality theories
Personality theories
 
2016 Pengantar Desain Interior
2016 Pengantar Desain Interior2016 Pengantar Desain Interior
2016 Pengantar Desain Interior
 
Personality theories and determinants of psychopathology
Personality theories and determinants of psychopathologyPersonality theories and determinants of psychopathology
Personality theories and determinants of psychopathology
 
3. penerimaan pasien rawat inap
3. penerimaan pasien rawat inap3. penerimaan pasien rawat inap
3. penerimaan pasien rawat inap
 
Hans Eysenck theory of Personality
Hans Eysenck theory of PersonalityHans Eysenck theory of Personality
Hans Eysenck theory of Personality
 
Eysenck’s Hierarchial Model of Personality
Eysenck’s Hierarchial Model of PersonalityEysenck’s Hierarchial Model of Personality
Eysenck’s Hierarchial Model of Personality
 
Psychology - Psychopathology
Psychology - PsychopathologyPsychology - Psychopathology
Psychology - Psychopathology
 
Psychopathology
PsychopathologyPsychopathology
Psychopathology
 
Theories of Psychopathology
Theories of PsychopathologyTheories of Psychopathology
Theories of Psychopathology
 
Extroversion introversion
Extroversion introversionExtroversion introversion
Extroversion introversion
 

Similar to EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI

Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik Yarah Azzilzah
 
Gangguan kepribadian (personality disorder)
Gangguan kepribadian (personality disorder)Gangguan kepribadian (personality disorder)
Gangguan kepribadian (personality disorder)sheghet45
 
Psikologi modul 3 kb 4
Psikologi modul 3 kb 4Psikologi modul 3 kb 4
Psikologi modul 3 kb 4Uwes Chaeruman
 
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01Musa Hutauruk
 
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01Musa Hutauruk
 
Askep skizofrenia
Askep skizofreniaAskep skizofrenia
Askep skizofreniaIs Muhar
 
Penderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakPenderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakArra Asri
 
Perilaku Abnormal
 Perilaku Abnormal Perilaku Abnormal
Perilaku Abnormalpjj_kemenkes
 
Gangguan perkembangan autis
Gangguan perkembangan autisGangguan perkembangan autis
Gangguan perkembangan autisSatrio Lintang
 
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anak
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anakKb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anak
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anakpjj_kemenkes
 

Similar to EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI (20)

Tugas harti & putri.................
Tugas harti & putri.................Tugas harti & putri.................
Tugas harti & putri.................
 
Psikopat
PsikopatPsikopat
Psikopat
 
Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik
 
Gangguan kepribadian (personality disorder)
Gangguan kepribadian (personality disorder)Gangguan kepribadian (personality disorder)
Gangguan kepribadian (personality disorder)
 
Psikopat
PsikopatPsikopat
Psikopat
 
Perilaku Abnormal
Perilaku AbnormalPerilaku Abnormal
Perilaku Abnormal
 
Psikologi Klinis_Skizofrenia
Psikologi Klinis_SkizofreniaPsikologi Klinis_Skizofrenia
Psikologi Klinis_Skizofrenia
 
Psikologi modul 3 kb 4
Psikologi modul 3 kb 4Psikologi modul 3 kb 4
Psikologi modul 3 kb 4
 
Psikopat - biokimia medis
Psikopat - biokimia medisPsikopat - biokimia medis
Psikopat - biokimia medis
 
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
 
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
 
Ppt kepribadian
Ppt kepribadianPpt kepribadian
Ppt kepribadian
 
Askep skizofrenia
Askep skizofreniaAskep skizofrenia
Askep skizofrenia
 
Penderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakPenderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanak
 
psikopatologi 1.pptx
psikopatologi 1.pptxpsikopatologi 1.pptx
psikopatologi 1.pptx
 
Perilaku Abnormal
 Perilaku Abnormal Perilaku Abnormal
Perilaku Abnormal
 
Asuhan keperawatan pada klien dg gangguan kepribadian
Asuhan keperawatan pada klien dg gangguan kepribadianAsuhan keperawatan pada klien dg gangguan kepribadian
Asuhan keperawatan pada klien dg gangguan kepribadian
 
Gangguan perkembangan autis
Gangguan perkembangan autisGangguan perkembangan autis
Gangguan perkembangan autis
 
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anak
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anakKb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anak
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anak
 
Nama
NamaNama
Nama
 

Recently uploaded

Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 

Recently uploaded (20)

Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 

EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI

  • 1. MAKALAH PSIKOLOGI EMOSI “EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI” Oleh: Dido Efga Putma (54353/2010) Yelfy Yazid (01399/2008) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN 2012
  • 2. EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI Patologi menunjukkan suatu penyakit atau abnormalitas. Detak jantung yang sangat cepat, temperature tubuh 39º Celcius, borok, atau TBC dipandang sebagai tanda-tanda adanya patologi dan dengan demikian dianggap abnormal dari segi pandangan medis. Penyakit-penyakit mental (psikosis) termasuk dalam kategori yang sama. Psikopatologi (psychopatholopgy) adalah cabang psikologi yang berkepentingan dengan penyelidikan penyakit mental, gangguan mental, dan gejala-gejala abnormal lainnya (J.P Chaplin, 2009). Dipandang dari psikopatologik, seseorang dikatakan normal kalau ia bebas dari simtom-simtom penyakit. Sebaliknya, seseorang dikatakan abnormal kalau tingkah lakunya menunjukkan simtom-simtom gangguan atau penyakit tertentu. Misalnya, ada banyak unsur ketakutan dan kecemasan yang kronis yang tidak beralasan pada pasien psikoneurotik, simtom ilusi, delusi, dan halusinasi pada pasien psikotik (Yustinus Semiun, 2006). Ada banyak contoh ketidakmampuan menyesuaikan diri, yang jelas abnormal dilihat dari segi pandangan patologik atau medis juga dari segi pandangan statistik. Tetapi ada sejumlah contoh ketidakmampuan menyesuaikan diri biasa yang tidak menjadi patologik, dan tidak menjadi ciri dari abnormalitas. Misalnya, cacat dalam membaca, bolos sekolah, tidak taat, dan agresi termasuk kategori tidak mampu menyesuaikan diri, tetapi tidak dianggap abnormal menurut pengertian penyakit fisik ataupun mental. Dengan kata lain, tidak semua abnormalitas dianggap patologik, Emosi dan psikopatologi memiliki hubungan yang saling berkaitan. Saat emosi menjadi berlarut-larut dan tidak bisa diabaikan atau menjadi sangat ekstrim sehingga mengganggu kehidupan normal, hal ini disebut sebagai abnormal. Oatley dan Jenkins (dalam K.T Strongman) membuat analisis yang meyakinkan mengenai emosi manusia, dimana emosi dapat menjadi pemicu terjadinya disfungsi atau emosi berkontribusi dalam munculnya psikopatologis. Mereka
  • 3. berpendapat bahwa emosi dalam kondisi psikiatrik dapat menjadi normal sesuai dengan keadaan yang dialami. Dengan latar belakang ini mereka merujuk pada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sifat-sifat emosional itu stabil, akan tetapi temperamen dapat mengubahnya. Greenberg dan Paivio (dalam K.T Strongman) mengemukakan sebuah analisis terepeutik penyebab gangguan emosi. Menurut mereka ada 5 (lima) sumber disfungsi dari gangguan emosi: 1. Stres muncul dari ketidakmampuan untuk melakukan perubahan dalam hubungan dengan lingkungannya yang berasal dari kecenderungan tindakan emosi, 2. Disorientasi atau ketidaksesuaian berasal dari penghindaran atau pengelakan emosi, 3. Coping yang buruk didapatkan dari kesulitan dalam mengatur intensitas emosional, 4. Gangguan stress paska-trauma berasal dari trauma emosional, 5. Respon emosional yang maladaptif mengikuti konstruksi disfungsional dari emosional. A. GANGGUAN EMOSI PADA PERILAKU PSIKOPATIK Oatley dan Jenkins (dalam K.T Strongman) menyebutkan bahwa kita akan lebih mudah melihat hubungan antara emosi dengan psikopatologi ketika melihat hubungan seseorang dengan orang lain. Contohnya, anak yang memiliki ibu yang depresi akan berbeda kondisi emosionalnya dengan anak yang memiliki ibu pemarah dan anak yang dikelilingi dengan ketidakharmonisan. Jadi, setiap permasalahan atau latar belakang emosional seseorang dapat menjadi relevansi terhadap adanya perilaku psikopatik. Secara epistimologi, psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Kata psikopat berfokus pada gagasan bahwa ada sesuatu yang tidak benar (patologis) pada fungsi psikologis
  • 4. individu. Gejala psikopat disebut dengan psikopatik, sedangkan pengidapnya seringkali disebut dengan “orang gila tanpa gangguan mental”. Psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Istilah psikopat yang dikenal masyarakat tidak ditemukan dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorder) IV. Artinya psikopat tidak tercantum dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli kedokteran jiwa. Psikopat dalam kedokteran jiwa masuk kedalam klasifikasi gangguan kepribadian antisosial. Namun sejumlah klinisi terus menggunakan istilah psikopat dan kepribadian antisosial secara bergantian. Seorang psikopat atau orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Meski demikian mereka sering menunjukkan kharisma dalam penampilan luar mereka dan paling tidak memiliki inteligensi rata-rata (Cleckley, dalam Jeffrey S.Nevid, Dkk). Ciri yang paling menonjol dari penderita psikopat adalah ketumpulan emosi, ditunjukkan dengan tingkat kecemasan yang rendah ketika berhadapan dengan situasi yang mengancam dan kurangnya rasa bersalah atau penyesalan atas kesalahan yang mereka lakukan. Adapun hukuman yang diberikan oleh orangtua atau orang lain atas kesalahan yang dilakukan tidak banyak memiliki dampak positif , mereka tetap menjalani kehidupan yang tidak bertanggung jawab dan impulsif. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar, bagi
  • 5. psikopat hal tersebut tidak berlaku karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah dingin. Ciri-ciri diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial atau psikopat menurut DSM IV-TR (APA, dalam Jeffrey S. Nevid) adalah: 1. Paling tidak berusia 18 tahun. 2. Ada bukti gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukkan dengan perilaku seperti membolos, kabur, memulai perkelahian fisik, menggunakan senjata, memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, kekejaman fisik pada orang atau hewan, merusak atau membakar bangunan secara sengaja, berbohong, mencuri, atau merampok. 3. Sejak usia 15 tahun menunjukkan kepedulian yang kurang dan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain, yang ditunjukkan oleh beberapa perilaku sebagai berikut: a. Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum, ditunjukkan dengan perilaku melanggar hukum yang dapat atau tidak dapat mengakibatkan penahanan, seperti merusak bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan dengan hukum, mencuri atau menganiaya orang lain. b. Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain, ditunjukkan dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, termasuk penganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak. c. Secara konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukkan dengan kegagalan memeprtahankan pekerjaan karena ketidakhadiran berulangkali, keterlambatan, mengabaikan kesempatan kerja atau memperpanjang periode pengangguran meski ada kesempatan kerja; dan atau kegagalan untuk mematuhi tanggung jawab keuangan seperti gagal membiayai anak atau
  • 6. membayar hutang; dan atau kurang dapat bertahan dalam hubungan monogami. d. Gagal membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas, tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan, mudah terpicu amarah akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, mudah menyerang karena hal sepele, dan tidak memikirkan masa depan. e. Tidak menghormati kebenaran, ditunjukkan dengan berulang kali berbohong, memperdaya, atau menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi atau kesenangan. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar berbicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahun dibidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dll. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya terlihat positif, dan apabila ketahuan berbohong mereka tidak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta. f. Tidak menghargai keselamatan diri sendiri atau keselamatan orang lain, ditunjukkan dengan berkendara saat mabuk atau berulang kali mengebut. g. Kurangnya penyesalan atas kesalahan yag dibuat, ditunjukkan dengan ketidak pedulian akan kesulitan yang ditimbulkan pada orang lain, dan atau membuat alasan untuk kesulitan tersebut. Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab psikopat. Berbagai teori dikemukakan oleh para peneliti. Teori kelainan struktural otak seperti penurunan intensitas bagian otak di daerah prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian posterior hippocampal dan peningkatan intensitas otak bagian callosal white matter. Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin, gangguan fungsi otak
  • 7. dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter monster seorang psikopat. Para peneliti memandang bahwa kepribadian psikopat terdiri dari dua dimensi yang agak terpisah. Yang pertama adalah dimensi kepribadian. Dimensi ini terdiri dari trait-trait seperti kharisma yang tampak di luaran saja, mementingkan diri sendiri, kurangnya empati, keji dan tidak ada penyesalan meski telah memanfaatkan orang lain, serta tidak menghargai perasaan dan kesejahteraan orang lain. Tipe kepribadian psikopat ini dikenakan pada orang yang memiliki trait psikopatik namun tidak menjadi pelanggar hukum. Dimensi kedua yang dipertimbangkan adalah dimensi perilaku. Dimensi ini ditandai oleh gaya hidup yang tidak stabil dan antisosial, termasuk sering berhadapan dengan hukum, riwayat pekerjaan yang minim, hubungan yang tidak stabil. Kedua dimensi ini tidak sepenuhnya terpisah, banyak individu psikopatik menunjukkan bukti memiliki kedua macam trait itu. Sebuah hal yang harus diperhatikan adalah bahwa orang menjadi kriminalitas atau pelanggar hukum bisa saja bukan karena kepribadian yang terganggu tapi karena mereka diasuh dalam lingkungan atau subbudaya yang mendorong terjadinya perilaku kriminal. Selain itu, kita harus mengenali behwa kurangnya rasa penyesalan, yang merupakan ciri utama dari psikopat, tidak menandai sebuah kriminalitas. Sejumlah kriminalis menyesali kejahatan mereka, dan bukti dari penyesalan ditunjukkan saat masa hukuman berakhir. Dengan kata lain orang dengan psikopatik belum pasti melanggar hukum, akan tetapi tidak semua kriminal menunjukkan tanda-tanda psikopat atau tidak semua orang dengan kepribadian psikopat menjadi kriminal.
  • 8. B. GANGGUAN EMOSI PADA PENDERITA DEPRESI Merupakan sesuatu yang normal dan tepat untuk merasa senang terhadap kejadian yang menggembirakan dan juga sama normal dan tepatnya untuk merasa depresi ketika kejadian yang menyedihkan. Bahkan akan menjadi “abnormal” bila kita tidak depresi saat menghadapi kesulitan hidup. Depresi merupakan gangguan emosi yang kompleks, seperti kecemasan, yang terkadang-kadang merupakan salah satu bentuk yang lebih ringan dialami oleh kebanyakan orang. Kondisi depresi tidak sama dengan emosi umum lainnya, seperti emosi cinta atau kesedihan yang dianggap sebagai kondisi yang lebih umum dari berbagai emosi. Dalam hal ini, emosi yang terlibat dalam depresi adalah campuran kesedihan, dan beberapa emosi lain yang lebih mereflektifkan diri, seperti malu. Depresi merupakan bagian dari gangguan mood. Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang dengan gangguan mood yang mengalami gangguan yang luar biasa parah atau berlangsung lama akan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal. Depresi merupakan salah satu jenis gangguan psikotis. Ciri khasnya adalah perasaan sedih yang mendalam yang menenggelamkan individu. Kondisi ini kerap dipacu oleh sesuatu yang menimbulkan kegelisahan. Dalam beberapa bentuk, depresi merupakan komponen dari semua gangguan mental dan emosi. Depresi menjadi gejala gangguan emosi, ketika penderita kehilangan hubungan dengan realitas. Depresi merupakan fluktuasi emosi yang bersifat dinamik, mengikuti suasana perasaan internal dan eksternal individu.
  • 9. Penderita depresi umumnya memiliki gejala klinis berupa kehilangan minat, menarik diri dari aktivitas sehari-hari, pemurung, kelelahan, mafsu makan hilang atau malah berlebihan, sulit konsentrasi, ingin bunuh diri. Penderita juga mudah tersinggung, merasa bersalah, tak berharga, dan pesimistis. Sebanyak 50% - 60% pasien depresi mengeluhkan gejala somatik, seperti pusing, mual, keluhan lambung, saluran nafas, dan nyeri yang tidak jelas sumbernya. Kerena itu, perlu diwaspasai gejala-gejala depresi seperti fatigue, insomnia, sesak nafas, nyeri punggung, diare, sakit kepala. Pasien juga bisa menderita nyeri dada, gangguan seksual, nyeri pinggang, dan gangguan saraf otonom. Gejala depresi dapat memburuk, mengganggu perilaku sehari-hari dan muncul bersama penyakit lain seperti paru kronik, gangguan neurologik, gangguan pencernaan, kanker, pascastroke, diabetes melitus, jantung koroner, dan parkinson. Depresi dan penyakit fisik ini sering muncul. K.T Strongman menyebutkan depresi melibatkan lima karakteristik, meskipun dapat diperburuk oleh kondisi emosional yang lain dan sering terjadi dalam kecemasan: 1. Sedih, mood apatis 2. Sebuah konsep diri yang negatif, menyalahkan diri, dsb 3. Keinginan untuk menghindari orang lain 4. Hilangnya keinginan untuk tidur, mafsu makan dan gairah seksual 5. Perubahan tingkat aktivitas, biasanya dalam arah kemunduran, tapi kadang kadang dalam bentuk agitasi. Jeffrey S. Nevid, dkk mengemukakan ciri-ciri umum dari depresi adalah sebagai berikut :
  • 10. Perubahan pada kondisi- Perubahan pada mood (periode terus menerus emosional dari perasaan terpuruk, depresi, sedih, atau muram). - Penuh dengan air mata atau menangis. - Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan, atau kehilangan kesabaran. Perubahan dalam motivasi - Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. - Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial. - Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan. - Menurunnya minat pada seks. - Gagal dalam merespon pada pujian atau reward. Perubahan dalam fungsi dan - Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan perilaku motorik dari biasanya. - Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur dipagi buta). - Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit). - Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan). - Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja atau sekolah. Perubahan kognitif - Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih. - Berpikir negatif mengenai diri sendiri atau masa depan. - Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan masa lalu. - Kurangnya self esteem atau merasa tidak adekuat. - Berpikir akan kematian atau bunuh diri. Depresi terbagi atas 2(dua) jenis gangguan, yaitu depresi mayor dan gangguan distimik. Gangguan depresi mayor adalah tipe yang paling umum dari gangguan mood yang dapat didiagnosis, dengan perkiraan prevalensi semasa hidup berkisar antara 10% hingga 20 % untuk wanita dan 5% hingga 12% untuk pria (APA, dalam Jeffrey S.Nevid).
  • 11. Ciri-ciri diagnostik dari suau episode depresi mayor menurut DSM IV-TR (APA, dalam Jeffrey S. Nevid) adalah sebagai berikut : Suatu episode depresi mayor ditandai dengan munculnya lima atau lebih ciri-ciri atau simtom di bawah ini selama suatu periode 2 minggu, yang mencerminkan suatu perubahan fungsi sebelumnya. Paling tidak satu dari ciri tersebut harus melibatkan mood yang depresi, atau kehilangan minat atau kesenangan dalam beraktivitas. Simtom tersebut harus menyebabkan baik tingkat distres yang signifikan secara klinis maupun hendaya paling tidak dalam suatu area pernting dari fungsi, seperti fungsi sosial atau pekerjaan, dan harus bukan merupakan akibat langsung dari penggunaan obat-obatan atau medikasi, dari suatu kondisi medis, atau dari gangguan kondisi psikologis lain. Episode tersebut tidak boleh mewakili auatu reaksi berduka yang normal terhadap kematian seseorang yang dicintai. 1. Mood yang depresi hampir sepanjang hari, dan hampir setiap hari. Dapat berupa mood yang mudah tersinggung pada anak- anak atau remaja. 2. Penurunan kesenangan aatau minat secara drastis dalam semua atau hampir semua aktivitas, hampir setiap hari, hampir sepanjang hari. 3. Suatu kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan (5% lebih dari berat tubuh dalam sebulan) tanpa upaya apapun untuk berdiet, atau suatu peningkatan atau penurunan dalam selera makan. 4. Setiap hari (atau hampir setiap hari) mengalami insomnia atau hipersomnia. 5. Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan hampir setiap hari. 6. Perasaan lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari.
  • 12. 7. Perasaan tidak berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari. 8. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih atau untuk membuat keputusan hampir setiap hari. 9. Pikiran yang muncul berulang tentang kematian tanpa suatu rencana yang spesifik, atau munculnya suatu rencana bunuh diri, atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri. Episode-episode depresi mayor dapat berlangsung dalam jangka bulanan atau satu tahun atau bahkan lebih (APA, dalam Jeffrey S.Nevid). Sejumlah orang mengalami sebuah episode tunggal dengan tingkat berfungsi yang sepenuhnya kembali seperti semula. Namun sebagian besar orang dengan depresi mayor, sebanyak 85 %, kambuh secara berulang- ulang (Mueller dkk, dalam Jeffrey S.Nevid). Rata-rata orang dengan depresi mayor dapat mengalami empat episode selama hidupnya. Orang yang terus memiliki simtom-simtom sisa depresi pertama cenderung lebih sering kambuh. Dengan adanya pola kemunculan berulang dari episode depresi mayor dan simtom-simtom yang terus bertahan, banyak ahli memandang depresi mayor sebagai suatu gangguan kronis, bahkan sepanjang hidup. Dari sis positifnya, semakin panjang periode kesembuhan depresi mayor, semakin rendah resiko untuk kambuh dikemudian hari (Solomon, dalam Jeffrey S.Nevid). Gangguan depresi selanjutnya adalah gangguan distimik. Gangguan distimik adalah suatu gangguan depresi yang ringan namun kronis. Orang dengan gangguan distimik merasakan spirit yang buruk, keterpurukan sepanjang waktu, namun mereka tidak mengalami depresi yang parah sperti yang terjadi pada orang dengan gangguan depresi mayor. Sementara gangguan depresi mayor cenderung parah dan terbatas waktunya, gangguan distimik relatif ringan dan kronis, biasanya berlangsung selama beberapa tahun (Klein dkk, dalam Jeffrey S.Nevid).
  • 13. Perasaaan depresi dan kesulitan terus ada bahkan setelah orang tersebut menampakkan kesembuhan, resiko dari kambuh lembali juga cukup tinggi. Pada gangguan distimik, keluhan mengenai depresi dapat menjadi smecam pelengkap dari kehidupan orangvtersbut sehingga sepertinya sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari struktur kepribadian mereka. Keluhan yang terus menerus dapat membuat orang lain menganggap mereka perengek dan pengeluh (Akiskal, dalam Jeffrey S.Nevid). Meski gangguan distimik lebih ringan daripada gangguan depresi mayor, mood tertekan dan self esteem yang rendah yang terus menerus dapat memeprngaruhi fungsi pekerjaan dan sosial orang tersebut. Sebagian orang mengalami distimik sekaligus depresi mayor pada waktu yang bersamaan. Istilah depresi ganda (double depression) dapat dikenakan pada mereka yang mengalami depresi mayor yang berlapis dengan gangguan distimik yang bertahan lebih lama. Orang dengan depresi ganda umumnya mengalami episode depresi yang lebih parah dari depresi mayor saja. Bukti-bukti menunjukkan bahwa tampaknya hampir semua orang dengan distimia pada akhirnya juga akan mengalami depresi ganda (Klein, dalam Jeffrey S.Nevid). Ditinjau dari psikoanalitik. Freud mengemukakan pendekatan psikoanalitik tentang depresi dengan baik. Ia menyatakan jika kebutuhan oral anak lebih dari atau dibawah puas maka ia dapat mengembangkan suatu ketergantungan yang berlebihan untuk harga diri. Kemudian, jika orang yang dicintai hilang, orang yang ditinggalkan akan memikirkan secara penuh. Sebagaimana halnya perasaan terhadap orang yang dicintai telah menjadi negatif, maka kebencian dan kemarahan mengembang pada dirinya. Bersamaan dengan itu, ada pengembangan kebencian di depresi melalui perasaan bersalah pada dosa-dosa yang dilakukan terhadap orang yang hilang. Pada mereka yang berusia lebih dewasa, hal ini dapat
  • 14. mengakibatkana hukuman diri, menyalahkan diri dan karenanyalah terjadi depresi. Jadi Freud melihat depresi sebagai kemarahan berbalik melawan diri. Ditinjau dari teori belajar. Teori-teori pembelajaran memandang depresi sebagai suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan aktivitas yang mengikut penarikan atau kehilangan besar dan kondisi tersebut terus diperkuat. Setelah ada perilaku tertekan diperkuat oleh adanya perhatian dan simpati. Teori pembelajaran berbasis paling berpengaruh terhadap depresi yang tergantung pada gagasan utama ketidakberdayaan yang dipelajari. Hal ini menunjukkan kecemasan yang merupakan respon awal terhadap situasi stres dan kemudian jika orang datang untuk percaya bahwa situasi tidak terkendali, kecamasan diganti oleh depresi. Ditinjau dari teori kognitif. Beck (dalam K.T Stongman) mencontohkan toeri kognitif depresi dengan titik awal bahwa pikiran dan keyakinan menyebabkan kondisi emosional. Dia berpendapat bahwa orang menjadi depresi melalui membuat kesalahan yang logis, kemudian mereka menyalahkan diri sendiri. Sebuah peristiwa yang biasanya dilihat sebagai hanya menjengkelkan dipandang sebagai contoh lain dari keputusasaan menjalani kehidupan. Jadi, seorang yang depresi cenderung membuat sebuah kesimpulan yang tidak logis tentang dirinya. Ditinjau dari kondisi fisiologis. Sebanyak 50% hingga 60% pasien depresi mengeluhkan gejala somatik, seperti pusing, mual, keluhan lambung, saluran nafas, dan nyeri yang tidak jelas sumbernya. Karena itu, perlu diwaspadai gejala-gejala depresi sperti fatigue, insomnia, sesak nafas, nyeri punggung, diare dan sakit kapala. Pasien bisa juga menderita nyeri dada, gangguan seksual, nyeri pinggang, dan gangguan saraf otonom.
  • 15. C. GANGGUAN EMOSI PADA PENDERITA ANXIETY Dari perspektif fisiologis, Gray (dalam K T. Strongman) telah memberikan kontribusi paling signifikan tentang kecemasan. Gray menganggap sistem inhibisi yang mendasari perilaku kecemasan, tidak seperti Pankseep (dalam K T. Strongman), yang menempatkan kecemasan dalam perang antar sistem di otak. Kontras antara dua pandangan ini adalah bahwa kecemasan melibatkan respon dari sistem inhibisi perilaku, atau menjadi cara melarikan diri yang dimediasi oleh hipotalamus. Kirkeegard (dalam K T. Strongman) memandang kecemasan sebagai keadaaan alami individu. Hal ini tampak pada gagasan bahwa perkembangan dan kematangan tergantung pada kebebasan, dan pada gilirannya tergantung pada kesadaran terhadap kemungkinan- kemungkinan yang ada dalam kehidupan. Kecemasan berkembang setelah pengembangan kesadaran diri dan memungkinkan seseorang membentuk sebuah kemandirian. Barlow (dalam K T. Strongman) mencirikan kecemasan sebagai struktur kognitif-afektif yang melibatkan emosi negatif yang tinggi yang tidak terkontrol, fokus diri dan keasyikan diri. Ia juga berpendapat bahwa sulit untuk membedakan antara kecemasan dan depresi, karena kebanyakan pasien depresi juga cemas, tapi tidak semua pasien cemas mengalami depresi. Barlow menamakan kembali kecemasan sebagai “anxious apprehension” sebuah masa depa berorientasi pada tingkatan suasana hati. Inilah kondisi yang telah dpersiapkan dengan peristiwa negatif untuk seterusnya. Tipe progresi dalam “anxious apprehension” ini menuju kepada : 1. Kecenderungan untuk menghindari pernyataan (seperti menghindari tes atau menghindari seks).
  • 16. 2. Keraguan, tentang usaha yang sia-sia untuk mengintrol kecemasan. Kecemasan kronis juga diasosiasikan dengan kegugupan atau keterbangkitan dan kekakuan otonomik walaupun terus menerus siap untuk melawan bahaya. Teori Barlow memasukkan pertimbangan asal usul kecemasan, ketakutan, cemas, dan gangguan terkait. Dia melihat tiga proses tahapan atau dengan kata lain tiga sumber utama pengaruh. Genetika kita menciptakan kerentanan biologis umum. Pengalaman hidup membuat kerentanan psikologis. Keduanya menyebabkan kecemasan umum dan depresi. Kemudian pada tahap ketiga didapatkan fokus kecemasan pada situasi kehidupan tertentu. Kecemasan tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa mengambil beberapa aspek kognitif yang mempengaruhinya. Selain itu, walaupun kecemasan jelas merupakan emosi negatif yang tidak menyenangkan, namun memotivasi, bisa menjadi pengait dengan stimuli baru atau peristiwa dan tampaknya menjadi tak terelakkan atau bahkan di beberapa pandangan merupakan bagian penting dari kondisi manusia. Ciri-ciri kecemasan menurut Jeffrey S. Nevid, dkk adalah sebagai berikut: Ciri-ciri fisik : Ciri-ciri behavioral dari kecemasan : Kegelisahan, kegugupan. Perilaku menghindar Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau Perilaku melekat dan dependen gemetar. Perilaku terguncang Sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi. Kekencangan pada pori-pori perut atau dada. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan :
  • 17. Banyak berkeringat Khawatir tentang sesuatu Telapak tangan yang berkeringat Perasaan terganggu akan ketakutan atau apprehensi terhadap sesuatu yang terjadi dimasa Pening atau pingsan depan Mulut atau kerongkongan terasa kering Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi. Tanpa ada penjelasan yang Sulit berbicara jelas Sulit bernafas Terpaku pada sensasi kebutuhan Berbafas pendek Sangat waspada terhadap sensasi kebutuhan Jantung yang berdebar keras Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat Suara yang bergetar perhatian Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin Ketakutan akan kehilangan kontrol Pusing Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah Merasa lemas atau mati rasa Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan Sulit menelan Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa Kerongkongan terasa tersekat dikendalikan Leher atau punggung terasa kaku Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa tanpa bisa diatasi Sensasi seperti tercekik atau tertahan Khawatir terhadap hal-hal yang sepele Tangan yang dingin dan lembab Berpikir tentang hal mengganggu yang sama Terdapat gangguan sakit perut atau mual secara berulang Panas dingin Berpikir bahwa harus kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan Sering buang air kecil Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan Wajah terasa memerah Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikran Diare terganggu Merasa sensitif atau mudah marah Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis Khawatir akan ditinggal sendirian
  • 18. Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran Ciri-ciri diagnostik dari gangguan-gangguan kecemasan : 1. Agorafobia. Adalah ketakutan dan penghindaran terhadap tempat atau situasi dimana akan sulit atau memalukan bila harus melarikan diri, atau dimana bantuan tidak mungkin ditemukan bila terjadi serangan panik atau simtom seperti panik. 2. Gangguan panik tanpa agorafobia. Timbulnya serangan panik yang tidak terduga dan berulang, dan adanya keprihatinan yang persisten tentang suatu hal tersebut, tetapi tanpa disertai agorafobia. 3. Gangguan panik dengan agorafobia. Timbulnya serangan- serangan panik yang tidak terduga dan berulang dan adanya keprihatinan yang persisten tentang suatu hal tersebut, disertai agorafobia. 4. Gangguan kecamasan menyeluruh. Tingkat kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan serta persisten yang tidak terkait dengan suatu objek, sitiuasi atau aktivitas tertentu. 5. Fobia spesifik. Kecemasan yang secara klinis signifikan, berhubungan dengan pemaparan terhadap situasi atau ibjek yang spesifik, seringkali disertai dengan penghindaran stimuli tersebut. 6. Fobia sosial. Kecemasan yang secara klinis signifikan, berhubungan dengan pemaparan terhadap situasi sosial atau situasi performa (harus melakukan sesuatu) seringkali disertai penghindaran terhadap situasi tersebut. 7. Gangguan obsesif kompulsif. Obsesi atau kompulsif yang berulang.
  • 19. 8. Gangguan stress pasca trauma. Pengalaman mengalami kembali suatu peristiwa yang sangat traumatis disertai dengan meningkatnya keterangsangan dan penghindaran stimuli yang diasosiasikan dengan peristiwa tersebut. 9. Gangguan stress akut. Ciri yang serupa dengan gangguan stres pascatrauma tetapi terbatas pada hari-hari atau minggu-minggu sesudah pemaparan terhadap trauma. Tipe-tipe gangguan kecemasan : 1. Gangguan panik. Terjadinya serangan panik berulang yang merupakan episode teror yang luar biasa disertai dengan respon fisiologis yang kuat, pikiran-pikiran tentang bahaya yang egera datang atau melapetaka yang akan tiba, dan dorongan untuk melarikan diri. Ciri-cirinya adalah : a. Ketakutan untuk terjadinya serangan lagi mungkin mendorong penghindaran situasi dimana hal itu terjadi atau setting di mana bantuan mungkin tidak didapatkan. b. Serangan panik mulai secara tak terduga tetapi mungkin diasosiasikandengan sinyal tertentu atau suatu situasi spesifik. 2. Gangguan kecemasan menyeluruh. Kecemasan yang persisten yang tidak terbatas pada situasi tertentu. Ciri-cirinya adalah : a. Kecemasan yang belebihan adalah kuncinya. b. Diasosiaikan dengan peningkatan ketegangan, perasaan tidak nyaman. 3. Gangguan fobia. Ketakutan yang berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu. Ciri-cirinya adalah : a. Mencakup komponen menghindar yang kuat dimana individu berusaha untuk menghindari kontak dengan stimulus atau situasi fobik.
  • 20. b. Subtipe, mencakup fobia spesifik (misalnya acrophobia, claustrophobia, ketakutan pada serangga, atau ular); fobia sosial (ketakutan yang berlebihan pada interaksi sosial) dan agorafobia (ketakutan pada tempat terbuka). 4. Gangguan obsesif kompulsif. Obsesi berulang (pikiran intrusif yang berulang) dan atau kompulsif (tingkah laku repetitif yang dirasakan sebagai sesuatu yang harus dilakukan). Ciri-cirinya adalah: a. Dua tipe kompulsi mayor : ritual pengecekan dan ritual bersih-bersih. b. Obsesi menimbulkan kecemasan yang mungkin sebagian dapat dikurangi dengan melakukan ritual kompulsif. 5. Gangguan stres traumatis. Reaksi maladaptif akut yang segera timbul setelah peristiwa traumatis (gangguan stres akut) atau reaksi maladaptif berkelanjutan terhadap suatu peristiwa traumatis (gangguan stres pasca trauma). Ciri-cirinya adalah: a. Menghindari kembali peristiwa traumatis, menghindari sinyal atau stimuli yang diasosiasikan dengan trauma, mati rasa emosional atau secara umum, mudah terangsang, distres emosional, dan fungsi yang terganggu. b. Kerentanan tergantung kepada faktor-faktor sperti keparahan trauma, taraf pemaparan, gaya coping, dan ketersediaan dukungan sosial.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA James P. Chaplin. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. (Dr. Kartini Kartono. Terjemahan). Jakarta: Rajawali Pers. Buku asli diterbitkan tahun 1981. Jeffrey S. Nevid, Dkk. 2005. Psikologi Abnormal jilid 1 (ed.5) (Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga. Buku asli diterbitkan tahun 2003. K.T. Strongman. 2003. The Psychology of Emotion. From everyday life to theory. (ed5). Inggris: John Wiley & Sons Ltd. Yustinius Semiun, OFM. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.